BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dijabarkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Masyarakat di Desa Ulapato A Kec. Telaga Biru Pada Bulan Juni 2012.
Karakteristik Responden
Jumlah Sampel
Persentase
Laki-laki
34
44
Perempuan
42
56
Jumlah
76
100
15 – 25 tahun
45
59
26 – 35 tahun
19
25
36 – 45 tahun
9
12
46 – 55 tahun
3
4
Jumlah
76
100
SD
6
8
SLTP / SMP
13
17
SMU / SMK
38
50
Perguruan Tinggi
19
25
Jumlah
76
100
18
24
Jenis Kelamin
Kelompok Usia
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan PNS
TNI/ POLRI
4
5
IRT
20
26
WIRASWASTA
34
45
Jumlah
76
100
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2012 2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antasida di Desa Ulapato A Kecamatan Telaga Biru Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat Desa Ulapato A KecamatanTelaga Biru tentang penggunaan Antasida terlihat pada tebel berikut : Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Ulapato A Kecamatan Telaga Biru Tentang Penggunaan Antasida Pada Bulan Juni 2012 Gambaran Pengetahuan
N Baik 17 Cukup 33 Kurang 26 Jumlah 76 Sumber : Data Primer yang telah diolah 2012
Frekuensi % 22 44 34 100
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 76 responden, sebanyak 17 orang (22%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang penggunaan antasida sudah baik, sementara sebanyak 33 orang (44%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang penggunaan antasida cukup baik, dan sebanyak 26 orang (34%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang penggunaan antasida kurang baik. 4.2 Pembahasan Desa Ulapato A berada di kecamatan Telaga Biru kabupaten Gorontalo provinsi Gorontalo yang terdiri dari 4 dusun dengan luas wilayah 426,25 km2 dan berbatas wilayah
sebelah utara Desa Ulapato B, sebelah selatan Desa Lupoyo, sebelah barat Desa Tinelo dan sebelah timur Desa Timuato. Desa Ulapato A berpenduduk sebanyak 2.341 jiwa dengan 637 kepala keluarga, dengan mayoritas pekerjaan petani dan usaha jasa. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ulapato A, pada penelitian ini dilakukan pendekatan survei masyarakat yaitu pengumpulan data secara langsung menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di desa Ulapato dengan kisaran umur antara 15 – 65 tahun yang berjumlah 1.515 jiwa, pengambilan populasi pada penelitian ini yaitu masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun dianggap mengetahui tentang antasida tetapi belum memahami tentang tata cara penggunaan antasida yang baik dan benar. Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan dengan metode cluster sampling, metode ini digunakan karena sampel yang diambil merupakan sekelompok orang bukan individual dan bertujuan agar dapat mewakili semua dusun di Desa Ulapato A. Pada penelitian ini menggunakan variabel independent atau biasa disebut variabel bebas yaitu perilaku masyarakat. Variabel yang tidak terikat dan tidak saling mempengaruhi dengan indikator pengetahuan penggunaan antasida yang baik dan benar. Menurut Hirnle (2000), salah satu tujuan pengobatan yaitu untuk memperoleh efek terapi, efek terapi adalah efek yang diinginkan atau efek tujuan dari medikasi yang diberikan. Efek tersebut bervariasi berdasarkan bahan dasar obat, lama penggunaan obat dan kondisi fisik klien. Beberapa diantaranya juga dipengaruhi interaksi antar obat yang dikonsumsi. Puncak reaksi obat sangat bervariasi tergantung dari obat yang diberikan dan cara pemberian yang dilakukan 5 prinsip Pengobatan yang benar yaitu : benar klien, benar obat, benar dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara pemberian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan antasida yaitu antasida dalam bentuk cairan kental (suspensi) kerjanya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet, antasida dalam bentuk tablet harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan, beri jarak minimal 1 jam untuk minum obat yang lain, antasida diminum 1 jam sebelum makan, tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 2 minggu kecuali atas saran dokter, hanya digunakan apabila telah diketahui bahwa gejala mual, nyeri lambung, rasa panas di ulu hati dan dada benar-benar sakit maag bukan penyakit lain, penggunaan terbaik adalah saat gejala timbul sewaktu lambung kosong dan menjelang tidur malam. Antasida mengganggu absorpsi obat-obat tertentu (misal antibiotik), bila diminum bersama harus diberi waktu 1-2 jam, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan sembelit, wasir, perdarahan anus, feses padat, mual, muntah, kekurangan fosfat dan osteomalsia. Cara penggunaan antasida yang baik yaitu antasida diminum 1 jam sebelum makan atau dalam keadaan lambung kosong, ini dikarenakan efek kerja antasida mampu mengurangi rasa nyeri di lambung bila diminum pada perut kosong efeknya bertahan 20 – 60 menit dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah makan. Telah diketahui bahwa keasamaan dilambung menurun segera setelah makan dan mulai naik lagi satu jam kemudian hingga mencapai tertinggi tiga jam sesudah makan, sehingga antasida harus digunakan lebih kurang 1 jam setelah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi. Antasida dalam bentuk suspensi lebih baik dibandingkan dalam bentuk tablet ini dikarenakan antasida dalam bentuk tablet bekerja kurang efektif dan lebih lambat, mungkin dikarenakan proses pengeringan selama pembuatan mengurangi daya netralisasinya. Dosis yang tepat dalam penggunaan antasida dapat menghindari efek samping yang diakibatkan oleh penggunaan antasida. Efek samping akibat penggunaan antasida bila dosis berlebihan seperti konstipasi, mual dan muntah, diare, gangguna absorpsi fosfat sehingga
menimbulkan sindrom deplesi fosfat disertai osteomalsia serta perdarahan saluran cerna dan disfungsi ginjal. Lama penggunaannya juga tidak boleh lebih dari 2 minggu (kecuali atas saran dokter) ini dikarenakan efek samping dari penggunaan antasida tersebut. Berdasarkan hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat desa Ulapato tentang penggunaan antasida yang baik sebanyak 22%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat desa Ulapato sudah mengetahui apa kegunaan, cara penggunaan, waktu penggunaan dan dosis dari obat antasida, pengetahuan ini didapatkan oleh masyarakat melalui membaca etiket obat dan banyak bertanya tentang penggunaan antasida yang baik ketika mereka berobat pada dokter. Sementara 44% masyarakat desa Ulapato mempunyai tingkat pengetahuan tentang penggunaan antasida cukup baik, dan sebanyak 34% masyarakat desa Ulapato mempunyai tingkat pengetahuan tentang penggunaan antasida yang kurang baik hal ini dikarenakan karena ketidak ingin tahu masyarakat dan kecenderungan untuk saling mengikuti, dan hanya berdasarkan pengalaman sesama masyarakat, contohnya jika ada yang merasa sakit perut oleh tetangganya disarankan meminum antasida tanpa memberikan informasi yang jelas tentang tata cara penggunaan obat tersebut, selain itu hal ini disebabkan oleh kurang adanya penyuluhan tim kesehatan tentang penggunaan obat yang baik dan benar kepada masyarakat. Akibatnya masyarakat akan cenderung mengkonsumsi obat tersebut dalam jangka panjang, penggunaan obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah menjadi bencana. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia dimasyarakat. Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package insert, dimana jenis
informasi ini relatif dapat dipercaya (Direktorat jenderal bina kefarmasian dan alat kesehatan, 2008). Dari hasil observasi masyarakat desa Ulapato A dengan perbedaan jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang cara penggunaan antasida ini dibuktikan dari hasil jawaban kuesioner, baik itu laki-laki maupun perempuan samasama mengetahui tentang tata cara penggunaan antasida begitupun tingkat pendidikan dan perbedaan pekerjaan. Penelitian diatas membuktikan bahwa masyarakat Desa Ulapato A pada umumnya cukup baik mengetahui tentang bagaimana cara penggunaan antasida yang sebenarnya dengan cara membaca brosur atau etiket dari sediaan-sediaan obat jadi yang ada dipasaran. Namun masyarakat tidak begitu mengetahui tentang efek jangka panjang yang diakibatkan bila mengkonsumsi antasida dalam waktu yang lama, ini dikarenakan masyarakat lebih cenderung membeli antasida secara bebas di toko obat atau apotik tanpa resep dokter atau pengawasan dari dokter. Dan sebagai tenaga farmasi sebaiknya pada waktu penyerahan obat kepada pasien memberikan informasi yang jelas mengenai cara penggunaan obat antasida yang baik dan benar dan tentang efek samping yang terjadi serta waktu pemberian obat, dimana kebanyakan pasien lebih mengetahui antasida diminum 1 jam sebelum makan. Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya antasida baik digunakan 1 jam sesudah makan dan sebelum tidur.