Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SMAN 11 MEDAN
Oleh :
Listri Pardani dan Derlina Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan
Abstract This study aims to determine the effect of learning model based on the problem of the cognitive achievement of students in a dynamic electrical material in class X Semester II SMAN 11 Medan T.P. 2015/2016. This research is a quasi experiment. The population in this study were all students of class X Semester II SMAN 11 Medan consisting of ten classes. This research sample was taken two classes of grade X-6 as an experimental class and class X-7 as the control class, each of which amounted to 37 students. Sampling was done by cluster random sampling technique. The instrument band is used to determine the results of students' cognitive learning is a cognitive achievement test in the form of essays. After being given a different treatment experimental class based learning model and grade control problems with conventional learning, result showed the average value of the experimental class pretest was 44.93 and the average value of the control class is 40.20. After pembelajaan given postes finished with an average value of 69.39 experimental class and control class 61.89, t-test, post-test obtained t> table = 3.30> 1.668 and the data obtained both classes of normally distributed and homogeneous. Thus, it was found that cognitive learning outcomes of students who are taught by learning model is based on the problem of having a higher impact than students taught by conventional study on the dynamic electrical materials in Class X SMAN 11 Medan T.P. 2015/2016. Keywords: Problem Based Learning, Cognitive Learning Outcomes.
I. Pendahuluan Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009: 1).
Berdasarkan data Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara (https://pramithasari27.wordpress.com). Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu
11
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2009: 5). Dalam proses pentransferan informasi dari guru kepada siswa yang menjadi subjek pembelajaran, seharusnya tidak hanya guru yang aktif memberikan informasi, siswa juga dituntut untuk aktif dalam menerima informasi. Namun fakta dilapangan tidaklah demikian, siswa yang menjadi subjek pembelajaran bersifat pasif saat proses belajar mengajar berlangsung. Seiring dengan hal ini (Arends dalam Trianto 2009: 90), menyatakan :”it is strange that we expect student to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharunya menyelesaikan masalah. Uraian di atas menjelaskan bahwa belajar itu sendiri menjadi hal membosankan bagi siswa. Siswa akan semangat belajar saat pelajaran atau bidang studi yang disukainya. Selanjutnya dari hasil data angket diperoleh semua siswa kelas X mengatakan 50% pelajaran Fisika kurang menarik dan susah dimengerti. Setiap materi pelajarannya membosankan sehingga nilai hasil belajar siswa tersebut tidak memuaskan rata-rata dibawah KKM. 32% diantaranya menyatakan pelajaran fisika biasa-biasa saja dan nilai hasil belajar siswa masih kurang memuaskan ratarata masih sebahagian dibawah KKM. 18% diantaranya menyatakan pelajaran fisika menarik dan menyenangkan dan nilai hasil belajar siswa rata-rata diatas KKM. Selain itu, dari hasil angket semua siswa mengatakan bahwa, 75% Ketika dalam proses belajar mengajar pernah menggunakan media dan model pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Salah satu untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran
konvensional menjadi model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa, dimana pada saat ini ada banyak model pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam proses pembelajaran, misalnya adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. model pembelajaran berdasarkan masalah termasuk model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi dan koneksi) dalam memecahkan masalah. Menurut Arends (2008: 42) model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang otentik dan bermakna, yang mendorong siswa untuk melakukan proses penyelidikan dan inkuiri, dengan menghindari jawaban sederhana, serta memungkinkan adanya berbagai macam solusi dari situasi tersebut. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah keaktifan siswa lebih diutamakan karena kegiatan dalam pembelajaran berdasarkan masalah meliputi pengamatan terhadap masalah, merumuskan terhadap hipotesa, perencanaan penelitian sampai pelaksanaannya, hingga mendapatkan sebuah kesimpulan yang merupakan jawaban atau pemecahan permasalahan yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, perlu diteliti penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah melalui penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 11 Medan T. P. 2015 / 2016”. II. Metode Penelitian 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 11 Medan yang beralamat di Jalan Pertiwi No 93, Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang dan pelaksanaannya pada Semester II T.P. 2015/2016.
12
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
2.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester II SMA Negeri 11 Medan T.P 2015/2016 yang terdiri dari kelas X-1 sampai Kelas X-10 masing-masing kelas sebanayak 37 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random sampling) dimana setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas X-6 sebagai kelas kontrol dan kelas X-7 sebagai kelas eksperimen. 2.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperimen, yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan akibat pengaruh dari “sesuatu” yang dikenakan pada “subyek” yaitu siswa. Pengaruh yang dimaksudkan adalah hasil belajar siswa dengan model pembelajaran yang telah ditentukan dapat dilihat dari hasil jawaban siswa pada tes hasil belajar. 2.4 Prosedur Penelitian Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan kelas lainnya dijadikan kelas kontrol. Untuk mengetahui hasil belajar siswa diberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas tersebut. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel 1: Two Group Pre tes – Post tes Design Kelas
Pretes
Perlakuan
Postes
Eksperimen
T1
X
T2
Kelaskontrol
T1
Y
T2
Keterangan : T1 = Pretes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan
T2 = Postes diberikan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol X = Pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah Y = Pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran konvensional T1 = T 2 Dari hasil pretes yang diperoleh dilakukan uji Normalitas, uji Homogenitas dan uji kesamaan rata-rata (uji-t) untuk menentukan apakah data berdistribusi normal, homogen dan tidak ada perbedaaan yang signifikan antara hasil belajar kedua kelas diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah itu kedua kelas diberi postes. Dari hasil postes yang diperoleh dilakukan kembali uji Normalitas, uji Homogenitas dan uji kesamaan rata-rata (uji-t) untuk menentukan apakah data hasil belajar kognitif siswa trgolong normal, homogen dan ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kedua kelas yang menginduksi bahwa ada pengaruh atau tidak model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar kognitif siswa. III Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Data dari hasil penelitian ini berupa hasil belajar siswa yaitu pretes dan postes dan hasil observasi. Untuk hasil belajar kognitif dalam penelitian ini dimulai dari tingkatan C3 (Mengaplikasikan), C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi), C6 (Mencipta). Data untuk perolehan nilai C3,C4,C5,C6. Untuk lebih jelasnya hasil belajar kognitif siswa divisualisasikan dalam Grafik berikut ini:
13
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
NILAI HASIL BELAJAR KOGNITIF
Frekuensi
100 80 60 40
Eksperimen
20
Kontrol
0 c3
c4
c5
c6
Hasil Belajar Kognitif Gambar 1. Grafik Nilai Hasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Gambar diatas, hasil belajar dikelas eksprimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan di kelas eksprimen siswa dituntut untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah melalui proses menanggapi masalah, membuat hipotesis dari masalah yang ada, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data percobaan untuk mencari
solusi masalah yang ada, mengkomunikasikan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi serta membuat kesimpulan penyelesaian masalah. Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Observasi dilakukan hanya pada kelas eksperimen hasil aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Grafik dibawah ini:
NILAI AKTIVITAS SISWA 90
Nilai
85 80 75
70 Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Pertemuan
Gambar 2. Grafik Hasil Aktivitas Siswa Dari diagram batang diatas menunjukkan setiap pertemuan aktivitas siswa mengalami peningkatan. hal ini disebabkan semakin sering model pembelajaran berdasarkan masalah ini diterapkan, maka
siswa pun akan semakin terbiasa dengan model pembelajaran tersebut dan lebih memahami cara pembelajaran berdasarkan masalah itu, sehingga mampu meningkatkan aktivitas siswa
14
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
Tabel 2. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol kelas eksperimen kelas kontrol No Nilai f No Nilai f 1 7-16 0 1 7-16 2 2 17-26 3 2 17-26 5 3 3 27-36 2 27-36 10 X = 40,20 4 4 X = 44,93 37-46 13 37-46 6 S = 15,39 5 5 47-56 12 47-56 6 S = 2,40 6 6 7-16 57-66 7 8 Jumlah 37 Jumlah 37 Selain data pretes pada penelitian ini juga diperoleh data postes sebagai berikut: Tabel 3. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
kelas eksperimen Nilai f 42-48 0 49-55 2 56-62 10 63-69 6 X = 69,39 70-76 9 S = 9,06 77-83 7 84-90 3 Jumlah 37
Penelitian diawali dengan memberikan pretes terhadap kedua smapel dengan jumlah soal 10 butir dalam bentuk essay. Hasil pretes kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 44,93 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 40,20. Hasil tersebut menyatakan bahwa kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kemampuan awal kelas kontrol sebelum diberi perlakuan setelah diberi perlakuan yang berbeda yaitu pada kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan kedua kelas diberikan tes akhir (postes) untuk melihat adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa akibat diberikan perlakuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata postes kelas eksperimen memperooleh nilai rata-rata 69,39 dengan standar deviasi 9,06. Sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol 61,89 dengan standar deviasi 10,61. Hasil uji normalitas untuk kedua sampel diperoleh bahwa nilai pretes
No 1 2 3 4 5 6 7
kelas kontrol Nilai f 42-48 2 49-55 8 56-62 11 63-69 8 70-76 3 77-83 5 84-90 0 Jumlah 37
X = 61,89 S = 10,61
berdistribusi normal dimana Lhitung tidak melebihi Ltabel dan berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji hipotesis untuk postes menggunakan uji t satu pihak pda taraf signifikan diperoleh t hitung > thitung ( 3,30 >1,67) yang berarti bahwa Hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki pengaruh yang lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. 3.2 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki pengaruh yang lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis di Kelas X SMA Negeri 11 MedanT.P. 2015/2016. Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar kognitif siswa ini sesuai
15
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Kharida, Rusilowati, dan Pratiknyo (2012:6) yang menyatakan bahwa Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar kognitif kelas XI SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Hal ini ditunjukkandengan hasil belajar kognitif yang meningkat secara signifikan Besar peningkatan hasil belajar adalah 26% dengan ketuntasan belajar secara klasikal 86.67%. Dengan demikian terdapat peningkatan hasil belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya juga diungkapkan Firmansyah, kosim dan Ayub (2015:6) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dengan metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Pembelajaran berupa model pembelajaran berbasis masalah dengan metode eksperimen lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa daripada pembelajaran konvensional. Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini dimulai dari tingkatan C3 (Mengaplikasikan), C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi), C6 (Mencipta). Didapatkan bahwa hasil belajar dikelas eksprimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan di kelas eksprimen siswa dituntut untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah melalui proses menanggapi masalah, membuat hipotesis dari masalah yang ada, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data percobaan untuk mencari solusi masalah yang ada, mengkomunikasikan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi serta membuat kesimpulan penyelesaian masalah. Dalam kategori C3-C6, Hasil belajar kognitif siswa yang paling tinggi kategori C6 (mencipta) atau tingkat kesukaran soal paling tinggi. Akan tetapi pada kategori C4, siswa dikelas kontrol memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi dari kelas eksprimen. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis. Sesuai dengan pernyataan Arends (2009), “PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi
dengan jumlah besar kepada siswa, tetapi dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-level thingking skill)”. Model pembelajaran memiliki lima tahap orientasi yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian di SMA Negeri 11 Medan. Pada tahap orientasi siswa pada masalah (pertama), peneliti memotivasi siswa dengan memberikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dan pada tahap ini peneliti memberikan masalah kepada siswa dengan menunjukkan dua buah rangkaian sederhana yang berbeda. Pada tahap mengorganisasi siswa untuk belajar (kedua), peneliti memberikan materi pelajaran yang dipelajari kemudian membentuk kelompokkelompok belajar dan melakukan percobaan (eksperimen). Pada tahap penyelidikan individual maupun kelompok (ketiga), peneliti membimbing setiap siswa untuk mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah, dan melakukan percobaan (eksperimen) sekali lagi. Pada tahap mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit (keempat), peneliti membantu setiap kelompok menyelesaikan dan menjawab semua permasalahan yang ada, serta mempersentasikan hasil diskusi kelompok yang sudah disiapkan, kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan memberikan pendapat atau masukan. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (kelima), peneliti membantu siswa dalam mengkaji ulang pemecahan masalah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan penguatan pada pemecahan masalah tersebut dan pada tahap ini peneliti membuat tes evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa. Walaupun model pembelajaran berbasis masalah telah membuat hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional,tetapi ada beberapa hal kendalakendala dalam melakukan penelitian, yaitu Peneliti belum maksimal dalam mengelola waktu sehingga semua sintaks kurang efektif saat pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam hal mengontrol, mengarahkan siswa, menertibkan suatu kegiatan, peneliti sendiri masih belum mahir mengatasinya, hasilnya para siswa membuang waktu lebih banyak
16
Jurnal Saintech Vol. 08 – No.03 – September 2016 ISSN No. 2086-9681
hanya untuk bermain dengan alat-alat eksperimen, waktu yang mungkin bisa dipakai untuk membahas soal kurang maksimal. IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 40,20 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 61,89. 2. Hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi listrik dinamis sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 44,93 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 69,39. 3. Aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi listrik dinamis diperoleh nilai rata-rata 80,93 dengan kriteria sangat aktif. 4. Hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki pengaruh yang lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis di Kelas X SMA Negeri 11 Medan T.P. 2015/2016. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi guru, hendaknya menguasai semua sintaks dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan mengatur waktu untuk melaksanakan semua sintaks tersebut dengan tepat waktu dan siswa tersebut tidak merasa kesulitan di dalam mengikuti semua sintaks tersebut. 2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya sebelum melakukan penelitian maupun pembelajaran hendaknya melakukan simulasi agar mahir dalam hal mengontrol, mengarahkan siswa dan menertibkan suatu kegiatan.
Daftar Pustaka Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., (2015), Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Arends, R.I., (2008), Learning to Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standar Operasional (SOP) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan. Firmamsyah,A., Kosim.,Ayub,S., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Eksperimen pada Materi Cahaya Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Gunungsari Tahun Ajaran 2014/2015, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 1 No 3, Juli 2015. Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E., (2009), Models of Teaching, Pustaka Belajar: Yogyakarta. Kharida, L.A.,Rusilowati, A.,Pratoknyo., (2009), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan, Jurnal Pendidikan Fisik Indonesia (JPFI) Vol.1 No.5 Hal 83-89 Pramitasari, 2011, https://pramithasari27.wordpress.com/pen didikan/kualitas-pendidikan-di-indonesia/. Sani, R. A., (2014), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara: Jakarta. Sudjana, (2002), Metode Statistika, Tarsito: Bandung. Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
17