Jokowi Pasca Naiknya BBM LSI DENNY JA November 2014
Jokowi Pasca Naiknya BBM •
Pemerintahan Jokowi-JK akhirnya memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jokowi menaikan dua harga BBM bersubsidi yaitu harga premium yang sebelumnya sebesar Rp. 6500/liter menjadi Rp. 8500/liter, dan harga solar yang sebelumnya sebesar Rp. 5500/liter menjadi 7500/liter. Naik turunnya harga BBM ini ternyata berdampak pula pada naik turunya kepuasan publik terhadap pemerintah.
•
Belum genap 100 hari pemerintahannya, pasca kenaikan harga BBM, kepuasaan terhadap Jokowi merosot drastis. Saat ini kepuasaan terhadap kepemimpinan Jokowi hanya sebesar 44.94 %. Belum 100 Hari, kepuasaan terhadap pemerintahan Jokowi dibawah 50 %. Ini merupakan warning bagi pemerintahan Jokowi-JK. Mereka yang tidak puas dengan kepemimpinan Jokowi pun cukup besar yaitu sebesar 43.82 %. Dan sebesar 11. 24 % publik menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
•
Demikian salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia – Denny JA. LSI Denny JA kembali mengadakan survei khusus pasca kenaikan harga BBM oleh pemerintahan Jokowi-JK. Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 18 – 19 November 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.
•
Menurunya kepuasaan terhadap kepemimpinan Jokowi merata di semua segmen masyarakat. Baik mereka yang laki-laki maupun perempuan, tinggal di kota maupun di desa, berpendidikan tinggi maupun rendah, para “wong cilik” maupun masyarakat kelas menengah atas, hanya minoritas yang puas dengan kepemimpinan Jokowi.
•
Namun publik yang perpendidikan rendah, tinggal di perkotaan, tingkat ekonomi menengah bawah dan perempuan lebih kecil yang puas dengan kepemimpinan Jokowi.
•
Para pemilih partai yang partainya bergabung ke dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pun hanya minoritas yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi pasca kenaikan harga BBM. Rata-rata berkisar antara 46 % sampai dengan 50 % pemilih partai yang tergabung dalam KIH menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi. Pemilih PDIP misalnya hanya sebesar 50. 90 % yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi. Sedangkan ada sebesar 41. 80 % pemilih PDIP pada Pileg 2014 lalu menyatakan tak puas dengan kinerja Jokowi.
•
•
•
Menurunnya kepuasaan terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK sendiri di pilpres 20014 lalu. Mereka yang mengaku memilih Jokowi-Jk pada pilpres 2014 lalu hanya sebesar 48.59 % yang menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi. Sedangkan sebesar 42. 58 % menyatakan tak puas dengan kinerja Jokowi. Hal ini mengindikasikan bahwa Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca kenaikan harga BBM. Pendukung yang mulai meninggalkan Jokowi ini adalah umumnya para wong cilik yang tinggal di pedesaan. ***** Dari hasil riset kualitatif yang dilakukan oleh LSI Denny JA, ada empat alasan yang membuat kepuasaan publik terhadap Jokowi merosot pasca kenaikan harga BBM. Keempat alasan tersebut antara lain : Alasan pertama, kurangnya prakondisi berupa komunikasi dan sosialisasi pemerintah mengenai alasan menaikan harga BBM. Rasionalitas pemerintah mengenai kondisi mendesak menaikan harga BBM belum selaras dengan rasionalitas publik umumnya. Survei LSI Denny JA menemukan bahwa sebesar 58.45 % publik menyatakan tidak bisa menerima alasan pemerintah menaikan harga BBM. Hanya 34.10 % publik yang menyatakan bisa menerima alasan pemerintah menaikan harga BBM. Dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab (7.45 %).
•
Alasan kedua, bagi publik kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok dan transportasi. Bagi publik mayoritas naiknya harga BBM akan membuat beban hidup mereka bertambah. Padahal salah satu harapan besar publik terhadap Presiden Jokowi adalah meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
•
Sebesar 74.38 % publik menyatakan bahwa kehidupan mereka sehari-hari makin sulit pasca kenaikan harga BBM. Hanya 11. 51 % menyatakan bahwa kenaikan harga BBM tidak berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
•
Alasan ketiga, publik meragukan kompensasi kenaikan harga BBM akan sampai ke rakyat kecil. Salah satu janji dibalik kenaikan harga BBM adalah dana hasil efisiensi subsidi BBM akan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Namun publik meragukan bahwa kompensasi itu akan bisa dinikmati oleh mereka. Tingginya korupsi dan budaya birokrasi yang buruk menjadi alasan kekhawatiran publik.
•
Survei LSI Denny JA menunjukan bahwa sebesar 51.63 % publik tak yakin program kompensasi BBM akan sampai ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Sedangkan sebesar 37. 25 % menyatakan yakin program kompensasi akan tepat sasaran.
•
Alasan keempat, BBM sudah naik sebelum ada program Jokowi yang terasa manfaatnya. Sebesar 62.41 % publik menyatakan bahwa sejak dilantik belum ada program Jokowi yang dirasakan langsung manfaatnya oleh mereka. Hanya 26. 85 % publik yang menyatakan sudah merasakan manfaat dari kepemimpinan Jokowi.
•
Pasca pelantikan sebagai presiden, Jokowi masih disibukan dengan berbagai kegiatan dan kunjungan luar negeri yang padat. Sampai detik sebelum BBM diumumkan naik, belum ada program yang sudah terasa manfaatnya oleh masyarakat. Jokowi memang pernah meluncurkan “tiga kartu sakti” yaitu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), sebelum menaikan harga BBM. Namun peluncuran tiga kartu sakti ini belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Masyarakat luas pun belum tersosialisasi dengan baik manfaat dan cara penggunaan ketiga kartu sakti tersebut. ***** LSI Denny JA menilai, Jokowi terancam menjadi presiden terlemah dalam sejarah Indonesia. Ada 3 alasan yang mendasari penilaian ini;
•
•
Pertama, Jokowi dan koalisinya tidak mengontrol parlemen. Sampai saat ini parlemen masih dikuasai oleh Koalisi Merah Putih (KMP) karena gabungan partai-partai yang tergabung dalam KMP menguasai kursi mayoritas. Bahkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) telah mengalami 5 kali kekalahan dalam voting di parlemen.
•
Hal ini berbeda dengan dua kali pemerintahan SBY sebelumnya dimana partai koalisi pemerintah pun menguasai mayoritas di parlemen. Meski menguasai parlemen, tak semua kebijakan SBY berjalan mulus, karena seringkali harus menghadapi tantangan dari DPR. Bahkan penantangan tersebut datang dari partaipartai yang berkoalisi dengan SBY di pemerintahan. Bisa dibayangkan bahwa pemerintahan Jokowi akan menghadapi dinamika di parlemen yang lebih rumit dibandingkan SBY karena tak mayoritas di DPR.
•
Kedua, Jokowi tidak mengontrol satu pun partai politik. Dalam sejarah politik Indonesia, presiden selalu memiliki satu partai politik yang bisa dikontrol langsung. Jokowi tak punya partai politik yang menempatkan dirinya sebagai figur sentral. Meski dicalonkan oleh PDIP, namun Jokowi tak bisa mengontrol PDIP karena masih kuatnya pengaruh Megawati dalam partai.
•
Ketiga, Jokowi potensial ditinggal pendukungnya karena kekecewaan publik terhadap Jokowi yang telah menaikan harga BBM. Dengan menaikan harga BBM, kepuasaan publik terhadap kepemimpinan Jokowi merosot dibawah 50%. Padahal Jokowi sangat membutuhkan dukungan publik ditengah ketidakberdayaan dirinya dan koalisi pendukungnya menguasai parlemen.
•
Naiknya harga BBM berdampak pada turunnya pamor kepemimpinan Jokowi. Jokowi harus bertindak cepat untuk mengerem laju turunya pamor kepemimpinannya. Jokowi sangat membutuhkan dukungan publik di tengah ketidakberdayaanya menguasai parlemen dan menjadi komando tertinggi dalam koalisi pemerintahan. Pamor kepemimpinan Jokowi akan semakin merosot jika tak ada gebrakan baru dari Jokowi.
•
Akhirnya masyarakat menunggu gebrakan program yang bisa dirasakan langsung manfaatnya. Hanya gebrakan program yang luar biasa yang membuat Jokowi dapat populer kembali.
Jumat, 21 November 2014 Lingkaran Survei Indonesia - Denny JA Narasumber : Ade Mulyana (0811.880.30.80 / 0812.8379.7506) Moderator : Rully Akbar (0856.8049.040) Tim Riset LSI
: Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari, Dewi Arum.
Track Record LSI Prediksi Survei Yang Diiklankan Sebelum PILEG 2014 NAMA PARTAI PDIP GOLKAR GERINDRA DEMOKRAT PKB PAN PKS NASDEM PPP HANURA PBB PKPI
PREDIKSI LSI*
HASIL KPU
TERBUKTI/TIDAK TERBUKTI
DIATAS 16% DIATAS 16% 8-16% 8-16% 3,5%-8% 3,5%-8% 3,5%-8% 3,5%-8% 3,5%-8% 3,5%-8% TIDAK LOLOS PT TIDAK LOLOS PT
18.95% 14.75% 11.81% 10.19% 9.04% 7.59% 6.79% 6.72% 6.53% 5.26% 1.46% 0.91%
TERBUKTI *Selisih 1,3% TERBUKTI TERBUKTI * Selisih 1.05% TERBUKTI TERBUKTI TERBUKTI TERBUKTI TERBUKTI TERBUKTI TERBUKTI
Rakyat Merdeka 8 April 2014, hal 12
Dimuat, antara lain di Sehari Sebelum PILEG Hanya 2 partai dari 12 partai yang selisih 1.3%
9
Track Record LSI Prediksi Survei Yang Diiklankan Sebelum PILPRES 2009 DUKUNGAN PEMILIH
SURVEI LSI AWAL JUNI 2009
SURVEI LSI AKHIR JUNI 2009
PREDIKSI PEMENANG PILPRES 2009
HASIL KPU
DI ATAS 50%
SBYBOEDIONO
SBYBOEDIONO
SBY-BOEDIONO
TERBUKTI
30%-50%
-
-
-
DI BAWAH 30%
MEGAMEGAPRABOWO PRABOWO JK-WIRANTO JK-WIRANTO
-
-
TERBUKTI
Dimuat di KOMPAS pada tanggal 3 Juli 2009 halaman 3. Tepat 5 hari sebelum Pemilihan Presiden 2009. 10
Track Record LSI Quick Count Paling Akurat Pasangan CapresCawapres Prabowo-Hatta Jokowi-JK
Quick Count LSI (Data 100 %)
Hasil Resmi KPU 22 Juli 2014
46. 70 % 53. 30 %
46. 85 % 53. 15 %
*Simpangan baku antara hasil KPU vs LSI hanya 0. 15 %
METODOLOGI SURVEI
Pengumpulan Data : 18 – 19 November 2014 • • • •
Quickpoll (smartphone LSI) Metode sampling : multistage random sampling Jumlah responden : 1200 responden Margin of error : ± 2.9 % Survei dilengkapi dengan Riset Kualitatif • FGD di tujuh ibu kota propinsi terbesar • In Depth Interview • Analsis media nasional
Semua pemilih di Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi responden 12
BBM Naik, Pamor Jokowi Turun Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Belum 100 hari pemerintahan, hanya
dibawah 50 % yang menyatakan puas dengan kerja Jokowi sebagai presiden.
Lebih Sedikit Perempuan Yang Puas Kerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Gender
Base
Ya Puas
Tidak Puas
TT/TJ
Laki-laki
50 %
48. 39 %
44. 09 %
7. 52 %
Perempuan
50 %
41. 84 %
42. 86 %
15. 30 %
Hanya dibawah 50 % baik laki-laki maupun perempuan yang puas dengan kerja Jokowi sebagai Presiden
Publik perempuan lebih banyak merasakan dampak kenaikan BBM.
Publik Kota Lebih Tak Puas Kerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Wilayah
Base
Ya Puas
Tidak Puas
TT/TJ
Desa
75.89 %
47. 95 %
44. 52 %
7. 53 %
Kota
24.11 %
35. 56 %
40. 00 %
24. 44 %
Baik publik di kota maupun di desa hanya dibawah 50 % yang menyatakan puas dengan kerja Jokowi.
BBM Naik, “Wong Cilik” Tak Puas Kerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Tingkat Pendapatan
Base
Ya Puas
Tidak Puas
TT/TJ
Menengah – Bawah
45.89 %
39. 60 %
48. 52 %
11. 88 %
Menengah
29.11 %
60. 00 %
40.00 %
0. 00 %
Menengah Atas 24.63 %
48. 44 %
37. 50 %
14. 06 %
Dari ketiga segmen ekonomi, para wong cilik yang paling sedikit menyatakan puas atas kerja Jokowi. Wong cilik paling merasakan dampak kenaikan BBM.
Publik Berpendidikan Rendah Paling Sedikit Yang Puas Kerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Tingkat Pendidikan
Base
Ya Puas
Tidak Puas
TT/TJ
Tamat SLTP ke bawah
48.13 %
33. 33 %
55. 56 %
11. 11 %
Tamat SLTA ke bawah
38.43 %
57. 14 %
28. 57 %
14. 29 %
Tamat D3/S1/diatasnya
13.44 %
50. 00 %
39. 58 %
10. 42 %
Publik berpendidikan rendah pun yang paling tak puas dengan kerja Jokowi.
Hanya Minoritas Konstituen KIH Yang Puas Kerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Pilihan Partai Pileg 2014
Ya Puas
Tidak Puas
TT / TJ
PDIP
50. 90 %
41. 80 %
7. 30 %
PKB
46. 99 %
42. 21 %
10. 80 %
HANURA
49. 31 %
39. 51 %
11. 18 %
PPP
48. 68 %
41. 58 %
9. 74 %
NASDEM
48. 53 %
42. 12 %
9. 35 %
Kecuali pemilih PDIP, rata-rata hanya dibawah 50 pemilih partai yang tergabung dalam KIH yang menyatakan puas dengan kinerja Jokowi
%
Konstituen KMP Tak Puas Kinerja Jokowi Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Pilihan Partai Pileg 2014
Ya Puas
Tidak Puas
TT / TJ
Golkar
41. 78 %
48. 85 %
9. 37 %
Demokrat
36. 73 %
55. 39 %
7. 88 %
Gerindra
45. 58 %
46. 64 %
7. 78 %
PAN
49. 34 %
40. 24 %
10. 42 %
PKS
44. 39 %
48. 14 %
7. 47 %
Kecuali pemilih PAN, umumnya pemilih yang partainya tergabung dalam KMP, lebih banyak yang tak puas dengan kinerja Jokowi.
Jokowi Potensial Ditinggal Pendukungnya Q : Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober lalu. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak dengan kerja Jokowi sebagai Presiden?
Pilihan Presiden 2014
Ya Puas
Tidak Puas
TT / TJ
Prabowo – Hatta
41. 53 %
47. 03 %
11. 44 %
Jokowi -JK
48. 59 %
42. 58 %
8. 83 %
Hanya dibawah 50 % pendukung Jokowi yang menyatakan puas dengan kinerja Jokowi.
4 Alasan Kepuasaan terhadap Jokowi Merosot Pasca Naiknya BBM
21
1. Kurangnya Sosialisasi Alasan Naiknya BBM
Sebesar 58. 45 % publik menyatakan bahwa mereka tidak bisa menerima alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
2. BBM Naik, Beban Hidup Makin Bertambah Publik menilai naiknya harga BBM akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok dan transportasi. Artinya beban hidup mereka makin bertambah. Sebesar 74.38 % publik menyatakan bahwa kehidupan mereka sehari-hari makin sulit pasca naiknya BBM.
3. Publik Ragu Program Kompensasi BBM Sampai ke Bawah Salah satu alasan naiknya BBM adalah dana hasil efisiensi subsidi BBM dialihkan ke bidang infrastruktur dan pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Namun publik ragu program ini sampai ke bawah karena tingginya korupsi dan buruknya pelayanan publik birokrasi. Sebesar 51. 63 % publik tak yakin program kompensasi BBM bisa sampai ke bawah.
4. BBM Naik Sebelum Adanya Program Jokowi Yang Dirasakan Langsung Manfaatnya Oleh Masyarakat Sampai detik sebelum BBM diumumkan naik, belum ada program yang sudah terasa manfaatnya oleh masyarakat.
Sebesar 62. 41 % publik menyatakan bahwa sejak dilantik belum ada program Jokowi yang telah mereka rasakan manfaatnya.
3 Alasan Jokowi Terancam Menjadi Presiden Terlemah
1.Tak Mengontrol Parlemen Sampai saat ini, parlemen masih dikuasai oleh KMP. Bahkan KMP telah 5 kali menang voting menghadapi koalisi Jokowi. Ini kali pertama ketika koalisi partai yang berkuasa tidak menguasai legislatif. Proses ini mengancam jalanya pemerintahan Jokowi secara efektif.
2. Tak Menguasai Satu Pun Partai Politik Tak ada satupun partai politik dibawah komando Jokowi. Koalisi partai pendukung pemerintah pun tak dibawah komando Jokowi. Jokowi masih hanya menjadi “petugas partai” yang kapan pun bisa dicabut mandatnya.
3. Kini Mulai Ditinggal Pendukungnya Salah satu alasan kemenangan Jokowi pada pilpres lalu adalah karena people power. Kekuatan rakyat yang luar biasa bisa menghantarkan Jokowi dari nobody menjadi somebody. Kini dukungan publik itu terancam melemah karena publik kecewa dengan kenaikan harga BBM.
Jokowi Butuh Gebrakan Baru Yang Populer Naiknya harga BBM berdampak pada turunnya pamor Jokowi. Jokowi butuh dukungan publik di tengah ketidakberdayaanya menguasai parlemen dan menjadi komando tertinggi dalam koalisi pemerintahan Hanya gebrakan program yang luar biasa yang membuat Jokowi dapat populer kembali.