JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011 GAMBARAN SPIROMETRI PADA IBU-IBU PENDERITA BATUK DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR Saminan Abstrak. Batuk merupakan suatu gejala penyakit yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Dapat menyebabkan perubahan pada sistem respirasi seperti penurunan ventilasi akibat tertimbun dahak, sehingga terganggu udara masuk dan keluar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskripsi lapangan. Ibu-ibu yang sudah menderita batuk lebih dari tiga hari di ukur kekuatan mengeluarkan napas ekspirasi paksa atau Forced Expiratory Volume In One Second (FEV1), dalam menentukan jumlah sampel secara quota sampling sebanyak 40 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita batuk mengalami obstruksi ringan 30 orang (75%), sedang 8 orang (20%), berat 2 orang (5%). Dapat disimpulkan bahwa penderita batuk menggambarkan kurang mampu menghembus nafas dengan kuat (ekspirasi paksa) melalui spirometer. Kata Kunci : Batuk, Nilai Spirometri dan Pernapasan. Abstrak. Cough is a symptom that is much complained by people. It can cause the change on respiratory system, such as narrowing vent due to be covered with sputum, thus it can hamper air in and out. The purpose of this research was to know the description of spiometry on women who had cough at Darussalam sub-district of Aceh Besar regency. This research was done by applying field description method. The women who had cough more than three days were measured the strength of forced expiratory volume in one second (FEV1). The sampling method used was quota sampling on 40 respondents. The result of this research showed that the women who had mild obstruction was 30 respondents (75%), middle obstruction was 8 respondents (20%), severe cough was 2 respondents (5%). It can be concluded that the sufferers had the problem to blow breath strongly (Forced expiratory) through spirometry. Keywords: Cough, Spirometry Value and Respiratory
Pendahuluan Udara secara normal masuk ke tubuh melalui hidung dengan sistem penyaringan, mulut juga dapat menghirup udara yang melewati sistem penyaringan hidung. Udara yang telah terjadi penyaringan berpindah ke laring, faring, trakea dan bronkus ; setelah melewati percabangan bronkus menuju paru sehingga paru mendapat pasokan oksigen (O2) segar ke darah di paru dan membuang korbon dioksida (CO2) sisa pembakaran. 1-3 Saluran udara mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis dipertahankan dalam keadaan tetap lembab oleh lapisan lendir yang menutupi seluruh permukaannya. Saminan Adalah Dosen Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Selain menjaga permukaan saluran napas tetap lembab, lendir menangkap partikel-partikel kecil dari udara masuk (inspirasi) agar tidak ikut masuk ke dalam alveoli, seluruh permukaan saluran pernapasan mulai dari hidung sampai saluran yang lebih rendah di lapisi dengan epitel yang bersilia. Silia ini bergerak secara kontinue dengan gerakan 10-20 kali perdetik dan gerakan selalu ke arah faring, kemudian nasib lendir bersama partikel-partikel yang terperangkap di dalamnya akan ditelan atau di batukkan keluar. 2,4-6 Batuk adalah suatu reflek fisiologis pada keadaan sehat maupun sakit dan dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Reflek batuk lazimnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak 84
Samian, Gambaran Spirometri Pada Ibu-Ibu Penderita Batuk Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar
di beberapa bagian dari tenggorokan (epiglotis, laring, trakea, dan bronki). Mukosa selaput lendir ini memiliki reseptor yang peka untuk zat-zat perangsang (dahak, debu, peradangan), yang dapat mencetuskan batuk. 1,3,5,7,8 Mantel lendir yang sudah mengental (dahak) di saluran napas maka akan mengalami hambatan aliran udara keluar (obstruksi jalan napas) yang mencakup semua penyakit saluran napas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronki disertai pengembangan mukosa (udem) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. 9,10 Obstruksi jalan pernapasan biasanya diketahui dari pemeriksaan ekspirasi (hembusan napas) yang kuat dan cepat udara yang dihembus melalui spirometer yang dikenal dengan nama Tiffneau test. Hasil pemeriksaan ini biasanya dinyatakan dalam satu waktu tertentu yaitu satu detik yang disebut volume ekspirasi maksimal satu detik (Force Ekspiratory Volume 1 SecFEV1). Pada orang dewasa normal tidak ada obstruksi pada jalan napas FEV1 ini biasanya mencapai ≥75% dari besarnya kapasitas vital, bila ada obstruksi di jalan pernapasan menghasilkan angka lebih rendah yaitu : 1). Ringan : 60 – 75% ; 2). Sedang : 40 -60 % dan 3). Berat ≤40%.4,11 Pemeriksaan spirometri merupakan sebagian dari pemeriksaan faal paru, yaitu pemeriksaan terhadap fungsi ventilasi. Untuk pemeriksaan ini digunakan alat spirometer yang mengukur arus udara dalam satuan isi dan waktu. Spirometer dapat mencatat nilai pada inspirasi dan ekspirasi, yang lebih umum pencatatan pada waktu ekspirasi.12,13 Pemeriksaan faal paru dengan spirometri dapat menentukan derajat
penyempitan saluran napas. Pasien harus melakukan manuver sederhana dengan menarik napas semaksimal mungkin kemudian mengeluarkan udara (menghembus udara) secepat mungkin ke dalam tabung Spirometer, sehingga dapat menggambarkan fungsi saluran napas yang menampilkan nilai FEV1 dalam persen, parameter ini sering dipakai sebagai pengukuran tunggal terbaik untuk fungsi paru. 14-16 Fungsi menghirup udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) yaitu menyediakan oksigen bagi seluruh sel yang ada didalam tubuh dan membuang kelebiham karbon dioksida sebagai hasil samping metabolisme sel yang tidak diperlukan. Oleh karena itu pengukuran kekuatan hembus napas berguna untuk mengetahui tingkat hambatan jalannya udara di saluran pernapasan, bila udara yang masuk ke sel tidak cukup maka tubuh tidak dapat melakukan aktifitas dengan lancar artinya tubuh mengalami sakit. Pada keadaan istirahat orang dewasa muda dan sehat bernapas 12-15 kali setiap menit. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskripsi lapangan. Populasi Polpulasi penelitian ini adalah ibu-ibu penderita batuk yang telah menderita lebih tiga hari di Kecamatan Darussalam Kabupaten A.Besar.
85
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011
Tempat Penelitian Tempat penelitian terdiri dari lima desa yang diambil secara acak yaitu Desa Lambitra, Desa Lamduro, Desa Tungkop, Desa Lampuuk dan Desa Lamtimpeung Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Sampel Penelitian Sampel penelitian ini ibu-ibu yang sedang menderita batuk lebih dari tiga hari sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel non random ( non probabilitas) sampling, dalam menentukan jumlah sampel dengan menggunakan metode quota sampling.17,18 Kriteria inklusi : 1. Jenis kelamin : 2.Perempuan 3. Umur : 22-36 tahun 4. Tinggi badan : 150 – 160 cm 5. Berat Badan : 45-65 kg Alat Yang Dipakai Alat yang dipakai dalam penelitian ini untuk mengukur kekuatan hembus napas ( ekspirasi paksa) dipergunakan Spirometer dengan merek Vitalograph COPD-6 (Cat.No.40200) alat ini digunakan untuk mengukur pernapasan (ekspirasi) dengan menampilkan nilai FEV1 dalam persen (%). Cara menggunakannya terutama dengan menekan tombol untuk hidup terdengar bunyi dan dapat dilihat pada layar monitor, menekan tombol yang ada tanda panah sampai keluar tanda jenis kelamin dan tekan kembali tanda tombol
sehingga menampilkan gambar mulut berarti alat siap untuk bekerja, subjek menarik napas dalam sambil berdiri lalu meniup dengan kuat dan cepat sampai habis napas ke dalam spirometer melalui mouthpiece untuk menampilkan nilai FEV1. Cara Penelitian Sebelum pemeriksaan pernapasan dilakukan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan mengukur fungsi saluran pernafasan dan kesehatan paru, dijelaskan bahwa pemeriksaan dengan alat spirometer tidak menimbulkan rasa sakit. Subjek memegang spirometer lalu menarik napas dalam sambil berdiri lalu menghembus dengan cepat dan kuat (ekspirasi paksa) ke dalam spirometer yang mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemeriksa dengan jelas dapat digunakan bahasa isyarat, untuk menegaskan terutama saat menghirup napas dalam dan mengeluarkan udara dengan kuat dan cepat sampai habis napas dalam paru. Petugas mencatat angka yang ditunjukkan oleh spirometer. Analisis Hasil Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS persi 16,0. Hasil dan Pembahasan Hasil pemeriksaan pernapasan dengan spirometer terhadap ibu-ibu penderita batuk sebanyak 40 orang seperti tabel di bawah ini
86
Samian, Gambaran Spirometri Pada Ibu-Ibu Penderita Batuk Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar
Tabel 1. Karakteristik Ibu-Ibu Penderita Batuk Variable
Mean ± SD N = 40
Umur (Tahun)
26,73 ± 4,484
Berat Badan (Kg)
155,8 ± 3,236
Tinggi Badan ( cm)
50,15 ± 5,260
Tabel 2. Hasil Pengukuran Pernapasan dengan Spirometer Ibu-Ibu Penderita Batuk Tipe Ostruksi (%)
Nilai FEV1 (%)
Jumlah
%
Normal
≥75
0
0
Ringan
60 – 70
30
75
Sedang
40 – 60
8
20
< 40
2
5
Berat
Dari tabel 2 ternyata ibu-ibu penderita batuk sebanyak 40 orang terdiri dari lima desa, menunjukkan nilai spirometer yang dilakukan dengan menghembus napas paksa di bawah patokan normal ( tidak mencapai ≥ 75%) berarti di jalan pernapasan ada obstruksi dengan tingkat ringan 30 orang (75%), sedang 8 orang (20 %), dan berat 2 orang (5%). Penelitian ini dilakukan pemeriksaan kekuatan hembus napas (ekspirasi paksa) dengan spirometri pada ibu-ibu penderita batuk untuk menentukan derajat penyempitan saluran napas. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 40 orang ibu-ibu penderita batuk terbukti tidak mampu mengeluarkan udara dengan cepat dari saluran napas, spirometer menunjukkan nilai FEV1 di bawah patokan normal yaitu tidak mencapai ≥ 75%. Ibu-ibu penderita batuk dapat dinyatakna bahwa
adagangguan di saluran pernapasan yang dapat menghambat aliran udara di karenakan adanya benda asing atau dahak yang menyumbat dapat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas yang merupakan kelainan pada proses ekspirasi yang dapat di artikan udara dalam paru sulit dikeluarkan pada waktu hembus napas (ekspirasi) sehingga volume dan kapasitas paru meningkat.19 -21 Dari hasil pengukuran pernapasan ekspirasi terhadap 40 orang ibu-ibu penderita batuk semuanya nilai FEV1 tidak mencapai ≥75% (dibawah normal), penderita batuk ada obstruksi di saluran napas. Penyakit-penyakit paru dengan obstruksi saluran napas biasanya jauh lebih sukar melakukan ekspirasi dari pada inspirasi karena kecenderungan menutupnya jalan napas sangat bertambah dengan tekanan positif pada dada selama ekspirasi, sementara 87
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011 tekanan pleura negatif pada saat inspirasi akan menarik jalan napas sehingga membuka saat yang sama dengan perkembangan alveoli, oleh karena itu udara cenderung untuk lebih mudah memasuki paru, tetapi kemudian terperangkap di dalamnya, bila hal itu terjadi selama sebulan atau bertahuntahun efek ini akan menaikkan kapasitas total paru dan volume residu, obstruksi jalan napas lebih mudah terjadi kolaps saluran napas, sehingga aliran ekspirasi maksimum jauh berkurang.2,9
9.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penderita batuk menggambarkan kurang mampu menghembus napas dengan kuat (ekspirasi paksa) melalui spirometer.
14.
10.
11.
12.
13.
15.
16. 17.
Saran Perlu dilakukan lebih lanjut untuk memperbaiki kekuatan pernapasan atau Forced Ekspiratory Volume in One Second (FEV1).
18. 19.
20.
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
21.
Price, S.A., Wilson, L.M.. Fisiologi prosesproses penyakit. EGC. Jakarta 1995. Tjay, T.H. & Raharja, K.. Obat-obat penting. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta 2002. Levitztky, M.G. Pulmonary Physiology. Edisi 6. New York: Mcgraw-Hill Companies 2003. Darmawan, M.T.S., Naning, R. Dan Sadjimin, T. Nilai Faal Paru Penderita Asma siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kotamadya Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran. 2001. 33 (1) : 33-42 Syamsiah, A. Dan Yunus F.. Pemeriksaan Spirometri Collis. Jurnal Respiratori Indonesia 1997. 17(1) : 46-51 Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit. Edisi ke 7. EGC. Jakarta 1994. Guyto, Hall..Text Book of Medical Physiologi. New York. W B Saunders Company 1996. Hani,R.M. Fisika Kesehatan. Edisi 2. EGC. Jakarta 2006. Budiarto, E. Metodelogi Penelitian Kedokteran. EGC. Jakarta 2003. Notoadmodjo,S. Metodelogi Penelitian kesehatan. PT Rineka Jakarta 2005. Surjadhana, A. Laju Puncak Ekspirasi pada Mahasiswa Pria Sehat. Majalah Ilmu Faal Indonesia 2004. 3(3) : 158-164 Underwood, J.C.E. Patologi : Umum dan sistematik. EGC. Jakarta .2000. Yunus, F. Latihan dan Pernapasan. Jurnal Respirologi Indonesia 1997. 17 : 68-69.
Asagaff, H. Dan Mukty, H.A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya 2008. Ward, J.P.T., Clarke, R.W., dan Linden, R.W.A. At a Glance Fisiologi. Gelora Aksara Pratama, Erlangga 2004. Cameron,J.R., Skofronik, J.G dan Grant, R.M.. Fisika Tubuh Manusia. Edisi 2. EGC. Jakarta 2006. Imron, A. Respirasi. Dalam buku Monograf Fisiologi manusia, Suwono (ed). Pusat Antar Universitas UGM. Yogyakarta 1993. Sherwood, L. Fisiologi manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta 2001. West, J.B. Pulmonary Pathophisiology. New York : Williams and Wilkns 2009. Djaja-Surya-A. Manual Ilmu Penyakit Paru. Binarupa Aksara. Jakarta 1990. Anugerah. Patofisiologi. Edisi 4. EGC. Jakarta 1995.
88