Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 1 PANJI SITUBONDO
Guretno SMPN 1 Panji Situbondo Abstract: This research aims to know the influence of cooperative learning Two Stay Two Stray (TSTS) and learning activity on learning achievement of seventh graders at SMPN 1 Panji Situbondo. Ninety two (92) students were invoked as respondents. As the result, there are partial influences on TSTS, learning activities and TSTS and learning activity simultaneously of leaning achievement. Keyword: cooperative learning, two stay two strayer, learning activity, learning achievement
dengan salah satu guru mata pelajaran IPS
PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No. 20
di SMP Negeri 1 Panji Situbondo diperoleh
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
informasi bahwa banyak siswa yang
Nasional menyatakan bahwa pendidikan
kurang memahami konsep-konsep yang
adalah usaha sadar dan terencana untuk
ada pada mata pelajaran IPS sehingga
mewujudkan suasana belajar dan proses
membuat siswa kurang memahami materi
pembelajaran agar peserta didik secara
yang diajarkan. Dimana siswa hanya
aktif mengembangkan potensi dirinya
mampu mengingat atau mengetahui tetapi
untuk
spiritual,
tidak mampu mengungkapkan kembali
serta
dalam bentuk lain yang mudah dipahami.
keterampilan yang diperlukan dirinya,
Akibatnya siswa menjadi kurang aktif
masyarakat, bangsa dan negara. Dari
untuk menindaklanjuti materi yang didapat
paparan tersebut siswa diharapkan aktif
di sekolah. Menurut Novita (2013) siswa
dalam
hendaknya ikut aktif dalam pelaksanaan
memiliki
kecerdasan,
kekuatan
akhlak
pembelajaran.
mulia,
Namun
pada
kenyataannya belum semua siswa aktif
pembelajaran,
dalam pembelajaran. Hal ini seperti yang
menjadi lebih bermakna bagi mereka
terjadi pada pembelajaran mata pelajaran
karena mempunyai pengalaman belajar
IPS di SMP Negeri 1 Panji Situbondo.
sendiri.
Berdasarkan
observasi
awal,
dimana penulis melakukan wawancara
sehingga
pembelajaran
Kurangnya keaktifan siswa terlihat ketika
observasi,
pada
saat
diskusi
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 berlangsung tidak semua siswa aktif
memberikan respon yang kurang baik
berdiskusi.
terhadap
Siswa
juga
segan
untuk
bertanya pada guru maupun teman ketika
proses
pembelajaran
yang
diberikan guru.
mengalami kesulitan dalam memecahkan
Untuk itu diperlukan suatu cara
persoalan. Disamping itu pembelajaran IPS
agar peserta didik tidak jenuh mengikuti
masih menggunakan model konvensional
proses pembelajaran di kelas sehingga
yang
sehingga
dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas
membuat siswa jenuh, pasif dan susah
peserta didik dalam pembelajaran di kelas
dalam penguasaan konsep pada materi
yang berujung pada peningkatan hasil
yang berbeda-beda. Hal itulah yang
belajar peserta didik. Salah satu cara untuk
menjadi salah satu permasalahan yang
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
dihadapi yaitu keaktifan siswa dalam
peserta didik adalah dengan menerapkan
pembelajaran IPS yang masih rendah,
dan mengkombinasikan berbagai model,
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa
metode ataupun pendekatan pembelajaran.
terpusat
pada
guru,
secara umum masih rendah, yaitu 75 dari
Pelibatan
siswa
dalam
proses
279 siswa memiliki nilai di bawah Kriteria
belajar mengajar dilakukan dengan cara
Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut
kerjasama yang kompak antara guru dan
Djamarah (2006), rendahnya nilai atau
siswa. Sehingga terjadi interaksi yang
hasil belajar siswa tersebut disebabkan
intensif antar berbagai komponen sistem
oleh berbagai faktor penghambat. Berbagai
pembelajaran
faktor tersebut adalah tujuan, guru, anak
pembelajaran, dan lingkungan). Situasi ini
didik dan kegiatan pengajaran.
dapat dilakukan dengan mengembangkan
(guru,
siswa,
materi
Selama ini metode pembelajaran
dan mengaplikasikan strategi pembelajaran
yang sering digunakan oleh pendidik
yang tepat. Kriteria strategi pembelajaran
adalah
tersebut
metode
ekspositori.
Metode
merupakan
ekspositori yang biasa digunakan adalah
pembelajaran
metode
learning).
ceramah,
pemberian
tugas.
latihan
soal,
kooperatif
dari
(cooperative
lebih
Pembelajaran kooperatif digunakan
mendominasi dalam proses pembelajaran.
dalam proses belajar mengajar di kelas
Pembelajaran cenderung satu arah. Artinya
dengan menciptakan situasi dan kondisi
pendidik lebih aktif daripada peserta didik
bagi kelompok untuk menciptakan situasi
dan pembelajaran pun bersifat monoton
dan
sehingga
mencapai tujuan masing-masing anggota
peserta
Pendidik
dan
bagian
didik
jenuh
dan
kondisi
bagi
kelompok
untuk
1182
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 atau
kelompok
kooperatif
itu.
membawa
Pembelajaran maksud
belajar
sanggahan,
dan
pembelajaran
sebagainya.
ini,
siswa
Dengan
juga
akan
bersama-sama dalam satu kumpulan kecil
mendapatkan pengalaman belajar yang
yang mempunyai tujuan yang sama. Siswa
bermakna dan menyenangkan.
memiliki semangat bekerjasama untuk mencapai
tahap
pembelajaran
Menurut Yusuf (2012) penggunaan
yang
model ini akan mengarahkan siswa untuk
maksimum bagi dirinya sendiri dan juga
aktif, baik dalam berdiskusi, bertanya
bagi kelompoknya (Tonih Feronika, 2008 :
jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan
7).
juga menyimak materi yang dijelaskan Kegiatan pembelajaran kooperatif
oleh teman. Selain itu alasan menggunakan
turut menambah unsur-unsur interaksi
model pembelajaran Two Stay Two Stray
sosial pada pembelajaran IPS. Menurut
(TSTS) karena terdapat pembagian kerja
Slavin (2008) pembelajaran kooperatif
kelompok
yang
merupakan sekelompok kecil siswa yang
kelompok,
siswa
bekerjasama
dan
dengan temannya, dapat mengatasi kondisi
kelompoknya.
siswa yang ramai dan sulit diatur pada saat
untuk
belajar
bertanggungjawab
pada
Menurut
(dalam
Killen
Lie,
2010)
instruksional
tiap
dapat
anggota
bekerjasama
proses pembelajaran berlangsung.
cooperative learning merupakan suatu teknik
jelas
Menurut Lie (2010) model ini dapat
dan
filosofi
meningkatkan kerjasama dan siswa dalam
berusaha
untuk
kelompok berkaitan dengan kehidupan
meningkatkan kemampuan siswa untuk
nyata bahwa manusia sebagai makhluk
bekerjasama dalam kelompok kecil, guna
sosial yang membutuhkan bantuan orang
memaksimalkan kemampuan belajarnya,
lain.
dan belajar dari temannya serta memimpin
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
dirinya.
Two
pembelajaran
yang
Dengan
Stray
(TSTS),
langkah-langkah
memberikan
Pembelajaran kooperatif memiliki
kesempatan kepada siswa untuk berperan
banyak teknik, salah satunya adalah teknik
aktif mendiskusikan permasalahan dalam
Two Stay Two Stray (TSTS). Dalam teknik
kelompok berempat, selanjutnya berperan
Two Stay Two Stray (TSTS) siswa
aktif sebagai tamu dan tuan rumah untuk
diberikan kesempatan untuk berdiskusi
menyampaikan informasi antar kelompok
secara
menyampaikan
dan menunjukkan sikap gotong royong
memperhatikan
dalam belajar.
aktif,
pertanyaan,
untuk untuk
kebenaran jawaban, untuk menyampaikan 1183
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 Untuk itu model pembelajaran Two
pembelajaran yang melibatkan partisipasi
Stay Two Stray (TSTS) diharapkan dapat
siswa dalam kelompok kecil untuk saling
meningkatkan
berinteraksi.
prestasi
belajar
siswa.
Selain itu sekolah akan mendapatkan
Menurut Slavin (dalam Rusman
alternatif beberapa model pembelajaran
2011)
yang ditetapkan pada proses pembelajaran
pembelajaran
di sekolah (SMP Negeri 1 Panji Situbondo)
meningkatkan prestasi belajar siswa dan
khususnya mata pelajaran IPS. Guru juga
sekaligus dapat meningkatkan hubungan
akan mengetahui model pembelajaran
sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
yang akan berpengaruh terhadap hasil
menghargai pendapat orang lain, (2)
belajar dan paling tepat digunakan dalam
pembelajaran kooperatif dapat memenuhi
proses pembelajaran, sehingga menjadikan
kebutuhan siswa dalam berpikir kritis,
variasi
memecahkan
model
pembelajaran
yang
dilakukan guru lebih banyak.
bahwa
:
(1)
penggunaan
kooperatif
dapat
masalah,
mengintegrasikan
dan
pengetahuan
dengan
pengalaman. Menurut
KAJIAN PUSTAKA
(2008:8)
Pembelajaran Kooperatif adalah para siswa
Pembelajaran Kooperative Pembelajaran
Slavin
kooperatif
akan duduk bersama dalam kelompok yang
(cooperative learning) merupakan bentuk
beranggotakan
pembelajaran dengan siswa belajar dan
menguasai materi yang akan disampaikan
bekerja dalam kelompok- kelompok kecil
oleh
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
kooperatif
dari empat sampai enam orang dengan
memotivasi siswa berani mengemukakan
struktur kelompok yang heterogen.
pendapatnya, menghargai pendapat teman,
guru.
empat
Belajar dapat
orang
untuk
dengan
model
diterapkan
untuk
Cooperative learning sama dengan
dan saling memberikan pendapat (sharing
kerja kelompok. Menurut Abdulah (dalam
ideas). Selain itu dalam belajar biasanya
Rusman 2011:203) bahwa “pembelajaran
siswa dihadapkan pada latihan soal-soal
cooperative dilaksanakan waktu sharing
atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,
proses antara peserta belajar, sehingga
pembelajaran kooperatif sangat baik untuk
dapat diwujudkan pemahaman bersama di
dilaksanakan karena siswa dapat bekerja
antara peserta pelajar itu sendiri.” Menurut
sama
Nurulhayati
mengatasi tugas yang dihadapinya.
(dalam
Rusman
2011)
dan
saling
tolong
menolong
Pembelajaran kooperatif adalah sterategi 1184
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 Two Stay – Two Strayer Salah
satu
ketergantungan positif, tanggung jawab
tipe
pembelajaran
perseorangan, tatap muka, komunikasi
kooperatif yang dapat digunakan dalam
antar kelompok dan evaluasi proses
pembelajaran adalah model pembelajaran
kelompok dapat terlaksana. Pada saat
kooperatif
Stay-Two
anggota kelompok bertamu ke kelompok
Stray. Model pembelajaran ini pertama
lain maka akan terjadi proses pertukaran
kali dikembangkan oleh Spencer Kagan
informasi yang bersifat saling melengkapi,
pada tahun 1992. Menurut Komalasari
dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka
(Nurjanah, 2012), model pembelajaran ini
akan terjadi proses tatap muka antar siswa
memberikan kesempatan kepada kelompok
di mana akan terjadi komunikasi baik
untuk membagikan hasil dan informasi
dalam kelompok maupun antar kelompok
dengan kelompok lainnya.
sehingga siswa tetap mempunyai tanggung
tipe Two
Ciri
khas
dari
model
pembelajaran Two Stay-Two Stray adalah
jawab perorangan.(Eko, 2011). Langkah-langkah
pelaksanaan
adanya pembagian tugas dalam kelompok
model pembelajaran kooperatif tipe Two
yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu
Stay-Two Stray yaitu :
untuk mencari informasi dari kelompok
1. Siswa bekerja dalam kelompok yang
lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam
kelompok
untuk
memberikan
beranggotakan 4 orang. 2. Setelah selesai, 2 orang dari masing-
informasi kepada kelompok lain. Jika
masing
mereka
kelompoknya
telah
selesai
melaksanakan
tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah
kembali
ke
kelompok
meninggalkan
untuk
kemudian
bertamu ke kelompok yang lain. 3. Dua
orang
yang
tinggal
dalam
kelompok asal, baik siswa yang bertugas
kelompok bertugas membagikan hasil
bertamu maupun mereka yang bertugas
kerja dan informasi mereka ke tamu
menerima
mereka.
tamu
mencocokkan
dan
membahas hasil kerja mereka. Strukrur Two Stray memberi
kesempatan
4. Tamu mohon diri dan kembali ke Stay-Two
kelompok mereka masing-masing dan
kepada
melaporkan temuan mereka yang
kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses
diperoleh dari kelompok yang lain. 5. Kelompok
mencocokkan
dan
membahas hasil-hasil kerja mereka .
belajar kooperatif yang terdiri atas : saling 1185
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 hanya duduk dan mendengarkan, melihat
Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan semua
atau hanya pasif. Peserta didik yang
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan)
siswa
untuk
adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-
Tanpa ada aktivitas
banyaknya dalam rangka pembelajaran.
dalam
konteks
mencapai tujuan. maka
proses
belajar
belajar
akan
Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan
berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa
dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif
dalam proses belajar mengajar tidak hanya
untuk mendapatkan hasil pembelajaran
mendengarkan
yang optimal.
dan
tidak
mencatat
saja.
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa
dalam
belajar,
maka
Berdasarkan
pendapat
tersebut,
proses
aktivitas siswa dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang terjadi akan semakin
rangkaian kegiatan fisik maupun mental
baik.
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang Menurut Sardiman (2004) aktivitas
dan mengakibatkan adanya perubahan
belajar merupakan prinsip atau azas yang
pada dirinya baik yang tampak maupun
sangat penting didalam interaksi belajar
yang tidak tampak.
mengajar. (1991)
Sedangkan
mengatakan
Poerwadarminta bahwa
“aktivitas
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan kerja
belajar
atau salah satu kegiatan kerja yang
Slameto, 2003) menyatakan bahwa anak-
dilaksanakan
anak
ditiap
bagian
kerja
mengajar.
memiliki
Montessori
tenaga-tenaga
(dalam
untuk
diperusahaan”. Sedangkan menurut S.
berkembang sendiri, membentuk sendiri.
Nasution (1986 : 88) mengatakan bahwa
Pendidik
“aktivitas adalah azas yang terpenting oleh
pembimbing dan mengamati bagaimana
sebab belajar sendiri merupakan suatu
perkembangan anak didiknya. Pernyataan
kegiatan”.
Montessori
Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan
hanya
aktivitas
fisik
tetapi
akan
ini
berperan
memberikan
sebagai
petunjuk
bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah
mencakup aktivitas mental. Pada kegiatan
anak
itu
sendiri,
sedang
pendidik
belajar, kedua aktivitas tersebut saling
memberikan bimbingan dan merencanakan
berkait. Aktivitas fisik ialah peserta didik
segala kegiatan yang akan diperbuat oleh
giat aktif dengan anggota badan, membuat
anak didik. Sedangkan Rousseau (dalam
sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak
Slameto, 2003) memberikan penjelasan 1186
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 bahwa segala pengetahuan itu harus
lebih baik daripada siswa pasif. Faktor
diperoleh dengan pengamatan sendiri,
yang mempengaruhi hasil belajar ada dua,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas
siswa dan berasal dari luar diri siswa. Salah
yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
satu faktor yang berasal dari luar siswa
maupun teknis. Hal ini menunjukkan tanpa
adalah peranan guru dalam mengelola
ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin
pembelajaran di kelas seperti penggunaan
terjadi.
model pembelajaran atau metode yang sesuai
dengan
materi
yang
akan
disampaikan.
Hasil Belajar Karakteristik siswa meliputi cara
Untuk mengetahui keterampilan
yang tipikal dari berpikir, berbuat dan,
siswa dalam berinteraksi dengan orang lain.
perasaan.
berkaitan
Ketiga ranah tersebut menjadi objek
dengan ranah kognitif, tipikal berbuat
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
berkaitan dengan ranah psikomotor, dan
ranah tersebut ranah kognitif yang paling
tipikal perasaan berkaitan dengan ranah
banyak dinilai oleh guru di sekolah, karena
afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
karakteristik siswa sebagai hasil belajar
menguasai isi bahan pengajaran dan dapat
dalam bidang pendidikan.
diukur melalui tes hasil belajar. Hasil
Tipikal
berpikir
Hasil belajar terdiri dari informasi verbal,
keterampilan
intelektual,
belajar yang mencakup ranah afektif dan psikomotor, salah satunya dapat diukur
keterampilan motorik, sikap, dan strategi
melalui
kognitif. Hasil belajar juga tergantung oleh
penilaian tingkah laku siswa selama proses
beberapa faktor. Tidak semua faktor
pembelajaran
berlangsung.
mempunyai pengaruh yang sama besar,
penelitian
ranah
ada yang peranannya sangat penting,
dimaksud adalah seberapa banyak siswa
namun ada juga yang kecil pengaruhnya.
dapat menguasai materi bentuk-bentuk
Secara umum dapat dikatakan bahwa agar
keputusan
belajar
faktor-faktor
keputusan bersama yang telah disampaikan
dikerahkan
guru. Ranah afektif, berkaitan dengan
sebanyak mungkin dan sejauh mungkin.
keberanian, keaktifan, tanggung jawab dan
Jika siswa yang belajar lebih aktif dalam
kedisiplinan siswa pada saat pembelajaran
dikatakan
pendukung
belajar
baik, perlu
pengamatan
ini
bersama
langsung
Dalam
kognitif
dan
dan
yang
mematuhi
proses belajar, maka hasil belajarnya akan 1187
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 di kelas dengan model pembelajaran
ranah afektif atau sikap, serta ranah
kooperatif tipe Scramble.
psikomotor atau keterampilan.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui
proses
pembelajaran
akan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penilaian hasil
menunjukkan hasil yang berciri sebagai
belajar
berikut :
pengambilan keputusan yang dilakukan
1) Kepuasan dan kebanggan yang dapat
oleh seorang guru dengan mengumpulkan
menumbuhkan
motivasi
belajar
merupakan
suatu
proses
informasi baik melalui tes maupun non tes,
intrinsik pada diri siswa. Motivasi
agar
intrinsik adalah semangat juang untuk
keberhasilan dari masing-masing siswa
belajar yang tumbuh dari dalam diri
maupun
siswa itu sendiri.
kelasnya. Dalam penelitian ini, hasil
2) Hasil
belajar
yang
baik
dapat
mengetahui
tingkat
tingkat
keberhasilan
dalam
dapat
belajar yang dimaksud merupakan nilai
mendorong siswa untuk meningkatkan
atau hasil yang diperoleh siswa setelah
dan
mengikuti
mempertahankan
yang
telah
dicapainya. 3) Menambah
pengalaman keyakinan
terhadap
pelajaran
dan
belajar
menerima
dengan
model
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS),
kemampuan dirinya, artinya siswa tahu
baik
itu
nilai
yang
berupa
angka,
akan kemampuan dirinya dan percaya
pengetahuan (kognitif) dan sikap siswa
bahwa siswa mempunyai potensi yang
(afektif).
tidak kalah dengan orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana mestinya.
METODE PENELITIAN
4) Hasil belajar yang dicapai bermakna
Berdasarkan tujuan penelitian dan
bagi dirinya seperti akan tahan lama
permasalahan yang akan diteliti, penelitian
diingat
ini
membentuk
perilakunya,
menggunakan
metode
bermanfaat untuk mempelajari aspek
deskriptif
lain, dapat digunakan sebagai alat
deskriptif adalah penelitian yang berusaha
untuk
mendeskripsikan
memperoleh
informasi
dan
pengetahuan yang lainnya.
korelasional,
penelitian
menggambarkan/melukiskan
penelitian
atau fenomena
5) Hasil belajar siswa yang diperoleh
atau hubungan antar fenomena yang diteliti
secara menyeluruh, yaitu mencakup
dengan sistematis (Kusmayadi, 2000 : 29),
ranah kognitif, pengetahuan, wawasan,
sedangkan korelasional mengacu pada keeratan hubungan antara variabel bebas 1188
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 penerapan model pembelajaran kooperatif
mencari pengaruh yang signifikan antara
teknik Two Stay Two Stray, dan aktivitas
variabel bebas dengan variabel terikat.
belajar (X1 dan X2) dengan variabel terikat
Adapun hasil pengujian t test dapat
hasil belajar siswa (Y).
diinterpretasikan sebagai berikut :
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Panji Situbondo yang terdiri dari 9 kelas
Pengujian Hipotesis Pertama Untuk
menentukan
mulai kelas VII-A sampai dengan kelas
signifikan
VII-I, dimana masing-masing kelas terdiri
terhadap variabel terikat dilihat melalui
dari 31 siswa sehingga jumlah keseluruhan
cara alternatif non konvensional pada α =
siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Panji
0,05. Dimana hubungan antar variabel
Situbondo
siswa.
dinyatakan signifikan bila probabilitas t
Mengingat keterbatasan waktu, maka
hitung lebih kecil atau sama dengan 0,05 (p
populasi dalam penelitian ini hanya
0,05 ), sebaliknya hubungan antar
diambil 4 kelas yang terdiri dari kelas VII-
variabel dinyatakan tidak signifikan bila
F sampai dengan kelas VII-I dengan
probabilitas t hitung lebih besar dari 0,05.
berjumlah
280
jumlah populasi sebesar 124 siswa. Sehingga dalam penelitian ini
tidaknya
pengaruh
variabel
bebas
Hasil perhitungan statistik (melalui program
komputer
SPSS
14.0)
sampel yang akan diambil peneliti adalah
menunjukkan probabilitas thitung sebesar
siswa kelas VII SMPN 1 Panji Situbondo
0,018 yang lebih kecil dari α =0,05.
sebanyak 92 siswa dengan rincian masing-
Berdasarkan ketentuan di atas, maka
masing kelas VII-F sampai dengan kelas
hipotesis nihil
VII-I diambil sebanyak 23 siswa, sehingga
alternatif
diperoleh total sampel sebesar 92 siswa.
demikian
Teknik analisis ini digunakan untuk
penelitian ini yang menyatakan bahwa
melihat besarnya pengaruh dua atau lebih
terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas terhadap suatu variabel
pelaksanaan
tergantung.
kooperatif teknik Two Stay Two Stray
ditolak
diterima.
dan
hipotesis
Sehingga
dengan
pertama
dalam
hipotesis
model
pembelajaran
(TSTS) terhadap hasil belajar siswa adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
terbukti.
Pengujian t test digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis pertama
Pengujian Hipotesis Kedua
dan kedua dalam penelitian ini yaitu untuk 1189
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 Sama dengan ketentuan di atas,
dapat diketahui bahwa siswa lebih senang
untuk menentukan pengaruh signifikan
belajar berkelompok. Hal ini karena siswa
tidaknya variabel bebas terhadap variabel
lebih leluasa bertanya kepada temannya
terikat dilihat melalui cara alternatif non
jika merasa kesulitan, mereka juga merasa
konvensional pada α =0,05. Dimana
lebih nyaman dan tidak malu jika bertanya
hubungan
dinyatakan
kepada teman. Dengan demikian pengaruh
signifikan bila probabilitas t hitung lebih
pembelajaran dengan model Two Stay Two
kecil atau sama dengan 0,05 (P 0,05 ),
Stray (TSTS) telah dirasakan siswa yaitu
sebaliknya
siswa
antar
variabel
hubungan
antar
variabel
merasa
bersama-sama
dalam
bila
menghadapi suatu masalah, saling bertukar
probabilitas t hitung lebih besar dari 0,05.
pendapat dan saling melengkapi. Dengan
dinyatakan
tidak
Hasil
signifikan
perhitungan
SPSS
14.0
diterapkannya pembelajaran dengan model
menunjukkan probabilitas thitung sebesar
Two
0,023 yang lebih kecil dari α =0,05.
mempermudah siswa untuk mengingat
Berdasarkan ketentuan di atas, maka
materi-materi.
Karena
hipotesis nihil
kebebasan
untuk
ditolak
dan
hipotesis
Stay
Two
Stray
(TSTS),
siswa
diberi
menuangkan
dengan
kreativitasnya pada saat berdiskusi. Hal ini
demikian hipotesis kedua dalam penelitian
sesuai dengan pendapat Slavin (dalam
ini yang menyatakan bahwa terdapat
Rusman 2011) yang menyatakan bahwa :
pengaruh yang signifikan antara aktivitas
(1) penggunaan pembelajaran kooperatif
belajar siswa terhadap hasil belajar siswa
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
adalah terbukti.
dan
alternatif
diterima.
Sehingga
sekaligus
dapat
meningkatkan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap Pembelajaran
toleransi, dan menghargai pendapat orang
Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
(TSTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
Kelas VII di SMP Negeri 1 Panji
kritis,
Situbondo
mengintegrasikan
Pengaruh
Hasil
Model
penelitian
menunjukkan
memecahkan
masalah,
pengetahuan
dan dengan
pengalaman.
adanya pengaruh model pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran
kooperatif teknik Two Stay Two Stray
Two Stay Two Stray (TSTS) memberikan
(TSTS) secara parsial terhadap hasil
banyak manfaat bagi siswa di SMP Negeri
belajar siswa. Dari hasil penelitian ini
1 Panji Situbondo. Hal ini dapat dilihat dari 1190
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 hasil belajar siswa yang lebih tinggi setelah
siswa
dilakukan model pembelajaran Two Stay
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
Two Stray (TSTS). Hal ini sesuai dengan
di SMP Negeri 1 Panji Situbondo, begitu
kelebihan-kelebihan model pembelajaran
pula sebaliknya jika aktivitas belajar siswa
TSTS antara lain : kecenderungan belajar
rendah maka akan menurunkan hasil
siswa menjadi lebih bermakna, lebih
belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1
berorientasi pada keaktifan, siswa akan
Panji Situbondo tersebut.
berani
mengungkapkan
tinggi
maka
akan
dapat
pendapatnya,
Aktivitas merupakan prinsip atau
menambah kekompakan dan rasa percaya
asas yang sangat penting di dalam interaksi
diri siswa, kemampuan berbicara siswa
belajar
dapat
dikemukakan
ditingkatkan,
membantu
mengajar. oleh
Sebagaimana Sardiman
(2004)
meningkatkan minat dan prestasi belajar
aktivitas belajar merupakan prinsip atau
(Purwakarta dalam Simanungkalit,2009)
azas yang sangat penting didalam interaksi
Temuan penelitian ini memberikan gambaran
bahwa
penggunaan
belajar mengajar. Hal ini dikarenakan
model
tanpa ada aktivitas maka proses belajar
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
tidak akan berlangsung dengan baik.
dapat memberikan kontribusi yang baik
Aktivitas siswa dalam proses belajar
bagi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
mengajar tidak hanya mendengarkan dan
sekolah,
prestasi
mencatat saja. Semakin banyak aktivitas
belajar siswa. Hal ini karena model
yang dilakukan siswa dalam belajar, maka
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
proses pembelajaran yang terjadi akan
mempunyai
semakin baik.
khususnya
dibandingkan
terhadap
banyak dengan
kelebihan metode
Berdasarkan
hasil
analisis
konvensional yang sudah dijelaskan pada
deskriptif menunjukan bahwa aktivitas
kajian pustaka.
belajar terhadap hasil belajar siswa kelas
Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap
VII di SMP Negeri 1 Panji Situbondo
Hasil Belajar Siswa Kelas VII di SMP
berada pada kategori baik, yaitu sebesar
Negeri 1 Panji Situbondo
3,89%. Ini berarti siswa sudah memiliki
Hasil
penelitian
menunjukkan
aktivitas belajar yang baik, sehingga dapat
adanya pengaruh aktivitas belajar siswa
mempengaruhi peningkatan hasil belajar
secara parsial terhadap hasil belajar siswa,
siswa kearah yang lebih baik pula.
hal ini konsisten dengan kajian teori. Hal
Untuk melihat aktivitas belajar
ini berarti bahwa jika aktivitas belajar
siswa, maka perlu diketahui indikator 1191
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 untuk mengukur kebiasaan belajar yang
merasa bosan dan kurang aktif dalam
dalam hal ini adalah aktivitas belajar siswa
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
kelas VII SMP Negeri 1 Panji Situbondo.
sulit menangkap materi pelajaran yang
Dimana indikator aktivitas belajar tersebut
diberikan guru. Apalagi bila ditunjang
adalah kegiatan visual, kegiatan lisan,
dengan model pembelajaran konvensional
kegiatan mendengarkan, kegiatan gerak,
yang diberikan guru mengakibatkan proses
kegiatan
Sebagaimana
belajar mengajar menjadi monoton, kurang
dikemukakan oleh Sardiman (2004 : 67)
mendorong aktivitas siswa dalam belajar
banyak
dapat
sehingga membuat siswa jenuh, pasif dan
dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
susah dalam penguasaan konsep pada
siswa tidak cukup hanya mendengarkan
materi yang diberikan guru.
menulis.
jenis
aktivitas
yang
dan mencatat, dimana aktivitas siswa
Untuk
itu
diperlukan
seorang
digolongkan sebagai berikut: (1) Visual
pendidik kreatif yaitu pendidik yang dapat
activities,
membaca,
menggunakan model pembelajaran yang
demonstrasi,
bisa meningkatkan pemahaman, aktivitas
percobaan. (2) Oral activities, misalnya:
belajar siswa, dan hasil belajar peserta
bertanya,
didik.
misalnya:
memperhatikan
gambar,
memberikan
saran,
mengeluarkan pendapat dan diskusi. (3) Listening
activities,
misalnya:
Pengaruh
Model
Pembelajaran
mendengarkan uraian, diskusi percakapan.
Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
(4) Writing activities, misalnya: menulis
(TSTS) dan Aktivitas Belajar Terhadap
laporan, menyalin. (5) Drawing activities,
Hasil Belajar Siswa Kelas VII di SMP
misalnya: menggambar, membuat grafik,
Negeri 1 Panji Situbondo
diagram. (6) Motor activities, misalnya: melakukan
percobaan.
activities,
misalnya:
(7)
Hasil
penelitian
menunjukkan
Mental
adanya pengaruh model pembelajaran Two
mengingat,
Stay Two Stray (TSTS) dan aktivitas
menganalisis, mengambil keputusan. (8)
belajar siswa baik secara parsial maupun
Emotional activities, misalnya: gembira,
simultan terhadap hasil belajar siswa,
berani, bergairah.
konsisten dengan teori-teori dan hasil-hasil
Kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan
belajar
mengajar,
penelitian sebelumnya. Pengaruh kedua
akan
variabel tersebut secara parsial terhadap
mengakibatkan rendahnya hasil belajar
prestasi belajar siswa adalah konsisten
siswa. Karena siswa cenderung pasif, 1192
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 dengan teori yang dikemukakan oleh para
mengungkapkan pendapatnya, menambah
ahli.
kekompakan dan rasa percaya diri siswa, Penerapan pembelajaran dengan
kemampuan
berbicara
siswa
dapat
model Two Stay Two Stray (TSTS),
ditingkatkan, membantu meningkatkan
mempermudah siswa untuk mengingat
minat dan prestasi belajar (Purwakarta
materi pelajaran. Karena siswa diberi
dalam Simanungkalit,2009:17)
kebebasan
untuk
menuangkan
Oleh
karena
itu
model
kreativitasnya pada saat berdiskusi. Hal ini
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
sesuai dengan pendapat Slavin (dalam
perlu ditumbuh kembangkan, karena akan
Rusman 2011) yang menyatakan bahwa :
berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas
(1) penggunaan pembelajaran kooperatif
VII di SMP Negeri 1 Panji Situbondo.
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
sekaligus
dapat
Begitu juga aktivitas belajar siswa,
meningkatkan
penelitian diatas membuktikan bahwa hasil
hubungan sosial, menumbuhkan sikap
belajar siswa salah satunya dipengaruhi
toleransi, dan menghargai pendapat orang
oleh aktivitas belajar siswa. Aktivitas
lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
merupakan prinsip atau asas yang sangat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
penting
kritis,
mengajar. Sebagaimana dikemukakan oleh
memecahkan
mengintegrasikan
masalah,
pengetahuan
dan dengan
pengalaman. Hasil
di
Sardiman
dalam
(2004)
interaksi
aktivitas
belajar
belajar
merupakan prinsip atau azas yang sangat penelitian
menunjukkan
penting didalam interaksi belajar mengajar.
bahwa penggunaan model pembelajaran
Hal ini dikarenakan tanpa ada aktivitas
Two Stay Two Stray (TSTS) memberikan
maka
banyak manfaat bagi siswa di SMP Negeri
berlangsung dengan baik.
proses
belajar
tidak
akan
1 Panji Situbondo. Hal ini dapat dilihat dari
Dari uraian di atas, menunjukkan
prestasi belajar siswa yang lebih tinggi
bahwa model pembelajaran Two Stay Two
setelah dilakukan model pembelajaran Two
Stray (TSTS) dan aktivitas belajar siswa
Stay Two Stray (TSTS). Hal ini sesuai
memiliki
dengan
menentukan keberhasilan dalam belajar.
kelebihan-kelebihan
pembelajaran
dalam
kecenderungan belajar siswa menjadi lebih
belajar siswa, kedua variabel di atas yakni
bermakna,
pada
model pembelajaran Two Stay Two Stray
berani
(TSTS) dan aktivitas belajar siswa perlu
siswa
lain
sama
Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil
lebih
antara
yang
:
keaktifan,
TSTS
model
peran
berorientasi akan
1193
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 ditingkatkan secara konsisten
sehingga
hasil belajar siswa bisa meningkat.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh secara parsial antara model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Panji Situbondo. 2. Ada pengaruh secara parsial antara aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Panji Situbondo. 3. Ada pengaruh secara simultan antara model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Panji Situbondo. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010) Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Anonimous. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (Tim Ahli), diakses dari : http://adiwarsito.wordpress.com/201 0/11/12/model-pembelajarankooperatif-jigsaw/1 Desember 2010 jam 09.00 Wib. Dinas Pendidikan Nasional UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung : fokus media. Djamarah, Saiful, dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Eko,Ras.(2011).Model Pembelajaran Ko operatif Tipe Two Stay Two Stray . http://raseko.blogspot.com/2011/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipetwo.html. Diakses pada tanggal 9 November 2011. Feronika, Tonih. (2008). Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gujarati. (1997). Teori Ekonometrika. Jakarta : Bina Ilmu. Hasan, Z. M. (1991). Jenis dan Rancangan Penelitian Kuantitatif. Malang, Pusat Penelitian IKIP. Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusmayadi & Sugiarto, E. (2000). Metode Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Listiani, Nita. (2004). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa kelas X MA Ali 1194
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 Maksum Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lindayani, Dyah. Amiyah dan Murtadlo, Ali. (2011). Manajemen Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Iranti Mitra Utama Lie, Anita. (2010). Cooperatif Learning, Jakarta : PT Gramedia. Margono (1997) Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Maholtra, N.K (1996) Marketing Research: An Applied Orientation. Prentice Hall International Inc., second edition. New Jersey. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. Nasution S. (1986). Belajar dan Mengajar. Bina Aksara. Jakarta.
Numbered Heads Together Ditinjau dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Matematika. I : 47 – 53. Poerwadarminta W.J.S. (1991). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. Ke.5. Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto, Ngalim. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Purnamasari, Irna. (2011). Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Dengan Teknik Two Stay Two Stray. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Rusman. (2011). Pembelajaran: Profesionalisme Rajawali Pers
Model-model Mengembangkan Guru. Jakarta:
Nurjanah, Ita. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Sardiman (2004) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet-13. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Novita Sari, Anies. (2013). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stay dan
Simanungkalit. (2009). Upaya meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi dengan Model Cooperative Learning Tipe Two
Santoso, Singgih. (1999). SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
1195
JPPI Volume 9 No 2 (2015) 1181-1197 Stay Two Stray Pada Standar Kompetensi Persamaan Dasar Akuntansi di Kelas X Ak 5 SMK Negeri 7 Medan T.P. 2009/2010. Skripsi. Medan: FE UNIMED. Sulastri, Yeti dan Diana Rochintaniawati. (2010). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 CIMALAKA (Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. ISSN : 14120917 13 No. 1 April 2009). Diakses dari http://fpmipa.upi.edu.v3/www/jurnal /april2009/Makalah%2Bu%20Yetifinal.pdf.11 Desember 2010 jam 13.00 Wib. Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung. Suprijono, Agus. (2010). Cooperatif Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suliswanto, Agus. (2012). Pengaruh Kreativitas dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Perak Jombang. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Malang.
Sekaran, Umar. (1992) Research Methods for Business : A Skill Building Approach., Jhon Willey & Sons Inc. New York. Slameto, (2003). Belajar Dan faktor Yang Mempengaruhinya. Bina Aksara. Jakarta. Trianto. (2007). Model Pembelajaran Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Widodo, Rachmad. (2009). “Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (Spencer Kagan 1992)”. http://wyw1d.wordpress.com/2009/1 1/14/model-pembelajaran-two-staytwo-stray-spencer-kagan1992/ (28 Januari 2012) Yusuf, Andi. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu (Two Stay Two Stray) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (2). (Online), (http://portalgaruda.org/index.php? ref=browse&mod=viewarticle&art icle= 33133), diakses 1 Januari 2014.
Sugiyono. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1196