JEFFRI ARDIYANTO
3 REMAJA ALAY EPISODE
“PETUALANGAN DI NEGERI CINTA"
Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
3 REMAJA ALAY & PETUALANGAN DI NEGERI CINTA
Oleh: Jeffri Ardiyanto Copyright © 2015 by @Jefcomindo Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Penerbit @Jefcomindo Jefcomindo.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: @Jefcomindo
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
DAFTAR ISI
Ucapan Terima Kasih
3
Kata Pengantar
5
Daftar Isi
7
Chapter 1 (Awal Dari Permulaan)
9
Chapter 2 (Portal Lorong Waktu)
53
Chapter 3 (Kerajaan Jawanagara)
105
Chapter 4 (Dimulainya Petualangan)
147
Chapter 5 (Dimensi Lain)
237
Chapter 6 (Perjuangan Terakhir)
383
Tentang Penulis
407
3
BUKU PERTAMA
4
CHAPTER 1 “AWAL DARI PERMULAAN”
SCENE 1 Dahulu kala, ketika zaman masih bersih serta asri. Pemandangan yang menakjubkan penuh dengan kedamaian. Oh sungguh keadaan yang demikian membuat hati terasa tentram dan nyaman. Mencoba menjelajah ke dalam istana kerajaan, maka kita akan melihat seorang Raja yang bijaksana bukan bijaksini. Berbadan tambun cocok dengan pakaian kebesarannya yang memang besar dan longgar. Mukanya yang sedikit sangar tetapi hatinya baik. Seperti kebanyakan orang bilang. Tampang boleh preman tetapi hati selembut salju. Beliau memiliki seorang Putri Raja yang sangat cantik sekali. Dengan bibir merah merekah. Hidung mungil agak mancung. Mata dengan tatapan yang tajam serta bersih. Pipi yang sedikit chubby atau 5
sedikit tembem tapi tidak tembem – tembem sekali. bayangin aja kaya temen kamu yang cakep. Tubuhnya yang ramping seperti gitar spanyol. Entah itu melody atau bass. Hari itu sedang berlangsung sebuah rapat besar. Para Punggawa, Abdi dalem Istana, serta Senopati, dan Tumenggung berkumpul di ruang utama istana kerajaan. Mereka duduk tenang sedari tadi melihat Rajanya yang bolak – balik celingukan kesana – kemari. Kali ini Raja nampak gelisah hebat. Tingkahnya makin aneh, yakni terkadang berdiri kemudian duduk lagi terus kembali berdiri lagi memandangi apapun yang ada dalam pandangannya. Bahkan laba – laba yang sedang bergelantungan dari tiang saka satu ke tiang saka lainnya mirip spiderman itu tak luput dari perhatiannya. Sang Putri ayahandanya itu.
keheranan
melihat
tingkah
“Apa yang engkau lakukan ayah? mengapa melakukan hal seperti itu?” Sang Raja tersentak mendengar pertanyaan dari Putrinya. Setelah berpikir agak lama, Raja mulai mengucapkan kata – kata namun dengan berbisik – bisik. “Jangan beritahu siapa – siapa Putriku, ayah sedang terkena musibah.”
6
Mendengar jawaban seperti itu si Putri makin dibuat terheran - heran. “Musibah apa ayah? Cobalah ceritakan. Siapa tahu aku bisa membantu.” Sang Raja terlihat memerah sekali wajahnya seperti menahan sesuatu. Raja tak kuasa dan tidak berani mengatakan kepada Putrinya itu tentang musibahnya. Dengan berkali – kali memberi tanda atau sinyal menolak untuk menjawab pertanyaan dari Putrinya. “Ayah tidak mungkin memberitahu ini, karena hal ini sangatlah penting. Ayah sudah bersumpah bahwa masalah dari musibah ini akan ayah simpan sendiri. Ayah tidak mau melihat Putri ayah sedih mendengar musibah ini. Karena ayah sangat sayang Putri.” kata Raja. Putri sangat terharu hingga air matanya mengalir melalui pipinya yang ranumnya bukan maen itu. Bahkan air mata itu sengaja berlama - lama meliak liuk di atas tempat yang tidak mungkin ada lelaki yang menolak untuk hinggap di sana. “Putri semakin sayang Ayah.” jawab Putri yang sambil mendekap lengan kiri Raja. Dilihat lekat – lekat wajah Putrinya itu, semakin teringat akan permaisurinya. “Mirip sekali.” batin Raja. Tidak bosan – bosannya Tumenggung melihat Putri itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tentu 7
saja pas pertengahan pandangannya sedikit dipelan – pelanin. Tumenggung membatin, andaikan saja dirinya bisa menikahi Putri Raja itu. Maka ia adalah pria yang paling beruntung. Namun pikirannya buyar serta hilang karena tiba – tiba Senopati yang ada disebelahnya menepuk bahu kirinya hingga membuat Tumenggung itu tersadar dari imajinasi tingkat tiga mie bungkus yang disenggol kucing langsung roboh. “Menurutmu, apakah kerajaan ini akan bertahan lama?” tanya Senopati. Tumenggung menjawab.
dengan
mantab
langsung
“Tentu saja, sri Baginda Raja adalah Raja yang maha sakti. Dia adalah satu-satunya yang memiliki Keris sakti mandraguna. Walaupun beliau sudah tua, tetapi tetap saja tidak terkalahkan.” kata Tumenggung penuh dengan kemantapan. Senopati dengan muka tersenyum sinis memandangi Raja. Kemudian kembali memandangi Tumenggung. “Kau belum tahu? Keris Raja telah hilang. Beberapa hari yang lalu, Keris itu telah dicuri orang yang tidak kenal. Dan sekarang pencuri itu pun kehilangan Keris itu karena juga dicuri oleh teman persengkongkolannya sendiri.” Tumenggung langsung terkaget.
8
mendengar
jawaban
itu
“Bagaimana kau tahu Keris Raja telah hilang?” tanya Tumenggung penuh keheranan. “Karena aku lah pencuri pertama itu dan sekarang aku akan mengambilnya kembali. Dan aku percaya bahwa orang yang mengambilnya adalah Tuan Putri anak dari Raja itu sendiri!” kata Senopati. Sebelum Tumenggung mencabut pedangnya, Senopati lebih dulu menusukkan pedangnya kearah tubuh Tumenggung. Seketika itu gemparlah seluruh istana melihat Tumenggung terbunuh ditangan Senopati. Raja langsung memperintahkan Prajuritnya untuk menangkap Senopatinya. Namun tak disangka maupun tak diduga. Para Prajurit, Bangsawan, serta Abdi dalem berdiam diri tanpa melakukan perintah dari Rajanya. Namun tetap saja tidak ada yang melakukan perintah Raja. Tiba – tiba Putri berdiri sambil memandangi raja dengan penuh senyum sinis. Dan anehnya malah Putri ketawa sekeras dan sejadi jadinya tapi tidak sampai guling – guling dilantai. “Kenapa Putri tertawa?” tanya Raja heran. Bukannya dijawab malah Putri makin lama ketawanya. Lalu berhenti dengan sendirinya, mungkin saja ada lalat masuk.
9
“Ayah tahu, sekarang ayah tidak memiliki hak wewenang apapun untuk memerintah di kerajaan ini !” kata Putri penuh emosi lalu tertawa kembali. “Kenapa begitu anakku? Kenapa kamu malah mentertawai ayahmu sendiri?” tanya Raja. Dengan melangkahkan kaki menuju gerombolan Senopati, Bangsawan, Abdi dalem serta Prajurit. Putri menunjukan jarinya kearah Raja. Makin terbungkamlah mulut Raja karena memang itu benar adanya. Kemudian Putri memerintahkan Senopatinya untuk menangkap Raja namun Senopati itu menolak keras. “Aku tidak akan menuruti perintahmu, jika kau tidak memberikanku Keris Raja yang telah kau curi kembali dariku!” kata Senopati. Mendengar perkataan yang tak masuk akal itu, Putri memicingkan matanya serta mencuatkan alis kanannya yang lumayan lebat. “Apa yang kau katakan? Aku tidak mengambil Keris Raja itu darimu.” jawab Putri. Senopati tidak lantas percaya begitu saja. Ibarat zaman sekarang kalau ada alat pendeteksi kebohongan, maka pasti Senopati itu akan menggunakannya. Namun tidak mungkin, Senopati itu kan tidak tahu alat itu. Namun tiba – tiba sebuah cahaya keluar ditengah antara gerombolan (maksudnya pihak) dari Putri dan Raja yang berdiri melongo saja di atas 10
mimbar singgasananya. Cahaya itu menyelubungi seluruh ruang utama istana tersebut. Tiga orang yang tidak dikenal serta berpakaian aneh keluar dari cahaya putih tersebut. Mereka saling pandang memandang satu sama lain seakan – akan mereka baru saja melihat sesuatu yang diluar nalar mereka. Diantara mereka ada yang memegang sebuah Keris. Senopati nampak keheranan sambil melongo melihat kejadian itu tetapi tersadarkan diri bahwa salah satu dari tiga orang misterius itu membawa Keris yang dicarinya. Senopati merasa terheran – heran mengapa Keris itu ada ditangan salah seorang diantara manusia aneh yang keluar dari cahaya. Mungkin tiga orang aneh itu adalah jin yang keluar dari asap. Eh tunggu dulu, itu bukan asap tetapi cahaya putih jadi bukan jin. “Hey kalian, kenapa kalian ada di sini dan kenapa Keris itu ada bersama kalian.” tanya Senopati bernada galak kearah tiga orang yang tidak dikenal itu. Makin dibuat bingung tiga orang itu ditanya seperti itu. Salah seorang manusia misterius itu menjawab. “Sori aja bang, gue juga enggak tau kenapa kita – kita ini ada dimari.” tanya orang yang memegang Keris Raja. Kali ini yang makin bingung malah Senopati sendiri dan juga para Bangsawan, Abdi dalem, Putri, 11
dan Raja karena mendengar bahasa yang lumayan aneh itu. Jarang atau malah bahkan mereka tidak pernah mendengarnya baru kali ini, mungkin. “Kalian darimana? Pakaian kalian aneh dan juga bahasa kalian tidak bisa dimengerti.” tanya Putri sambil mengaruk lehernya entah itu karena gatel atau mungkin kegatelan. Salah satu diantara tiga orang misterius itu malah menikmati adegan yang dilakukan oleh si Putri. Mungkin saja membayangkan sesuatu yang tidak seharusnya dibayangkan dalam waktu genting itu. Namun apa daya, pikirannya yang terlalu liar membuatnya dilepas di hutan belantara. Dan itu adalah singa yang liar bukan dari salah satu tiga orang misterius itu. “Kami enggak tau, jika kalian nanya ama kami. Trus kami nanya ama siapa?” jawab dari salah seorang dari tiga orang misterius itu. TIBA – TIBA ! Sang Raja bergegas menghampiri orang misterius yang memegang Keris, lalu menyambarnya. Orang tersebut kaget dan agak terkejut. Karena disamping Keris yang dipegangnya raib dari tangan, tetapi juga bau menyengat berseliweran di sekitarnya. “Ini adalah Kerisku, inilah pusakaku. Tidak ada yang berhak selain aku!” kata Raja itu dengan tangan kanannya memegang Keris dan tangan kirinya 12
memegang pantatnya sendiri sambil cengengesan menahan perih atau apalah. Senopati beserta Tuan Putri makin murka melihat peristiwa yang baru saja disadari. (hello tadi kemana aja). Senopati terlihat bersiap – siap mencabut pedangnya. Gerak geriknya terbaca oleh Raja, yang menandakan akan terjadi sebuah pertarungan hebat diantara mereka. “Akan aku rebut kembali Keris itu. Aku lah yang pantas memilikinya!” kata Senopati sembari tersenyum sinis. Mendengar tantangan seperti, Raja semakin murka. Merah padam menyala diraut mukanya. Menandakan bahwa emosinya telah menjulang ke angkasa raya merdeka. Tanpa banyak pikir, Senopati melangkahkan kaki dengan gesitnya menuju arah lawannya. Senjata pedangnya sembari diayunkan kemudian terdengar “CRING!” Menandakan seperti layaknya dua benda terbuat dari besi bertabrakan. Berkali – kali bunyi “CRING” “CREK” sahut menyahut silih berganti. Tidak ada henti – hentinya bunyi itu semakin menganggu telinga saja. Para Bangsawan, Abdi dalem, Serta Prajurit merasa kebingungan mendengar suara itu. Bahkan mereka merasa matanya masing – masing terasa perih melihat kilatan – kilatan cahaya yang sambar 13
menyambar. Bunyi cring berbarengan dengan munculnya kilatan cahaya putih yang memuakkan siapa saja yang memandangnya. Selidik penuh selidik ternyata kilatan dan bunyi cring itu bersumber dari HANDPHONE salah satu orang misterius itu. Orang itu mengabadikan momen langka itu dengan kamera foto super canggih masa kini yaitu VGA, katanya. Senopati dan Raja dibuat terheran – heran melihat benda kotak persegi lumayan gepeng kaya pembalut wanita. Benda yang dipegang oleh orang misterius itu memancarkan sinar sekaligus suara aneh layaknya pedang yang saling bertabrakan. Sang Putri pun dibuat takjub oleh benda itu, membuat Putri meminta benda itu untuk dirinya. Si Putri tidak tinggal diam, dirinya lantas berusaha merebut benda ajaib itu dari pemiliknya. Terjadilah saling rebut merebut benda itu. Dua teman orang misterius itu berusaha membantu kembali namun dengan tenaga yang kuat Putri menonjok wajah kedua teman orang itu hingga berdarah. Ketika terjadi peristiwa yang belum tercatat dalam sejarah manapun, Raja berusaha kabur. Senopati tidak menyadarinya karena terlalu fokus melihat peristiwa yang belum dia alami. Namun setelah menoleh kearah dimana Raja itu berada. JEDAR! Sosok Raja itu telah hilang dari pandangan mata Senopati. “Sialan, kemana perginya Raja biadab itu.” seru Senopati sambil memandangi kiri kanan. 14
Dilihatnya noda warna di lantai putih itu. Warna itu sangat mencolok matanya karena noda itu berwarna kekuningan. Dan itu ada disepanjang dari tempat berdirinya Raja tadi hingga menuju pintu keluar ruang utama istana. Tanpa berpikir panjang, karena memang otaknya tidak panjang. Senopati bergegas mengejar dengan menuruti jejak noda kuning itu.
APA YANG SELANJUTNYA?
AKAN
TERJADI
PENASARAN ? BELI DONK BRO . . . .
15