1
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS4 SMA NEGERI 9 KENDARI PADA MATERI POKOK ASPEK KEPENDUDUKAN Ahmad Hamado1, Ramli2 1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru, dan menentukan peningkatan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS4 SMAN 9 Kendari dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi pokok aspek kependudukan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 mulai tanggal 4-13 Oktober 2016. Jenis penelitian ini adalah PTK. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS4 SMAN 9 Kendari semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 40 orang. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Gambaran aktivitas belajar siswa kelas XI IPS4 SMAN 9 Kendari yang diajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,51 (kategori cukup) dan pada siklus II dengan skor rata-rata sebesar 3,12 (kategori baik), 2) Hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS4 SMAN 9 Kendari yang diajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual diperoleh sebaran nilai pada siklus I yakni nilai terendah 40, nilai tertinggi 88 dengan nilai rata-rata 70,3 dan persentase yang sudah tuntas belajar adalah 57,5%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 81,13 dengan persentase yang sudah tuntas belajar adalah 82,5%. Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual , Proses, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, diharapkan dapat menciptakan dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkualitas dalam berbagai bidang. Sejarah telah mencatat dan membuktikan bahwa manusia yang berkualitas hanya dimiliki manusia yang berpendidikan. Realita saat ini khususnya di Indonesia, masih banyaknya problematikaproblematika di dalam dunia pendidikan yang masih belum terselesaikan, misalnya kualitas dan mutu pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, serta kesenjangan sosial antara pendidikan di desa dan di kota.
Meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia adalah tanggung jawab semua pihak (stakeholder) yang terlibat dalam pendidikan, terutama guru atau tenaga pendidik yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Guru yang berperan sebagai agen pembelajaran harus mampu mengikuti perubahan yang bersifat positif dalam dunia pendidikan, termasuk paradigma dalam proses belajar mengajar. Selain itu, dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan, guru harus memperhatikan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, yaitu
Ahmad Hamado, Ramli
2
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 9 Kendari pada tanggal 4 Mei 2016, peneliti memperoleh gambaran rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan rendahnya persentase nilai rata-rata siswa pada materi Aspek Kependudukan. Dari 39 orang jumlah siswa hanya 16 orang siswa atau 41,03% siswa yang tuntas atau mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan 23 orang siswa atau 58,97% siswa tidak mencapai KKM yang ditetapkan sekolah pada tahun pelajaran 2015/2016 yakni 70 untuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari semua pihak (stakeholder) khususnya guru pengampuh mata pelajaran tersebut untuk mencari solusi atau alternatif yang tepat dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di dalam kelas. Salah satu solusi atau alternatif yang bisa diterapkan guru di kelas adalah dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam proses pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Menurut Aqib (2015: 1), Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Jhonson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Pendapat selaras juga diungkapkan oleh Komalasari (2010: 7), bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Sedangkan menurut Suhana (2014: 67), Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning) merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, kultural, dan sebagainya, sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat
Ahmad Hamado, Ramli
3
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
diaplikasikan dan ditransfer dari suatu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat para Ahli yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dan suatu pembelajaran holistic yang membantu atau menolong siswa untuk melihat, membelajarkan dan mengaitkan materi/bahan ajar yang bermakna dengan situasi dunia nyata baik lingkungan pribadi, keluarga maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
Menurut Aqib (2015: 7-8), pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki 7 (tujuh) komponen, yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Inquiry, 3) Questioning (Bertanya), 4) Learning Community (Komunitas Belajar), 5) Modeling (Pemodelan), 6) Reflection (Refleksi), dan 7) Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya). Perbedaan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pembelajaran tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Perbedaan antara pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pembelajaran tradisional No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional 1. Pemilihan informasi berdasarkan Pemilihan informasi ditentukan oleh kebutuhan siswa guru 2. Siswa terlibat secara aktif dalam Siswa secara pasif menerima informasi proses pembelajaran 3. Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan kehidupan nyata/masalah yang teoritis disimulasikan 4. Selalu mengaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi pengetahuan yang telah dimiliki siswa kepada siswa sampai saatnya diperlukan 5. Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang bidang (disiplin) tertentu 6. Siswa menggunakan waktu belajarnya Waktu belajar siswa sebagian besar untuk menemukan, menggali, dipergunakan untuk mengerjakan buku berdiskusi, berpikir kritis, atau tugas, mendengar ceramah, dan mengerjakan proyek dan pemecahan mengisi latihan yang membosankan. masalah. 7. Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan 8. Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman dasar latihan 9. Hadiah dari perilaku baik adalah Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri pujian atau nilai (angka) rapor 10. Siswa tidak melakukan hal yang buruk Siswa tidak melakukan sesuatu yang karena sadar hal tersebut keliru dan buruk karena takut akan hukuman merugikan 11. Perilaku baik berdasarkan motivasi Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsic ekstrinsik 12. Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks dan setting kelas 13. Hasil belajar diukur melalui penerapan Hasil belajar diukur melalui kegiatan
Ahmad Hamado, Ramli
4
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
penilaian autentik
akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan
(Sumber: Aqib, 2015: 5-6) Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat menerapkan atau mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, guru seharusnya melakukan hal-hal berikut yang diungkapkan oleh Aqib (2015: 15-16), yaitu: (1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa, (2) Membentuk grup belajar yang saling bergantung, (3) Mempertimbangkan keragaman siswa, (4) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan), (5) Memperhatikan multi-intelegensisiswa, (6) Menggunakan teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (7) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism), (8) Memfasilitasi kegiatan penemuan (inqury) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta), (9) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning), (10) Menciptakan komunitas belajar (learning community) dengan membangun kerja sama antar
siswa, (11) Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, (12) Mengarahkan siswa untuk mereflesikan tentang apa yang sudah dipelajari, (13) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment), (14) Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih efektif, maka guru seharusnya merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan kehidupannya, (15) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya, dan (16) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya. Menurut Nurhadi (2003: 59), langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual (Contetextual Teaching and Learning) adalah sebagai berikut:
Ahmad Hamado, Ramli
5
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Table 2: Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual No. Tahapan Kegiatan Guru 1 Kegiatan 1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Awal 2.Menjelaskan perangkat yang dibutuhkan 3.Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya 2 Kegiatan 1. Guru mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal Inti yang dimilikinya terhadap materi, kemudian pengetahuan awal tersebut dijadikan acuan untuk menyelidikinya. 2. Guru memotivasi siswa dalam membangun pengetahuan siswa dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal (kontruktivisme). 3. Guru mengemukakan pertanyaan yang mengacu pada pengembangan kreatifitas berfikir siswa yang berhubungan dengan materi dengan mengaitkan antara materi dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa (questioning). 4. Guru mendorong siswa untuk mengemukakan idea tau gagasan terhadap pemecahan masalah yang akan dilakukan. 5. Membimbing siswa secara individu maupun dalam kelompokkelompok belajar dalam mengatasi masalah (Learning Community). 6. Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melalui observasi dan eksperimen dengan mengaitkan antara materi dengan konteks seharian siswa sehingga dari mengamati siswa dapat memahami masalah tersebut. 7. Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti hasil LKS (pemodelan). 3 Kegiatan 1. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses Akhir pemecahan masalah yang dilakukan (refleksi). 2. Guru mengukur dan mengevaluasi penyelidikan siswa dan prosesproses yang mereka gunakan (Outhentic Assessment). Menurut Sukmadinata (2007: 103) bahwa hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4), bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya berupa nilai saja melainkan juga dalam bentuk perubahan pola tingkah laku sebagai hasil dari tindak belajar dan tindak mengajar baik dari sudut pandang kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Seminar dan Lokakarya di Semarang tahun 1998 mendefinisikan pengertian geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilyahan dalam konteks keruangan (Sumaatmadja, 2001:
Ahmad Hamado, Ramli
6
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
11). Objek studi geografi tidak lain adalah geosfer yaitu permukaan bumi yang terdiri atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan/ kulit bumi), hidrosfer (lapisan air), dan biosfer (lapisan kehidupan). Sumaatmadja (2001: 12) menyatakan bahwa pembelajaran geografi hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variansi kewilayahan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi memiliki kajian yang sangat erat kaitannya dengan alam dan segala isiya dengan memperhatikan pola spasial, lingkungan dan kewilayahan. Menurut Soegimo dan Ruswanto (2009: 42), pertumbuhan penduduk disebut juga dinamika penduduk. Ada 3 klasifikasi pertumbuhan penduduk, yaitu: (1) Pertumbuhan penduduk termasuk cepat, bila pertumbuhan 2% lebih darijumlah penduduk tiap tahun, (2) Pertumbuhan penduduk termasuk sedang, bila pertumbuhan itu antara 1%- 2%, dan (3) Pertumbuhan penduduk termasuk lambat, bila pertumbuhan itu antara 1%atau kurang. Pertumbuhan penduduk, yaitu angka yang menunjukkan tingkatpertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu dinyatakan dengan persen. Keadaan penduduk tumbuh, bila angka kelahiran lebih besar dari angka kematian. Atau jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor kelahiran, kematian, dan migrasi yang terdiri atas emigrasi dan imigrasi. Menurut Soegimo dan Ruswanto (2009: 48-50), pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatanyang menambah dan kekuatankekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhanpenduduk,
yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian disebut faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor nonalami. Kelahiran bersifat menambah, sedangkan kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk. Migrasi yang bersifat menambah disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang bersifat mengurangi disebut migrasi keluar (emigrasi). Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi, yakni sekitar 1,49% per tahun. Untuk menurunkan tingkat pertumbuhan yang tinggi ini, pemerintah Indonesia melaksanakan program KB (Keluarga Berencana). Dengan program Keluarga Berencana ini pada tahun 2000 pertumbuhan penduduk telah menurun menjadi ± 1,4 persen. Struktur penduduk Indonesia memberat pada penduduk usia muda, hal ini sebagai akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran.Akibat ledakan penduduk menimbulkan berbagai masalah yakni: 1) Jumlah penduduk sangat banyak, yaitu nomor empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, 2) Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan tingginya angka pengangguran, 3) Persebaran penduduk tidak merata, 4) Komposisi penduduk kurang menguntungkan karena banyaknya penduduk usia muda yang belum produktif sehingga beban ketergantungan tinggi, 5) Arus urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak menyediakan lapangan kerja, dan 6) Menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk. Beberapa usaha untuk mengatasi permasalahan akibat ledakan penduduk adalah: 1) Perencanaan, pengaturan, dan pembatasan kelahiran (dengan KB) untuk menekan jumlah penduduk, 2) Menyelenggarakan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang baik melalui sekolah, kursus-kursus, dan perkumpulan lainnya untuk menampung tenaga kerja, 3) Meratakan persebaran
Ahmad Hamado, Ramli
7
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
penduduk dengan mengadakan transmigrasi dan melaksanakan pembangunan desa untuk membendung arus urbanisasi dan terkonsentrasinya penduduk di suatu daerah, 4) Memperluas kesempatan kerja, meningkatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan perumahan, 5) Perluasan industrialisasi, baik ringan maupun berat, 6) Perencanaan penggunaan tanah untuk pertanian, pembangunan, dan permukiman dengan tetap memperhatikan kelestariannya supaya tidak merugikan kehidupan manusia di sekitarnya, 7) Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian agar produksi pangan dan produksi hasil pertanian lainnya meningkat, dan 8) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersahabat dengan lingkungan untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia. Secara garis besar, menurut Sugiyanto & Endarto (2008), mobilitas penduduk dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal adalah semua gerakan penduduk dalam usaha perubahan status sosial. Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang termasuk gejala perubahan status sosial. Begitu pula, seorang dokter gigi beralih pekerjaan menjadi seorang aktor film juga termasuk mobilitas vertikal. Mobilitas horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah yang umumnya adalah batas adminitrasi, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Mobilitas horizontal dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen. Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas permanen secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu migrasi internasional dam migrasi dalam negeri. Migrasi Internasional, adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain. Migrasi internasional dibedakan menjadi tiga, yaitu emigrasi, imigrasi dan remigrasi.Emigrasi, merupakan suatu kejadian keluaranya penduduk dari suatu negara menuju ke negara yang lain dengan tujuan untuk menetap (bermukim) di negara yang dituju tersebut.Imigrasi, merupakan masuknya penduduk ke suatu negara yang berasal dari negara yang lain dengan tujuan untuk bermukim (menetap) di negara yang didatangi. Sedangkan Remigrasi (Repatriasi), merupakan perpindahan penduduk untuk kembali lagi ke tempat asal (tanah airnya. Migrasi Dalam Negeri (Migrasi Nasional), adalah suatu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam satu wilayah negara. Pola migrasi dalam negeri (nasional) adalah: (1) Transmigrasi, adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya menuju ke daerah yang lebih jarang penduduknya dalam satu wilayah negara, (2) Urbanisasi, merupakan suatu perpindahan penduduk dari desa ke kota besar atau kota kecil ke kota besar, dan (3) Ruralisasi, merupakan penduduk dari kota ke desa untuk menetap di desa. Rulasisasi biasanya terjadi karena kesempatan kerja di kota sangat sempit. Mobilitas Nonpermanen merupakan gerakan penduduk dari satu wilayah satu ke wilayah lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas nonpermanen disebut juga dengan sirkulasi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak terjadi daripada mobilitas permanen adalah faktor sentrifugal dan sentripetal; perbaikan sarana transportasi serta kesempatan kerja di sektor informal lebih besar dibanding sekitar formal.
Ahmad Hamado, Ramli
8
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 mulai tanggal 04 Oktober 2016 – 13 Oktober 2016 di kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karakteristik yang khas dari penelitian ini adalah adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar
Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan.Kelas ini menjadi subyek penelitian ini karena adanya masalah hasil belajar Geografi siswa yang rendah pada materi pokok aspek kependudukan di tahun pelajaran 2015/2016.
Faktor yang Diteliti Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah Faktor siswa: untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dan Faktor guru: yang diamati adalah bagaimana guru mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Desain dan Prosedur Penelitian Desain penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah sebagai berikut: Orientasi perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan tindakan
Pengamatana n Orientasi perencanaan berikut
Perbaikan perencanaan
Refleksi SIKLUS II
Pelaksanaan tindakan
Pengamatan Gambar 1: Desain penelitian tindakan kelas (Iskandar, 2012: 67)
Ahmad Hamado, Ramli
9
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Desain model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas 4 (empat) tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sumber data penelitian adalah guru dan siswa yang meliputi: a) hasil observasi aktivitas belajar siswa; b) hasil observasi aktivitas mengajar guru; dan c) hasil belajar siswa.
Sm = Skor maksimum yang mungkin dicapai (skor ideal) Menghitung Standar Deviasi (SD): SD =
∑
(Sudjana, 2002: 93)
Ket: SD = Standar Deviasi = Nilai rata-rata yang diperoleh siswa Xi = Nilai yang diperoleh tiap siswa n = Banyaknya Siswa
Jenis Data Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi dengan cara memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan (2) Data mengenai hasil belajar Geografi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus) dengan bentuk tes berupa tes essay yang mencakup semua indikator pembelajaran pada siklus I serta siklus II.
Menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa: ∑ (Sudjana, 2002: 67)
Teknik Analisis Data Menentukan hasil belajar siswa: Dalam menentukan nilai hasil belajar siswa, rentang nilai yang digunakan untuk tes uraian dalam penelitian ini adalah 0 sampai 100 dengan rumus:
Mengklasifikasikan rata-rata aktivitas siswa dalam kategori: 1 ≥ Xi < 2 : kategori kurang 2 ≥ Xi < 3 : kategori cukup 3 ≥ Xi < 4 : kategori baik Xi=4 : kategori sangat baik (Susetyo, 2010)
100(Usman & Setiawati,2001)
Ket: Xi = Nilai yang diperoleh siswa ke-i Spi = Skor yang diperoleh siswa ke-i
Keterangan: = nilai rata-rata yang diperoleh siswa n = jumlah siswa secara keseluruhan Xi = nilai yang diperoleh tiap siswa Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar: ∑ " % ! 100% # Ket: ∑ " = Jumlah Siswa yang tuntas belajar N = Jumlah Siswa secara keseluruhan $%&'&(&'&(& Nilai Klasikal = %&)*&% x 100% ( Sudjana, 2002 : 67)
Indikator Keberhasilan Pelaksanaan tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila: 1) Secara proses, jika skor rata-rata aktivitas belajar siswa minimal 3,0. 2) Secara individu, jika hasil belajar Geografi siswa yang menjadi
Ahmad Hamado, Ramli
10
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
subjek penelitian ini telah mencapai KKM yakni 70 dari nilai ideal 100, dan 3) Secara klasikal, jika 80% dari jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian mendapat nilai serendah-rendahnya 70 berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Data hasil analisis aktivitas belajar siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3: Tabel Rata-Rata Skor Capaian Aktivitas Siswa Siklus I Skor Rata-Rata Pencapaian Siklus I No. Aktivitas yang Dinilai RataPert. I Pert. II Rata 1. Menjawab salam guru 2,5 2,67 2,58 Siswa berdoa bersama sebelum memulai 2. 2,67 2,67 2,67 pelajaran Siswa menyimak dengan baik saat guru 3. 2,67 2,5 2,58 mengabsen Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti 4. 2,5 2,5 2,5 pembelajaran Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran 5. 2,33 2,5 2,42 yang disampaikan oleh guru 6 Siswa mendengarkan motivasi dari guru 2,5 2,5 2,5 Siswa mengemukakan pengetahuan awal yang 7 2,5 2,5 2,5 dimiliki terhadap materi Siswa mendengarkan penjelasan materi dari 8 2,67 2,67 2,67 guru 9 Siswa menanggapi pertanyaan dari guru 2,33 2,5 2,42 Siswa duduk bersama dengan anggota 10 2,33 2,33 2,33 kelompok yang sudah dibagikan Siswa membaca LKS yang telah dibagikan dari 11 2,67 2,5 2,58 guru Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk 12 menyelesaikan LKS yang telah diberikan 2,5 2,5 2,5 dengan memperhatikan bimbingan guru Siswa mempersentasekan hasil diskusinya di 13 2,17 2,67 2,42 depan kelas. Siswa dari kelompok lain menanggapi jawaban 14 2,5 2,5 2,5 yang dikemukakan kelompok penyaji Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam 15 menyamakan pemahaman materi berdasarkan 2,67 2,5 2,58 hasil presentasi Siswa bersama guru melakukan refleksi 16 terhadap proses pemecahan masalah yang 2,67 2,5 2,58 dilakukan Siswa mendengarkan dan menulis tugas 17 2,5 2,5 2,5 individu (PR) dari guru 18 Siswa mendengarkan penyampaian guru terkait 2,17 2,67 2,42
Ahmad Hamado, Ramli
11
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
materi yang dipelajari selanjutnya Siswa menjawab salam guru 19 pelajaran) Rata-rata Kategori Berdasarkan Tabel 3 di atas, menunujukan bahwa aktivitas siswa siklus I pada pertemuan pertama berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,5 dan pada pertemuan kedua juga berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,52. Dan skor capaian aktivitas belajar siswa siklus I dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua sebesar 2,51 yang berada dalam kategori cukup. Pada siklsu I, aktivitas siswa yang mendapat skor terendah dengan skor capaian sebesar 2,33 yaitu aktivitas nomor 10 yaitu siswa duduk bersama dengan
(menutup
2,67
2,17
2,42
2,5 Cukup
2,52 Cukup
2,51 Cukup
anggota kelompok yang sudah dibagikan. Sedangkan aktivitas siswa yang mendapat skor tertinggi dengan skor capaian sebesar 2,67 adalah aktivitas nomor 2 dan 8 yaitu siswa berdoa bersama sebelum memulai pelajaran dan siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru. Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Gambaran rata-rata aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4: Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus I No
1 2 3 4 5 6
7 8
9
10
Aktivitas yang Diamati I. Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan salam.pembuka Guru mengajak siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar Guru mengabsen kehadiran peserta didik Guru menanyakan apakah peserta didik sudah siap untuk mengikuti proses pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya II. Kegiatan Inti Guru mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal yang dimilikinya terhadap materi Guru menjelaskan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran Guru mengemukakan pertanyaan yang mengacu pada pengembangan kreatifitas berfikir siswa dengan mengaitkan antara materi dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Guru membagi siswa dalam kelompokkelompok diskusi yang terdiri dari 5-7 orang dalam satu kelompok
Skor/Siklus Pertemua Ke Rata1 2 rata 2
2
2
3
2
2,5
2
2
2
3
3
3
3
2
2,5
3
2
2,5
3
3
3
2
2
2
2
3
2,5
3
2
2,5
Ahmad Hamado, Ramli
12
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
11
12
13 14 15
16 17 18 19
Guru membagikan LKS dan Peserta didik mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan Guru memandu peserta didikmengolah dan menganalisa informasi yang telah dikumpulkan, untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dan LKS yang telah dibagikan pada masing-masing kelompok Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasildiskusi kelompoknya Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menyanggah/menanggapi isi presentasi kelompok penyaji. Guru membimbing siswa dalam menyamakan pemahaman materi berdasarkan hasil presentasi III. Kegiatan Akhir Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan Guru memberikan tugas individu kepada siswa Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Guru mengucapkan salam penutup Rata-rata Kategori
Berdasarkan tabel 4 di atas, menunjukan bahwa aktivitas guru dalam pertemuan I memperoleh rata-rata skor 2,53 dan pertemuan II memperoleh ratarata skor 2,37, sehingga rata-rata skor capaian aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I adalah 2,45 atau kategori cukup. Hasil tersebut belum mencapai keberhasilan tindakan sehingga dilanjutkan ke tindakan/siklus berikutnya, dimana penelitian ini berhasil apabilah rata-rata skor capaian aktivitas guru dalam pembelajaran adalah 3,0 atau kategori baik. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Berdasarkan hasil analisis deksriptif terhadap hasil belajar geografi siswa pada siklus I, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5: Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
2,5
2
3
2,5
2 2,53 Cukup
2 2,37 Cukup
2 2,45 Cukup
Ketuntasan Jumlah Persentase Tuntas Belajar 23 57,5% Belum Tuntas 17 42,5% Jumlah Total 40 100% Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 57,5% atau 23 orang dari 40 siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 atau telah mencapai KKM. Sedangkan yang belum mencapai KKM sebesar 42,5% atau 17 orang dari 40 siswa yang memperoleh < 70. Jadi dengan perolehan hasil belajar siswa pada siklus I tersebut belum dikatakan tuntas untuk memecahkan masalah dan masih perlu untuk dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
Analisis dan Refleksi Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, Guru mata pelajaran
Ahmad Hamado, Ramli
13
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
geografi dan peneliti memperoleh beberapa kelemahan/kekurangan dalam proses pembelajaran yaitu: (1) Beberapa siswa masih kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran, (2) Beberapa siswa masih takut, ragu dan kurang percaya diri untuk mengemukakan pengetahuannya terhadap materi, mengajukan pertanyaan serta menjawab pertanyaan dari guru, dan (3) Bebrapa siswa kurang berperan aktif dalam kelompoknya untuk bersama-sama menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru. Adapun kelemahan-kelemahan guru dalam mengelola pembelajaran yaitu: (1) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) Kurang tegasnya guru membimbing siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengeluarkan pendapat, serta menanggapi pertanyaan dari guru maupun kelompok lain, (3) Guru kurang tegas
dalam mengelola kelas sehingga banyak siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS, dan (4) Guru belum sepenuhnya mengetahui dan memahami karakter siswa dalam proses pembelajaran. Dengan melihat beberapa kekurangan/kelemahan tersebut, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual pada siklus I belum optimal. Maka kemudian ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru pada siklus II. Tindakan Siklus II Data Aktivitas Siswa Siklus II Data mengenai distribusi rata-rata persatuan aktivitas siswa dalam pertemuan I dan pertemuan II pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6: Skor Capaian Aktivitas Siswa Siklus II No.
Aktivitas yang Dinilai
1.
Menjawab salam guru Siswa berdoa bersama sebelum memulai pelajaran Siswa menyimak dengan baik saat guru mengabsen Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa mendengarkan motivasi dari guru Siswa mengemukakan pengetahuan awal yang dimiliki terhadap materi Siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru Siswa menanggapi pertanyaan dari guru Siswa duduk bersama dengan anggota kelompok yang sudah dibagikan Siswa membaca LKS yang telah dibagikan dari guru Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan LKS yang telah diberikan
2. 3. 4. 5. 6 7 8 9 10 11 12
Skor Rata-Rata Pencapaian Siklus II RataPert. I Pert. II Rata 3 3,5 3,25 2,83
3,5
3,17
3,33
3,17
3,25
3
3,5
3,25
2,83
3,33
3,08
2,83
3,33
3,08
3
3,33
3,17
2,67
3,5
3,08
3
3,67
3,33
3
3,33
3,17
2,67
3,17
2,92
3,5
3,17
3,33
Ahmad Hamado, Ramli
14
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
dengan memperhatikan bimbingan guru Siswa mempersentasekan hasil diskusinya di 13 depan kelas. Siswa dari kelompok lain menanggapi jawaban 14 yang dikemukakan kelompok penyaji Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam 15 menyamakan pemahaman materi berdasarkan hasil presentasi Siswa bersama guru melakukan refleksi 16 terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan Siswa mendengarkan dan menulis tugas 17 individu (PR) dari guru Siswa mendengarkan penyampaian guru terkait 18 materi yang dipelajari selanjutnya Siswa menjawab salam guru (menutup 19 pelajaran) Rata-rata Kategori Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat bahwa setiap aktivitas yang dinilai mengalami peningkatan pada siklus II. Pada siklus II pertemuan I, skor capaian aktivitas siswa adalah 2,92 dan pada pertemuan ke-II skor capaian aktivitas siswa mencapai 3,32 dengan rata-rata skor capaian aktivitas siswa adalah 3,12. Secara keseluruhan rata-rata skor capaian aktivitas siswa meningkat dari siklus I ke
2,5
3,33
2,92
3
3
3
2,67
3,33
3
3,17
3,17
3,17
2,83
3
2,92
2,83
3,33
3,08
2,83
3,33
3,08
2,92 Cukup
3,32 Baik
3,12 Baik
siklus II. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata skor capaian aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,51 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,12. Data Aktivitas Guru Skor rata-rata aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus II dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7: Rata-Rata Skor Capaian Aktivitas Guru Pada Siklus II No.
1 2 3 4 5 6
7
Aktivitas yang Diamati I. Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan salam.pembuka Guru mengajak siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar Guru mengabsen kehadiran peserta didik Guru menanyakan apakah peserta didik sudah siap untuk mengikuti proses pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya II. Kegiatan Inti Guru mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal yang dimilikinya terhadap materi
Skor/Siklus Pert. Ke Rata I II -rata 3
3
3
3
4
3,5
3
3
3
4
3
3,5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Ahmad Hamado, Ramli
15
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
8
9
10 11
12
13 14 15
16 17 18 19
Guru menjelaskan materi yang sesuai dengan tujuan 3 pembelajaran Guru mengemukakan pertanyaan yang mengacu pada pengembangan kreatifitas berfikir siswa dengan 3 mengaitkan antara materi dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi 3 yang terdiri dari 5-7 orang dalam satu kelompok Guru membagikan LKS dan Peserta didik mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah 4 dirumuskan Guru memandu peserta didik mengolah dan menganalisa informasi yang telah dikumpulkan, untuk 3 menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dan LKS yang telah dibagikan pada masing-masing kelompok Guru meminta setiap kelompok untuk 3 mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menyanggah/menanggapi isi presentasi kelompok 3 penyaji. Guru membimbing siswa dalam menyamakan 3 pemahaman materi berdasarkan hasil presentasi III. Kegiatan Akhir Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi 3 terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan Guru memberikan tugas individu kepada siswa 3 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 3 selanjutnya. Guru mengucapkan salam penutup 4 Rata-rata 3,16 Kategori Baik
Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukan bahwa rata-rata skor capaian aktivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II pada siklus II adalah sebesar 3,18, yang berada pada kategori baik. Tabel 7 di atas juga menunjukan bahwa aktivitas guru telah memenuhi kriteria, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor rata-rata skor capaian aktivitas guru minimal 3,0.Aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan dimana rata-rata skor capaian aktivitas guru pada siklus I yaitu 2,45 dan pada
3
3
4
3,5
3
3
3
3,5
3
3
4
3,5
3
3
3
3
3
3
4
3,5
3
3
3 3,21 Baik
3,5 3,18 Baik
siklus II yaitu 3,18. Hal ini menunjukan bahwa guru telah mampu menerapkan pendekatan Kontekstual dalam kegiatan pembelajaran pada meteri pokok Aspek Kependudukan. Data Hasil Belajar Geografi Berdasarkan hasil analisis deksriptif terhadap hasil belajar geografi siswa pada siklus II, diperoleh data sebagai berikut:
Ahmad Hamado, Ramli
16
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Tabel 8: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Ketuntasan Jumlah
Persentase
Tuntas Belajar
33
82,50%
Belum Tuntas
7
17,50%
Jumlah Total
40
100%
Berdasakan tabel 8 di atas menunjukan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 82,50% atau 33 siswa memperoleh nilai ≥ 70 atau telah mencapai KKM dan persentase belum tuntas sebesar 17,50% atau 7 orang siswa memperoleh nilai < 70 atau belum mencapai KKM. Dengan demikian, hasil belajar siswa pada siklus II telah menjawab dari hipotesis tindakan dimana penelitian ini akan berhasil apabilah 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70 Analisi dan Refleksi Berdasarkan analisis dan refleksi pada pelaksanaan tindakan siklus II baik pertemuan I dan pertemuan II terhadap ketuntasan belajar siswa sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya meskipun masih ada beberapa kekurangan yang belum sepenuhnya teratasi. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi anatara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual sudah mendapatkan hasil yang lebih baik pada siklus II. Adapun siswasiswa yang belum mencapai KKM yaitu 7 orang siswa disebabkan karena kurangnya pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Adapun kekurangan-kekurangan siklus I dapat teratasi pada siklus II seperti: (1) Motivasi belajar siswa sudah meningkat sehingga siswa antusias dalam memngikuti proses pembelajaran, (2) Siswa sudah mampu merumuskan pertanyaan, dan terbiasa dalam mengemukakan ide untuk mengajukan pertanyaan, (3) Siswa sudah mulai berani
dalam menganggapi konsep yang dikemukakan oleh kelompok penyaji, dan (4) Siswa sudah tidak ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan terkait hal-hal yang belum dipahami hingga menyimpulkan hasil pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang sudah dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan/kelemahan yang terjadi pada siklus I adalah: (1) Guru sudah membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa, (2) Guru sudah Memberikan arahan dengan tegas kepada seluruh siswa dalam merumuskan pertanyaan, (3) Guru telah Membimbing siswa untuk menanggapi jawaban dari kelompok penyaji, dan (4) Guru telah Membimbing siswa menanyakan hal-hal yang dianggap belum dipahami kepada teman atau guru. Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penelitian ini telah terungkap yaitu pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Kontekstual berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari pada materi pokok Aspek Kependudukan. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pokok Aspek Kependudukan ini terdiri dari empat kali pertemuan yang dibagi menjadi dua siklus. Pada pelaksanaan pembelajaran tiap pertemuannya terdapat kegiatan yang mencerminkan ciri khas dari pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, yaitu: 1) Kontruktivisme, 2) Inquiry, 3) Questioning, 4) Learning
Ahmad Hamado, Ramli
17
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Community, 5) Modeling, 6) Reflection, dan 7) Authentic Assessment. Sikus I Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus I menunjukan bahwa skor capaian aktivitas siswa pada siklus I adalah sebesar 2,51 dengan kategori cukup. Pada siklus I juga semua aspek aktivitas siswa berada pada kategori cukup dan perlu ditingkatkan. Disamping itu pula aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran juga mempengaruhi pelaksanaan pendekatan Kontekstual yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada siklus I, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terbilang cukup dan masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aspek-aspek yang dinilai terhadap aktivitas guru yang hanya memperoleh skor capaian 2,45 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa pada siklus I, terdapat 15 orang siswa atau 42,5% siswa yang nilainya masih di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70, dan 23 orang siswa atau 57,5% siswa yang memperoleh nilai ≥70. Faktor utama rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I adalah kurangnya minat dan motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa kurang memahami masalah atau konsep yang dipelajari. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, Guru mata pelajaran geografi dan peneliti memperoleh beberapa kelemahan/kekurangan dalam proses pembelajaran yaitu: 1) Beberapa siswa masih kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran, 2) Beberapa siswa masih takut, ragu dan kurang percaya diri untuk mengemukakan pengetahuannya terhadap materi, mengajukan pertanyaan serta menjawab pertanyaan dari guru, dan 3) Bebrapa siswa kurang berperan aktif
dalam kelompoknya untuk bersama-sama menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru. Adapun kelemahan-kelemahan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I yaitu: (1) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) Kurang tegasnya guru membimbing siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengeluarkan pendapat, serta menanggapi pertanyaan dari guru maupun kelompok lain, (3) Guru kurang tegas dalam mengelola kelas sehingga banyak siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS, dan (4) Guru belum sepenuhnya mengetahui dan memahami karakter siswa dalam proses pembelajaran. Dengan melihat beberapa kekurangan/kelemahan tersebut, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual pada siklus I belum optimal. Maka kemudian ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru pada siklus II. Siklus II Dari hasil analisis deskriptif pada siklus II menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa yang sangat signifikan dari siklus I. Dimana rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 3,12 yang berkategori baik. Peningkatan rata-rata aktivitas siswa menandakan bahwa kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada siklus I dapat teratasi sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada siklus II juga pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari pengamatan aspek-aspek penilaian aktivitas guru yang juga menunjukkan adanya peningkatan, dimana skor rata-rata capaian aktivitas guru siklus II adalah 3,18.
Ahmad Hamado, Ramli
18
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Hasil analisis deskriptif hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS4 pada materi pokok Aspek Kependudukan pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan. Dimanaterdapat 7 orang siswa yang belum tuntas atau 17,5% memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 70 dan 33 orang siswa atau 82,5% siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh dalam pemahaman konsep siswa maupun hasil belajar siswa. Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penelitian telah terungkap yakni pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual berhasil meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari pada materi pokok Aspek Kependudukan. Penegasan ini sekaligus merupakan jawaban atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: (1) Aktivitas belajar siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari meningkat setiap siklusnya yang diajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi pokok aspek kependudukan, dimana pada siklus I rata-rata skor capaian aktivitas belajar siswa sebesar 2,51 yang berada dalam kategori cukup dan pada siklus II mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 3,12 yang berada dalam kategori baik, (2) Aktivitas mengajar guru pada siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari meningkat setiap siklusnya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi pokok aspek kependudukan, dimana pada siklus I rata-rata skor capaian aktivitas
mengajar guru sebesar 2,45 yang berada dalam kategori cukup dan pada siklus II mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 3,18 yang berada dalam kategori baik, dan (3) Hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS4 SMA Negeri 9 Kendari dapat ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi pokok Aspek Kependudukan, dimana pada siklus I ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 57,5% atau belum menjawab hipotesis tindakan dan pada siklus II mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 82,50% yang artinya sudah berhasil menjawab hipotesis tindakan dalam penelitian ini. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan, (1) Bagi Guru mata pelajaran Geografi, agar bisa mempertimbangkan dan memahami langkah-langkah atau konsep dari pendekatan pembelajaran kontekstual untuk bisa diterapkan dalam proses pembelajaran sebagai alternatif dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, (2) Bagi sekolah terkhusus SMA Negeri 9 Kendari, agar dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam setiap proses pembelajaran terutama mata pelajaran Geografi agar siswa lebih mudah memahami materi yang sesuai dengan dunia nyata mereka serta dapat bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari, dan (3) Bagi peneliti selanjutnya yang juga menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, pahami apa isi konsep dari pendekatan kontekstual agar hasil penelitiannya lebih baik daripada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2015. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya.
Ahmad Hamado, Ramli
19
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jhonson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Republik Indonesia. 2003. Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara. Sudjana, Nana. 2015. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyanto, dan Danang Endarto. 2008. Mengkaji Ilmu Geografi. Tiga Serangkai. Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Reflika Aditama. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metode Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Ahmad Hamado, Ramli