BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran
kalkulus kelas XI semester genap dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing produk pengembangan sebagai berikut: 1.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Tahap Analysis Pada tahap awal pengembangan telah dilakukan analisis dengan hasil sebagai berikut: 1) Analisis Kurikulum Pada tahap ini peneliti telah melakukan analisis terhadap silabus mata pelajaran matermatika SMA Kurikulum 2013. Hasil yang diperoleh dari analisis kurikulum adalah rincian mengenai kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pembelajaran yang dapat dilihat pada bagian lampiran. 2) Analisis Materi Pembelajaran Peneliti juga telah melakukan analisis materi pembelajaran yang diperlukan dalam penelitian pengembangan ini. Berdasarkan hasil analisis kurikulum mengenai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, materi kalkulus yang akan digunakan dalam pengembangan meliputi materi integral tak tentu fungsi aljabar dan turunan fungsi aljabar. Adapun uraian materi kalkulus tersebut secara rinci dapat dilihat pada bab 2. 81
3) Analisis Karakteristik Siswa Peneliti melakukan analisis karakteristik siswa dengan mengkaji teori mengenai perkembangan peserta didik usia SMA sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 2. Mempertimbangkan karakteristik siswa usia SMA, maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan akan disesuaikan dengan memperhatikan hal-hal antara lain: a) Kegiatan pembelajaran mendorong siswa untuk aktif berpikir secara kritis dalam mengkonstruksi pengetahuan. b) Kegiatan pembelajaran mendorong siswa untuk membuat hipotesis terhadap permasalahan yang disajikan. c) Perangkat pembelajaran dapat menggunakan objek yang abstrak seperti variabel dan simbol-simbol matematis. d) Kegiatan pembelajaran memerlukan pendampingan guru sebagai fasilitator. b. Tahap Design Pada tahap perancangan, peneliti menyusun draft RPP serta menyusun instrumen-instrumen penelitian yang diperlukan dalam penilaian RPP. 1) Hasil draft RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan secara garis besar terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: i.
Identitas RPP, meliputi nama mata pelajaran, kelas/semester, pokok bahasan, dan alokasi waktu yang diperlukan
ii. Kompetensi inti iii. Kompetensi dasar dan indikator 82
iv. Tujuan pembelajaran v.
Materi pembelajaran, berisi uraian singkat terkait konsep/materi pembelajaran.
vi. Metode pembelajaran vii. Media, alat dan sumber belajar viii. Langkah-langkah pembelajaran, meliputi keguatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada uraian langkah-langkah pembelajaran dijelaskan pula tahap-tahap pembelajaran saintifik yang terdiri dari tahap mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasi. ix. Penilaian 2) Instrumen Penelitian a) Lembar Penilaian RPP Lembar penilaian RPP yang akan digunakan untuk mengetahui skor kevalidan RPP merupakan lembar penilaian berbentuk angket yang disusun menggunakan skala Likert dengan rentang skor 1 sampai 5. Kriteria penskoran pada lembar penilaian ini yaitu skor 1 untuk menyatakan sangat jika pernyataan sangat tidak sesuai, skor 2 jika pernyataan kurang sesuai, skor 3 jika pernyataan cukup sesuai, skor 4 jika pernyataan sesuai, dan skor 5 jika pernyataan sangat sesuai. Adapun aspek penilaian yang termuat didalamnya meliputi kesesuaian identitas RPP sebanyak 12 butir pernyataan, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran sebanyak 6 butir pernyataan, pemilihan materi pembelajaran ada 7 butir pernyataan, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran ada 3 butir pernyataan, pemilihan media dan sumber pembelajaran ada 4 butir pernyataan, 83
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebanyak 16 butir pernyataan serta penilaian hasil belajar sebanyak 6 butir pernyataan. Sehingga total ada sebanyak 54 butir pernyataan. Lembar penilaian RPP ini dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. b) Lembar Observasi Pembelajaran Lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran menggunakan RPP yang dikembangkan disusun dalam bentuk angket dengan isian jawaban “Ya” atau “Tidak”. Pada lembar observasi ini terdapat 19 pernyataan yang dengan 18 butir pernyataan positif, yakni memberikan skor 1 apabila diperoleh jawaban “Ya” dan memberikan skor 0 apabila diperoleh jawaban “Tidak”, serta 1 pernyataan negatif yang memberikan skor 1 jika diperoleh jawaban “Tidak” dan skor 0 untuk jawaban “Ya. Lembar observasi pembelajaran ini secara lengkap dapar dilihat pada lampiran. c. Tahap Development 1) Pengembangan RPP Hasil pengembangan produk terdiri dari RPP turunan sebanyak 6 pertemuan dan RPP integral sebanyak 6 pertemuan. Gambaran mengenai RPP draf-1 yang dihasilkan antara lain sebagai berikut: a) Identitas RPP Bagian ini berisi nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
84
Gambar 2. Tampilan Identitas RPP b) Kompetensi Inti Memuat kompetensi inti dari mata pelajaran matematika SMA.
Gambar 3. Tampilan Kompetensi Inti c) Kompetensi Dasar dan Indikator pembelajaran Indikator pembelajaran disusun berdasarkan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013.
Gambar 4. Tampilan KD dan Indikator d) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dasar yang telah dikembangkan.
Gambar 5. Tampilan Tujuan Pembelajaran 85
e) Materi pembelajaran Materi pembelajaran diuraikan secara ringkas mengenai garis besar materi kalkulus yang dipelajari.
Gambar 6. Tampilan Materi Pembelajaran f) Metode, alat dan sumber belajar Memuat metode, media, alat, dan sumber yang dapat digunakan siswa untuk belajar.
Gambar 7. Tampilan Metode, Alat dan Sumber Pembelajaran g) Kegiatan pembelajaran serta alokasi waktu yang diperlukan
Gambar 8. Tampilan Kegiatan Pembelajaran 86
h) Penilaian pembelajaran Penilaian pembelajaran dibagi dalam tiga penilaian, yaitu penilaian sikap spiritual, sikap sosial, dan pengetahuan.
Gambar 9. Tampilan Penilaian Pembelajaran 2) Hasil Validasi RPP Penilaian RPP yang dilakukan berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada RPP, meliputi kesesuaian identitas, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran, pemilihan
media
dan
sumber
pembelajaran,
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 20. Skor Hasil Validasi RPP Skor Skor RataAspek Penilaian Maksimal rata Kesesuaian identitas RPP 57 60 Perumusan indikator dan 29 30 tujuan pembelajaran Pemilihan materi 34 35 pembelajaran Pemilihan pendekatan dan 13 15 metode pembelajaran Pemilihan media dan 18 20 sumber pembelajaran Langkah-langkah kegiatan 78 80 pembelajaran Penilaian hasil belajar 28 30 Total 257 270
87
Kriteria Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan hasil validasi yang diuraikan pada tabel di atas, diketahui RPP yang dikembangkan ditinjau dari seluruh aspek memenuhi kriteria sangat valid. Skor rata-rata total yang diperoleh adalah 257 dari skor maksimal 270. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan menggunakan pendekatan saintifik telah memenuhi kriteria kevalidan sehingga layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran validator. Pembahasan dan hasil revisi dibahas pada bagian evaluasi. d. Tahap Implementation 1) Observasi Pembelajaran Uji coba implementasi RPP dilaksanakan terbatas pada materi integral yang dilaksanakan sebanyak 6 pertemuan. Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dilakukan secara ringkas adalah sebagai berikut: Tabel 21. Hasil Observasi Pembelajaran Persentase Pertemuan keKriteria keerlaksanaan 1. 89,47% Sangat Praktis 2. 94,74% Sangat Praktis 3. 92,11% Sangat Praktis 4. 92,11% Sangat Praktis 5. 89,47% Sangat Praktis 6. 94,74% Sangat Praktis Total 92,11% Sangat Praktis Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas diketahui bahwa pembelajaran menggunakan RPP dengan pendekatan saintifik terlaksana dengan persentase keterlaksanaan rata-rata 92,11% dan termasuk dalam kategori sangat praktis. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat berupa RPP yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan untuk digunakan dalam pembelajaran. 88
2) Hasil Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar dilakukan pada akhir pertemuan. Data perolehan hasil posttest dari kedua kelas uji coba secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:
No
Kelas
Tabel 22. Hasil Post-test Tidak Tuntas Rata-rata Tuntas
1.
Kelas uji coba 1 2. Kelas uji coba 2 Total
%
Kriteria
23
3
81,92
88,46%
Sangat Baik
19
5
78,13
79,92%
Baik
42
8
80,1
84%
Baik
Berdasarkan data hasil post-test di atas diperoleh bahwa persentase ketuntasan belajar pada kelas pertama 88,46% yang memenuhi kriteria sangat baik sedangkan pada kelas kedua mencapai 79,92% yang memenuhi kriteria baik. Ditinjau dari persentase ketuntasan keseluruhan, rata-rata ketuntasan mencapai 84% dan memenuhi kriteria baik. Sedangkan jika ditinjau dari rata-rata skor tes hasil belajar diperoleh skor rata-rata 80,1. Skor ini lebih dari KKM yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif digunakan untuk mencapai kompetensi pembelajaran. e. Tahap Evaluation Pada tahap evaluasi peneliti melakukan revisi RPP berdasarkan saran dan masukan dari dosen ahli dan guru mata pelajaran matematika. Revisi RPP yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1) Alokasi waktu pembelajaran Semula terdapat beberapa bagian dalam kegiatan pembelajaran pada LKS yang belum memuat alokasi waktu yang diperlukan. Setelah direvisi alokasi waktu pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti serta kegiatan penutup dilengkapi. 89
Gambar 10. Tampilan RPP Sebelum Revisi Tidak Mencantumkan Alokasi Waktu Pembelajaran
Gambar 11. Tampilan RPP Setelah Revisi dengan Melengkapi Alokasi Waktu Pembelajaran 2) Kegiatan evaluasi pembelajaran Semula kegiatan pembelajaran belum menyertakan evaluasi pada setiap pertemuan untuk mengetahui ketercapaian indikator pada setiap pertemuan. Setelah direvisi setiap pertemuan diberikan kuis untuk mengevaluasi ketercapaian indikator pada setiap pertemuan.
Gambar 12. Tampilan RPP dengan Penambahan Kuis Sebagai Evaluasi Pembelajaran pada Setiap Pertemuan 3) Kegiatan penutup Semula beberapa kegiatan penutup belum menyertakan kegiatan berdoa sebagai penutup pembelajaran. Setelah direvisi setiap pertemuan dilengkapi dengan berdoa pada kegiatan penutup. 90
Gambar 13. Tampilan Penutup RPP Setelah Revisi Mencantumkan Kegiatan Berdoa 2.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
a. Tahap Analysis Tahap awal pengembangan LKS diperoleh hasil analisis kurikulum, analisis materi pembelajaran dan analisis karakteristik siswa bersamaan dengan analisis pada pengembangan RPP. b. Tahap Design Pada tahap ini peneliti telah melakukan desain struktur LKS, mengumpulkan referensi sumber, dan menyusun instrumen penilaian LKS. 1) Draft LKS Lembar Kegiatan Siswa yang akan dikembangkan secara umum disusun agar dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan 5 langkah pendekatan
saintifik,
yaitu
meliputi
kegiatan
mengamati,
menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Secara garis besar, bagianbagian LKS adalah sebagai berikut: a) Identitas LKS, meliputi judul/topik LKS, identitas peserta didik, dan alokasi waktu yang diperlukan. b) Tahap mengamati, berisi permasalahan faktual, dalil, teorema, aturan maupun konsep yang berkaitan dengan topik pembelajaran yang dapat diamati siswa. Permasalahan sehari-hari dapat disajikan pada bagian ini sebagai apersepsi 91
siswa dalam memahami suatu konsep yang hendak dipelajari. Sedangkan untuk beberapa topik pengetahuan yang sifatnya prosedural atau berupa aturan matematis, bagian ini dapat diisi dengan dalil/aturan matematis yang akan digunakan dalam pembelajaran. c) Tahap menanya, dapat berupa ajakan/perintah untuk menyajikan pertanyaan ataupun berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengajak siswa berpikir dan kritis terhadap suatu permasalahan yang disajikan. d) Tahap mengeksplorasi, berisi kegiatan yang sifatnya eksploratif sesuai dengan tujuan pembelajaran. e) Tahap mengasosiasi, dapat berupa generalisasi pengetahuan yang diperoleh dari hasil eksplorasi, pengecekan konjektur dan penarikan kesimpulan maupun generalisasi dalam hal keterkaitan antar konsep yang dipelajari. Pada tahap ini juga siswa dapat berupa latihan soal sebagai tindak lanjut terhadap konsep yang dipelajari. f)
Tahap mengomunikasi, berisi ajakan/perintah menyampaikan hasil yang diperoleh dari kegiatan baik secara lisan maupun secara tertulis.
2) Referensi Penyusunan LKS Tahap design ini peneliti juga melakukan pengumpulan referensi pembelajaran yang digunakan dalam penyusunan LKS. Referensi yang digunakan antara lain: a) Rosihan Ari Y dan Indriyastuti. 2014. Perspektif Matematika untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo: PT. Tiga Serangkat Pustaka Mandiri b) Dale Vanberg dan Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus (Alih Bahasa Oleh I Nyoman Susila). Batam: Interaksara. 92
3) Instrumen Penelitian a) Lembar Penilaian LKS Lembar untuk penilaian kevalidan LKS berupa angket yang juga disusun berdasarkan skala likert dengan rentang 1 sampai 5. Angket ini terdiri dari 43 butir pernyataan meliputi 13 butir pernyataan mengenai kualitas materi LKS, 4 butir pernyataan mengenai kesesuaian dengan syarat didaktik, 10 butir pernyataan mengenai syarat konstruksi, 11 butir pernyataan mengenai syarat teknis, dan 5 butir pernyataan berkaitan denan pokok pengalaman belajar. Lembar pnilaian LKS ini dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. b) Angket Respons Siswa Angket untuk mengetahui respons siswa terhadap LKS yang digunnakan dalam pembelajaran ini disusun dalam bentuk angket menggunakan skala likert dengan rentang skor 1 sampai 4. Skor 1 untuk menyatakan sangat tidak setuju, skor 2 menyatakan tidak setuju, skor 3 menyatakan setuju, sedangkan skor 4 untuk menyatakan sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan. c. Tahap Development 1) Pengembangan LKS Hasil pengembangan LKS diperoleh masing-masing sebanyak 7 LKS untuk materi turunan dan 6 LKS untuk materi integral dengan rincian sebagai berikut: 1. LKS turunan meliputi: a. LKS 1.1 Pengertian turunan b. LKS 1.2 Aturan turunan c. LKS 1.3 Kemonotonan fungsi 93
d. LKS 1.4 Titik stasioner e. LKS 1.5 Menggambar grafik fungsi f. LKS 1.6 Garis singgung dan garis normal g. LKS 1.7 Maksimum dan minimum 2. LKS integral meliputi: a. LKS 2.1 Anti turunan b. LKS 2.2 Integral tak tentu c. LKS 2.3 Integral substitusi d. LKS 2.4 Integral parsial e. LKS 2.5 Penyelesaian khusus integral f. LKS 2.6 Aplikasi integral 2) Validasi LKS Validasi LKS dilakukan oleh dua validator ahli dengan hasil sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 23. Skor Hasil Validasi LKS Skor Aspek Penilaian Rata-rata Maksimum Kualitas materi LKS 60,5 65 Kesesuaian dengan syarat 18,5 20 didaktik Kesesuaian dengan syarat 46,5 50 konstruksi Kesesuaian dengan syarat 52,5 55 teknis Kesesuaian dengan pokok 23 25 pengalaman belajar Jumlah 201 215
Kriteria Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
Berdasarkan hasil validasi pada tabel di atas, LKS yang dikembangkan ditinjau dari seluruh aspek memenuhi kriteria sangat valid. Skor rata-rata total yang diperoleh adalah 201 dari skor maksimal 215. Hal ini menunjukkan bahwa LKS 94
yang dikembangkan menggunakan pendekatan saintifik telah memenuhi kriteria kevalidan sehingga layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran validator. Pembahasan dan hasil revisi dibahas pada bagian evaluasi. d. Tahap Implementation Angket respons siswa diisi oleh sebanyak 50 siswa yang menjadi subjek uji coba, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan LKS yang diuji coba. Hasil ringkas perolehan skor dari angket respons siswa disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 24. Hasil Angket Respons Siswa No Aspek Penilaian Skor Rata-rata 1. Kelayakan Isi 1156 23,12 2. Kelayakan Bahasa 998 19,96 3. Kelayakan Penyajian 653 13,06 4. Kelayakan Grafika 485 9,7 Total 3292 65,84
Kriteria Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis
Berdasarkan hasil penilaian siswa terhadap LKS diketahui bahwa rata-rata skor pada setiap aspek memperoleh kriteria minimal praktis dengan skor rata-rata total 65,84 dan termasuk pada kriteria praktis. Sehingga dapat dikatakan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan. e. Tahap Evaluation Tahap akhir dilakukan penyempurnaan LKS dengan melakukan revisi sesuai saran dan masukan dari dosen, guru maupun siswa sebagai pengguna LKS. Revisi yang dilakukan antara lain sebagai berikut: a) Penulisan judul dan identitas LKS Setelah revisi dilakukan penyesuaian ukuran huruf pada judul LKS, dan penyesuaian tata letak identitas LKS. 95
Gambar 14. Tampilan Judul dan Identitas LKS Sebelum Revisi
Gambar 15. Tampilan Judul dan Identitas LKS Setelah Revisi b) Indikator/tujuan pembelajaran Setelah revisi ditambahkan indikator/tujuan pembelajaran sesuai saran validator.
Gambar 16. Tampilan Indikator/tujuan pembelajaran c) Penggunaan huruf pada LKS Semula terdapat halaman LKS yang menggunakan lebih dari 2 jenis huruf dalam satu halaman. Setelah revisi jenis huruf yang terlalu beragam diseragamkan.
Gambar 17. Tampilan Huruf Sebelum dan Sesudah Revisi 96
d) Sumber gambar Semula tidak terdapat sumber gambar pada gambar-gambar yang dicantumkan pada LKS. Setelah revisi setiap gambar yang dicantumkan pada LKS dicantumkan sumbernya.
Gambar 18. Tampilan Sebelum Revisi Tanpa Mencantumkan Sumber Gambar
Gambar 19. Tampilan Setelah Revisi dengan Mencantumkan Sumber Gambar e) Perbaikan kesalahan penulisan ejaan Semula terdapat beberapa kesalahan penulisan ejaan pada LKS, selanjutnya dilakukan perbaikan penulisan ejaan pada beberapa kesalahan penulisan. f) Kolom jawaban siswa Setelah uji coba dilakukan revisi terhadap tata letak dan ukuran kolom jawaban sesuai kebutuhan siswa. Ukuran kolom jawab siswa disesuaikan berdasarkan masukan siswa setelah menggunakan LKS.
97
B. Pembahasan 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pengembangan RPP materi kalkulus dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 menggunakan tahapan pengembangan produk model ADDIE. Model ini terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap analisis (analysis), tahap desain (design), tahap pengembangan (design), tahap implementasi (implementation), dan tahap evaluasi (evaluation). RPP dikembangkan masing-masing sebanyak 6 pertemuan untuk materi turunan dan integral. RPP yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk kemudian diperbaiki sesuai saran yang diberikan. Selanjutnya RPP divalidasi oleh 2 orang validator, yaitu dosen mata pelajaran matematika dan guru mata pelajaran matematika. Hasil penilaian dari validator dapat dilihat pada tabel 20 pada halaman 84. Berdasarkan tabel 20, diketahui bahwa RPP yang dikembangkan memperoleh skor rata-rata total 257 dari skor maksimal 270 dengan kriteria sangat valid. Sehingga dari hasil tersebut dinyatakan RPP yang dikembangkan valid dan layak untuk selanjutnya digunakan dalam ujicoba. Kevalidan perangkat pembelajaran yang diperoleh ditunjang oleh kesesuaian tahap pendekatan saintifik dan didukung kelengkapan dan kesesuaian komponen pada RPP. Uji coba RPP dilakukan di SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta. Pelaksanaan ujicoba dilakukan terhadap 50 siswa dan implementasinya terbatas pada materi integral disebabkan keterbatasan waktu penelitian. Implementasi dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang dikembangkan. Rangkaian kegiatan 98
terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa bersama. Guru memberikan apersepsi pembelajaran dengan meminta siswa mengingat kembali beberapa materi yang digunakan sebagai prasyarat pembelajaran. Secara umum tujuan utama dari kegiatan pendahuluan pada pembelajaran dengan pendekatan Saintifik adalah untuk memantapkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi baru yang akan dipelajari (Hosnan, 2014: 142). Pada pembelajaran turunan misalnya, guru memberikan beberapa soal limit fungsi aljabar khususnya untuk limit yang mendekati nol. Beberapa siswa dapat mengingat dengan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, namun ada juga yang kesulitan menjawab karena sudah lupa. Apersepsi dilakukan untuk memastikan siswa menguasai materi prasyarat untuk memastikan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru juga menyampaikan motivasi misalnya pada pembahasan turunan guru menyampaikan penerapan turunan pada masalah kecepatan, pertumbuhan, serta masalah maksimum dan minimum. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tahapan pendekatan saintifik meliputi tahap mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pada kegiatan mengamati siswa diminta mengamapi permasalahan pada LKS dan mencatat informasi penting yang diperoleh dari masalah yang diberikan. Tahap menanya dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara guru dan siswa, meminta siswa untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait masalah yang dibahas. Kegiatan menanya sempat terkendala oleh siswa yang pasif dan bingung dalam bertanya karena belum terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti. Namun pada pertemuan-pertemuan 99
selanjutnya siswa dapat lebih aktif bertanya dan berdiskusi. Pada tahap eksplorasi siswa bersama kelompoknya menyelesaikan kegiatan pada LKS berkaitan penemuan konsep yang dipelajari. Pada LKS 1.1, kegiatan eksplorasi siswa melakukan ekplorasi mengenai keterkaitan antara konsep kecepatan dan konsep turunan. Masalah yang dijumpai dalam pembelajaran pada tahap ini yaitu ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam diskusi, meskipun sebagian lainnya nampak antusias melakukan diskusi. Peran guru dalam hal ini adalah mengawasi kegiatan, serta mengingatkan dan membimbing siswa yang kurang aktif. Selain itu guru juga memfasilitasi siswa yang bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami dan mengawasi agar kegiatan diskusi dalam eksplorasi tidak melenceng dari tujuan pembelajaran. Kegiatan eksplorasi dilanjutkan dengan mengasosiasi keterkaitan antar konsep. Tahap selanjutnya adalah tahap mengasosiasi. Menurut Hosnan (2014: 69) kegiatan asosiasi dalam pendekatan saintifik bertujuan agar siswa dapat menganalisis hasil kerja yang telah dilakukan. Pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru membuat generalisasi mengenai keterkaitan antara konsep turunan dan konsep kecepatan, kemudian menerapkannya dalam penyelesaian soal yang diberikan guru. Kegiatan inti pembelajaran diakhiri dengan tahap mengkomunikasikan hasil diskusi. Beberapa siswa mewakili kelompoknya diminta menyampaikan hasil diskusi, kemudian guru dan siswa lain menanggapi dan mengevaluasi bersama hasil yang disampaikan. Kegiatan penutup dilakukan dengan memberikan kuis untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran. Guru dan siswa juga melakukan refleksi pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kegiatan 100
pembelajaran selanjutnya ditutup menginformasikan materi pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya dan berdoa bersama. Hasil observasi pelaksanaan uji coba menunjukan bahwa keterlaksanaan RPP dalam kegiatan pembelajaran mencapai persentase rata-rata 92,11% dengan kriteria sangat praktis. Hasil tersebut menunjukan bahwa RPP yang dikembangkan dengan pendekatan saintifik dinyatakan praktis digunakan dalam pembelajaran. Kepraktisan RPP juga mengindikasikan bahwa RPP yang dikembangkan disusun dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan rangkaian kegiatan di dalamnya dapat dengan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Pada tahap akhir implementasi juga dilakukan post-test untuk mengukur keefektifan RPP yang digunakan. Berdasarkan hasil post-test diperoleh ketuntasan belajar siswa mencapai persentase 84% dengan kriteria baik, dan rata-rata skor yang diperoleh adalah 80,1. Sesuai hasil tersebut maka RPP yang dikembangkan dinyatakan efektif dalam mencapai kompetensi pembelajaran. Hasil ini menunjukan bahwa kegiatan pada RPP yang dikembangkan mendukung ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Perangkat pembelajaran lain yang dikembangkan pada penelirtian ini berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Pengembangan LKS dalam penelitian ini juga dikembangkan dengan model pengembangan ADDIE. Tahap awal dilakukan dengan analisis kurikulum, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa. Desain LKS disusun dengan memperhatikan lima kegiatan belajar pada pendekatan saintifik, yaitu kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan 101
mengkomunikasi. Selanjutnya LKS dikembangkan masing-masing sebanyak 7 LKS untuk materi turunan dan 6 LKS untuk materi integral. LKS yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya dilakukan revisi sesuai saran yang diberikan. LKS yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing diserahkan kepada validator untuk memperoleh penilaian validitas LKS. Penilaian meliputi aspek kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, syarat konstruksi, syarat teknis, dan kesesuaian dengan pokok pengalaman belajar pada pendekatan saintifik. Ditinjau dari aspek materi, skor rata-rata yang diperoleh adalah 60,5 dari skor maksimal 65 dengan kriteria sangat valid. Hal ini menunjukan bahwa LKS dikembangkan sesuai hierarki konsep dalam matematika dan kebenaran konsep yang disampaikan sesuai dengan kaidah keilmuan. Skor 18,5 dari skor maksimal 20 pada aspek didaktik menunjukan bahwa LKS yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa belajar dan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Skor ini termasuk dalam kriteria sangat valid. Selanjutnya ditinjau dari aspek konstruksi LKS mencapai kriteria sangat valid dengan skor 46,5 dari skor maksimal 50. Ini berarti struktur dan penggunaan kalimat pada LKS dapat mudah dipahami dan sesuai tingkat kedewasaan siswa. Pada aspek teknis LKS memperoleh skor 52,5 dari skor maksimal 50 dengan kriteria sangat valid. Artinya penggunaan ilustrasi dan gambar pada LKS sudah tepat dan efektif. Aspek yang terakhir dinilai adalah kesesuaiannya dengan pendekatan saintifik. Pada aspek ini diperoleh skor 23 dari skor maksimal 25 dengan kriteria sangat valid. Skor ini menunjukan LKS yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran dengan 102
pendekatan ilmiah melalui kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Secara keseluruhan berdasarkan penilaian dari validator LKS yang dikembangkan memperoleh jumlah skor rata-rata 201 dari skor maksimal 215 dengan kriteria sangat valid. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa LKS yang dikembangkan valid dan dapat digunakan untuk ujicoba sesuai saran perbaikan yang diberikan validator. Pada tahap implementasi, dilaksanakan uji coba LKS terbatas pada materi integral yang melibatkan 50 siswa di SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta. Implementasi penggunaan LKS pada pembelajaran dilaksanakan dengan tahapan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pada tahap mengamati, siswa diminta mengamati permasalahan pada LKS, misalnya masalah kecepatan yang diberikan pada LKS 1.1, kemudian mencatat informasi yang diperoleh dari masalah tersebut.
Gambar 20. Permasalahan pada LKS 1.1 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tahap ini siswa bersama kelompoknya antusias mengamati masalah yang diberikan. Pada tahap menanya, guru membuka diskusi dan tanya jawab berkaitan masalah yang diamati. Pada 103
masalah kecepatan di atas misalnya, guru meminta siswa menuliskan pertanyaanpertanyaan yang muncul yang berkaitan dengan penyelesaian masalah, misalnya “Berapa jarak dari Yogyakarta ke Purwokerto?”, “Bagaimana menghitung jarak kedua kota tersebut?”, “Bagaimana menghitung kecepatan rata-rata?” dan sebagainya, hingga menyusun hipotesis siswa mengenai kecepatan rata-rata dan kecepatan yang diukur pada odometer (kecepatan sesaat). Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan (2014: 143) bahwa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan pada tahap menanya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut. Karena siswa belum terbiasa dengan kegiatan menanya ini, pada awal implementasi kegiatan menanya masih perlu arahan dan pancingan dari guru. Guru membuka diskusi dengan memberikan pertanyaan “Apa yang perlu diketahui lebih dulu agar dapat menentukan kecepatan rata-rata?”. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa sudah lebih aktif menyampaikan pertanyaan. Pada tahap eksplorasi siswa secara berkelompok mendiskusikan kegiatan pada LKS untuk menemukan konsep turunan berdasarkan konsep kecepatan. Pada saat kegiatan eksplorasi menggunakan LKS beberapa siswa bertanya mengenai konsep turunan yang dibahas, misalnya “Bu, kecepatan sesaat itu apa?”, “Bu, kecepatan pada saat t=1 berapa?”. Pada kesempatan ini guru memberikan bantuan kepada siswa namun bukan berupa jawaban langsung. Guru memberikan pertanyaan balik kepada siswa yang mengarah kepada jawaban dari pertanyaan siswa. Tujuannya adalah agar pada akhirnya siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan yang disampaikan. Misalnya guru menanyakan “Coba ingat kembali, 104
apa yang kalian tahu mengenai kecepatan?”, “Bagaimana kalian dapat menghitung kecepatan kendaraan?”, “Dari hasil tersebut, menurut kalian jika pengukuran kecepatan diukur pada jarak yang sangat pendek berapa hasil yang akan diperoleh?”. Pertanyaan-pertanyaan terus diberikan kepada siswa sampai siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan siswa sebelumnya, “Jadi apa itu kecepatan sesaat?”, “Jadi menurut kalian berapa kecepatan sesaat saat t=1”. Setelah siswa dapat menjawab pertanyaan mengenai kecepatan tersebut, guru membimbing siswa membuat generalisasi mengenai konsep turunan dengan mengikuti kegiatan pada LKS bagian “Generalisasi” untuk dapat menemukan bahwa kecepatan merupakan laju perubahan jarak terhadap waktu dengan v(t) = lim
h→0
f(c+h)−f(c) h
, yang
selanjutnya disebut turunan dari f(x). Pada tahap mengasosiasi siswa dengan bimbingan guru membuat generalisasi mengenai keterkaitan antara konsep turunan dengan konsep kecepatan. Siswa diminta melakukan evaluasi dengan menyelesaikan kembali permasalahan pada bagian awal LKS 1.1 mengenai kecepatan sesaat benda di t=1 menggunakan konsep turunan yang telah diperoleh dan mengecek hasilnya dengan hipotesis awal yang dibuat siswa. Selanjutnya siswa diminta menerapkan konsep turunan untuk menyelesaikan soal atau latihan yang diberikan guru. Pada akhir sesi siswa diminta mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok, selanjutnya guru dan kelompok lain menanggapi dan mengevaluasi hasil yang disampaikan. Pada akhir tahap implementasi siswa diminta memberikan penilaian terhadap LKS yang digunakan untuk mengukur tingkat kepraktisan LKS. Dari penilaian siswa diperoleh total skor rata-rata 65,84 dari skor maksimal 85 dengan kriteria 105
sangat praktis. Ini menunjukan bahwa LKS yang digunakan dapat dengan mudah dipahami dan digunakan oleh siswa dalam pembelajaran. Tingkat keefektifan LKS diukur dari hasil post-test yang dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya. hasil post-test memperoleh kriteria sangat baik dan berarti LKS yang dikembangkan efektif digunakan dalam pencapaian kompetensi pembelajaran. C.
Keterbatasan Penelitian Pengembangan produk dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang
disebabkan oleh keterbatasan dalam penelitian. Adapun keterbatasan yang dimaksud antara lain: 1. Uji coba produk tidak dapat dilaksanakan untuk semua produk yang dikembangkan dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Produk yang diuji coba adalah sebatas pada topik integral tak tentu. 2. Meskipun perangkat yang dikembangkan adalah materi turunan dan integral untuk kelas XI SMA dengan Kurikulum 2013, peneliti melakukan uji coba produk pada kelas XII yang menggunakan KTSP. Hal tersebut dilakukan karena implementasi Kurikulum 2013 saat itu belum ada untuk kelas XI semester genap dengan mempertimbangkan kompetensi pembelajaran pada LKS juga terdapat pada kurikulum KTSP di kelas XII SMA semester ganjil.
106