ISSN 1412 – 1026
JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 11 Nomor 1 April 2011 Terbit tiga kali pada bulan April, Agustus dan Desember. Berisi gagasan konseptual dan hasil penelitian original yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran, ilmu kedokteran dasar di Indonesia. ISSN 1412-1026 Ketua Penyunting Dr. Syahrul, Sp.S Wakil Ketua Penyuting Dr. M. Andalas, Sp.OG Penyunting Ahli Prof. Dr. Dr. Triyono KSB, Sp.R (Unair Surabaya), Dr. Pranawa, Sp.PD-KGH (Unair Surabaya), Prof. DR. Dr. Rusdi Lamsuddin, M.Med, Sc, Sp.S-K (UGM Yogyakarta), Prof. DR. Djamhur Martas Soebrata, Dr. Yusuf Misbach, Sp.S-K (UI- Jakarta), Dr. Uqbal Mustafa, Sp.An-K, KIC, SccM (UI Jakarta), Prof. Dr. Sidarta Ilyas, Sp.M-K (UI Jakarta), Dr. Faisal Baraas, Sp.JP-K (UI Jakarta), Dr. Renindra Ananda Aman, Sp.BS (UI Jakarta), Prof . Dr. Mohd. Nadjib dahlan Lubis (USU Medan), Prof. DR. Dr. Marwali Harahap (USU Medan), Prof. Dr. Harun Al-Rasyid (USU Medan), Dr. Mukhtar Ritonga, MS (USU Medan), Dr.
Guntur Bumi Nasution, Sp.F (USU Medan), Dr. Iskandar Japardi, Sp.BS (USU Medan), Prof. Dr. Ridhwan Ibrahim, Sp.B (Unsyiah), Prof. Dr. TMA Chalik, Sp.OG (Unsyiah), Dr. Istanul Badiri, MS, Sp.PA (Unsyiah), DR. Ahmad Farhan Hamid, MS (Unsyiah), Dr. H.T. Makmur Mohd. Zein, SKM (Unsyiah), Dr. Farizal Fadhil, Sp.B (Unsyiah), Dr. Rusly Aly, Sp.THT (Unsyiah), Dr. Armyn Effendy, MS (Unsyiah), Drg. Zaki Mubarak, MS (Unsyiah), Dr. Ahmad Garli, Sp.KK (Unsyiah), Dr. Ibrahim Puteh, SP.KJ (Unsyiah)
Penyunting Pelaksana Dr. Khrisna W Sucipto, Sp.PD Dr. Rus Munandar, Sp.JP Dr. Sitti Hajar, Sp.KK Dr. Sulasmi, MHSM Adli, PhD Dr. M. Yani, M.Kes, PKK Dr. Azharuddin, Sp.BO Dr. Lukas Samin, Sp.PA Dr. Iskandar Zakaria, Sp.R Pelaksana Tata Usaha Drs. Yatasrif, Drs. Abdul Azis Drs. Zainal Abidin, Eka Sari, STP, Bakhtiar, SH Bagian Promosi Drg. Saifuddin Ishak, M.Kes, Drh. Azmunir, M.Yc Alamat Penyunting & Tata Usaha : Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp 0651-52053, 54327 Fax 0651-52053. Langganan setahun Rp.50.000 (termasuk ongkos kirim). Uang dapat dikirim dengan pos wesel ke alamat Tata Usaha atau ditransfer ke rekening BNI 46 cabang Darussalam Banda Aceh No 005.622991.901 an/ JKS JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Penasehat : Rektor Universitas Syaih Kuala, Pembina : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Terbit pertama kali pada tahun 1987 dengan judul MEDISNA. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih 20 halaman (lebih lanjut baca petunjuk). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya. Dicetak di Percetakan Dominan Banda Aceh. Isi diluar tanggung jawab Percetakan
Petunjuk Bagi Penulis Jurnal Kedokteran Syiah Kuala (JKS) adalah jurnal ilmiah yang terbit tiga kali setahun. April, Agustus dan Desember. Artikel yang diterima JKS akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuwan yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer-review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi kesempatan untuk memperbaikinya. 1.
2.
JKS menerima artikel konseptual dan hasil penelitian original yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran dan ilmu kedokteran dasar di Indonesia. JKS juga menerima tinjauan pustaka, laporan kasus dan penyegar ilmu kedokteran. Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah dipublikasi, untuk menghindari duplikasi, JKS tidak menerima artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu yang bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel.
Tatacara penulisan Artikel Penelitian Judul dalam bahasa Indonesia Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah maksimal kata 200 kata, harus mencerminkan isi artikel, ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru atau penting tanpa harus membaca seluruh artikel. Diketik dengan spasi tunggal satu kolom Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat membantu penyusunan indeks. Artikel utama ditulis dengan huruf Times New Romans ukuran 14, spasi ganda. Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar harus diketik 2 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5 x 29 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm, jumlah halaman maksimum 25. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. Laporan tentang penelitian pada manusia harus memperoleh persetujuan tertulis (Signed informed consent) Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah sebaga berikut : o Judul o Nama dan alamat penulis o Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris o Kata kunci o Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan masalah/tujuan penelitian) o Metode o Hasil o Pembahasan o Kesimpulan dan saran o Ucapan terima kasih o Daftar Pustaka o Keterangan gambar, tabel. Ilustrasi dan lain-lain Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau buku mengenai ilmu kedokteran dan kesehatan mutakhir memuat : o Judul o Nama penulis
o o o o o
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris Pendahuluan (tanpa subjudu) Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan Penutup Daftar pustaka
3.
Laporan kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang cukup menarik dan baik untuk disebarluaskan di kalangan sejawat lainnya. Format terdiri atas : Pendahuluan, Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka
4.
Penyegar ilmu kedokteran. Berisi artikel yang mengulas berbagai hal lama tetapi masih up to date dan perlu selalu diingat.
5.
Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan bersama makalah. Tabel harus diketik 2 spasi.
6.
Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim, ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.
7.
Judul ditulis dengan huruf besar 16 point, bold, judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi diletakkan pada bagian tengah atas dari halaman pertama. Sub judul dengan huruf 14 point.
8.
Nama dan alamat penulis. Nama penulis tanpa gelar dan alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis lengkap dan jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon, nomor faksimil dan alamat email.
9.
Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk para professional yang membantu penyusunan makalah, termasuk pemberi dukungan tehnis, dana dan dukungan umum dari suatu institusi.
10. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, ditulis secara super script. Artikel : Hendarto H. Gray S. Surgical and non surgical intervention for speech rehabilitation in Parkinson disease. Med J Indonesia. 2000. 9 (3) : 168-174 Buku/ Text Book : Narayan K, Valadka AB. Emergency room management of the head injured patient, Dalam : Narayan RK, Wilberger, JE. Polyshock JT (eds) Neurotrauma. New York : Mcgraw-Hill. 1996 : 119-136 11. Artikel dikirim sebanyak 2 (dua) eksemplar, termasuk foto dan CD, tuliskan nama file dan program yang digunakan, kirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan kepada Ketua Dewan Penyunting Jurnal Kedokteran Syiah Kuala (JKS) Fakultas Kedokteran Unsyiah Darussalam Banda Aceh 23111 Telp 0651-52053 Fax 0651-52053 12. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahukan secara tertulis. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti pemuatan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.
ISSN 1412 – 1026
JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 11 Nomor 1 April 2011 Hal 1 – 64
Daftar Isi Petunjuk Penulisan Artikel Penelitian 1. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.) Hanifah Yusuf
1-6
2. Insiden Persalinan di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) - Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Periode Januari 2008 - Oktober 2010 Muhammad Andalas, Inayah Z. Muttaqin, Moch. Iskandar Islam, Tri Noviasari Putri, dan Khairiana
7-14
Laporan kasus 3. Primary Pulmonary Hypertension
15-26
Vera Abdullah, M. Diah, Rus Munandar, Azhari Gani
Tinjauan Kepustakaan 4. Manifestasi Klinis, Tatalaksana dan Pencegahan Avian Influenza pada Anak Bakhtiar
27-38
5. Bronkoskopi Serat Optik Pada Saluran Nafas Bawah Mulyadi
39-44
6. Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue Hendra Kurniawan
45-48
7. Inflamasi pada Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Mulyadi dan Vera Abdullah
49-58
8. Katarak Diabetes Arti Lukitasari
59-64
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena
Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.) Hanifah Yusuf Abstrak. Daun klausena (Clausena anisata Hook.f) termasuk familia Rutaceae, telah digunakan masyarakat Sumatera Barat dan Jawa untuk menghilangkan nyeri, baik nveri kepala, nyeri gigi, rematik dan demam. Secara klinik penggunaan obat tradisional tidak diakui, bila belum terbukti secara ilmiah tentang khasiat maupun keamanannya. Karena belum adanya bukti tentang keamanannya, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis letalis 50 (LD 50) ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih. Penelitian eksperimental laboratorik ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (n = 5) dengan hewan percobaan tikus putih (Rattus nrvergicus) jantan dan betina sehat, galur wistar, umur ± 2 bulan, dan berat badan ± 200 g. Enam kelompok tikus putih diberi ekstrak etanol daun klausena secara oral, dengan 5 tingkatan dosis (0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kematian tikus putih 3 ekor pada dosis 4,4 mg/200 g BB dan 5 ekor pada dosis 8,8 mg/200 g BB ekstrak etanol daun klausena. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun klausena tidak toksik dengan nilai LD 50 = 17036,85 mg/ kg BB secara oral. Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap organ utama kelompok hewan yang mendapatkan dosis tertinggi (8,8 mg/200 g BB) terlihat adanya perubahan berupa degenerasi sel, nekrosis dan pendarahan. (JKS 2011; 1: 1-6) Kata kunci: Toksisitas akut, degenerasi, nekrosis Abstract. The leaves of klausena plant (Clausena anisata Hook.f), belongs to Rutaceae family has been used by the people in West Sumatera and Java to treat the pain, like headache, toothache, rheumatism and fever. The used of this medicinal plant is not recognized clinically, because it has not been tested scientifically, primary about it's pharmacological activity and safety. Because their safety has not been proven, therefore this research has been done for knowing the lethalic dose 50 (LD 50 ) of ethanolic extract from the leaves of klausena in rats. The experimental laboratoric research has been done, using Completely Randomized Design (n = 5) and as experimental animal used male and female rats (Rattus norvegicus), wistar strain, fine, approximately 2 months age and weighed 200 g. Six groups of rats has been treated orally with the ethanolic extract from the leaves of klausena (Clausena anisata Hook.f) in five level doses (0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g Body Weight of rat). The result showed 3 rats at dose 4,4 mg/200 g and 5 rats at doses 8,8 mg/200 g Body Weight of rat were died. The obtained indicated the ethanolic extract from the leaves of klausena is not toxic in rats and the value of lethalic dose is 17036, 85 mg / kg Body Weight, orally. Microscopically, at the high dose on experimental animal primary organ has been found some changes, like degeneration; necroses and bleeding of cells. (JKS 2010; 1: 1-6) Key words: Acute toxicity , degeneration, necroses
Pendahuluan Iklan berbagai produk obat tradisional 1 semakin intensif ditayangkan di berbagai media dengan asumsi bahwa obat tradisional aman dan bebas efek samping merupakan informasi yang paling sering ditonjolkan.1 Salah satu obat tradisional yang masih digunakan sebagai obat penghilang nyeri (Analgetika}, anti Hanifah Yusuf adalah Dosen Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
tumor dan anti diabetik adalah tanaman klausena (Clausena anisata Hook.f), dengan nama daerah sicerek (Sumatera Barat), ki mantu (Sunda), ki bajetah (Jawa), temung (Aceh). Di Afrika Selatan daun klausena juga digunakan untuk mengobati gangguan pada saluran pernafasan dan luka akibat gigitan serangga.2 Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan sebagai obat, sedangkan minyak atsiri yang dikandungnya digunakan dalam
1
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 campuran obat dan kosmetika. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada daun klausena selain minyak atsiri juga terdapat flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin. 3 Minyak atsiri klausena mengandung anethol 9095%, methyl khavicol 5,92%, anisaldehid 2%, methoxycinnamaldehid 2,4% dan methoxycinnamylalkoho1 0,58%.4
Manfaat Penelitian
Hasil ekstraksi daun klausena dengan etanol 80%, temyata minyak atsiri klausena mengandung anethol 85,06%, methyl khavicol 5,42%, ethyl pentadecanoat 5.88%, pentadecadien 1-01 3,64% dan lain-lain.5 Sedangkan pada cabang tanaman klausena terdapat senyawa coumarin, clausine dan clausamine, yang oleh Ito et al 6 , dikatakan memiliki khasiat sebagai anti tumor.Uji khasiat infus dan ekstrak etanol daun klausena telah terbukti dapat menghilangkan nyeri pada tikus putih dengati metode “Rat Tail Flick Test” sedangkan isolasi zat aktif yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun klausena yang berkhasiat sebagai penghilang nyeri (analgetik) sudah dilakukan.5 Penggunaan ekstrak metanol dari akar tanaman klausena telah dilaporkan berkhasiat sebagai antidiabetik. Oleh karena belum ada laporan tentang keamanan penggunaan tanaman klausena sebagai obat, maka penting dilakukan penelitian "Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena (Clausena anisala Hook.f) pada tik-us putih", sehingga dapat diperkirakan gambaran toksisitas ekstrak etanol daun klausena pada manusia.
Metode Penelitian
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan derajat toksisitas ekstrak daun klausena pada tikus putih., yang ditunjukkan dengan dosis letalis 50 (LD50 , Lethalis Dose 50), gambaran gejala-gejala, intensitas dan spektrum toksisitas.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang keamanan tanaman obat tradisional klausena, dalam upaya perlindungan kesehatan kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan gambaran bahwa tidak semua obat tradisional yang digunakan aman bagi kesehatan.
Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih ( Rattus novergicus), galur Wistar, jantan dan betina, umur ± 2 bulan dan berat badan + 200 g. Tikus putih jantan dan betina dipelihara secara terpisah di dalam kandang yang ditempatkan di da1am ruangan yang terjaga kebersihannya, dengan siklus cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap. Makanan hewan percobaan berupa pellet, sedangkan minumannya adalah aqua yang diberikan secara ad libitum. Hewan percobaan dibagi menjadi 6 kelompok secara acak dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebelum pemberian obat uji, hewan percobaan dipuasakan selama 12 - 16 jam tetapi minum tetap diberikan. Selanjutnya makanan kembali diberikan 6 jam setelah pemberian obat uji.7 Bahan-Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain: Ekstrak etanol daun klausena (Obat uji), Aqua destillata (Kimia Farma), Etanol 96% p.a. (Merck), Formadehid p.a.(Merck), Haematoxylin (Merck), Asam Pikrat (Merck), Eosin (Merck), Methylen Blue (Merck), Xylol (Merck), Parafin Solidurn (Merck), Tikus putih (jantan dan betina). Alat-Alat Alat-alat yang digunakan antara lain:
2
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena Alat-alat gelas, alat-alat bedah, microtome, sonde oral, spuit injeksi 1 dan 3 ml, timbangan hewan, timbangan elektrik, mikroskop elektrik, dan loupe. Pembuatan Ekstrak Klausena (Obat uji)
Etanol
Daun
Ekstrak etanol daun klausena dibuat secara maserasi dengan menggunakan etanol 80%. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator, kemudian ditempatkan di dalam botol berwarna yang tertutup rapat dan disimpan di dalam lemari pendingin (Farmakope Indonesia, 1979). Untuk uji toksisitas akut, obat uji dibuat dalam bentuk suspensi dari ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g BB. Masing-masing obat uji diberikan secara oral sebanyak I ml / 200 g BB dengan menggunakan oral sonde dari logam kepada setiap hewan percobaan dari setiap kelompok. Pelaksanaan Uji Toksisitas Akut Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena dilakukan dengan menggunakan metode Well, C.S.12 Sebelum pengujian, hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 hari, selama aklimatisasi dan setelah pemberian obat uji, berat badan hewan percobaan ditimbang 2 kali dalam seminggu. Setelah pemberian obat uji, hewan percobaan dikembalikan ke dalam kandangnya dan pengamatan dilakukan secara seksama selama 6 jam. Jumlah kematian hewan percobaan dihitung selama 24 jam dan pengamatan selanjutnya dilakukan 2 kali sehari selama 14 hari. Jumlah kematian hewan percobaan dicocokkan dengan tabel Well, C.S. Kemudian ditentukan dosis letalis (LD 50) ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih.8 Selama percobaan, dilakukan observasi terhadap gejala-gejala toksisitas yaitu
berupa perubahan warna kulit, bulu, mata, pernafasan, lakrimasi, hipersalivasi, hiporeaktif dan perilaku lainnya. Selanjutnya terhadap hewan yang mati dilakukan autopsi dengan melakukan pemeriksaan histologis terhadap paru-paru, jantung, hati, ginjal, saluran cerna, dan otak. Sedangkan hewan yang masih bertahan hidup dipelihara terus sampai hari ke 14. Setelah itu percobaan diakhiri dan semua hewan percobaan didekapitasi dan dilakukan pemeriksaan histologis terhadap organ utama dengan metode standar. Pembuatan Sediaan Histologis Organ Utama Hewan Percobaan Sediaan histologis organ utama hewan percobaan dibuat dengan metode parafin, setelah tikus didekapitasi, segera dikeluarkan organ-organ yang akan diobservasi. Organ-organ (hati, jantung, paru, saluran cerna, otak dan ginjal) setelah dicuci dengan larutan fisiologis, lalu difiksasi dalarn larutan Bouins selama 24 jam. Kemudian dilakukan dehidrasi dalam alkohol seri, kliring dalam xylol, infiltrasi dan embedding dalam parafin. Organ dipotong dengan menggunakan mikrotom (microtome) dengan ketebalan 5 mikron. Masingmasing sediaan dibuat 5 sayatan dengan interval 10 sayatan. Sedangkan pewarnaan dilakukan dengan menggunakan hematoksilin-eosin.9 Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap perubahan histologis organorgan dimaksud, dengan menggunakan mikroskop elektrik pada perbesaran 10 x 40. Agar bidang pandang stabil pada pengamatan, dibuat batasan dari kertas yang ditempatkan pada lensa okuler. Sebagai parameter, adanya perubahan histologis pada organ-organ utama hewan percobaan, dilihat kemungkinan adanya degenerasi, nekrosis dan pendarahan.
3
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 Analisa Data Data jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok digunakan untuk menghitung dosis lethalis (LD 50 ) dengan menggunakan metode Well, C.S 12 , yang selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi intensitas (potensi) toksisitas akut menurut kriteria Gleason, N.M.10 Untuk mengetalui pengaruh berbagai tingkatan dosis ekstrak ethanol daun klausena terhadap organ utama hewan percobaan dilakukan pengamatan secara deskriptif dari sediaan histologis. Dengan demikian dapat diketahui spesifitas spektrum efek toksis pada tikus putih yang disebabkan oleh ekstrak etanol daun klausena. Implikasi Etik Eksperimentasi Hewan percobaan Pengelolaan hewan percobaan mengikuti Animal's Ethic yang sesuai dengan Declaration Of Helsinki.11 Hasil dan Pembahasan Hasil Ekstraksi Daun Klausena Hasil ekstraksi 400 g daun klausena (Clausena anisata Hook. f) segar dengan etanol 80%, diperoleh ekstrak etanol daun klausena rata-rata 10,6 g. Nilai Dosis Letalis (DL 50, LD 50) Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena dilakukan selama 14 hari. Jumlah kematian hewan percobaan telah memenuhi kriteria yang tercantum dalam yang metode Weil, C.S12,seperti ditunjukkan dalam tabel 1. Dengan menggunakan metode tersebut, maka diperoleh LD 50 ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih 3407,37 mg / 200 g BB atau 17036,85 mg/kg BB, secara oral. Untuk menentukan tingkat toksisitas akut suatu bahan,
Gleason,N.M. 10 telah membuat klassifikasi bahan dengan berbagai tingkat toksisitas. Adapun batas minimum keamanan bahan-bahan yang digunakan adalah pada bahan-bahan dengan nilai LD 50 >15. 000 mg /kg BB secara oral pada tikus. Dengan demikian LD 50 ekstrak etanol daun klausena sebesar 17.036,85 mg/kg BB secara oral lebih besar dari 15.000 mg/kg BB, sehingga dapat dikatakan praktis tidak beracun (Practically Non Toxic). Gejala-Gejala Toksisitas Pada pengamatan setelah pemberian ekstrak etanol daun klausena secara oral dengan dosis 0,55 – 2,2 mg / 200 g BB, ditemukan gejala-gejala berupa keringat banyak, takhikardia dan pernafasan cepat. Gejala-gejala yang terlihat pd dosis ini hilang setelah 2-4 jam kemudian. Sedangkan pada dosis 4,4 /200 g BB didapat kematian 3 ekor (67,7%) dan 5 ekor (100%) pada dosis 8,8 mg/ 200 g BB. Efek toksik pada dosis ini sudah mulai terjadi pada menit ke 30 - 180 setelah pemberian obat uji, yaitu berupa penurunan aktifitas motorik, berkeringat banyak, pernafasan sangat cepat, takhikardia, konvulsi berkali-kali, koma dan mati. Kematian pada dosis 4,4 mg/ 200 g BB terjadi kurang lebih 3 jam setelah pemberian obat uji. Hal ini mungkin disebabkan adanya perbedaan sensifitas individual, mengingat sampai dosis tertinggi terlihat adanya hubungan dosis dengan respons. Berdasarkan pengamatan pada hewan uji, efek toksisitas yang ditimbulkan dapat digolongkan sebagai efek eksitasi terhadap sistem saraf pusat (tremor, konvulsi) serta efek terhadap aktivitas motorik (gerakan lemah dan lambat).
4
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena
Intensitas dan Spektrum Efek Toksis Hasil pemeriksaan mikroskopis (histologis) terhadap organ-organ hewan percobaan, pada kelompok yang mendapatkan dosis 0,55-2,2 mg/200 g BB secara deskriptif dapat dikatakan tidak ditemukan adanya perubahan yang berarti. Perubahan pada organ hewan percobaan, hanya terjadi pada dosis tertinggi yaitu pada dosis 8,8 mg/200 g BB yaitu berupa degenerasi, nekrosis dan pendarahan sel. Perubahan Berat Badan Penimbangan berat badan hewan percoba-
an dilakukan 2 kali dalam seminggu, hasilnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel ini menunjukkan bahwa perubahan berat badan pada tikus putih yang mendapatkan perlakuan tidak begitu berbeda, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan berat badan yang berarti setelah pemberian ekstrak etanol daun klausena dengan berbagai tingkatan dosis secara tunggal. Dengan demikian terbukti bahwa ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 0,55 – 8,8 mg/200 g BB tidak menyebabkan perubahan berat badan yang nyata (p > 0,05).
Tabel 1. Kematian Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Klausena Kelompok
Hewan Percobaan(Tikus Putih)
Dosis Tunggal Mg EEDK/200 g BB
Jumlah Kematian Tikus Putih
I
5 ekor
1 ml GA 2%
0
II
5 ekor
0,55
0
III
5 ekor
1,1
0
IV
5 ekor
2,2
0
V
5 ekor
4,4
3
VI
5 ekor
8,8
5
Tabe12. Perubahan Berat Badan Tikus Putih Pada Uji Toksisitas EEDK Kelompok Berat Badan Sebelum Pertakuan (g)
Berat Badan Setelah Perlakuan (g)
P-1
105,33 ± 6,51
103,33 ± 5,52
P-2
108,66 ± 6,72
106,66 ± 6,23
P-3
102,66 ± 6,60
102,66 ± 6,81
P-4
153,99 ± 26,70
155,99 ± 24,42
P-5
192,66 ± 22,43
189,99 ± 24
P-6
170,66 ± 13,09
172 +12,94
5
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Penelitian
Daftar Pustaka 1.
Secara umum diketahui bahwa pemberian satu dosis obat pada sekelompok individu akan menunjukkan variasi respon, baik dalam bentuk efek terapi maupun efek toksik. Banyak hal yang dapat mempengaruhi respon individu terhadap obat, antara lain umur, jenis kelamin, spesies, keadaan patofisiologis, dan lingkungan. Meskipun percobaan yang dilakukan telah dikondisikan dalam keadaan konstan, tetapi selalu saja menghasilkan perbedaan, hal ini dikarenakan adanya variasi biologik antar individu hewan percobaan. Kesimpulan Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol daun klausena (Clausena anisata Hook.f) tidak toksik, dengan nilai LD 50 = 17036,85 mg / kg BB > 15.000 mg/ kg BB. 2. Ekstrak etanol daun klausena tidak memiliki spektrum efek toksik yang berarti karena masih berada dibawah batas angka tidak toksik yang dinyatakan oleh Gleason, M. N (Practically Non Toxic > 15.000 g/kg BB). 3. Gejala-gejala toksik terjadi pada dosis 8,8 mg/ 200 g BB berupa keringat banyak, takhikardia, pemafasan cepat, konvulsi, koma dan kemudian mati. 4. Pemberian ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih tidak menunjukkan perubahan berat badan yang nyata. 5. Secara mikroskopis terjadi perubahanperubahan histologis organ tikus putih pada dosis ekstrak etanol daun klausena 8,8 mg/ 200 g BB, berupa degenerasi sel, nekrosis dan pendarahan.
Hargono, Dj. Tumbuhan Obat dan Pelayanan Kesehatan dalam Antropologi Kesehatan Indonesia . Pengobatan Tradisional. Editor Azwar Agoes dan T.Yacob. Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002:13 34. 2. Lewis, W.H. and Lewis, P.F.E. Medical Botany In Plants Affecting Man's Health. 1 st ed. New York , London: A. Wiley Interscience Publication. Jhon Wileyson.1977: 237 -369 3. Burkill, LH. A Dictionary Of The Economic Products Of The Malay Peninsula . Vol I. Goverments Of The Straits Settlement And Federated Malay States By The Crown Agents For The Colonies. Millbank, London. 1935: 577 – 578 4. Westphal, E. dan Jansen, P.C.M. Plant Resources Of South-East Asia . Bogor , Indonesia.1993:88 – 90 5. Yusuf, H. Efek Analgesia Ekstrak Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.) Pada Tikus Putih Dengan Metode Rat Tail Flick Test. Thesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.2000. 6. Ito, C. et al. New Carbazole Alkaloids From Clausena Anisata Hook.f. With Antitumour Promoting Activity. Journal Of Natural Product. 1999. 63 (1): 125 – 128 7. Santos, A.C; Santos, S.P; Solevilla,C.R. Phytochemical, Microbiological And .Pharmacological Screening, Of Medicinal Plants. Manila ,Philippness: GMS Publishing Corporation.1978:37 – 55 8. Ghosh, M.N. and Schild, H.O. Fundamentals Of Experimental Pharmacology. Scientific Book Agency, Calcutta. 1971: 84 - 88 9. Gridley, M.F. Manual Of Histologic And Special Staining Technics. 2"' ed. The Blakiston Divisio. New York , Toronto , London: Mc Graw- Hill Book Company, Inc. 1960. 10. Gleason, M.N. Clinical Toxicology On Commercial Products. Baltimore: The William & Wiltkins Company. 1969: 3 - 5. 11. Tuffery,A.A..Laboratory Animals An introduction For New Experimentals. Chichester, New York, Brisbane , Toronto, Singapore: A. Wiley-Interscience Publication. 1985. 1: 1 – 53 12. Weil, C.S. Tables For Convenient Calculation Of Median Effective Dose (LD 50 and ED 50) and Instruction In Use. Biometrics. 1952. 8: 249 - 63.
6
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena
Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.) Hanifah Yusuf Abstrak. Daun klausena (Clausena anisata Hook.f) termasuk familia Rutaceae, telah digunakan masyarakat Sumatera Barat dan Jawa untuk menghilangkan nyeri, baik nveri kepala, nyeri gigi, rematik dan demam. Secara klinik penggunaan obat tradisional tidak diakui, bila belum terbukti secara ilmiah tentang khasiat maupun keamanannya. Karena belum adanya bukti tentang keamanannya, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis letalis 50 (LD 50) ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih. Penelitian eksperimental laboratorik ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (n = 5) dengan hewan percobaan tikus putih (Rattus nrvergicus) jantan dan betina sehat, galur wistar, umur ± 2 bulan, dan berat badan ± 200 g. Enam kelompok tikus putih diberi ekstrak etanol daun klausena secara oral, dengan 5 tingkatan dosis (0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kematian tikus putih 3 ekor pada dosis 4,4 mg/200 g BB dan 5 ekor pada dosis 8,8 mg/200 g BB ekstrak etanol daun klausena. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun klausena tidak toksik dengan nilai LD 50 = 17036,85 mg/ kg BB secara oral. Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap organ utama kelompok hewan yang mendapatkan dosis tertinggi (8,8 mg/200 g BB) terlihat adanya perubahan berupa degenerasi sel, nekrosis dan pendarahan. (JKS 2011; 1: 1-6) Kata kunci: Toksisitas akut, degenerasi, nekrosis Abstract. The leaves of klausena plant (Clausena anisata Hook.f), belongs to Rutaceae family has been used by the people in West Sumatera and Java to treat the pain, like headache, toothache, rheumatism and fever. The used of this medicinal plant is not recognized clinically, because it has not been tested scientifically, primary about it's pharmacological activity and safety. Because their safety has not been proven, therefore this research has been done for knowing the lethalic dose 50 (LD 50 ) of ethanolic extract from the leaves of klausena in rats. The experimental laboratoric research has been done, using Completely Randomized Design (n = 5) and as experimental animal used male and female rats (Rattus norvegicus), wistar strain, fine, approximately 2 months age and weighed 200 g. Six groups of rats has been treated orally with the ethanolic extract from the leaves of klausena (Clausena anisata Hook.f) in five level doses (0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g Body Weight of rat). The result showed 3 rats at dose 4,4 mg/200 g and 5 rats at doses 8,8 mg/200 g Body Weight of rat were died. The obtained indicated the ethanolic extract from the leaves of klausena is not toxic in rats and the value of lethalic dose is 17036, 85 mg / kg Body Weight, orally. Microscopically, at the high dose on experimental animal primary organ has been found some changes, like degeneration; necroses and bleeding of cells. (JKS 2010; 1: 1-6) Key words: Acute toxicity , degeneration, necroses
Pendahuluan Iklan berbagai produk obat tradisional 1 semakin intensif ditayangkan di berbagai media dengan asumsi bahwa obat tradisional aman dan bebas efek samping merupakan informasi yang paling sering ditonjolkan.1 Salah satu obat tradisional yang masih digunakan sebagai obat penghilang nyeri (Analgetika}, anti Hanifah Yusuf adalah Dosen Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
tumor dan anti diabetik adalah tanaman klausena (Clausena anisata Hook.f), dengan nama daerah sicerek (Sumatera Barat), ki mantu (Sunda), ki bajetah (Jawa), temung (Aceh). Di Afrika Selatan daun klausena juga digunakan untuk mengobati gangguan pada saluran pernafasan dan luka akibat gigitan serangga.2 Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan sebagai obat, sedangkan minyak atsiri yang dikandungnya digunakan dalam
1
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 campuran obat dan kosmetika. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada daun klausena selain minyak atsiri juga terdapat flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin. 3 Minyak atsiri klausena mengandung anethol 9095%, methyl khavicol 5,92%, anisaldehid 2%, methoxycinnamaldehid 2,4% dan methoxycinnamylalkoho1 0,58%.4
Manfaat Penelitian
Hasil ekstraksi daun klausena dengan etanol 80%, temyata minyak atsiri klausena mengandung anethol 85,06%, methyl khavicol 5,42%, ethyl pentadecanoat 5.88%, pentadecadien 1-01 3,64% dan lain-lain.5 Sedangkan pada cabang tanaman klausena terdapat senyawa coumarin, clausine dan clausamine, yang oleh Ito et al 6 , dikatakan memiliki khasiat sebagai anti tumor.Uji khasiat infus dan ekstrak etanol daun klausena telah terbukti dapat menghilangkan nyeri pada tikus putih dengati metode “Rat Tail Flick Test” sedangkan isolasi zat aktif yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun klausena yang berkhasiat sebagai penghilang nyeri (analgetik) sudah dilakukan.5 Penggunaan ekstrak metanol dari akar tanaman klausena telah dilaporkan berkhasiat sebagai antidiabetik. Oleh karena belum ada laporan tentang keamanan penggunaan tanaman klausena sebagai obat, maka penting dilakukan penelitian "Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena (Clausena anisala Hook.f) pada tik-us putih", sehingga dapat diperkirakan gambaran toksisitas ekstrak etanol daun klausena pada manusia.
Metode Penelitian
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan derajat toksisitas ekstrak daun klausena pada tikus putih., yang ditunjukkan dengan dosis letalis 50 (LD50 , Lethalis Dose 50), gambaran gejala-gejala, intensitas dan spektrum toksisitas.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang keamanan tanaman obat tradisional klausena, dalam upaya perlindungan kesehatan kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan gambaran bahwa tidak semua obat tradisional yang digunakan aman bagi kesehatan.
Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih ( Rattus novergicus), galur Wistar, jantan dan betina, umur ± 2 bulan dan berat badan + 200 g. Tikus putih jantan dan betina dipelihara secara terpisah di dalam kandang yang ditempatkan di da1am ruangan yang terjaga kebersihannya, dengan siklus cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap. Makanan hewan percobaan berupa pellet, sedangkan minumannya adalah aqua yang diberikan secara ad libitum. Hewan percobaan dibagi menjadi 6 kelompok secara acak dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebelum pemberian obat uji, hewan percobaan dipuasakan selama 12 - 16 jam tetapi minum tetap diberikan. Selanjutnya makanan kembali diberikan 6 jam setelah pemberian obat uji.7 Bahan-Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain: Ekstrak etanol daun klausena (Obat uji), Aqua destillata (Kimia Farma), Etanol 96% p.a. (Merck), Formadehid p.a.(Merck), Haematoxylin (Merck), Asam Pikrat (Merck), Eosin (Merck), Methylen Blue (Merck), Xylol (Merck), Parafin Solidurn (Merck), Tikus putih (jantan dan betina). Alat-Alat Alat-alat yang digunakan antara lain:
2
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena Alat-alat gelas, alat-alat bedah, microtome, sonde oral, spuit injeksi 1 dan 3 ml, timbangan hewan, timbangan elektrik, mikroskop elektrik, dan loupe. Pembuatan Ekstrak Klausena (Obat uji)
Etanol
Daun
Ekstrak etanol daun klausena dibuat secara maserasi dengan menggunakan etanol 80%. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator, kemudian ditempatkan di dalam botol berwarna yang tertutup rapat dan disimpan di dalam lemari pendingin (Farmakope Indonesia, 1979). Untuk uji toksisitas akut, obat uji dibuat dalam bentuk suspensi dari ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 0,55 mg, 1,1 mg, 2,2 mg, 4,4 mg dan 8,8 mg/ 200 g BB. Masing-masing obat uji diberikan secara oral sebanyak I ml / 200 g BB dengan menggunakan oral sonde dari logam kepada setiap hewan percobaan dari setiap kelompok. Pelaksanaan Uji Toksisitas Akut Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena dilakukan dengan menggunakan metode Well, C.S.12 Sebelum pengujian, hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 hari, selama aklimatisasi dan setelah pemberian obat uji, berat badan hewan percobaan ditimbang 2 kali dalam seminggu. Setelah pemberian obat uji, hewan percobaan dikembalikan ke dalam kandangnya dan pengamatan dilakukan secara seksama selama 6 jam. Jumlah kematian hewan percobaan dihitung selama 24 jam dan pengamatan selanjutnya dilakukan 2 kali sehari selama 14 hari. Jumlah kematian hewan percobaan dicocokkan dengan tabel Well, C.S. Kemudian ditentukan dosis letalis (LD 50) ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih.8 Selama percobaan, dilakukan observasi terhadap gejala-gejala toksisitas yaitu
berupa perubahan warna kulit, bulu, mata, pernafasan, lakrimasi, hipersalivasi, hiporeaktif dan perilaku lainnya. Selanjutnya terhadap hewan yang mati dilakukan autopsi dengan melakukan pemeriksaan histologis terhadap paru-paru, jantung, hati, ginjal, saluran cerna, dan otak. Sedangkan hewan yang masih bertahan hidup dipelihara terus sampai hari ke 14. Setelah itu percobaan diakhiri dan semua hewan percobaan didekapitasi dan dilakukan pemeriksaan histologis terhadap organ utama dengan metode standar. Pembuatan Sediaan Histologis Organ Utama Hewan Percobaan Sediaan histologis organ utama hewan percobaan dibuat dengan metode parafin, setelah tikus didekapitasi, segera dikeluarkan organ-organ yang akan diobservasi. Organ-organ (hati, jantung, paru, saluran cerna, otak dan ginjal) setelah dicuci dengan larutan fisiologis, lalu difiksasi dalarn larutan Bouins selama 24 jam. Kemudian dilakukan dehidrasi dalam alkohol seri, kliring dalam xylol, infiltrasi dan embedding dalam parafin. Organ dipotong dengan menggunakan mikrotom (microtome) dengan ketebalan 5 mikron. Masingmasing sediaan dibuat 5 sayatan dengan interval 10 sayatan. Sedangkan pewarnaan dilakukan dengan menggunakan hematoksilin-eosin.9 Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap perubahan histologis organorgan dimaksud, dengan menggunakan mikroskop elektrik pada perbesaran 10 x 40. Agar bidang pandang stabil pada pengamatan, dibuat batasan dari kertas yang ditempatkan pada lensa okuler. Sebagai parameter, adanya perubahan histologis pada organ-organ utama hewan percobaan, dilihat kemungkinan adanya degenerasi, nekrosis dan pendarahan.
3
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 Analisa Data Data jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok digunakan untuk menghitung dosis lethalis (LD 50 ) dengan menggunakan metode Well, C.S 12 , yang selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi intensitas (potensi) toksisitas akut menurut kriteria Gleason, N.M.10 Untuk mengetalui pengaruh berbagai tingkatan dosis ekstrak ethanol daun klausena terhadap organ utama hewan percobaan dilakukan pengamatan secara deskriptif dari sediaan histologis. Dengan demikian dapat diketahui spesifitas spektrum efek toksis pada tikus putih yang disebabkan oleh ekstrak etanol daun klausena. Implikasi Etik Eksperimentasi Hewan percobaan Pengelolaan hewan percobaan mengikuti Animal's Ethic yang sesuai dengan Declaration Of Helsinki.11 Hasil dan Pembahasan Hasil Ekstraksi Daun Klausena Hasil ekstraksi 400 g daun klausena (Clausena anisata Hook. f) segar dengan etanol 80%, diperoleh ekstrak etanol daun klausena rata-rata 10,6 g. Nilai Dosis Letalis (DL 50, LD 50) Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun klausena dilakukan selama 14 hari. Jumlah kematian hewan percobaan telah memenuhi kriteria yang tercantum dalam yang metode Weil, C.S12,seperti ditunjukkan dalam tabel 1. Dengan menggunakan metode tersebut, maka diperoleh LD 50 ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih 3407,37 mg / 200 g BB atau 17036,85 mg/kg BB, secara oral. Untuk menentukan tingkat toksisitas akut suatu bahan,
Gleason,N.M. 10 telah membuat klassifikasi bahan dengan berbagai tingkat toksisitas. Adapun batas minimum keamanan bahan-bahan yang digunakan adalah pada bahan-bahan dengan nilai LD 50 >15. 000 mg /kg BB secara oral pada tikus. Dengan demikian LD 50 ekstrak etanol daun klausena sebesar 17.036,85 mg/kg BB secara oral lebih besar dari 15.000 mg/kg BB, sehingga dapat dikatakan praktis tidak beracun (Practically Non Toxic). Gejala-Gejala Toksisitas Pada pengamatan setelah pemberian ekstrak etanol daun klausena secara oral dengan dosis 0,55 – 2,2 mg / 200 g BB, ditemukan gejala-gejala berupa keringat banyak, takhikardia dan pernafasan cepat. Gejala-gejala yang terlihat pd dosis ini hilang setelah 2-4 jam kemudian. Sedangkan pada dosis 4,4 /200 g BB didapat kematian 3 ekor (67,7%) dan 5 ekor (100%) pada dosis 8,8 mg/ 200 g BB. Efek toksik pada dosis ini sudah mulai terjadi pada menit ke 30 - 180 setelah pemberian obat uji, yaitu berupa penurunan aktifitas motorik, berkeringat banyak, pernafasan sangat cepat, takhikardia, konvulsi berkali-kali, koma dan mati. Kematian pada dosis 4,4 mg/ 200 g BB terjadi kurang lebih 3 jam setelah pemberian obat uji. Hal ini mungkin disebabkan adanya perbedaan sensifitas individual, mengingat sampai dosis tertinggi terlihat adanya hubungan dosis dengan respons. Berdasarkan pengamatan pada hewan uji, efek toksisitas yang ditimbulkan dapat digolongkan sebagai efek eksitasi terhadap sistem saraf pusat (tremor, konvulsi) serta efek terhadap aktivitas motorik (gerakan lemah dan lambat).
4
Hanifah Yusuf, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Klausena
Intensitas dan Spektrum Efek Toksis Hasil pemeriksaan mikroskopis (histologis) terhadap organ-organ hewan percobaan, pada kelompok yang mendapatkan dosis 0,55-2,2 mg/200 g BB secara deskriptif dapat dikatakan tidak ditemukan adanya perubahan yang berarti. Perubahan pada organ hewan percobaan, hanya terjadi pada dosis tertinggi yaitu pada dosis 8,8 mg/200 g BB yaitu berupa degenerasi, nekrosis dan pendarahan sel. Perubahan Berat Badan Penimbangan berat badan hewan percoba-
an dilakukan 2 kali dalam seminggu, hasilnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel ini menunjukkan bahwa perubahan berat badan pada tikus putih yang mendapatkan perlakuan tidak begitu berbeda, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan berat badan yang berarti setelah pemberian ekstrak etanol daun klausena dengan berbagai tingkatan dosis secara tunggal. Dengan demikian terbukti bahwa ekstrak etanol daun klausena dengan dosis 0,55 – 8,8 mg/200 g BB tidak menyebabkan perubahan berat badan yang nyata (p > 0,05).
Tabel 1. Kematian Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Klausena Kelompok
Hewan Percobaan(Tikus Putih)
Dosis Tunggal Mg EEDK/200 g BB
Jumlah Kematian Tikus Putih
I
5 ekor
1 ml GA 2%
0
II
5 ekor
0,55
0
III
5 ekor
1,1
0
IV
5 ekor
2,2
0
V
5 ekor
4,4
3
VI
5 ekor
8,8
5
Tabe12. Perubahan Berat Badan Tikus Putih Pada Uji Toksisitas EEDK Kelompok Berat Badan Sebelum Pertakuan (g)
Berat Badan Setelah Perlakuan (g)
P-1
105,33 ± 6,51
103,33 ± 5,52
P-2
108,66 ± 6,72
106,66 ± 6,23
P-3
102,66 ± 6,60
102,66 ± 6,81
P-4
153,99 ± 26,70
155,99 ± 24,42
P-5
192,66 ± 22,43
189,99 ± 24
P-6
170,66 ± 13,09
172 +12,94
5
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 1 April 2011 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Penelitian
Daftar Pustaka 1.
Secara umum diketahui bahwa pemberian satu dosis obat pada sekelompok individu akan menunjukkan variasi respon, baik dalam bentuk efek terapi maupun efek toksik. Banyak hal yang dapat mempengaruhi respon individu terhadap obat, antara lain umur, jenis kelamin, spesies, keadaan patofisiologis, dan lingkungan. Meskipun percobaan yang dilakukan telah dikondisikan dalam keadaan konstan, tetapi selalu saja menghasilkan perbedaan, hal ini dikarenakan adanya variasi biologik antar individu hewan percobaan. Kesimpulan Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak etanol daun klausena (Clausena anisata Hook.f) tidak toksik, dengan nilai LD 50 = 17036,85 mg / kg BB > 15.000 mg/ kg BB. 2. Ekstrak etanol daun klausena tidak memiliki spektrum efek toksik yang berarti karena masih berada dibawah batas angka tidak toksik yang dinyatakan oleh Gleason, M. N (Practically Non Toxic > 15.000 g/kg BB). 3. Gejala-gejala toksik terjadi pada dosis 8,8 mg/ 200 g BB berupa keringat banyak, takhikardia, pemafasan cepat, konvulsi, koma dan kemudian mati. 4. Pemberian ekstrak etanol daun klausena pada tikus putih tidak menunjukkan perubahan berat badan yang nyata. 5. Secara mikroskopis terjadi perubahanperubahan histologis organ tikus putih pada dosis ekstrak etanol daun klausena 8,8 mg/ 200 g BB, berupa degenerasi sel, nekrosis dan pendarahan.
Hargono, Dj. Tumbuhan Obat dan Pelayanan Kesehatan dalam Antropologi Kesehatan Indonesia . Pengobatan Tradisional. Editor Azwar Agoes dan T.Yacob. Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002:13 34. 2. Lewis, W.H. and Lewis, P.F.E. Medical Botany In Plants Affecting Man's Health. 1 st ed. New York , London: A. Wiley Interscience Publication. Jhon Wileyson.1977: 237 -369 3. Burkill, LH. A Dictionary Of The Economic Products Of The Malay Peninsula . Vol I. Goverments Of The Straits Settlement And Federated Malay States By The Crown Agents For The Colonies. Millbank, London. 1935: 577 – 578 4. Westphal, E. dan Jansen, P.C.M. Plant Resources Of South-East Asia . Bogor , Indonesia.1993:88 – 90 5. Yusuf, H. Efek Analgesia Ekstrak Daun Klausena (Clausena anisata Hook.f.) Pada Tikus Putih Dengan Metode Rat Tail Flick Test. Thesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.2000. 6. Ito, C. et al. New Carbazole Alkaloids From Clausena Anisata Hook.f. With Antitumour Promoting Activity. Journal Of Natural Product. 1999. 63 (1): 125 – 128 7. Santos, A.C; Santos, S.P; Solevilla,C.R. Phytochemical, Microbiological And .Pharmacological Screening, Of Medicinal Plants. Manila ,Philippness: GMS Publishing Corporation.1978:37 – 55 8. Ghosh, M.N. and Schild, H.O. Fundamentals Of Experimental Pharmacology. Scientific Book Agency, Calcutta. 1971: 84 - 88 9. Gridley, M.F. Manual Of Histologic And Special Staining Technics. 2"' ed. The Blakiston Divisio. New York , Toronto , London: Mc Graw- Hill Book Company, Inc. 1960. 10. Gleason, M.N. Clinical Toxicology On Commercial Products. Baltimore: The William & Wiltkins Company. 1969: 3 - 5. 11. Tuffery,A.A..Laboratory Animals An introduction For New Experimentals. Chichester, New York, Brisbane , Toronto, Singapore: A. Wiley-Interscience Publication. 1985. 1: 1 – 53 12. Weil, C.S. Tables For Convenient Calculation Of Median Effective Dose (LD 50 and ED 50) and Instruction In Use. Biometrics. 1952. 8: 249 - 63.
6