Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
PERANAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM KELEMBAGAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN Oleh : Dra. Ida Wahyuni *) *)
Staf Pengajar Jurdik Fisika Unimed Abstract
Technology education is a complex and integrated process involving people, procedures, ideas, equipment-peralatn and organizations to analyze the problem, find your way solving, implementing, evaluating, and managing solutions to problems concerning all aspects of human learning. The role of educational technology on education and training institutions to solve the problems that occur in the implementation process of education and training by trying various approaches to develop different strategies in the education and training. Results obtained when these educational technologies are maintained in both institutions is to change pengambikan level decisions, creating new instructional patterns, and allow for alternative forms of educational institutions. Keywords: Technology Education, Institutional Education
I.
Pendahuluan
Teknologi pendidikan dapat dikatakan secara singkat sebagai salah satu alternatif pemecahan untuk berbagai masalah pendidikan. Bagi seorang ekonom, teknologi dapat dikatakan semua cara atau kombinasi cara untuk memproduksi sesuatu hasil. Sedangkan bagi seorang ahli ilmu social teknologi diartikan sebagai seluruh perangkat ide, metoda, alat maupun kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam jangka waktu dan tempat tertentu. Suatu komisi khusus mengenai definisi dan terminoIogi yang dibentuk oleh AECT (Association of Educational and Communication Technology) merumuskan teknologi pendidikan sebagai Suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar manusia yang secara sistematis mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisir serta menggunakan segala macam sumber belajar, termasuk pengelolaan dari proses kegiatan (1977).
Secara defenisi teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan-peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Kesemuanya ini telah dirintis oleh tokoh-tokoh pendidikan seperti Aristoteles, Wundt, Pavlov, Skinner sehingga pemikiran filosofis dalam ilmu pendidikan terus berkembang sejalan dengan berkembangnya teknologi pendidikan itu sendiri sampai ditemukannya mesin cetak pertama oleh Johan Gutenberg di Jerman. Sejalan dengan paparan di atas, tulisan ini dimaksudkan menjelaskan peranan teknologi pendidikan terhadap kelembagaan pendidikan dan pelatihan baik dalam struktur organisasi kelembagaan pendidikan dan latihan, proses pelaksanaan dan bagaimana hasil yang diperoleh bila teknologi pendidikan tersebut diselenggarakan dalam kedua jenis kelambagaan tersebut.
25
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
II. Permasalahan 2.1. Fenomena Lembaga Pendidikan dan Latihan Kelembagaan pendidikan dan pelatihan adalah dua kelembagaan yang berbeda. Pendidikan adalah suatu proses dalam arti pembelajaran yang terkait dengan pembentukan kepemimpinan (pengembangan diri) dan pelatihan ada!ah suatu bentuk manajemen yang dipelajari melalui kursuskursus yang merupakan pengembangan kepribadian yang melahirkan output yang berbeda pula. Output pendidikan dan pelatihan berbeda antara efesiensi dan efektilitas, antara melakukan dengan benar dan melakukan hal yang benar, antara science dan art, antara mind dan heart, antara rasionalitas dan moralitas. Perbedaan diantara kedua kelembagaan pendidikan dan latihan tersebut dapat dilihat dalam lampiran I dan lampiran II. 2.2. Lembaga Pendidikan Pendidikan akan menghadapi tantangan dalam abad XXI dan abad pertama dari millennium ke tiga yang sangat kompleks, yang berkaitan erat satu sama lain dan muncul dalam waktu yang hampir bersamaan. Daulat P. Tampubolon (2001) melihat bahwa dengan berkembangnya masyarakat industri dan paska industri maka lembaga pendidikan akan berada sekaIigus di bawah pengaruh proses perkembangan sosial-ekonomi antara lain globalisasi, industrialisasi dan system informasi canggih. Fenomena ini mengharuskan lembaga pendidikan untuk membenahi diri bagi guru, dosen ataupun para administrator yang bekerja dalam lingkungan administri akademik lembaga pendidikan menengah dan lembaga pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dan suatu tatanan organisasi pendidikan. Secara tradisional organisasi dipandang sebagai cara untuk mengatur sumber-sumber dalam mencapai sejumlah tujuan yang telah ditetapkan. Scot (1967) dan Argyris (1964) menyatakan bahwa tujuan akhir suatu organisasi adalah mengurangi pertentangan yang cenderung terjadi dalam melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan dan dalam mencapai tujuannya tersebut sistem organisasi harus mampu mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jika
26
suatu organisasi gagal mencapai tujuannya, maka lembaga tersebut dapat dinilai tidak sehat dan tidak efektif. Di dalam proses penyelenggaraan pendidikan dijumpai beberapa masalah yang mendasar antara lain : 1) Banyaknya guru yang mempunyai kecenderungan untuk mengajar secara berlebihan, terlalu banyak mengelola situasi belajar, mempersempit peran murid, cenderung membuat keputusan secara subjektif. 2) Kegagalan dalam memotivasi dan mengorganisir agar siswa belajar Iebih giat. Sehubungan dengan hal di atas suatu lembaga pendidikan sebenarnya harus mampu mengkoordinasikan sumber-sumber belajar, membagi pekerjaan dan fungsi dengan menggunakan suatu jenjang otoritas dan tanggung jawab sehingga proses belajar dan mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Mengajar adalah merupakan suatu kegiatan yang memerlukan keterampilan dan menghendaki guru, dosen dapat mengambil keputusan baik di dalam maupun di luar kelas. Dari waktu-kewaktu pengambilan keputusan hanya berdasarkan pemikiran alakadarnya Pendekatan seperti ini sudah tidak dapat dilakukan lagi. Pengambilan keputusan baik secara pendek dan jangka panjang adalah merupakan karakteristik yang penting dalam proses belajar mengajar, sehingga menuntut adanya peningkatan profesionalisme dan pihak guru maupun dosen agar keputusan-keputusan yang tidak jetas dan menumbuhkan persoatan yang lebih kompleks dalam proses belajar mengajar dapat dihindari. Profesionalisme tersebut menuntut adanya pendidikan dan teknologi tentang pendidikan itu sendiri serta sarana yang dapat menyokong untuk mengaplikasikan sumbersumber belajar tersebut. Bidang studi teknologi pendidikan sudah berkembang dalam tiga puluh tahun terakhir ini memberikan suatu solusi dalam memecahkan masaiah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut. 2.3. Lembaga Pelatihan Masalah-masalah praktis dalam penerapan teori memerlukan adanya orangorang pelaksana di lapangan. Untuk terlaksananya diperlukan pekerja-pekerja
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
dengan tingkatan kemampuan yang bervariasi dalam melaksanakan tugas-tugas mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Seorang manajer adalah seseorang yang dapat mengontrol suatu organisasi baik dalam penyusunan perencanaan kerja, mengevaluasi, mengkomunikasikan, mendelegasikan, mengarahkan dan menjalankan fungsi manajemen sesuai garis-ganis panduan yang seharusnya. Hal-hal tersebut di atas menuntut seorang “siap pakai”, slap rnemangku jabatan sebagai manejer, untuk mahir memanajemeni benda-benda, menguasai alam dan segala sumber dayanya termasuk uang, dan mesinmesin tercanggih. Siap pakai menuntut seseorang memperoleh latihan-latihan yang tersistem untuk mencapai perobahan sikap dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. III. Beberapa Persoalan Pokok Dunia Pendidikan dan Latihan
dalam
Yusufhadi Miarso (1984) berpendapat bahwa pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, antara lain : 1) Bertambahnya jumlah penduduk dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan. 2) Berkembangnya ilmu pengetahuan yang menghendaki dasar-dasar pendidikan yang pokok dan penguasaan kemampuan secara terus menerus. 3) Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya tetapi selalu ditanggapi sebagai suatu ancaman terhadap peranan manusia. Hal tersebut di atas akan lebih berat lagi bila manajemen pendidikan dan sumber daya yang tersedia tidak dimanfaatkan secara efektif dan efesien serta kurikulum yang belum selaras dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. IV. Peranan Teknologi Pendidikan Dalam Lembaga Pendidikan dan Latihan Teknologi Pendidikan mempunyai karangka teori untuk membantu pemecahan masalah dalam aspek belajar manusia. Teorii tersebut antara lain :
a.
Berkenaan dengan cara bagaimana masalah-masalah belajar manusia diindentikasi dan dipecahkan. b. Mencakup penerapan proses yang kompleks dan terpadu dalam rnenganalisa dan memecahkan masatah-masalah belajar manusia. c. Merupakan profesi dalam bentuk usaha yang terorganisasikan untuk menerapkan teori, teknik intelektual dan penerapan praktis teknologi pendidikan. Sejalan dengan hal di atas teknologi pendidikan mencoba dengan berbagai pendekatan untuk menyusun strategi yang berbeda dalam dunia pendidikan dan latihan, dengan memperIihatkan segala unsur teknologi pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan. Pendekatan tersebut antara lain : 1) Pendekatan yang berorientasi kepada guru atau lembaga pendidikan (traditional teacher/instition centred approach) 2) Pendekatan yang beronentasi kepada kebutuhan dan karakteristik siswa secara individual (student centred approach). Pendekatan yang beronentasi kepada siswa tercermin dalam bentuk : a. Sumber belajar yang didisain dan/atau dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar, di mana sumber belajar ini didefenisikan sebagai pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. b. Proses analisis masalah, penentuan cara pemecahan, pelaksanaan dan evaluasi pemecahan yang tercermin dalam fungsi pendidikan dalam bentuk riset-teori, Disain, Produksi, Evaluasi-seleksi, logistik, Pemanfaatan, Proses pengarahan, penyebarluasan/pemanfaatan. c. Proses pengarahan atau koordinasi satu atau lebih fungsi-fungsi tercermin dalam fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. Dampak aplikasi teknologi pendidikan terhadap struktur organisasi lembaga akan terasa dalam tiga hal yaitu mengubah tingkat pengambilan keputusan, menciptakan pola instruksional baru, dan memungkinkan adanya bentuk alternative lembaga pendidikan. Heinich (1970) berpendapat bahwa teknologi pendidikan dalam pengambilan keputusan memberi dampak terhadap penetapan isi, standarisasi
27
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
dan piIihan rancangan pembelajaran, produksi bahan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, interaksi dengan si belajar, pengukuran belajar, peranan guru dan system sekolah. Dengan demikian pengaruh TP pada kelembagaan pendidikan dan latihan adalah sebagai berikut : 1) Pengaruh pada tingkat pengambilan keputusan Dikala pemikiran terhadap teknologi pendidikan masih tradisional, maka teknologi pendidikan tersebut hanya sebagai alat bantu menjelaskan konsep belajar, dan hanya terasa pada level bawah atau tingkat implementasi ketas. Akan tetapi, menurut AECT (1986), bahwa dampak itu kini terasa.pada tingkat pengambilan keputusan yang lebih tinggi, yakni tingkat perencanaan kurikulum. 2) Pengaruh pada menciptakan pola instruksional baru - Pola tradisional, dalam bentuk tatap muka, yakni dalam hal ini pebelajar satu-satunya sumber. - Pola pembelajaran bermedia, yakni pebelajar/pelatih tidak berperan langsung akan tetapi hanya pendekatan melalui “media saja”. Jadi tidak tertutup kemungkinan ditemukannya lagi model-model pola instruksional baru dalam kaitan pengembangan teknologi instruksional. 3) Aplikasi lembaga pendidikan, misalnya pelaksanaan kuliah jarak jauh atau belajar dengan media, membuka program kelas terbuka, membentuk komunikasi belajar (jaringan belajar). 4) Pengaruh TP terhadap kelembagaan pendidikan dan pelatihan adanya perbaikan sarana / prasarana dan kelembagaan (Hardware dan Software). Dampaknya : - Memudahkan kerja - Mengoptimalkan hasil V. Kesimpulan Dari paparan disimpulkan bahwa :
di
atas
dapat
a. Pendidikan muncul sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang mempunyai peran untuk membantu meningkatkan efisiensi menyeluruh proses belajar mengajar.
28
b. Karakteristik output dari masing-masing lembaga pendidikan dan latihan memberikan peluang bagi Teknogi Pendidikan membantu guru-guru dalam menyusun pola melalui pendekatan sistem dalam merancang pelajaran, sehingga Iebih cepat menyesuaikan diri terhadap pengetahuan yang berkembang tentang proses belajar, pengembangan metode dan pendekatan belajar mengajar. c. Walaupun dunia lembaga pendidkan dan latihan adalah suatu lembaga yang berbeda namun harus disinergiskan dalam mempersiapan sumber daya manusia menyongsong era globalisasi.
Daftar Pustaka Davies, Ivor, K, 1987, Pengelolaan Belajar, Pusat Antar Universitas, Universitas terbuka bekerjasama dengan CV Rajawali, Jakarta. Franco, Ernesto A, 1991, Training, Center For Devetopment Management and Produktivity and The Franco Institute, Philipines. Harefa, Andrias, 2000, Menjadi Manusia Pembelajar, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. Miarso, Yusufhadi dkk, 1986, Teknologi Komunikasi Pendidikan Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, Pustekom Dikbud dan CV Ralawali, Jakarta. Nasution, MA, DR, Prof, 1994, Teknologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Nasution, S. MA, DR, Prof, 2000, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, Bumi Aksaram Jakarta. Percival, Fred & Ellington, Henry. 1988, Teknologi Pendidikan, Erlangga, Jakarta. Pidarta, Made, DR, Prof 1997, Landasan Kepemlilkan : Stimulus Ilmu
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Pendidikan Bercorak Rineka Cipta, Jakarta.
Indonesia,
Lampiran I PERBEDAAN KONSEP DASAR PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1
Satuan Tugas Defenisi dan Terminologi AECT, 1986, Defenisi Teknologi Pendidikan, CV. Rajawali, Jakarta.
PENDIDIKAN
PELATIHAN
Sudjana S, H.D., Spd, M. Ed, PhD, Prof, 2001, Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif, Falah Production, Bandung.
Betajar dengan sistem logika dalam memproses informasi baru
Proses perubahan sikap yang berkaitan dengan keahlian dan pekerjaan
Tampubolon, Daulat P, 2001, Perguruan Tinggi Bermutu. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke 21, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan nilainilai yang sesual dengan kultur dan situasi baru
Mengembangkan keahlian khusus, pengetahuan, sikap yang berkaitan dengan organsasi
Memberikan sikapsikap, keahliankeahlian dan nilainilai yang kompleks
Memberikan subjeksubjek keahlian yang khusus
Menghasilkan rangsanganrangsangan dan peraturan bagi guruguru atau petatih
Menghasilkan manejer-manajer, pelatih-pelatih dan specialis pelatihan
Kepulusan ada pada Menteri PendidiKan dan Administrator Akademi (Lembaga)
Keputusan beraca pada level pemimpin organisasi; manajer dan spesialis pelatihan
Memiliki tujuan jangka panjang, yakni aplikasi belajar ke depan
Memiliki tujuan jangka pendek, pelaksanaan disesualkan dengan kebutuhan.
1
Harefa Andrias, 2000, hal. 57
29
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Lampiran II PEMBELAJARAN, PELATIHAN, DAN PENGAJARAN *
Jumlah =
*
Harefa Andrias, 2000, hal. 57
30
PENDIDIKAN
PELATIHAN
Induktif Sementara Dinamis Memahami Gagasan Luas Dalam Berdasarkan Pengetahuan Aktif Pertanyaan Proses Strategi Alternative Eksplorasi Penemuan Aktif Inisiatif Seluruh otak Kehidupan Jangka panjang Perubahan Isi Fleksibel Risiko Sintesis Terbuka Imajinasi
Deduktif Tetap Statis Menghafal Fakta Sempit Dangkal Pengalaman Hafalan Pasif Jawaban Isi Taktik Sasaran Ramalan Dogma Reaktif Bimbingan Otak kiri Pekerjaan Jangka pendek Stabilitas Bentuk Kaku Peraturan Tesis Tertutup Akal sehat
PEMIMPIN
MANAJER
Jurnal Saintech Vol. 02- No.03-September 2010 ISSN No. 2086-9681
Lampiran III PEMBELAJARAN, PENGAJARAN DAN LATIHAN – AKAR KONSEP TRI TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN PANGGILAN KEMANUSIAAN HAK CIPTA© ANDRIAS HAREFA – 2003 * PEMBELAJARAN
BASIS UTAMA
TUJUAN
MANUSIA SEBAGAI
-
Rumah Lingkungan hidup Masyarakat Kelompok informal
PENGAJARAN -
Sekolah Akademi Universitas Organisasi formal (perusahaan)
PELATIHAN -
Tempat kerja Kantor Tempat kursus Organisasi formal
non
- Membentuk karakteristik/watak - Mendewasakan - Memandirikan - Memberdayakan - Memerdekakan
- Membentuk konsep/teori - Member ilmu (alam, sosial)
- Membentuk perilaku/praktek - Menerampilkan
- Homo significant dan homo ludens - Esensi yang perlu disadarkan
- Homo sapiens - Gelas kosong yang perlu diisi
- Homo Volens dan homo mecahnicus - Potensi yang perlu dikembangkan
MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR - Educating - Oleh rasa/hati - Belajar menjadi
- Teaching - Oleh piker/otak - Belajar bagaimana belajar dan berpikir - Formal - Pembedaan
- Training - Olah raga/otot - Belajar melakukan, belajar bagaimana hidup bersama - Non formal - Pernyataan
-
Paradigm hidup Hati nurani Integritas Sinsitif Innate image Eksistensial Imam
-
Sikap hidup Berilmu Sikap belajar Unggul Knowledge Konseptual Ilmu
-
Perilaku/gaya hidup Kehendak Efisiensi Adaptif Social image Praktikal Perbuatan
-
Bermoral Berkarakter Siap hidup Otentik Learning individual Learning organization
-
Berpengetahuan Berilmu Siap belajar Unggul Knowledge individual Knowledge management
-
Berketerampilan Berkepribadian Siap pakai/kerja Kompeten Knowledge worker Productive organization
PROSES
HASILHASIL
*
Harefa Andrias, 2000, hal. 57
31