18
HUBUNGAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN DAMPAK DARI TAYANGAN TELEVISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (KELAS I, II, DAN III) DI SDN BAROS MANDIRI 2 CIMAHI TENGAH Juju Juhaeriah dan Lisa Yahva Tifani Stikes Jend. Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pada masa usia sekolah, anak dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan teman sebaya, menjadikan televisi sebagai salah satu sumber informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasannya dalam proses sosialisasi. Pada anak masa kelas rendah sekolah dasar umur 6-9 tahun merupakan usia yang rawan dalam proses pembentukan kebiasaan dan kepribadian anak sehingga pada umumnya anak-anak mempercayai apa yang mereka saksikan melalui tayangan televisi. Orang tua sebagai orang terdekat dari anak, merupakan pemegang peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sehingga orang tua perlu menyadari bahwa televisi memberikan dampak yang sangat besar bagi anak. Dari hasil wawancara dengan 3 orang tua siswa di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah tentang dampak dari tayangan televisi, 2 orang ibu mengatakan anaknya maniak menonton film kartun, dengan temannya terkadang mengeluarkan kata-kata kasar, 1 orang ibu mengatakan anaknya menjadi penakut setelah menonton film mistis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. Metode yang digunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel pada penelitian ini adalah orang tua siswa kelas 1-3, sebanyak 134 responden dengan teknik Proportioned Stratified Random Sampling dan dianalisis dengan univariat dan bivariat. Sebagian besar tugas perkembangan keluarga dilaksanakan dengan baik (60,4%) dan sebagian besar siswanya mengalami dampak dari tayangan televisi (56%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi (p= 0,000) pada tingkat kemaknaan α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar setiap guru mengawasi siswanya pada saat jam istirahat tentang permainan apa saja yang dilakukan dengan temannya dan memberikan informasi kepada orang tua siswa agar mendampingi anaknya pada saat menonton televisi di rumah serta memilih acara program yang sesuai bagi anaknya. Kata kunci
: Tugas Perkembangan Keluarga, Dampak Dari Tayangan Televisi
19
A. PENDAHULUAN Anak usia sekolah merupakan akhir masa kanak-kanak berlangsung dari usia 6 tahun s/d 12 tahun. Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler (Hurlock, 2006).Menurut Sigmund Freud, pada fase usia sekolah, anak lebih banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan sosial dari lingkungan selain keluarganya. Anak sudah mulai mampu untuk mengambil bagian dalam kelompok, belajar tentang nilai sosial dari kelompok.Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih sekolah yang baik bagi perkembangan anak.Harapannya, dengan perkembangan yang dicapai melalui lingkungan sekolah, anak lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada keluarga serta punya kemandirian dalam merawat diri sendiri (Supartini, 2002). Ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget, anak sekolah dasar memasuki tahap operasional konkrit dalam berfikir dari apa yang ia pelajari di sekolah, ia belajar menghadapi konsep-konsep baru dengan konsep lama. Di samping itu, ia memperoleh informasi baru melalui media massa (Hurlock, 2006). Salah satu media massa adalah televisi yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat anak, dengan adanya tayangan musik serta olahraga yang mendidik sehingga dapat mengembangkan minat anak dalam bermusik dan olahraga, serta mengembangkan pengetahuan anak tentang pelajaran dan persahabatan lewat tayangan-tayangan yang bermutu. Sebagai media komunikasi yang terus berkembang, televisi merupakan satu-satunya media audio-visual yang menghadirkan suara dan sekaligus gambar sehingga mampu membuat anak-anak duduk berjam-jam untuk menyaksikan tayangan kesayangan mereka.Tetapi semakin majunya teknologi salah satunya adalah televisi yang banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia tidak selamanya membawa dampak positif (Ardianto & Erdinaya, 2007). Televisi mempunyai suatu dampak negatif yang sangat berbahaya dan sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan masyarakat terutama masalah penyimpangan sosial yang dihadapi antara lain adalah dengan adanya televisi saat ini masyarakat lebih gemar menonton daripada bersosialisasi dengan sesama manusia. Di sisi lain, sangat banyak gugatan atas materi tayangan televisi, yang dianggap tidak mendidik bahkan dapat merusak anak misalnya saja dengan tayangan film horor dan mistik. Film jenis ini dapat mempengaruhi jiwa anak, cenderung membuatnya menjadi penakut dan tidak realistis.Belum lagi tayangan yang berbau porno, yang dapat mempengaruhi moral anak.Ditambah lagi dengan semakin maraknya tayangan kriminal. Akibatnya menginspirasi anak untuk menirunya dalam bentuk melukai orang lain, dengan berkelahi, tawuran, kekerasan maupun melukai diri sendiri, seperti bunuh diri. Termasuk dalam tayangan film kartun yang begitu digemari anak-anak.Dampak Menonton Televisi (Mahayoni dan Lim, 2008, ¶ 9, http://www.kidia.org.html, diperoleh tanggal 16 April 2009). Televisi telah menggoda anak dan menjauhkan anak dari kegiatan yang penting, misalnya membaca, melakukan suatu kegemaran atau hobi, kegiatan atau latihan fisik dan pergaulan serta hubungan dengan teman sebaya maupun dengan anggota keluarga yang lain. Penelitian
20
yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton televisi pada anak-anak usia sekolah dasar berkisar antara 30-35 jam seminggu, ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja. Dalam setahun, jumlah jam menonton televisi ini mencapai lebih dari 1.500 jam. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah dasar negeri selama 1 tahun yang hanya sekitar 750 jam. Apa yang akan anak pelajari? Anak akan belajar untuk duduk diam di rumah menonton televisi, bukan mengeksplor dunia nyata dengan bermain di luar rumah dan berolahraga. Anak juga akan belajar bahwa kekerasan merupakan cara menyelesaikan masalah. Hal ini menjauhkan anak dari berbagai pelajaran hidup penting, tentang bagaimana bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kerja sama, serta bersosialisasi di dunia yang dipenuhi orang lain selain dirinya dan keluarganya. Televisi menempatkan anak dalam peranan pasif dan menyuguhkan hiburan yang pada umumnya sedikit meminta keterlibatan atau imajinasi mereka (Nelson, 1998 dalam Hurlock, 2007). Menurut Leonard Eron dan Rowell Huesman (2002) dalam sebuah penelitian tentang pengaruh sebuah tayangan televisi terhadap anak-anak di Amerika, tontonan kekerasan yang dinikmati pada usia 8 tahun secara kontinyu akan membuat seseorang bertindak lebih agresif dan melakukan tindak kriminal di usia 19 tahun sampai 30 tahun. Anak dan Televisi 2 (Leonard Eron dan Rowell Huesman, 2002, ¶ 4, http://www.kidia.org.html, diperoleh tanggal 16 April 2009). Pada masa usia sekolah, anak yang sedang dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan teman sebaya, menjadikan televisi sebagai salah satu sumber informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasannya dalam proses sosialisasi. Ketika menonton televisi, anak cenderung untuk bersikap individualis sehingga ketrampilan-keterampilan anak tersebut menjadi kurang berkembang. Berbeda sekali ketika anak bermain bersama teman-temannya. Saat bermain, mereka akan saling bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Jika proses ini terjadi terus menerus maka yang terjadi adalah semakin turunnya kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya (Dampak Menonton Televisi, ¶ 8, http://www.kidia.org.html, diperoleh tanggal 16 April 2009). Keluarga dengan anak usia sekolah merupakan salah satu tahap yang mesti dilalui dan merupakan masa-masa yang sibuk bagi orang tua dan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri.Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan, diantaranya membantu mensosialisasikan anak di lingkungan tetangga, sekolah dan lingkungan termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan dan memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberikan kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah (Murwani, 2007). Anak-anak mendapatkan pelajaran berbagai hal dalam keluarga sehingga keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan anak-anak. Orang tua dalam keluarga berperan sangat penting dalam membuat sistem dalam keluarga, sehingga akan
21
membentuk perilaku anak. Anak yang berprestasi disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan sedangkan anak yang prestasi belajar di sekolahnya kurang baik lebih besar dikarenakan lingkungan keluarga yang kurang baik, sehingga keluarga mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat besar dalam membentuk generasi yang baik dan berkualitas. Sikap orang tua yang selalu otoriter terhadap anak akan menyebabkan anak-anak berkembang menjadi manusia yang pasif, tidak berinisiatif, kurang percaya diri, ragu-ragu dalam bertindak, punya rasa takut dan lain sebagainya. Sedangkan orang tua dalam keluarga bertindak demokrasi maka anak-anaknya akan berkembang menjadi menjadi manusia yang penuh inisiatif, giat dan rajin, tidak menjadi penakut, dan percaya diri. Ini membuktikan bahwa sebenarnya anak-anak dalam kehidupan keluarga selalu mengimitasi dan mengidentifikasi (Ruslan, 2007, Agen Sosialisasi Budaya, ¶ 6, dalam http://re-searchengines.com/agusruslan30-5.html, diperoleh tanggal 9 Agustus 2009). Dalam kehidupan keluarga, televisi sangat berpengaruh, misalnya televisi dapat merenggangkan hubungan antar anggota keluarga.Komunikasi yang biasa terjalin dengan baik dapat rusak karena perhatian mereka lebih terpusat pada acara-acara televisi.Frekuensi dan lama menonton televisi pada anak-anak, jauh lebih tinggi dibandingkan frekuensi mereka belajar. Akibatnya, prestasi belajar di sekolah akan mengalami penurunan. Ini berarti bahwa sosialisasi anak akan lebih besar dipengaruhi isi siaran televisi daripada nasehat orang tua atau guru (Irkham, 2004, Anak-Anak Generasi Televisi, ¶ 7, dalam http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/23/opi04.html, diperoleh tanggal 9 Agustus 2009). Orang tua, sebagai orang terdekat dari anak, merupakan pemegang peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sehingga orang tua perlu menyadari bahwa televisi memberikan pengaruh yang sangat besar bagi anak sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap dampak negatif televisi.Orang tua hendaknya tidak segan-segan mempergunakan tolak ukur sendiri dalam pembatasan mengenai waktu dan acara televisi yang boleh ditonton oleh anak-anak mereka (Nelson, 1998 dalam Hurlock, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah, seorang guru bagian kesiswaan mengungkapkan bahwa tidak jarang siswanya yang mengaku tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan mengantuk pada saat jam pelajaran berlangsung.Ini disebabkan karena di rumah siswanya terlalu sering menonton tayangan televisi yang kurang mendidik dan tidak diberikan bimbingan dan pengawasan oleh orang tua siswa pada saat menonton tayangan televisi.Tidak jarang juga siswanya yang berkelahi dengan temannya.Padahal pihak sekolah telah melakukan pengawasan di sekolah kepada siswa sekolah dasar tersebut.Pihak sekolah juga telah menghimbau kepada seluruh orang tua siswa untuk selalu memberikan bimbingan dan pengawasan kepada anaknya di rumah ketika menonton tayangan televisi.Dari hasil wawancara dengan 3 orang tua siswa di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah tentang dampak dari tayangan televisi, 2 orang ibu mengatakan anaknya maniak menonton film kartun, dengan temannya terkadang mengeluarkan kata-kata kasar, 1 orang ibu mengatakan anaknya menjadi penakut setelah menonton film mistis. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Dampak Dari Tayangan Televisi Pada Anak Usia Sekolah (Kelas I, II dan III) Di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III) di
22
SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada anak usia sekolah khususnya kelas I, II dan III di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. 2. Untuk mengetahui dampak dari tayangan televisi yang akan terjadi pada anak usia sekolah khususnya kelas I, II dan III di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi yang akan terjadi pada anak usia sekolah khususnya kelas I, II dan III di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. B.
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan kuesioner atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2005). Dengan penelitian ini dapat mengetahui hubungan tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah khususnya kelas I, II dan III.Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Bebas (Variabel Independen) Tugas Perkembangan Keluarga pada Tahap Anak Usia Sekolah : • Membantu sosialisasi anak termasuk membantu anak mencapai prestasi yang baik di lingkungan sekolah dan membantu anak membina hubungan dengan teman sebaya hubungan • Mempertahankan perkawinan. • Memenuhi kebutuhan biaya termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. (Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004)
Variabel Terikat (Variabel Dependen) dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III)
0. Ada Dampak 1. Tidak Ada Dampak
0. Dilaksanakan Dengan Kurang Baik 1. Dilaksanakan Dengan Baik
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian (Sumber : Friedman 1998, dalam Suprajitno, 2004)
23
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa-siswi kelas I, II dan III di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah sebanyak 197 orang tua siswa-siswi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan proportionate stratified random sample. Sampel yang diambil sebanyak 134 orang tua siswa-siswi. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha :Ada hubungan antara tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. Ho :Tidak ada hubungan antara tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah. Analisa data, dilakukan melalui dua tahap, analisa univariat dan analisa bivariat.Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentasi dari tiap variable dan analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable, dengan menggunakan analisa Chi-Square (X2). C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Aspek Tugas Perkembangan Keluarga Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tugas Perkembangan Keluarga di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah 2009 Kategori Dilaksanakan Dengan Kurang Baik Dilaksanakan Dengan Baik Total
Frekuensi 53 81 134
Persentase 39,6 60,4 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 134 responden, sebagian besar responden (60,4%) melaksanakan tugas perkembangan keluarga dengan baik. 2. Aspek Dampak dari Tayangan Televisi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dampak dari Tayangan Televisi di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah 2009 Kategori Ada Tidak Ada Total
Frekuensi 75 59 134
Persentase 56 44 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 134 responden, sebagian besar anaknya (56%) mengalami dampak dari tayangan televisi.
24
3. Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Dampak Dari Tayangan Televisi Pada Anak Usia Sekolah (Kelas I, II, dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah 2009 Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Dampak Dari Tayangan Televisi Pada Anak Usia Sekolah (Kelas I, II, dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah 2009 Dampak dari Tayangan TV
Tugas Perkembangan Keluarga Dilaksanakan Dengan Kurang Baik Dilaksanakan Dengan Baik Total
Ada n 40 35 75
% 75,5 43,2 56
Tidak Ada % N 13 24,5 46 56,8 59 44
Total
P
53 81 134
0,000
Berdasarkan hasil penelitian, dari persentasi antara hubungan tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi, keluarga yang melaksanakan tugas perkembangannya dengan kurang baik sebagian besar (75,5%) mengalami dampak dari tayangan televisi dan tugas perkembangan keluarga yang dilaksanakan dengan baik sebagian besar (56,8%) tidak mengalami dampak dari tayangan televisi. Dapat disimpulkan bahwa keluarga yang melaksanakan tugas perkembangannya dengan kurang baik memiliki persentase yang tinggi untuk terjadi mengalaminya dampak dari tayangan televisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi terlihat dari hasil pvalue 0,000 > 0,05.Menurut Friedman (1998) Ada beberapa hal yang mempengaruhi tugas perkembangan keluarga pada anak usia sekolah yaitu : a. Mensosialisasikan anak meliputi meningkatkan prestasi anak di sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia dan harmonis. c. Meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri merupakan hal yang vital dalam bekerja dengan keluarga dengan anak usia sekolah. Menurut Irkham (2004), “televisi berperan penting dalam melakukan sosialisasi sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi anak-anak. Tontonan televisi yang diwarnai dengan tindak kekerasan, maka yang akan terjadi adalah di usia anak-anak akan membekas diingatannya, terjadi “cuci otak” dan membentuk kepribadian saat dewasa. Akibat menonton dalam jumlah waktu yang lama/tidak seimbang, sehingga timbullah peniruan sekaligus imitasi dalam waktu yang lama. Hasilnya, anak-anak akan lebih impulsif (menurutkan) apa yang diinginkan. Menjadi tak terkendali. Mencoba menirukan, mempraktikkan apa yang dilihat dan didengar dan dipertontonkan di televisi. Frekuensi dan lama menonton televisi pada anak-anak, jauh lebih tinggi dibandingkan frekuensi mereka belajar. Akibatnya, prestasi belajar di sekolah akan mengalami penurunan. Ini berarti bahwa sosialisasi anak akan lebih besar dipengaruhi isi siaran
25
televisi daripada nasehat orang tua atau guru.” (Irkham, 2004, Anak-Anak Generasi Televisi, ¶ 7, dalam http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/23/opi04.html, diperoleh tanggal 9 Agustus 2009). Anak, sebagai individu yang masih labil, sangat rentan terhadap perilaku peniruan yang pada akhirnya akan membekas diingatannya dan membentuk kepribadiannya. Seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan bahagia, dimana orang tua menjadi figur atau panutan, apa yang ditontonnya dapat disaring dan dikomunikasikan melalui interaksi positif keluarga. Sebaliknya, apabila seorang anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, maka tayangan televisi akan sulit disaring, karena mereka tidak menemukan figur di keluarga yang menunjukkan perilaku baik maupun buruk secara nyata dalam bentuk keteladanan. Menciptakan keluarga yang harmonis dan bahgia akan dapat memungkinkan terciptanya komunikasi anak dengan orang tua, semua ini sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak serta dapat meminimalkan dampak yang akan terjadi dari tayangan televisi. Pada penelitian ini didukung oleh Sholikhati (2009) yang mengatakan bahwa “anak dari keluarga harmonis lebih memiliki benteng atau penangkal dalam menyikapi tayangan televisi.Oleh karena itu penangkal yang paling ampuh terhadap dampak negatif tayangan televisi adalah menciptakan keluarga yang harmonis.Keluarga dituntut untuk menciptakan keharmonisan keluarga. Menjaga komunikasi serta menanamkan norma luhur dan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari pada anak. Sekolah juga dianggap berperan aktif terhadap kelangsungan dari terbentuknya perilaku dan pemikiran yang positif.Begitu pula stasiun televisi yang merupakan bagian penting dari sistem pendidikan nasional serta mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan sekaligus meningkatkan nilai dan normanorma yang ada di masyarakat, termasuk mendidik masyarakat dan anak bangsa melalui pemilihan acara yang tepat”. Selain menciptakan keluarga yang harmonis dan menjalin komunikasi, perubahan gaya dan pola hidup dalam keluarga serta orang tua yang terlalu sibuk dengan aktivitas dan kegiatannya masing-masing juga dapat mempengaruhi dampak dari tayangan televisi. Akibat yang akan terjadi adalah anak akan sulit berkonsentrasi dalam belajar, daya ingat melemah sehingga mengakibatkan prestasi belajar di sekolah menurun serta dapat mempersempit ruang lingkup sosialisasi anak. Ini disebabkan karena waktu menonton televisi yang berlebihan serta tidak dilakukan pengawasan dan pembatasan waktu dalam menonton tayangan televisi oleh orang tua. Penelitian ini didukung oleh Anshori (2006) yang mengatakan bahwa “peran dari keluarga terutama orang tua sangat diharapkan untuk menghindari tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik.Selain itu, penanaman nilai agama sejak dini sudah harus dilakukan agar bekal itu bisa menjadi kendali anak dalam menimbang mana yang baik dan yang buruk.Jadi, peran orang tua adalah harus mampu mewaspadai tayangantayangan televisi yang bisa merusak moralitas anaknya”.
26
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Tugas perkembangan keluarga di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah sebagian besar responden (60,4%) melaksanakan tugas perkembangan keluarga dalam kategori baik. b. Sebagian besar siswa (56%) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah ada yang mengalami dampak dari tayangan televisi. c. Terdapat hubungan yang signifikan antara tugas perkembangan keluarga dengan dampak dari tayangan televisi pada anak usia sekolah (kelas I, II dan III) di SDN Baros Mandiri 2 Cimahi Tengah dengan p-value 0,000 < 0,05. 2. Saran a. Memberikan informasi kepada guru dan siswanya tentang acara program tayangan televisi apa saja yang dikategorikan sebagai acara yang aman, hati-hati dan bahaya untuk anak-anak. b. Menyarankan kepada setiap guru untuk mengawasi siswanya pada saat jam istirahat tentang permainan apa saja yang dilakukannya dengan temannya dan memberikan informasi kepada orang tua siswa agar mendampingi anaknya pada saat menonton televisi di rumah serta memilih acara program yang sesuai bagi anaknya.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, E., & Erdinaya, L.K. (2007).Komunikasi Massa. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Azwar, S. (2005).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta : Penerbit Salemba Medika. (2008). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, Elizabeth B., (2006). Psikologi Perkembangan Studi Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. (2007). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima.Jakarta : Penerbit Erlangga. (2007). Perkembangan Anak Edisi Keenam.Jakarta : Penerbit Erlangga. Murwani, Arita. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga.Jogjakarta : Mitra Cendekia. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
27
Riyadi, Sujono dan Sukarmin.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak.Yogyakarta : Graha Ilmu. Supartini, Yupi. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Format referensi elektronik, Dampak Negatif dari Tayangan Televisi Pada Anak, tersedia http://www.Kidia.net.html, 6 April 2009. Format referensi elektronik direkomendasi oleh Irkham, 2004, Anak-Anak Generasi Televisi, tersedia http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/23/opi04.html, 9 Agustus 2009. Format referensi elektronik direkomendasi oleh Ruslan, 2007, Agen Sosialisasi Budaya, tersedia http://re-searchengines.com/agusruslan30-5.html, 9 Agustus 2009. Format referensi elektronik direkomendasi oleh YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak), 2006, tersedia http://www.mrbambang.web.id/2008/07/, 18 Juni 2009.