IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil 4.1.1 Volume Cairan Semen Penghitungan volume cairan semen dilakukan pada tiap ikan uji dengan perlakuan yang berbeda. Hasil rata-rata volume cairan semen yang didapatkan disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut.
Volume Semen (ml/kg BT)
0.200 0.180 0.160
0.184 y = 0.085x - 0.094 R² = 0.834 r = 0.913
Kontrol
0.140
Perlakuan I
0.120
Perlakuan II
0.100 0.080 0.060 0.033
0.040 0.020
0.013
0.000 kontrol
I
II
Perlakuan Gambar 4. Volume cairan semen ikan gurame tiap perlakuan dosis Ovaprim Rata-rata volume cairan semen tertinggi adalah 0,184±0,13 ml/kg bobot tubuh ikan dan didapatkan dari ikan perlakuan 2 yaitu penyuntikan Ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh. Sedangkan volume cairan semen terendah adalah 0,013±0,01 ml/kg bobot tubuh ikan dan didapatkan dari ikan kontrol yang tidak disuntikkan Ovaprim. Penyuntikan Ovaprim dapat meningkatkan volume cairan semen dan semakin tinggi dosis penyuntikan maka volume cairan semen yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan. Volume cairan semen ikan gurame yang didapat dari tiap perlakuan mengalami peningkatan dan menghasilkan persamaan garis linier y=0,085x-0,094 dengan y sebagai volume cairan semen yang dihasilkan dan x sebagai dosis penyuntikan Ovaprim. Jadi persamaan y=0,085x-0,094 berarti setiap penambahan dosis Ovaprim sebesar x satuan, akan meningkatkan volume cairan semen ikan uji
22
sebesar 0,085 kali. Nilai R2=0,834 berarti penyuntikan Ovaprim pada ikan uji memberikan pengaruh sebesar 83,4% terhadap volume cairan semen yang dihasilkan. Sedangkan nilai r=0,913 berarti perlakuan penyuntikan Ovaprim pada ikan uji memiliki korelasi yang kuat terhadap volume cairan semen yang dihasilkan (r ≥ 0,75). 4.1.2 Durasi dan Penentuan Skor Motilitas Sperma Penghitungan durasi dan skor motilitas sperma dilakukan pada tiap ikan uji dengan perlakuan yang berbeda. Hasil rata-rata durasi motilitas sperma ikan uji
Durasi Motilitas (detik)
dengan perlakuan yang berbeda disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut. 112.00 110.00 108.00 106.00 104.00 102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 82.00
y = 0.085x + 102.7 R² = 0.005 r = 0.071 103.67
103.50 101.5
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2
Kontrol
1
2
Perlakuan Gambar 5. Durasi motilitas ikan gurame tiap perlakuan dosis Ovaprim Rata-rata durasi motilitas tertinggi adalah 103,50±2,12 detik dan didapatkan dari ikan perlakuan 2 yaitu penyuntikan Ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh. Sedangkan rata-rata durasi motilitas terendah adalah 101,50±2,12 detik dan didapatkan dari ikan perlakuan 1 yang disuntikkan Ovaprim dengan dosis 0,35 ml/kg bobot tubuh. Akan tetapi selisih rata-rata durasi motilitas antar tiap perlakuan tidak terlalu jauh. Selisih antara rata-rata durasi motilitas tertinggi dan terendah adalah 2,17 detik. Durasi motilitas sperma ikan gurame yang didapat dari tiap perlakuan menghasilkan persamaan garis linier, y=0,085x+102,7 dengan y sebagai durasi
23
motilitas sperma dan x sebagai dosis penyuntikan Ovaprim. Arti dari persamaan garis y= 0,085x+102,7 adalah setiap penambahan dosis penyuntikan Ovaprim sebesar x satuan akan meningkatkan durasi motilitas sperma sebesar 0,085 kali. Nilai R2 dari data rata-rata durasi motilitas sperma adalah 0,005. Artinya penyuntikan Ovaprim pada ikan uji memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap durasi motilitas sperma, yaitu 0,5%. Sedangkan nilai r=0,071 berarti penyuntikan Ovaprim memilki korelasi yang lemah terhadap durasi motilitas sperma (r ≤ 0,5).
Skor Motilitas Sperma
6 5
5
5
y=5
5
4 Kontrol
3
Perlakuan I Perlakuan II
2 1 0 Kontrol
I
II
Perlakuan
Gambar 6. Skor motilitas sperma ikan gurame tiap perlakuan dosis Ovaprim Skor motilitas tiap perlakuan penyuntikan Ovaprim menunjukan hasil yang sama tiap ikan uji (Gambar 6). Rata-rata skor dari tiap perlakuan adalah 5. Ratarata skor motilitas sperma ikan gurame yang didapat dari tiap perlakuan menghasilkan persamaan garis linier y=5 dengan y sebagai skor motilitas sperma yang didapatkan dan x sebagai dosis penyuntikan Ovaprim. Jadi persamaan y=5 berarti setiap penambahan dosis Ovaprim seberapapun, akan menghasilkan sperma dengan skor 5. Skor motilitas sperma gurame tidak memiliki nilai R2 karena rata-rata skor motilitas sperma pada semua perlakuan adalah sama. Dengan kata lain, penyuntikan Ovaprim terhadap ikan uji tidak memberikan pengaruh terhadap skor motilitas sperma ikan uji.
24
4.1.3 Jumlah Sel Sperma dan Spermatokrit Cairan Semen Penghitungan jumlah sel sperma dan spermatokrit cairan semen dilakukan pada tiap ikan uji dengan perlakuan yang berbeda Hasil rata-rata pengamatan jumlah sel sperma/ml ikan uji dengan perlakuan yang berbeda adalah sebagai berikut.
Jumlah Sel Sperma/ml (x 109)
13.00 12.50
y = 0.915x + 9.463 R² = 0.850 r = 0.922
12.43 x 109
12.00 11.50 11.00
Kontrol 10.85 x 109
10.6 x 109
Perlakuan I Perlakuan II
10.50 10.00 9.50 9.00 kontrol
I
II
Perlakuan Gambar 7. Jumlah sel sperma/ml cairan semen ikan gurame tiap perlakuan dosis Ovaprim Data rata-rata jumlah sel sperma/ml cairan semen ikan uji pada Gambar 7, menunjukan hasil yang berbeda-beda. Jumlah sel sperma tertinggi dihasilkan oleh ikan uji yang diberi perlakuan penyuntikan Ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh (12.43±2.25x109), sedangkan jumlah sel sperma terendah dihasilkan oleh ikan uji yang tidak diberi perlakuan penyuntikan Ovaprim (10,6x109). Data rata-rata jumlah sel sperma/ml disajikan pula dalam bentuk grafik (Gambar 7). Rata-rata jumlah sel sperma/ml dari ikan uji pada tiap perlakuan mengalami peningkatan dan menghasilkan persamaan garis y=0,915x+9,463 dengan y sebagai jumlah sel sperma/ml cairan semen dan x sebagai dosis penyuntikan
Ovaprim.
Persamaan
garis
y=0,915x+9,463
berarti
setiap
peningkatan dosis penyuntikan Ovaprim sebesar x satuan akan meningkatkan jumlah sel sperma/ml sebesar 0,915 kali. Dari data rata-rata jumlah sel sperma/ml didapatkan nilai R2=0,850 yang artinya penyuntikan Ovaprim pada ikan uji
25
memberikan pengaruh sebesar 85% terhadap jumlah sel sperma/ml cairan semen. Sedangkan nilai r=0,922 berarti penyuntikan Ovaprim pada ikan uji memiliki korelasi yang kuat terhadap jumlah sel sperma/ml yang dihasilkan (r ≥ 0,75). 7
Spermatokrit
6
6%
6%
y=6
6%
5 Kontrol
4
Perlakuan I
3
Perlakuan II
2 1 0 kontrol
I
II
Perlakuan Gambar 8. Spermatokrit semen ikan gurame tiap perlakuan dosis Ovaprim Gambar 8 menunjukan bahwa spermatokrit cairan semen ikan uji pada tiap perlakuan penyuntikan Ovaprim adalah sama. Rata-rata spermatokrit cairan semen ikan uji pada tiap perlakuan adalah 6% padatan. Nilai rata-rata spermatokrit cairan semen ikan gurame yang didapatkan disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 8). Rata-rata spermatokrit cairan semen ikan gurame yang didapat dari tiap perlakuan menghasilkan persamaan garis linier y=6 dengan y sebagai nilai motilitas sperma yang didapatkan dan x sebagai dosis penyuntikan Ovaprim. Jadi persamaan y=6 berarti seberapapun penambahan dosis penyuntikan Ovaprim pada ikan uji, akan menghasilkan spermatokrit cairan semen sebesar 6%. Rata-rata spermatokrit cairan semen ikan gurame tidak memiliki nilai R2 karena data rata-rata spermatokrit cairan semen pada semua perlakuan adalah sama. Dengan kata lain, penyuntikan Ovaprim terhadap ikan uji tidak memberikan pengaruh terhadap nilai spermatokrit cairan semen sperma ikan uji.
26
4.1.4
Morfologi Sperma Gambar 9 menunjukan bahwa sperma ikan gurame terdiri dari bagian
kepala dan ekor. Selain itu, dapat dilihat bahwa kepala sperma ikan gurame berbentuk bulat.
10 µm
10 µm
}
Kepala
{
10 µm
Ekor
Gambar 9. Sperma ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. Hasil pengamatan preparat ulas sperma menunjukan bahwa ukuran diameter kepala sperma ikan gurame berkisar antara 4,7±1.2-4.9±1.7 4,7 4.9±1.7 µm dengan rata-rata 4,8±1,53 µm.. panjang ekor sperma ikan gurame berkisar antara 42.2±5.6 -44.0±7.1 µm dengan rata rata-rata 42.8±5.60 µm (Tabel 2). Dari rata-rat rata diameter
27
kepala dan panjang ekor sperma gurame, panjang total sperma ikan gurame adalah 46,8 µm Tabel 2. Ukuran lebar kepala dan panjang ekor ikan gurame Morfologi Sperma
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Rata-rata
Kepala
4,7±1,2 µm
4,8±1,7 µm
4,9±1,7 µm
4,8±1,53 µm
42,2±5,6 µm 43,1±5,7 µm 44,0±7,1 µm
42,8±5,60 µm
Ekor . 4.2
Pembahasan Rata-rata volume cairan semen ikan gurame dari masing-masing perlakuan
memperlihatkan pola yang meningkat seiring peningkatan dosis penyuntikan Ovaprim. Ikan yang diberi perlakuan penyuntikan Ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh menghasilkan rata-rata volume cairan semen yang lebih tinggi (0,184±0,13 ml/kg bobot tubuh) dibanding rata-rata volume cairan semen yang dihasilkan oleh ikan yang tidak diberi perlakuan (0,013±0,01 ml/kg bobot tubuh). Pada ikan yang diberi perlakuan penyuntikan Ovaprim 0,35ml/kg bobot tubuh menghasilkan rata-rata volume cairan semen sebesar (0,033±0,02 ml/kg bobot tubuh). Dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis penyuntikan Ovaprim maka volume cairan semen yang dihasilkan akan semakin banyak. Moon et al. (2003) melaporkan bahwa pada Platichthys stellatus yang diberi GnRH dengan dosis 200 µg/kg bobot tubuh menghasilkan volume cairan semen 7,8 ml/kg bobot tubuh, dosis 100 µg/kg bobot tubuh menghasilkan cairan semen 5,2 ml/kg bobot tubuh, dosis 50 µg/kg bobot tubuh menghasilkan cairan semen 4,5 ml/kg bobot tubuh, dan pada ikan yang tidak diberi implan pellet kolesterol GnRH dan diberi implan pellet kolesterol tanpa GnRH menghasilkan cairan semen 0,8 ml/kg bobot tubuh. Penyuntikan pimozide dosis 10 mg/kg + LHRH dosis 10 µg/kg bobot badan menghasilkan cairan semen 4,29±3,10 ml/kg bobot badan, sedangkan tanpa disuntik hanya menghasilkan cairan semen 0,49±0,34 ml/kg bobot badan (Billard et al., 1987). Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa GnRH mampu meningkatkan volume cairan semen yang dihasilkan oleh ikan yang diberi perlakuan. Peningkatan volume cairan semen ini diduga disebabkan karena peningkatan kadar GnRH di dalam tubuh akan menyebabkan peningkatan hormon
28
FSH dan LH dalam tubuh. Penyuntikan LHRH sintetik dapat meningkatkan pelepasan hormon gonadotropin dalam plasma dari beberapa spesies teleostei (Matty, 1985). Dengan meningkatnya kadar hormon FSH dan LH dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar testosteron yang berperan dalam pembentukan spermatogonia menjadi spermatid dan 11-ketotestosteron yang berperan dalam pembentukan spermatid menjadi sperma. Menurut Nagahama (1994) hormon gonadotropin akan merangsang sintesis testosteron dan 11ketotestosteron yang mengakibatkan spermatogenesis dan spermiogenesis. Selain itu, Sukumasavin (2007) mengemukakan bahwa 17α-20β-dihidroprogesteron yang berasal dari rangsangan LH, menyebabkan sperma dihidrasi oleh larutan seminal yang menghasilkan larutan sperma yang disebut cairan semen. Parameter skor motilitas sperma menunjukan hasil yang sama pada setiap perlakuan. Skor motilitas sperma pada tiap perlakuan adalah 5. Skor 5 pada skoring motilitas berarti semua sperma bergerak sangat cepat dengan pergerakan ekor bervariasi (Guest et al., 1976). Menurut Schiavone et al. (2006), skor motilitas dari European sea bass Dicentrarchus labrax murni yang diberi perlakuan hormon berkisar antara 4,2-4,6 (80-100% sperma bergerak maju) dan pada ikan yang tidak diberi perlakuan hormon berkisar antara 4,2-4,5 (80-100% sperma bergerak maju). Akan tetapi, pada penelitian kali ini persentase sperma yang motil sulit untuk dihitung dengan pasti karena belum diketahui kadar pengencer yang dapat digunakan dengan tepat terhadap sperma ikan gurame. Jadi dalam pengamatan skor motilitas sperma digunakan sperma yang segar dan belum diencerkan, sehingga sangat sulit untuk dihitung. Dari informasi di atas dapat dilihat perlakuan hormon tidak akan mempengaruhi motilitas sperma. Menurut Joachim (1983), sperma ikan imotil di dalam cairan semen dan baru bergerak apabila telah bercampur dengan air. Parameter motilitas lainnya yang diamati adalah durasi motilitas sperma. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap durasi motilitas sperma ikan gurame, durasi motilitas sperma gurame berkisar antara 101,50±2,12 detik hingga 103,67±2,52 detik. Durasi motilitas sperma ikan gurame masih di bawah 2 menit. Meskipun terdapat perbedaan antar perlakuan, tapi selisih waktu motilitasnya tidak terlalu jauh, hanya dalam kisaran kurang dari 5 detik. Jadi dapat dikatakan
29
bahwa durasi motilitas sperma tidak terlalu berbeda. Hal ini diduga karena kondisi media yang digunakan untuk aktivasi sperma adalah sama. Pada sperma yang didapatkan perlakuan 1, yaitu penyuntikan ikan uji menggunakan Ovaprim dengan dosis 0,35 ml/kg bobot tubuh, memiliki rata-rata durasi motilitas sperma yang lebih rendah dari pada durasi motilitas sperma dari ikan kontrol. Meskipun durasi motilitas sperma ikan gurame pada perlakuan 1 lebih rendah dari kontrol, masih dalam kisaran durasi motilitas ikan air tawar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waynarovich dan Horvath (1980), bahwa sperma ikan periran hangat bergerak menggunakan ekornya dengan waktu motil antara setengah hingga satu menit. Ginzburg (1972), mengatakan bahwa durasi motilitas pada ikan yang memijah di air tawar tidak lebih dari 2-3 menit. Menurut Schiavone et al. (2006), durasi motilitas European sea bass Dicentrarchus labrax murni yang diberi perlakuan HCG 1000 IU kg-1 adalah 67±10 detik sampai 83±5 detik. Sedangkan pada ikan yang tidak diberi perlakuan hormon memiliki durasi motilitas sperma antara 68±18 detik hingga 80±18 detik. Menurut Joachim (1983), respon rangsangan aktivitas spermatozoa tergantung pada pH, tekanan osmotik, dan kandungan ion pada medium yang mengelilinginya. Affandi dan Tang (2002), mengatakan bahwa panjang pendeknya ukuran ekor sperma dapat menentukan keaktifan sperma dalam bergerak. Semakin panjang ekor sperma maka semakin aktif sperma tersebut bergerak. Parameter kualitas sperma selanjutnya yang diamati adalah jumlah sel sperma/ml dan spermatokrit cairan semen. Spermatokrit cairan semen pada tiap perlakuan adalah sama yaitu 6%. Semakin tinggi spermatokrit cairan semen, maka tingkat kepekatan cairan semen akan semakin tinggi. Dari sini dapat diduga kepadatan sel sperma pada cairan semen dan zat-zat yang dibutuhkan untuk motilitas sperma banyak terkandung dalam cairan semen. Akan tetapi pada penelitian kali ini tidak diuji lebih lanjut mengenai zat-zat yang terkandung dalam padatan cairan semen. Rata-rata jumlah sel sperma/ml cairan semen ikan gurame berkisar antara 10,6-12,43x109 sel sperma/ml. Menurut Bozkurt (2006), jumlah sel sperma pada rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) adalah 7,7±4,431x109 sel/ml cairan semen. Pada penelitian kali ini, rata-rata jumlah sel sperma tertinggi ikan gurame (12,43x109 sel sperma/ml) dihasilkan oleh ikan yang diberi perlakuan
30
2 dan terendah (10,6x109 sel sperma/ml) dihasilkan oleh ikan yang tidak diberi perlakuan penyuntikan Ovaprim. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis penyuntikan Ovaprim akan diikuti oleh peningkatan jumlah sel sperma/ml cairan semen. Schiavone et al. (2006) melaporkan bahwa jumlah sel sperma European sea bass Dicentrarchus labrax yang diberi perlakuan HCG 1000 IU kg-1 adalah 53±8x109 sel/ml sampai 58±8x109 sel/ml. Sedangkan pada ikan yang tidak diberi perlakuan menghasilkan jumlah sel sperma 50±8x109 sel/ml sampai 55±8x109 sel/ml. Selain itu Lim et al. (2004) melaporkan pada ikan Greenback flounder Rhomboselea tapirina yang tidak diberi perlakuan GnRH konsentrasi sel spermanya adalah 108,9±12,3x106/ml, pada ikan yang diberi perlakuan 50 µg/kg GnRH konsentrasi sel spermanya adalah 100,1±15,7x106/ml, pada ikan yang diberi perlakuan 100 µg/kg GnRH konsentrasi sel spermanya adalah 77,5±10,1x106/ml, dan pada ikan yang diberi perlakuan 200 µg/kg GnRH konsentrasi sel spermanya adalah 72,2±9,9x106/ml, Menurut Kucharczyk et, al,, (2005), pemberian treatment GnRH pada Abramis brama menghasilkan cairan semen dengan kepadatan 10,2±1,4x109 sel/ml, sedangkan ikan kontrol menghasilkan cairan semen dengan kepadatan 6,8±1,1x109 sel/ml. Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan hormon pada ikan uji dapat meningkatkan densitas atau kepadatan sel sperma di dalam cairan semen. Peningkatan jumlah sel sperma dalam cairan semen diduga disebabkan karena peningkatan kadar GnRH di dalam tubuh akan menyebabkan peningkatan hormon FSH dan LH dalam tubuh. Penyuntikan LHRH sintetik dapat meningkatkan pelepasan hormon gonadotropin dalam plasma dari beberapa spesies teleostei (Matty, 1985). Dengan meningkatnya kadar hormon FSH dan LH dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar testosteron yang berperan dalam pembentukan spermatogonia menjadi spermatid dan 11-ketotestosteron yang berperan dalam pembentukan spermatid menjadi sperma. Menurut Nagahama (1994) hormon gonadotropin akan merangsang sintesis testosteron dan 11-ketotestosteron yang mengakibatkan spermatogenesis dan spermiogenesis. Dengan kata lain, semakin tinggi testosteron dan 11-ketotestosteron di dalam tubuh maka jumlah sel sperma yang dihasilkan akan semakin banyak. Akan tetapi,
31
pada penelitian kali ini tidak dilakukan pengukuran terhadap kadar tetosteron dan 11-ketotestosteron di dalam tubuh ikan pasca penyuntikan Ovaprim. Sperma ikan gurame terdiri dari dua bagian yaitu kepala dan ekor (Gambar 9). Hal ini sesuai dengan pendapat Ginzburg (1972) mengemukakan bahwa pada umumnya sperma terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kepala dan ekor. Selain itu bentuk kepala sperma ikan gurame adalah bulat. Hal ini didukung pendapat Affandi dan Tang (2002), kepala sperma berbentuk bulat atau oval. Rata-rata ukuran diameter kepala sperma ikan gurame berkisar adalah 4,8±1,53 µm dengan rata-rata panjang ekor sperma ikan gurame adalah 42.8±5.60 µm. Dari rata-rata diameter kepala dan panjang ekor sperma gurame, panjang total sperma ikan gurame adalah 46,8 µm. Hal ini sesuai dengan pendapat Affandi dan Tang (2002) panjang total sperma ikan antara 40-60 µm. Menurut Gisnzburg (1972), diameter lubang mikrofil berhubungan erat dengan lebar kepala sperma. Lebar kepala sperma Clupea harengus pallasi adalah 1,5 µm dan diameter lubang mikrofil telurnya adalah 2,5 µm, lebar kepala sperma Oncorhynchus keta adalah 3 µm dan diameter lubang mikrofil telurnya adalah 3 µm, lebar kepala sperma Salmo salar adalah 3,5-4 µm dengan diameter lubang mikrofil 3-4 µm, lebar kepala sperma Salmo trutta m. lacustris adalah 3 µm dan diameter lubang mikrofil telurnya adalah 3 µm, lebar kepala sperma Carrasius carrasius adalah 3,2 µm dan diameter lubang mikrofil telurnya adalah 3,5-4 µm, dan lebar kepala sperma Crenilabrus griseus adalah 1,7-1,8 µm dan diameter lubang mikrofil telurnya adalah >2 µm. Jadi, dapat diduga lebar kepala sperma ikan gurame dipengaruhi oleh diameter lubang mikrofil pada telur gurame. Akan tetapi pada penelitian kali ini tidak dilakukan pengukuran terhadap diameter lubang mikrofil telur ikan gurame.