71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian, mengenai hubungan antara tipe kepribadian dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :
A. Hasil Penelitian 1. Kategori Tipe Kepribadian Berikut ini merupakan sebuah gambaran yang akan peneliti jelaskan, berkenaan dengan tipe kepribadian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Gambaran Kategori Tipe Kepribadian No.
Tipe Kepribadian
Jumlah
Persentase
1.
Neuroticism
0
0
2.
Extraversion
0
0
3.
Openness
3
6,3
4.
Agreeableness
14
29,8
5.
Conscientiousness
30
63,9
47
100
Jumlah
71
72
Dari tabel 4.1 tersebut, dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian neuroticism dan extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness dengan
jumlah
persentasenya
6,3%,
kemudian
terdapat 3 orang
mahasiswa
dengan
tipe
kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang memiliki tipe kepribadian openness, orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitasaktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui, individu dengan tipe ini senang untuk mengutarakan ide-ide kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku
73
manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka
menolong,
rendah
hati dan
memiliki kecenderungan
untuk
dapat
merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan conscientiousnes,
30
orang
mahasiswa
memiliki
tipe
kepribadian
dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut
memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun. 2. Kategori interaksi interpersonal Berikut ini gambaran yang akan peneliti jelaskan, yang berkenaan dengan interaksi interpersonal mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Bandung angkatan 2009. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Interaksi Interpersonal N
Valid Missing
47
Mean
0 1.4102E2
Median
1.4200E2
Range
92.00
Minimum
97.00
Maximum
189.00
74
Dari tabel 4.2 diatas, diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 142. Nilai median ini, diperoleh jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama besar. Hal ini menunjukan jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka nilai interaksi interpersonal mahasiswa 50 % berada di atas 142 dan 50 % -nya lagi berada di bawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya interaksi interpersonal, maka peneliti membuat norma menjadi dua kategori yaitu interaksi interpersonal tinggi dan interaksi interpersonal rendah. Hal ini dilakukan karena data berdistribusi ordinal. Adapun normanya dibuat dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Norma dan Kategori Interaksi Interpersonal NORMA
KATEGORI
X ≥ 142
Tinggi
X < 142
Rendah
Dari tabel 4.2, maka diperoleh nilai median sebesar 142. Dengan demikian mahasiswa dikatakan memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi apabila mempunyai skor lebih dari 142 dan dikatakan memiliki tingkat interaksi
interpersonal yang rendah apabila mempunyai skor kurang dari 142.
75
Berdasarkan pada norma tersebut diatas, didapatkan data variabel interaksi interpersonal sebagai berikut :
Tabel 4.4 Gambaran Kategori Interaksi Interpersonal Tingkat
Jumlah
Persentase
Tinggi
21
44,7
Rendah
26
55,3
Jumlah
47
100
Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari variabel interaksi interpersonal sebanyak 21 orang (44,7%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi ketika berinteraksi di facebook dan 26 orang (55,3%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook. Adapun untuk mengetahui secara terperinci mengenai tipe kepribadian dan tingkat interaksi interpersonalnya maka dilakukan tabulasi silang berikut ini:
76
Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Silang antara Tipe Kepribadian dan Interaksi Interpersonal Interaksi Interpersonal
Tinggi Rendah
Jumlah
Persentase
Tipe Kepribadian Openness
0
3
3
6,3
Agreeableness
7
7
14
29,8
Conscientiousness
15
15
30
63,9
Jumlah
22
25
47
100
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 47 responden, terdapat 3 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian openness, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness. Setelah dilakukan tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3 %. Kemudian, dari 14 orang yang memiliki tipe kepribadian agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%.
77
3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan
melalui
perhitungan
statistik
untuk
membuktikan
hipotesis
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian openess dengan
interaksi
interpersonal
pada
mahasiswa
Fakultas
Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian openess dengan
interaksi
interpersonal
pada
mahasiswa
Fakultas
Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung.
Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H0 ditolak jika nilai Pvalue ≤ α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
78
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Variabel
Hasil Uji
Kriteria
Kesimpulan
Pengujian Tipe
α
Kepribadian
Pvalue = 0,167
openness dengan
rs
= 0,866
Interaksi
rs2
= 0,749
Interpersonal
N
= 47
α
= Nilai alpha
rs
= Nilai korelasi
N
= Jumlah subjek yang diteliti
Keterangan :
= 0,05
Ho ditolak jika : Pvalue ≤
Ho diterima H1 ditolak
Pvalue = Nilai P
Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : rs = 0,866 dan skor Pvalue sebesar 0,167 dengan α = 0,05, dengan demikian Pvalue ≥ α. Maka, H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009.
79
b. Hubungan
Tipe
Kepribadian
Agreeableness
dengan
Interaksi
Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan
melalui
perhitungan
statistik
untuk
membuktikan
hipotesis
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : rs = 0
Tidak
terdapat
agreeableness mahasiswa
hubungan dengan
Fakultas
antara
interaksi
Psikologi
tipe
kepribadian
interpersonal
angkatan
2009
pada UIN
Bandung. H1 : rs > 0
Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian
agreeableness mahasiswa
dengan
Fakultas
interaksi
Psikologi
interpersonal
angkatan
2009
pada UIN
Bandung.
Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H0 ditolak jika nilai Pvalue ≤ α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
80
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Variabel
Hasil Uji
Kriteria
Kesimpulan
Pengujian Tipe Kepribadian
α
= 0,05
agreeableness
Pvalue = 0,238
dengan Interaksi
rs
= 0,208
Interpersonal
rs2
= 0,043
N
= 47
Ho ditolak jika : Ho diterima Pvalue ≤ H1 ditolak
Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : rs = 0,208 dan skor Pvalue sebesar 0,238 dengan α = 0,05, dengan demikian Pvalue ≥ α. Maka, H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009.
c. Hubungan
Tipe
Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi
Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan
melalui
perhitungan
statistik
untuk
membuktikan
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
hipotesis
81
H0 : rs = 0
Tidak
terdapat
conscientiousness mahasiswa
hubungan dengan
Fakultas
antara interaksi
Psikologi
tipe
kepribadian
interpersonal
angkatan
pada
2009
UIN
Bandung. H1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian conscientiousness mahasiswa
dengan
Fakultas
interaksi
Psikologi
interpersonal
angkatan
pada
2009
UIN
Bandung.
Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H0 ditolak jika nilai Pvalue ≤ α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal
Variabel
Hasil Uji
Kriteria
Kesimpulan
Pengujian Tipe
α
Kepribadian
Pvalue = 0,002
conscientiousness rs
= 0,05
Ho ditolak jika : Pvalue ≤
Ho ditolak
= 0,507
dengan Interaksi
rs2
= 0,257
Interpersonal
N
= 47
H1 diterima
82
Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : rs = 0,507 dan skor Pvalue sebesar 0,002 dengan α = 0,05, dengan demikian Pvalue ≤ α. Maka, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Kemudian diperoleh koefesien determinasi rs2 menunjukkan
bahwa
25,7%
variasi perubahan
= 0,257
atau 25,7%,
dalam variabel interaksi
interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya atau faktor lain. Berikut adalah tabel sebaran antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal : Tabel 4.9 Sebaran Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Subjek
1. 2. 3. 4. 7. 8. 9. 12. 13. 14.
Inclusion expressed 31 37 38 32 29 39 35 42 41 36
Interaksi Interpersonal Inclusion Control Control wanted expressed wanted 29 8 6 36 8 7 36 7 6 31 8 7 28 6 4 35 9 8 34 8 7 40 6 5 40 8 6 33 11 10
Affection expressed 22 24 24 17 21 20 30 29 21 21
Affection wanted 20 29 34 31 23 28 32 35 33 30
83
15. 16. 18. 20. 22. 23. 24. 25. 27. 28. 29. 32. 34. 35. 37. 38. 40. 42. 44. 45.
39 39 38 39 37 40 41 26 37 32 25 23 34 36 32 34 40 35 33 31
35 37 32 41 40 42 44 28 46 41 28 29 36 41 34 37 42 41 35 32
13 6 8 10 11 10 10 9 10 9 6 6 10 9 8 10 10 9 9 8
9 5 7 7 7 9 7 7 8 6 4 4 8 6 7 6 8 6 6 6
19 26 19 28 27 24 30 20 27 22 20 18 22 25 21 25 19 25 22 18
32 35 27 35 29 34 34 19 36 29 21 17 30 31 28 29 31 31 26 23
Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Arah Interaksi Interpersonalnya Tipe Kepribadian conscientiousness
Arah Interaksi Interpersonal Inclusion, control, affection expressed
Jumlah
Persentase
1
3,3
Inclusion expressed, control expressed, Affection wanted
12
40
Inclusion wanted, Control expressed, Affection wanted
17
56,7
30
100
Jumlah
84
Dari tabel 4.10 tersebut, dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness,
1 orang memiliki arah interaksi interpersonal
inclusion expressed, control expressed dan affection expressed dengan persentase 3,3%, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted dengan persentase 40% dan 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed dan affection wanted dengan persentase 56,7%.
B. Pembahasan 1. Gambaran Tipe Kepribadian Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan hasil analisis pada variabel tipe kepribadian diperolah data, bahwa dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung
mahasiswa
yang
memiliki tipe
kepribadian
neuroticism
dan
extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness terdapat 3 orang dengan jumlah persentasenya 6,3%, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang
memiliki
tipe
kepribadian
openness,
orang
yang
memiliki tipe
kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan
85
fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitas-aktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui,
individu
dengan
tipe
ini senang
untuk
mengutarakan ide-ide
kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka menolong,
rendah hati dan memiliki kecenderungan untuk dapat
merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan
30
orang
mahasiswa
memiliki
tipe
kepribadian
conscientiousnes, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun.
86
2. Gambaran Interaksi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan
hasil
analisis
pada
variabel
interaksi
interpersonal
diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 1,42. Jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka tingkat interaksi interpersonal yang berada diatas 142 sebanyak 44,7% dan sisanya 55,3% berada dibawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3%.
Kemudian,
dari
14
orang
yang
memiliki
tipe
kepribadian
agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%. Dari hasil penelitian ini, lebih banyak mahasiswa yang memiliki interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas Psikologi UIN SGD Bandung
87
angkatan 2009 tidak menjadikan facebook sebagai satu-satunya sarana dalam berkomunikasi dan tetap menjadikan dunia nyata sebagai bentuk komunikasi yang paling real.
3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan
Tipe
Kepribadian
Openness
dengan
Interaksi
Interpersonal Hasil analisis
didukung
oleh
hasil analisis korelasional,
untuk
hubungan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal diperoleh Skor Pvalue = 0,167 dan α = 0,05 dengan demikian Pvalue ≥ α, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang kurang signifikan, hal ini disebabkan oleh sampel yang minim yaitu 3 orang. Uraian secara kualitatif berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar
88
pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap
orang
lain,
sehingga
aktivitas
kelompok
berjalan
atas
kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada
temannya.
Individu
ini
pun
mempunyai
keinginan
untuk
mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya
temannya
tersebut,
ia
juga
ingin
mendapat perhatian dari
temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan
89
diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah nyaman
laku bagi
mengeluarkan seseorang,
afeksinya
misalnya
akan
selama
menimbulkan
mengakses
perasaan
facebook,
ia
berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses
facebook
lalu
pasif
menunggu
orang
lain
mengajaknya
90
berinteraksi dengan orang lain.
Individu ini menginginkan orang lain
bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah nyaman
laku bagi
mengeluarkan seseorang,
afeksinya
misalnya
akan
selama
menimbulkan
mengakses
perasaan
facebook,
ia
berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek
yang memiliki tipe
kepribadian openness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan
91
untuk
mempertahankan
hubungan
dengan
orang
lain
dan
memiliki
kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain.
b. Hubungan
Tipe
Kepribadian
Agreeableness
dengan
Interaksi
Interpersonal Hasil analisis hubungan
antara
didukung
tipe
oleh
kepribadian
hasil analisis korelasional, agreeableness
dengan
untuk
interaksi
interpersonal diperoleh Pvalue sebesar 0,238 dan α = 0,05, dengan demikian Pvalue ≥ α,
artinya tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian
agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan
yang
kurang
signifikan.
Uraian
secara
kualitatif
berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses
facebook
lalu
pasif
berinteraksi dengan orang lain.
menunggu
orang
lain
mengajaknya
Individu ini menginginkan orang lain
bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi
92
yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap
orang
lain,
sehingga
aktivitas
kelompok
berjalan
atas
kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada
temannya.
Individu
ini
pun
mempunyai
keinginan
untuk
mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya
temannya
tersebut,
ia
juga
ingin
mendapat perhatian dari
temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Terdapat 5
orang subjek
dengan arah interaksi interpersonal
inclusion expressed, control expressed, dan affection expressed. individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook.
93
Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Terdapat 8
orang subjek
dengan arah interaksi interpersonal
inclusion wanted, control expressed, dan affection expressed. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain.
Individu ini menginginkan orang lain
bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan
94
relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek kepribadian
agrreableness
interpersonal
untuk
ini
mengalami
yang memiliki tipe
memiliki
kebutuhan
keterlibatan
dalam
akan suatu
interaksi kelompok,
memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain.
c. Hubungan Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis
didukung
oleh
hasil analisis korelasional,
untuk
hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal diperoleh skor Pvalue demikian Pvalue ≤ α,
sebesar 0,002 dan α = 0,05, dengan
artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian
conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Kemudian diperoleh
95
koefesien determinasi rs2 = 0,257 atau 25,7%, menunjukkan bahwa 25,7% variasi perubahan dalam variabel interaksi interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan oleh faktor lain. Dari
30
conscientiousness,
orang
mahasiswa
yang
memiliki
tipe
kepribadian
1 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion
expressed, control expressed dan affection expressed yang berarti individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan di dunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak
96
akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Dari
30
orang
mahasiswa
yang
memiliki
tipe
kepribadian
conscientiousness, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted tersebut
tersebut
mempunyai kebutuhan
untuk
yang berarti individu
mengalami keterlibatan
dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Tetapi, individu ini mempunyai keinginan agar temantemannya bisa bersikap ramah terhadapnya, ia juga ingin diperhatikan dan mendapat kasih sayang dari orang lain. Dari
30
orang
mahasiswa
yang
memiliki
tipe
kepribadian
conscientiousness, 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion
97
wanted, control expressed dan affection wanted
yang berarti individu
tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain.
Individu ini menginginkan orang lain
bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah nyaman
laku bagi
mengeluarkan seseorang,
afeksinya
misalnya
akan
selama
menimbulkan
mengakses
perasaan
facebook,
ia
berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini
98
menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek kepribadian interpersonal
conscientiousness untuk
mengalami
ini
memiliki
keterlibatan
yang memiliki tipe
kebutuhan dalam
akan
suatu
interaksi kelompok,
memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain.