Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017
PROFIL KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAYANAN KELOMPOK DI SMA SUMATRA BARAT Penulis : Fitria Kasih Sumber : Jurnal Counseling Care, Volume 1, Nomor 1, April-Oktober 2017 Diterbitkan Oleh : Laboratorium Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
Untuk Mengutip Artikel ini : Fitria Kasih, 2017. Profil Kompetensi Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Pelayanan Kelompok Di Sma Sumatra Barat. Jurnal. Jurnal Counseling Care, Volume 1, Nomor 1, bulan April, 2017: 13-26.
Copyright © 2017, Jurnal Counseling Care ISSN : 2581-0650 (Online)
Laboratorium Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
Jurnal Counseling Care
JCC
Volume 1 Nomor 1, Januari-Juni 2017, p. 13-26 ISSN : 2581-0650 (Online)
http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/counseling
PROFIL KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAYANAN KELOMPOK DI SMA SUMATRA BARAT Oleh Fitria Kasih Naufil Haumi
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to describe: (1) Teachers of Guidance and Counseling Competence seen from the service formation phase in group (2) Teachers of Guidance and Counseling Competence seen from the service transitional in group, (3) Teachers of Guidance and Counseling Competence seen from the service phase activity in group, (4) Teachers of Guidance and Counseling Competence seen from the service ending phase in group. This study was descriptive qualitative approach. The informants were teachers of Guidance and Counseling as the leader of the group, group members, and coworkers’ group leader. The instruments were interview and documentation study. Technique of data analysis was data reduction, data presentation and conclusion inductively. The results of the study were (1) Phase of formation has not focus on the explanation of the activities purpose towards the growing sense to know each other among the group members, (2) Phase of transition has not been confirmed to move on the next phase, (3) Phase of activity has not been demonstrated as a regulator in this activity, and yet liven in group, (4) Phase of ending did not really understand that the group members can commit to either, yet the conclusion of this activity. The Implication is teachers of Guidance and Counseling obviously need to improve their competence in service groups according to the phases of group services. Keyword: Competence, Teachers of Guidance and Counseling, Service Group. mengemukakan
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan
sistemetik
tiga
bidang
kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah
membantu,
yang saling mendukung, yaitu: (1) bidang
membimbing pertumuhan dan perkembangan
administrasi dan supervisi, yang di wujudkan
anak untuk mencapai kedewasaan secara
dalam
keseluruhan. Ini bearti bahwa pendidikan
pengelolaan administrasi dan supervisi oleh
tidak hanya mempersoalkan aspek intelektual
kepala sekolah, guru pegawai dan pihak-pihak
belaka, tetapi jauh dari itu, pendidikan
lain yang terkait di sekolah, (2) bidang
mencakup
untuk
kurikuler, yang diwujudkan melalui proses
berhubungan dengan kemanusiaan anak didik
pembelajaran mata-mata pelajaran, dan (3)
dalam totalitasnya. Pada akhirnya peserta
bidang
didik dapat menemukan kesadaran diri secara
diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan
adekuat, atau dengan perkataan lain dapat
bimbingan dan upaya lainnya kepada peserta
mencapai
optimal.
didik dengan memperhatikan kemungkinan-
(1996:7)
kemungkinan dan kenyataan adanya masalah,
Mortensen
pula
dalam
bahwa ada
aspek
perkembangan dan
Jurnal Counseling Care
kesadaran
yang
Schmuller
bentuk
pembinaan
STKIP PGRI Sumatera Barat
penyelenggraan
peserta
didik,
dan
yang
13
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC baik yang muncul dalam penyelenggaraan
Bimbingan dan konseling merupakan
dua bidang kegiatan pendidikan di atas
proses pemberian bantuan yang diberikan
maupun masalah lain di luar bidang tersebut.
kepada
individu-individu
dalam
upaya
membantu individu dalam mencapai tugasUraian
di
atas
memperlihatkan
peranan penting layanan bimbingan sebagai upaya yang terpadu dalam keseluruhan pendidikan di sekolah. Sejalan dengan itu Rochman Natawidjaja (1990:60) menyatakan:
tugas
perkembangannya
sehingga
dapat
tercapai perkembangan yang optimal. Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling merupakan
salah
satu unsur
penunjang
keberhasilan program pendidikan di sekolah.
Bimbigan dan klien memiiki fungsi dan posisi
Dalam
kunci dalam pendidikan di sekolah yaitu
program pendidikan di sekolah, pelayanan
sebagai pendamping fungsi utama sekolah
bimbingan dan konseling berperan dalam
dalam bidang pegajaran dan perkembangan
aspek pengembangan diri peserta didik. Guna
intelektual peserta didik dalam menangani
mencapai pengembangan diri yang optimal
ihwal sisi sosial pribadi peserta didik.
sejalan dengan tujuan pendidikan, maka hal itu
Pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling
dalam
sistem
rangka
dapat
mewujudkan
dilakukan
melalui
suksesnya
pelayanan
bimbingan dan konseling yang bermutu.
pendidikan,
sebelumnya juga telah dikemukakan oleh M.D Dahlan (1988: 26-27) sebagai berikut:
Pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu yaitu pelayanan yang mampu mengarahkan, mengembangkan potensi dan
Bimbingan dan konseling selalu merupakan momen ilmu mendidik , ilmu pendidikan dan bimbingan klien sebagai hal-hal esensial untuk umat masa kini dan masa mendatang. Dalam kerangka pemikiran itulah dapat ditandaskan beberapa disiplin ilmu mendidik dan bimbingan klien mendapat tempat yang bukan saja wajar, akan tetapi bahkan esensial dalam pendidikan.
tugas-tugas perkembangan individu yang menyangkut kawasan kematangan personal dan emosional, sosial, pendidikan, dan karir. Perwujudan
pelayanan
bimbingan
dan
konseling yang bermutu dipengaruhi salah satunya
yaitu
kinerja
konselor/guru
bimbingan dan konseling (BK). Hal ini dikarenakan
seorang
guru
BK
yang
mempunyai kinerja yang berkualitas akan
Oleh karena itu kegiatan intruksional
menampilkan yang
sikap
produktif,
tinggi,
disiplin,
memiliki
perlu ditunjang dengan kegiatan interpersonal
motivasi
kreatif,
yakni melalui pelaksanaan layanan bimbingan
inovatif, dan mandiri dalam melaksanakan
dan konseling.
peran dan tugasnya sehingga pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan juga
Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
14
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC akan sesuai dengan beban kerja wajib yang
memenuhi standar kualifikasi akademik dan
diterimanya yaitu 150 orang peserta didik.
kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Sedangkan kesejahteraan Guru BK
Dalam
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 54 butir 6 disebutkan bahwa “Beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan
terkait dengan tunjangan yang diberikan kepada konselor yang telah bersertifikasi. Kesejahteraan mendorong,
yang
memadai
akan
memotivasi kepada Guru BK
agar melakukan peran dan tugasnya secara professional dan sungguh-sunguh.
adalah mengampu paling sedikit 150 peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan“.
Kemudian dijelaskan lebih
Berdasarkan
Permendiknas
tersebut
sangat jelas bahwa untuk menjadi seorang
lanjut dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah
Guru
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
memenuhi standar kualifikasi akademik dan
tentang Guru Pasal 54 angka 6 bahwa:
kompetensi.
Yang dimaksud dengan “Mengampu layanan bimbingan dan konseling” adalah pemberian
perhatian,
pengendalian,
dan
pengarahan,
pengawasan
kepada
sekurang-kurangnya 150 peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Pada profesional
dasarnya
kinerja
ditentukan
oleh
BK
profesional,
Adapun
seseorang
standar
wajib
kualifikasi
akademik Guru BK dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
bimbingan
dan
konseling
dan
berpendidikan profesi konselor. Sedangkan kompetensi guru BK mencakup kompetensi akademik
dan
kompetensi
profesional.
Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah (scientific basic) dan kiat (arts) pelaksanaan layanan profesional bimbingan
Guru
BK
Standar
dan
konseling.
profesional
Sedangkan
merupakan
kompetensi
penguasaan
kiat
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, serta
penyelenggaraan bimbingan dan konseling
Kesejahteraan. Penetapan Standar Kualifikasi
yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta
Akademik dan Kompetensi terkait dengan
diasah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008
kompetensi akademik yang telah diperoleh
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
melalui pendidikan akademik yang telah
Kompetensi Konselor (SKAKK) Pasal 1 Ayat
disebutkan, melalui latihan yang relatif lama
1 yang menyebutkan bahwa untuk dapat
serta beragam situasinya dalam konteks
diangkat sebagai konselor, seseorang wajib
otentik di lapangan yang dikemas sebagai
Jurnal Counseling Care
melalui
STKIP PGRI Sumatera Barat
latihan
menerapkan
15
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC Pendidikan Profesional Konselor, dibawah
konseling, memiliki kesadaran dan komitmen
penyeliaan konselor senior yang bertindak
terhadap etika profesional, menguasai konsep
sebagai
dan praksis penelitian dalam bimbingan dan
pembimbing
atau
mentor.
Kompetensi akademik dan profesional di atas
konseling.
secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi
pedagogik,
pribadi,
Keutuhan kompetensi Guru BK tidak
sosial,
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Guru BK
profesional.
wajib menguasai dan mengimplementasikan Kompetensi pedagogik konselor atau
keempat
kompetensi
tersebut
yaitu
Guru BK mencakup kemampuan dalam
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
menguasai teori dan praksis pendidikan,
dan profesional dalam pelaksanaan pelayanan
mengaplikasikan
fisiologis
bimbingan dan konseling. Penguasaan dan
dan psikologis serta perilaku klien, menguasai
implementasi kompetensi tersebut diharapkan
esensi pelayanan bimbingan dan konseling
mampu
dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan
bimbingan dan konseling yang bermutu dan
pendidikan.
bermartabat. Namun demikian berdasarkan
perkembangan
Kompetensi
kepribadian
menyelenggarakan
layanan
mencakup seorang Guru BK yang harus
hasil wawancara dengan
Guru BK terkait
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
dengan pelaksanaan pelayanan kelompok
Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi
belum terlaksana secara optimal. Idealnya
nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan
pelayanan kelompok belum dilakukan dengan
kebebasan memilih, menampilkan kinerja
menggunakan teknik dan pendekatan klien.
berkualitas. Kompetensi sosial mencakup kemampuan
mengimplementasikan
kolaborasi intern di tempat bekerja, berperan dalam
organisasi
bimbingan
dan
kegiatan
dan
mengimplementasikan
profesi
konseling, kolaborasi
antar
profesi, Sedangkan kompentensi profesional mencakup penguasaan konsep dan praksis asesmen
untuk
memahami
kondisi,
kebutuhan, dan masalah klien, menguasai kerangka teoritik dan praksis konseling, mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan
Selama
ini
Guru
BK
belum
mengaplikasikan pendekatan klien dalam proses
layanan.
pelayanan sukarela kelompok.
Selain
kelompok dan
itu
seharusnya
terjadi
atas
memanfaatkan
Dengan
kata
dasar
dinamika
lain,
belum
mendapatkan penyelesaian dengan adanya kelompok. Untuk layanan dalam format kelompok
seperti
kelompok
yang
layanan idealnya
bimbingan volume
pelaksanaannya 12%-20% juga belum dapat terlaksana. Selama ini dari Guru BK telah memprogramkan
pelaksanaan
layanan
bimbingan kelompok dilakukan minimal satu Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
16
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC minggu sekali, akan tetapi yang selama ini
hubungan antara Guru BK dan peserta didik
terjadi program tersebut baru sekedar wacana,
kurang, hal ini tercermin dalam bentuk
belum ada realisasinya.
pelaksanaan konseling individual. Untuk menuju proses pelaksanaan layanan konseling
Berdasarkan hasil tersebut adapun yang
disayangkan
adalah
pelayanan
kelompok yang belum berjalan
dengan
semestinya. Layanan pelayanan kelompok dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang dimaksudkan untuk mencegah
berkembangnya
masalah
atau
kesulitan pada diri peserta didik (Juntika Nurihsan
dalam
Supriatna,
2011:
individual peserta didik seharusnya yang datang secara sukarela kepada Guru BK, akan tetapi hal tersebut tidak terjadi. Sebelum pelaksanaan layanan konseling individual Guru BK harus memanggil peserta didik yang sedang bermasalah. Peserta didik cenderung merasa malu dan enggan untuk menceritakan permasalahannya kepada Guru BK.
97).
Kegiatan pelayanan kelompok pada umumnya
Selain itu terkait dengan penyusunan
menggunakan prinsip dan proses dinamika
program bimbingan dan konseling yang ada
kelompok. Penggunaan prinsip dan proses
di sekolah, selama ini program yang dibuat
dinamika kelompok inilah yang menjadi
lebih cenderung didasarkan atas penyesuaian
kunci keberhasilan
dengan
pelayanan kelompok.
visi
dan
misi
sekolah
bahkan
Pelayanan kelompok yang berhasil selain
cenderung disamakan dengan tahun-tahun
dapat mencegah berkembangnya masalah atau
sebelumnya. Dengan kata lain, program yang
kesulitan pada diri peserta didik juga dapat
telah disusun belum sesuai dengan kebutuhan
mengembangkan relasi/ kedekatan hubungan
peserta didik. Sekalipun program yang telah
antara Guru BK dan peserta didik. Dengan
dibuat sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
adanya pelayanan kelompok ini juga dapat
ada beberapa layanan atau kegiatan dalam
menjadi batu loncatan atau langkah awal
program tersebut yang tidak dilaksanakan. Di
pelaksanaan
samping itu Guru BK dihadapkan pada
layanan
bimbingan
dan
konseling lainnya seperti layanan konseling
permasalahan
mengenai
keterbatasan
individual.
kemampuan dalam penguasaan teknologi yang dapat membantu proses pelaksanaan
Dengan demikian dapat dikatakan apabila pelayanan kelompok belum dapat terlaksana maka dapat menjadi salah satu penghambat pelaksanaan layanan konseling individual.
Fenomena
bahwa
pelayanan
kelompok yang belum terlaksana ini tidak mengherankan
apabila
Jurnal Counseling Care
pelayanan
bimbingan
sekolah.
Akibat
dan
konseling
keterbatasan
penguasaan
teknologi
juga
pelaksanaan
kegiatan
pendukung
di
dalam
menghambat seperti
dalam penyusunan instrumen, penggunaan instrumen yang masih terbatas pada beberapa
relasi/kedekatan STKIP PGRI Sumatera Barat
17
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC instrumen
saja
observasi
dan
variabel kompetensi profesional. Hal ini
data
hasil
seharusnya tidak terjadi karena kegiatan
instrumentasi yang masih manual, dan,
asesmen kebutuhan, pelaksanaan layanan, dan
menghimpun data hasil pelayanan yang tidak
program bimbingan dan konseling merupakan
rutin dilakukan.
kegiatan utama atau produk dalam rangka
wawancara,
seperti
pengolahan
mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Fenomena penguasaan
mengenai
soft
keterbatasan
skill, masih
minimnya
pengaplikasian aplikasi instrumentasi, dan penghimpunan data bisa dikatakan ironis mengingat
aplikasi
instrumentasi
dan
himpunan data adalah salah satu bentuk kegiatan
analisis
kebutuhan
yang
akan
menjadi salah satu dasar disusunnya program pelayanan bimbingan dan konseling untuk peserta didik. masih
Dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi
Akademik
Kompetensi Konselor
dan
menyatakan bahwa
Guru BK harus menguasai empat kompetensi tanpa
terkecuali
termasuk
kompetensi
profesional, namun hal ini bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi di SMA Sumatra Barat.
Hal ini diperburuk dengan
adanya
sekolah
yang
program
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
bimbingan dan konselingnya belum sesuai
tertarik
untuk
meneliti
permasalahan
dengan kebutuhan peserta didik mengingat
“Kompetensi Profesional Guru Bimbingan
program bimbingan dan konseling merupakan
dan Konseling dalam Pelayanan Kelompok di
acuan dasar dalam pelaksanaan pelayanan
SMA Sumatra Barat.
bimbingan dan konseling. Program tersebut agaknya kurang sesuai untuk dijadikan acuan
METODOLOGI
dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
Penelitian ini termasuk penelitian
konseling di sekolah karena pada dasarnya
deskriptif
kebutuhan peserta didik dari waktu ke waktu
(2005:83)
mengalami
“Penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
perubahan
seiring
dengan
kemajuan teknologi.
secara
Fenomena kinerja Guru BK di SMA Sumatra Barat dalam mengimplementasikan dan
mengaplikasikan
pengetahuan
dan
ketrampilannya dalam layanan BK terkait dalam assesmen kebutuhan, layanan-layanan dan program bimbingan dan konseling, pendekatan klien merupakan bagian dari sub Jurnal Counseling Care
kualitatif.
Menurut
penelitian
sistematis,
deskriptif
faktual
Yusuf adalah
dan
akurat
mengetahui fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan secara detail”. Dari disimpulkan
pendapat bahwa
bukan hanya terbatas namun
dapat
menggambarkan
STKIP PGRI Sumatera Barat
di
atas
penelitian
dapat
deskriptif
menyimpulkan saja,
melihat, objek
meninjau yang
dan diteliti 18
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan
yang peneliti lakukan, adanya pelayanan
setelah menemukan analisis terhadap data
kelompok yang belum terlaksana secara
yang diperoleh.
optimal.Peneliti mengambil sasaran yang
Menurut Saebani,
Poerwandari
2012:130)
(Afifuddin
penelitian
&
kualitatif
akan diteliti yaitu Guru BK di kota Padang. Informan
kunci
terdiri
dari
Guru
BK
adalah “Penelitian yang menghasilkan dan
sebanyak 2 orang dan 2 orang lagi dari klien
mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti
Guru
transkripsi wawancara, catatan lapangan,
tambahannya rekan kerja dari guru bimbingan
gambar, foto, rekaman, video dan lain-lain”.
dan konseling itu sendiri. Penelitian ini
Arikunto (2010:185)
menggunakan teknik wawancara dan studi
berpendapat
bahwa
penelitian kualitatif adalah “Suatu penelitian
BK
itu
sendiri
serta
informan
dokumentasi.
yang dilakukan secara intensif terinci dan Teknik pengumpulan data adalah cara-
mendalam terhadap suatu organisasi dan lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian kasus lebih
cara
yang
ditempuh
memperoleh data, peneliti
langsung
peneliti
untuk
dalam penelitian ini melakukannya
dengan
melihat ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang dibutuhkan.
mendalam”.
Adapun teknik pengumpulan data yang Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) Wawancara
adalah penelitian yang dilakukan terhadap
Menurut Afifuddin & Saebani (2012:
fenomena yang dialami oleh seseorang, satu
131) bahwa “Wawancara adalah metode
peristiwa, atau kelompok yang terbatas untuk
pengambilan data dengan cara menanyakan
mengungkap secara mendalam suatu situasi
sesuatu kepada seseorang yang menjadi
atau objek dalam bentuk kata-kata atau
informan
bahasa. Dalam penelitian ini peneliti akan
menurut Kartono (Gunawan , 2013: 160)
mengungkap bagaimana kompetensi Guru BK
“Wawancara
dalam pelayanan kelompok. Penelitian ini
diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini
telah dilaksanakan pada tanggal 15 Januari
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana
sampai 30 Februari 2013. Adapun tempat atau
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah
fisik.
atau
responden”.
adalah
Sedangkan
percakapan
yang
di SMA Sumatra Barat. Adapun alasan
Menurut Gorden (Herdiansyah, 2013:29)
peneliti melakukan penelitian di kota ini
“Wawancara merupakan percakapan antara
karena berdasarkan observasi dan wawancara
dua orang dimana salah satunya bertujuan
Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
19
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC untuk menggali dan mendapatkan informasi
satu
untuk suatu tujuan tertentu”. Menurut Stewart
digunakan
& Cash (Herdiansyah, 2013:30) “Wawancara
sosial”. Pada intinya dokumenter adalah
adalah suatu interaksi yang di dalamnya
metode yang digunakan untuk menelusuri
terdapat pertukaran/sharing, aturan, tanggung
data dan historis. Dengan demikian, pada
jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan
peneliti s,
informasi”.
maka bahan dokumenter memegang peran
Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan
metode
pengumpulan
dalam
data
metodologi
yang
penelitian
ilmu sosial, khususnya sejarah
yang amat penting.
bahwa wawancara dilakukan agar dapat
Sebagian besar data yang tersedia adalah
mengetahui bagaimana kompetensi Guru BK
berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan,
dan bagaimana cara meningkatkannya bagi
dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak
Guru BK tersebut. Supaya pengumpulan data
terbatas pada ruang dan waktu sehingga
ini dapat berjalan dengan baik, maka hal yang
memberi peluang kepada peneliti untuk
perlu diperhatikan dalam wawancara yaitu:
mengetetahui hal-hal yang pernah terjadi di
a. Peneliti harus
mengetahui apa-apa saja
objek yang akan diukur. b. Membuat
ini
dokumen
dalam
arti
luas
termasuk, momen, foto, harddisk, flashdisk
ditanyakan pada peserta didik dan guru
dan sebagainya. Dalam penelitian ini studi
kelas.
dokumentasi yang digunakan adalah laporan pertanyaan
menggambarkan
yang
disebut
akan
c. Menyusun
pertanyaan
waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan
yang
keseluruhan
akan perilaku
agresi peserta didik dan penanganannya oleh guru kelas.
buku kasus dan catatan nilai peserta didik serta RPL Guru BK. Adapun teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
d. Pedoman wawancara instrumen di jugde oleh ahli
Triangulasi. Sebagaimana yang dikemukakan Moleong
(2008:327)
yaitu
“Triangulasi
e. Setelah pedoman wawancara di judge
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
maka pertanyaan wawancara diberikan
yang memanfaatkan sesuatu yang lain”, yang
kepada informan penelitian.
mana
(b) Studi Dokumentasi Menurut
Yusuf
cara
mentriangulasinya
dalam
penelitian adalah dengan: (2005:
252)
studi
(1)Membandingkan
dokumentasi adalah sumber informasi yang
pengamatan
ditemukan dalam bentuk foto, dalam bahan
wawancara.
dengan
data data
hasil hasil
statsistik, dalam dokumentasi atau berbagai
(2)Membandingkan apa yang dikatakan
bacaan lainnya. Selanjutnya menurut Bungin
orang-orang tentang situasi penelitian
(2007:124) “Metode dokumenter adalah salah Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
20
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC dengan
apa
yang
dikatakannya
dengan
sepanjang waktu.
menyajikan
dapat
mempermudah dalam memahami apa
(3)Membandingkan
keadaan
yang terjadi, merencanakan apa yang
dan
perspektif seseorang dengan berbagai
dilakukan
pendapat dan pandangan orang seperti
apa yang telah dipahami.
rakyat
data
biasa,
orang
yang
3.
selanjutnya
berdasarkan
Penarikan Kesimpulan (verifikasi)
berpendidikan menengah atau tinggi,
Penarikan
kesimpulan
merupakan
orang berada, orang pemerintahan.
analisis lanjutan dari reduksi data dan
wawancara
penyajian data sehingga data dapat
dengan isi suatu dokumen yang
disimpulkan dalam bentuk deskriptif
berkaitan.
sebagai laporan penelitian dan tahap
(4)Membandingkan
Miles
&
hasil
Huberman
2009:247-253)
terakhir dari data sudah disimpulkan.
(Sugiyono,
mengemukakan
bahwa
PEMBAHASAN
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara
interaktif
diungkapkan bahwa kompetensi Guru BK
berlangsung secara terus menerus. Adapun pengolahan data dilakukan
1. Reduksi Data (data reduction) data
merupakan
proses
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya
dan
jika
mencari
diperlukan. 2.
Penyajian data dapat dilakukan dalam uraian
singkat,
bagan
hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif Jurnal Counseling Care
pelayanan
kelompok
dapat
1. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap
Pembentukan
Pelayanan
Kelompok Dari
hasil
wawancara
dapat
disimpukan bahwa kompetensi Guru BK dilihat
pada tahap pemebentukan belum
memusatkan
perhatian
pada
penjelasan
tentang tujuan kegiatan penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota kelompok penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima , penggerak pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan
Penyajian Data (display data)
bentuk
dalam
diungkapkan sebagai berikut:
dengan cara sebagai berikut:
Reduksi
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan
dalam kelompok, belum begitu hangat dan dekat dalam kegiatan layanan kelompok tersebut, belum begitu meamahami maksud dan tujuan layanan tersebut.
STKIP PGRI Sumatera Barat
21
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC Belum menguasai tahap pembentukan terlihat
dari
kelompok
teknik
masih
dalam
pelayanan
terbata-bata
dalam tahap peralihan. belum percaya diri untuk menyampaikan masalahnya, belum
dalam
menguasai
pelayanan
kelompok
menjelaskan pada tahap pembentukan dan
pemimpin
kelompok,
belum
belum begitu menggunakan bahasa yang
teknik pada tahap peralihan.
bervariasi dalam pengenalan. Kemudian juga berbelit-belit dalam menyampaikan. Pada tahap pembentukan rasa kehangatan dalam pelayanan kelompok belum begitu dirasakan, belum
menguasai
sebagai
pelayanan
pemimpin
kelompok
kelompok,
masih
meninggalkan beberapa hal penting dalam pelayanan kelompok seperti cara pelaksanaan pelayanan kelopok dan penegasan azas yang
Menurut Prayitno (1995:73) “ Tahap peralihan
pada
merupakan
tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan. Dengan
kata
lain,
tahap
peralihan
ini
merupakan tahap penegasan bahwa seluruh anggota telah memahami maksud, tujuan, dan prosedur penyelenggaraan bimbingan atau
berikutnya.
Pada
tahap
ini,
93),
pimpinan kelompok menjelaskan apa yang
“Fungsi konselor atau Guru BK salah satunya
akan dilakukan oleh masing-masing anggota
sebagai agen prevensi primer, yaitu dapat
kelompok pada tahap selanjutnya.
menjadi
pemimpin
(2005:
hakekatnya
jembatan antara tahap pembentukan dengan
kelompok Lesmana
menguasai
klien kelompok, dan siap untuk aktifitas
digunakan dalam pelayanan kelompok. Menurut
sebagai
kelompok
dalam
pengajaran kepada orang tua peserta didik, menjadi pemimpin dalam berbagai pelatihan
3. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap Kegiatan Pelayanan Kelompok Dari
misalnya keterampilan interpersonal, dapat merencanakan panduan untuk pembuatan keputusan
pribadi
dan
keterampilan
disimpukan
bahwa
wawancara kompetensi
dapat guru
bimbingan dan konseling dilihat dari tahap kegiatan
pemecahan masalah.
hasil
belum
memperlihatkan
bahwa
pemimpin kelompok sebagai pengatur dalam 2. Kompetensi
Guru BK Dilihat dari
jalannya
kegiatan
ini,
belum
begitu
menghidupkan suasana kelompok. Anggota
Tahap Peralihan Pelayanan Pada tahap peralihan belum begitu
kelompok belum begitu aktif dalam kegiatan
menegaskan untuk melangkah pada tahap
ini dalam arti kata dinamika kelompok belum
berikutnya, belum mengerti kegiatan yang
terlihat,
akan dilakukan setelah ini, belum bertanya
kelompok masih banyak terdiam dan tidak
kesiapan pada anggota kelompok untuk
menjadi
melangkah
belum
kegiatan, belum cukup profesional dalam
memahami apa yang harus disampaikan
memberikan layanan ini, berbelit-belit dalam
ke
tahap berikutnya.
Jurnal Counseling Care
Guru
BK
fasilisator
STKIP PGRI Sumatera Barat
sebagai
terhadap
pemimpin
jalannya
22
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC menyampaikan pada tahap kegiatan semangat
kelompok, masih meninggalkan beberapa hal
dalam pelayanan kelompok belum begitu
penting dalam pelayanan kelompok seperti
dirasakan,
kesan anggota kelompok.
belum
menguasai
pelayanan
kelompok sebagai pemimpin kelompok, serta masih
banyak
berbicara
dibandingkan
Menurut Prayitno (1995:73) “Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu sesi
anggota kelompok.
kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1995:73) “Tahap
Pada tahap ini perlu disajikan kembali
kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan
kesimpulan
bimbingan dan konseling kelompok. Pada
sekaligus
tahap ini peran pimpinan kelompok lebih
agenda
kepada
prosesnya,
mendorong,
menghidupkan,
dan
dari
hasil-hasil
mengingatkan pertemuan upaya
pertemuan
anggota
tentang
selanjutnya.
Dalam
menarik
kesimpulan
mengarahkan dinamika kelompok. Pimpinan
sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok,
kelompok menjadi reflektor dan sirkulator
peran guru pembimbing lebih diarahkan pada
dari
pemberian penekanan kepada anggota untuk
proses
diskusi
kelompok.
Untuk
“kelompok bebas,” proses kegiatan dimulai dengan
memberikan
masing-masing
kesempatan
anggota
kepada
kelompok
mengemukakan permasalahan atau topik yang akan dibahas.
Pengakhiran
Pelayanan
Kelompok Dari hasil wawancara dapat disimpukan bahwa kompetensi Guru BK dilihat dari tahap
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan
4. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap
memelihara komitmen anggota.
pengakhiran
pemimpin
kelompok
mengenai
analisis
dapat
diambil
kompetensi
Guru
data
dan
kesimpulan BK
dalam
pelayanan kelompok di SMA Sumatra Barat. Temuan
peneliti
ini
dapat
disimpulkan
sebagai berikut: 1. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap Pembentukan Pelayanan Kelompok
belum begitu mengetahui bahwa anggota
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Guru
kelompok dapat berkomitmen dengan baik,
BK sebagai pemipin kelompok pada tahap
dapat memberi kesimpulan dari kegiatan ini.
pemebentukan
Kemudian Guru BK masih belum berurutan
perhatian pada penjelasan tentang tujuan
dalam memberikan tahap pengahiran, belum
kegiatan,
penumbuhan
dapat menyampaikan penarikaan kesimpulan
mengenal
antar
dengan bahasa yang tepat, masih terbata-bata
penumbuhan sikap saling mempercayai
menyampaikannya,
menguasai
dan
pemimpin
pembahasan tentang tingkah laku dan
pelayanan
kelompok
Jurnal Counseling Care
belum sebagai
saling
STKIP PGRI Sumatera Barat
belum
anggota
menerima,
memusatkan
rasa
saling
kelompok,
penggerak
23
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC suasana perasaan dalam kelompok, belum
yang akan dilakukan setelah ini, belum
begitu hangat dan dekat dalam kegiatan
bertanya kesiapan pada anggota kelompok
layanan kelompok tersebut, belum begitu
untuk melangkah ke tahap berikutnya.
memahami maksud dan tujuan layanan
belum
tersebut. Guru BK belum profesional,
disampaikan dalam tahap peraliha, belum
dalam memberikan pelayan belum begitu
percaya
menguasai
teknik
memahami
diri
apa
yang
untuk
harus
menyampaikan
dalam
memberikan
masalahnya, belum menguasai pelayanan
kelompok.
Dalam
kelompok sebagai pemimpin kelompok,
melaksanakan pelayanan kelompok pada
belum menguasai teknik pada tahap
tahap pembentukan masih kaku dan hanya
peralihan.
pelayanan
menggunakan
sedikit
waktu
untuk
menjelsakan berbagai hal dalam pelayanan kelompok, belum menguasai teknik dalam pelayanan kelompok dan masih terbatabata
dalam
menjelaskan
pembentukan
dan
menggunakan
bahasa
pada
belum yang
tahap begitu
bervariasi
dalam pengenalan. berbelit-belit dalam menyampaikan pada tahap pembentukan rasa
kehangatan
dalam
pelayanan
kelompok belum begitu dirasakan, belum menguasai pelayanan kelompok sebagai pemimpin kelompok, masih meninggalkan beberapa hal penting dalam pelayanan kelompok
seperti
cara
pelaksanaan
pelayanan kelompok dan penegasan azas yang
digunakan
dalam
pelayanan
3. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap Kegiatan Pelayanan Kelompok Berdasarkan hasil penelitian pada tahap kegiatan pemimpin kelompok belum memperlihatkan
keterampilan
sebagai
pengatur dalam jalannya kegiatan ini, belum
begitu
kelompok.
menghidupkan
Anggota
kelompok
suasana belum
begitu aktif dalam kegiatan ini dalam arti kata dinamika kelompok belum terlihat, Guru BK sebagai pemimpin kelompok masih banyak terdiam dan tidak menjadi fasilisator terhadap jalannya kegiatan, belum
cukup
profesional
dalam
memberikan layanan ini, berbelit-belit dalam menyampaikan pada tahap kegiatan dan semangat dalam pelayanan kelompok
kelompok.
belum begitu 2. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap Peralihan Pelayanan Kelompok
guru BK pada tahap peralihan belum
serta
belum
menguasai pelayanan kelompok. Sebagai pemimpin
Berdasarkan hasil penelitian kompetensi
dirasakan
berbicara
kelompok,
masih
dibandingkan
banyak anggota
kelompok.
begitu menegaskan untuk melangkah pada tahap berikutnya, belum mengerti kegiatan
4. Kompetensi Guru BK Dilihat dari Tahap Pengakhiran Pelayanan Kelompok
Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
24
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC Berdasarkan hasil penelitian pada tahap pengakhiran
pemimpin
kelompok
belum
UCAPAN TERIMA KASIH
begitu mengetahui bahwa anggota kelompok Terima
dapat berkomitmen dengan baik, belum
kasih
kepada
Guru BK masih belum berurutan dalam
memberikan data terkait dengan permasalah
memberikan tahap pengakhiran, belum dapat
yang diangkat dalam tulisan ini. Kemudian
menyampaikan penarikan kesimpulan dengan
juga
bahasa
terpublikasikannya karya ilmiah ini. Semoga
tepat,
menyampaikannya, pelayanan
masih
terbata-bata
belum
kelompok
menguasai
sebagai
pada
yang
diucapkan
mendapatkan kesimpulan dari kegiatan ini,
yang
informan
terutama
pihak-pihak
telah
yang
banyak
membantu
Allah membalas semua kebaikannya. Amin.
pemimpin
kelompok, dan masih meninggalkan beberapa
DAFTAR RUJUKAN
hal penting dalam pelayanan kelompok seperti memberikan kesan anggota kelompok.
Afifudin & Beni Ahmad Saebani. 2012. Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia. IMPLIKASI Arikunto, a) Guru BK, harus memperluas wawasan dalam
pelayanan
meningkatkan
kelompok
dengan
kompetensi
dan
memperbanyak
melatih
diri
melaksanakan
pelayanana
untuk kelompo
dengan mengikuti elatihan, seminar dan workshop.
Suahrsimi.
2010.
Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Putra Grafika. Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
b) Kepala Sekolah, memfasilitasi Guru BK untuk
meningkatkan
profesionalnya
kompetensi
dalam
pelayanan
kelompok melalui pembinaan maupun pelatihan, peningkatan
seminar,
workshop
kualitas
demi
pelayanan
bimbingan dan konseling. c) Organisasi mewadahi
profesi,
lebih
kegiatan-kegiatan
banyak untuk
Herdiansyah, Haris. 2013. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta:
Humanika. Lesmana, Jeanette Murad. 2007. Dasar-dasar Klien. Jakarta: UPI Press. Mohammad Djawad Dahlan. 1986. Layanan Bimbingan
dalam
menambah wawasan dan keterampilan
Persekolahan.
Guru BK dalam pelayanan kelompok.
Pascasarjana IKIP Bandung.
Jurnal Counseling Care
Salemba
STKIP PGRI Sumatera Barat
Bandung:
Sistem Program
25
Volume 1, Nomor 1, April (2017)
E-ISSN: 2581-0650
JCC Moleong,
Lexy
Penelitian
J.
2008.
Kualitatif.
Metodologi Bandung:
Remaja Rosda Karya. Mortensen, D.G dan Schmuller, A.M. 1964. Guidence in Today’s Schools. New York: Jhon Wilwy dan Sons.Inc. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Depdiknas Prayitno dan Erman Amti. 1995. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarta: Rineka Cipta. Rochman Natawidjaja. 1987. PendekatanPendekatan
dalam
Konseling
Kelompok. Jakarta: P2LPTK Dikti Depdikbud. Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan Konseling
Berbasis
Kompetensi
(Orientasi
Dasar
Profesi
Konselor).
Pengembangan Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Yusuf. A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian (Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah). Padang: UNP PresUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jurnal Counseling Care
STKIP PGRI Sumatera Barat
26