1
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA PANTAI TANJUNG KAYU ANGIN DI DESA LIKU KECAMATAN SAMATURU KABUPATEN KOLAKA Melvin Alfagusya Rare1, Surdin2 1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengunakan metode deskriftif.Informan dalampenelitian ini ditentukan berdasarkan teknik Purposive sampling, yaitu sebanyak 35 informan yang terdiri dari aparat Desa, pengelola, dan masyarakat yang bertempat tinggal disekitar obyek wisata. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket/koesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terdapat obyek wisata dan daya tarik masuk kategori sangat setuju dengan skor rata-rata 3,60. Transportasi dan Infrastruktur masuk kategori tidak setuju dengan skor rata-rata 2,2. Akomodasi(tempat penginapan) masuk kategori Tidak setuju dengan skor rata-rata 2,1. Usaha makanan dan minuman masuk kategori setuju dengan skor rata-rata 2,45 dan jasa pendukung masuk kategori tidak setuju dengan skor rata-rata 2,85.Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin memiliki banyak potensi untuk menarik pengunjung sehingga sangat berpotensidalam pengembangan obyek wisata dengan pengelolaan yang lebih baik. Kata kunci: Potensi, Obyek wisata, Pantai Tanjung Kayu Angin, Desa Liku PENDAHULUAN Pariwisata merupakan kegiatan-kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta pelayanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Hal tersebut telah menegaskan bahwa besarnya potensi pariwisata yang ada di indonesia, maka di harapkan setiap daerah untuk mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan kemakmuran dan kesejateraan masyarakat disekitar obyek wisata maupun pemerintah daerah tersebut. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi wisata dan potensi budaya yang dimiliki (Susanti, 2012). Salah satu kekayaan yang dimiliki
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
2
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
indonesia adalah ditemukannya berbagai macam tempat obyek wisata dengan daya tarik dan ciri khas tersendiri,sehingga dapat menarik perhatian para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke indonesia (Fitria, 2009). Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan suatu obyek wisata menurut sudut pandang geografi pariwisata ialah suatu obyek wisata harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan menunjang obyek wisata tersebut disamping faktor SDM untuk mengelola obyek wisata tersebut kenyataan sampai saat ini masih banyak sarana dan prasarana yang masih kurang untuk menunjang obyek wisata tersebut. Dalam pengembangan sebuah obyek wisata dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsi sebangai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam (Muliana & Sutarjo,2014). Kolaka merupakan suatu kabupaten yang terletak di daerah provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki beranekaragaman potensi wisata baik itu wisata tirta,wisata alam, wisata sejarah, dan wisata Budaya dan salah satu obyek wisata yang paling potensial untuk pengembangan dunia pariwisata adalah obyek wisata pantai Tanjung Kayu Angin yang terletak di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka yang termasuk dalam obyek wisata Tirta(Bappeda, 2013). Obyek wisata pantai Tanjung Kayu Angin merupakan obyek wisata yang dikelola oleh masyarakat sekitar obyek wisata yang memiliki luas 12 Ha dan luas keseluruhan untuk Kayu Angin yaitu 46 Ha, pada tahun 2014 obyek wisata ini merupakan obyek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan lokal dan luar daerah selain
obyek wisata Tamborasi karena memiliki potensi keindahan karang laut seperti halnya Bunaken,air yang bersih, adanya vegetasi seperti mangrove dan pinus serta memiliki hamparan pasir putih, yang tak kalah menariknya dengan obyek wisata yang sudah dikenal luas di Indonesia seperti Bunaken dan wakatobi, hanya saja sekarang ini obyek wisata tersebut tidak digarap secara maksimal dan mendapat perhatian oleh pemerintah maupun instansi terkait (Dinas parawisata) baik dalam hal promosi wisata maupun dari aksesbilitas serta sarana dan prasarana pelengkap masih belum optimal seperti halnya jembatan yang terdapat di obyek wisata masih berupa kayu yang tak terawat lagi dan apabila dikembangkan dengan baik maka akan menjadi potensi kehadiran wisatawan pada obyek wisata tersebut dan menjadi obyek wisata yang tak kalah indahnya dengan tempat wisata di daerah lain terutama di Kabupaten Kolaka dan akan berpotensi meningkatkan jumlah tingkat kunjungan. Dengan Adanya potensi yang dimiliki oleh obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin, serta kurangnya pengembangan dari pemerintah daerah dan instansi terkait sehingga terjadi penurunan pengunjung pada obyek wisata ini. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha – usaha yang terkait di bidang tersebut. (UUD NO. 9 Tahun 1990) dalam (Saputra, 2015), secara umum pariwisata didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan pemerintah,dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan (Karyono, 1997:15). Sedangkan menurut Murphy (1985) dalam Sedarmayanti (2014:3) menyebut
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
3
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
bahwa pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tempat tujuan, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Pariwisata berkembang karena ada gerakan manusia dalam mencari sesuatu yang belum dikertahui, menjelajah wilayah baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatan perjalanan baru (Robinson, 1976:Murphy, 1985) dalam (Sedarmayanti, 2014:2). Pariwisatasering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, terutama meningkatkan pendapatan pemerintah, khususnya perolehan devisa,sehingga pembangunan lebih bersifat ekonomi sentris dan beorintasi pada pertumbuhan. Karena jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan, maka tolak ukur keberhasilan pengembangan pariwisata sering dinilai dengan pencapaian target: jumlah kunjungan wisatawan, pengeluaran wisatawan, lamanya wisatawan tinggal. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan dapat dicapai berkat keterpaduan dan kesinergian antara kekuatan masyarakat, pemerintah, media massa dan pelaku kebudayaan dan kepariwisataan (Sedarmayanti, 2014:13). Dalam (Sedarmayanti, 2014:14) pariwisata pada era global dewasa ini hendaknya lebih dipersepsikan sebagai wahana untuk: (1) Meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, sehingga terjalin saling pengertian lebih baik, saling menghormati/menghargai, mempererat persahabatan, dan meningkatkan solidaritas sosial atas dasar kesetaraan
dan keadilan. (2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya penduduk setempat, dalam bentuk peningkatan kesejateraan, ekonomi/material, spiritual, kultural, dan intelektual. (3) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup:lingkungan fisik/alam, lingkungan budaya. Sejalan persepsi tersebut, maka pengembangan pariwisata harus dilakukan berdasarkan kriteria:Berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat seluruh stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat). (1) Memberi manfaat bagi rakyat,manfaat material, spiritual, kultural, dan intelektual. (2) Berdasarkan prinsip lingkungan dan ekologi sehat, peka terhadap atau tidak bertentangan nilai sosial, budaya, dan tradisi keagamaan yang dianut penduduk setempat serta tidak menempatkan pada posisi yang dapat merendahkan martabatnya sebagai manusia. (3) Hendaknya dikendalikan sehingga tidak melampaui ambang batas daya dukung lingkungan dan menjadi kendala bagi peningkatan kualitas hubungan manusia yang sehat berdasarkan keadilan dan kesetaraan. Menurut iksan dalam Rahmadani (2015) persepsi secra umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
4
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
suatu stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu bersifat positif dan negatif. (1) Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang mempresepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. (b) Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan merujuk pada keadaan dimana subyek yang mempresepsi cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerima langsung) dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan tanggapan atau pengertian yang terbentuk dari suatu proses yang diperoleh melalui panca indera. Persepsi adalah suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang dalam memberikan suatu tanggapan terhadap suatu hal yang ada dalam lingkungannya, dimana tanggapan tersebut akan memberi arti terhadap suatu hal yang dipersepsikan tersebut (Arnita, 2015). Hal yang sama dikemukakan oleh (Irianto, 2011) bila seorang individu memandang pada satu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi dan perilaku persepsi individu itu. Karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau
minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (expectation). Sedangkan menurut Ramadhan (2009) dalam Murianto (2014) persepsi sebagai proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan mengintereprestasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti, persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Maryati (2009) dalam Pauwah dkk (2013) mengatakan persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau proses kognitif dari seseorang terhadap lingkungannya, yang dipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Dengan demikian setiap orang akan berbeda cara pandang dan penafsiranya terhadap suatu objek atau fenomena tertentu. Lain halnya dengan Sunaryo (2004) dalam Pauwah Dkk (2013) menyatakan persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, diterimanya stimulus oleh alat indra,individu mulai ada perhatian dan diteruskan ke otak baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Persepsi merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan yang melibatkan sensasi, antensi, ekspetasi, motivasi dan memori terkait dengan kondisi bermasyarakat, persepsi adalah proses penilaian seseorang/kelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
5
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut. Dari penjelasan tersebut maka persepsi masyarakat dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses kognisi atau pengalaman dan afeksi atau aktivitas evaluasi emosional (ketertarikan) masyarakat terhadap suatu objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tersebut dengan menggunakan media pendegaran, penglihatan, dan sebagainnya (Suparjan 2003 dalam Ismawati 2015). Dalam pariwisata persepsi diasumsikan sebagai hasil interaksi individu dengan obyek menghasilkan persepsi individu tentang obyek itu (Pauwah, 2013). Berdasarkan uraian persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara pandang, tindakan, dan gambaran yang diberikan seseorang terahadap sesuatu yang berada di sekitar lingkungannya terhadap suatu obyek berdasarkan apa yang mereka alami, liat dan rasakan. Dalam hal ini persepsi digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap potensi obyek wisata pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:345) dalam Saputra (2015), Potensi Pariwisata dapat didefinisikan sebagai daya tarik, keunikan, kekuatan dan kesanggupan yang dimiliki oleh suatu obyek yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sesuatu yang menjadi aktual atau nyata.Potensi merupakan obyek wisata yang terpendam yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan pemerintah (Saputra, 2015).Kata potensi berasal
dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potencial.Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya.Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007:86) dalam (Saputra, 2015). Potensi pariwisata adalah segala hal dalam keadaan baik yang nyata dan tidak dapat diraba yang digarap,diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaatatau dimanfaatkan,diwujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan pengembangan kepariwisataan,baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa (Damardjati,1995:108). Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata(Senna, 2014). Potensikepariwisataan merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah tersendiri untuk dikembangkanmenjadi suatu atraksi wisata. Yoeti (1982) dalam Daud (2016) membagi potensi pariwisata kedalam 3 (tiga) bagian yaitu: 1) Potensi alam, yaituKeadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain sebagainya (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
6
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke objek tersebut. 2) Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument. 3) Potensi manusia, dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah.Ketiga hal ini dapat menjadi modal kepariwisataan. Modal kepariwisataan dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan untuk tetap berada berkunjung berkali-kali, bahkan pada kesempatan lain wisatawan akan kembali melakukan kunjungan, atraksi demikian itu merupakan penahan, sebaliknya terdapat atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yang dapat disebut atraksi penangkap wisatawan (Soekadijo, 1996) dalam (Daud, 2016). Pengembangan berasal dari kata dasar kembang berarti menjadi bertambah sempurnah kemudian mendapat imbauan pe-dan-an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses cara atau perbuatan mengembangkan. Jadi pengembangan disini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkankan agar lebih sempurnah dari pada sebelumnya(Darifan, 2015). Pengembangan adalah suatu hal yang sangat penting bagi keberadaan suatu obyek wisata. Dengan adanya pengembangan pariwisata maka potensi yang ada di suatu obyek wisata akan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pengembangan merupakan suatu proses/usaha untuk menggali atau memanfaatkan, memperluas atau
meningkatkan potensi suatu daerah untuk menjadi lebih baik, maju dan sempurna baik yang sekarang maupun yang akan datang. (Direktorat jenderal Pariwisata, 1987) dalam (Anggoro, 2011). Pengembangan pariwisata merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Hal ini sesuai pendapat Jayadinata (1992: 10) dalam Marjoko (2010) yang menyebutkan bahwa, “Pengembangan pariwisata merupakan cara memperbaiki atau memajukan dan atau memajukan sesuatu yang sudah ada”. Suatu objek pariwisata perlu pengembangan yang mengarah pada optimalisasi. Unsur pokok yang harus mendapat perhatian untuk mengembangkan kegiatan wisata daerah,tujuan wisata harus memiliki: (1) Objek dan daya tarik wisata (2) Transportasi dan infrastruktur(3) Akomodasi (tempat menginapan) (4) Usaha makanan dan minuman (5) Jasa pendukung lain yang yang mendukung kelancaran berwisata,misal:Biro perjalanan,cenderamata,informasi,pem andu,kantor pos,bank,penukaran uang,internet,wartel,pulsa,salon,dan lain-lain.(Unesco,2009)dalam (Sedarmayanti, 2014:56). Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri. Lebih
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
7
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
penting lagi adalah adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan pariwisata (Susanti, 2012). Dalam pengembangan pariwisata perlu diketahui karakteristik kawasan yang akan di teliti. Untuk memahami karakteristik kawasan perlu dikaji topic kunci yang meliputi: lokasi, penduduk, lingkungan, dan potensi wilayah (Suharyono, 1994:157) dalam (Darifan, 2015). (1) Lokasi, lokasi dapat dibedakan antara lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan denganposisinya menurut garis lintang dan garis bujur.Lokasi absolut dari Desa Liku dapat dibaca pada peta.Menurut Sumaatmadja (1981:118) dalam Darifan (2015).Lokasi relatif suatu tempat, yaitu lokasisuatu tempat atau wilayah hubungannya dengan faktor alam atau factorbudaya.Lokasi relatif Desa Liku dapat dilihat dari batas-bataswilayah, jarak dengan pusat pemerintahan, jarak dengan pusat industri danpusat perbelanjaan. Dengan demikian dapat diketahui gambaran tentangketerbelakangan, perkembangan dan kemajuan Desa Liku bila dibandingkan dengan desa lain yang ada di sekitarnya. (2) Penduduk, penduduk dalam arti luas berarti sejumlah mahluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu (Prawiro, 1983:3) dalam (Darifan, 2015). Penduduk yang dimaksudkan di sini adalah manusia yang tinggal di Desa Liku kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka. Datadata penduduk yang perlu diketahui dalam penelitian ini adalah: komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. (3) Lingkungan Alami, dalam undang-undang No 41/1982
pasal 1 ayat (1) tentang KetentuanKetentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Soetanyopo, 1995:1) dalam (Darifan, 2015). Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan yang mempengaruhi pengembangan pariwisata yaitu bentuk lahan, iklim, vegetasi dan fauna. (4) Potensi-potensi Wilayah, potensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu wilayah untuk dapat berkembang. Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kolaka salah satunya adalah Obyek Wisata Pantai Tanjung Kayu Angin yang berada di Desa Liku kecamatan Samaturu.Pengembangan pariwisata merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Objek wisata adalah segala sesuatu yang menarik wisatawan untuk menjadi sasaran kunjungan. Untuk itu suatu daerah dapat dikatakan memiliki objek wisata jikalau mempunyai prasarat yaitu memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan(Warpani, 2007) dalam (Daud, 2016). Objek wisata adalah segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginnya. Misalnya, keadaan alam, pembangunan bersejarah, kebudayaan, dan pusatpusat rekreasi modern (Nyoman S Pendit, 1990:17) dalam (Fitria, 2009). Hal yang sama dikemukakan oleh (Senna, 2014)Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata. Objek
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
8
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak guna menunjang perkembangan kepariwisataan.Menurut Kotler dan Keller (2009)dalamZebua(2014:220) bahwa pemahaman produk itu adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar(wisatawan)untuk memuaskan suatu keiginan atau kebutuhan pasar,termasuk barang fisik, jasa(pelayanan),pengalaman,acara,ora ng, properti, organisasi, informasi, dan ide.Mengenai pengertian obyek wisata dapat kita lihat beberapa sumber acuan diantarannya: (a) Peraturan pemerintah No. 24 tahun 1979, Obyek wisata adalah perwujudan dari segalah ciptaan manusia,tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mengalami daya tarik untuk dikunjungi. (b) SK Menparpostel No. KM 98/PW-102/MPT-87, Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga menjadi daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.Seorang wisatawan yang datang berkunjung ke suatu daerah obyek wisata dengan alasan dan tujuan tertentu demi mencapai kepuasan dan mencari manfaat dari kunjungannya. Manfaat dan kepuasaan itu ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu Tourism resorce sama dengan obyek wisata dan antraksi wisata.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa obyek wisata memerlukan daya tarik untuk menarik wisatawan ke tempat tujuan wisata (Randika, 2008). Wisata pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata
yang di tunjang wisata alam berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi dalam beberapa oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lainya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan minum (Darifan, 2015).Sedangkan (Musanif, 2014), menyatakan bahwa objek wisata pantai yang menjadi unsur fisiknya untuk melakukan aktivitas wisata yaitu: (a) Pantai yaitu daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif. (b) Permukaan laut, terdapatnya ombak dan angin sehingga permukaan tersebut miliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif. (c) Daratan di sekitar pantai yaitu daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olah raga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya. Bagi kebanyakan orang, berlibur berarti pergi ke pantai. Pantai merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi orang-orang dalam mengisi liburannya. Setelah iklim, pantai dan laut adalah sumber daya geografi yang paling penting dalam pariwisata. Pantai merupakan salah satu aset penting dalam pariwisata. Wisata pantai adalah pantai yang mempunyai daya tarik sebagai tempat wisata baik karena faktor fisik, atraksi, fasilitas dan lainnya (Nugroho, 2005) dalam (Devina, 2011). METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Penelitian ini dilakukan di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka. Sumber data penelitian meliputi:(1) Data primer merupakan
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
9
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
data yang dapat diperoleh dari lapangan atau tempat penelitian dari hasil observasi, koesioner (Angket) dan dokumentasi, Data yang berasal dari Informan yaitu masyarakat di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka yang meliputi aparat Desa, pengelola dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata.(2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dari pengunjung, studi kepustakaan berupa buku-buku ilmiah, jurnal, skripsi terdahulu, dokumen-dokumen dan undangundang yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti serta data dari instansi-instansi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dimana dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan Potensi obyek wisata Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, dengan menggunakan pendekatan Causal Comparative Studies yaitumerupakan suatu metode penelitian dengan menyajikan dan menggambarkan fakta-fakta seadanya untuk memperjelas bagaimana keadaan suatu objek atau subjek yang diselidiki secara langsung. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan MetodePurposive samplingyaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Sugiyono, 2012:126).Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.Berdasarkan teknik pengampilan sampel yang digunakan maka didapat subyek penelitian sebagai berikut: (1) Sampel masyarakat Setempat, sampel masyarakat setempat termasuk di dalamnya pengelola obyek wisata dan
aparat desa yang diambil untuk memperoleh informasi mengenai potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu. (2) Sampel yang diambil adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan obyek wisata.Sampel tersebut peneliti tetapkan karena dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Variabel dalam penelitian ini meliputi: (1) Potensi Internal obyek daya tarik wisata meliputi potensi flora, fauna, panorama alam dan relief.(2)Potensi Eksternal meliputi Transportasi dan infrastruktur, Akomodasi (tempat penginapan), Usaha makanan dan minuman, serta Jasa pendukung lainnya. Instrument penelitian dalam penelitian ini mengunakan angket untuk mengidentifikasi potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka yang terdiri dari 5 indikator dan 15 pernyataan di mana masingmasing indikator terdiri atas 4 pilihan jawaban yakni sangat setuju (SS) dengan skor 4, setuju (S) dengan skor 3, Tidak setuju (TS) dengan skor 2 dan Sangat Tidak setuju skor 1(Hamzah, 2008:95). Teknik pengumpulan data alam penelitian ini mengunakan:(1)Observasi,Sutriatno hadi (1986) dalam Sugiyono (2012:196) mengemukakan bahwa,observasi merupakan suatu proses yang kompleks,suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatanterhadap fenomena atau gejala yang terjadi di lapangan dalam hal ini mengamati langsung ke lokasi penelitian terhadap potensi obyek wisata Pantai Tanjung
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
10
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, (2) Angket/Koesioner, Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada informan untuk dijawabnnya (Sugiyono, 2012:192). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup, yaitu peneliti memberi kesempatan kepada informan untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia, (3) Wawancara,dengan mengadakan tanya jawab kepada pihak yang perlu diambil keterangannya sebagai penunjang dalam memperkuat hasil penelitian, dalam hal ini peneliti mengunakan wawancara untuk mendapatkan informasi pengunjung terkait potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka,dalam penelitian ini peneliti mengunakan wawancara terbuka dimana wawancara terbuka adalah wawancara yang bebas dimana pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan.(4) Dokumentasi, Teknik pengumpulan data mengunakan dokumentasi merupakan upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti (Indrawan, 2014:139).Dokumentasi yang dilakukan yaitu potensi yang terdapat pada obyek wisata yang ada seperti potensi internal dan eksternal, dan kegiatan pengisian angket serta wawancara maupun dokumendokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Sebelum data hasil penelitian dianilisis, terlebih dahulu data diolah dengan teknik tabulasi dan editing untuk mempermudah analisis data.Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Oleh karena itu, pengolahan data dilakukan dengan cara menggolongkan data berdasarkan sifat atau jenisnya, selain itu proses pengolahan juga dilakukan dengan skoring dan tabulasi. Untuk mendapatkan persentase dari setiap frekuensi jawaban informan digunakan rumus:
P=
F x100 % N
(Mukhtar, Erna dan Widodo, 2000)
Keterangan : P = Persentase pilihan F = Frekuensi ( jumlahInforman yangmemilih alternatif yang sama) N = Jumlah Informan keseluruhan 100 = Persentase (%) Kemudian untuk menentukan skor rata-rata dari tiap pernyataan dari indikator maka di hitung dengan menggunakan cara Untuk meghitung rata-rata skor tiap indikator digunakan rumus sebagai berikut : 1 2 3 (Soemantri 2006 : 63) Keterangan : = Rata-rata = Kategori f = Frekuensi n = Jumlah Maka dari hasil tersebut didapatkan skor rata-rata dan dimasukkan kedalam tingkat kategori.
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
11
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
No.
Tabel 1.Tingkat Kategori Setiap Indikator Variabel Skala Kategori Interval
1.
1,00-1,99
Sangat Tidak Setuju
2.
2,00-2,99
Tidak Setuju
3.
3,00-3,49
Setuju
4.
3,50-4,00
Sangat Setuju
(Hamzah, 2008:95) HASIL PENELITIAN Adapun potensi Internal (1) Obyek wisata dan daya tarik yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin yaitu:(a) potensi sejarah, pada obyek wisata ini terdapat nilai sejarah bagi masyarakat di desa Liku pada khususnya dimana pada obyek wisata ini terdapat pohon pinus yang dikenal dengan pohon pinus merkusiidimana apabila terkena angin makapohon tersebut akan berbunyi seperti bunyi gembussehingga dikatakan bahwa pohon pinus tersebut bernama Kayu Angin atau kayu yang berbunyi serta kata kayu angin sendiri berasal dari bahasa makassar dimana yaitu Kaju angin dan dalam bahasa Indonesia disebut Kayu Angin dan Kayu Angin sendiri telah ada sejak zaman Belanda dimana orang tua dulu menyatakan bahwa para pejuangpejuang dulu menjadikan tempat ini sebagai sebuah tempat persembuyian karena tempatnya yang strategis dimana tempatnya yang berbentuk seperti pulau yang dibatasi oleh sungai dan banyak terdapat Pinus yang memiliki kayu yang keras dan kokoh. (b) Potensi flora, potensi flora yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin yaitu pohon pinus (Merkusii) yang ditata dengan baik oleh pengelola dan, pohon jambu
mete (Anacardium occidentale)yang tertata dengan baik juga oleh pengelola dan telah ada sejak dahulu serta ditanam oleh masyarakat Desa Liku, Mangrovebanyak terdapat vegetasi mangrove pada obyek wisata ini mulai dari awal masuk pada obyek wisata semua didminasi oleh mangrove dan pinus adapun jenis mangrove yang telah teridentifikasi yaitu Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera sexangula, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea. (c) Potensi Fauna, potensi fauna yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin terdapat fauna darat dan laut adapun fauna darat yaitu burung-burung pantai serta kalelawar hanya saja binatang ini sudah sulit dijumpai sekarang dan adapun fauna laut yaitu berbagai jenis biota laut diantaranya Bintang laut, lobster, ikan karang, nemo, crocodile fish, spons (Porifera), karang meja (Akropora), karang batu (Stony coral), karang mawar ( Rose). (d) Panorama alam, pada obyek wisata ini sangat indah yaitu terdapat pasir putih, dan letaknya yang dikelilingi oleh pulau-pulau diantaranya terdapat pulau padamarang, memiliki air yang bersih, dan kita bisa menikmati sunsetpada sore hari serta dimana
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
12
Jurnal rnal Pendidikan Geografi Geogr Volume 1 Nomor 1 April 2017
suasanya yang masih asri dan sejuk. (e) Relief yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin memiliki letak yang strategis dimana pantainya berada pada dataran rendah dan jalan maupun kediaman penduduk berada pada dataran tinggi sehingga apabila kita melihat dari arah Kayu Angin maka kita bisa melihat
pemandangan perkebun penduduk serta appabila kita berada pada jalan menuju tempat wisata ini kita dapat melihat pantainya dari atas. Adapun salah satu fauna yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Sumber:Diving Diving ClubCommunity Kolaka, 2016. Dan Potensi Eksternal yang dan obyek wisata ini dapat terdapat pada obyek wisata meliputi berkembang dari obyek wisata lain lain. (3) (2) Transportasi dan infrastruktur, Akomodasi (tempat penginapan), pada pada obyek wisata ini transportasi obyek wisata ini terdapat tempat yang digunakan pengunjung ke obyek penginapan yang disediakan untuk wisata Pantai Tanjung Kayu Angin A disewa pengunjung yang akan yaitu menggunakan kendaraan pribadi berkunjung pada obyek wisata dengan belum terdapat kendaraan sewa yang harga 150.000 permalam, namun saat peruntuhkan untuk ke obyek wisata ini hanya sedikit yang dapat disewakan sehingga ingga transportasi pada obyek karena diantara banyaknya tempat wisata ini masih minim atau belum penginapan apada obyek wisata memadai demikian tersebut hanya sedikit yang berfungsi denganinfrastruktur rastruktur yang ada masih dengan baik sehingga akomodasi ako di banyak sarana prasarana yang belum tempat tersebut belum memadai memadai, maka memadai seperti jembatan, akses jalan perlunya lunya semua pihak baik itu menuju obyek wisata, wc, pos pemerintah, pengelola dan perusahaan penjagaan dan gazebo yang masih untuk bekerja sama dalam kaitannya dalam jumlah yang minim minim, oleh karena dengan akomodasi pada obyek wisata itu persepsi masyarakatt akan obyek ini perbaikan dan penambahan wisata ini perlu adanya peningkatan akomodasi sangat dibutuhkan untuk sarana dan prasarana yang ada seperti menunjang potensi yang terdapat pada penyewaan mobil pengunjung serta obyek wisata ini. (4) Usaha makanan perbaikan infrastruktur sehingga obyek dan minuman, pada obyek wisata ini hal tersebut yang akan menjadi potensi terdapat penjualan makanan dan kehadiran diran wisatawan ke obyek wisata minuman yang diperuntuhkan untuk
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
13
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
pengunjung yang akan melakukan 10.000 perban dan air bersih yang kegiatan wisata yang dijual oleh dijual oleh pengelola dengan harga masyarakat Desa Liku sebagai 5000 perjergen, dan sejauh ini belum pemenuhan kehidupan mereka adapun terdapat lagi jasa pendukung sehingga usaha yang terdapat yaitu adanya untuk menghadirkan wisatawan maka penjualan sembako atau makanan perlu adanya penambahan jasa ringan bagi pengunjung dan terdapat pendukung pada obyek wisata ini kantin penjualan mie siram, walaupun sehingga hal tersebut yang akan masih minimnya usaha makanan dan menjadi potensi kehadiran wisatawan minuman yang terdapat pada obyek ke obyek wisata ini dan obyek wisata wisata ini namun adanya keinginan ini dapat menjadi obyek wisata Bahari masyarakat untuk membuka peluang yang paling banyak dikunjungi usaha di obyek wisata ini menjadi wisatawan . pendukung potensi yang terdapat pada Berdasarkan Hasil penelitian obyek wisata ini untuk dapat yang peneliti lakukan didapatkan data dikembangkan sehingga menghadirkan hasil angket diperoleh rata-rata wisatawan untuk berkunjung. (5) Jasa Identifikasi potensi obyek wisata pendukung, pada obyek wisata ini jasa Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa pendukung yang ada hanya terdapat Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten penyewaan ban pagi pengunjung yang Kolaka: disewakan dengan harga kisaran Tabel 2. Rata-Rata Identifikasi potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin Rata-Rata Potensi Obyek Wisata Pantai Rata-Rata No. Tiap Kategori Tanjung Kayu Angin Total Indikator Sangat 1. Obyek wisata dan daya tarik 3,60 3 Setuju Tidak 2. Transportasi dan infrastruktur 2,2 3 Setuju Akomodasi (tempat Tidak 3. 2,1 3 penginapan) Setuju 4. Usaha makanan dan minuman 3,45 3 Setuju Tidak 5. Jasa pendukung lainnya 2,85 3 Setuju Sumber: Data Primer, diolah dari hasil angket, 2016. Berdasarkan tabel 1.2 di atas di peroleh rata-rata Identifikasi Potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku sebesar 3 sedangkan item indikator yang memiliki persepsi Sangat Setuju (positif) adalah Obyek wisata dan daya tariknya sebesar 3,60. PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji tentang Identifikasi potensi obyek wisata
Pantai Tanjung Kayu Angin yang meliputi obyek wisata dan daya tariknya, transportasi dan infrastruktur, akomodasi tempat penginapan, usaha makanan dan minuman dan jasa pendukung lainnya. (1) Persepsi masyarakat dan pengunjung terhadap Obyek wisata dan daya tarik masuk kategori Sangat Setuju, karena selain daya tarik obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin juga memiliki
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
14
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
nilai sejarah, potensi Flora seperti pohon pinus (Pinus merkusi), jambu mete (Anarcardium Occidentale), dan mangrove seperti Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyellacea, Bruguera sexangula, Rizopora apiculata, Lumnitzera littorea, potensi Fauna seperti bintang laut, karang laut diantaranya karang meja, batu, dan rose, beragam ikan hias, spons dan lain-lain, adapun adanya panorama alam serta keadaan reliefnya. Ini dikarenakan daya tarik yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata sehingga hal ini yang dapat menarik pengunjung untuk dapat berkunjung ke obyek wisata Pantai Kayu Angin.(2) Persepsi masyarakat Desa Liku dan pengunjung terhadap Transportasi dan infrastruktur masuk kategori Tidak Setuju. Hal ini tersebut dikarenakan dari segi transportasi, alat trasnportasi masih sangat minim hanya terdapat perahu kecil yang disewakan oleh masyarakat sekitar obyek wisata belum terdapatnya kendaraan seperti mobil sewa yang diperuntuhkan untuk pengunjung, adapun infrastruktur pada obyek wisata ini masih belum sepenuhnya terpenuhi seperti masih banyaknya sarana yang perlu mengalami perbaikan dan penambahan.(3) Persepsi masyarakat Desa Liku dan pengunjung terhadap Akomodasi (tempat penginapan) masuk kategori Tidak Setuju. Hal ini disebabkan karena banyaknya tempat penginapan yang sudah tidak layak pakai sehingga tempat penginapan hanya sebagian yang berfungsi sehingga pada segi akomodasi masih kurang memadai dan perlu adanya perhatian ataupun kontribusi dari pemerintah terkait akomodasi yang ada pada obyek wisata ini.(4) Persepsi masyarakat Desa Liku dan pengunjung
terhadap Usaha makanan dan minuman masuk kategori Setuju. Pada obyek wisata ini sebagian masyarakat membuka usaha-usaha makanan dan minuman untuk membantu perekonomian keluarga mereka memanfaatkan peluang yang ada, seperti membuka kios-kios dan adanya penjualan makanan berat (kantin) dengan tingkat partisipasi yang tinggi dengan adanya keinginan untuk membuka peluang usaha baru, dengan adanya peluang usaha makanan dan minuman masyarakat bisa membuka usaha-usaha baru sesuai kebutuhan pengunjung agar obyek wisata ini bisa berkembang.(5) Persepsi masyarakat Desa Liku dan pengunjung terhadap Jasa pendukung lainnya masuk kategori Tidak Setuju. Jasa pendukung yang terdapat pada obyek wisata hanya terdapat penjualan ban yang disewakan untuk pengunjung dalam jumlah yang sedikit dan adanya penjualan air bersih yang disediakan oleh pengelola (Penjaga obyek wisata) dalam jumlah yang terbatas serta belum adanya jasa pendukung lain saat ini, dengan adanya jasa pendukung hal tersebut dapat menarik para wisatawan untuk datang ke obyek wisata maka perlu adanya promosi wisata bagi pengunjung dan penambahan jasa pendukung pada obyek wisata ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap Identifikasi potensi obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, adapun kesimpulannya yaituPersepsi masyarakat Desa Liku dan pengunjung terhadap Potensi (daya tarik) yang terdapat pada obyek wisata yaitu adanya nilai sejarah yang dapat menarik wisatawan serta potensi flora seperti Pohon pinus (Pinus merkusii), Jambu mete (Anacardium Melvin Alfagusya Rare, Surdin
15
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
occidentalis), Mangrove dari berbagai jenis diantaranya Sonneratia alba, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera sexangula, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea. Adapun fauna yang terdapat di darat seperti burung-burung pantai dan biota yang terdapat di laut seperti Bintang laut, lobster, ikan karang, nemo, crocodile fish, spons (Porifera), karang meja (Akropora), karang batu (Stony coral), dan karang rose dan lainlain.Panorama alam yang terdapat pada obyek wisata yaitu memiliki keindahan yang menjadi daya tarik sendiri yaitu keindahan pasir putih serta air yang bersih dan letaknya yang strategis serta keindahan sunset pada sore hari, dan adapun reliefnya yaitu memiliki topografi yang rendah sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan gunung-gunung serta pulau dengan letak yang strategis sehingga sehingga potensi internal yang terdapat pada obyek wisata masih dapat dikembangkan.Transportasi dan infrastruktur yang terdapat pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin kurang memadai sehingga untuk menunjang potensi eksternal pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin maka perlu adanya transportasi yang memadai seperti pengadaan mobil sewa, penambahan perahu sewa, dan infrastruktur adanya perbaikan jembatan, pos penjagaan, perbaikan jalan dan wc, dan penambahan gazebo.Akomodasi (tempat penginapan) pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin tidak terdapatakomodasi yang memadai sehingga untuk menunjang potensi eksternal pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin maka perlu adanya akomodasi yang memadai seperti perbaikan tempat penginapan yang terdapat dan perlu adanya pengelolaan dan kerjasama yang baik
antar masyarakat maupun pemerintah untuk menghadirkan wisatawan.Usaha makanan dan minuman pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin bahwa terdapat usaha makanan dan minuman yang cukup memadai sehingga untuk menunjang potensi ekternal pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin maka perlu adanya peningkatan usaha makanan dan minuman yang lebih memadai lagi seperti perlu adanya usaha-usaha baru yang dibuat oleh masyarakat yang berjualan pada obyek wisata untuk mengundang para wisatawan.Jasa pendukung lain pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin tidak terdapat jasa pendukung lain yang memadai sehingga untuk menunjang potensi eksternal pada obyek wisata Pantai Tanjung Kayu Angin perlu adanya penambahan jasa pendukung lain seperti tersedianya air bersih bagi pengunjung, penyewaan pakaian renang, banana boat, penjualan cendramata dan adanya antraksiantraksi lain yang lebih memadai lagi untuk meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung sehingga potensi yang terdapat pada obyek wisata dapat dimanfaatkan dengan maksimal dengan pengelolaan yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Anggoro D, T. 2011. Potensi dan Pengembangan Pantai Drini Sebagai Obyek Wisata Andalan Di Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Arnita Imelda. 2015. Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Melembo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Kolono. Skripsi. Kendari. Universitas Halu Oleo.
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
16
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Bapeda Kabupaten Kolaka. 2013. Pariwisata.http://bapeda.kolak a.go.id/potensi/pariwisata.html. (Diakses: Selasa, 7 Juni 2016). Darifan.2015. Pengembangan Obyek Wisata Pantai Bone Terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Malalanda Kecamatan Kalisusu Kabupaten Buton Utara.Skripsi.Kendari.Univers itas Halu Oleo. Damardjati, R.S. 1995. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Daud L.D Rahman. 2016. Identifikasi Potensi Objek Wisata Patuno Beach Resort di Desa Patuno Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Skripsi.Kendari.Universitas Halu Oleo. Devina. 2011. Tingkat Daya Tarik Objek Wisata Pantai di Wilayah Karst Kabupaten Gunung Kidul.Skripsi.Depok. Universitas Indonesia Fitria Laila. 2009. Pengembangan dan Daya Tarik Objek Wisata Pantai Ombak Mati di Bangsri Jepara Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Hamzah, B. Uno.2008.Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Indrawan. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Irianto. 2011. Dampak Parwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Bisnis
& Kewirausahaan. Vol 7 (3): 188-194. Ismawati.2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Suaka Alam Yang Berpotensi Sebagai Ekowisata Di Desa Moolo Kecamatan Batukara Kabupaten Muna.Skripsi.Kendari.Univer sitas Halu Oleo. Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia. Marjoko.2008. Analisis Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Air umbul Inggas di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Muliana &Sutarjo.2014. Strategi Pengembangan Obyek wisata Arum Jeram di Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem (Tinjauan Geografi Pariwisata).Jurnal. Pendidikan Geografi. FIP Undiksa. Vol:5 No:1). Murianto. 2014. Potensi dan persepsi masyarakat serta wisatawan terhadap pengembangan ekowisata di desa aik berik lombok tengah. Jurnal. Vol 01, nomor 01 juli. Musanif. J. 2014. Penataan Kawasan Wisata Pantai Putri Serayi di Kabupaten Sambas. Jurnal. Teknik Sipil Untan Vol.14 No. 1 Pauwah, Dkk. 2013.Persepsi dan Preferensi Pengunjung Terhadap Kawasan Wisata Pantai Malalayang.Jurnal. Universitas Sam Ratulangi Vol.5, No 1: 16-27. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Melvin Alfagusya Rare, Surdin
17
Jurnal Pendidikan Geografi Volume 1 Nomor 1 April 2017
Randika Gusti. 2009. Objek Wisata Pantai Sebagai Asset Utama dalam Industri Pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara Saputra M. G. O. 2015. Kajian Potensi Obyek Wisata Sangia Purepure Dari Segi Geohistoris di Kelurahan Labunia Kecamatan Wakuromba Selatan Kecamatan Muna.Skripsi.Kendari.Universi tas Halu Oleo. Sedarmayanti. 2014. Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Bunga Rampai Tulisan Pariwisata). Bandung: PT Refika Aditama. Senna M. A. 2014.Analisis Potensi Pariwisata dalam Pelaksaan Otonomi Daerah di Kota Palopo.Skripsi.Makassar. Universitas Hasanuddin. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Susanti Yeni. 2012. Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Goa Tabuhan Sebagai Daerah Tujuan Wisata (Tourist destination area) di Desa Wareng Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Soemantri, Ating & Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung : Rosdakarya. Widodo, Erna & Mukhtar, 2000.Kontruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif . Yogyakarta: Avirouz.
Zebua Manahati. 2014. Inspirasi Pembangunan Pariwisata di Daerah. Yogyakarta: Valenba.
Melvin Alfagusya Rare, Surdin