Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK DENGAN TIPE THINK PAIR SQUARE DI SMA Nurul Huda Arianti, Syubhan An’nur , Mastuang FKIP Unlam Banjarmasin,
[email protected] Abstract: Student learning outcomes is still less than optimal or unsatisfactory, it can be known through the data replication midterm class XI IPA at SMAN 9 Banjarmasin. This happens because the learning methods and models used by teachers based on observations during the learning tend to be monotonous and less engaging students, so that students are less enthusiastic and less active in the following study. This study aims to determine whether there are differences in learning outcomes of students using cooperative learning model Pair Check with the type of Think Pair Square in class XI SMA Negeri 9 Banjarmasin. This type of research used in this research is quantitative quasi-experimental research design. This study population is all students in grade XI IPA at SMAN 9 Banjarmasin. Samples were taken using cluster random sampling. Data collection techniques are techniques achievement test and documentation. The results showed that there are differences in learning outcomes of students using cooperative learning model Pair Check with the type of Think Pair Square in class XI SMA Negeri 9 Banjarmasin. PENDAHULUAN
siswa
kurang
aktif
dalam
proses
Proses pembelajaran di sekolah
pembelajaran yang disebabkan karena
yang masih berpusat pada guru sebagai
kegiatan belajar mengajar masih banyak
pengajar
berpusat
kurang
mendukung
proses pembelajaran.
dalam
pada
guru.
Hal
ini
Proses belajar
menyebabkan hasil belajar siswa masih
mengajar berlangsung, hanya sebagian
kurang optimal dan kurang memuaskan.
kecil siswa yang berpartisipasi aktif
Hal ini dapat diketahui melalui data
dalam
yang
hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Negeri 9 Banjarmasin yaitu berdasarkan
ini
nilai Ulangan Tengah Semester (UTS)
pembelajaran.
adalah
siswa
Siswa yang
memiliki
kemampuan memahami dengan cepat,
siswa dalam
mata pelajaran Fisika
sedangkan banyak siswa lainnya pasif
terlihat bahwa Dari 95 siswa hanya 30
dalam kegiatan pembelajaran, baik pada
siswa (36,8 %) yang sudah mencapai
saat bertanya,
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Berdasarkan hasil pengamatan
yaitu ≥ 75, sedangkan 65 siswa (63,2 %)
yang dilakukan peneliti selama Praktik
nilainya belum mencapai KKM yaitu
Pengalaman Lapangan 2 (PPL 2) pada
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
bulan September tahun 2015 di SMA
yaitu ≥ 75.
Negeri 9 Banjarmasin terlihat bahwa
95
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Model
Pembelajaran
masing model. Oleh karena
peneliti
Kooperatif Tipe Pair Check dan Tipe
tertarik untuk melakukan penelitian
Think Pair Square sama-sama bertujuan
yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar
untuk menjadikan siswa lebih aktif
Siswa
dalam
Pembelajaran
menyelesaikan masalah dan
meningkatkan
hasil
belajar
yang
Menggunakan Kooperatif
Model Tipe
Pair
Check dengan Tipe Think Pair Square
diperoleh melalui penerapan masing-
Di SMA”.
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check : Fase-Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa. Fase 2 Menyampaikan informasi.
Perilaku Guru • Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama dan pembelajaran dan memotivasi siswa.
• Menyampaikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan berupa handout mengenai materi teori kinetik gas. Fase 3 • Menjelaskan kepada siswa bagaimana aturan main Mengorganisasikan siswa ke model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check. dalam kelompok-kelompok • Membagi siswa ke dalam beberapa tim. Setiap tim belajar. terdiri dari empat orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner. • Membagikan LKS kepada partner. • Meminta siswa yang bertindak sebagai pengerja soal untuk mengerjakan soal. Begitu juga siswa yang bertindak sebagai pelatih untuk membantu serta memeriksa pekerjaan pasangannya. Jika pasangan tersebut tidak sepakat dengan jawaban mereka, maka mereka bisa meminta nasihat dari pasangan lain. Jika sepakat dengan pasangannya, maka pelatih (coach) memberi pujian. • Meminta siswa berganti peran sampai soal-soal tersebut selesai dikerjakan. • Meminta Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain Fase 4 • Membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari Membimbing kelompok belajar berbagai soal. dan bekerja. Fase 5 • Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah Evaluasi dipelajari/meminta setiap tim mengecek jawabannya dan mempresentasikan hasil kerja mereka. Fase 6 • Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik Memberikan penghargaan.
(Adaptasi Huda, 2013)
96
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Fase-Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa. Fase 2 Menyampaikan informasi.
dan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
• • • • •
•
•
Fase 4 • Membimbing kelompok belajar dan bekerja. Fase 5 • Evaluasi •
Fase 6 Memberikan penghargaan.
•
Perilaku Guru Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa. Menyampaikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan berupa handout mengenai materi teori kinetik gas. Menjelaskan kepada siswa bagaimana aturan main model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square. Membagi siswa dalam kelompok berempat membagi kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa heterogen. Meminta untuk berpikir secara individual tentang penyelesaian persoalan pada LKS, kemudian siswa diminta untuk menuliskannya pada lembar jawab (Think). Meminta siswa berpasangan dengan salah satu anggota kelompoknya untuk berdiskusi dan bertukar pendapat dengan pasangannya mengenai jawaban mereka sebelumnya yaitu penyelesaian soal pada LKS sehingga mereka menyepakati jawaban yang akan dijadikan bahan diskusi kelompok kemudian setiap siswa menuliskan kembali jawaban mereka (Pair). Meminta setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Kemudian siswa menuliskan jawaban kembali secara individual pada lembar jawab yang telah disediakan di tahap (square). Membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban LKS. Menunjuk beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain diberikan kesempatan untuk menyanggah dan memberikan masukan apabila jawaban mereka berbeda. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
(Adaptasi Prastiana, 2014) Berdasarkan latar belakang di
model pembelajaran kooperatif tipe Pair
atas, rumusan masalah dalam penelitian
Check dengan Tipe Think Pair Square
ini adalah Apakah terdapat perbedaan
di SMA?
hasil belajar siswa yang menggunakan
97
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Berdasarkan rumusan masalah
Subjek penelitian adalah peneliti
yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
sebagai guru dan siswa kelas XI IPA-2
penelitian
dan
secara
umum
untuk
XI
IPA-3
SMA
Negeri
9
menganalisis perbedaan hasil belajar
Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016.
menggunakan
pembelajaran
Seluruh siswa berjumlah 95 orang.
kooperatif tipe Pair Check dan Think
Tempat penelitian adalah SMA Negeri 9
Pair Square pada kelas XI SMA Negeri
Banjarmasin yang berlokasi di Jl. Tatah
9
Bangkal Laut RT.23 No.1 Banjarmasin
model
Banjarmasin.
1)
Manfaat
yang
diharapkan didapat setelah terlaksananya
Kalimantan
penelitian
siswa,
dilaksanakan dari bulan Februari s/d Juli
model
2016.
dengan
ini
adalah:
Bagi
menggunakan
pembelajaran yang menarik diharapkan
Teknik
Selatan.
yang
Penelitian
digunakan
ini
untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mengumpulkan data dalam penelitian ini
dan
adalah dengan menggunakan soal tes
keaktifan siswa dalam
proses
pembelajaran Fisika.
dan
METODE PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian
dokumentasi.
Perangkat
instrumen
yang
digunakan
penelitan
ini
adalah
Pelaksanaan
dan dalam
Rencana
Pembelajaran,
Handout,
ini adalah penelitian kuantitatif quasi
Lembar Kegiatan Siswa, Lembar Tes
experimental design. Dalam penelitian
Hasil Belajar. Data-data yang diperoleh
ini menggunakan penelitian kuantitatif
selama
quasi
deskriptif, kuntitatif dan kualitatif.
experimental
design
karena
penelitian
diolah
secara
peneliti tidak mampu mengontrol secara
Soal-soal tes hasil belajar tersebut
penuh variabel variabel luar yang dapat
di uji coba untuk memperoleh data yang
mempengaruhi
baik. Data yang diperoleh selanjutnya
pelaksanaan
dalam
penelitian ini. Rancanganpenelitian yang
dilakukan analisis sebagai berikut:
digunakan dalam penelitian ini adalah
1.
Randomized Pretest Posttest Design
Kesukaran
sebagai berikut:
Instrumen
Tabel 3 Rancangan penelitian No 1 2
Kelas Eksperimen I Eksperimen II
Validitas,
(a).
Pretest
Perlakuan
Posttest
T1
X1
T2
T3
X2
T4
Reliabilitas,
dan
Validasi dilakukan
Daya
berkompetensi pendidikan
Pembeda
instrumen oleh
Indeks
tes
pakar yaitu
fisika
ini yang
dosen Unlam
Banjarmasin dan guru mata
(Adaptasi Suryabrata, 2006)
98
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
pelajaran fisika di SMA Negeri
= proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes Daya pembeda (D) butir tes dihitung
9 Banjarmasin. (b). Validasi alat ukur dengan dengan
dengan rumus:
menggunakan hitungan statistik korelasi point biserial dengan
Keterangan: = daya pembeda = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes. = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes. (Ratumanan dan Laurens, 2003: 70 – 71)
menggunakan rumus:
Keterangan: rpbis = koefisien korelasi point biserial = rerata skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari validitasnya = rerata skor total = simpangan baku skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal dimaksud q = proporsi siswa yang menjawab
Teknik Analisis Data Uji Prasyarat Uji prasyarat yang dilakukan untuk analisis, yaitu: a.Uji
salah pada butir soal dimaksud
Normalitas
menggunakan
uji
liliefors
(Ratumanan dan Laurens, 2003: 71 – 73)
Kriteria:
Pengujian reliabilitas intrumen
Jika
dilakukan dengan teknik non-belah dua
maka distribusi data
tidak normal.
yaitu dengan rumus KR-20, yaitu:
Jika
maka distribusi
data normal. b. Keterangan : n = banyak butir soal pi = proporsi banyak subjek yang menjawab benar butir soal ke-i qi = proporsi banyak subjek yang menjawab benar butir soal ke-i
Uji
Homogenitas
melalui
perhitungan uji F.
Membandingkan
dengan nilai
Kriteria pengujian
Indeks kesukaran (p) suatu butir ditentukan dengan rumus:
Jika :
tidak homogen
Jika :
homogen
Uji Hipotesis
Keterangan: = indeks kesukaran = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
Separated Varians :
99
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Jika
maka
ditolak dan
diterima
Menguji hipotesis dengan kriteria pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria pengujian dua pihak:
Hasil Belajar Kognitif
Jika
Data ujian tengah semester siswa
maka
diterima dan
ditolak. Tabel 4. Deskripsi data hasil UTS siswa Jumlah siswa 31 32 32
Kelas XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3
Rata-rata Nilai terendah Nilai tertinggi 73,16 63,37 62,31
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
menentukan
sampel
22 10 22
100 100 100
Sample
Kolmogorov-Smirnov
pada
dari
program komputer yaitu SPSS 21, Uji
populasi siswa dengan mennggunakan
homogenitas ini dilakukan dengan uji
uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
One Way ANOVA
normalitas ini dilakukan dengan uji One
Komputer yaitu SPSS 21.
dalam program
Tabel 5. Uji normalitas UTS Kelas
Signifikan
Keterangan
XI IPA 1
0,63
Normal
XI IPA 2
0,49
Normal
XI IPA 3
0,33
Normal
Tabel 6. Hasil uji homogenitas nilai UTS Kelas
Kelas
Signifikan
Keterangan
XI IPA 1
XI IPA 2
0, 00
Tidak Homogen
XI IPA 1
XI IPA 3
0,21
Homogen
XI IPA 2
XI IPA 3
0,07
Homogen
Kelas XI IPA 2 sebagai kelas
hasil ini ditentukan secara acak dari
eksperimen I dan kelas XI IPA 3 sebagai
kelas-kelas
kelas eksperimen II dengan
homogen.
nilai
signifikansi sebesar 0,21 dan 0,071,
100
yang
dinyatakan
telah
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Data hasil pretest siswa Tabel 7. Deskripsi data hasil pretest siswa Data
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
Banyak sampel
32
32
Rata-rata (mean)
15,94
20,31
Rentangan (range)
30,00
30,00
Nilai maksimum
30,00
30,00
Nilai minimum
0,00
0,00
Pretest merupakan tes berupa soal
melalui uji F memiliki variansi yang
pilihan ganda sebanyak 20 soal. Uji
homogen.
prasyarat : (1) Uji normalitas,(2) uji
Apabila
homogenitas.
uji
prasyarat
telah dilakukan dan semua syarat telah
Uji normalitas untuk masing-
terpenuhi,
maka
dapat
dilanjutkan
masing kelas menggunakan uji liliefors.
dengan uji hipotesis melalui uji t dua
Diperoleh kelas eksperimen I Lo =
sampel. Diperoleh nilai thitung
0,101 dan L tabel = 0,157 dengan taraf
posttest peserta didik lebih kecil dari
signifikansi α=0,05 dan n=32. Untuk
ttabel dan signifikansinya 0,05, maka
kelas eksperimen II diperoleh Lo = 0,15
dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan
dan Ha ditolak. Maka dapat dinyatakan
Ltabel
=
0,16
dengan
taraf
signifikansi α= posttest pada kelas
bahwa
eksperimen
kemampuan
I
maupun
kelas
terdapat
siswa
eksperimen II menggunakan uji Liliefors
sebelum diberikan perlakuan
model
terdistribusi 0,05 dan n=32. Karena Lo <
pembelajaran
L tabel, α = 0,05 sehingga dapat
Check dan Tipe Think Pair Square pada
dikatakan bahwa data normal.
Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA
homogenitas
kognitif
perbedaan awal
Uji
pada
tidak
hasil
Kooperatif
Tipe
Pair
Negeri 9 Banjarmasin.
menggunakan uji F. Diperoleh untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II
Data Hasil Post-Test Siswa
Fhitung = 1,37 dan Ftabel = 1,82 dengan
Hasil belajar berupa hasil posttest yang
taraf signifikansi α=0,05 dan n=32.
diberikan pada siswa,
Fhitung < Ftabel, α = 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data post-test kelas eksperimen I dan Eksperimen II
101
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
α=0,05 dan n=32. Fhitung < Ftabel, α = 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa Tabel 8. Deskripsi data hasil postest siswa Kelas Kelas Statistik Eksperimen Eksperimen I II Banyak sampel Rata-rata (mean) Rentangan (range) Nilai maksimum Nilai minimum
32
32
81,56
76,25
data pretest kelas eksperimen I dan Eksperimen II melalui uji F memiliki varians yang homogen. Apabila uji prasyarat dilakukan
dan
semua
terpenuhi,
maka
syarat
dapat
telah telah
dilanjutkan
dengan uji hipotesis melalui uji t dua 45,00
50,00
sampel. Uji hipotesis ini dilakukan
95,00
90,00
untuk
50,00
40,00
mengetahui
perbedaan
ada
hasil
menggunakan
tidaknya
belajar
siswa
model pembelajaran
Kooperatif Tipe Pair Checks dan Tipe Uji prasyarat : (1) Uji normalitas,(2) uji
Think Pair Square pada Kelas XI SMA
homogenitas.
Negeri 9 Banjarmasin . Berdasarkan
Uji normalitas untuk masing-
kriteria penarikan hipotesis untuk uji
masing kelas menggunakan uji liliefors.
beda dua pihak,
Jika
Diperoleh untuk kelas eksperimen I Lo
maka
= 0,15 dan Ltabel = 0,16 dengan taraf
diterima dan
ditolak dan
signifikansi α=0,05 dan n=32. Lo < L
maka
tabel, α = 0,05. Untuk kelas eksperimen
ditolak dan
II diperoleh Lo = 0,13 dan Ltabel = 0,16
tersebut memiliki varians sama, Maka
n=32. Lo < L tabel, α = 0,05. maka
uji t yang digunakan bisa separated
dapat disimpulkan bahwa nilai pretest
Varians atau polled varians. Diperoleh
pada kelas eksperimen I maupun pada eksperimen
II
perhitungan uji Liliefors
bahwa nilai thitung hasil posttest peserta
menggunakan
didik
terdistribusi
lebih
besar
signifikansinya
normal.
dari
0,05,
ttabel
maka
dan dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha Uji homogenitas menggunakan
diterima.
uji F. Diperoleh (lampiran 15) halaman 195
diterima..karena nilai F
hitung < F tabel maka kedua data
dengan taraf signifikansi α=0,05 dan
kelas
jika
untuk
eksperimen II
dapat
dinyatakan
terdapat perbedaan hasil belajar siswa
kelas eksperimen I dan Fhitung = 1,02
Maka
antara model pembelajaran Kooperatif
dan
Tipe Pair Checks dan Tipe Think Pair
Ftabel = 1,82 dengan taraf signifikansi
102
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Square pada Kelas XI SMA Negeri 9
DAFTAR PUSTAKA
Banjarmasin.
Huda,
SIMPULAN Terdapat
Perbedaan
Hasil
belajar siswa kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2
Menggunakan
Pembelajaran
Kooperatif
Prastiana, E.W. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square (TPS) Ditinjau Dari Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMK NEGERI 2 Magetan. Skripsi Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan
Model Tipe
Pair
Check dan Tipe Think Pair Square pada materi ajar teori kinetik gas . Hal ini di dukung dengan uji hipotesis melalui uji t dua sampel bahwa nilai thitung hasil posttest peserta didik lebih besar dari
Ratumanan, T.G dan Laurens. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. University Press, Unesa Surabaya.
ttabel dan signifikansinya 0,05, maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Maka
dapat
M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dinyatakan
terdapat perbedaan hasil belajar siswa
Riduwan, 2012. Dasar-dasar Statistika.
antara model pembelajaran Kooperatif
Bandung: Alfabeta.
Tipe Pair Checks dan Tipe Think Pair
Sudjana.
Square di SMA.
Bandung: Tarsito Sugiyono.
2001. 2010.
Metoda
Statistika.
Statistika
Untuk
Penelitisn. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
103