IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penggemukan domba.
Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi
permintaan pasar daging domba di wilayah Subang dan sekitarnya baik untuk konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang Jawa Barat dengan luas lahan 3 hektar. Lahan tersebut digunakan untuk kandang penggemukan domba, mess pegawai, dan kantor. PT. Agro Jaya Mulya didirikan pada tahun 2010 oleh Bapak Hasan AlBanna.
Tujuan didirikannya perusahaan awalnya hanya untuk menyuplai
kebutuhan domba untuk lembaga aqiqah, namun seiring berjalannya waktu permintaan domba diluar itu meningkat sehingga sekarang perusahaan tidak hanya menyuplai untuk lembaga aqiqah, tetapi untuk memenuhi kebutuhan daging domba diwilayah Subang dan sekitarnya. Visi perusahaan adalah membangun peternakan terintegrasi, sebagai penyedia domba berkualitas yang dikelola secara profesional. Adapun misi perusahaan adalah (1) mengelola peternakan modern dengan daya dukung teknologi tepat guna, (2) menyediakan hewan ternak berkualitas, (3) menghasilkan produk turunan yang unggul, (4) melakukan pemasaran yang agresif dan tanggung jawab. Operasional usaha dimulai dari pengadaan input produksi hingga ke pemasaran domba kepada konsumen. Pengadaan input produksi yang dilakukan terdiri atas pengadaan bakalan, pengadaan pakan, pengadaan tenaga kerja serta pengadaan obat-obatan. Bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan
27
berasal dari pasar hewan, pengepul atau bandar di wilayah Subang, Garut dan Majalengka.
Domba yang dijadikan bakalan adalah Domba Garut, Domba
Priangan, Domba Ekor Gemuk, dan Domba Ekor Tipis (Lokal). Domba yang dipilih untuk bakalan adalah domba yang sehat, tidak cacat, berumur 4 - 6 bulan, dan memiliki bobot badan 13 – 20 kilogram. Pakan yang digunakan merupakan complete feed yang diolah sendiri oleh perusahaan dengan bahan baku yang dibeli dari pasar.
Usaha penggemukan
domba yang dilakukan perusahaan berupa sistem penggemukan intensif dengan lama penggemukan selama 2,5 bulan hingga maksimal 6 bulan pemeliharaan, dan target kenaikan bobot badan 3 kilogram per ekor per bulan. Pemberian pakan dilakukan dengan cara domba dikandangkan dan diberi pakan dalam kandang menggunakan complete feed dengan rata-rata kebutuhan pakan yang sama, yaitu 1,8 kilogram per ekor per hari diberikan pada pagi dan sore hari. Bakalan yang baru datang diberi pakan berupa hijauan selama tiga hari untuk proses adaptasi. Selain pemberian pakan, pemberian obat-obatan juga dilakukan, pada saat bakalan datang diberikan obat cacing dan vitamin, serta pemberian antibiotik untuk domba yang sakit. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu staf kantor sebanyak 5 orang, 2 orang petugas keamanan dan tenaga kerja kandang. Tenaga kerja kandang merupakan tenaga kerja yang bersifat freelance banyaknya disesuaikan dengan populasi domba yang ada, pada tahun 2014 rata-rata tenaga kerja kandang sebanyak 9 orang per bulan, 1 orang tenaga kerja menangani domba sebanyak 350 ekor. PT. Agro Jaya Mulya memiliki kandang sebanyak 14 kandang berbentuk panggung, 1 kandang isolasi, dan 3 kandang grazing. Luas 14 kandang panggung
28
yaitu 5.707,2 m2. Kandang panggung terdiri atas kandang A yang terdiri dari 5 flok dengan jumlah pen 18 per kandang. Kandang B yang terdiri dari 5 flok dengan jumlah pen 16 per kandang. Kandang C yang terdiri dari 4 flok dengan jumlah pen 12 per kandang. Kandang isolasi terdiri atas enam pen dengan luas kandang yaitu 43,2 m2. Untuk kandang grazing memiliki luas 183,2 m2. Ratarata setiap pen terdiri 7-8 ekor domba. Masing-masing kandang dikelola oleh satu tenaga kerja pemeliharaan. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah ternak yang ada pada perusahaan tersebut. Cakupan pemasaran PT.
Agro Jaya Mulya meliputi wilayah Subang,
Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Cilegon. Penjualan domba dilakukan melalui, pasar hewan, jagal, pemesanan, dan lembaga yang bekerjasama dengan perusahaan seperti lembaga aqiqah. Mekanisme penjualan dilakukan dengan cara konsumen datang langsung ke perusahaan, namun bagi konsumen diluar Subang melalui pemesanan via telepon kemudian domba dikirimkan ke daerah tersebut. Penjualan domba pada perusahaan dikelompokan menjadi dua, (1) domba jantan bertanduk terdiri dari Domba Garut dan Domba Priangan, (2) domba jantan tidak bertanduk terdiri dari Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis (Lokal), dengan harga jual yang berbeda pada setiap masing-masing domba. Domba yang dijual merupakan domba yang memiliki bobot badan berkisar antara 14-34 kilogram.
Sistem jual beli yang dilakukan di perusahaan yaitu dengan
menggunakan harga perkilogram bobot badan domba, namun jika permintaan tinggi seperti saat Idul Adha menggunakan harga taksiran.
29
4.2
Perfoma Produksi Domba Perfoma produksi pada domba dapat dilihat dari pertambahan bobot badan
domba.
Keuntungan usaha penggemukan domba yang paling utama adalah
mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan awal dengan bobot badan akhir program penggemukan.
Waktu juga menjadi penting dalam
penggemukan domba terkait dengan pertumbuhan domba. Oleh karena itu, kunci sukses usaha penggemukan domba adalah laju pertumbuhan yang tinggi, dapat diukur dari pertambahan bobot badan harian. Pola pertumbuhan biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, dan lingkungan. Secara umum, domba berada pada puncak pertumbuhan pada masa lepas sapih, yakni sekitar umur 4 bulan, sampai saat dewasa tubuh atau sekitar satu tahun, sehingga usaha penggemukan yang paling efektif adalah saat domba berada pada rentang umur tersebut (Sodiq dan Abidin, 2008). Hal tersebut sesuai dengan umur bakalan yang di pilih perusahaan, yaitu berumur 4-6 bulan dengan pertimbangan bahwa pada usia itu pertumbuhan domba sedang mencapai fase pertumbuhan cepat, sehingga pada saat pemberian pakan akan dikonversikan menjadi daging. Perusahaan melakukan penggemukan dengan sistem intensif, dengan cara domba dikandangkan dan diberikan pakan berupa complete feed. Pertambahan bobot badan harian domba dapat dilihat pada Ilustrasi 2 untuk domba jantan bertanduk dan Ilustrasi 3 untuk domba jantan tidak bertanduk.
30 120.00
101.34 96.14 92.73 88.30 82.38
PBBH (gram)
100.00 80.00
108.97 98.26 94.29 90.85
89.34 87.99 77.13
60.00 40.00 20.00 -‐ 0
20
40
60 80 100 Lama Pemeliharaan (Hari)
120
140
Ilustrasi 2. Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Jantan Bertanduk Tahun 2014 Di PT. Agro Jaya Mulya
Ilustrasi 2 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba jantan bertanduk berangsur-angsur meningkat cepat dan terus meningkat sampai suatu titik puncak, dan setelah melalui titik ini PBBH menurun meski lama pemeliharaan terus ditambah. PBBH tertinggi sebesar 108,97 gram per hari berada pada saat lama pemeliharaan 90 hari. Puncak produksi ini terjadi pada saat rata-rata bobot awal domba sebesar 17,68 kilogram dengan bobot akhir 27,22 kilogram, terjadi kenaikan bobot badan sebesar 9,5 kilogram. 120.00
105.83
PBBH (gram)
100.00 80.00
77.70 72.91
60.00
88.06 90.68 83.35 78.22
100.63 99.55 87.75 79.14 77.07
40.00 20.00 -‐ 0
20
40 60 80 Lama Pemeliharaan (Hari)
100
Ilustrasi 3. Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Jantan Tidak Bertanduk Tahun 2014 Di PT. Agro Jaya Mulya
120
31
Ilustrasi 3 menunjukkan bahwa PBBH domba jantan tidak bertanduk meningkat pada saat awal pemeliharaan 68 hari, terus meningkat sampai puncak pemeliharaan 85 hari, dan setelah itu menurun meskipun lama pemeliharaan ditambah. Puncak PBBH dengan lama pemeliharaan 85 hari sebesar 105,83 gram per hari, puncak tersebut terjadi pada saat rata-rata bobot badan awal 15,10 kilogram dan bobot akhir 23,82 kilogram, terjadi kenaikan bobot badan sebesar 8,72 kilogram. Berdasarkan kedua ilustrasi tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ternak berbentuk kurva sigmoid, mula-mula pertumbuhan cepat kemudian lambat, titik balik atau titik infleksi saat kecepatan pertumbuhan cepat menjadi lambat terjadi pada saat ternak pubertas (dewasa kelamin), yaitu pada umur 8 bulan (Purbowati, 2009). Hal tersebut sesuai dengan yang terjadi pada perusahaan, PBBH menurun meskipun lama pemeliharaan bertambah, namun tidak diketahui apakah disebabkan oleh umur karena tidak adanya catatatan umur domba yang dijual pada Tahun 2014. Rata-rata pertambahan bobot badan harian pada Tahun 2014 di PT. Agro Jaya Mulya pada domba jantan bertanduk sebesar 92,31 gram per hari dengan lama pemeliharaan 93 hari, sedangkan domba jantan tidak bertanduk sebesar 86,74 gram per hari dengan lama pemeliharaan 83 hari. Perusahaan menggunakan pakan berupa complete feed yang diberikan pada pagi dan sore hari, banyaknya pakan yang diberikan pada domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk sama sebanyak 1,8 kilogram per ekor per hari. Pakan berupa complete feed diperlukan karena dalam penggemukan yang diinginkan adalah pertambahan bobot badan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, diperlukan pakan
32
yang mudah dicerna. Data pertambahan bobot badan domba dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut Prawoto, dkk (2001) rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 gram per hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57–132 gram per ekor. Domba yang diberi complete feed (17,35% protein kasar) dalam bentuk pelet menghasilkan PBB 164 gram per hari (Purbowati, 2007). Bangsa domba di Indonesia memiliki pertambahan bobot badan harian kurang dari 100 gram per hari. Rendahnya tingkat pertambahan bobot badan harian ini disebabkan oleh sedikitnya pakan yang tersedia dan mutu pakan yang relatif rendah (Bradford, 1993 yang dikutip oleh Hapsari, 2001). Adanya perbedaan pertambahan bobot badan pada domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk disebabkan oleh perbedaan lama pemeliharaan dan genetik domba, namun tidak diketahui rumpun domba apa yang berkontribusi terhadap besarnya pertambahan bobot badan harian setiap kelompok domba karena kurang lengkapnya pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan. Dapat
disimpulkan
bahwa
perfoma
produksi
domba
jantan
bertanduk
menghasilkan PBB optimal sebesar 108,97 gram per hari jika dipelihara selama 90 hari, sedangkan domba jantan tidak bertanduk menghasilkan PBB optimal sebesar 105,83 gram per hari jika dipelihara selama 85 hari.
33
4.3
Biaya Usaha Penggemukan Domba
4.3.1
Biaya Produksi Perusahaan Biaya produksi yang digunakan pada analisis pendapatan ini adalah biaya
tidak tetap (variable cost).
Biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang
artinya biaya yang berubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan (Prawirokusumo,1990).
Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan meliputi biaya bakalan, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja kandang yang berasal dari pencatatan individual domba. Biaya variabel domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Ilustrasi 4.
1,400,000 Rp/Ekor
1,200,000 1,000,000 800,000
JB
600,000
JTB
400,000 200,000
Bulan
-‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Ilustrasi 4. Biaya Variabel Domba per Ekor Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya
Ilustrasi 4 menggambarkan besar rata-rata biaya variabel per ekor domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun yang berasal dari pencatatan individual domba. Biaya yang dikeluarkan perusahaan mengalami fluktuatif setiap bulannya, biaya variabel domba jantan bertanduk terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan biaya variabel domba jantan tidak bertanduk.
34
Biaya variabel yang dikeluarkan domba jantan bertanduk pada Bulan Januari sebesar Rp. 905.661 per ekor, kemudian mengalami peningkatan yang cukup besar pada Bulan Pebruari sebesar Rp. 1.151.133 dan Bulan Maret sebesar Rp. 1.187.134. Kenaikan biaya tersebut dipengaruhi oleh rata-rata bobot beli bakalan domba jantan bertanduk yang meningkat sehingga harga belinya juga meningkat, pada Bulan Januari bobot bakalan hanya 15,43 kilogram meningkat menjadi 20,93 kilogram pada Bulan Pebruari dan 21,66 kilogram pada Bulan Maret. Biaya variabel pada Bulan April menurun jauh menjadi Rp. 889.498 per ekor, dikarenakan bobot beli bakalan yang ikut menurun menjadi 18,94 kilogram. Pada bulan-bulan selanjutnya biaya variabel domba jantan bertanduk berangsur-angsur meningkat sampai dengan puncaknya Bulan Juli sebesar Rp.1.237.835, hal tersebut bukan dikarenakan bobot beli bakalan yang besar akan tetapi karena ketersediaan bakalan yang kurang mengakibatkan harga beli menjadi meningkat, sesuai dengan hukum ekonomi permintaan tinggi namun ketersediaan sedikit menyebabkan harga jual meningkat. Biaya variabel yang dikeluarkan pada Bulan Agustus menurun Rp. 114.771 atau menjadi Rp. 1.123.065, penurunan yang terjadi tidak terlalu jauh. Biaya variabel mulai terlihat relatif stabil pada Bulan September sampai dengan Desember, meski terjadi kenaikan dan penurunan tetapi tidak signifikan. Perbedaan biaya pada Bulan September tidak sampai melebihi 4%. Berdasarkan Ilustrasi 4 juga dapat diketahui besar biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan untuk domba jantan tidak bertanduk. Pada Bulan Januari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 700.374 dan menurun pada Bulan Pebruari menjadi Rp. 606.808, kemudian pada Bulan Maret dan April biaya yang dikeluarkan relatif sama.
Peningkatan biaya terjadi pada Mei menjadi
35
Rp.846.053, dari Bulan Mei sampai akhir Bulan Desember pada grafik menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan biaya tetapi perbedaannya setiap bulannya tidak lebih dari 3%. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh bobot beli bakalan dan ketersediaan bakalan untuk memenuhi permintaan perusahaan. Pada usaha penggemukan domba biaya terbesar yang dikeluarkan berasal dari bakalan, besarnya biaya bakalan yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp. 860.099 dari total biaya variabel rata-rata Rp.1.126.812 per ekor, sedangkan biaya bakalan yang dikeluarkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 537.415 dari total biaya variabel rata-rata Rp.777.956 per ekor.
Tabel 1. Biaya Variabel Rata-rata Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Biaya Variabel
Domba JB
Persentase JTB
…Rp/ekor… Bakalan Pakan Obat-obatan Tenaga kerja Total
860.099 249.816 5.000 11.896 1.126.812
JB
JTB …%...
537.415 224.891 5.000 10.651 777.956
76,33 22,17 0,44 1,06 100
69,08 28,91 0,64 1,37 100
Keterangan : JB: Domba jantan bertanduk JTB : Domba jantan tidak bertanduk
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar berasal dari pembelian bakalan dengan persentase sebesar 76,33% untuk domba jantan bertanduk, dan 69,08% untuk domba jantan tidak bertanduk. Hal tersebut sesuai
36
dengan pendapat Erwansyah, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa biaya produksi terbesar dari usaha penggemukan domba adalah pembelian bakalan sebesar 36,82% untuk skala usaha kecil dan 41,59% untuk skala usaha menengah. Biaya variabel terbesar kedua berasal dari pakan, besarnya biaya pakan pada usaha penggemukan domba bergantung pada banyaknya populasi dan lama periode penggemukan pada perusahaan. Biaya pakan terbesar berasal dari domba jantan bertanduk rata-rata biaya pakan domba per ekor Rp. 249.816 atau 22,17% dari total biaya variabel per ekor.
Besar biaya pakan domba jantan tidak
bertanduk Rp.224.891 per ekor, atau 28,91% dari total biaya variabel per ekor. Tenaga kerja kandang bersifat freelance dengan upah Rp. 45.000 per orang per hari, perbandingan tenaga kerja dengan ternak yaitu 1:350, jadi 1 orang tenaga kerja menangani 350 ekor domba, sehingga upah tenaga kerja untuk 1 ekor domba sebesar Rp. 129,00 per hari, atau Rp. 45.000 per hari untuk 350 ekor. Besar biaya tenaga kerja kandang untuk domba jantan bertanduk Rp. 11.896 per ekor, sedangkan besar biaya tenaga kerja domba jantan tidak bertanduk Rp.10.651 per ekor. Biaya obat-obatan berada pada urutan keempat. Rata-rata biaya obatobatan untuk domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk Rp.5.000 per ekor. Besar biaya tersebut sama dikarenakan perusahan sudah mengalokasikan untuk biaya obat-obatan sebesar Rp. 5.000 untuk satu ekor domba. Obat-obatan yang digunakan, yaitu obat cacing, antibiotik, dan vitamin B kompleks yang diberikan saat bakalan datang. Berdasarkan biaya-biaya variabel tersebut maka dapat diketahui total ratarata biaya yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp. 1.126.812 per ekor, sedangkan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 776.956 per ekor.
37
Biaya yang dikeluarkan untuk domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk. Biaya variabel usaha penggemukan domba dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.3.2
Pembiayaan Tunai Pembiayaan tunai pada usaha penggemukan domba terdiri total biaya
variabel, asuransi keamanan, dan pajak.
Biaya tunai adalah biaya yang
dikeluarkan dalam bentuk tunai (uang). Dalam penelitian ini biaya tunai dihitung dalam waktu satu tahun, sehingga dapat diketahui total biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan selama setahun. Biaya asuransi keamanan dan pajak merupakan biaya yang wajib dikeluarkan perusahaan dan tidak terpengaruh terhadap jumlah populasi ternak yang ada di perusahaan, sehingga biayanya tidak dapat dihitung untuk satu ekor ternak. Total biaya tunai tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Total Biaya Tunai Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Biaya Tunai
Domba JB
Persentase JTB
…Rp …
JB
JTB …%...
Biaya Variabel Asuransi Pajak
575.679.714 11.561.358 1.538.945
206.127.975 6.438.642 857.055
97,78 1,96 0,26
96,58 3,02 0,40
Total
588.780.017
213.423.673
100
100
Biaya tunai terbesar berasal dari biaya variabel atau biaya tidak tetap. Biaya variabel merupakan komponen biaya tunai terbesar jika dibandingkan biaya
38
asuransi dan pajak, biaya variabel merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan proses produksi usaha terdiri dari biaya pembelian bakalan domba, pakan, tenaga kerja dan obat-obatan. Besarnya biaya variabel berhubungan dengan banyaknya populasi, semakin banyak populasi maka semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan. Total biaya variabel pada tahun 2014 untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp. 575.679.714, sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 206.127.975. Biaya tunai terbesar kedua berasal dari pembayaran asuransi. Asuransi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari upah tenaga kerja keamaan, besar upah yang diberikan sebesar Rp. 1.500.000 per bulan yang dibayarkan sekali dalam setahun dan dihitung secara proporsional berdasarkan jumlah populasi ternak. Total biaya asuransi yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp. 11.561.358 dan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 6.438.642 pada tahun 2014. Pajak merupakan komponen biaya tunai terendah dibandingkan biaya variabel dan asuransi. Pajak yang dibayarkan perusahaan ini adalah pajak bumi dan bangunan yang wajib dibayarkan setiap tahunnya tanpa melihat banyaknya populasi domba yang ada di perusahaan. Besarnya pajak yang dibayarkan untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp. 1.538.945 dan domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 857.055. Total biaya tunai untuk domba jantan bertanduk sebesar Rp.588.780.017, sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp.213.423.673. Pembiayaan tunai domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Lampiran 6.
39
4.4
Penerimaan Penerimaan adalah nilai uang diperoleh produsen dari hasil penjualan
output, sehingga penerimaan merupakan perkalian antara total hasil dengan harga. Penerimaan pada usaha ini berupa domba hasil penggemukan yang dikelompokan menjadi domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk. Penerimaan yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan domba dihitung dalam satu tahun. PT. Agro Jaya Mulya menetapkan harga jual domba yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku di pasar wilayah Subang. Penerimaan domba jantan bertanduk, dan domba jantan tidak bertanduk dapat dilihat pada Lampiran 7.
2,500,000
Rp/ekor
2,000,000 1,500,000 JB
1,000,000
JTB
500,000 -‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
Bulan
Ilustrasi 5. Rata-rata Penerimaan Domba per Ekor Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya
Ilustrasi 5 menggambarkan besar penerimaan yang diperoleh perusahaan pada setiap ekor domba selama satu tahun. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk, dan mengalami fluktuatif setiap bulannya. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan domba jantan bertanduk pada Bulan Januari sebesar Rp. 1.192.714 per ekor dengan bobot jual 21,69 kilogram,
40
kemudian meningkat sampai dengan Bulan Maret menjadi Rp. 1.551.571 per ekor dengan bobot jual 28,48 kilogram. Mulai terjadi penurunan penerimaan penjualan domba pada Bulan April dan Mei, rata-rata selisih penerimaan Bulan April dan Mei sebesar Rp. 144.958, kemudian berangsur-angsur meningkat sampai dengan Bulan Agustus. Tingginya penerimaan yang dipengaruhi harga jual domba mulai terlihat pada Bulan September dan Oktober, peningkatan harga tersebut diiringi dengan adanya momen Hari Raya Idul Adha, dimana pada saat itu banyak permintaan konsumen untuk melakukan qurban dengan memilih domba jantan bertanduk. Penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Bulan September sebesar Rp.1.905.981 per ekor, sedangkan Bulan Oktober sebesar Rp. 2.005.624 per ekor penjualan pada bulan ini mencapai 249 ekor domba. Pada saat Hari Raya Idul Adha konsumen lebih banyak memilih domba jantan bertanduk, karena konsumen melihat kriteria penampilan fisik dalam pembelian domba.
Adapun kriteria
tersebut diantaranya, seperti : memiliki jenis domba jantan, bobot badan yang besar, cukup umur, dan tidak cacat. Disunnahkan berqurban dengan ternak yang gemuk, baik dan tidak cacat. Setelah berakhirnya momen Hari Raya Idul Adha, penerimaan yang diperoleh perusahaan menurun pada Bulan November harga jual domba menjadi Rp. 1.667.836 per ekor, kemudian menurun lagi pada Bulan Desember menjadi Rp. 1.486.560 per ekor, penurunan tersebut disebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan daging domba jantan bertanduk. Penerimaan perusahaan yang diperoleh dari penjualan domba jantan tidak bertanduk juga dapat dilihat pada Ilustrasi 5. Penerimaan yang berasal dari domba jantan tidak bertanduk juga mengalami fluktuatif, tetapi tidak sangat
41
signifikan jika dibandingkan domba jantan bertanduk.
Pada Bulan Januari
penerimaan yang diperoleh pada domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp.1.005.810 per ekor, penerimaan Bulan Januari dan Pebruari relatif sama. Terjadi penurunan harga jual pada Bulan Maret sebesar Rp. 75.299 dari selisih harga sebelumnya, kemudian kembali meningkat pada Bulan Mei sebesar Rp.1.185.588 per ekor. Pada Bulan Agustus terjadi peningkatan penerimaan yang cukup besar dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sebesar Rp. 1.253.735 per ekor, total penjualan bulan ini sebanyak 34 ekor. Menjelang hari raya Idul Adha pada Bulan September dan Oktober terjadi penurunan harga jual yang mengakibatkan penerimaan menurun. Pada Bulan September penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 1.154.000 per ekor, dan total penjualan hanya 5 ekor, sedangkan Bulan Oktober penerimaan diperoleh sebesar Rp. 1.153.350 per ekor, dan total penjualan sebanyak 4 ekor. Hal tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan penerimaan domba jantan bertanduk pada saat momen Idul Adha. Terlihat di sini bahwa masyarakat sekitar Subang lebih menyukai domba jantan bertanduk untuk dijadikan hewan qurban, selain faktor tradisi masyarakat tetapi juga karena dilihat dari penampilan fisik domba ini lebih besar dan terlihat gagah dengan adanya tanduk. Penerimaan domba jantan tidak bertanduk mengalami penurunan yang cukup besar pada Bulan November sebesar Rp. 894.899 per ekor, namun kemudian kembali meningkat pada Bulan Desember menjadi Rp. 1.139.948 per ekor. Domba jantan tidak bertanduk banyak dijual untuk aqiqah, pasar hewan, dan pedagang sate. Permintaan domba jantan tidak bertanduk banyak diminati konsumen pada hari-hari biasa karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan domba jantan bertanduk.
42
Rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan bertanduk sebesar Rp. 1.542.765 per ekor dengan bobot jual 26,69 kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 883.078.367 dengan volume penjualan sebanyak 492 ekor.
Rata-rata penerimaan yang
diperoleh perusahaan pada Tahun 2014 dari domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 1.071.040 per ekor dengan bobot jual 22,51 kilogram, sedangkan total penerimaan selama satu tahun sebesar Rp. 291.901.321 dengan volume penjualan sebanyak 274 ekor. 4.5
Pendapatan Usaha Penggemukan Domba
4.5.1
Pendapatan Produksi Pendapatan merupakan perbedaan antara nilai penerimaan dengan nilai
pengeluaran.
Nilai penerimaan adalah hasil yang dicapai suatu usaha jika
produksinya dijual, sedangkan nilai pengeluaran disini merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan saat proses produksi (biaya variabel). Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya. Peternak yang merugi disebabkan karena penggunaan biaya yang tinggi dan tidak diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula.
300
Ekor
200 JB 100
JTB Bulan
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Ilustrasi 6. Volume Penjualan Domba Jantan Bertanduk dan Domba Jantan Tidak Bertanduk Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya
43
Berdasarkan ilustrasi di atas terlihat bahwa penjualan di PT. Agro Jaya Mulya pada Tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada Bulan Oktober, penjualan domba jantan bertanduk paling tinggi sebanyak 249 ekor dibandingkan dengan bulan lain karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Besarnya permintaan terhadap domba jantan bertanduk pada momen tersebut, menyebabkan harga jual ikut meningkat, rata-rata harga jual domba pada Bulan Oktober Rp. 2.005.624 per ekor dengan bobot badan rata-rata 25,32 kilogram, pendapatan yang diperoleh perusahaan pada bulan ini paling besar dibandingkan bulan-bulan lainnya, yaitu sebesar Rp. 820.625 per ekor. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bagus Harianto (2012) bahwa permintaan domba pada momen tersebut dapat mencapai ratusan ribu ekor bahkan lebih. Permintaannya pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, banyak peternak domba yang khusus mengambil momen Idul Adha untuk memasarkan hewan ternaknya. Sebaliknya pada Bulan Januari jumlah penjualan domba paling sedikit, yaitu 7 ekor disebabkan pasokan domba pada perusahaan yang sedikit. Ilustrasi 6 juga menggambarkan kurva volume penjualan domba jantan tidak bertanduk mengalami fluktuatif, namun tidak terlalu ekstrim jika dibandingkan dengan volume penjualan domba jantan bertanduk.
Penjualan
domba jantan tidak bertanduk paling banyak terjadi pada bulan April, yaitu sebanyak 58 ekor. Rata-rata harga jual Bulan April sebesar Rp. 969.888 per ekor dengan bobot badan 21,33 kilogram, pendapatan yang diperoleh pada bulan ini sebesar Rp.331.843 per ekor. Domba jantan tidak bertanduk lebih banyak dijual untuk aqiqah, PT. Agro Jaya Mulya bermitra dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang jasa rumah aqiqah sehingga sebagian domba ini disalurkan ke
44
rumah aqiqah. Selain itu, pemasaran domba juga dilakukan ke pedagang sate, dan jagal. Penjualan domba jantan tidak bertanduk pada Bulan Oktober atau pada saat Hari Raya Idul Adha jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penjualan domba jantan bertanduk. Hal tersebut disebabkan untuk berqurban dipilih domba jantan yang memiliki bobot badan yang besar, dan sesuai dengan selera masyarakat Jawa Barat yang lebih suka pada domba yang bertanduk. Sehingga pada momen Hari Raya Idul Adha penjualan domba jantan bertanduk meningkat drastis. Besar pendapatan produksi rata-rata domba pada tahun 2014 sebesar Rp.415.953 per ekor untuk domba jantan bertanduk, sedangkan untuk domba jantan tidak bertanduk sebesar Rp. 293.084 per ekor.
4.5.2
Pendapatan Tunai Pendapatan tunai merupakan hasil selisih antara total penerimaan, total
biaya variabel, pajak dan asuransi keamanan. Pendapatan tunai pada penelitian ini merupakan total besarnya pendapatan yang dilihat dalam satu tahun untuk penggemukan domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk.
Tabel 3. Total Pendapatan Tunai Usaha Penggemukan Domba Tahun 2014 PT. Agro Jaya Mulya Pendapatan Tunai
Domba JB
JTB …Rp…
Total Penerimaan Biaya Tunai Pendapatan Tunai
883.078.367 588.780.017 294.298.350
291.901.321 213.423.673 78.477.649
45
Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa pendapatan tunai pada domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk, dimana penggunaan biaya yang tinggi diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula. Pendapatan tunai tersebut berasal dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai, dan pajak. Total pendapatan tunai terbesar adalah penjualan domba jantan bertanduk pada tahun 2014 sebesar Rp. 294.298.350, sedangkan total pendapatan tunai yang diperoleh domba jantan tidak bertanduk tahun 2014 sebesar Rp. 78.477.649. Besar perbedaan pendapatan domba jantan bertanduk dan domba jantan tidak bertanduk pada usaha penggemukan yang dijalankan selama satu tahun, yaitu sebesar Rp. 215.820.701, pendapatan domba jantan bertanduk lebih besar dibandingkan domba jantan tidak bertanduk.
Total pendapatan tunai usaha
penggemukan domba dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan data tersebut maka penggemukan domba jantan bertanduk lebih menguntungkan, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan usahanya dengan meningkatkan jumlah populasi domba jantan bertanduk terlebih pada saat momen hari raya Idul Adha. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar pendapatan pada perusahaan penggemukan domba, antara lain harga, volume penjualan, dan waktu pemeliharaan. Harga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan suatu usaha, harga penjualan domba sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan harga pasar, perusahaan dapat memanfaatkan momen-momen tertentu untuk meningkatkan harga suatu produk untuk memperbesar pendapatan usaha. Selain harga, volume penjualan merupakan hasil yang dicapai perusahaan dari waktu ke waktu yang mengalami naik turun sesuai dengan permintaan konsumen dapat mempengaruhi besar pendapatan perusahaan. Faktor terakhir
46
adalah waktu pemeliharaan berhubungan dengan hasil produk yang dihasilkan, karena pada PT. Agro Jaya Mulya menjual hasil produksinya berdasarkan bobot badan sehingga pertambahan bobot badan dan waktu pemeliharaan yang cepat dapat memperkecil biaya pemeliharaan yang dikeluarkan.