PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STARY (TSTS) DENGAN TIPE BERTUKAR PASANGAN PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016) Irma Munawaroh, Endang Surahman, Romy Faisal Mustofa,
[email protected] Biology Education Department Faculty of Teacher Training and Education Siliwangi University Tasikmalaya
ABSTRACT This research is aimed to know the difference of students learning result using cooperative learning model two stay two stray type with partner exchange type on life organization material at class VII in SMPN 21 Tasikmalaya City 2015/2016 academic year. This research was conducted in December 2015 until April 2016 at SMPN 21 Tasikmalay City. Pre-experimental method is used in this research. The population of this research are all of class VII in SMPN 21 Tasikmalay City as much as five classes which consist of 126 students. The sample used in this research is two classes are class VII D and class VII E which taken by cluster random sampling. The instruments used in this research is the test on the life organization material which consist of 40 multiple choice with 4 options. To analyze data, the writer uses t-test with signification value (α) = 5%. The research conclude that there was the difference of students learning result using cooperative learning model two stay two stray type with partner exchange type on life organization material at class VII in SMPN 21 Tasikmalaya City 2015/2016 academic year. The students learning result shows that cooperative learning model two stay two stray type better than partner exchange type. Keywords: Two Stay Two Stray, Partner Exchange, Students Learning Result, life organization.
1
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan April 2016 di SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (pre-experimental). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya sebanyak 126 orang yang terbagi atas lima kelas. Adapun Sampel penelitian adalah kelas VII D dan VII E yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar berjumlah 40 butir soal yang berbentuk pilihan majemuk dengan empat option. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji t) dengan taraf signifikansi (α) = 5%. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Dari hasil belajar siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan. Kata kunci: Two Stay Two Stray, Bertukar Pasangan, Hasil Belajar Siswa, Organisasi Kehidupan. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih menyesuaikan dengan perkembanagan ilmu pengetahuan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang nantinya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya adalah dengan pembaharuan sistem, metode, dan pendekatan dalam proses pembelajaran di sekolah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam pendidikan di sekolah. Dalam kegiatan tersebut seorang siswa akan mengalami perubahan dan perkembangan kearah yang lebih baik. Selama proses belajar dan mengajar di kelas guru senantiasa mengharapkan siswanya dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Pelaksanaan pembelajaran di kelas seringkali masih berpusat pada guru, hal ini dirasakan kurang efektif karena siswa lebih banyak menerima suatu konsep pelajaran daripada menemukannya sendiri. Guru yang cara mengajarnya monoton dengan model pembelajaran klasik, menyebabkan siswa jenuh, dan hasil akhirnya akan berdampak pada keseriusan siswa dalam belajar. Siswa menjadi
3
kurang aktif dan kreatif yang berujuang pada suasana kelas menjadi pasif. Siswa hanya bisa duduk diam mendengarkan gurunya yang sedang menyampaikan materi, dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru setelah selesai menyampaikan materi. Sama halnya dengan kondisi belajar mengajar di SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya, pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Berdasarkan fakta yang penulis temukan di lapangan dari hasil observasi melalui wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya, pada tanggal 7 Desember 2015, diketahui nilai rata-rata ulangan harian siswa pada materi organisasi kehidupan sebesar 72,38 yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan sebesar 75,00. Hal ini dikarenakan guru di sekolah tersebut jarang sekali menggunakan variasi model pembelajaran, sehingga terdapat kecenderungan siswa yang minatnya kurang terhadap mata pelajaran IPA cenderung semakin hilang. Disinilah tugas yang harus dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan menyenangkan serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan mendukung dalam proses belajar mengajar. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan bervariasi, akan tetapi dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah satu model pembelajaran dengan tipe yang berbeda. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan. Kedua tipe pembelajaran ini merupakan sebagian dari banyak tipe yang dapat digunakan. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling memberi informasi dengan kelompok lain mengenai materi yang telah di tugaskan kepada setiap kelompok, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Rudi, La (2013:78) “Model two stay two stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain secara berpasangan sehingga informasi siswa tentang pemecahan soal atau permasalahan yang diterima akan semakin bertambah. Menurut Lie, Anita (2008:56) “Belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain”. Penulis berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan dapat merangsang siswa untuk dapat belajar lebih aktif, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan efektif, serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya?”.
4
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (pre eksperimental) dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan sebagai variabel bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 5 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 126 orang yang diasumsikan homogen dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa pada setiap kelas, dengan sampel kelas VII E dengan proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan kelas VII D dengan proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. DESAIN PENELITIAN Desain penenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah alternative treatment posttest only with nonequivalen group design, artinya desain ini sering digunakan setelah perlakuan dilaksanakan. Penulis memilih kelompok perbandingan dan posttest berlaku untuk kedua kelompok eksperimen sebagai perbandingan dan tiap kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda. Rancangan alternative treatment posttest only with nonequivalen groupd design menurut Creshwell, John (2014:241) adalah sebagai berikut: Pola : Kelompok A R X1 O Kelompok B Prosedur
R X2 O : sampel diambil secara cluster random sampling (R), subjek diberi perlakuan (X), dan setelahnya dilakukan pengukuran (O) sebagai akibat dari perlakuan yang berbeda.
Keterangan : A : Kelompok pertama B : Kelompok kedua X1 : perlakuan (treatment) pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray X2 : perlakuan (treatment) kedua dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan O : pengukuran akhir (posttest)
5
Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: tahap persiapan yang meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan proposal dan instrumen penelitian, seminar penelitian, uji coba instrumen penelitian; tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan pembelajaran, posttest; dan tahap pengolahan data seperti pengolahan dan analisis data terhadap hasil belajar yang diperoleh dari penelitian seta membuat kesimpulan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes akhir/postest dalam bentuk pilihan majemuk dengan empat option yang terdiri dari 40 butir soal. Tujuannya untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi organisasi kehidupan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada materi organisasi kehidupan. Bentuk tes berupa soal pilihan majemuk dengan empat option dengan jumlah 50 soal. Uji validitas tiap butir soal menggunakan teknik dengan rumus rpbis. Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh 40 butir soal yang memenuhi kriteria valid dan 10 butir soal yang tidak memenuhi kriteria valid. maka diperoleh K.R20= 0,93 yang berarti bahwa tes yang diberikan mempunyai tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analis data dalam penelitian ini yaitu dengan uji persyaratan analisis menggunakan Uji normalitas dengan uji Liliefors dan Uji homogenitas dengan uji Fmaksimum, kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji t. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya pada bulan Desember 2015 sampai April 2016. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data posttest pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya. Tabel 1 Statistik hasil belajar siswa kelas VII E dan VII D Statistik Nilai Posttest VII E VII D Minimum 24 21 Maksimum 38 35 Rentang 14 14 Rata-rata 31,25 28,12 Standar deviasi 12,39 11,36 Varians 3,52 3,37
6
Pengujian Prasyarat Analisis Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Normalitas No 1 2
Data Lo Lkritis A 0,0868 0,1764 B 0,118 0,1764
Hasil analisis Lo < Lkritis Lo < Lkritis
Kesimpulan analisis Terima Ho Terima Ho
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Lilliefors dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan data hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Fhitung
Ftabel
Hasil Analisis
Kesimpulan
1,09
1,92
Fhitung< Ftabel
Terima Ho
Kesipulan analisis Kedua varians homogen
Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas tersebut diperoleh nilai Fhitung= 1,09 sedangkan Ftabel= 1,92. Sehingga menurut perhitungan tersebut maka didapat Fhitung < Ftabel. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki varians yang homogen. Pengujian Hipotesis Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji t Kesimpulan Kesimpulan Analisis Penelitian 3,22 2,014 thitung berada di luar Tolak Ho Ada perbedaan interval rata-rata antara thitung > ttabel dua kelompok Dengan demikian, hipotesis yang diajukan, “ada perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016” dapat diterima. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh harga thitung = 3,22 sedangkan harga ttabel = 2,014. Karena harga thitung lebih besar dari pada harga ttabel, kesimpulan analisis dari penelitian ini adalah tolak Ho, artinya ada perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi thitung
ttabel
Hasil Analisis
7
organisasi kehidupan kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. 40
30
31,25
KKM
Kelas VII E
30
28,12
20 10 0 KKM
two stay two stray
Kelas VII D bertukar pasangan
Gambar 1 Diagram Batang Nilai Rata-Rata Posttest Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dengan Tipe Bertukar Pasangan Berdasarkan diagram diketahui bahwa proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray memeberikan hasil yang berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi organisasi kehidupan lebih tinggi dibandingkan tipe bertukar pasangan. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan model pembelajaran yang melibatkan setiap siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh temannya. Selain itu juga model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya sendiri dan menerima pendapat dari orang lain. Dalam pembelajaran model kooperatif tipe two stay two stray juga lebih banyak ide yang muncul karena setiap kelompok terdiri dari 4 orang sehingga akan memunculkan pendapat yang berbeda dari setiap orang. Selain itu juga, proses pembelajaran yang menarik dan mudah dilakukan oleh siswa. Adapun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu, memerlukan waktu yang cukup lama dan siswa yang aktif cenderung mendominasi dalam diskusi kelompok. Selain kelebihan dan kekurangan, adapun kendala dari proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu, sulitnya mengatur kondisi kelas yang menjadi gaduh pada saat proses bertamu. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, meskipun pada prinsipnya tidak beda jauh dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, namun pada pelaksanaannya kurang optimal dikarenakan beberapa faktor anatara lain, siswa cenderung malas unutk mengerjakan LKS secara individu karena mereka tidak percaya diri akan kemampuan mereka sendiri sehingga mereka lebih mngandalkan pasangannya. Pada proses diskusi berlangsung, siswa lebih cenderung diam dan ikut-ikutan dalam kerja kelompok
8
bersama pasangannya. Selain itu juga, ketika melakukan pertukaran pasangan siswa kurang menyimak pendapat dari pasangannya, yang mengakibatkan siswa kurang mengerti materi pada saat diskusi berlangsung. Selain itu juga, pada saat proses kerja kelompok lebih sedikit ide yang muncul dan banyak siswa yang melapor. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe brtukar pasangan yaitu, dalam proses pembelajaran interaksi siswa lebih mudah dan melatih siswa terbiasa bekerja sama atau berdiskusi bersama temannya untuk saling bertukar pikiran, serta melatih siswa belajar untuk menjelaskan materi yang dipahaminya kepada teman lainnya. Adapun kendala pada saat pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan adalah pada saat bertukar pasangan banyak yang tidak memperhatikan dan menuliskan jawaban hasil diskusi pada lembar jawabannya, sehingga pada saat kembali ke pasangan semula siswa tidak bisa membagikan serta menjelaskan temuan yang didapat. Selain itu juga, siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang dibagi secara berpasangan, sehingga sebagian siswa meminta untuk ditambahkan lagi anggota kelompoknya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan tipe bertukar pasangan pada materi organisasi kehidupan di kelas VII SMP Negeri 21 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Dari hasil belajar siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyaranakan: pada proses belajar mengajar di kelas hendaknya guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini. Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasangan, sebaiknya guru melakukan persiapan yang matang, sehingga guru dan siswa dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang maksimal untuk mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasangan pada materi atau konsep yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta. Campbell, et.al. (2002). Biologi (Edisi Kelima Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Campbell, et.al. (2003). Biologi (Edisi Kelima Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
9
Creswell, Jhon. (2014). Edisi Ketiga Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dimyati, dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hernawan, Edi. 2014. Pengantar Statistika Parametrik untuk Penelitian Pendidikan. Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi. Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Aflabeta. Lie, Anita (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Mena, Tri. (2010). Biologi Dasar. Tidak diterbitkan Mulyani, Sri. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kaninus. Pramana, Aditia Riki dkk. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMPN 1 Peranap”. Abstract Of Undergraduate, Faculty Of Education, Bung Hatta University. 3(1). Diakses tanggal (20 Desember 2015) Rudi, La. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Kuliah Kimia Dasar pada Pendidikan Fisika”. Gema Pendidkan. 20(1), 73-83. Diakses tanggal (20 Desember 2015) Safitri, Ana dkk. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Bioterdidik. 3(2). Diakses tanggal (20 Desember 2015) Salmah, Siti et.al.(2011). Bahan Ajar Biologi Umum. Padang: Tidak diterbitkan. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik.Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsono, dan Popo Mustofa Kamil. (2012). Buku Ajar Biologi Umum. Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNSIL.
10
Uno, Hamzah. Dan Nordin, Mohamad. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wardhani, Irma Yuniar dkk. (2012). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Disertai Media Audio-Visual untuk Meningkatkan Kualias Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Pendidikan Biologi. 4(1), 40-55. Diakses tanggal (20 Desember 2015) Widaningsih, Dedeh. (2011). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Tasikmalaya: Uiversitas Siliwangi. Widodo, Ari (2005). “Taksonomi Tujuan Pembelajaran”. Didaktis. 4(2), 61-69. Diakses tanggal (20 Desember 2015)