21 PENGALAMAN HIDUP PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS DI KOTA CIMAHI (STUDY FENOMENOLOGI) Lina Safarina, S.Kp., M.Kep. STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK Indonesia mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS secara signifikan. Sampai saat ini, perbandingan kasus AIDS pada laki-laki dan perempuan sebesar 61% : 39 %. Meskipun jumlah kasus HIV /AIDS pada laki – laki lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi karena cara penularan terbanyak adalah melalui heteroseks , hal ini dapat berdampak terjadinya penularan pada perempuan. Kerentanan tertularnya perempuan oleh HIV ini diakibatkan oleh adanya ketimpangan gender, faktor biologis, ekonomi dan sosial budaya. Terjadinya HIV/AIDS pada perempuan juga akan menimbulkan dampak dari segi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Perempuan dengan HIV dalam usia reproduksi maka dapat mengalami kondisi hamil, hal ini menimbulkan resiko terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak atau disebut MTCT (mother to child transmission), transmisi ini dapat terjadi selama kehamilan, peralinan dan menyusui. Perawat perlu memahami kondisi perempuan HIV/AIDS dalam upaya memberikan perawatan yang holistik . Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam mengenai pengalaman hidup perempuan yang terinfeksi HIV. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis dengan tehnik sampling yang digunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan wawancara mendalam yang dilakukan pada enam partisipan . Tehnik analisa data adalah tematik analisis. Hasil penelitian membentuk tema : kerentanan yang meliputi sub tema : kerentanan tertular, karakteristik KDRT, pemakaian kondom dan sub tema resiko penularan pada janin. Tema yang kedua adalah respon ketika dinyatakan HIV, membentuk sub tema tidak percaya, sedih dan marah. Tema ketiga adalah perubahan pada aktivitas sehari-hari, membentuk sub tema peran ganda, perubahan fisik dan sosial. Tema yang keempat adalah dukungan, membentuk sub tema : dukungan materi, dukungan motivasi atau emosi. Tema kelima adalah pengalaman mendapat perawatan dan pengobatan, membentuk sub tema pengalaman minum ARV, pengalaman mengikuti PMTCT dan harapan pada petugas kesehatan. Perlu peningkatan dari peran perawat misalnya dengan pemberian pengetahuan pada perempuan beresiko tetang VCT, pengetahuan tentang kepatuhan minum ARV, motivasi mengikuti program PMTCT, pemahaman pada masyarakat luas tentang HIV agar tidak ada diskriminasi dan peningkatan privacy pada perempuan HIV. Kata Kunci : Pengalaman hidup , HIV, perempuan
22 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian
Indonesia mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS, dan sampai saat ini perbandingan kasus HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan sebesar 61%: 39 % . Meskipun jumlah kasus HIV /AIDS pada laki – laki lebih tinggi dibanding perempuan, tetapi karena cara penularan terbanyak adalah melalui heteroseks (66,95%), hal ini dapat berdampak terjadinya penularan pada perempuan sehingga perempuan menjadi kelompok yang paling rentan tertular HIV dari pasangan atau suaminya (Kemenkes,2011).
Kerentanan tertularnya perempuan oleh HIV ini diakibatkan oleh adanya ketimpangan gender, faktor biologis, ekonomi dan sosial budaya. Berbagai kerentanan tersebut menimbulkan resiko penularan HIV pada perempuan. Perempuan yang mengalami HIV/AIDS kondisinya semakin berat karena secara budaya di Indonesia perempuan atau ibu masih merupakan pengurus atau orang yang bertanggung jawab untuk mengurus dan mengelola keluarga termasuk mengurus dan merawat anggota keluarga yang sakit. Sehingga menjadi ibu atau perempuan di dalam keluarga sangat berat apalagi ditambah menderita HIV/AIDS.
Meskipun prevalensi HIV/ AIDS pada perempuan di Indonesia hanya 39 %, tetapi karena mayoritas perempuan yang mengalami HIV/AIDS merupakan usia reproduksi (15-49 tahun) yaitu sebesar 92,54%, maka hal ini menimbulkan resiko jumlah kehamilan dengan HIV positif akan meningkat (Kemenkes, 2011). Tugas ganda dalam merawat suami yang mungkin mengalami HIV/AIDS, merawat diri sendiri yang mengalami HIV/AIDS dan merawat anggota keluarga yang lain, melaksanakan peran sebagai istri, sebagai ibu, sebagai bagian dari keluarga dan anggota masyarakat akan memperberat kondisi perempuan dengan HIV/AIDS karena secara budaya di Indonesia perempuan atau ibu masih merupakan pengurus atau orang yang bertanggung jawab untuk mengurus dan mengelola keluarga termasuk mengurus dan merawat anggota keluarga yang sakit.
23 Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan diharapkan mampu menangani permasalahan pasien secara holistik. Perawat perlu memahami kondisi perempuan HIV/AIDS dalam upaya memberikan perawatan yang holistik. Menurut Towsend (2002), lebih baik mendengarkan keresahan pasien dengan HIV/AIDS terlebih dahulu sebelum memberikan nasihat, saling berbagi dengan sesama perempuan HIV/AIDS
juga dapat mengurangi beban sakit dan beban perasan
yang ada di dalam hati mereka. Hal ini dapat dilakukan salah satunya melalui homecare. Melalui perawatan di rumah (home care), dapat mengurangi beban perempuan dengan HIV/AIDS baik secara fisik, psikologis, maupun sosial .
2. Tujuan Penelitian Untuk mengungkap secara mendalam pengalaman hidup perempuan dengan HIV/AIDS.
B. METODE PENELITIAN 1. Rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode riset dengan menekankan subjektifitas dan arti pengalaman bagi individu (Brockopp, 2000). Pendekatan fenomenologis bertujuan untuk mengerti respon manusia secara utuh pada suatu situasi. Metode kualitatif paling sesuai untuk menguraikan suatu pengalaman yang dipersepsikan secara terperinci dengan jumlah sampel kecil (Patton dalam Moleong, 2000).
2. Setting dan Konteks Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Desember 2012-Januari 2013 di Kota Cimahi. Penelitian dilakukan pada perempuan yang mengalami HIV positif atau AIDS.
3. Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan dengan HIV positif atau mengalami AIDS ( CD4 < 200). Penentuan partisipan menggunakan purposive sampling, yaitu pemilihan sampel
24 berdasarkan kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah: 1) Kondisi partisipan perempuan dengan HIV.AIDS 2) Partisipan termasuk ke dalam usia dewasa 3) Partisipan dapat berkomunikasi dengan baik 4) Bersedia menjadi informan. Peneliti berencana mengambil jumlah partisipan sebanyak 6 orang Dengan jumlah partisipan sebanyak enam orang telah dicapai saturasi.
4. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, tape recorder dan peneliti sendiri. Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini, sehingga kemampuan peneliti dalam menggali pengalaman hidup perempuan HIV/ AIDS menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam (indepth interview). Telah dilakukan uji validitas instrument.
5.
Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara mendalam. Selama wawancara semua percakapan direkam dan respon non verbal partisipan dicatat dalam catatan lapangan atau lembar observasi. Hasil wawanara kemudian dibuat transkrip satu per satu setiap kali selesai wawancara. Hasil wawancara didokumentasikan dalam bentuk rekaman dan transkrip, sebelum data hasil wawancara tersebut dianalisa lebih lanjut. Lamanya wawancara untuk setiap partisipan dilakukan sekitar 30 - 50 menit.
6. Analisis Data dan Keabsahan data a. Analisis Data Analisa data yang digunakan untuk mendeskripsikan pengalaman hidup perempuan HIV/AIDS dengan menggunakan analisa data Colaizi. Dengan pendekatan Colaizi ini dapat mendeskripsikan makna pengalaman melalui tema-tema penting (Polit & Back (2006).
25 b. Keabsahan (Trustworthiness) Terdapat empat kriteria yang digunakan dalam validitas data, yaitu derajat kepercayaan (creadibility), ketergantungan (dependability), keteralihan (transferability), dan kepastian (confirmability) (Satori, 2011).
7. Pertimbangan Etika Penelitian Informed Consent, Confidentiallity, Asas Manfaat dan Asas Keadilan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Karakteristik responden Berikut karakteristik dari 6 orang responden yang telah dilakukan wawancara mendalam : Tabel Karakteristik Responden Responden
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Diagnose HIV/CD4 terakhir
Resp. 1 31 tahun
Wiraswasta
S1 desain grafis
2008/ 300
Resp 2
IRT
SMA
2008/400
Keluarga yang mengalami HIV Suami meninggal 2010 suami
Resp 3
IRT
SMP
2007/400
Suami
Resp. 4 ( 29 tahun)
Dagang
SMA
2008 600
Anak, 4 tahun Suami meninggal 2011
Resp. 5 ( 21 tahun)
IRT
SMP
2009/14
Anak , 6 tahun Suami, meninggal 2010
Resp. 6 32 tahun)
IRT
S1 ekonomi
2008/700
Anak P 6 tahun
Kondisi saat ini
Ibu tidak ada keluhan Hamil 6 bulan Ibu tidak ada keluhan Ibu tidak ada keluhan, anak belum bias berjalan Ibu hamil 5 bulan, Anak berjalan jinjit, anak sering sakit Ibu tidak ada keluhan Anak aktif
26 Tema yang terbentuk 1)
Kerentanan Sub tema yang terbentuk : (1)
Tertular HIV Dari 6 orang responden, 5 responden mengatakan tertular HIV dari suami mereka, sedangkan satu orang menyatakan tertular karena memakai narkoba suntik. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden : Reponden 1 : “ saya kena ini dari suami, suami saya pemakai narkoba suntik dan sering main perempuan, saya tidak tau kalau suami kena gitu..dia Cuma bilang sakit typhus. Pas mau melahirkan anak ketiga saya sering mencret dan berat badan turun, akirnya diperiksa dan kena juga” Responden 6 : “Adari jarum suntikAsaya apesnya..dapet hiv juga..”
(2)
sekali-kalinya
pake
narkoba
suntik..eh
kena
Kondisi yang menyertai : ketidaktahuan,pemakaian kondom, KDRT Dari 6 orang responden satu orang menyatakan tidak tahu bila memakai narkoba suntik beresiko juga terkena HIV dan 5 orang responden menyatakan tidak tahu sebelum menikah mengenai kondisi HIV suaminya dan dua orang responden mengatakan sering mengalami KDRT. Hal ini sejalan dengan pernyataan reponden : Responden 1 : “#suami saya pemakai narkoba suntik dan sering main perempuan, saya tidak tau kalau suami kena gitu..sebelum saya kena suami pernah mukul saya sampai tulang hidung saya patah..sering banget dipukul..setelah saya kena makin enjadi-jadi saya perna dilempar asbak sampe kepala berdara dan harus dijahit#,dari awal saya dilarang keluar rumah, dikunci terus..”
(3)
Resiko penularan Dari 6 orang responden, 3 orang menularkan pada anak dan status anak positif HIV. Dua orang responden sedang hamil dan beresiko menularkan pada anak. Hal ini sesuai dengan pernyatan responden Responden 5 “#iya anak saya yang pertama sakit juga, sekarang saya mana hamil 5 bulan..kata dokter kena raja singa juga..seing keluar nanah dari kemaluan saya#gimana ya..mau dikeluarin udah telat..udah gerak anaknya..takut kalau kena juga..”
27 2)
Respon ketika dinyatakan HIV sub tema yang terbentuk : (1)
Marah Responden 6 :
(2)
“..ya marah sama diri sendiri..ini karena ulah saya yang pake narkoba..” tidak percaya responden 5 :
(3)
“#kaget banget bu#tidak percaya saya kena juga..meski saya pernah kerja malem..koq bias kena ya..” sedih responden 1 : “..wah syok banget saya..sampe nengis berbulan-bulan..koq begini ya nasib saya..apalagi pas tau kena itu pas hamil anak ketiga#sedih banget..ngedrop..”
3)
Perubahan aktivitas sehari-hari Sub tema yang terbentuk (1)
Menjalani peran ganda sebagai istri, ibu dan individu dengan HIV Responden 1 “..saya malah bebas sekarang..,setela suami meninggal lepas semua terutama KDRT yang saya alami, tinggal saya focus mengurus diri sendiri biar tetap sehat dengan rutin berobat, mengurus anak yang ketiga karena anak pertama saya dengan suami pertama, anak kedua dengan mertua dari almarum suami kedua, tinggal saya mengurus anak ketiga..justru saya lebih focus..”
(2)
Perubahan fisik Dari 6 orang responden, 5orang menyatakan setelah diagnose HIV sering merasa kelelaan..hal ini dinyatakan oleh responden 1,2,3,4 dan 6. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden : “..sering cape badannya..” Sementara satu orang responden yang sedang hamil menyatakan perubaan fisik : Responden 4 “#anaknya sudah bergerak sih..tapi kata dokter saya kena raja singa juga, keluar nanah dari kemaluan.., ini si baru sekarang, kalau dulu seringnya mencret..
(3)
Keterbukan status pada lingkungan sekitar Dari 6 orang responden, semua menyatakan tidak membuka status pada tetangga/lingkungan sekitar, hanya pada orang terdekat saja yaitu suami dan orang tua mereka tidak mau membuka status karena tidak siap dengan diskriminasi yang didapat Responden 6 : “..jangan sampe masyarakat tau status saya dan anak..cukup suami, adik dan orang tua saja..saya pernah dikeluakan dari pekerjaan di bank swsta karena mereka tau saya sakit#temen sekantor juga jadi menjaui..makanya saya pinda dari garut ke sini biar nggak ad orang yang tau status saya dan anak..”
28 4)
dukungan yang diperoleh sub tema yang terbentuk (1) materi responden 5 “..suami kan sudah meninggal, orang tua yang membantu kebutuhan saya ada kaka juga..” (2)
motivasi/perhatian Responden 2 dan 3 “.orang tua saya perhatian sekali, diingatkn makan yang banya, obat, istirahat..” “#orang yang tau status saya sangat mendukung memberi harapan untuk kuat..”
5)
perawatan dan pengobatan Sub tema yang terbentuk (1) pengalaman konsumsi ARV dari 6 orang responden, 5 orang teratur konsumsi ARV hanya responden 5 yang tidak teratur minum ARV responden 1,2,3,4,6 “..iya teratur, paling telat satu jam karena sedang diluar atau pekerjaan..” (2)
pengalaman mengikuti PMTCT dari 6 orang responden semua mengikuti PMTCT dan patuh mulai dari pemeriksaan HIV, pengobatan teratur, kehamilan dengan pengawasan, kelahiran secara secar dan memberikan PASI hanya satu orang responden yaitu responden 5 yang tidak patuh yaitu kehamilan tanpa pengawasan dan minum ARV tidak teratur “..hamil juga nggak tau..kata dokter udah 4 bulan, mau gimana lagi..mau dikeluarin anaknya sudah bergerak#sekarang jarang ke teratai, cape.. “..sudah cape minum obat..saya juga nggak ke teratai lagi, kakak saya yang ambil obat#bosen makan obat..”
(3)
harapan teradap petugas kesehatan sub tema yang terbentuk yaitu privacy dan konseling. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden : reponden 1 dan 6 “..tempatnya dipinggir jalan ya..kadang harus tutup waja kalu mau masuk ke teratai..arusnya tulisan teratainya jangan ditempel didepan banget..malu, orang pada tau kalau kita sakit HIV..”
D. Pembahasan Tema : Kerentanan Perempuan merupakan kelompok yang rentan tertular HIV, hal ini terjadi karena bernagai factor Kerentanan tertularnya perempuan oleh HIV ini diakibatkan oleh adanya ketimpangan gender, faktor biologis, ekonomi dan sosial budaya. ( Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2008 ).
29 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subedi, et al (2007) yang telah melakukan penelitian kualitatif di Nepal menunjukkan hasil penelitian factor yang paling dominan berpengaruh pada perempuan tertular HIV karena rendahnya pengetahuan, kemampuan social, resiko KDRT yang tinggi. Studi yang dilakukan Bureau (2004) menunjukkan bahwa perempuan memiliki pengetahuan yang rendah tentang penularan HIV dan hanya 30% perempuan yang paham mengenai resiko mereka tertular.
Penularan HIV pada perempuan berkaitan dengan
kontak heteroseksual. Kekurangan
pengetahuan terhadap HIV, rendahnya persepsi terhadap resiko, atau berbedanya interpretasi terhadap aman berhubungan seksual mungkin juga mengambil peran. Seperti contoh, beberapa wanita mengambil keputusan untuk tidak menggunakan kondom karena mereka takut pasangan mereka melakukan kekerasan pada mereka. (SCD, 2007) Tema : Respon ketika dinyatakan HIV Respon yang muncul ketika dinyatakan HIV positif membentuk beberapa tema.tema yang terbantuk adalah menolak , sedih dan marah . Hal ini sebagai respon dari rasa berduka ketika individu mengalami kehilangan (kesehatan). Lubkin dan Larsen (2006) menyatakan bahwa sangat penting untuk diingat dan diketahui bahwa seseorang yang didiagnosa mengidap penyakit kronis memperlihatkan respon berduka. Berduka merupakan respon emosional yang dialami manusia terhadap kehilangan objek yang dicintai (Bissler, 2009). Tema : Perubahan aktivitas sehari-hari Pada perempuan dengan HIV AIDS menimbulkan berbagai perubahan fisik yang terjadi seperti kelemahan atau rasa capek. Kelemahan ini semakin bertambah dengan adanya peran ganda sebagai ibu, istri dan dirinya sendiri yang harus merawat anaknya dan kondisi sakitnya. Hal ini berdampak pada keterbatasannya dalam melakukan peran tersebut yang dinyatakan oleh responden dengan mengeluh cape dengan berbagai peran yang harus dijalankannya. Menurut Jackson (1999) terjadi perubahan peran perempuan dengan HIV/AIDS yaitu keterbatasan peran dalam merawat anak.
Timbulnya berbagai perubahan fisik atau gejala akan mempengaruhi
kualitas hidup dan dipandang oleh perempuan HIV/AIDS (Jackson, 1999). Masih timbulnya stigma dari masyarakat mengenai HIV terlebih HIV yang terjadi pada perempuan yang mengalami maka
30 timbul rasa malu saat melakukan kontak sosial hal ini tidak terlepas dengan adanya stigma. Kondisi HIV/AIDS terlebih pada perempuan dianggap memiliki penyakit yang memalukan sehingga akan menimbulkan kecemasan, mereka akan menganggap dirinya berbeda dengan orang lain, hal ini akan mempengaruhi kondisi individu (Buss dalam Phemister, 2004). Hasil penelitian kulalitatif yang dilakukan oleh Latri, 2001 menunjukkan bahwa prilaku sosial perempuan dengan HIVAIDS menunjukkan perilaku yang berubah-ubah dan sangat situasional, menghadapi kesulitan adaptasi sosial terhadap lingkungannya. Reaksi penyangkalan yang dilakukan dalam bentuk menutupi statusnya dilakukan untuk mengembalikan keberadaanya di masyarakat (Mumpuni, 2001). Penelitian kualitatif menunjukkan beberapa ibu mengalami ketakutan dan kecemasan dengan adanya diskriminasi atau stigma, timbul ketakutan terisolasi dari keluarga dan teman (Oktaviana, 2010). Tema : Dukungan yang diperoleh Sistem pendukung yang ada merupakan
faktor yang memperkuat partisipan dalam
menghadapi HIV/AIDS. Hasil penelitian ini menunjukan adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan. Dukungan sosial merupakan akses terhadap individu, kelompok atau institusi yang dapat memberikan bantuan dalam situasi yang sulit (Norbeck, et.al, 1983 dalam Carvehaels, Benicio & Barros, 2005. Person (2009) menyatakan bahwa dukungan keluarga yang positif akan mempengaruhi koping dan kemampuan individu untuk mengembangkan koping yang realistis dalam menghadapi ketegangan. Dukungan yang positif bagi perempuan dengan HIV/AIDS akan membantu mereka dalam menghadapi masalahnya. Tema : Pengalaman dalam perawatan dan pengobatan Penelitian
ini
juga
mengidentifikasi
pengalaman
partisipan
saat
minum ARV atau
pengobatan . Dari enam responden lima responden patuh minum ARV sementara stu orang tidak yaitu responden lima yang sedang hamil. Pemberian ARV selama hamil bertujuan untuk mengurangi penularan pada bayi (Kemenkes RI, 2011). Pengobatan infeksi HIV merupakan tindakan yang kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan resiko toksisitas obat, terlebih saat mengalami kehamilan. Sekitar 25 % penderita menghentikan terapi pada tahun pertama karena efek samping obat dan 25 % penderita tidak meminum obat sesuai dosis dan waktu yang
31 dianjurkan karena takut akan efek sampingnya (Kesper, et., al, 2006). Keteraturan berobat atau kepatuhan dalam minum ARV ini sangat penting karena bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal maka akan memungkinkan berkembangnya resistensi. Dari hasil penelitian diidentifikasi adanya responden yang tidak patuh dalam hal frekuensi dan waktu. Kepatuhan ini berkolerasi dengan keberhasilan dan ARV sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan resistensi obat, dan penurunan viral load. Penelitian yang dilakuan oleh Moris (2002)
yang
menyatakan bahwa dari 445 ibu hamil yang mendapatkan terapi ARV hanya 75 % yang patuh. Program PMTCT deberikan ketika perempuan didiagnosa HIV/AIDS. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dengan HIV/AIDS. Disisi lain berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Oktavia (2010) mengenai pengalaman ibu dalam melakukan PMTCT, ternyata pengetahuan ibu tentang PMTCT masih kurang. Informasi yang didapat sedikit dan masih sering terjadi kehamilan yang tidak direncanakan. Hal ini berdampak pada kepatuhan dan keterlambatan ibu mendapatkan ARV.
E. SIMPULAN DAN DARAN 1. Simpulan Penelitian pengalaman hidup perempuan dengan HIV/AIDS memberntuk tema : Kerentanan tertular dan penularan HIV, Respon ketika dinyatakan HIV, Perubahan pada aktivitas sehari-hari, Dukungan yang diperoleh, Pengalaman mendapatkan perawatan dan pengobatan 2. Saran Perlu adanya peningkatan program KIA di tingkat Puskesmas dalam hal penjaringan perempuan beresiko HIV dan perlunya peningkatan program konseling oleh perawat berupa penjelasan dan motivasi VCT untuk perempuan yang beresiko, sehingga bila diketahui status HIV lebih dini maka penatalaksanaan akan lebih optimal . Pemberian pengetahuan ataupun konseling oleh perawat dapat dilakukan dengan media film dan poster. Perlu pendampingan minum obat bagi perempuan yang mengalami HIV positif agar patuh pada pengobatan. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pendamping minum obat di tingkat keluarga seperti PMO pada pengobatan TBC.
32 DAFTAR PUSTAKA Afyanti, Y. (2008). Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Journal Keperawatan Indonesia. 12 (2). Juli 2008. Jakarta: FIK UI. Brockropp, D.Y.Hasting, Tolsma.2000. Dasar-dasar Riset Keperawatan, Edisi 2, Jakarta : EGC Bui Kim Chi, Nguye Thi Thuy hanh, Vibeke Rasch, Tine Gammeltoft. (2010). Induced abortion among HIV-Positive women in Northhern Vietnam : exploring reproductive dilemmas.Culture, Health & sexuality Journal . Vol 12: S41. Diakses tanggal 25 September 2011 Chacko, Kipp, Laing, Kabagembe. (2007). Knowledge of and Perceptions about Sexually Transmitted Diseases and Pregnancy : A Qualitative Study among Adolescent Students in Uganda. Journal of Health Popul Nutr. Sep 25. 319-327. Diakses tangal 25 September 2011 CDC, HIV-AIDS Among Women Resources Women Topics.htm diakses dari CDC pada tanggal 1 Oktober 2011 Chin, J, (1991). Current and Future dimensions of the HIV/AIDS Pandemic in women and children. The Lancet Daymon, C., & Holloway, I. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif : dalamPublic Relations & Marketing Communications. Yogyakarta : Bentang DeLaune, S,C & Lander, P.,K(2002). Fundamental of Nursing: standards and Practice; Delmar/Thomson Learning Depkes RI. (2003). AIDS dan Penanggulangannya. Jakarta : Driya Medika Doyal, Anderson. How HIV positive African women survive in London. Soc. Sci Med. Journal. 2005; 60 (8):1792-38 Dunbar, Mueller, medina, Wolf.(1996). Psychological and spiritual growth in women living with HIV. Social Scince and medicine Journal. Vol 64. Issue 9. Friedman, Marlyn. (2002). Family Nursing. Theory and Practice. Alih Bahasa Ina Debora. EGC. Jakarta Hoedijono.S. (2000). Aplikasi Metoda Pengalaman Hidup di dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Kedokteran Trisakti, 19(1), 7-12. URL:http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Vol.19_no.1_2.pdf Jackson, Jennifer (1999). The Difficulties of Women Living With HIV Infestion. Reprinted from Journal of Psychosocial Nursing. Available at http://willmar.ridgewater.mnscu.edu/ Kemenkes R.I. (2011). Laporan Tri Wulan Situasi Perkembangan HIV AIDS di Indonesia sd Maret 2011. Jakarta: kementrian Kesehatan RI _____________ (2011). Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Jakarta: kementrian kesehatan RI Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan (2007). Peran Perempuan Dalam Penanggulangan HIV AIDS. Jakarta : kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan
33 Kohan, Beigi, Nahid, Mitra. (2007). HIV positive women’s living experiences. IJNMR. 13(4):155156. Diakses tanggal 18 September 2011 Lubkin, I., M & Larsen, P.,D (2006) Chronic Illness : Impact and Intervention. Sixth Ed. : Jones and Bartlett Publishers Moleong, L. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mumpuni, latri. (2001). Prilaku social penderita HIV/AIDS dalam menghadpi reaksi masyarakat. Diunduh dari http://eprints.lib.ui.ac.id. Tanggal 2 oktober 2011 Nursalam, M.Nurs (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS. Jakarta: Salemba Medika Oktavia. (2010). A Literature review and qualitative study on experiences of HIV Positive women in PMTCT of HIV Program in West Java Indonesia. Oral presentation on 3 rd Bandung IDEAS. 18 Nopember 2011 PELKESI. 1995. Pendekatan Perencanaan Program Pencegahan PMS dan AIDS di Masyarakat. Jakarta: PELKESI Poerwandari, E.K. (2009). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: LPSP3 UI. Polit, D.F., Beck, C.I. (2006).Essentials of Nursing Research: methods, appraisal, and utilization. Sixth edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sarafino (1998). Health Psychology. New Jersey : John Wilwy And Sons. Inc Siegel, Schrimshaw.(2003). Reasons and Justifications for Considering Pregnancy Women Living with HIV/AIDS. Vol 25 Issue 2. 112-123
among
Simbayi, Kalichman, Strebel.(2007). Internalized Stigma, Discrimination and depression among men and women living with HIV AIDS in Cape Town, south Africa. Social science and medicine journal. 64 (9) Diunduh dari www.sciencedirect.com tanggal 1 Oktober 2011 Sudoyo, Setyohadi.(2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakatra : FKUI Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kulaitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta. Towsend, Dr. Ditch. 2002. Perawatan AIDS di luar Rumah Sakit. Majlis AIDS Malaysia Tsao, C.I., Tummala, A & Robert, L.W.(2008). Stigma In Mental Health Care. Diakses dari http://ap.psychiatryconline.org pada tanggal 10 desember 2011 UNAIDS, 2010. Global repport On Global AIDS Epidemic. WHO Library Cataloguing WHO & UNAIDS (2008). HIV and AIDS in place detention. New York. World Health Organization, 1999. Pencegahan AIDS Melalui Promosi Kesehatan Sensitif. Alih Bahasa Hendramin. ITB. Bandung __________________, 2010. PMTCT Strategic Vision 2010-2015.Switzerland
Masalah yang