Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK BANGUN DATAR DAN POLA BARISAN Di KELAS V SD NEGERI 101738 DISKI Oleh :
Hotmaidah, S.Pd*) *)
Guru SDN 101738 Diski NIP. 19580404 197801 2 002
[email protected]
Abstract The purpose of research to determine learning outcomes Elementary School fifth grade students 101 738 Diski second half year 2013/2014 Learning is increased when applied Learning Model of Problem Solving in mathematics. Subjects of this study was taken in class V 101 738 Diski second half year 2013/2014 Learning totaling 34 people. Student activity data according to observers in Cycle I, among others, write / read (35%), Working LKS (23.18%), ask peers (15%), ask the teacher (19.55%), and which are not relevant to the KBM (7.27%). Student activity data observed in Cycle II, among others, write / read (20.43%), Working LKS (44.35%), ask peers (22.61%), ask the teacher (7.39%), and which are not relevant to the KBM (5.22%). Resulting in improved student learning activities in two cycles. The improvement in student learning activities followed by improvement in learning outcomes with initial data pretest with an average value of 30 with classical completeness percentage of 0%. Data formative one in the first cycle with the average value of the percentage of mastery learning rata74 58.8%. Data formative II on the second cycle showed 91.17% of students completed the classical with the average grade 84. remembering who have achieved mastery class II cycled to the discontinued classroom action research cycle II. Keywords: Problem Solving, Learning Outcomes
I Pendahuluan Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Peneliti selaku guru di SD Negeri 1017801 Binjai Km 15 Diski juga telah berusaha untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, tetapi sampai saat ini peneliti belum mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuai dengan inovasi pendidikan guru sebagai ujung tombak pendidikan juga harus inovatif. Guru harus dapat menerapkan inovasi pendidikan tersebut yang salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran. Dalam hal ini peneliti ingin menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. Salah satu
41
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
model pembelajran berdasarkan masalah adalah problem solving. Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik& Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Akitvitas belajar yang diharapkan peneliti hingga saat ini belum tercapai pada siswa kelas V SD Negeri 101738 Diski. Keadaan dan suasana kelas kerap kali tidak mendukung kegiatan belajar mengajar itu berjalan dengan baik. Adanya siswa yang ribut dan beraktivitas diluar dari kaitannya dengan materi yang disampaikan guru sangat menganggu proses KBM. Menyita perhatian dan waktu guru yang terbatas hanya untuk menertibkan siswa yang bertindak diluar materi yang diajarkan pada saat guru menyampaikan materi. Peneliti memilih model pembelajaran problem solving yang termasuk pada Cooperative Lerning. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Pembelajaran Cooperative menuntut siswa berkerja secara kelompok. Menemukan
42
masalah dan menyelesaikannya, hal ini akan membantu siswa untuk fokus dalam belajar, sehingga menekan dan meredam aktivitas negatif yang dilakukakn siswa saat KBM berlangsung. Untuk itu peneliti melakukan penelitian berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Bangung Datar Dan Pola Barisan di Kelas V SD Negeri 101738 Diski” Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut; 1) Apakah hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 101738 Diski semester Genap Tahun Pembelajaran 2013/2014? 2) Apakah aktivitas belajar siswa meningkat saat diterapkan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 101738 Diski semester Genap Tahun Pembelajaran 2013/2014? Merujuk pada rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem solving 2) Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran problem solving. II Metode Penelitian A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 101738 Diski di Jalan Binjai KM 15,2 Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang pada bulan Maret sampai dengan Juni Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu Kelas V SD Negeri 101738 Diski 34 orang. C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: a. Tes hasil belajar. b. Lembar aktivitas siswa
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
D. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikoloTutor Sebaya sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). E. Teknik Analisis Data Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II. 2. Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus:
NilaiSiswa =
Jumlah jawaban benar × 100 Jumlah seluruh soal
(Slameto,2001:189) b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:
X=
∑X N
(Subino,1987:80)
Keterangan :
X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai VII N = Jumlah peserta tes
c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: % 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ = 𝑥𝑥 100% 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
(Majid, 2009:268) d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas
Ketuntasan belajar kelas =
∑S K
b
× 100%
ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai≥ 65 (kognitif) ΣK = Jumlah siswa dalam sampel Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal. III Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas V semester genap SD Negeri 101738 Diski Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 orang siswa. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Juni Tahun 2014. Setelah melakukan siklus I dan siklus II, dan diperoleh data-data hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, maka data tersebut dapat disajikan dalam Tabel. Pengambilan data dilakukan empat kali pertemuan (4 KBM) dibagi menjadi dua siklus. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua disebut siklus I, dan pertemuan ketiga dan pertemuan keempat disebut siklus II. Sebelum memasuki siklus I maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 30 hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah. Siklus I Tahap Observasi • Data Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 1. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar
43
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Hasil Formatif I Nilai
Frekuensi
52 60 64 68 72 76 84 88 92 96
1 5 8 3 3 2 4 4 2 2
Tuntas Individu 3 3 2 4 4 2 2
Jumlah
34
20
Tuntas Kelas %
Nilai ratarata
Untuk merekam aktivitas siswa dilakukan oleh dua pengamat sesuai dengan instruksi oleh peneliti. Kedua pengamat melakukan pengamatan selama 4 kali atau Siklus I dan Siklus II. Hasil rekaman yang dilakukan oleh kedua pengamat diserahkan kembali kepada peneliti. Hasil analisis rekaman aktivitas siswa dari kedua pengamat selama 4 kali dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skor aktivitas belajar siswa
58,8%
74,1
Siklus I No 1 2
Pada Tabel 1 tersebut, nilai terendah formatif I adalah 52 sebanyak 1 orang dan nilai tertinggi adalah 96 sebanyak 2 orang, dengan 14 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 58,8%. Nilai ini berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 74,1. Data hasil Formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:
3 4 5
Aktivitas Menulis, membaca Mengerjakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan
7
3 3
4 2
1
2
2 2
Nilai Formatif Siklus 1 N60 N84
N64 N88
N68 N92
N72 N96
Gambar 1. Grafik data hasil Formatif I • Data Aktivitas Belajar Siswa Setelah guru selesai menyajikan materi pembelajaran, maka siswa disuruh bekerja berkelompok untuk mengerjakan LKS. Siswa bekerja dalam kelompok, peneliti memberikan instrument aktivitas siswa kepada pengamat.
44
77
19.25
35%
51
12.75
23,18%
33
8.25
15%
43
10,75
19,55%
16
4
7,27%
40%
35% 23.18% 19.55% 15% 7.27%
Aktivitas Belajar Siswa
4 4
0 N 52 N76
Proporsi
0%
5
6
RataRata
Data pada Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai Gambar 2.
20% 8
Jumlah
Menulis, Membaca Mengerjakan LKS Bertanya Pada Teman Bertanya Pada Guru Tidak Relevan dengan KBM
Gambar 2. Grafik aktivitas siswa Siklus I Tahap Refleksi I Berdasarkan data Tabel 1 diperoleh bahwa rata-rata formatif 74,1 pada siklus I dengan persentase adalah 58,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 58% lebih kecil dari persentase
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving. Belum tercapainya standar ketuntasan tersebut tidak terlepas dari rendahnya aktivitas belajar siswa. Merujuk pada Tabel 4.1, pada siklus I rata-rata aktivitas I yakni menulis dan membaca memperoleh persentase 35%. Aktivitas mengerjakan LKS mencapai 23,18%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 15%. Aktivitas bertanya kepada guru 19,55% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 7,27%. Aktivitas membaca memperoleh persentase lebih besar dibandingkan aktivitas mengerjakan. Hal ini berarti siswa belum mempersiapkan diri dari rumah, sehingga pada saat diskusi siswa masih banyak yang membaca dibandingkan mengerjakan LKS dalam diskusi Kelompok. Pada proses pembelajaran masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu : 1. Ketika siswa berdiskusi dalam kelompok banyak kelompok yang terlihat bingung dalam pelaksanaannya sehingga peneliti kewalahan melayani pembimbingan tiap kelompok. 2. Sementara beberapa siswa tidak aktif dalam melaksanakan diskusi, siswa tersebut hanya berdiam diri, seolah-olah tidak mau tahu dan hanya melakukan kegiatan menulis dan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang aktif dalam berargumen. 3. Pembahasan lebih didominasi oleh satu atau dua orang sedangkan anggota lain hanya mengikuti saja. siswa kurang dalam mengajukan pertanyaan atau pendapat pada presentasi yang telah dilakukan kelompok lain. 4. Siswa belum rapi dalam menuliskan hasil diskusi serta gagasannya di papan tulis. 5. Pada pertemuan I kelompok siswa masih berada pada tahap penyesuaian diri, sehingga belum terlihat kerjasama yang baik diantara siswa dalam kelompok. 6. Terdapat juga kegaduhan pada satu kelompok dalam diskusi. Dalam melengkapi LKS I ada yang salah dalam membuat kesimpulan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembelajaraan Siklus I belum mampu menekan adanya miskonsepsi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Revisi Dari paparan deskripsi penelitian tindakan kelas siklus I, maka di dalam refleksi diupayakan perbaikan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pada Siklus II, beberapa perbaikan pembelajaran dilakukan antara lain: (1) Peneliti harus berupaya agar pembahasan diskusi melibatkan seluruh siswa dalam kelompok itu.(2) Peneliti supaya lebih antusias memberikan dorongan dan semangat siswa untuk bertanya, menjawab dan memberikan komentar dalam diskusi kelas. (3) Melakukan patokan pada format analisis yang mengarahkan pada kesimpulan sehingga siswa dapat melakukan pengambilan kesimpulan secara runtun dan sistematis (4) Memperbaiki media yakni dengan menampilkan beberapa contoh dari materi yang di jelaskan yang berisi tentang ciri khas sisi sudut dan diagonal dari bentuk persegi mengasah dengan media menampilkan Buku matematika atau bendabenda yang berbentuk mnyerupai bangun datar, belah ketupa, dan lain-lain untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajaran. Siklus II Tahap Observasi • Data Hasil belajar siswa Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II datanya dapat dilihat Pada Tabel 3 adalah sebagai berikut:
45
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif II Nilai
Frekuens i
54 57 61 68 71 75 79 82 86 89 93 96 100 Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 6 7 6 3 1 4 34
Tuntas Individu 1 1 1 1 6 7 6 3 1 4 31
Tuntas Kelas %
Ratarata
91,17%
84
• Data Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan Materi Bangun datar dan Pola barisan yang paling dominan adalah aktivitas mengerjakan, bertanya kepada guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Penskoran dilakukan dan dijabarkan dalam data berupa Tabel aktivitas oleh pengamat I dan II untuk siklus II sebagai berikut: Tabel 4. Skor aktvitas belajar siswa Siklus II No Aktivitas
Nilai terendah untuk Formatif II adalah 54 sebanyak 1 orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak 4 orang. Dengan 3 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 91,17%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 84 Data hasil Formatif II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:
Menulis, membaca Mengerjakan Bertanya 3 pada teman Bertanya 4 pada guru Yang tidak relevan 5 Jumlah 1 2
11,75
20,43
102
25,5
44,35
52
13
22,61
17
4,25
7,39
12
3
5,22
230
57,5
100%
40.00%
5 4
35.00% 30.00%
3
3 2
47
45.00%
5 4
Proporsi
44.35%
6
6
RataRata
Data pada Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai Gambar 4.
7 7
Jumlah
25.00% 1 1 1 1 1 1 1
22.61%
20.00%
1
1
15.00%
0
10.00%
7.39%
5.22%
5.00%
Nilai Formatif Siklus II N 54 N57 N61 N68
N71
N75
N79
N82
N89
N93
N96
N100
N86
20.43%
Gambar 3. Grafik data hasil Formatif II
0.00% Menulis, Membaca2
Mengerjakan LKS
Bertanya Pada Teman
Bertanya Pada Guru
Yang Tidak Relevan
Gambar 4. Grafik aktivitas siswa Siklus II
46
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Tahap Refleksi dan tindakan perbaikan Hasil belajar siswa diakhir siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 91,17%, yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 3 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya. Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran Problem Solving diberi tindakan berupa menampilkan media buku gambar, kertas karton, gunting, rol, papan tulis, dan bendabenda yang berbentuk bangun datar, trpesium, belah ketupat dan layang-layang yang berisi tentang bangun datar dan pola barisan dan memunculkan banyak aktivitas efektif. Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Problem Solving dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan tindakan perbaikan pelaksanaan (revisi) terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri 101738 Diski pada materi pokok “Bangun Datar dan Pola Barisan”. Pada awal
penelitian diberikan tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Dari hasil tes diagnostik diperoleh hasil belajar siswa yaitu dengan rata-rata 30. Tes diagnostik tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih dibawah nilai ketuntasan. Oleh karena itu, peneliti merencanakan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving. Setelah diketahui kemampuan awal siswa, kemudian dilakukan pembelajaran yang sama dengan menerapkan model problem solving. Dari hasil observasi, Pada siklus I rata-rata skor aktivitas membaca dan menulis adalah 35% dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas membaca dan menulis mencapai 20,43%, pada aktivitas ini mengalami penurunan karena siswa lebih banyak melakukan aktivitas mengerjakan. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas mengerjakan dari 23,18% menjadi 44,35 %. Sedangkan bertanya sesama siswa naik dari 8,25% menjadi 22,61%. Aktivitas bertanya pada guru mengalami penurunan dari 10,75% menjadi 7,39% pada siklus II. Penurunan aktivitas bertanya pada guru berarti siswa sudah mulai dapat berfikir kritis tetapi masih perlu bimbingan guru karena penurunannya hanya 3%. Sedangkan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM turun dari 7,27% menjadi 5,22 %. Uraian di atas menyatakan bahwa pada siklus I meski indikator keberhasilan telah tercapai namun terdapat 20 siswa yang belum tuntas nilainya. Oleh karena itu perlu adanya suatu tindakan pada siklus II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan mencapai indikator keberhasilan dengan ketuntasan klasikal mencapai maksimum. Tindakan yang diberikan berupa menampilkan media Karton, gunting, rol, buku gambar, dan menampilkan benda-benda yang menyerupai bentuk bangun datar persegi, persegi panjang, jajaran ganjang, layang-layang dan kaset papan tulis yang berisi Untaian Bnagun datar dan Pola barisan serta memberikan variasi-variasi penugasan yang bersifat memotivasi untuk melibatkan aktivitas semua anggota kelompok. Pada akhir pembelajaran KBM 1 dan 2 dilakukan formatif I untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran. Dari hasil penelitian ini diperoleh rata – rata formatif I siswa adalah 74 dengan nilai tertinggi 96 sebanyak 2 orang dan nilai
47
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
terendah 52 sebanyak 1 orang. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata – rata 84 dengan nilai tertinggi 100 sebanyak 4 orang dan nilai terendah 54 sebanyak 1 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok “Bangun datar dan Pola barisan Melalui Sifat-Sifat Allah yang Terkandung Dalam Asmaul Husna”di kelas V semester genab SD Negeri 101738 Diski Tahun Pembelajaran 2013/2014. Hasil belajar siswa diakhir siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 91,17%, yang berarti 3 orang siswa tidak memperoleh nilai tuntas. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada siklus II telah berhasil memberikan perbaikan aktivitas belajar yang juga menyebabkan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya walaupun siswa juga masih banyak membutuhkan bimbingan guru. Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem solving, tindakan yang diberikan berupa menampilkan media Karton, gunting, rol, buku gambar, dan menampilkan bendabenda yang menyerupai bentuk bangun datar persegi, persegi panjang, jajaran ganjang, layang-layang dan kaset papan tulis yang berisi tentang Bangun datar dan Pola barisan dan memberikan variasi-variasi penugasan yang bersifat memotivasi untuk melibatkan aktivitas semua anggota kelompok. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada siklus II yang lebih baik dari pada siklus I, meski kenaikan aktivitas individual seperti mengerjakan terjadi pada siklus II namun kondisi yang terjadi adalah berimbang antara aktivitas individu tersebut dengan aktivitas
48
kelompok yang berarti pula bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi aktivitas diskusi kelompok, dan hasil tes pada siklus II dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian. Dengan demikian pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar yang bermuara kepada peningkatan hasil belajar dengan menumbuhkan keinginan untuk saling membantu dalam pembelajaran. Berdasarkan nilai formatif (tes tertulis), dan nilai observasi (aktivitas belajar) pada`siklus II ini, telah dilakukan beberapa perbaikan pembelajaran antara lain: (1) Peneliti berupaya agar pembahasan diskusi melibatkan seluruh siswa dalam kelompok itu (2) Peneliti supaya lebih antusias memberikan dorongan dan semangat siswa untuk bertanya, menjawab dan memberikan komentar dalam diskusi kelas. (3) Melakukan patokan pada format analisis yang mengarahkan pada kesimpulan sehingga siswa dapat melakukan pengambilan kesimpulan secara runtun dan sistematis (4) Memperbaiki media yakni dengan menampilkan benda-benda yang menyerupai bangun datar belah ketupat, Trapesium, Lingkaran dan Layang-layang, Origami dan karton dan memberikan motivasi kepada siswa dengan menginformasikan semua nilai-nilai yang diperoleh siswa selama siklus I, serta cara-cara belajar yang efektif. Dengan adanya perbaikan-perbaikan tersebut, aktivitas belajar siswa semakin baik pada siklus II ini, serta hasil belajar siswa pun turut menjadi lebih baik (tinggi) dan telah memenuhi nilai standar yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Solving untuk siklus III tidak dilanjutkan lagi. Pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme yang berpusat pada siswa merupakan rangkaian tahap – tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi – kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Model pembelajaran Problem Solving mendorong siswa lebih aktif dalam belajar
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi dan akan lebih tertarik terhadap materi yang disampaikan. Keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap siswa terhadap materi pelajaran. Dengan peningkatan ini guru berharap kemampuan siswa untuk mengaplikasikan materi dapat di terapkan sendiri dalam kehidupan sehari-hari guna menumbuhkan kretivitas terhadap anak – anak didik itu sendiri . IV Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan Data-data tes hasil belajar, aktivitas belajar siswa terhadap model pembelajaran Problem Solving selama kegiatan belajar mengajar tersusun, kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah. 1. Data aktivitas siswa menurut kedua pengamatan pengamat pada siklus I antara lain: menulis/membaca (35%), Mengerjakan LKS (23,18% ), bertanya sesama teman (15%), bertanya kepada guru (19,55%), dan yang tidak relevan dengan KBM (7,27%). Dan Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antara lain: menulis/membaca (20.43%), Mengerjakan LKS (44,35%), bertanya sesama teman (22,61%), bertanya kepada guru (7,39%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5,22%). 2. Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving pada formatif I dan formatif II menunjukkan 20 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 31 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 74 dan 84. B. Saran Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diajukan yaitu: 1. Diharapkan bagi guru memperhatikan pengetahuan awal, bakat dan kecerdasan
yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran diberikan. 2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti mengalami kendala yaitu keadaan siswa yang kurang termotivasi untuk berpartisifasi dalam pembelajaran. Siswa juga tidak dapat berkolaborasi dengan baik dengan teman-teman satu kelompoknya untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS yang diberikan guru/peneliti. Maka untuk kasus seperti ini disarankan agar melakukan pengelolaan kelas dengan baik. 3. Pada saat diskusi kelompok berlangsung peneliti masih kesulitan dalam membimbing penuh pada masing-masing kelompok. Oleh sebab itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih membimbing siswa dengan cara aktif bertanya kepada siswa tentang kendala yang dihadapi, memotivasi, dan mengarahkan agar setiap siswa aktif berdiskusi dengan menjelaskan nilai dari satu orang siswa dapat mempengaruhi nilai dan nama baik kelompok serta memberikan penghargaan berupa nilai plus kepada siswa yang aktif agar siswa lebih termotivasi dan dapat berdiskusi dengan baik. 4. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Solving hasil belajar siswa semakin meningkat. Atas dasar ini disarankan bagi guru-guru SD Negeri 101738 Diski pada umumnya, dan khususnya bagi guru-guru pada mata pelajaran Matematika untuk dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam mengajarkan mata pelajaran Matematika tersebut dengan materi pokok Bangun Datar dan Pola Barisan. Daftar Pustaka Arsyad,A., (2006), Media Pengajaran, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta Bachtir, H.W., (1986), Media Pendidikan, Penerbit Rajawali Perada, Jakarta Daryanto, H., (2001), Evalusi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
49
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.04-Desember 2014 ISSN No. 2086-9681
Djamarah, S.B. dan Zain, A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Hidayat, M. A. (2005). Teori Pembelajaran matematika, Semarang : Program Pascasarjana. Hotmaidah. 2014. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Bangung Datar Dan Pola Barisan Di Kelas V SD Negeri 101738 Diski.Medan. Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., (2003), Perencanaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Nurhadi., (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan Dan Jawaban, Gramedia, Jakarta Ridwan, Sudiran. (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Cipta Pustaka Media Perintis, Bandung R.J. Soenarjo, (2008), Matematika Untuk SD/MI kelas V, Pusat Perbukuan, jakarta. S.Sadiman. A, dkk. (2005), Media Pendidikan Pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Pt. Raja grafindo Persada. Jakarta. Sudjana., (2005), Metode Statistika, Penerbit Tarsito,Bandung Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
50