1
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
PERSEPSI TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGENDALIAN KEPENDUDUKAN PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR DI KELURAHAN BESULUTU KECAMATAN BESULUTU KABUPATEN KONAWE Kriswan Syah1Surdin2 1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Jenis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana dalam pengendalian kependudukan di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Informan penelitian ini ditentukan dengan cara Random Samplingdengan kriteria pasangan yang isterinya berumur 15-49 tahun atau pasangan suami isteri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah menstruasi atau isteri berumur lebih dari 50 tahun tetapi belum monopause. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, angket/kuesioner dan wawancara dengan informan. Data diperoleh dari 40 ibu pasangan usia subur. Pengetahuan tentang program keluarga berencana berada pada kategori setuju dengan rata-rata 3,4 dimana informan paham dengan tujuan dari program keluarga berencana. Pandangan tentang program keluarga berencana berada pada kategori setuju dengan skor rata-rata 3,2 menunjukkan bahwa program keluarga berencana diterima oleh sebagian besar ibu pasangan usia subur di Kelurahan Besulutu. Tanggapan tentang program keluarga berencana berada pada kategori setuju dengan skor rata-rata 3,1 hal ini terlihat dari tanggapan ibu pasangan usia subur yang mengikuti program keluarga berencana merasakan manfaat yang besar dengan menjadi akseptor keluarga berencana. Kata Kunci : Keluarga Berencana, Pengendalian Kependudukan, PUS
PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai populasi pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, dimana Indonesia berada pada posisi ke-4 jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya setiap tahun selama periode 2000-
2010, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dialokasikan ke setiap bulannya maka penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.883 jiwa atau 0,27 juta jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu
KriswanSyah, Surdin
2
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). penduduk yang semakin besar menjadi Pertambahan penduduk di Indonesia tantangan dalam meningkatkan umumnya disebabkan oleh kelahiran kesejahteraan rakyat, menciptakan sisanya berupa migrasi masuk. Dengan kesempatan kerja, menghilangkan demikian dapat disimpulkan bahwa kemiskinan, meningkatkan mutu dalam satu detik di Indonesia terjadi pendidikan dan kesehatan, kelahiran bayi sekitar 1-2 jiwa meningkatkan infrastruktur, dan (BkkbN, 2010). pelayanan publik. Berdasarkan data mengenai Berdasarkan data Kantor jumlah penduduk diatas maka Badan Pusat Statistik Kabupaten pemerintah Indonesia harus Konawe mulai tahun 2000 – 2010, melakukan tindakan agar dapat jumlah penduduk Kabupaten Konawe meminimalisasi jumlah pertumbuhan adalah sebagai berikut : penduduk yang sangat tinggi. Jumlah Tabel 1. Data Penduduk Kabupaten Konawe 2000-2010 No Tahun Jumlah Penduduk 1 2000 204 044 jiwa 2 2001 207 785 jiwa 3 2002 211 557 jiwa 4 2003 215 356 jiwa 5 2004 219 184 jiwa 6 2005 223 045 jiwa 7 2006 226 856 jiwa 8 2007 230 689 jiwa 9 2008 234 542 jiwa 10 2009 238 415 jiwa 11 2010 241 982 jiwa Sumber : BPS Kabupaten Konawe Berdasarkan data penduduk penduduk kelurahan Besulutu lebih diatas, terlihat bahwa pada tingkat besar dari pada rata-rata pertumbuhan kabupaten, khususnya kabupaten penduduk nasional, sehingga perlu konawe jumlah penduduk juga dilakukan pengendalian kependudukan mengalami peningkatan yang dalam hal ini, salah satu upaya yang signifikan dari data diatas dalam 10 dapat dilakukan adalah dengan tahun atau satu periode sensus program keluarga berencana. penduduk kabupaten konawe Kebijakan yang telah mengalami pertambahan penduduk dilakukan pemerintah dalam hal sebesar 37,938 jiwa. pengendalian penduduk sudah ada Berdasarkan data sejak abad Hindia Belanda. Kolonisasi kependudukan, rata-rata pertumbuhan memindahkan beberapa penduduk di penduduk kelurahan Besulutu dari Jawa dalam rangka retribusi tahun 2010-2015 adalah 1,55%. penduduk. Kebijakan tersebut Sedangkan berdasarkan data BPS ratadilanjutkan sampai masa orde Baru rata pertumbuhan penduduk nasional tahun 1972, dimana UU No. 32 tahun dari tahun 2010-2015 adalah sebesar 1972 mengatur proses transmigrasi 1,40 %. Berdasarkan data tersebut, penduduk. Namun pada tahun 1968 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan pemerintah mulai menyadari KriswanSyah, Surdin
3
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
penekanan jumlah penduduk tersebut yakni dengan membatasi jumlah anak sehingga dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), namun pada tahun 1970 sesuai dengan Keppres No. 8 Tahun 1970 LKBN tersebut berganti nama menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BkkbN). Sasaran utama program keluarga berencana adalah pada ibu pasangan usia subur dengan harapan bahwa dapat menekan laju pertumbuhan penduduk dengan membatasi kelahiran. Berbagai metode kontrasepsi telah di tawarkan dengan biaya yang cukup terjangkau. Partisipasi ibu pasangan usia subur dalam program keluarga berencana sangat besar pengaruhnya bagi pembangunan bangsa pada sektor pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dan memilii kualitas sumber daya manusia yang rendah akan menjadi hambatan bagi pembangunan bangsa. Ibu pasangan usia subur yang ada di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan, sebagaian besar dari mereka adalah petani dan buruh perusahaan kelapa sawit dan beberapa lagi adaah pegawai negeri sipil. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu pasangan usia subur, mereka cenderung menggunakan alat kontrasepsi hanya untuk mengatur jarak kelahiran dan bukan membatasi jumlah kelahiran, dan beranggapan bahwa memiliki jumlah anak yang banyak akan sangat membantu dalam pekerjaan terutama pada masyarakat petani. Keikutsertaan ibu pasangan usia subur dalam program keluarga berencana tergantung bagaimana
persepsinya tentang pentingnya program keluarga berencana. Persepsi adalah sebuah proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan suatu proses diterimanya suatu stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera atau yang juga disebut proses sensori. Namun proses tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui indera, yaitu melalui mata sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan, yang semuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Walgito, 2010 : 99-100). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerima langsung) dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan tanggapan atau pengertian yang terbentuk dari suatu proses yang diperoleh melalui panca indera. Persepsi merpakan salah satu bagian dari kognisi, yaitu suatu proses pembentukan kesan tentang karakteristik dari sesuatu atau orang lain. (Ariana 2011 : 17). Menurut Saleh dan Wahab (2004:88) persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
KriswanSyah, Surdin
4
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita. Rakhmat (2003:51) mengemukakan bahwa, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pada prosesnya persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Sejalan dengan pendapat diatas, Sobur (2003: 445) mengungkapkan bahwa persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaiman seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi dan tanggapan dapat didefinisiskan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesankesan inilah yang kemudian menjadi pengalaman dan pengetahuan bagi seseorang. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pengetahuan, pandangan serta pegalaman seseorang terhadap objek yang melibatkan unsur kognisi, pengorganisasian kesan dan proses setelah melalui proses pengamatan dan pengalaman dari rangsangan stimuli inderawi.Dari pengertian persepsi diatas, lahir anggapan bahwa persepsi terbentuk dari adanya suatu hal yang ingin diketahui. Persepsi yang diberikan seseorang atas sesuatu didapat oleh intelegensi orang itu dan sesuatu yang ditanggapinya. Dalam konteks dunia pendidikan, kualitas persepsi dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam menelaah sesuatu yang dibaca, didengar, dilihat dan apa yang dirasakan.
Persepsi merupakan kemampuan memilih-milih (mendeklarasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut.Dalam Walgito (2002) menguraikan proses-proses terjadinya persepsi sebagai berikut (a) suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. (b) stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. (c) otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya. Menurut Walgito (2010:101), faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi adalah (a) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Maksudnya untuk menerima sesuatu, objek yang dipersepsikan, menimbulakan stimulus pada alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. (b) Perhatian, maksudnya untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa
KriswanSyah, Surdin
5
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
untuk mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan yaitu : objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf yang merupakan syarat biologis, dan perhatian, yang merupakan syarat psikologis. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk; (a) Mendapatkan objektif objektif tertentu; (b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan; (c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan; (d) Mengatur interval di antara kelahiran; (e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri; dan (f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Di konteks Indonesia, definisi family planning dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Dalam era reformasi dewasa ini program keluarga berencana nasional menjadi perhatian dan komitmen pemerintah sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI No. 7 tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Di dalam Peraturan Presiden ini disebutkan bahwa pembangunan program keluarga berencana nasional diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk, serta meningkatkan pelembagaan keluarga kecil berkualitas (BkkbN, 2005). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat dalam pengelolaan keluarga berencana nasional, ingin menyesuaikan dengan kondisi disekitar. Pembangunan di Indonesia sejak awal reformasi, hingga era desentralisasi dan globalisasi, serta good government, akan banyak mewarnai program keluarga berencana ke depan. Perubahan lingkungan strategis dan tuntutan terhadap pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009 tersebut, mendorong terjadinya perubahan visi, misi dan Grand Strategy (Strategi Dasar) badan koordinasi keluarga berencana nasional yang dikukuhkan dengan Peraturan Kepala BkkbN Nomor: 28/HK- 010/B.5/2007 tanggal 33 Januari 2007. Perubahan tersebut dimulai dari perubahan filosofi BkkbN yang sejak awal diarahkan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana. Perubahan filosofi tersebut diikuti dengan visi yang baru, yaitu: “Seluruh Keluarga Ikut KB”. Melalui visi ini BkkbN diharapkan dapat menjadi inspirator, fasilitator dan penggerak program keluarga berencana nasional sehingga di masa depan seluruh keluarga Indonesia menerima ide keluarga berencana. Ini berarti bahwa setiap pasangan suami isteri harus melakukan perencanaan keluarga secara matang dan bertanggung jawab sehingga mereka menjadi keluargakeluarga yang bahagia dan sejahtera (BkkbN, 2009a). Sedangkan misi BkkbN dibangun untuk mengemban tugas membangun keluarga Indonesia sebagai keluarga kecil yang bahagia
KriswanSyah, Surdin
6
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
dan sejahtera. Untuk itu, maka misi yang diemban oleh BkkbN tidak lain adalah: “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”. Dengan fokus melalui Grand Strategy yang akan dilakukan meliputi: Pertama yaitu menggerakkan dan mamberdayakan seluruh masyarakat dalam program keluarga berencana, Kedua yaitu menata kembali pengelolaan program keluarga berencana, Ketiga yaitu memperkuat sumber daya manusia (SDM) operasional program keluarga berencana, Keempat yaitu meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan keluarga berencana dan Kelima yaitu meningkatkan pembiayaan program keluarga berencana (BkkbN, 2009b). Sejarah program keluarga berenccana seperti dalam (Yuhedi & Kurniawati, 2013). Pada era tahun 1950-an. Pada era ini, perhatian terhadap masalah kependudukan khususnya terhadap gagasan keluarga berencana telah tumbuh di kalangan tokoh masyarakat. Pemerintah pada waktu itu menyatakan tidak setuju dengan pembatasan kelahiran sebagai upaya pengendalian penduduk (Pidato Presiden Soeharto di Palembang pada tahun 1952). Pada tahun 1957 mulai diorganisasikan pelaksanaannya oleh suatu badan swasta Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Kegiatan PKBI masih sangat terbatas dan dilakukan secara diamdiam karena situasi politik Indonesia tidak memungkinkan. Awal dekade 1960-an Indonesia mengalami “baby boom” yang ditandai dengan ledakan tingkatan kelahiran yang cukup tinggi. Masalah kependudukan tidak mendapatkan penanganan sewajarnya dari pemerintah orde lama yang
berpaham pronatalis. Pemerintah menekankan bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan suatu potensi yang besar untuk menggali dan mengolah berbagai sumber kekayaan alam Indonesia tanpa memperhitungkan kualitas sumber daya manusia dan dana yang menopangnya. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan dua puluh sembilan pemimpin dunia lain menandatangani Deklarasi Kependudukan Sedunia. Penandatanganan tersebut merupakan peristiwa yang menjadi titik balik dari sikap pemerintah Orde Lama yang menganut paham pronatalis, menjadi sikap pemerintah Orde Baru yang lebih realistis antinatalis. Pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang berorientasi pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat mempunyai komitmen politis sangat besar terhadap masalah kependudukan. Pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional(LKBN) yang berstatus sebagai lembaga semi pemerintah. KepPres No.8/1970, LKBN diganti menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berstatus sebagai lembaga pemerintah penuh. Tahun 1970 Tepatnya tanggal 29 Juni 1970, Presiden Soeharto melantik Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Tanggal pelantikan ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Program Keluarga Berencana (KB) Nasional. Sejak Pelita I, Keluarga Berencana secara resmi menjadi program pemerintah dan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Selama enam Pelita (1969/19701998/1999), pelaksanaan program
KriswanSyah, Surdin
7
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
Keluarga Berencana nasional diselenggarakan berdasarkan Ketetapan MPR yang dituangkan dalam GBHN dan Keputusan Presiden tentang Program Keluarga Berencana Nasional. Landasan legal pelaksanaan program KB nasional semakin kuat dengan disahkannya UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera oleh MPR. Organisasi KB terus berkembang dan makin besar, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan/desa, jumlah tenaga, sarana, prasarana dan dana makin meningkat dan merata sesuai tuntutan perkembangan program. Era reformasi Program Keluarga Berencana diarahkan pada pengembangan SDM potensial sehingga diperlukan upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas, selain itu juga diarahkan pada pengaturan kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dibagi menjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang menghambat penyebarluasan program KB di Indonesia, antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluasan program Keluarga Berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan pemerintah, dukungan TOGA/TOMA, dan dukungan masyarakat terkait masalah kependudukan. Sasaran program keluarga berencana nasional yang sudah tercantum dalam RPJM 2004/2009 adalah sebagai berikut (Yuhedi & Kurniawati, 2013) (a) menurunkan
rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi 1,14% per tahun. (b) menurunkan angka kelahiran TFR menjadi 2,2 setiap wanita. (c) meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%. (c) menurunkan pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahirannya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6%. (d) meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien. (e) meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. (f) meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. (g) meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pengendalianmenurut Sirait dan Herman Wibowo (1994: 5) yakni “control is management’s systematic effort to achieve objectives by comparing performance to plan and taking appropriate action to correct important differences”, maksud dari Usry and Hammer yaitu pengendalian merupakan usaha sistematik perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengkoreksi perbedaan yang penting. Sementara Glen A. Welsch, Hilton, dan Gordon dalam Purwatiningsih dan Maudy Warouw (2000:3) mendefenisikan“pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien yang memungkinkan terciptanya tujuan perusahaan”. Selain itu, dalam Sunarto (2004:128) ada beberapa macam cara
KriswanSyah, Surdin
8
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
untuk mengendalikan masyarakatyaitu (a) pengendalian lisan (Pengendalian Sosial Persuasif). Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.(b) Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif). Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain.(c) Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama. Berdasarkan dari pengertian pengertian yang dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan membandingkan prestasi kerja dengan rencana melalui suatu proses sehingga terciptanya kinerja yang efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian merupakan tindakan mengatur laju atau mengontrol jalannya suatu tindakan agar dapat berjalan dengan sistematis dan efesien. Sebelum membahas mengenai kependudukan, maka ada baiknya mengerti penduduk terlebih dahulu. Penduduk merupakan suatu kumpulan masyarakat yang melakukan interaksinya dalam suatu daerah atau orang yang berhak tinggal di daerah, dengan syarat orang tersebut harus memiliki surat resmi untuk tinggal diwilayah tersebut, sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta yang diterbitkan oleh negara lain mendefenisikan penduduk sebagai berikut: Penduduk adalah warga negara Indonesia atau orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Dari defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk merupakan setiap orang atau sekelompok orang yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan oleh Undangundang. Berdasarkan Multilingual Demografic Dictionary dalam Mentra (2003:2) disebutkan demografi adalah sebagai berikut: Demography is the scientific study of human population in primarily with the respect to their size, their structure (composition) and their development (change). Artinya “Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya). Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah juga merupakan ruang lingkup dari demografi. Pengertian pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah perubahan populasi sewaktuwaktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengenai defenisi pengendalian, dimana pengendalian itu merupakan tindakan mengatur laju atau mengontrol jalannya suatu tindakan agar dapat berjalan dengan
KriswanSyah, Surdin
9
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
sistematis dan efesien serta mengacu kepada defenisi kependudukan itu sendiri, dimana kependudukan itu mempelajari struktur dan proses yang ada dalam masyarakat, maka dapat kita simpulkan bahwa pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembangbiak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk, dilakukan pengendalian sosial dimana pengendalian sosial itu sendiri menurut Horton (1999: 12) adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat. Pengendalian sosial digunakan sebagai dasar untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk karena pengendalian sosial merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik maka anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang dapat memahami perlunya untuk mematuhi program – program pemerintah yang sudah ada. Defenisi pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan atau ditandai dengan belum datangnya waktu monopause. Peserta keluarga berencana adalah pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program.
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun atau pasangan suami isteri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah menstruasi atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi belum monopause (BkkbN, 2009a). Pasangan usia subur yang dimaksudkan adalah mereka yang telah terikat pernikahan secara agama dan bersesuaian dengan peraturan perundang-undangan pernikahan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe dan dilakukan pada bulan Desember 2016 dengan informan penelitian adalah ibu pasangan usia subur. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mendapatkan gambaran dan dapat menjelaskan mengenai persepsi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana dalam pengendalian kependudukan di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu pasangan usia subur dengan kriteria pasangan yang isterinya berumur 15-49 tahun atau pasangan suami isteri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah menstruasi atau isteri berumur lebih dari 50 tahun tetapi belum monopause yang ada di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe yang berjumlah 180 ibu pasangan usia subur, baik yang menggunkan alat kontrasepsi maupun yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Penentuan besarnya informan dalam penelitian ini dilakukan dengan KriswanSyah, Surdin
10
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
menggunakan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2004:26) yaitu : n = . Dimana : n = jumlah informan N = jumlah subjek = presisi yang ditetapkan Jumlah pasangan usia subur (N) = 180 dan presisi
= 15% dengan perhitugan sebagai berikut : n = = = . . , . ,
= , = 40
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka besarnya informan dalam penelitian ini adalah 40 ibu pasangan usia subur. Penentuan informan dilakukan dengan teknik acak atau random sampling. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara (a) Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data melalui sumber bacaan seperti buku, naskah, laporan, dokumen-dokumen serta karya ilmiah lainnya yang relevan dengan materi dan permasalahan penelitian ini khususnya yang berkaitan dengan program keluarga berencana. (b) Kuesioner. Angket/kuesioner, yakni dengan memberikan daftar pertanyaan kepada informan yang telah ditetapkan sebagai informan, angket dibuat dalam bentuk pernyataan dan memiliki alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh informan guna untuk mengetahui persepsi ibu pasangan usia subur tentang keluarga berencana dalam pengendaian kependuduan. (c) Wawancara. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab kepada pihak yang perlu diambil keterangannya sebagai penunjang
dalam memperkuat hasil penelitian, dalam hal ini peneliti mengunakan wawancara untuk mendapatkan informasi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana. Definisi konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu dimana persepsi merupakan proses pengetahuan, pandangan serta pegalaman seseorang terhadap objek yang melibatkan unsur kognisi, pengorganisasian kesan dan proses setelah melalui proses pengamatan dan pengalaman dari rangsangan stimuli inderawi.Instrumen persepsi tentang program keluarga berencana disusun dalam bentuk pernyataan yang mempunyai empat alternatif pilihan, yaitu untuk penyataan positif Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3 , Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Dan untuk pernyataan negatif Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2 , Tidak Setuju (TS) diberi skor 3 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4. Sebelum data hasil penelitian dianalisis, terlebih dahulu data diolah dengan teknik tabulasi dan editing untuk mempermudah analisis data. Selanjutnya data yang diperoleh dilapangan dijabarkan secara deskriptif sehingga teknik analisis data yang yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Oleh karena itu pengolahan data dilakukan dengan cara menggolongkan data berdasarkan sifat atau jenisnya, selain itu proses pengelolaan dapat juga dilakukan dengan scoring dan tabulasi. Untuk melakukan perhitungan persentase pilihan-pilihan yang disampaikan oleh responden penelitian ditentukan dengan formulasi rumus sebagai berikut :
KriswanSyah, Surdin
11
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
P = 100% (Ema, 2000) Keterangan : Soemantri 2006 : 63) P = Kategori ( Skor ) Keterangan : F = Frekuensi ( Jumlah informan yang = Rata-rata memilih alternatif yang sama ) = Kategori N = Jumlah informan keseluruhan f = Frekuensi 100 = Persentase (%) n = Jumlah Untuk meghitung rata-rata skor tiap indikator digunakan rumus sebagai berikut : Tabel 2. Tingkat kategori setiap indikator variabel
(
No
Skala Interval
Kategori Sikap
1
1,00-1,99
Sangat Tidak Setuju
2
2,00-2,99
Tidak Setuju
3
3,00-3,49
Setuju
4
3,50-4,00
Sangat Setuju
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata tentang program
keluarga berencana dalam pengendalian kependudukan di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe :
Tabel 3. Rata-rata persepsi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana Rata-Rata Persepsi Ibu Pasangan Rata-Rata No.
Usia Subur Tentang Program Keluarga Berencana
1
2
3
Pengetahuan tentang program
Tiap Indikator 3,4
keluarga berencana Pandangan terhadap program
3,2
keluarga berencana Tanggapan terhadap program
3,2
keluarga berencana Rata-Rata Total
3,2
Kategori
Setuju
Setuju
Setuju Setuju
Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata persepsi tentang program keluarga berencana dalam
pengendalian kependudukan ibu pasangan usia subur di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu KriswanSyah, Surdin
12
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
Kabupaten Konawe sebesar 3,2 dengan kategori setuju dengan adanya program keluarga berencana. Hal ini memperlihatkan bahwa informan menerima program keluarga berencana dengan pertimbangan tertentu. Penelitian ini mengkaji persepsi tentang program keluarga berencana dalam pengendalian kepedudukan pada ibu pasangan usia subur di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe terkait dengan pengetahuan, pandangan dan tanggapan ibu pasangan usia subur. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tingkat keberhasilan program keluarga berencana di kelurahan Besulutu adalah 100%, hal ini terlihat dari 40 informan yang dipilih secara acak semuanya menggunakan alat kontrasepsi. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini, berdasarkan data dari badan pelayanan keluarga berencana kelurahan Besulutu tingkat keberhasilan program keluarga berencana di kelurahan Besulutu adalah telah diikuti oleh 80% ibu pasangan usia subur yang ada. Pengetahuan tentang program keluarga berencana berada pada kategori setuju, hal ini terlihat dari rata-rata skor sebesar 3,4 hal ini memperlihatkan bahwa ibu pasangan usia subur yang ada di kelurahan Besulutu memiliki pengetuhuan yang baik tentang program keluarga berencana dimana keluarga berencana diartikan sebagai suatu usaha untuk mengatur banyaknya kehamilan sehingga bermanfaat bagi keluarga yang bersangkutan, ibu pasangan usia subur memahami dengan baik akan hal tersebut sehingga mereka memilh menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur kehamilan dan menentukan jumlah anak yang diinginkan.Program
keluarga berencana juga memiliki tujuan untuk menekan fertilitas dan bukannya menaikkan angka kelahiran dan hal ini dipahami dengan baik oleh ibu pasangan usia subur yang ada di kelurahan Besulutu bahwa menggunakan alat kontrasepsi akan menurunkan angka fertilitas pada tingkat daerah bahkan sampai tingkat nasionaldimana tujuan utama dari program keluarga berencana adalah membatasi kelahiran sehigga kepadatan penduduk dapat ditangani dengan baik, pembatasan ini dilakukan karena keprihatinan pemerintah dengan kondisi penduduk yang terus mengalami peningkatan tetapi tidak diikuti oleh kualitas sumber daya manusia yang baik, hal serupa juga terjadi pada penduduk yang ada di Kelurahan Besulutu dimana jumlah penduduk dengan usia produktif cukup banyak namun sumber daya manusia yang rendah, dengan pembatasan kelahiran menggunakan alat kontrasepsi sangat efektif digunakan bagi ibu pasangan usia subur dalam mengatur fertilitasnya. Program keluarga berencana juga sangat baik untuk mengatur jarak kehamilan, dan hal ini juga dipahami dengan baik oleh ibu pasangan usia subur di kelurahan Besulutu, ini merupakan salah satu upaya dari Dimana BkkbN menyarankan kepada ibu pasangan usia subur untuk mengatur jarak kehamilan, dimana hal ini untuk mencegah berbagai kemungkin timbulnya penyakit yang dapat membahayakan kondisi kesehatan ibu pasangan usia subur, wanita yang melahirkan dengan jarak yang rapat akan rentan menagalami gangguan kesehatan rahim seperti pendarahan, dan infeksi pada leher rahim. Selain itu dengan mengatur
KriswanSyah, Surdin
13
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
jarak kehamilan akan dapat dengan mudah merencanakan masa depan anak dan kesejahteraan keluarga. Masyarakat di Kelurahan Besulutu, yang merupakan suku Tolaki dan sebagian kecil Jawa, Bugis dan Toraja, masih menjunjung tinggi kebudayaan. Tidak terkecuali dalam mengikuti program Keluarga Berencana, yang bertujuan mengatur kehamilan. Ibu pasangan usia subur menganggap Keluarga Berencana tidak bertentangan dengan budaya Tolaki, sehingga mereka memilih untuk menjadi akseptor Keluarga Berencana., hal ini karena penggunaan alat kontrasepsi dinilai tidak melanggar kaidah adat istiadat suku Tolaki, selian dalam suku Tolaki beberapa responden yang juga berasal dari suku Bugis, Toraja dan Jawa memberikan respon yang sama. Hal inilah yang membuat program kelurga berencana mudah diterima oleh masyarakat pada umumnya, walaupun masih ada beberapa orang yang memandang program kelarga berencna bukan solusi terbaik dalam mengatur kependudukan. Ibu pasangan usia subur di Kelurahan Besulutu masih percaya bahwa memiliki banyak anak akan mendatangkan rejeki yang banyak pula, terutama pada mereka yang bekerja sebagai petani dengan harapan, jika memiliki banyak anak maka dikemudian hari dapat meringankan pekerjaan dan akan sangat membantu dihari tua, namun hal ini akan berdampak buruk bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat apabila memiliki jumlah anak yang banyak namun tidak produktif akan mengakibatkan bertambahnya beban pembangunan dan menimbulkan kesenjangan sosial seperti kemiskinan. Jumlah anak yang diinginkan tidak
mereka batasi karena menurut mereka memiliki jumlah anak banyak akan semakin menguntungkan bagi perkembangan kampung dan bagi keluarga mereka sendiri. Akibat banyaknya jumlah anak adalah ketidakmapuan keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga, khususnya anak itu sendiri, sehingga menimbulkan permasalahan baru seperti gizi yang tidak terpenuhi, anak tidak mendapat pendidikan yang layak, dan lain – lain. Lain halnya dengan beberapa ibu pasangan subur yang lain, terutama mereka yang bekerja sebagai PNS merasa bahwa dengan memiliki banyak anak akan merepotkan karena akan kesulitan mengatur waktu antara pekerjaan dan mengurus anak. Ibu pasangan usia subur di kelurahan besulutu meyakini bahwa di dalam agama diperbolehkan mengikuti program keluarga berencana, Keluarga Berencana secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan Keluarga Berencana dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, Keluarga Berencana juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kesenjangan sosial. Bagi agama Kristen, program Keluarga Berencana dapat menunjang terciptanya kebahagian keluarga, dimana hak dan peran anggotanya dapat diwujudkan secara memadai. Secara filosofis bertujuan untuk melindungi hidup. Pandangan ini didasarkaan antara lain bahwa kebahaagiaan suatu keluarga bergantung dari tiap anggota, bagaimana ia memainkan peranannya
KriswanSyah, Surdin
14
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
dengan tepat terhadap tiap anggota yang lain. Ibu pasangan usia subur sepakat bahwa alat kontrasepsi sangat terjangkau, hal ini karena biaya pemakaian alat kontrasepsi tergolong murah, bahkan dari BkkbN diberikan gratis. Tujuan pemerintah memberikan alat kotrasepsi gratis bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam program keluarga berencana, yang mana banyak masyarakat yang tidak mau menjadi akseptor keluarga berencana karena beranggapan biaya pemasangan lat kontrasepsi mahal, namun setelah BkkbN menggratiskan pemakaian alat kontrasepsi bayak ibu pasanagan usia subur di Kelurahan Besulutu yang akhirnya mau menggunakan alat kontrasepsi. Selain itu, ditunjang dengan pelayanan dari petugas pelaksanaan program keluarga berencana yang baik membuat masyarakat merasa bahwa mengikuti program keluarga berencana sangat menguntungkan bagi mereka. Ibu pasangan usia subur yang ada di kelurahan besulutu sepakat bahwa sebaiknya semua ibu pasangan usia subur ikut dalam program keluarga berencana, hal ini dimaksudkan agar setiap ibu yang masih dalam usia subur dapat mengatur dan mengontrol fertilitasnya, sehingga akan bermanfaat bagi kehidupan keluarganya sendiri dan terutama berimbas pada penekanan jumlah penduduk yang memang menjadi sasaran utama dari program keluarga berencana itu sendiri. Keikutsertaan ibu pasangan usia subur dalam program keluarga berencana di kelurahan Besulutu dapat dikatakan baik, hal ini terlihat dari anggota akseptor keluarga berencana di kelurahan Besulutu diikuti oleh sekitar
80% ibu pasanga usia subur yag ada, dan petugas pelayanan kesehatan juga menargetkan agar semua ibu pasangan usia subur dapat berpartisiapasi dan menjadi akseptor keluarga berencana. Semua informan sangat setuju bahwa menggunakan alat kontrasepsi modern seperti suntik, susuk, pil dan metode lainnya lebih efektif dari pada alat kontrasepsi tradisional seperti mengatur masa subur untuk berhubungan intim. Alat kontrasepsi modern lebih dipilih karena penggunannya yang sederhana, tidak memakan waktu yang lama, dan saat ini telah digratiskan dan setelah pemakaian alat kontrasepsi hanya perlu mengingat jangka waktunya, dimana ada beragam jangka waktu alat kontrasepsi. Sedangkan apabila menggunakan cara tradisional dinilai tidak efisien dan tingkat kegagalan cara tradisional sangat tinggi, sehingga membuat ibu pasangan usia subur menjadi was-was dan selalu dilanda kecemasan apabila salah memperkirakan masa suburnya. Alat kontraspsi modern juga sangat mudah di dapatkan karena telah disediakan oleh rumah sakit dan bahkan dapat diperoleh di apotek, dengan harga yang terjangkau dan bahkan digratiskan. Ibu pasangan usia subur yang ada di kelurahan Besulutu banyak yang tidak setuju dengan slogan “dua anak lebih baik”, hal ini terlihat bahwa setengah dari informan setuju dan setengah lagi tidak setuju. Mereka yang tidak setuju dengan slogan tersebut merasa bahwa jumlah anak sangat menenukan masa depan keluarga, rata-rata mereka mengharapkan jumlah anak 3-5, dengan alasan anak adalah sumber kebahagian sendiri bagi keluarga, dan mempererat pernikahan, selain itu
KriswanSyah, Surdin
15
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
membantu dalam pekerjaan dan jamian di hari tua. Namun setegah dari informan setuju bahwa dengan memilki dua anak akan mempermudah mereka dalam mengatur dan membina anak mereka serta akan lebih efisien untuk pembiayaan pendidikannya daripada memiliki banyak anak, selain itu juga akan mempermudah mereka dalam merencanakan masa depan anak dengan baik. Istilah banyak anak, banyak rejeki memang sudah harus dihilangkan ditengah-tengah masyarakat. Sebab persoalan dalam membangun keluarga, yang harus dipikirkan adalah bagaimana generasi kedepan bisa lebih baik lagi. Sehingga, generasi penurus bangsa Indonesia menjadi generasi berkualitas dan berkuantitas tentu ini perlu pengawasan orang tua. Jika yang diawasi hanya dua orang tentu lebih mudah, dibandingkan mengawasi banyak orang. Apalagi di dunia modern dengan tingkah laku dan moral generasi muda sudah masuk diambang bahaya, masalah narkoba, pergaulan bebas dan tingkah laku lainnya dan tentu ini menjadi perhatian bersama tidak hanya pemerintah dan yang terlibat langsung dalam pengawasan tentu orang tua. Mengawasi anak dua orang lebih mudah, dibandingkan banyak anak. Penghasilan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi karena salah satu yang menjadi pertimbangannya adalah biaya. Ibu pasangan usia subur masih dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya disamping menjadi akseptor keluarga berencana, hal ini karena biaya pemakaian alat kontrasepsi tergolong murah dan terjangkau untuk semua kalangan, apalagi saat ini BkkbN telah mengratiskan pemakaian alat kontrasepsi bagi ibu pasangan usia
subur. Bagi sebagian ibu pasangan usia subur alat kontrasepsi adalah kebutuhan tersendiri bagi mereka yang harus dipenuhi guna mengontrol fertilitasnya. Ibu pasangan usia subur di kelurahan Besulutu setuju bahwa melahirkan banyak anak akan rentan terkena penyakit. Pendarahan masih menjadi penyebab utama kematian ibu saat melahirkan. Rahim, organ tempat janin berkembang, terdiri dari jaringan otot. Kehamilan yang terlalu rapat akan mengendurkan otot-otot tersebut sehingga setelah persalinan rahim menjadi sulit berkontraksi untuk kembali ke ukurannya yang semula dan terjadilah pendarahan. Obatobatan biasanya kurang berhasil mengatasinya. Risiko placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa adalah kelainan letak plasenta yang seharusnya di atas rahim malah di bawah, sehingga menutupi jalan lahir. Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin, komplikasi pada ibu (preeklampsia atau diabetes gestasional). Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan sebelumnya bisa menyebabkan masalah pada plasenta bayi. Ibu pasangan usia subur di kelurahan Besulutu setuju bahwa alat kontrasepsi tidak mempengaruhi kesehatan mereka, penggunaan alat kontrasepsi justru membantu mereka mengontrol kelahiran. Alat kontrasepsi seperti pil, suntik dan susuk dan metode lainnya dapat digunakan untuk jangka panjang, karena aman bagi kesehatan dan jasmanai ibu yang menggunakan, hal ini sesuai dengan pendapat ibu pasangan usia subur di kelurahan Besulutu dimana dari 40 ibu masing-masing menggunakan metode KriswanSyah, Surdin
16
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
kontrasepsi yang berbeda-beda namun mereka memberikan pendapat yang sama bahwa alat kontrasepsi tidak berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Persepsi ibu pasangan usia subur tentang program keluarga berencana secara umum berada pada kategori setuju dengan rata-rata skor 3,2. Hal ini memperlihatkan bahwa program keluarga berencana telah diterima oleh sebagian besar ibu pasangan usia subur di kelurahan Besulutu dan mereka memberikan dukungan atas program keluarga berencana demi terciptanya generasi masa depan yang lebih baik. Para petugas pelayanan program keluarga berencana juga telah melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian ibu pasangan usia subur untuk menjadi akseptor keluarga berencana dengan harapan semua ibu pasangan usia subur dapat berpartisipasi. Kesadaran ibu perlu ditingkatkan dengan sosialisasi dan pendekatan yang lebih baik lagi guna memaksimalkan program keluarga berencana. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap persepsi tentang program keluarga berencana dalam pengendalian kependudukan pada ibu pasangan usia subur di Kelurahan Besulutu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe, dengan jumlah informan sebanyak 40 orang adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu dimana program keluarga berencana yang ada di Kelurahan Besulutu berdasarakan penelitian terhadap 40 informan telah diikuti oleh 100% ibu pasangan usia subur, sementara berdasarkan data dari pelayanan
keluarga berencana program keluarga berencana dikuti oleh 80% ibu pasangan usia subur. Dimana saat ini ditargetkan agar seluruh ibu pasangan usia subur menjadi akseptor KB.Program Keluarga Berencana cukup diterima oleh sebagian besar ibu pasangan usia subur yang ada dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pengetahuan ibu pasangan usia subur akan program keluarga berencana memperlihatkan bahwa mereka setuju dengan adanya program keluarga berencana , sehingga mereka bersedia menjadi akseptor KB.Tanggapan ibu pasangan usia subur akan program keluarga berencana juga setuju dengan program keluarga berencana, karena tidak terhalang oleh kaidah-kaidah adat dan tidak dilarang dalam agama serta tidak memilki efek samping bagi kesehatan ibu.Pandangan ibu pasangan usia subur akan program keluarga berencana juga setuju dengan program keluarga berencana karena sangat bermanfaat untuk mengatur fertilitas. DAFTAR PUSTAKA Ariana, I Made Putra. 2011. Respon Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Pembuangan Akhir Di Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Program Magister, Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Denpasar. BkkbN.2009a. Petunjuk Tehnis Analisis dan Penilaian Multi Indikator Program : Medan. BkkbN.2009b. Perkembangan Program Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Utara : Medan. BkkbN. 2010. Peningkatan Partisipasi Pria. Jakarta.
KriswanSyah, Surdin
17
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 Februari 2017
Ema dan Mukhtar Widodo. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Ayyrrouz. Yogyakarta: FE UI Horton B. Paul dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Diterjemahkan oleh Meilani, N. Setiyawati, N. Estiwidani, D. Suherni, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya. Mentra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rakhmat, Jalaluddin.2003. Psikologi Komunikasi. Bandumg : Remaja Karya. Riduwan.2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung :Alfabeta. Saleh,R.A., dan Wahab, A.M. 2004. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta : Prenada Media. Sunarto, Kamanto. 2004 Pengantar Sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Soemantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung : Rosdakarya. Purwatiningsih dan Maudy Warouw. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba. Jakarta: Salemba Empat. Wilgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset. Wigito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset Yuhedi, L.T.& Kurniawati, T.2013. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC
KriswanSyah, Surdin