1 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK BIOSFER DAN ASPEK PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN KELAS XI IPS-I SMA NEGERI 2 KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT Desi Hasanah 1, Ramli 2 1 2
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) aktivitas belajar siswa, 2) aktivitas mengajar guru di kelas, serta 3) penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi pada materi pokok biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,6 (cukup), pada siklus II menjadi 3,4 (baik). 2) Aktivitas mengajar guru yang di ajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), pada siklus I skor ratarata sebesar 2,6 (baik) dan meningkat pada siklus II menjadi 3,6 (kategori baik). 3) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari 34 orang siswa terdapat 23 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 67,65% dengan nilai rata-rata 70,58. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 34 orang siswa ada 29 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 85,29% dengan nilai rata-rata 79,59. Kata kunci: Model Pembelajaran, Proses, Hasil PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadian peserta didik. Agar mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka manusia mesti berusaha mengembangkan kualitas dirinya melalui pendidikan. Masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan lebih yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitasnya. Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Sudjana (2004:28) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa. Proses belajar mengajar adalah interaksi siswa dengan lingkungan belajar
Desi Hasanah, Ramli
2 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapaai tujuan pengajaran, yakni kemampuan yang diharapkan yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002: 6). Menurut Thobroni & Mustofa (2013:24) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Sukamto (1993:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Hal yang serupa juga di kemukakan oleh Enggen dan Kauchak menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Menurut Stahl dalam Ismail ((2002:12) bahwa ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif adalah: (1) Belajar dengan teman; (2) Tatap muka antar teman; (3) Mendengarkan diantara anggota; (4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok; (5) Belajar dalam kelompok kecil; (6) Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat; (7) Siswa membuat keputusan Siswa aktif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Numberd Heads Together(NHT) atau kepala bernomor struktur. Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran
dengan membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotan 3-5 orang, setiap anggota memiliki satu nomor. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompok. (Kurniasih dan sani 2015 : 29). Kelebihan Numbered Heads Together(NHT):Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, Mampu memperdalam pemahaman siswa, Melatih tanggung jawab siswa, Menyenangkan siswa dalam belajar, Mengembangkan rasa ingin tahu siswa, Meningkatkan rasa percaya diri siswa, Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama, Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi, Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar, Tercipta suasana gembira dalam belajar. (Kurniasih dan sani 2015 : 29). Kekurangan Numbered Heads Together (NHT): a) Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi); b) Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawaban dari pertanyaan. Solusinya mengurangi poin pada siswa membantu dan dibantu; c) Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya. (Kurniasih dan sani 2015 : 30). Menurut Suranto (2009: 1) hasil belajar tidak langsung dapat kita terima saat ini, artinya pendidikan atau proses belajar merupakan sebuah investasi jangka panjang. Sedangkan menurut Komalasari (2013: 1) mengemukakan bahwa perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Sejalan dengan itu, Arsyad (2011: 1) mengemukakan bahwa salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
Desi Hasanah, Ramli
3 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Menurut Thobroni & Mustofa (2013: 24) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif. Hasil belajar yang dicapai murid seyogianya dapat mencerminkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Murid yang tingkat kemampuan dasarnya tinggi diharapkan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Dengan membandingkan tingkat kemampuan dasar yang dimilikinya oleh masingmasing murid dengan hasil belajarnya, guru dapat mengetahui apakah murid yang bersangkutan telah mencapai hasil belajar yang optimal atau belum (Majid, 2012: 229). Menurut Sanjaya (2008: 13) hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.Berdasarkan analisis operasional, tujuan pendidikan/pengajaran di bedakan menjadi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik (Slameto, 1991: 57). Senada dengan ini, Jihad dan Haris (2008: 14-15) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3). Sedangkan menurut Uno & Mohamad (2014: 190) Indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang baik. Petunjuk keberhasilan belajar siswa dapat dilihar bahwa siswa tersebut menguasai materi pelajaran yang diberikan. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil perubahan baik itu kognitif, afektik maupun psikomotorik yang diperoleh siswa setelah menjalani proses belajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Sukamto (1993:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Hal yang serupa juga di kemukakan oleh Enggen dan Kauchak menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Desi Hasanah, Ramli
4 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
Model pembelajaran merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di harapkan. Joice & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran,dan membimbing pembelajaran di kelas yang lain. Model pembelajaran dapat di jadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikanya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain. Pembelajaran kooperatif menurut para ahli adalah sebagai berikut : (1) Sagala (2007) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimna siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen; (2) Hendriani (2007) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama; (3) Zaini (2012) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau
keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.(Sumantri 2015:50-51) Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antarsiswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa indonesia seperti gotong royong, dan toleransi yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya. Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian sehubungan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together( NHT ) dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut. Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Guslan (2015) yang menyimpulkan bahwa Hasil belajar geografi siswa kelas X2 Watopute dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together pada materi konsep geografi. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 60, nilai tertinggi 75, nilai rata-rata 70,96 dan ketuntasan belajar sebesar 67% yang mencapai KKM atau dari 21 siswa hanya 4 orang siswa yang memperoleh nilai ≥ 70. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 65, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 81,74 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 21 orang siswa ada 18 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 70, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 89%. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Karini (2014:49) dengan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa penerapan
Desi Hasanah, Ramli
5 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru kelas X-1 SMA Negeri 1 Kabangka dimana pada siklus I hanya mencapai 65% dan pada siklus II meningkat menjadi 90%. Sedangkan aktivitas belajar siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Kabangka dimana pada siklus I hanya mencapai 50% dan siklus II mengalami peningkatan mencapai 86,11%. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan dari atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh guru dan peserta didik. Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Di sekolah, proses komunikasi tersebut disebut sebagai proses belajar mengajar. Dalam suatu proses belajar mengajar, unsur-unsur yang amat penting adalah metode mengajar, model pembelajaran yang digunakan, dan media pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang menekankan adanya kerjasama antara sesama siswa dalam kelompok untuk tujuan pembelajaran. Keberhasilan individu dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT di tentukan atau di pengaruhi oleh keberhasilan kelompok, karena dalam pembelajaran ini menuntut adanya saling ketergantungan yang positif, kepemimpinan bersama dan tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok. Model mengajar merupakan komponen pendidikan yang harus di kuasai oleh setiap guru atau tenaga penagajar karena dapat membantu dalam mengektifkan komunikasi dan interaksi dengan siswa. Model mengajar
mempengaruhi bagaiman siswa belajar.dengan demikian hasil belajar akan maksimal bila model mengajar yang di gunakan tepat. Proses pembelajaran yang baik dari model pembelajaran kooperatif tipe Numberd Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkanh hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi Kabupaten Muna Barat pada materi pokok Biosfer dan Aspek Persebaran Hewan dan Tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan selama 20 hari mulai dari tanggal 25 agustus- tanggal 15 september 2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi Kabupaten Muna Barat yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang terdaftar pada kelas tersebut adalah 34 orang siswa yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Kelas ini dipilih karena perolehan skor siswa yang mencerminkan hasil belajar geografi siswa tergolong rendah. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wina Sanjaya (2009:26) penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan erbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. HASIL PENELITIAN Tindakan Siklus I Perencanaan Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: Merencanakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), Membuat lembar kerja siswa,
Desi Hasanah, Ramli
6 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan, membuat format observasi. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I di laksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP.
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Gambaran rata-rata rata aktifitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siklus I setiap aspek aktifitas yang diamati dengan memberikan skor dapat pat dilihat pada grafik berikut ini:
2.7
2.6
2.6
3
8
2.6
2.3
7
2.5
2.3
2.6
2.4
2.6
2.3
2.5
3
SKOR RATA-RATA AKTIVITAS SISWA
Siklus I
10
11
12
13
14
Siklus I 1
2
3
4
5
6
9
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Gambar 1. Grafik Skor Rata Rata-rata rata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Keterangan: 1) Siswa berdoa bersama untuk mengawali kegiatan belajar 2) Siswa menyimak saat guru mengabsen 3) Siswa menyimak motivasi yang disampaikan guru 4) Siswa mendengarkan/memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 5) Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru 6) Siswa membentuk kelompok sesuai arahan dari guru 7) Masing-masing masing kelompok mendapat LKS dan menyimak penjelasan terkait LKS yang telah diberikan oleh guru 8) Siswa mencari informasi yang sesuai dengan permasalahan, melakukan eksperimen lalu memecahkan masalah tersebut
Siswa mempresentasikan hasil diskusinya. 10) Siswa dari kelompok lain menanggapi jawaban yang dikemukakan oleh kelompok penyaji 11) Siswa terlibat dalam refleksi terhadap hasil-hasil hasil diskusi yang telah dipersentasikan oleh eh masing masing-masing kelompok 12) Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam menyamakan pemahaman materi berdasarkan hasil persentasi 13) Mendengarkan kesimpulan dari guru tentang materi yang sudah di diskusikan 14) Siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran) Rata-rata aktivitas tivitas belajar siswa tiap pertemuan pada siklus I dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini: 9)
Desi Hasanah, Ramli
7 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
2.5 2.7 2.6
SIKLUS I
Gambar 2 Grafik Rata-Rata Rata Aktivitas itas Belajar Siswa Tiap Pertemuan Siklus I Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata rata aktifitas belajar siswa pada Siklus I sebesar 2.6 berada dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan aktifitas belajar siswa belum menjawab hipotesis tindakan. Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Pertemuan 1
Gambaran rata-rata rata aktivitas mengajar guru melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siklus I setiap aspek yang di amati dengan memberikan sskor dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:
Pertemuan 2
Rata-rata
2.8
2.4
2.6
SIKLUS I
Gambar 3. Grafik Rata-rata Rata rata Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Berdasarkan analisis data d yang terlihat pada gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata rata aktifitas mengajar guru pada pertemuan I siklus I sebesar 2.4 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-rata rata aktifitas mengajar jar guru pertemuan II siklus I sebesar 2.8 yang berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus I ini setelah
dirata-ratakan ratakan antara pertemuan I dan pertemuan II aktifitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2.6. Hasil Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan hasil analisis data yag terdapat diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa siklus I mencapai rata--rata sebesar 70.58. pada tes siklus I, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi ggi sebesar 83. Persentase ketuntasan
Desi Hasanah, Ramli
8 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS-I IPS SMA Negeri 2 Kusambi Kabupaten Muna Barat dengan penerapan model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siklus I dapat dilihat pada table 4.4 berikut ini:
Tabel 1. Analisis nalisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan Jumlah Persentase Tuntas 22 66.67% Tidak Tuntas 11 33.33% Jumlah Total 34 100%
SKOR RATA-RATA AKTIVITAS SISWA
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 66.67% atau 22 orang dari 34 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan ≥70 70 atau telah mencapai KKM. Sedangkan yang belum mencapai KKM sebesar 33.3% atau 11 orang dari 34 siswa yang memperoleh nilai 70 belum memenuhi ketuntasan. Refleksi Pada tahap refleksi peneliti mencari kekurangan-kekurangan kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil pengamatan dan evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Tindakan Siklus II Perencanaan Setelah merencanakan perbaikan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahankesalahan kesalahan yang dilakukan sebelumnya sehingga hasil belajar ajar dengan menerapkan model pembelajaran
5
3.6 3 3.63.33.4 3.7
Numbered Head Together (NHT) pada tindakan siklus II mengalami perubahan. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP. Pertemuan I membahas materi tentang pengertian biosfer dan pertemuan kedua membahas materi tentang persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia. Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Aktifitas belajar siswa siklus II pada pertemuan I berada dalam kategori baik dengan an skor yang diperoleh sebesar 3.2 dan pada pertemuan kedua juga berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3.5. sehingga skor rata-rata rata aktifitas siswa pda siklus II berada dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 3.4. Gambaran masing-masing masing aktifitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.5berikut ini:
3
3.6 3.5
3.2 3.1 3.2 3.2 3.6
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 SIKLUS II
Gambar 4. Grafik Rata-rata Rata rata Tiap Aspek Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II
Desi Hasanah, Ramli
9 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
Keterangan: 1) siswa berdoa bersama untuk mengawali kegiatan belajar 2) siswa menyimak saat guru mengabsen 3) siswa menyimak motivasi yang disampaikan guru 4) siswa mendengarkan/memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 5) siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan sampaikan oleh guru 6) siswa membentuk kelompok sesuai arahan dari guru 7) masing-masing masing kelompok mendapat LKS dan menyimak penjelasan terkait LKS yang telah dibagikan oleh guru 8) siswa mencari informasi yang sesuai dengan permasalahan, melakukan eksperimen lalu memecahkan emecahkan masalah tersebut. Pertemuan 1
9) Siswa
mempersentasikan hasil diskusinya 10) Siswa dari kelompok lain menanggapi jawaban yang dikemukakan oleh kelompok penyaji 11) Siswa terlibat dalam refleksi terhadap hasil-hasil hasil diskusi yang telah dipersentasikan oleh maing-masing maing kelompok 12) Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam menyamakan pemahaman materi berdasarkan hasil persentasi 13) Mendengarkan kesimpulan dari guru tentang materi yang sudah didiskusikan 14) Siswa menjawab salam guru (menutup salam) Sesuai dengan teknik analasis statistic deksriptif, gambaran aktifitas belajar siswa pada siklus II dari peretemuan I sampai pertemuan II dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini:
Pertemuan 2 3.5
3.2
Rata-rata
3.4
SIKLUS II
Gambar 5. Grafik Rata-rata Rata Aktifitas Siswa Pada Siklus II Berdasarkan gambar 5 diatas, diperoleh bahwa rata-rata rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,4 yang berada dalam kategori baik. Rata-rata rata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,2 yang berada erada dalam kategori baik. Skor ratarata rata aktivitas belajar siswa pada siklus II setelah dirata-ratakan ratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,5 yang berada dalam kategori baik. Sehingga pada siklus II diperoleh aktivitas belajar siswa dengan skor 3,4 pada siklus II
telah mencapai kriteria ketuntasan dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata ratarata aktivitas sebesar 3,0. Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Rata-rata aktifitas mengajar guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah dirata-ratakan ratakan berada dalam kategori baik dengan skor rata rata-rata sebesar 3.6. hal ini agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikuy ini:
Desi Hasanah, Ramli
10 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
Pertemuan 1 3.4
Pertemuan 2 3.7
Rata-rata
3.6
SIKLUS II
Gambar 6. Grafik Rata-rata Rata Aktifitas Mengajar Guru Siklus II Skor Rata-rata rata aktifitas guru di siklus II sebesar 3.6 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada materi pokok biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan dapat meningkatkan aktifitas mengajar guru. Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam tabel 4.7 terlihat bahwa hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS-II SMA Negeri 2
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total
Kusambi dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together Tog (NHT) menunjukan bahwa rata rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 79.59. Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 94 dan nilai terendah sebesar 61. Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara cara klasikal , lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Jumlah Persentase 29 85,29% 5 14,71% 34 100%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 85.29% atau 29 siswa memperoleh nilai ketuntasan ≥70 70 atau telah mencapai KKM dan persentase 14.71% atau 5 orang siswa memperoleh nilai 70 atau belum mencapai KKM. Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Refleksi
Jika dibandingkan mulai dari sebelumnya diterapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) kemudian dilaksanakan peneliti pada siklus I dan setelah dilakukan refleksi untuk dilanjutkan pada siklus II, menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya tentang Biosfer dan Aspek Persebaran Hewan dan Tumbuhan. Pada siklus II ini sudah menunjukan adanya peningkatan
Desi Hasanah, Ramli
11 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
aktivitas dan hasil belajar yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dengan memperoleh indikator keberhasilan sebesar 3,4 untuk aktivitas siswa dan 3,6 untuk aktivitas guru serta 85,29% untuk hasil belajar siswa mencapai ketuntasan secara klasikal. PEMBAHASAN Aktivitas Belajar Siswa Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yang dibagi menjadi dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada materi biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 kusambi Kabupaten Muna Barat. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi yang berjumlah 34 orang. Berdasarkanpermasalahan pertama tentang “Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran numbered heads together(NHT) pada materi pokok biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan?”,dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I maupun Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.5 dimana rata-rata aktivitas siswa menuju ke arah yang lebih baik. Peningkatan tersebut menunjukan adanya minat siswa dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran geografi yang diajarkan dengan menerapkan model Numbered Heads Together (NHT). Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktifitas siswa pada siklus I dengan materi pokok biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan menunjukkan rata-rata aktifitas belajar
siswa pada siklus I sebesar 2.6 dengan kategori cukup. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahankesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 80%. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang telah dievaluasi di peroleh bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II Aktivitas siswa dinilai mengalami peningkatan dimana aktivitas siswa yang mendapat skor terendah disiklus I yaitu 2,3, meningkat menjadi 3,5, 3,7, dan 3 pada aspek nomor 3,7 dan 8 yaitu siswa menyimak motivasi yang disampaikan guru, siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, siswa menyimak penjelasan terkait dengan LKS yang diberikan oleh guru, dan siswa mencari informasi. Sedangkan aktivitas siswa yang memperoleh skor tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3 meningkat menjadi 3,6 pada aspek nomor 1, dan 14 yaitu siswa berdoa bersama untuk mengawali kegiatan belajar dan siswa menjawab salam guru (menutup pelajaran). Pada siklus II dari 14 aspek aktivitas siswa yang di amati memperoleh kategori baik dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Secara keseluruhan aspek aktivitas siswa yang diamati telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada tabel 4.5 dimana rata-
Desi Hasanah, Ramli
12 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
rata aktivitas siswa adalah 3,6 yang berada dalam kategori baik. Adanya peningkatan pada skor rata-rata aktivitas belajar siswa dari 2,5 pada siklus I menjadi 3,6 pada siklus II menandakan kelemahan/kekurangan di siklus I teratasi sehingga aktivitas siswa mengarah ke arah yang lebih baik. Aktivitas Mengajar Guru Pelaksanaan PTK Dengan Menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran geografi untuk materi pokok Biosfer dan aspek persebaran hewan dan tumbuhan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dengan 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama membahas materi pengertian biosfer dan pertemuan kedua membahas tentang materi analisis persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia. Pada siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu pertemuan ketiga membahas materi tentang kerusakan hewan dan tumbuhan serta dampaknya terhadap kehidupan dan pertemuan keempat membahas materi tentang usaha-usaha pelestarian lingkunga, Pelaksanaan pembelajaran tiap pertemuan terdapat kegiatan yang dilakukan sesuai dengan langkahlangkah model Numbered Heads Together(NHT) yang termuat dalam RPP. Berdasarkan permasalahan kedua yaitu “Bagaimana aktivitas mengajar guru di kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi menerapkan model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada materi pokok Biosfer dan Aspek Persebaran Hewan dan Tumbuhan?” dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru baik pada siklus I maupun Siklus II mengarah dari cukup menjadi kerah yang lebih baik seperti yang terlihat pada gambar 4.3 dan 4.7 dimana rata-rata aktivitas mengajar guru dari kategori cukup pada siklus I
menuju ke arah yang lebih baik pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktiviatas guru, Pada siklus I diperoleh kekurangan-kekurangan aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran yang dibawakan oleh guru yang tidak maksimal. Pada siklus I berdasarkan analisis dan evalusi aktivitas mengajar guru menunjukan skor rata-rata aktivitas mengajar pada siklus I adalah 2,6 berada dalam kategori cukup. Pada siklus II aktivitas mengajar guru menunjukan adanya peningkatan yang signifikan dimana rata-rata aktivitas mengajar guru memperoleh nilai 3,6 yang berada pada kategori Baik. pada siklus II dengan menerapkan model Numbered Heads Together(NHT). Hasil Belajar Siswa Berdasarkan permasalahan ketiga yaitu” Bagaimana penerapan model pembelajaran numbered heads together(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi pada materi pokok Biosfer dan Aspek Persebaran Hewan dan Tumbuhan?” dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus cendrung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa melalui tes pada siklus I di peroleh nilai minimum sebesar 50, nilai maksimum sebesar 85, nilai rata-rata sebesar 71,32. Pada siklus ini secara klasikal belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal, dimana dari 34 siswa terdapat 23 siswa yang mencapai ketuntasan atau 67,65% yang mencapai nilai ketuntasan ≥70 sesuai dengan KKMmata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 11 orang siswa dengan persentase sebesar 32,35% siswa yang mencapai nilai <70 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 70. Persentase ketuntasan pada siklus ini belum mencapai ketuntasan secara
Desi Hasanah, Ramli
13 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
klasikal sebesar 80%. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebakan karena siswa belum sepenuhnya mengikuti dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang di terapkan, selain itu siswa juga kurang aktif dalam menyimak motivasi yang disampaikan guru, siswa masih kurang dalam menyimak penjelasan terkait LKS yang diberikan dan masih banyak siswa yang masih kurang dalam mencari informasi di karnakan guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa bahwa ketuntasan siswa secara klasikal belum mencapai target maka guru mata pelajaran bersama dengan peneliti mencoba melakukan perbaikan pada proses pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 dimana memperoleh nilai rata-rata sebesar 79.12 dengan nilai minimum sebesar 60 dan nilai maksimum sebesar 95. Pada siklus II Hasil belajar telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal, dimana dari 34 siswa terdapat 29 siswa yang mencapai ketuntasan atau 85,29% yang mencapai nilai ≥70 sesuai dengan KKMmata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 5 orang siswa dengan persentase sebesar 14,71% siswa yang mencapai nilai ˂70 atau belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 70. Dari hasil yang diperoleh tersebut, menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan telah mencapai ketuntasan klasikal walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Hasil belajar pada siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan guru telah mampu mengelola pembelajaran. Pada Siklus II target ketuntasan hasil belajar telah
tercapai yaitu 85,29% siswa telah tuntas hasil belajarnya. Dengan peningkatan ini, penelitian ini telah berhasil mencapai target dengan keberhasilan siswa dalam tes siklus II. Sehingga dalam menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mampu meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama menentukan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 Kusambi yang di ajarkan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa adalah 2,6 yang termasuk kategori cukup, dan meningkat pada siklus II menjadi 3,4 yang berkategori baik. Kedua, menentukan aktivitas mengajar guru di kelas XI IPS-I SMA Negeri 2 yang di ajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Togehter (NHT) pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivits guru adalah 2,6yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,6 yang berkategori baik. Ketiga, menentukan peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSI SMA Negeri 2 Kusambi yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), dapat dikemukakan sebagai berikut : Pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 50, serta nilai tertinggi 85, sehingga nilai rata-rata diperoleh 71,32 dan ketuntasan belajar sebesar 67,65% yang mencapai KKM atau dari 34 siswa terdapat 23 siswa yang memperoleh nilai ≥70. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai
Desi Hasanah, Ramli
14 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
terendah 60, serta nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 79,12 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 34 orang siswa ada 29 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥70, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 85,29%. DAFTAR PUSTAKA Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dinasmesn Depdiknas. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sudjana,N.2009. Dasar-Dasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2011. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Desi Hasanah, Ramli