Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN PADA MATERI POKOK MENULIS DI KELAS IV SD NEGERI 050649 SIMPANG PULAU RAMBUNG Oleh :
Kenan, SP.d*) *)
Guru kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung Abstract
This study aims to look at student learning activities that include learning activities of students while working in a group class on Indonesian subjects and student learning outcomes by applying the learning method of assignment. The subjects were class IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung with student 20 people. KBM done early achievement test (pretest), with average data 28 page, showed that on average students seldom read books before school learning. Then proceed KBM, the end KBM II and IV to study the results of tests conducted formative formative I and II show the results of average 72 and 85. Seeing these data there is a change and the change due to the actions of teachers during a lecture on the second cycle. Data analysts student activity observed in the first cycle, among others, reading (38%), doing worksheets (27%), asking fellow friends (6.5%), ask the teacher (15.5%), and are not relevant to the teaching (13%). Student activity data observed in the second cycle include reading (25.5%), working on worksheets (50%), asking fellow friends (16%), ask the teacher (3.5%), and are not relevant to the KBM (5%). Application of the method for teaching assignments makes the students very happy, very excited. However, there are limitations to the study conducted at SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, including; 1) the material studied in each cycle is different though on the same subject, namely "Writing". This allows the students 'understanding of different material, perhaps in the first cycle students' level of understanding is higher than the second cycle, or vice versa. This study was only conducted in one class that is a class IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, because of limited funds and time, this limits the final conclusion only applies to the subject class and need proof for another class. Keywords: Activity Learning, Learning Outcomes, Methods Assignment I.
Pendahuluan
Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah konsep berpikirnya. Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, apalagi untuk yang akan datang. Untuk itulah, perubahan selalu dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan formal saat ini ditandai dengan adanya perubahan yang berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba
67
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
menghindarinya. Jika perubahan direspon positif akan menjadi peluang dan jika perubahan direspon negatif akan menjadi arus kuat yang menghempaskan dan mengalahkan kita. Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitarnya. Peneliti sebagai seorang guru juga memiliki masalah tersendiri. Peneliti merupakan guru kelas IV. Kelas yang peneliti ajar memiliki masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dimana banyak siswa peneliti yang tidak dapat menulis sesuai dengan penulisan hurup yang sebenarnya dan EYD. Banyak siswa peneliti yang tidak dapat menuliskan hurup “ p” dan “g” dengan benar. Mereka tidak menulis sesuai dengan kaidahnya, dimana hurup “p” kakinya tidak di tulis di bawah garis pembatas buku melainkan sejajar dengan hurup lainya, begitu juga “g”. Selain itu siswa juga sering menulis dengan menggunakan hurup kapital di tengah kata, contoh “perwakilan”. Guru sudah mengingatkan siswa berkali-kali tentang penggunaan hurup kapital yang benar dan penulisan “p” dan “g”, namun hal tersebut terus berulang. Selain masalah di atas sering pula guru menemukan siswa yang tidak memiliki persiapan untuk mengikuti KBM seperti tidak memiliki pulpen, dan buku tulis, jika peneliti menanyai siswa tersebut, mereka menjawab mereka tidak memiliki pensil atau buku. Sering peneliti harus meminjamkan pulpen kepada siswa dan membelikan buku tulis. Jika tidak demikian siswa tersebut hanya diam tanpa berusaha. Kendala lain yang peneliti alami yakni perpustakaan sekolah yang tidak memadai dan jorok. Hal tersebut menyebabkan sulit bagi guru untuk memotivasi siswa agar gemar membaca, agar siswa dapat memahami penulisan dan penggunaan EYD dengan baik dengan banyak membaca sehingga, keterampilan menulis siswa juga menjadi baik.
68
Pada penelitian ini peneliti akan menerapkan metode penugasan, di mana peneliti akan memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah yang kemudian tugas tersebut akan menjadi bahan ajar di sekolah. Penerapan metode penugasan ini merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang peneliti lakukan selaku guru. Dengan menugaskan siswa menulis di rumah, kemudian memeriksa tugas tersebut secara berkelompok di sekolah. Berangkat dari latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis mengambil judul Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Penugasan Pada Materi Pokok Menulis Di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung. Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode penugasan berpengaruh terhadap aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun Pembelajaran 20012/2013? 2. Apakah prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat dengan diterapkannya metode penugasan di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun Pelajaran 2012/2013? Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh metode penugasan terhadap aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun Pembelajaran 20012/2013. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia setelah diterapkannya metode penugasan pada siswa kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun Pembelajaran 20012/2013. II. Kajian Pustaka 1.
Pengertian Belajar Belajar didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh adanya pengalaman. Pengalaman dalam hal ini berarti suatu kegiatan yang pernah dilakukan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru atau juga suatu yang pernah dialaminya.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu proses uasaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 2.
Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan, yaitu terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2006:101) mengelompokan jenisjenis aktivitas belajar sebagai berikut : a. Visualactivities. Misalnya : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain. b. Oralactivities. Misalnya : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan intruksi. c. Listeningactivities. Misalnya : mendengarkan, uraian percakapan, diskusi, musik dan pidato. d. Writingactivities. Misalnya : menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. e. Drawingactivities. Misalnya : menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. f. Motoractivities. Misalnya : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereperasi, bermain, berkebun dan beternak. g. Mentalactivities. Misalnya : menganggap, mengingat memecahakan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. h. Emotionalactivities. Misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. 3.
Metode Penugasan Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberikan latihan kepada siswa umtuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Metode pembelajaran pemberian tugas/ penugasan dapat diberikan kepada siswa di luar proses pembelajaran. Tujuan pemberian tugas adalah untuk menunjang pelaksanaan program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga agar siswa dapat lebih menghayati bahanbahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta melatih siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Ruang lingkup kegiatan metode penugasan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), sebagai berikut: a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah). b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka suatu pokok bahasan. c. Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok. d. Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pemeriksaan, dan penilaian. e. Azas Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran dengan metode penugasan dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan atau di tempat lain. Bentuknya juga dapat disesuaikan dengan materi pokok bahasan yang sedang dipelajari. Misalnya dapat berupa membuat laporan, mengarang, mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan sebagainya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode penugasan harus memperhatikan azas-azas sebagai berikut: a. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler. b. Hubungannya jelas dengan pokok bahasan yang diajarkan. c. Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya. d. Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis. e. Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun orang tua siswa. f. Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur. Jadi pemberian tugas/ penugasan yang tidak berdasarkan azas-azas tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh sebab itu guru harus
69
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
mempertimbangkan pelaksanaannya secara baik. 1. Bentuk Pelaksanaan pembelajaran dengan metode penugasan. Kegiatan penugasan dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok. Kerja kelompok mempunyai arti yang sangat penting untuk mengembangkan sikap bergotongroyong, tenggang rasa, persaingan sehat, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan memimpin. Jenis tugas hendaknya juga disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok, sehingga tugas benar-benar dapat dilakukan secara kelompok. Jadi tugas yang tidak seharusnya diberikan secara kelompok dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan baru bagi siswa, sedangkan tugas perorangan mempunyai makna untuk mengembangkan sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian kegiatan belajar dan minat serta kemampuan siswa. 2. Langkah-langkah Pelaksanaan Pelaksanaan tugas meliputi (3) tiga kegiatan pokok, yaitu: a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: - Tujuan yang akan dicapai. - Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut. - Sesuai dengan kemampuan siswa. - Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. - Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah pelaksanaan tugas - Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru. - Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. - Diusahakan/ dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. - Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. c. Fase mempertanggungjawabkan tugas - Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang dikerjakannya. - Ada tanya-jawab diskusi kelas. - Penilain hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. (Sudjana 1989:81-82).
70
Metode penugasan mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: a. Kelebihan - Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. - Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. - Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. - Dapat mengembangkan kreativitas siswa. b. Kekurangannya - Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataupun orang lain. - Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. - Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. - Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. (Djamarah 2010:87). III. Metodelogi Penelitian A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang siswa. Adapun yang bertindak sebagai observer dalam penelitian ini adalah guru teman sejawat yaitu Semangat Br Tarigan dan Mahniar Ama.Pd. B. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi aktivitas siswa. C. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
siklus I dan II dengan materi “Menulis”. Berikut data pretes siswa kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi pokok Menulis. Tabel 1. Distribusi Hasil Pretes Siswa Rata-rata Nilai Frekuensi 10
1
20
6
D. Teknik Analisis Data
30
10
Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: a. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II b. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.
40
2
50
1
Jumlah
20
F.
Kriteria Keberhasilan
Berkaitan dengan indikator kinerja Suwandi dan Madyo Eko Susilo (2007:36) menyatakan bahwa ”Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini indikator pencapaian apabila nilai siswa secara individu mencapai KKM Bahasa Indonesia kelas IV yang ditetapkan sekolah sebesar 70 dan secara klasikal ≥85% siswa mencapai KKM tersebut. IV. Hasil Dan Pembahasan 1. Data Pretes Sebelum melaksanakan siklus I terlebih dahulu peneliti memberikan pretes kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mengatahui kondisi siswa sebelum tindakan siklus I diberikan. Adapun soal pretes mencakup semua indikator yang akan di ajarkan pada
2.
28
Data Siklus I
Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus I, yang terdiri dari RPP 1 dengan materi “Menentukan Topik Karangan” dan 2 dengan materi “Penggunaan Tanda Baca EYD”, soal tes formatif 1 yang mewakili indikator materi “Menentukan Topik Karangan” dan “Penggunaan Tanda Baca EYD”, dan alat-alat pengajaran yang mendukung seperti LKS. Sebelum melakukan tindakan, karena metode yang peneliti gunakan adalah metode penugasan, maka peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk mencari contoh karangan fabel tanpa menulis judul karangan tersebut. Hal ini dilakukan karena yang menjadi materi pada pertemuan berikutnya (KBM I siklus I yakni “Menentukan Topik Karangan”). Data yang diambil siswa tersebut akan menjadi bahan siswa dalam mengikuti KBM pada siklus 1. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 dan 8 Maret 2013 di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung dengan jumlah 20 siswa (100%). Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
71
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Setelah 2 KBM pada siklus 1 selesai dilaksanakan maka peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh pada siklus I. Adapun hasil analisis peneliti sebagai berikut: 1). Data Aktivitas Pada Siklus I Tabel 2 Skor Aktivitas Belajar diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat (Semangat Br Tarigan dan Mahniar, Ama.Pd) selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20 kali. Adapun data aktivitas yang diperoleh selama 40 menit pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 2. Skor Aktivitas Belajar Siswa No Aktivitas Jumlah Persentase 1 Menulis,membaca 76 38% 2 Mengerjakan 54 27% Bertanya pada 3 13 6,5% teman Bertanya pada 4 31 15,5% guru Yang tidak 5 26 13% relevan 2). Data Hasil Belajar Siswa Siklus I Akhir Pertemuan ke dua dilakukan (siklus I) tes hasil belajar atau disebut formatif 1, data hasil formatif 1 siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa melalui metode penugasan. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel 3.berikut: Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif 1 Nilai Frekuensi Nilai rata-rata 40
3
60
7
80
5
100
5
Jumlah
20
72
72
Merujuk pada Tabel 3 tersebut, nilai terendah formatif 1 adalah 40 dan tertinggi adalah 100 dengan 10 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 50 %. Nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus 1 kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 72. Tahap Refleksi Meskipun pembelajaran siklus I telah meningkatkan hasil belajar siswa dari 0% (pretes) menjadi 50% (formatif 1) siswa secara klasikal mencapai kriteria ketuntasan minimum, namun ketuntasan secara klasikal belum tercapai karena masih di bawah 85%. Rendahnya hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa, dimana aktivitas belajar siswa dominan membaca dan menulis (individual) sebesar 38% dan tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 13%. Beberapa hal yang teridentifikasi sebagai penyebabnya diantaranya: a. Masih ada siswa yang tidak peduli bahkan tidak mau tau dengan tugas yang diberikan untuk dikerjakan secara individu di luar sekolah (di rumah) akibatnya tugas yang dikerjakan oleh siswa tersebut asal jadi tanpa mengikuti intruksi yang telah diberikan guru bahkan ada beberapa siswa yang tidak mengerjakannya. b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan ataupun memberi pendapat pada sesi tanya jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanya jawab sulit dilakukan dan kurang menggairahkan siswa. c. Guru belum menggunakan media pada saat mengajar sehingga siswa kurang semangat saat mengikuti pembelajaran. d. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat belajar dan belajar secara aktif di kelas. Tahap Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Berdasarkan pada permasalahanpermasalahan yang ditemui pada siklus I maka guru sebagai peneliti merencanakan tindakantindakan perbaikan pembelajaran. Peneliti menganalisis dan berdiskusi dengan tutor peneliti Drs. Ratelit, M.Pd serta nara sumber dari LPMP dan juga teman sejawat peneliti
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
untuk merumuskan tindakan-tindakan perbaikan pelaksanaan siklus II. Adapun tindakan yang akan dilakukan di siklus II diantaranya: a. Lebih memberikan motivasi kepada siswa agar bersedia mengerjakan tugas di luar jam pelajaran (luar sekolah) untuk kemudian menjadi bahan diskusi di kelas dengan memberikan permen bagi siswasiswa yang mengerjakan tugasnya dengan baik. b. Guru memaparkan dan mengembalikan seluruh hasil kerja siswa baik kelompok dan individu yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. c. Guru membuat media dengan menuliskan contoh pengumuman dan pantun di karton sebagai media ajar untuk KBM 3 dan KBM 4. d. Guru menginformasikan pada siswa bahwa siswa yang aktif dalam diskusi ataupun dalam sesi tanya jawab akan mendapat nilai tambahan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. 3.
Data Siklus II
Tahap Perencanaan Setelah data-data formatif I dan aktivitas siklus I dianalisis untuk mendapat suatu gambaran tentang keberhasilan siswa, peneliti kemudian berdiskusi untuk mengambil tindakan berikutnya pada siklus II. Diskusi peneliti lakukan dengan tutor dari LPMP dan UNIMED, guru sejawat, pengamat peneliti dan pendamping dari UNIMED. Adapun data yang peneliti peroleh seperti yang telah dijelaskan pada tahap revisi dan tindakan perbaikan seperti di atas. Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3 dan 4 dengan materi “ Pengumuman” dan “Pantun”, soal tes formatif II yang mencakup indikator pengumuman dan pantun, dan alat-alat pengajaran yang mendukung seperti buku yang mendukung, media pantun dan puisi yang telah peneliti tuliskan di karton.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 19 dan 22 Maret 2013 di kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung dengan jumlah siswa 20 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada revisi siklus I. Selama KBM siklus II berlangsung, adapun data yang diperoleh yakni data aktivitas dan hasil belajar siswa. Data aktivitas di diperoleh dari pengamatan observer pada saat siswa melakukan diskusi dan data aktivitas belajar siswa diperoleh dari tes di akhir siklus II (KBM 4). Setelah seluruh data dikumpulkan, peneliti kemudian menganalisis data dan mendiskusikan hasil analisis tersebut dengan tutor, teman sejawat, pengamat serta pendamping peneliti. Penyajian data yang telah di analisis sebagai berikut: 1) Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20 kali. Adapun data aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai berikut: Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa II No 1 2 3 4 5
Aktivitas
Jumlah
Persentase
Menulis,membaca Mengerjakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan
51 100
25,5% 50%
32
16%
7 10
3,5% 5%
2) Data Hasil Belajar Siswa Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Akhir KBM keempat dilakukan tes hasil belajar atau disebut formatif II, datanya dapat dilihat pada tabel berikut:
73
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Tabel 5. Distribusi Hasil Formatif II Nilai rataNilai Frekuensi rata 60 2 80
11
100
7
Jumlah
20
85
Merujuk pada Tabel 5, nilai terendah untuk formatif II adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan 2 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Keterampilan menulis siswa juga mengalami peningkatan, hasil kerja siswa sudah mulai rapi dan juga penulisan tanda baca sudah benar. Beberapa siswa sudah menuliskan “p” dan “g” dengan benar namun masih ada siswa yang salah menuliskannya. Nilai rata-rata kelas adalah 85. Tahap Refleksi dan Tahap Tindakan Perbaikan Pelaksanaan Selama pengamatan terhadap kegiatan siswa siklus II (ranah afektif), penilaian terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan pembelajaran dengan metode penugasan pada siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang cukup patal yang harus diadakan perbaikan, siswa yang tidak peduli bahkan tidak mau tau dengan tugas yang diberikan untuk dikerjakan secara individu di luar sekolah (di rumah) telah lebih aktif mengerjakan pekerjaan rumahnya di lihat dari hasil pekerjaan rumahnya. Siswa yang tidak mengerjakannya tugas kini telah mengerjakan tugasnya. Siswa sudah mulai aktif dalam sesi tanya jawab. Guru telah menggunakan media pada saat mengajar sehingga siswa menjadi lebih semangat saat mengikuti pembelajaran. Siklus II dapat diatasi oleh guru dengan baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Karena proses pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah dapat mencapai hasil
74
yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka tidak diadakan siklus selanjutnya. Sedangkan untuk revisi pelaksanaan, guru harus lebih pintar memanajemen waktu pada saat melakukan diskusi dan memberi sesi tanya jawab. Guru juga harus mampu memotivasi siswa agar siswa lebih aktif selama pembelajaran baik pembelajaran di sekolah, maupun pembelajaran di luar sekolah pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. III. Hasil Dan Pembahasan Sebelum pembelajaran siklus I dilakukan, telah disusun perangkat pembelajaran dan instrument penelitian yang dihasilkan dari diskusi bersama tutor dan pembimbing penelitian. Kemudian dilakukan tes hasil belajar sebagai pretes untuk mengetahui kondisi awal siswa. Merujuk pada Tabel 1, nilai rata-rata kelas adalah 28 nilai terendah untuk pretes adalah 10 dan tertinggi adalah 50 dengan KKM sebesar 70 tidak seorang pun mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 0% yang mengindikasikan bahwa siswa tidak mempersiapkan diri dengan belajar di rumah tentang materi yang akan dibahas sebelum datang ke sekolah karena rendahnya minat dan aktivitas belajar siswa di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan aktivitas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode penugasan. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sesuai perencanaaan yang ditetapkan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi pembelajaran siklus II yang relatif sama dengan siklus I ini berimplikasi pada hasil belajar kedua siklus yang tidak jauh berbeda. Pada siklus I data aktivitas belajar siswa yang diperoleh yakni aktivitas membaca/menulis pada siklus I menjadi aktivitas yang paling dominan yakni sebesar 38%, aktivitas mengerjakan sebesar 27%. Siswa masih banyak memerlukan bimbingan dalam pelaksanaan diskusi, hal tersebut terlihat dari persentasi bertanya kepada guru yang mencapai 15,5%. Siswa juga dalam pelaksanaan diskusi bertanya kepada teman
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
dalam kelompoknya, jika ada hal tidak ia mengerti sehingga aktivitas bertanya pada teman mencapai persentasi 6,5%. Di saat yang sama usaha peneliti untuk mengalihkan perhatian siswa pada proses pembelajaran belum begitu berhasil yang mengakibatkan munculnya aktivitas tidak relevan dengan KBM sebesar 13%. Setelah berakhirnya siklus I dilaksanakan tes hasil belajar sebagai formatif I. Merujuk pada Tabel 4.3, nilai rata-rata formatif I adalah 72, nilai terendah formatif I adalah 40 dan tertinggi adalah 100. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan adalah 70. Dari formatif yang dilakukan 10 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau tidak tuntas, dengan demikian ketuntasan klasikal adalah sebesar 50%. Kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85%. Sehingga nilai ini tidak memenuhi kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Beberapa hal yang teridentifikasi sebagai penyebabnya diantaranya: a. Masih ada siswa yang tidak peduli bahkan tidak mau tau dengan tugas yang diberikan untuk dikerjakan secara individu di luar sekolah (di rumah) akibatnya tugas yang dikerjakan oleh siswa tersebut asal jadi tanpa mengikuti intruksi yang telah diberikan guru bahkan ada beberapa siswa yang tidak mengerjakannya. b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan ataupun memberi pendapat pada sesi tanya jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanya jawab sulit dilakukan dan kurang menggairahkan siswa. c. Guru belum menggunakan media pada saat mengajar sehingga siswa kurang semangat saat mengikuti pembelajaran. d. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat belajar dan belajar secara aktif di kelas. Berdasar pada permasalahanpermasalahan yang ditemui pada siklus I maka guru sebagai peneliti berdiskusi dengan tutor peneliti dan juga teman sejawat, pengamat dan pendamping peneliti dari UNIMED untuk merencanakan tindakan-tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan di siklus II. Adapun tindakan perbaikan hasil diskusi
peneliti dengan tutor, teman sejawat, pengamat dan pendamping peneliti diantaranya: a. Lebih memberikan motivasi kepada siswa agar bersedia mengerjakan tugas di luar jam pelajaran (luar sekolah) untuk kemudian menjadi bahan diskusi di kelas dengan memberikan permen bagi siswasiswa yang mengerjakan tugasnya dengan baik. b. Guru memaparkan dan mengembalikan seluruh hasil kerja siswa baik kelompok dan individu yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. c. Guru membuat media dengan menuliskan contoh pengumuman dan pantun di karton sebagai media ajar untuk KBM 3 dan KBM 4. d. Guru menginformasikan pada siswa bahwa siswa yang aktif dalam diskusi ataupun dalam sesi tanya jawab akan mendapat nilai tambahan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II berdasarkan hasil refleksi dan revisi siklus I maka pada siklus II pembelajaran sudah kondusif. Adapun data aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai berikut: Aktivitas membaca dan menulis mengalami penurunan yakni sebesar 25,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa sudah mempersiapkan diri di rumah untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. Siswa juga aktif berdiskusi menyelesaikan tugas di rumah, sehingga pada saat pembelajaran aktivitas yang dominan dilakukan siswa adalah aktivitas mengerjakan LKS yakni sebesar 50%. Kemampuan berpikir siswa juga mengalami peningkatan, hal ini terlihat dengan menyusutnya ketergantungan siswa kepada guru yang ditandai dengan menyusutnya aktivitas bertanya pada guru (3,5%). Siswa juga menunjukkan sikap koperatif dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya aktivitas bertanya kepada teman menjadi 16%. Pada pembelajaran siklus II kegiatan pembelajaran lebih baik dari pada siklus I, hal ini mengindikasikan bahwa tindakan perbaikan yang diterapkan pada siklus II membawa dampak yang positif. Hal ini dibuktikan dengan menyusutnya aktivitas yang tidak relevan dari 13% menjadi 5% pada siklus II.
75
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Setelah berakhirnya siklus II dilaksanakan tes hasil belajar sebagai formatif II. Instrumen formatif II adalah bagian dari instrument pretes yang indikatornya diajarkan pada siklus II. Merujuk pada Tabel 4.5, nilai terendah untuk formatif II adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 70. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85 nilai ini meningkat dibandingkan formatif I dan telah tuntas. Sebanyak 2 siswa memperoleh nilai di bawah KKM atau ketuntasan klasikal telah mencapai 90%. Mengacu pada kriteria ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II juga berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas meski masih meninggalkan 2 siswa yang nilainya belum tuntas. Penting dalam catatan peneliti bahwa hasil belajar dapat di perbaiki dengan lebih menekankan pembimbingan. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanari, 2002).
2.
Dengan menggunakan metode penugasan diperoleh hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan tuntas individunya sebanyak 10 orang dengan tuntas kelas sebesar 50%. Pada siklus II menunjukkan tuntas individu 18 orang dengan tuntas kelas sebesar 90%. Hasil belajar siswa dengan menerapkan Metode Penugasan formatif I dan formatif II menunjukkan 72 dan 85 dari data tersebut menunjukkan tuntas sesuai dengan KKM Bahasa Indonesia kelas IV. Hal ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya. Daftar Pustaka
Ali, M. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Combs. A. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
IV. Kesimpulan
Djamarah, S.B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus I antaralain menulis/membaca (38%), mengerjakan LKS (27 %), bertanya sesama teman (6,5%), bertanya kepada guru (15,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (13%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antaralain menulis/membaca (25,5%), mengerjakan LKS (50%), bertanya sesama teman (16%), bertanya kepada guru (3,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari setiap siklus.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
76
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Penelitian Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
77