Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DI AJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN DI AJAR DENGAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 WOLOWA NERNIA1, La Ode Nursalam2 Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO 2 Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
1
Abstrak : Telah diteliti perbedaan perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Di ajar dengan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Two Stay dan Di ajar dengan Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada materi pokok mengenal bumi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana gambaran hasil belajar geografi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah pembelajaran pada materi sejarah pembentukkan bumi?, (2) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata post-test siswa . Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1Wolowa, dengan jumlah sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masingmasing sebanyak 26 dan 26 orang siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan hasil belajar, yang digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa baik sebelum maupun sesudah pembelajaran. Keunggulan model yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar ditinjau berdasarkan perbadingan nilai gain ternormalisasi
, antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray secara signifikan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibanding dengan penggunaan model pembelajaran Tipe Teams Games Tournament (TGT) Kata Kunci: Model Pembelajaran, Proses, Hasil Belajar PENDAHULUAN Pendidikan adalah hak bagi setiap orang. Menurut Munib, (2009). Pendidikan adalah sebuah proses bagi seseorang untuk mencapai harapan dan tujuan kehidupannya. Karena melalui pendidikan berbagai ilmu terlahir dan ilmu yang terlahir tersebut adalah bekal untuk mewujudkan segala cita-cita. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan tanpa terkecuali. Pernyataan tersebut tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam dunia pendidikan, ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu hal yang tidak asing bagi kita, Ilmu Pengetahuan Sosial biasa disingkat dengan IPS berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, Sehingga IPS hanya IPS memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah ilmu geografi. Dalam kehidupan sehari-hari
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
kita tidak lepas dengan lingkungan sekitar, dan gejala-gejala alam yang materi Sejarah Pembentukkan Bumi dua tahun terakhir menunjukkan hasil belajar Geografi siswa masih sangat rendah dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 72,65 dan masih dibawah standar KKM=75. Dalam proses pembelajaran geografi khususnya materi tektonik lempeng, guru memberikan materi melalui model pembelajaran Teams games tournament yang lebih didominasi dengan hafalan serta lebih menekankan pada penguasaan konsep dengan memberikan serangkaian latihan dan soal. Selain itu model yang di gunakan oleh guru tidak divariasi sehingga siswa tidak di beri ruang untuk mengemukakan ide dan kreatifitas siswa seperti belajar dalam bentuk kelompok khususnya dalam penggunaan metode TSTS dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat menyebabkan siswa malas untuk belajar sebab ide-ide yang dimiliki siswa tidak tersalurkan dan guru mendominasi proses pembelajaran dalam kelas sehingga proses belajar mengajar tidak menarik dan membosankan. Permasalahan tersebut membuat peneliti ingin mengetahui seberapa besar perbedaan jika siswa di ajar dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dan TGT pada materi Sejarah Pembetukkan Bumi serta ingin mengetahui seberapa evektif jika model tersebut di gunakan dalam proses belajar mengajar di kelas dapat terjawab dengan melakukan penelitian tentang kedua model tersebut. Hasil penelitian Malihan (2011) pada siswa SMA di Leuwiliang pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi menunjukkan bahwa hasil belajar dan motivasi siswa yang diajarkan dengan model TSTS lebih efektif daripada pembelajaran TGT , dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meli et
2
terjadi dilingkungan sekitar kita yang merupakan bagian dari ilmu Geografi. all (2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS terbimbing lebih efektif digunakan Dalam penerapan model TSTS Ibrahim dalam Paidi (2007) menjelaskan bahwa model pembelajaran TSTS sangat baik digunakan dalam proses belajar mengajar sebab siswa dapat berbagi informasi baik dalam . Penggunaan model pembelajaran Geografi yang kurang tepat tentunya menimbulkan dampak tersendiri yang dirasakan oleh siswa dimana suasana kelas yang statis, lebih monoton dan cenderung membosankan, ditandai dengan perhatian siswa pada guru dalam mengajar kurang baik dan kelas menjadi ribut. Kelompok belajarnya maupun kelompok lain, dan mengajak siswa untuk turut aktif mengemukakan pendapatnya tentang tugas yang diberikan oleh guru dan menyatukan persepsi untuk menjawab permasalahan tersebut. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMA Negeri 1 Wolowa pada semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017. B. Populasi dan Sampel Penelitian. a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMAN 1 Wolowa yang terdaftar pada Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas dimana jumlah siswa pada kelas X1 30 siswa, pada kelas X2 berjumlah 26 siswa, kelas X3 berjumlah 30 siswa dan kelas X4 berjumlah 26 siswa, sehingga jumlah keseluruhan 120 siswa.
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
Hal ini senada dengan hasil observasi di kelas X SMA Negeri Wolowa serta b.
Sampel Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tekhnik random sampling yaitu dengan mengambil dua kelas sebagai sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi yang dipilih berdasarkan nilai rata-rata kelas yang sama sehingga diperoleh kelas X2 dan X4 Kemudian kelas eksperimen dipilih secara random sehingga kelas X2 sebanyak 26 orang siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas X4 sebanyak 26 orang siswa sebagai kelas kontrol. B. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes hasil belajar Geografi pada materi Sejarah Pembentukkan Bumi. Lembar observasi yang dimaksud untuk melihat dan mengamati keterlaksanaan dari model pembelajaran generative yang dilakukan oleh guru dan aktifitas siswa. Sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperatife tipe two stay two stray pada kelas eksperimen. Bentuk teks yang diberikan pilihan ganda yang sebelumnya telah dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran ,dan uji daya beda tes. C. Prosedur Penelitian 1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana yang ingin diteliti adalah kondisi awal dan kondisi akhir siswa kelas X SMA Negeri 1 Wolowa dengan penggunaan model pembelajaran cooperatif Tipe two stay two stray dan pembelajaran tipe teams games tournament serta perbedaan yang
3
wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi Geografi. Informasi yang signifikannya antara keduanya.Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuam untuk masing-masing kelompok,baik siswa yang diajar dengan model pembelajaran cooperatif tipe two stay two stray maupun kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe teams games tournament . 1. Perlakuan Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengadakan observasi awal 1. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian 2. Membagi dua kelas sampel yaitu kelas yang diuji dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe two stay two stray dan belajaran tipe teams games tournament 3. Mengajarkan materi dan disesuaikan dengan jadwal pelajaran dan memberi perlakuan yang sama terhadap kelas sampel 4. Memberikan tes akhir hasil belajar yaitu menggambungkan kedua jenis tersebut f. Menganalisa data hasil belajar yang diperoleh C. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode quasiexperimen yang merupakanpengembang an dari metode true experimental. Penelitian eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subyek penelitian yang bersangkutan dengan menggunakan desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design. Kelompok pertama kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran tipe two stay two stray (TSTS) Kelompok kedua merupakan kelas kontrol dengan
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
4
menggunakan model pembelajaran Tipe Teams games tournament (TGT)
Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
KR
O1
X1
O2
KR
O3
X2
O4
Sumber: Data Diolah (2017) `HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis deksriptif penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada materi pokok mengenal bumi terlihat bahwa nilai N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,70 lebih besar dari kelas kontrol sebesar 0,63. Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam kriterium nilai N-gain, sehingga diperoleh penggunaan media pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas eksperimen tergolong tinggi sedangkan pengajaran Teams Games Tournament (TGT) dikelas kontrol tergolong sedang. Berdasarkan Gambar 4. Jika dibandingkan nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas eksperimen lebih tinggi Keterangan : KE : Kelas eksperimen KK : Kelas Kontrol O1 : pretest( tes awal ) Kelas Eksperimen sebelum diberi perlakuan O2 : posttestKelas Eksperimen setelah diberi perlakuan O3 : pretest Kelas kontrol O4 : posttestkelas kontrol X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran tipe two stay two stray
X2 : Perlakuan dengan pembelajaran teams games tournament. Sebelum diberi perlakuan, kedua kelompok kelas diberikan pretest terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen, selanjutnya dilakukan posttestuntukmasing-masing kelas.untuk mendapatkan nilai hasil belajar akhir.yang kemudian akan dapat memperlihatkanpenerapan pembelajaran pembelajaran tipe two stay two stray dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan kepribadiannya atau dalam hal-hal yang diketahuinya. Dalam hal ini, tes yang digunakan adalah Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa kelas X SMAN Negeri 1 Wolowa. Data diperoleh melalui pre-test dan post-test. Tes ini berbentuk pilihan ganda dan essay. G. Analisis Intrumen Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas intrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung validitas, reliabilitas.
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
a. Validitas Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yanghendak diukur (Arikunto, 2009 :65). Untuk intrumen tes, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi intrumen mengacu pada sejauh mana item tes dapat diketahui dari kesesuaian intrumen tes tersebut dengan Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar. Intrumen tes dibuat kemudian dikonsultasikan dengan validator ahli yang berkompeten di bidang yang bersangkutan. Setelah dikoreksi oleh validator, intrumen tersebut direvisi berdasarkan masukan ahli. Setelah dikoreksi oleh validator, intrumen tersebut direvisi berdasarkan masukan ahli. Intrumen yang sudah direvisi kemudian diuji cobakan pada kelas diluar sampel yang sudah pernah menerima pembelajaran yang diujikan. Maka uji coba dilakukan pada kelas X Validitas soal Sejarah Pembentukkan Bumi ditentukan oleh pada taraf signifikan nilai rxy α = 0 , 05 = 5 % dengan kriteria, jika rxy ≥ rtab , maka butir soal dikatakan valid
dan jika rxy < rtab maka soal dikatakan tidak valid. b. Reliabilitas sesuai dengan bentuk tes yang bersangkutan yaitu pilihan ganda atau tes uraian.Indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan sebagai: sangat mudah,sedang,sukar,atau sangat sukar sesuai dengan criteria berikut ini. 0,00 ≤ IK< 0,20 menunjukan butir tes sangat sukar 0,20 ≤ IK < 0,40 menunjukan butir tes sukar 0,40 ≤ IK < 0,60 menunjukan butir tes sedang 0,60 ≤ IK < 0,90 menunjukan butir tes mudah 0,90 ≤ IK < 1,00 menunjukan butir tes sangat mudah
5
Untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian digunakan tes tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20) yaitu :
Dengan: n = banyak sampel pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i qi = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i jadi qi = 1 - pi S2 = varians skor total (Suharsimi Arikunto, 1996: 160) Hasil perhitungan r11 diperoleh di konsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r11 > rtabel maka soal instrumen tersebut reliabel (Suharsimi Arikunto, 1996; 155). b. Indeks kesukaran butir tes. Indeks kesukaran (IK) suatu butir tes melukiskan derajat proporsi jumlah skor jawaban benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap jumlah skor idealnya.Perhitungan indeks kesukaran butir menggunakan rumus tertentu Indeks kesukaran butir tes (IK) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Untuk tes pilihan ganda IK =
pA + pB 2
PA : % jawaban benar kelompok atas suatu butir PB : % jawaban benar kelompok bawah suatu butir Atau IK =
p N
P : banyaknya yang menjawab benar pada suatu butir N : banyaknya siswa (peserta tes) Untuk tes uraian
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
IK =
SA + SB 2 JA
SA : jumlah skor kelas atas suatu butir SB : jumlah skor kelas bawah suatu butir JA : jumlah skor ideal suatu butir c. Daya Beda Suatu butir tes dikatakan memiliki daya pembeda (DB) yang baik artinya butir tes tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa sudah paham dan yang belum paham tentang tugas dalam butir tes yang bersangkutan. Seperti pada perhitungan indeks kesukaran (IK) butir tes,perhitungan daya pembeda (DB) butir tes menggunakan rumus tertentu sesuai dengan bentuk tes yang N : banyaknya peserta tes Tes Uraian
SA − SB JA DB =
SA : jumlah skor kelompok atas suatu butir SB : jumlah skor kelompok awah suatu butir JA : jumlah skor ideal suatu butir Daya pembeda (DB) butir tes diklasifikasikan sebagai: sangat H. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penilitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu analisis statistik dekskriptif dan inferensial. I. Statistik Dekskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai yang diperoleh masing-masing kelas dalam bentuk nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, median (Me), modus (Mo), Varians , dan standar deviasi ( ), dengan langkah-langkah sebagai berikut a. Menentukan nilai rata-rata kelas: X
=
∑
n
X
i = 1
i
(Sudjana, 2002) b. Menghitung standar deviasi dengan n
6
bersangkutan yaitu pilihan ganda atau tes uraian. Perhitungan daya pembeda (DB) butir tes menggunakan rumus sebagai berikut. Untuk tes pilihan ganda DB = PA - PB PA : % jawaban benar kelas atas suatu butir PB : % jawaban benar kelas bawah suatu butir Atau
B DB = N B : banyaknya yang menjawab benar pada suatu butir rendah,rendah,sedang,baik,atau sangat baik sesuai dengan criteria berikut ini ( Arikunto,2007) 0,00 ≤ DB < 0,20 menunjukan daya beda butir tes jelek 0,20 ≤ DB < 0,40 menunjukan daya beda butir tes cukup 0,40 ≤ DB < 0,70 menunjukan daya beda butir tes baik 0,70 ≤ DB < 1,00 menunjukan daya beda butir tes baik sekali menggunakan rumus:
∑ (X n
S=
i =1
− X)
2
i
n −1
(Sudjana, 2002) dimana : S = standar deviasi = rata-rata skor perolehan siswa X Xi = nilai setiap harga X n = jumlah sampel Analisis Statististik Inferensial Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar-dasar analisis sebagai pedoman untuk melakukan uji mana yang akan dipakai. a. Uji Normalitas Data
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data siswa yang diajar melalui model pembelajaran berbasis animasi power point dan data siswa yang diajar secara konvensional berdistribusi normal atau tidak. Jika kedua kelompok tidak berdistribusi normal, maka analisis dilakukan dengan menggunakan statistik non-parametrik. Untuk menguji normalitas data penenlitian digunakan uji normalitas dengan menggunakan uji chi-kuadrat berikut. k
(Oi − Ei )2
i =1
Ei
X =∑ 2
(Sudjana, 1992: 273) Dengan: X2 = Nilai chi-kuadrat = Frekuensi pengamatan Oi Ei = Frekuensi harapan ke-i Kreteria pengujian: terima H0 jika X2hit ≤ X2tab maka data terdistribusi normal atau terima H1 jika X2hit> X2tab maka data tidak terdistribusi normal. Kedua kriteria ini menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat bebas pada a. dk = k-3 dengan kriteria. b. H0 = Data terdistribusi normal c. H1 = Data tidak terdistribusi normal b. Uji Homogenitas Setelah data terdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah uji homogenitas varians. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh mempunyai varians populasi yang sama atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji-F dengan rumus sebagai berikut : F = Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhit Ftabel artinya varians kedua kelompok homogen. Untuk H1 jika Fhit ≥ Ftabel maka varians kedua kelompok tersebut tidak homogen.
7
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk pengujian Efektifitas hasil belajar siswa pada kedua kelas perlakuan. Jika ditemukan kedua data terdistribusi normal dan juga homogen, maka alat uji statistik yang tepat digunakan adalah independent sample t test (Uji Satu Pihak Kiri) (Priyatno, 2008: 98). Uji hipotesis dapat dilakukan jika data berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji perbandingan Efektifitas hasil belajar siswa yang pada kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji–t. Rumus uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
thitung= Sg =
X1 −X2 dimanaS(X1−X2) =Sg S(X1−X2)
1 1 + n1 n2
(n 1 − 1)S12 + (n 2 − 1)S 22 n1 + n 2 − 2
(Sugiyono, 2012:197) Keterangan: 1 = Rata-rata N- gain siswa kelas perlakuan ke-1 2 = Rata-rata N- gain siswa kelas perlakuan ke-2 n1 = jumlah sampel kelas ke-1 n2 = jumlah sampel kelas ke-2 S = standar deviasi sampel Sgab= standar deviasi gabungan Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian berlaku sebagai berikut: Terima H0 jika thit < ttabel Terima H1 jika thit > ttabel dari pada kelas kontrol yang menggunakan pengajaran Teams Games Tournament (TGT) . Diperoleh data yang dilihat pada tabel 2 Untuk lebih jelasnya nilai rata-rata PostTest belajar siswa kelas eksperimen dan kelas control dapat pula disajikan dalam bentuk Gambar 2 berikut.
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
8
Data yang telah diperoleh dari siswa. Dari pengolahan ini, di peroleh penelitian ini diolah berdasarkan hipotes hasil tentang pembedaan kelas is penelitian dengan menggunakan tekni eksperimen dan kelas kontrol. k pengujian yang relevan, yaitu melalui 1. Data Hasil Penelitian uji-t. Pengolahan ini bertujuan untuk 2. Nilai Pretest Hasil Belajar Geografi memperoleh nilai numerik tentang Siswa pengaruh yang ditimbulkan penggunaan Analisis statistik deskriptif skor pretest metode pembelajaran tipe Two Stay Two kelas eksperimen dan kelas kontrol Stray (TSTS) terhadap hasil belajar ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Statistik Dekriptif Skor Pretest Statistik Kelas eksperimen Kelas control N 26 26 Mean 29,42 27,31 Min 9 9 Max 45 45 Simpangan baku 8,70 8,88 Varians Sumber : data diolah (2017)
75,63
Untuk lebih jelasnya nilai rata rata-rata PreTest belajar siswa kelas eksperimen dan
78,81
kelas control dapat pula disajikan dalam bentuk Gambar 4.1 berikut.
80 70 60 50
Mean
40
Min.
30
Max.
20 10 0 Eksperimen
Kontrol
Gambar. 4. 1 Nilai rata- rata siswa kelas Eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, akan tetapi berdasarkan uji homogenitas kedua kelompok homogen, untuk perhitungan lebih leb lengkap lihat pada
a. Nilai Posttest Hasil Belajar jar Geografi Siswa Analisis statistik deskriptif skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
Tabel 4.2. Statistiik Deskriptif Data Posttest Kelas eksperimen
Statistik
9
Kelas control
N
26
26
Mean
78,46
72,41
Min
60
60
Max
95
85
Simpangan baku
9,68
7,26
Varians
93,79
52,64
Sumber : data diolah (2017)
Untuk lebih jelasnya nilai rata-rata rata PostTest belajar siswa kelas eksperimen dan
95
100
kelas control dapat pula disajikan dalam bentuk Gambar 4.2 berikut.
93.79 85
78.46
72.41
80 60
60 52.64
60
Mean Min.
40 20
Max. 9.68
7.26
0 Eksperimen
Kontrol
perbandingan nilai rata- rata kelas eksperimen dan kontrol Berdasarkan Tabel 4.2. diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, walaupun nilai minimum minimu
kedua kelas sama yaitu 60, namun pada nilai maksimum kelas ekperimen lebih tinggi yaitu 95 sedangkan kelas kontrol yaitu 85. 2. Analisis Data Tes Hasil Belajar
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
Statistik
Nilai pretest Kelas Kelas eksperim control en 26 26 29,42 27,31 8,70 8,88 3,987275 4,981
Nilai posttest Kelas Kelas eksperimen kontrol
10
N-Gain Kelas Kelas eksperimen control
N 26 26 0,70 0,62 Mean 78,46 72,41 SD 9,68 7,26 X2 2,3468 10,7290 X2 tabel 11.07 Kesimpulan Berdistribusi normal Sumber : data diolah (2017) Tabel 4.4. Uji normalitas pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, Pengujian yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05),terlihat bahwa sebaran data pretest dan posttest
kedua kelompok sampel penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Chi-kuadrat.
a. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Geografi siswa b. Hasil uji homogenitas pretest dan Posttest kedua kelompok
sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.5., sedangkan perhitungan c. lengkap dapat dilihat pada.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas pretest dan posttes Statistik
Pretest
Posttest
Gain
S eksperimen
75,63
93,79
18,14
S2 kontrol
78,81
52,64
-26,17
χ 2 hitung
1,04
1,78
0,74
χ 2 tabel
1,90
1,90
0
2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Kesimpulan Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 4.5. Uji homogenitas pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, Pengujian yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05), dapat disimpulkan bahwa pretest dan posttest kedua kelompok sampel peneltian
homogen
karena memenuhi χ hitung ≤ χ tabel . a. Efektivitas Berdasarkan nilai Normal Gain. Hasil Analisis nilai Normal gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 2
2
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
ditunjukkan pada Tabel 4.6. sedangkan
11
perhitungan lengkap dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Hasil Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Gain Interval nilai 0 < g < 0.3 0.3 ≤ g ≤ 0.7 0.7 < g ≤ 1 Jumlah Sumber : data
Kategori
Kelas eksperimen F 0 15 11 26 diolah (2017)
Kelas control F 0 21 5 26
dan kontrol, diperoleh nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,70 lebih besar dari kelas kontrol sebesar 0,63. Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam kriterium nilai N-gain, sehingga diperoleh
Rendah Sedang Tinggi
penggunaan media pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas eksperimen tergolong tinggi sedangkan pengajaran Teams Games Tournament(TGT. Yaitu tergololong rendah
Tabel 4.6 Hasil Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest Keterangan Jumlah sampel X S2 t –hitung t –tabel Kesimpulan Α Sumber : data diolah (2017)
Kelompok eksperimen 26 24.42 75,63
Kelompok Kontrol 26 27.31 78,81 1.21 2.00 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan 0.05
Berdasarkan Tabel 4.7. terlihat bahwa thitung berada di daerah maka penerimaan Ho, yaitu –ttabel
kelompok eksperimen dengan rata-rata pretest kelompok kontrol. a. Uji kesamaan dua Rata-rata Hasil Posttest Hasil uji hipotesis dua rata-rata posttest kedua kelompok sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.8., sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
Tabel 4.7. Hasil Uji kesamaan dua rata rata hasil posttest Keterangan Kelompok eksperimen Jumlah sampel 26 X 78.46 S2 93.79 t –hitung t –tabel Kesimpulan Α Sumber : data diolah (2017) Berdasarkan Tabel 4.7. menunjukan bahwa t-hitung berada di daerah penerimaan Ha, yaitu thitung>ttabel atau 2.57>2.00. dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan 0,95 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata posttest Tabel 4.8. Hasil Uji kesamaan gain Keterangan Jumlah sampel X S2 t –hitung t –tabel Kesimpulan Α Sumber : data diolah (2017) Berdasarkan Tabel 4.8. menunjukan bahwa t-hitung berada di daerah penerimaan Ha, yaitu thitung>ttabel atau 2.30>2.00. dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf PEMBAHASAN Berdasarkan hasil Observasi awal yang dilakukan di SMAN 1 Wolowa ditemukan bahwa pembelajaran di sekolah masih menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa kurang mampu
12
Kelompok Kontrol 26 72.41 52.64 2.57 2.00 Berbeda 0.05
kelompok eksperimen dengan ratarataposttest kelompok kontrol. b. Uji kesamaan gain kelas eksperimen dan kelas kontrol Hasil uji hipotesis dua rata-rata posttest kedua kelompok sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.7., Sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada
Kelompok eksperimen 26 0.70 0.12
Kelompok Kontrol 26 0.64 0.12 2,30 2.00 Berbeda 0.05
kepercayaan 0,95 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain kelompok eksperimen dengan rata-rata gain kelompok kontrol mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam situasi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam memecahkan masalahnya sendiri secara ilmiah. Akibatnya siswa kurang menguasai konsep yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil tes tertulis di awal pembelajaran, terlihat pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata kemampuan awal siswa kelas
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, namun berdasarkan hasil uji homogenitas pada Tabel 4.4 menunjukan bahwa kedua kelompok sampel adalah sama (homogen), selanjutnya dibuktikan dengan uji kesamaan dua rata-rata pretest sehingga diketahui bahwa kemampuan awal geografi siswa kedua kelompok Penelitian pada materi Sejarah Pembentukkan Bumi menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini wajar karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan dan materi ajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada setiap pertemuan, di kelas ekperimen siswa dituntut untuk dapat berperan aktif. dalam memperoleh kesempatan membangun Pengetahuannya sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) siswa diberikan suatu pemahaman dengan materi Tektonik Lempeng yang kemudian menekankan pada pembelajaran berkelompok sehingga dalam tahapan pembelajaran siswa saling membantu, menopang, menghargai, bertanggung jawab dan dapat menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif, aktif serta antusias siswa sangat terlihat, terutama pada hal distribusi materi pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru. Budaya belajar yang dikembangkan dalam kelas eksperimen adalah keaktifan siswa dalam membangun sendiri keingintahuannya, membangun karakter keinginan membantu teman yang kesulitan, serta pemanfaatan waktu yang bisa optimal di kelas karena kegiatan sudah terstruktur untuk setiap pertemuan, sehingga siswa mampu memanajemen waktu belajar dikelas yang harapannya sejalan dengan
13
mengoptimalkan fasilitas yang ada. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih lama mengingat dan memahami materi ajar. Pembelajaran dalam kelas eksperimen lebih memusatkan pada pembelajaran student centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Walaupun pembelajaran dalam kelas ekperimen berpusat pada siswa namun guru harus lebih berpartisipasi penuh dalam mengawasi, memotivasi siswa agar siswa dalam ruangan tidak ada yang acuh tak acuh, kebingungan, dan kurang semangat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dalam kelas eksperimen ini membutuhkan guru yang kreatif disetiap saat yang mampu melihat situasi dimana kapan dan dimana saatnya dia harus menjadi fasilitator, mediator, direct-mediator dan evaluator dalam membantu tumbuh kembangnya pembelajaran yang dilakukan siswa. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol juga mampu untuk menciptakan suasana yang aktif dalam pembelajaran dengan tahap awal proses pembelajaran yaitu memberikan materi berupa pengajaran Teams Games Tournament (TGT) siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dengan bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dalam model pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk saling membantu dan memberikan masukan pada teman sekelompoknya yang kurang paham dan mengalami kesulitan. Akan tetapi pembelajaran pada kelas kontrol ini, siswa kurang memahami tugas mereka masing masing bila dibandingkan dengan kelas eksperimen, karena pada kelas kontrol ini siswa agak monoton dengan
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
menjawab tugas dari guru untuk didiskusikan sehingga siswa yang lebih pitar dalam kelompok terkadang jenuh dan bosan karena hanya mereka saja yang menjawab tugas dari guru tanpa dibantu oleh siswa dalam kelompoknya sehingga peran guru dalam pembelajaran kelas kontrol ini terkadang lebih aktif dibandingkan kelas eksperimen. Setelah proses Pembelajaran dilaksanakan dengan memberi perlakuan dengan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) menunjukan bahwa hasil belajar akhir kedua kelompok mengalami perbedaan. Perbedaan hasil belajar ditunjukkan oleh nilai rata-rata post test kelas eksperimen 78.46 sedangkan pada kelas kontrol 72.41. Dari nilai rata-rata posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa di dalam pembelajaran ditemukan pesentase keaktifan siswa tidak jauh berbeda antara kelas ekperimen yaitu 92% dan kelas kontrol 84%. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) juga digunakan perhitungan gain ternormalisasi. Hasil perhitungan tes dengan menggunakan gain ternormalisasi diperoleh nilai g untuk kelas kontrol adalah sebesar 0.64 dalam kategori sedang sedangkan nilai g pada kelas eksperimen sebesar 0.70 dalam kategori tinggi. Selain itu, setelah dilakukan uji hipotesis gain maka rata-rata gain kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan gain kelas control, diperoleh nilai thit>t (0.975) (50) 2.00 (2.00 < 2.30) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai gain kelas eksperimen dan nilai gain kelas kontrol. Artinya model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) lebih efektif daripada
14
pengajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas X dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Selain itu, berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol,pada taraf kepercayaan 95%, menunjukan bahwa terilihat ada perbedaan secara signifikan antara hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen, Sebab pada kelompok eksperimen kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat memberikan pengalaman kepada siswa, selain itu dengan tahapan ilmiah mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, mengomunikasikan. sehingga memberikan pembelajaran yang berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika dan panalaran tertentu selain itu siswa diajar untuk berfikir logis, mendorong serta menginspirasi siswa untuk berfikir secara kritis, analitis, dan hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain. dalam materi pembelajaran dan mengajarkan kepada siswa bahwa informasi bisa dari mana dan kapan saja tidak hanya dari guru semata. Serta dengan menanamkan prinsip dari pembelajaran kooperatif siswa saling membantu, memberi, membangun kepercayaan diri, saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah-masalah konsep, keadaan geografis, serta fenomena dalam sehari-hari yang dapat mereka selesaikan dengan jalan bekerja secara bersama-sama dan berbagi ilmu dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol pada awalnya mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa memerlukan waktu untuk
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
penyesuaian, tetapi hambatan-hambatan yang terjadi perlahan dapat dikurangi karena partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas di dalam kelas yang bervariatif dapat menambah semangat, motivasi, karakter berbagi, membantu dalam memecahkan masalah dan menciptakan lingkungan belajar yang positif, sehingga pembelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Seluruh uraian diatas menunjukan bahwa secara umum pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat memberikan pengaruh yang berarti dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Wolowa . KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data terhadap hasil belajar Geografi baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest siswa kelas eksperimen dengan rata-rata pre-test siswa kelas kontrol pada Materi Pokok Sejarah Pembentukkan Bumi 2. Rata-rata post-test siswa kelas yang di ajar dengan model pembelajaran cooperatif tipe two stay two stray lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata post-test siswa kelas yang diajar model pembelajaran tipe teams games turnament pada Materi Pokok Sejarah Pembentukkan Bumi 3. . Terdapat perbedaan yang signifikan antara gain siswa kelas eksperimen dengan gain siswa kelas kontrol pada Materi Pokok, Sejarah Pembentukkan Bumi.
15
DAFTAR PUSTAKA Hadeli.
2006. Metode Penelitian Pendidikan. Ciputat : Quantum Teaching Iqbal Hasan. 2003. Pokok – pokok Materi Statistik 2. Jakarta : PT Bumi Aksara Kasiran M. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. Malang : UIN-Mliki Press M. Dalyono. 2007. Psikologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Nana Sudjana. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution. 2003. Metode Research ( Penelitian Ilmiah ). Jakarta : PT Bumi Aksara Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hadeli. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Ciputat : Quantum Teaching Iqbal Hasan. 2003. Pokok – pokok Materi Statistik 2. Jakarta : PT Bumi Aksara Kasiran M. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. Malang : UIN-Mliki Press M. Dalyono. 2007. Psikologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Nana Sudjana. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah ). Jakarta : PT Bumi Aksara Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil sugiyono
Nernia , La Ode Nursalam
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017
16
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumadi Surya Brata.2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Ahmad Tanzeh dan Sugiono. 2006, Dasar – dasar Penelitian. Surabaya : El Kaf Anita Lie. 2002. Cooperative Learning . Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. 2009. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia Binti Maunah. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Teras Wina Sanjaya. 2009. Perencana an dan Desain Sistem Pembelajara n. Jakarta : Kencana. Oemar Hamalik. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pende katan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Etin Solehatin, Raharjo, 1999, Cooper ative Learning: analisis model pembelajaran IPS. Jakarta : PT Bumi Aksara. Erman Suherman. Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jica
Nernia , La Ode Nursalam