PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Dalam Ilmu Syari’ah Pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah ( Muamalat ) Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN S
umatera Utara Medan
Oleh :
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM. 240909321
MEDAN 2013 M / 1434 H PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
i
IKHTISAR Skripsi ini berjudul “PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI ( STUDI KASUS MASYARAKAT MELAYU MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN). Bertujuan untuk mengetahui hukum memakai inai bagi laki-laki menurut pendapat madzhab Syafi’i, dan mengetahui bagaimana pengetahuan, pendapat , dan respon masyarakat tentang hukum memakai inai bagi lakilaki di kecamatan Medan Maimun. Adapun peneltian ini merupakan metode penelitian lapangan.untuk mengetahui jawaban dari penelitian ini, maka penulis mengambil data dari berbagai studi kitab, buku, melakukan wawancara, dan angket yang di sebarkan kepada masyarakat .hasil penelitian ini dapat di simpulkan 94% masyarakat muslim dikecamatan Medan mimun memakai inai bagi laki-laki dalam perkawinan, 36% masyarakat muslim yang mengetahui tentang hukum memakakai inai bagi laki-laki, 48% masyarakat mengatakan boleh memakai inaibagi lakilak, 14% masyarakat tidak setuju laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai perempuan , dan 76% masyarakat kecamatan medan maimun mengatakan penganten laki-laki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena melanggar adat. Melihat dari pendapat madzhab Syafi’i dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi penganten laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan pendapat Madzhab Syafi’i tersebut karena penganten lelaki hukumnya haram memakai inai.
i
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa agama Islam sebagai petunjuk yng benar dalam rangka mencapai kebahagian hidup dunia akhirat. Skripsi ini berjudul : PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG HUKUM
MEMAKAI
INAI
BAGI
LAKI-LAKI
(
STUDI
KASUS
MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN ). Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, semoga bantuan dan
dorongan
yang
telah
diberikan
menjadi
amal
ibadah
dan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus dan ikhas sebesar-besarnya kepada : 1. Rasa terimakasih terutama penulis sampaikan kepada bapak Drs.H.A.sanusi Luqman,Lc MA selaku pembimbing I, dan kepada bapak A.Zuhri,MA selaku pembimbing II yang telah membimbing
ii
iii
dan mengarahkan penulisan selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ayahanda (H.ABD HAKIM LUBIS ) dan Ibunda ( HJ.AFNI ASLINA BATUBARA) yang tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, memelihara, dan membesarkan dari kecil hingga sekarang,dan memberi dorongan moril, materil, motivas,bimbingan,nasehat serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 3. Bapak Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis,MA selaku rektor IAIN SU dan Bapak Drs.H.Saidurrahman,MA selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN SU, serta para pembantu Dekan (Dekan I,II, Dan III ). Disamping itu juga tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Hj. Fatimah Zahara, MA selaku ketua jurusan Hukum Ekonomi Islam
( Muamalah). serta staff pegawai di Jurusan
Muamalah dan juga Bapak M.irwan Padli Nasution,MM selaku Penasehat Akademik ( PA ) Kabag Akademik dan juga staf pengajuar fakultas Syariah IAIN SU yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama belajar di Fakultas Syariah IAIN SU Medan. 4. Terima kasih juga kepada bapak H.Mahmudin Pasaribu yang telah memberikan motivasi dan pencerahan tentang judul skripsi yang penulis bahas sekarang ini. 5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Kota Medan, beserta staff yang telah membantu administrasi dalam mengeluarkan surat izin riset demi kelancaran penelitian lapangan di Kecamatan Medan Maimun.
iv
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih Kepada Bapak Camat Kecamatan Medan Maimun yang telah memberikan penulis Izin untuk mengadakan riset dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data-data yang di perlukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan juga karyawan yang telah memberikan informasi dan keterangan dalam proses pengumpulan data yang penulis perlukan. 7. Selanjutnya kepada Adinda-Adinda tersayang Maisaroh Lbs, Adina Muktar Husein Lbs, Fitri Asyah Lbs. Fahrizal Muktar Lbs, dan Anggi Sakinah Lbs yang telah banyak membantu dan memberi motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Terima kasih juga penulis ucapakan kepada Dede Hafirman Said, Intan Zoraya Surbakti, Suma Rezeki, Nora Feri membantu dan memberikan dukungan
yang telah
dalam melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. 9. Terimakasih kepada semua teman-teman Muamalah seperjuangan khususnya stambuk 2009, kompak selalu,terus semangat dan berjuang. terima kasih semua motivasi,doa dan dukungan yang tiada henti kepada penulis,terima kasih atas pengertian dan perhatianya, hanya allah yang mampu membalas kebaikan kalian. 10. Teman-teman kost nomor 40, kost yang ceria terima kasih telah banyak membantu dan selalu menghibur dikala penulis patah semangat, terima kasih motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
v
11. Semua yang mendukung yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk semangat dan doanya. Untuk keseluruhannya penulis hanya dapat berdoa semoga amal ibadah dan budi baik bapak/ibu dan teman-teman mendapat balasan dari Allah SWT , Amiin. Semoga karya ilmiah ini memberi mamfaat yang besar bagi penulis serta bagi pembaca umunya,penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka demikianlah penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 04 November 2013 Penulis.
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM 240909321
vi
DAFTAR ISI
IKHTISAR.............................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................... v DAFTAR TABEL.................................................................................... ix BAB 1
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ................................................................. 1 A.
Latar belakang masalah .......................................... 1
B.
Rumusan masalah ................................................... 15
C.
Tujuan dan manfaat penelitian .............................. 15
D.
Batasan istilah .......................................................... 16
E.
Kerangka pemikiran ................................................ 18
F.
Hipotesis................................................................... 18
G.
Metode penelitian .................................................... 19
H.
Sistematika pembahasan ........................................ 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 23 A.
Letak Geografis ........................................................ 23
B.
Letak Demografis..................................................... 24
TINJAUAN HUKUM TENTANG MEMAKAI INAI ........ 30 A.
Pengertia inai ........................................................... 30
B.
Pengertian memakai inai ........................................ 31
C.
Sejarah awal mulanya inai ...................................... 32
vii
D.
Dasar hukum memakai inai.................................... 33
E.
Mamfaat memakai inai ........................................... 36
F.
1.
Dalam dunia medis ........................................... 36
2.
Dalam perkawinan ............................................ 40
Pasangan yang boleh memakai inai menurut hukum islam .................................... 41
G.
Pandangan masyarakat muslim kec. medan maimun tentang memakai inai bagi laki-laki dan faktor penyebabnya ............................................................ 44
BAB IV
HASIL PENELITIAN ...................................................... 46 A.
Pengertian memakai inai bagi laki-laki ................. 46
B.
Hukum memakai inai bagi laki-laki dan dasar hukumnya ...................................................... 47
C.
Pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim kec.medan maimun tentang pemakaian inai bagi laki-laki .................................................................... 52
D.
Pandangan serta alasan responden terhadap hukum pemakaian inai bagi laki-laki.................... 53
E.
Analisis penulis terhadap pandangan madzhab asy-syafi’i dan sikap masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun tentang laki-laki memakai inai........................................................... 63
viii
BAB V
PENUTUP........................................................................ 66 A.
Kesimpulan .............................................................. 66
B.
Saran ......................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
No.Tabel
Halaman
1.
Jumlah penduduk Berdasarkan agama ....................................24
2.
Banyaknya sarana Ibadah ..........................................................25
3.
Mata Pencaharian Penduduk ....................................................26
4.
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan (jiwa) .................27
5.
Sarana Pendidikan .....................................................................28
6.
Suku bangsa ................................................................................28
7.
Alasan penganten laki-laki memakai inai dalam perkawinan 54
8.
Pengetahuan masyarakat tentag hukum memakai inai Bagi laki-laki ..............................................................................55
9.
Madzhab yang ada pada masyarakat kec.Medan Maimun .....56
10. Penyuluhan pemerintah tentang hukum memakai inai..........56 11. Pandangan masyarakat jika laki-laki memakai inai ................57 12.
Pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi penganten laki-laki .............................................................58
13.
Respon Masyarakat terhadap penganten laki-laki yang tidak memakai inai ....................................................................59
14.
Dampak memakai inai terhadap kesehatan ............................60
x
15.
Respon Masyarakat setelah mengetahui hukum memakai inai tidak dianjurkan dalam islam...................................................61
16.
Respon masyarakat laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai perempuan .............................................................62
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Diantara ketentuan mengenai Muamalah, hukum (aturan) yang mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, adalah ketentuan yang menyatakan bahwa tidak dibolehkan bagi laki-laki untuk menyerupai perempuan. Bahkan sejumlah ulama
menyatakan
haram
hukumnya
bagi
laki-laki
menyerupai
perempuan, termasuk di antaranya pemakaian inai oleh laki-laki di tangan dan kaki. Dalam hal ini Ulama Madzhab
Syafi’i berpendapat bahwa
pemakaian inai oleh laki-laki di jari tangan dan kaki haram, sebagaimana di jelaskan di dalam kitab I’ Anah Ath-Tholibin:
وﯾﺤﺮم ﺧﻀﺐ ﯾﺪ اﻟﺮﺟﻞ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺤﻨﺎء او ﻧﺤﻮه ذﻟﻚ ان ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻋﺬر ﻻﻧﮫ ﻓﯿﮫ 1
ﺗﺸﺒﮭﺎ ﺑﺎ ﻟﻨﺴﺎء وﻗﺪ ﻗﺎل ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﻟﻌﻦ ﷲ اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﯿﻦ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل Dan Diharamkan mewarnai jari tangan laki-laki dan kedua kakinya
dengan inai atau seumpama yang demikian jika tidak ada baginya udzur karena bahwasanya padanya menyerupai perempuan dan sesungguhnya Alaihi As-Salam bersabda : Allah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan .
Abi Bakar Masyhur bi Assayid Al- Akbari’i Ibn Al-Aripi As- Sayyid Muhammad Syatho Addimiyathi, I’Anah Ath-Tholibin, Jilid II, ( Semarang : Hikmah keluarga,t.th ) h.340 1
1
2
Dan dalam
kitab Az-Zawajir karangan Imam an-Nawawi juga
dikatakan bahwa inai pada jari dan tangan laki-laki adalah haram sebagaimana disebutkan :
أﻣﺎ ﻣﻦ،ﻓﻼ ﯾﺠﻮز ﺑﻞ ﯾﺤﺮم اﻟﺮﺟﻞ ﺧﻀﺐ ﯾﺪﯾﮫ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء اﻻ ﺗﻄﺒﯿﺎء ﺑﮫ 2
.ﺑﺎب اﻟﺘﺰﯾﯿﻦ ﻓﻔﻲ ھﺬا ﺗﺸﺒﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء
Maka tidak boleh bahkan haram bagi laki-laki mewarnai ke dua tangannya dan ke dua kakinya dengan inai melainkan hanya untuk berobat dengannya, adapun jika ia gunakan untuk perhiasan maka dalam hal ini menyerupai perempuan. Dalam sebuah hadist disebutkan, sebagaimana di jelaskan di bawah ini :
ﻋﻦ اﺑﻦ,ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ, ﻋﻦ ﻗﺘﺎدة,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﻌﻔﺮ,ﺣﺪﺛﻨﺎﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺸﺎر ﻟﻌﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﯿﻦ ﻣﻦ: ﻋﺒﺎس رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ ﻗﺎل 3
ﺗﺎﺑﻌﮫ ﻋﻣر وأﺧﺑرﻧﺎ ﺷﻌﺑﺔ.اﻟﺮﺟﺎل ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء و اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﺎ ت ﻣﻦ اﻟﻨﺴﺎء ﺑﺎﻟﺮﺟﻞ Muhammad
bin
Basyar
menyampaikan
kepada
kami
dari
Muhammad bin Ja’par, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai
2 Abi al- Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Hijrl Al-Makkiy Al-Haitami, Az- Zawajir, Jilid I ( Beirut : Dar al-Kitab al- Alamiyah,t.th ) h. 256
Abi Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughiroh ibn Barzabah Al- Bukhori Al-ja’pi, Shohih Al-Bukhori, jilid 7 (Beirut : Dar al- Kitab al-Amaliyah. 1992 ) h,72 3
3
perempuan
dan
perempuan
yang
menyerupai
laki-laki,
Amar
meriwayatkan hadist yang sama dari Syu’bah.4 Dijelaskan juga dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu daud di bawah ini:
أن أﺑﺎ أﺳﺎﻣﺔ أﺧﺒﺮھﻢ ﻋﻦ ﻣﻔﻀﻞ ﺑﻦ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺎرون ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ و ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء أن: ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة,ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺎﺷﻢ,ﻋﻦ أﺑﻲ ﯾﺴﺎراﻟﻘﺮﺷﻲ, ﻋﻦ اﻷوزاﻋﻲ,ﯾﻮﻧﺲ ﻓﻘﺎل اﻟﻨﺒﻲ,اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ أﺗﻲ ﺑﻤﺨﻨﺚ ﻗﺪ ﺧﻀﺐ ﯾﺪﯾﮫ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء , ﯾﺘﺸﺒﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء,ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ: "ﻣﺎﺑﺎل ھﺬا ؟" ﻓﻘﯿﻞ: ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ "إﻧﻲ ﻧﮭﯿﺖ أن أﻗﺘﻞ: أﻻ ﺗﻘﺘﻠﮫ ؟ ﻓﻘﺎل,
ﺻﻠﻰ
ﯾﺎرﺳﻮل: ﻗﺎﻟﻮ, ﻓﺄﻣﺮﺑﮫ ﻓﻨﻔﻲ إﻟﻰ اﻟﻨﻘﯿﻊ 5
."اﻟﻤﺼﻠﯿﻦ
Menyampaikan Harun ibn Abdullah dan Muhammad ibn Al-Ala’i dari Abu Usamah menceritakan dari Mufaddol ibn Yunus,dari al-Ausa’i dari Abi Yasar Al-Qurasiya, dari Abi Hasyim, dari Abi Hurairah " Bahwasanya suatu ketika mendatangkan kepada Rasulullah SAW seorang banci yang mengecat kedua tangan dan kakinya dengan inai, maka Rasulullah SAW berkata, "Mengapa orang ini?” para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, ia menyerupai perempuan." Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar ia diusir ke suatu daerah bernama Naqi'. Mereka
4 As-sayyid Ahmad al-Hasim, Terjemahan Mukhtarul Hadist ( Bandung : PT. Alma’arif, 1997)h, 624
Al-Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn Al-As’asa As-sajistani, Sunan Abi Daud Jilid 1, (Beirut : Dar Al-AAlam :2003) h 801 hadis ke 4928 5
4
berkata, "Mengapa engkau tidak membunuhnya saja?" Rasulullah SAW menjawab: "Aku dilarang membunuh orang yang mengerjakan shalat.6 Di dalam hadits riwayat Abu Daud dengan sanad yang shohih disebutkan juga bahwa laki-laki tidak boleh menyerupai perempuan:
ﻟﻌﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻟﺮﺟﻞ:وﻋﻦ اﺑﻲ ھﺮﯾﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل 7
( واﻟﻤﺮأة ﺗﻠﺒﺲ ﻟﺒﺲ اﻟﺮﺟﻞ ) روه اﺑﻮ دود ﺑﺎﺳﻨﺪ ﺻﺤﯿﮫ,ﯾﻠﺒﺲ ﻟﺒﺴﺔ اﻟﻤﺮأة Dari Abu Hurairah ra berkata ia : Rasulullah SAW mengutuk
seorang laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan mengutuk seorang perempuan yang memakai pakaian laki-laki. (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad yang shohih ). Ibnu Hajar al-Haitamy juga menyatakan hal yang sama dengan keterangan di atas, yaitu: “Hukum memakai inai pada tangan dan kaki laki-laki tanpa ada keadaan darurat adalah haram berdasarkan pendapat muktamad di sisi Nawawi dan lainnya, karena itu termasuk perhiasan perempuan.8 Sekalipun beberapa Hadist dan pendapat ulama di atas menyatakan bahwa haram hukumnya memakai inai bagi seorang laki-laki, namun tetap saja ada ulama yang tidak mengharamkannya. Misalnya pendapat ibn Qodamah menyatakan :
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, jilid 4 ( Damsik : Dar Al- Fikri :2004 ) h. 239 6
7
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jiid II ( Beirut: Dar al- fikri, 1987 ) h 441. Hadis
no: 4031 Ibnu Hajar Haitami , Al-Fatwa Al-Kubra Al- Fiqhiyah, Jilid IV ( Beirut : Dar al-Fikri,1989) h.257 8
5
Adapun pendapat selain haram di nyatakan oleh Ibnu Qodamah sebagaimana disebutkan :
ﻓﻠﻤﺎ ﺧﻀﺐ اﻟﺮﺟﺎل ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺸﯿﺦ اﻧﮫ ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ ﻓﯿﻤﺎ ﻻﺗﺸﺒﮫ ﻓﯿﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻷن 9
.ﻟﻼﺻﻞ اﺑﺎﺣﺔ وﻻ دﻟﯿﻞ ﻟﻠﻤﻨﻊ
Adapun mengenai memakai pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara yang tidak dianggap menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta tidak ada dalil yang melarangnya. Maka Madzhab Syafi’i jelas berpendapat berinai bagi pengantin laki-laki pada tangan dan kakinya haram, karena laki-laki yang memakai inai sama dengan menyerupai wanita. dan hanya merupakan adat yang tidak ada di syariatkan di dalam Islam, sekiranya ada pandangan lain yang membolehkan maka kita sebagai umat Islam mestilah berhati-hati dalam menentukan perbuatan kita karena dikuatirkan menjadi haram.10 Sekarang ini ditengah masyarakat kita perbuatan berinai bagi lakilaki masih ada, walaupun ada diantaranya telah mengetahui tentang hukumnya, khususnya kepada pengantin lelaki pada malam majelis berinai.berinai bagi pengantin lelaki hukumnya haram, kecuali inai di pakai jika dalam keadaan udzur dan untuk pengobatan. Al-Hafizh Rahimahullah berkata, "Adapun mengecat kedua tangan dan kedua kaki maka tidak boleh bagi pria, kecuali untuk pengobatan. Berdasarkan hal ini, maka apa yang dilakukan kebanyakan pengantin lakiAl-Kaulani, Abu Jaffar Muhammad Ibn Ya’qub, Al- Furu’ Al- Kahfi , jilid 5 ( Teheran : Dar al-kutub al- Islamiyah,1388 ) h. 523 9
10
www.Piss kitab.com/2012/03/1034- fiqih wanita dan pria. Memakai html
6
laki menggunakan inai pada jari tangan dan kaki sebagai bagian dari acara pernikahan ini bertentangan dengan dalil – dalil yang telah di uraikan di atas. Henna (inai) berasal dari lawsonia intermis tanaman berbunga yang banyak tumbuh di daerah panas, mulai dari Sahara Barat, Timur tengah, hingga India ,Dan kini seni tubuh kian diminati oleh para wanita di berbagai negara. Mereka berlomba-lomba mengekspresikan gaya kecantikannya dengan melukis bagian-bagian tubuhnya dengan henna. Dan yang paling sering di bagian kuku, tangan dan kaki. Tanaman inai ini adalah tergolong dalam golongan tumbuhan semak dengan nama spesies lawsonia inerma dan sekeluarga dengan lythraceae. Tumbuhaan mengeluarkan bunga yang kecil berwarna krem dengan buahnya yang kecil berwarna biru kehitaman. dan daun ini mengeluarkan sejenis pewarna merah yang banyak digunakan untuk mewarnai rambut, kuku, dan pakaian serta pada pengobatan untuk meredakan demam, sakit kepala, gigitan bisa serangga,sakit perut juga menyembuhkan kudis di sekeliling kuku.11 Inai atau pun disebut pacar arab
adalah tumbuhan yang biasa
digunakan kaum wanita untuk menghias kuku. Dan Sudah sejak zaman dulu, wanita di Semenanjung Medeterania, adat Melayu dan juga Indonesia menggunakan daun tersebut untuk mewarnai kuku agar terlihat cantik dan banyak di pergunakan oleh kaum perempuan. Inai banyak digunakan oleh perempuan di keseharian dan juga pengantin perempuan Evika Sandi Savitri , Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam (yogyakarta : Uin Malang Press, t.th ) h. 58 11
7
di pernikahan untuk mempercantik diri. Namun, ada juga laki-laki yang menggunakan inai, seperti pengantin laki-laki di pernikahan.12 Asy-syaikh Muhammad bin Shalih al’Utsaimin berkata: “Tidak apaapa berhias dengan memakai inai bagi wanita terlebih bila seorang wanita itu telah bersuami, dimana ia berhias untuk suaminya ataupun wanita yang
masih
gadis
maka
dibolehkan
baginya,
namun
jangan
menampakkannya kepada laki-laki yang bukan mahramnya, karena hal itu termasuk perhiasan.”13 Di dalam sebuah hadist dijelaskan sebagai berikut :
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻄﯿﻊ ﺑﻦ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ اﻟﺼﻮري ,أوﻣﺖ اﻣﺮأة ﻣﻦ وراء ﺳﺘﺮ: ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ,ﻋﻦ ﺻﻔﯿﺔ ﺑﻨﺖ ﻋﺼﻤﺔ,ﻣﯿﻤﻮن إﻟﻰ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺒﺾ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ,ﺑﯿﺪھﺎ ﻛﺘﺎب ﻟﻮ ﻛﻨﺖ: ﻗﺎل. ﺑﻞ ﯾﺪ اﻣﺮأة:"ﻣﺎادري اﯾﺪ رﺟﻞ ام ﯾﺪ اﻣﺮأة" ﻗﺎﻟﺖ:وﺳﻠﻢ ﯾﺪه ﻓﻘﺎل 14
اﻣﺮأءة ﻟﻐﯿﺮت اظﻔﺎرك
Menyampaikan kepada kami Muhammad ibn Muhammad AsShouriyu, Menyampaikan kepada kami Kholid ibn Abdur Rahman, Menyampaikan kepada kami Muti’ibn Maimun, dari Shopiah binti Ismah Dari Aisyah RA. berkata: “Seorang wanita mengacungkan tangan dari balik tabir, di jari tangan wanita itu ada kitab, lalu Rasulullah SAW 12
http://kaahil.wordpress.com/2009/04/01/henna-inaipacar-the-magic-plant/
Zainuddin Al- Malibari, Fathul Muin, jilid I ( Semarang : karya Thaha Putra, 1980 ) h.35
13
14
4166
Sulaiman ibn Al-As’asa As-Sajistani , Sunan Abi Daud,Jilid I, h. 674 hadis ke
8
mengepalkan tangan beliau dan bersabda: “ Aku tidak tahu tangan seorang lelakikah (di balik tabir itu) atau tangan seorang perempuan ? wanita itu menjawab: “Tangan seorang perempuan,” lalu Rasulullah SAW bersabda: “Andaikan kamu seorang perempuan tentu kamu ubah warna kukumu (maksudnya dengan pewarna dari serbuk daun pacar (inai)).15 Pemakaian inai di tangan dan kaki bagi perempuan dibolehkan kecuali bagi perempuan yang sedang dalam masa iddah, (masa dimana seorang perempuan yang sudah bercerai atau di tinggal meninggal suami belum dibolehkan menikah lagi, yaitu selama 4 bulan 10 hari berdasarkan Kalender Hijriyah setelah bercerai atau ditinggal meninggal suami).16 Sedangkan bagi Laki-laki tidak dibolehkan memakai inai, bahkan diharamkan. Tetapi ada inai yang boleh dipergunakan bagi laki-laki seperti Inai boleh digunakan pada janggut dan rambut sebagaimana disampaikan oleh Syeikh Masyhur Hassan Salman:
ﺧﻀﺎب اﻟﺮﺟﻞ ﯾﻜﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺎل اﻟﺬى اﺳﺘﺤﺪم ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ واﻟﺘﺎﺑﻌﯿﻦ وﯾﻜﻮن ﻓﻲ اﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﯿﺪﯾﻦ واﻟﺮﺟﻠﯿﻦ ﻓﻼ ﯾﺠﻮز ﻟﻠﺮﺟﺎل أن,ﻟﻠﺤﯿﺔ واﻟﺸﻌﺮإن ﻛﺎن ﻓﯿﮭﻤﺎ ﺷﯿﺐ أﻣﺎ ﻣﻦ ﺑﺎب اﻟﺘﺰﯾﯿﻦ ﻓﻔﻲ ھﺬ ﺗﺸﺒﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻓﻼ ﯾﺤﻞ ﻟﮫ أن,ﯾﺴﺘﺤﺪم اﻟﺨﻨﺎء إﻻ ﺗﻄﺒﺒﺎء
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita ( Semarang : Cv. Asy- syifa, 1887 ) h. 101
15
Amin bin yahya al-Wazan, Al-fatawa Al-Jami’ah Llil Maratil Muslimah ( Jakarta : Darul Haq, 1989 ) h. 453 16
9
ﯾﺨﻨﻲ رﺟﻠﮫ أو ﯾﺪﯾﮫ إﻻ ﻣﻦ ﺑﺎب اﻟﺘﻄﺒﯿﺐ أﻣﺎ اﻟﺸﯿﺐ ﻓﻲ اﻟﻠﺤﯿﺔ أو اﻟﺸﻌﺮ وإن ﻛﺎن 17
. ﻗﻠﯿﻼ ﻟﺤﯿﺘﮫ ﻓﻤﻦ اﻟﺴﻨﺔ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ
“Mewarnakan inai bagi lelaki dibolehkan seperti pada keadaan yang digunakan oleh para Sahabat Nabi SAW dan Tabii’in dan juga dipakai pada janggut dan rambut sekiranya pada kedua-duanya terdapat uban, Adapun pada dua tangan dan dua kaki maka tidak dibolehkan bagi lelaki untuk memakai inai melainkan hanya untuk berobat dengannya, adapun jika ia digunakan untuk tujuan perhiasan, Maka dalam hal ini adalah menyerupai perempuan, maka tidak dibolehkan baginya mewarnai kaki atau tangannya kecuali untuk tujuan pengobatan. Adapun uban pada janggut dan rambut walaupun sedikit maka daripada sunnah Nabi SAW baginya mewarnai ubannya. Pernah dilakukan Nabi SAW, mewarnai janggut baginda dan rambut-rambut baginda yang sedikit.” Berdasarkan hadits-hadits dan pendapat ulama di atas, maka dapat diperoleh gambaran bahwa pemakaian inai oleh laki- laki di tangan dan kaki tidak dibolehkan bahkan diharamkan karena hal itu sama dengan menyerupai perempuan.. Hasil sementara penelitian di lapangan, dimana penulis mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Medan Maimun menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Maimun masih banyak yang tidak mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki baik di tangan maupun kaki. Pengambilan sampel di Kecamatan Medan Maimun karena 17
lelaki.html
http://kemahilmu.blogspot.com/2010/05/hukum-memakai-inai-bagi
10
di wilayah Kecamatan Medan Maimun banyak dihuni oleh masyarakat keturunan Melayu. Laki-laki keturunan Melayu, khususnya pengantin, biasa memakai inai pada acara pernikahan. Wawancara telah penulis lakukan dengan sejumlah tokoh dan anggota masyarakat keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun. Beberapa temuan awal yang di dapatkan saat melakukan observasi (penelitian pendahuluan) adalah sebagai berikut: Pertama : Wawancara dengan Tengku M. Dicky. Beliau adalah salah seorang keturunan Raja Deli yang tinggal di lingkungan Istana Maimun. Beliau mengutarakan bahwa pada pesta pernikahan dengan menggunakan
adat
Melayu,
baik
laki-laki
maupun
perempuan
menggunakan inai, baik adat Melayu Deli Maimun, Kerajaan Melayu Serdang, Kerajaan Melayu Langkat, maupun Kerajaan Melayu Asahan. Pemakaian inai dianjurkan hanya pada saat pesta pernikahan saja. Dalam pandangan adat Melayu, inai wajib digunakan pada saat acara pernikahan oleh para pengantin, baik laki-laki maupun perempuan. Inai digunakan pada “Malam Berinai”, yaitu pada malam pesta pernikahan setelah akad nikah. Menurut adat melayu, ketika akan memasuki empang gerbang pesta pernikahan, sang pengantin laki-laki akan ditanyai terlebih dahulu sebelum diijinkan masuk: “Sudah memakai inai apa belum ?” Jika belum, maka sang pengantin laki-laki tersebut tidak di bolehkan untuk masuk kedalam
pesta
pernikahan.18
Tengku Muhammad Dikki , keturunan Raja Deli yang tinggal di lingkungan Istana Maimun, Wawancara Pribadi,Medan, 29 April 2013. 18
11
Nara sumber pertama ini tidak tahu bahwa inai tidak boleh digunakan oleh laki-laki di tangan dan kaki. Beliau mengetahui bahwa inai biasa digunakan sebagai bagian dari adat Melayu, khususnya pada pesta pernikahan oleh pengantin laki-laki dan perempuan. Kedua : Wawancara dengan Bapak H. Nukman.beliau adalah masyarakat Medan maimun. Beliau mengatakan bahwa inai boleh digunakan asal bukan untuk ria. Pemakaian inai sudah ladzim di sejumlah kalangan masyarakat, tapi hanya pada acara-acara tertentu, seperti pada pernikahan oleh para pengantin, baik pengantin laki-laki maupun perempuan. Menurut beliau, banyak yang tidak mengetahui mengenai hukum inai. Beliau mengetahui ada hadits yang melarang laki-laki menyerupai perempuan, namun apakah pemakaian inai oleh laki-laki di tangan dan kaki diharamkan, beliau tidak mengetahuinya.19 Ketiga : Wawancara dengan Bapak Drs. Zaharrudin.beliau adalah Al-Ustad yang berdomisili di daerah Medan Maimun Sepengetahuan beliau, tidak ada larangan yang kuat untuk menyatakan pemakaian inai bagi laki-laki di tangan dan kaki, namun mungkin saja jika Imam Syafi’i dan para ulama yang sepakat dengan pendapat Imam Syafi’i menyatakan pemakaian inai bagi laki-laki di tangan dan kaki haram. Beliau menyarankan inai tidak dipakai oleh laki-laki karena sepengetahuan beliau ada hadits yang menyatakan Allah melaknat
19
2013
H. Nukman, Masyarakat Medan Maimun , Wawancara Pribadi,Medan 1 Mei
12
laki-laki yang menyerupai perempuan. Beliau hanya sebatas mengetahui adanya
hadits
tersebut,
mengenai
diharamkannya,
beliau
tidak
mengetahuinya.20 Berdasarkan penelusuran literatur, hadits dan pendapat sejumlah ulama, bahwa masyarakat yang mayoritas muslim dan mayoritas bermadzhab Syafi’i ternyata bertentangan dengan madzhab Syafi’i sebagaimana
diuraikan
sebelumnya
dan
observasi
(penelitian
pendahuluan), maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai Pendapat Madzhab Syafi’i
mengenai diharamkannya memakai inai di
tangan dan kaki bagi laki-laki. Dari latar belakang sebagaimana yang penulis kemukakan di atas maka penulis ingin menelitinya lebih lanjut dalam bentuk Skripsi dengan judul: “PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTAG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI (Studi Kasus Masyarakat Muslim di Kecamatan Medan Maimun.”) B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
latar
belakang
masalah
sebagaimana
diuraikan
sebelumnya, maka dapat di tetapkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim di Kecamatan Medan Maimun tentang Hukum memakai inai bagi laki-laki ? 2. Bagaimana Pendapat Madzhab Syafi’i tentang Hukum memakai inai bagi laki-laki ?
20
Mei 2013.
Drs. Zaharrudin,Al-Ustadz/Tokoh Masyarakat, Wawancara pribadi,medan, 4
13
3. Bagaimana
pandangan
serta
alasan
responden
Masyarakat
terhadap hukum memakai inai bagi laki-laki ? C . TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim di Kecamatan Medan Maimun tentang Hukum memakai inai bagi laki-laki ? 2. Untuk mengetahui Pendapat Madzhab Syafi’i tentang Hukum memakai inai bagi laki-laki ? 3. Untuk mengetahui pandangan serta alasan responden Masyarakat terhadap hukum memakai inai bagi laki-laki ? Manfaat : Apabila tujuan diatas dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1.
Bagi Penulis, penelitian ini dapat berguna untuk menjadi salah satu syarat bagi penulis untuk mencapai gelar strata satu (S1) Sarjana Hukum Islam pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah fakultas syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sumatera Utara Medan
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat berguna untuk menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan hukum Islam tentang hukum memakai inai bagi laki-laki, sehingga masyarakat Kec. Medan Maimun dan Masyarakat secara umum tidak lagi memakai inai bagi laki-laki khususnya di dalam perkawinan.
14
3. Secara umum peneliti bermaksud ini dapat berguna dalam bidang hukum Islam dan kaitannya dengan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. D. BATASAN ISTILAH Perlu
penulis
jelaskan
bahwa
untuk
dapat
mengarahkan
pemahaman lebih fokus dalam penelitian objek sesuai dengan yang penulis inginkan,maka dalam hal ini penulis berusaha membatasi istilah yang nantinya dapat membantu para pembaca untuk memahami karya ilmiah ini sebagai berikut : 1. Mdzhab Syafi’i : adalah pengikut-pengikut Imam Asy- Syafi’i dan yang menyebarkan serta mengembangkan pendapat Imam Syafi’i. 2. Inai : dalam bahasa arab adalah hinai kata lain inai sering disebut dengan istilah Daun pacar, inai adalah tanaman yang tergolong dalam golongan tumbuhan semak dengan nama ilmiahnya spesies lawsonia intermis dan sekeluarga dengan lythraceae. Inai sering dan banyak dipergunakan oleh perempua, inai sejenis tanaman yang mempunyai khasiat pengobatan yang tinggi terutamanya pada bagian daunnya. Terutama untuk meredakan demam, sakit kepala, gigitan bisa serangga,sakit perut juga menyembuhkan kudis di sekeliling kuku, Selain itu sangat mujarrab bagi mereka yang menghadapi masalah bau badan. 3. Masyarakat Muslim : dalam skripsi ini penulis mengkhususkan penelitian kepada Masyarakat Muslim yang bersuku Melayu yang berada dikecamatan Medan Maimun.
15
E. KERANGKA PEMIKIRAN Imam Syafi’i dan sejumlah ulama pendukung Mazhab Syafi’i menyatakan haram hukumnya bagi laki-laki menggunakan inai di tangan dan kaki. Dalam sejumlah hadits lain juga disebutkan bahwa laki-laki tidak boleh menyerupai perempuan,dan mengutuk seorang laki- laki yang memakai pakaian perempuan, melainkan hanya untuk berobat atau dalam keadaan darurat. Namun, di sejumlah kalangan masih banyak yang memakai inai, seperti laki-laki keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun, serta pengantin laki-laki di pernikahan. Sebagai seorang muslim kita seharusnya mengikuti hukum (aturan) dalam agama Islam dan mentaatinya. Bagi masyarakat yang bermadzhab Syafi’i sudah semestinya mengikuti aturan hukum Islam , tapi ternyata berbeda dengan ketentuannya. sesuatu yang haram tidak boleh dikerjakan walaupun hal tersebut merupakan bagian dari adat kebiasaan seperti pada pesta pernikahan. F. HIPOTESIS Berdasarkan Latar belakang sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka
penulis
Berhipotesis bahwa Masyarakat Muslim Melayu di
Kecamatan Medan Maimun dalam pelaksanaan perkawinan khususnya memakai inai bagi kaum laki-laki bertentangan dengan Madzhab Syafi’i. Namun untuk mengetahui kebenaran Hipotesis ini akan di tentukan oleh hasil penelitian penulis.
16
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu untuk memperoleh data, penulis langsung ke lapangan, sampel penelitian adalah laki-laki muslim keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun, Medan.
2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a.
Observasi (penelitian pendahuluan), di lakukan untuk mengetahui keadaan daerah penelitian guna penjajakan dan pengambilan data sekunder mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gambaran umum lokasi penelitian.
b.
Angket , dilakukan dengan mengumpulkan pertanyaan secara tertulis guna pengambilan data dan tanggapan masyarakat dilapangan.
c.
Wawancara, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang di susun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dulu (wawancara dengan jawaban terbuka).
d.
Catatan lapangan, untuk menginventarisir hal- hal baru yang didapati di lapangan yang ada kaitannya dengan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. 3. Teknis Analisis Data Dalam menganalisa data, teknik yang digunakan adalah : deskriptif
Analistis
yaitu
metode
menganalisis
data
yang
diteliti
dengan
memaparkan , menjelaskan data-data tersebut, dan menggabungkan
17
seluruh jawaban kemudian dianalisis untuk diperoleh kesimpulan yang tepat. Sedangkan pola pikir yang digunakan yakni pendekatan Induktif yang digunakan untuk mengemukakan fakta –fakta atau kenyataan dari hasil penelitian di Kecamatan Medan Maimun, kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman terhadap Pendapat Madzhab Syafi’i tentang hukum memakai inai bagi laki-laki, kemudian dianalisis secara umum menurut Hukum Islam. 4. Pedoman Penulisan Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan pedoman penulisan Skripi dan Karya Ilmiah Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara 2010.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Agar penulisan ini lebih sistematis, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, kerangka pemikiran, hipotesis, metode penelitian, sistematika pembahasan. BAB
II: Lokasi Penelitian, membahas tentang keadaan wilayah
Kecamatan Medan Maimun, Medan dari aspek geografis, agama, pendidikan dan pekerjaan, masyarakat yang ada di medan maimun. BAB III: Membahas tentang pengertian inai, memakai inai, sejarah awal mulanya inai, dasar hukum memakaian inai, Manfaat memakai inai dalam dunia medis dan perkawinan, pasangan yang boleh memakai inai menurut
18
hukum Islam, serta pandangan masyarakat muslim kec,Medan Maimun tentang memakai inai bagi laki-laki dan faktor-faktornya. BAB IV: Hasil Penelitian, Meliputi a. Pengertian memakai inai bagi laki-laki b. Hukum memakai inai bagi laki-laki dan dasar hukumnya c. Pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim kec.medan maimun tentang pemakaian inai bagi laki-laki d. Pandangan serta alasan responden terhadap hukum pemakaian inai bagi laki-laki. e. Analisis penulis terhadap pandangan madzhab Syafi’i dan sikap masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun tentang laki-laki memakai inai. BAB V : Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
19
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Medan Maimun adalah salah satu Kecamatan yang ada di kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Maimun memiliki luas wilayah 3.342 Km.21 Kecamatan Medan Maimun di bagi menjadi 6 kelurahan, yaitu : 1. Kelurahan Aur 2. Kelurahan Hamdan 3. Kelurahan Jati 4. Kelurahan Sukaraja 5. Kelurahan Sei Mati 6. Kelurahan Kampung baru Kecamatan Medan Maimun memiliki batas-batas Wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat
: Berbatasan dengan kecamatan Medan Polonia
Sebelah Timur
:Berbatasan dengan Kecamatan Medan kota, Medan Amplas dan Medan Johor
Sebelah selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor
Sebelah utara
: Berbatasan dengan kecamatan Medan Barat dan medan petisah.
B.
Letak Demografis
21
Data Statistik Kecamatan Medan Maimun
19
20
Keadaan Demografis kecamatan Medan Maimun Meliputi Penduduk, sosial, ekonomi , dan lain-lain Data
Statistik masyarakat di Kecamatan Medan Maimun
menurut Agama yang dianut sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah penduduk berdasarkan jumlah pemeluk agama. NO.
Kelurahan
Islam
Katolik
Protesta
Hindu
Budha
n 1
Aur
4.620
265
945
210
3.152
2
Hamdan
5.349
481
1.302
327
638
3
Jati
17.339
143
484
51
286
4
Suka Raja
878
372
169
106
1.536
5
Sei Mati
1843
193
205
48
2.645
6
Kap.baru
10.044
461
556
73
3.781
Jumlah
38.230
1.915
3.661
815
12.038
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun Tahun 2013 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk yang beragama Islam di Kecamatan Medan Maimun paling banyak dengan jumlah 38.230 orang dibandingkan dengan penduduk yang beragama lain. Jumlah sarana ibadah yang ada di Kecamatan Medan Maimun adalah sebagai berikut : Tabel 2 Banyaknya sarana Ibadah
21
No.
Kelurahan
Mesjid
Musholla Langgar
Kuil
Kelenteng
1
Aur
2
0
0
1
1
2
Hamdan
3
5
0
1
1
3
Jati
1
0
0
0
0
4
Suka raja
1
1
0
0
0
5
Sei mati
3
6
0
0
1
6
Kap.baru
12
9
3
1
0
Jumlah
22
21
3
3
3
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013 Dari data yang diatas kelihatan bahwa tempat ibadah Umat Islam lebih banyak daripada tempat ibadah agama lainnya. Mata pencaharian masyarakat Medan Maimun beraneka ragam, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk No.
Pegawa
Pegawa
Abr
Polr
Pedagan
Buru
Wiraswast
i
i Swasta
i
i
g
h
a
Negeri 1
35
651
5
5
1.700
177
1.700
2
48
254
17
23
326
998
1.039
3
62
34
31
20
15
12
277
4
17
804
1
1
246
171
714
22
5
343
3488
43
7
1.206
452
1.888
6
188
4778
22
21
1.302
1.264
2.233
Jumla
693
10.009
119
77
4.795
3.074
3.612
h Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta sangat banyak jumlahnya dibandingkan dengan pekerjaan dibidang lainnya. Data
Statistik
masyarakat
berdasarkan
pendidikan
di
Kecamatan Medan dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan (jiwa ) No.
SD
SLTP
SLTA
1
230
1.540
4.842
2
442
2.204 46.806
3
275
425
4
474
5
453
Universitas Pascasarjana Akademik 146
15
90
124
68
137
650
575
60
26
641
851
378
261
14
451
552
83
84
87
1.854 2.099
6.071
1007
243
428
Jumlah 3.728 7.360
17.736
2.313
686
782
6
Sumber : Data statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013 Dari data diatas maka dapat dilihat bahwa penduduk kecamatan Medan Maimun paling banyak adalah pendidika SLTA dengan jumlah 17.736 jiwa.
23
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Medan maimun dapat dilhat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Sarana pendidikan No.
Kelurahan
TK
SD
STTPS
SMUS
SMK
Madrasah
1
Aur
1
2
1
1
0
0
2
Hamdan
0
2
0
0
0
1
3
Jati
5
5
3
1
0
0
4
Suka Raja
0
I
1
0
0
0
5
Sei Mati
3
8
1
1
0
0
6
Kap.Baru
8
8
4
2
2
6
Jumlah
17
26
10
5
2
7
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013 Dari data diatas dapat dilihat bahwa Sekolah
Dasar lebih
banyak dari pada sekolah yang lainnya dengan jumlah 26 sekolah. Suku bangsa (jiwa ) Masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Maimun adalah sebagai berikut : Tabel 6 Suku bangsa masyarakat Kecamatan Medan Maimun No.
Kelurahan
Jawa
Minang
Melayu
Aceh
1
Aur
290
2.503
210
65
2
Hamdan
3.407
2.028
286
179
3
Jati
284
323
40
211
24
4
Suka Raja
575
667
133
78
5
Sei mati
842
1.951
1.475
1.625
6
Kap.Baru
3.722
2.993
2.526
363
Jumlah
9.120
10.465
4.670
2.521
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk yang bersuku padang di Kecamatan Medan maimun paling banyak dengan jumlah 10.465 jiwa di bandingkan dengan suku yang lain. Demikian secara ringkas gambaran umun yang dapat penulis kemukakan baik yang berkaitan dengan geografis dan demografis daerah kecamatan Medan maimun.
25
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI A.
PENGERTIAN INAI Inai adalah tanaman yang tergolong dalam golongan tumbuhan
semak, dengan nama ilmiahnya spesies lawsonia intermis dan sekeluarga dengan lythraceae. Tumbuhan ini mengeluarkan bunga yang kecil berwarna krem dengan buahnya yang kecil berwarna biru kehitaman, tumbuhan ini dapat berkembang biak melalui stek batang dan biji, tumbuhan ini suka akan kelembapan yang agak tinggi dan pengairan yang baik. Namun ia adalah tumbuhan yang bisa bertahan dalam keadaan kering yang tidak terlalu lama. Daunnya yang telah matang berwarna hijau gelap dengan bintikbintik kehitaman.Bintik ini menentukan kemerahan warna inai bila digunakan untuk mewarnai kuku, semakin hitam daun inai itu maka semakin merah warna yang di keluarkan dan daun ini mengeluarkan sejenis pewarna merah yang banyak digunakan untuk mewarnai rambut, pakaian serta pada pengobatan untuk meredakan demam, sakit kepala, gigitan bisa serangga, sakit perut juga menyembuhkan kudis di sekeliling kuku. Selain itu sangat mujarrab bagi mereka yang menghadapi masalah bau badan. Inai ini sejenis tanaman yang mempunyai khasiat pengobatan yang tinggi terutama pada bagian daunnya. Inai dalam bahasa arab “HINA”
25
26
yang bermaksud obat, kulit pohon inai juga banyak di gunakan dalam perawatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.22 B. PENGERTIAN MEMAKAI INAI Dalam adat Melayu memakai inai pada jari tangan dan jari kaki sudah menjadi adat dan sebagai tanda bahwa sudah melangsungkan pernikahan,
pada
menggunakan
masyarakat
melayu
tidak
boleh
sembarangan
inai, sebab berinai memberi isyarat dan perlambangan
bercorak tertentu. Menurut kepercayaan masyarakat melayu berinai akan lebih baik dilakukan pada malam hari karena warna inainya akan lebih merah, tetapi apabila dilakukan pada siang hari warnanya akan memudar. Upacara berinai dilakukan pada malam hari 3 hari sebelum upacara perkawinan
dilangsungkan,
bentuk
kegiatannya
bermacam-macam,
asalkan bertujuan mempersiapkan pengantin agar tidak menemui masalah di kemudian hari. Upacara berinai ini biasanya dilakukan orang yang dituakan dan dibantu sanak family serta kerabat dekat, menginai calon pengantin harus dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan. Upacara berinai dilakukan dalam waktu bersamaan bagi pengantin hanya saja saja tempat kegiatannya dilakukan secara terpisah, bagi pengantin perempuan dilakukan di rumahnya dan bagi laki-laki dilakukan dirumahnya atau tempat yang di singgahinya.23 Namun dalam adat perkawinan melayu biasanya pengantin lakilaki lebih didahulukan, untuk mendapatkan hasil yang bagus maka 22
Savitri , Tumbuhan Berkhasiat Obat , h. 58-61.
Tengku Mohar, Ketua Harian Kerajaan Istana Maimun, Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013 23
27
pengantin harus sabar menunggu sampai inai yang di pasang di jari tangan dan kakinya kering serta menghasilkan warna yang merah dan cerah. C. SEJARAH AWAL MULANYA INAI Sejarah asal mulanya inai adalah dari Mesir Inai telah dikenal semenjak
dahulu
kala.
Orang-orang
pada
masa
Parouh
telah
menggunakannya untuk berbagai hal. Mereka menggunakan inai baik dalam bentuk bubuk atau pasta untuk mewarnai tangan, kaki dan mengecat rambut, atau mengobati luka. Hal ini dapat dijumpai dari banyaknya mumi Firaun yang dicat dengan inai dan diberi aroma bunga, Selain itu, Inai juga digunakan sebagai alas dari mayat yang akan dikuburkan. Mereka rajin dalam merencanakan kelahiran kembali setelah kematiannya, mereka menjadi sangat fanatik dalam proses pengawetan. Juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menyamak kulit dan bulu. Orang Mesir percaya bahwa seni tubuh memastikan pengakuan mereka ke akhirat dan karena itu inai digunakan untuk mengidentifikasi. Inai
memiliki kekuatan obat, juga digunakan sebagai kosmetik.
Sedangkan pada Dinasti Mogul mengajarkan tentang sejarah Mehndi dan memperkenalkannya ke India pada abad ke 12, seni inai itu telah ada selama berabad-abad.24 D. DASAR HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI 1. Al-qur’an
http://lifeisbeautiful-dian.blogspot.com/2012/04/henna-inai-tanaman-penuhpesona.html 24
28
Dasar hukum pemakaian inai terdapat dalam surah Al-A’raf ayat -32 yang berbunyi sebagai berikut :
32. Katakanlah (Muhammad) : "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat, Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.25 Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia Ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah sematamata untuk orang-orang yang beriman saja. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid III ( Jakarta : Lentera Abadi cet I, 2010 ) h.323 25
29
Namun
demikian,
keharusan
tersebut
dikecualikan
dengan
beberapa jenis perhiasan tertentu yang dilarang oleh Syara’ Di bawah ini dijelaskan jenis-jenis perhiasan yang diharamkan. 1. Emas dan sutera bagi kaum lelaki: Diharamkan ke atas orang lelaki memakai perhiasan emas dan sutera karena ia dikhususkan bagi kaum perempuan. 2 . Merubah kejadian Allah: Syari’at Islam mengharamkan seseorang sama ada lelaki atau wanita berhias dan bersolek hingga ke tahap mengubah kejadian Allah pada dirinya tanpa ada keperluan yang mendesak. 3. Menyerupai lelaki atau perempuan; Dilarang sama sekali lelaki meniruniru gaya kaum wanita dan wanita meniru-niru gaya kaum lelaki sama ada pada pakaian, perhiasan, gaya berjalan, bercakap dan sebagainya.26 2. Hadis Dari hadis penulis mengutip hadis yang di riwayatkan
shoheh
bukhori yang berbunyi sebagai berikut :
ﻟﻌﻦ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل,ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ,ﻋﻦ ﯾﺤﻲ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺸﺎم,ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﻓﻀﺎﻟﺔ ": اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻟﻤﺨﻨﺸﯿﻦ ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل واﻟﻤﺘﺮﺟﻼت ﻣﻦ اﻟﻨﺴﺎء وﻗﺎل ﻓﺄﺧﺮج اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻼﻧﺎ وأﺧﺮج ﻋﻤﺮ: أﺧﺮﺟﻮھﻢ ﻣﻦ ﺑﯿﻮﺗﻜﻢ" ﻗﺎل 27
http://fiqh-am.blogspot.com/2009/07/hukum-hakam-tentang-
26
perhiasan.html 27
.ﻓﻼﻧﺎ
Al- Bukhori Al-ja’pi, Shoheh Al-Bukhori . h.72.
30
Mu’adz bin Fadhalah menyampaikan kepada kami dari Hisyam, dari Yahya, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW melaknat laki-laki yang bertingkah laku menyerupai perempuan dan perempuan yang bertingkah laku menyerupai laki-laki, beliau bersabda, usirlah mereka dari rumah kalian. Nabi SAW pernah mengusir fulan sedangkan Umar mengusir fulan.28 Dari ayat Al-Quran dan Hadis yang telah penulis kemukakan diatas,maka dapat kita simpulkan bahwa hukum memakai inai itu adalah tidak dibolehkan bahkan diharamkan karena termasuk menyerupai perempuan. E. MAMFAAT MEMAKAI INAI 1. Dalam dunia medis inai dalam dunia medis Inai sangat banyak mamfaatnya karena Daun inai mengandung renin dan tanin yang dikenal dengan sebutan henatanin.
Adapun bunga inai sendiri mengandung minyak yang
memiliki aroma sangat harum. Selain itu, bunga inai juga mengandung vitamin A,B,dan Ioneno29. Inai dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti :
Menghilangkan
rasa
panas
karena
terbakar
api,
dengan
membalurkan “daun inai” yang telah ditumbuk halus.
28 Subhan Abdullah Dkk,Ensiklopedia Hadis Shahih Al- Bukhori, Jilid II,( Jakarta : Al-Mahira cet 1.2012 ) h.509
Husain Abdul Hamid, Keajaiban Pengobatan Herbal ( Jakarta : Pustaka AlKautsar.2009) h.99 29
31
Dapat mempercepat proses penyembuhan luka terutama luka kronis dan ulkus.
Mengobati pendarahan hidung dari pembuluh darah Anterior (depan daerah kecil) dengan menempelkan serbuk henna di daerah dimana terjadi pendarahan dengan menggunakan cotton bud (pembersih telinga).
Pendarahan hidung dari pembuluh darah Posterior (belakang) dengan
menghirup bubuk inai melalui lubang hidung agar
mencapai bagian belakangnya sehingga bubuk tersebut akan menempel pada daerah pendarahan dan pendarahan pun akan berhenti.30
Menyembuhkan luka pada mulut dan lidah tersayat, dengan mengunyah “daun inai”.
Mengobati bisul maupun bengkak yang panas menusuk, dengan melumurkan “daun inai” yang telah ditumbuk halus.
Mengobati anak-anak yang mulai dikenai gejala penyakit cacar, dengan melumurkan “daun inai” pada tapak kakinya.
Menumbuhkan, menyuburkan dan mengindahkan rambut. Dengan mengeringkan daun pacar, menumbuk dan melarutkan dengan air, terkadang juga ditambahkan zat lain, agar dapat warna yang diinginkan, seperti : chamomile, yaitu warna merah yang cerah.
30 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam,( Jakarta: Griya Ilmu ,2004 ) h.149
32
Menyembuhkan bintil di badan dengan melumurkan “Daun inai” yang telah ditumbuk halus dan dicampur sedikit dengan air. Menghilangkan bintil yang timbul dilutut , kaki dan seluruh badan.31
Dapat menyembuhkan penyakit kurap dengan mencampur “daun inai ” bersama air kompres (rivanol)
mengobati
Penyakit
varises,
khususnya
gangguan
untuk
merapatkan luka, karena mengandung zat hanatatin yang cepat merekat dengan menggunakan Bubuk daun Pacar (al-hina) yang diolah menjadi kenyal.
untuk menyembuhkan fissure dan kulit kaki pecah-pecah serta mengurangi infeksi.
·Dapat memperbaiki tekstur kulit sehingga tampak sehat dan lembut.32 Ibnul Qayyim memaparkan bahwa sakit kepala ( pusing ) ada 20
macam. Daun pacar ialah obat untuk salah satu dari berbagai macam sakit kepala, yakni sakit kepala yang di sebabkan oleh hawa panas bukan karena ada makanan yang mendorong untuk di muntahkan. Pada kondisi semacam ini, daun pacar sangat berguna jika dihaluskan dan dibalutkan pada dahi dengan campuran cuka, pusing akan mereda.
31 Abdul Basith Muhammad Sayyid, Terapi Herbal dan Pengobatan Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, ( Jakarta : Penebar plus,2008 ) h. 277 32 Ibnu Qoyyim Al-Jauziya, Resep Obat Ala Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Terj. Abu Abdillah Al-Maqdisi Al-Hambali (Surabaya : Pustaka Elba. 2008) h.64
33
Didalamnya terkandung khasiat yang ampuh untuk urat syaraf. Jika daun pacar dibalutkan rasa sakit akan hilang. Hal ini bukan hanya untuk sakit di daerah kepala, namun bisa juga untuk seluruh anggota tubuh.Daun pacar juga berfungsi mengencangkan anggota tubuh yang mengendur. Dan jika dibalutkan pada luka, bengkak (memar) yang panas, dan luka bakar akan terasa dingin.33 Inai juga dapat digunakan untuk mengobati kutil, atau sejenis kanker jinak. Hal ini pernah dilakukan pada seorang anak kecil yang memiliki kutil dengan ukuran 1,5cm x 1,5 cm, setelah dioleskan inai, maka beberapa minggu kemudian kutil tersebut ternyata hilang. Inai juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit kusta, eksim atau kadas, bahkan inai pernah pula diberikan pada luka penderita diabetes, dan ternyata memiliki efek positif, namun memang membutuhkan waktu panjang dan dibantu dengan pengobatan yang lain.34 2. Dalam perkawinan
Untuk membersihkan diri dari hal-hal yang kotor
Menjaga diri dari segala hal yang tidak baik
Untuk memperindah calon pengantin agar terlihat tampak bercahaya dan menarik.
Untuk memunculkan aura dan wibawa bagi pengantin pria
Untuk membuang sial muka dan belakang
33 Abdullah Al-Jibrin,Fatwa-Fatwa Ulama Bagi Orang Sakit, ( Solo :PT.Aqwam Media Propetika, cet.II. 2012 ) h. 170-171
Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis jilid 6 tentang Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan 34
34
Untuk menjauhkan diri dari bencana
Supaya niat dan hajat tidak terhalang
Supaya sejuk mata memandang
Untuk menandakan sudah adanya ikatan antara pasangan
Supaya bisa saling menghormati antara pasangan35
F. PASANGAN YANG BOLEH MEMAKAI INAI DALAM ISLAM Sebagaimana pendapat ulama yang menyatakan bahwa laki-laki tidak dibolehkan memakai inai bahkan diharamkan karena termasuk menyerupai perempuan maka disini penulis menyatakan yang dibolehkan memakai inai yaitu kaum perempuan. Dibolehkan bagi seorang wanita dalam berhias dan mempercantik diri bahkan disunnahkan bagi perempuan yang sudah menikah berhias untuk suaminya,diantaranya berhias dengan mewarnai jari tangan dan kakinya dengan inai. Dan Baginda Rasulullah SAW menyatakan bahwa pemakaian inai adalah untuk membedakan tangan seorang lelaki dengan wanita 36 Dijelaskan dalam kitab al-majmu’
35 Tengku Ismail , Tokoh Adat Melayu Wawancara Pribadi, Medan 12 September 2013 36 Ahmad Jat, Fiqh Sunnah Wanita, ( Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, cet.1.2008 )h. 378
35
واﻣﺎ اﻟﺨﻀﺎب ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء ﻓﻤﺴﺘﺤﺐ ﻟﻤﺮأة اﻟﻤﺰوﺟﺔ ﻓﻲ ﯾﺪﯾﮭﺎ ورﺟﻠﯿﮭﺎ ﻻﺗﻄﺮﯾﻒ 37
.وﯾﻜﺮه ﻟﻐﯿﺮھﺎ
Mewarnai dengan pacar disunahkan bagi wanita bersuami pada kedua tangan dan kakinya, bukan sebatas ujung jari, serta makruh bagi selain wanita bersuami “. Dalam hadis disebutkan
ﺣﺪﺛﺘﻨﻲ: ﻗﺎل, ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ اﻟﻤﺒﺎرك,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﯾﺤﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﯿﺪ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﯿﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ , ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻻﺑﺄس ﺑﮫ, ان اﻣﺮأة ﺳﺄﻟﺖ ﻋﺎﺋﺴﺔ ﻋﻦ ﺧﻀﺎب اﻟﺤﻨﺎء: ﻛﺮﯾﻤﺔ ﺑﻨﺖ ھﻤﺎم .38وﻟﻜﻦ أﻛﺮھﮫ ﻓﺎن ﺣﺒﯿﺒﻲ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﯾﻜﺮه رﯾﺤﮫ “Ubaidullah ibn Umar menyampaikan kepada kami dari Yahya ibn Said, dari ali ibn mubarok ia berkata : menceritakan karimah binti humam : bahwasanya seorang wanita bertanya kepada Aisyah tentang mewarnai kuku dengan serbuk daun pacar ( inai ) , maka Aisah menjawab ‘tidak apaapa ‘ hanya saja aku tidak suka karena Rasululah SAW tumpuan kasihku tidak menyukai baunya” . 39 Dan bagi perempuan yang sedang ihram,
juga disunatkan
kepadanya memakai inai karena ini termasuk dari pada perhiasan perempuan sebagaimana sama halnya dengan kesunnahan memakai
Abi Zakaria Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi, Al-majmu Syarah AlMuhassab Jilid II, ( Beirut : Dar Al- Fikri, t.th )h.140 37
38
Sulaiman ibn Al-As’asa As-syajistani,
Sunan Abi Daud, h.673. hadis ke
4163 Abdul Ghoffar, Fiqh Wanita edisi lengkap, ( Jakarta : Pustaka Al- Kautsar cet.20.2006) h.660 39
36
wangi-wangian. Ulama syafi’iyah menegaskan perempuan yang sedang ihram adalah boleh
pemakaian inai bagi baik ia sudah menikah
ataupun yang belum menikah sebab hal ini di sunnahkan karena faktor ihram.40 Sebagaimana di jelaskan tentang memakai inai dalam waktu ihrami dalam kitab I’ Anah at-Tholibin sebagai berikut :
ﻓﺈن ﻛﺎن اﻻﺣﺮم اﺳﺘﺤﺐ ﻟﻠﻨﺴﺎء اﻟﺨﻀﺐ ﯾﺪﯾﮭﺎ ورﺟﻠﯿﮭﺎ ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ 41
.ﻣﺰوﺟﺔ او ﻏﯿﺮ ﻣﺰوﺟﺔ
“ maka jika hendak ihram disunahkan bagi perempuan mewarnai dua jari tangan dan jari kakinya dengan inai / pacar baik perempuan yang sudah bersuami maupun perempuan yang tidak bersuami. “ Bagi perempuan yang sedang haidh juga dibolehkan memakai inai di jari tangan dan kaki, hal ini tidak apa-apa karena pada dasarnya juga memang dibolehkan dan tidak ada dalil yang melarangnya. karena inai jua sebagaimana diketahui bila diletakkan pada bagian tubuh yang ingin dihias akan meninggalkan bekas warna dan warna ini tidaklah menghalangi tersampaikannya air ke kulit.42 G. PANDANGAN MASYARAKAT MUSLIM KECAMATAN MEDAN MAIMUN TENTANG MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI DAN FAKTOR-FAKTORNYA
40 Su’ad Ibrahim Shalit, Fiqh Wanita,.Terj. ,Nadirsah Hawani, ( Jakarta : Sinar Grafika Offset, cet I. 2011 ) h.454 41
Muhammad Syatho Addimiyathi, I’anah ath- Tholibin, Jilid II, h. 387.
Muhammad ibn Ibrahim , Fatwa-fatwa Tentang Wanita jilid 1, terj. Amir Hamzah Fachruddin Dkk (Jakarta : Darul Haq cet VII.2012) h.693 42
37
Pandangan sebagian Masyarakat Melayu dikecamatan Medan Maimun tentang pemakain inai bagi laki-laki khusus dalam pernikahan adalah diwajibkan karena mereka mengikuti adat yang sudah menjadi tradisi dari dulu. Dan laki-laki diwajibkan memakai inai dalam perkawinan. Masyarakat Melayu begitu berpegang teguh dengan adat resam kerana ia dipercayai mempunyai kesan dalam kehidupan. Bagi Masyarakat Melayu, adat resam perkawinan begitu dititik beratkan. Sesuatu upacara dalam perkawinan itu akan dijalankan dengan meriah dan penuh adat istiadat. Adat perkawinan Melayu merupakan adat resam yang paling disayangi dan yang paling dipegang teguh oleh kebanyakan orang Melayu. 43
Faktor-faktornya
Karena sudah menjadi adat kebiasaan
Karena sudah menjadi bagian yang dibuat sekelompok masyarakat yang terus dilakukan yang tidak bersimpangan dengan agama
untuk memberi pendedahan yang mendalam terhadap adat perkawinan Melayu kepada masyarakat.
Untuk Mengajak masyarakat mengenal adat perkawinan Melayu.
Untuk Mengajak masyarakat sama-sama memelihara
warisan
nenek moyang.
Untuk Memberi petunjuk dan sedikit pengetahuan kepada golonganyang bakal mengakhiri zaman bujang mereka.
Tengku Zulkarnaen , Keturunan Kerajaan Melayu istana Maimun , Wawancara Pribadi, Medan 14 September 2013 43
38
Memupuk semangat kerjasama antara ahli kumpulan
Membina keyakinan diri serta meningkatkan kemahiran sosial setiap ahli kumpulan.44
44M.
Syaiful , Keturunan Kerajaan Melayu Istan Maimun, Wawancara pribadi, Medan 14 September 2013
39
BAB IV HASIL PENELITIAN A.PENGERTIAN MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI Memakai dikhususkan perkawinan
inai
dalam itu
bagi suatu
termasuk
laki-laki
adalah
suatu
ikatan
pernikahan
adat
yang
wajib
yang
lambang
yang
mana dalam
dilaksanakan
oleh
pengantin,Memakai inai bagi laki-laki dilakukan pada malam hari, yang mana peralatannya berinai calon laki-laki adalah inai yang dibuat di rumah calon pengantin perempuan. Kemudian Peralatan berinai yang telah dipersiapkan dirumah calon pengantin wanita, secara diam-diam dibawa kerumah calon pengantin lelaki yang akan mempergunakannya. Keadaan calon pengantin pada saat akan diberi inai adalah berbaring telentang dan dikelilingi keluarga dan sahabat-sahabat dan orang yang di tuakan, kemudian tangan diangkat agar daun inai yang sudah dihaluskan tidak mengotori tempat lainnya, dan pada saat melakukan kegiatan ini, maka yang memakaikan inai akan menuturkan beberapa pantun.45
B.HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI DAN DASAR HUKUMNYA Hukum memakai inai bagi laki-laki adalah haram dalam pandangan Islam karena termasuk
menyerupai perempuan. Laki-laki haram
menyerupai perempuan dalam hal gerakan, perkataan yang lemah lembut, Tengku Syafaruddin ,Sekretaris Harian Kerajaan Istana Maimun, Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013 45
39
40
perhiasan dan pakaian, serta hal-hal lain yang sifatnya khusus bagi perempuan dari segi kebiasaan dan watak. Allah melaknat laki-laki yang meniru lawan jenisnya,
karena
perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Hikmah pengharaman ini adalah karena laki-laki yang meniru lawan jenisnya itu telah keluar dari fitrah dan watak yang telah diberikan Allah yang Maha Bijak,Tuhan Semesta Alam.
Perilaku
laki-laki
yang
meniru
lawan
jenisnya
seperti
memanjangkan rambut, memakai baju sempit,dan meniru perhiasan. Meniru pakaian perempuan merupakan peniruan yang berbahaya dan mengancam entitas ummat karena ia telah keluar dari fitrah.46 Beberapa ulama berpendapat haram memakai inai,tetapi ada juga yang mengatakan boleh. Dalam kitab Al-Majmu karangan imam An- Nawawi dijelaskan : 47
ﯾﺤﺮم اﻟﺮﺟﻞ ﺧﻀﺐ اﻟﺤﻨﺎء ﻓﻰ اﻟﯿﺪﯾﻦ واﻟﺮﺟﻠﯿﮫ ﻷن ﺗﺸﺒﮭﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء اﻷ ﺗﻄﺒﯿﺎء ﺑﮫ Diharamkan laki-laki mewarnai inai pada dua tangan dan dua
kakinya karena menyerupai perempuan kecuali untuk berubat dengannya. Pendapat seperti ini juga di jelaskan di dalam kitab I’ anah at-Thalibin:
وﯾﺤﺮم ﺧﻀﺐ ﯾﺪ اﻟﺮﺟﻞ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺤﻨﺎء او ﻧﺤﻮه ذﻟﻚ ان ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻋﺬر ﻻﻧﮫ ﻓﯿﮫ 48
ﺗﺸﺒﮭﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء وﻗﺪ ﻗﺎل ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﻟﻌﻦ ﷲ اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﯿﻦ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل
Imam An-Nawawi, Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid III, Terj. Musthafa Dib AlBugha dkk ( Depok : Gema Insani cet.1.2010 )h.485-486 46
47
Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi, Al-Majmu Syarah Al-Muhassab Jilid IV,
48
Muhammad Syatho Addimiyathi, I’Anah Ath-Tholibin, Jilid II, h.340.
h.399.
41
Dan Diharamkan mewarnai jari tangan laki-laki dan kedua kakinya dengan inai atau seumpama yang demikian jika tidak ada baginya udzur karena bahwasanya padanya menyerupai perempuan dan sesungguhnya Alaihi as-Salam bersabda Allah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan . Dalam kitab Az-Zawajir karangan Imam an-Nawawi juga dikatakan bahwa inai bagi jari dan tangan laki-laki adalah haram.
أﻣﺎ ﻣﻦ،ﻓﻼ ﯾﺠﻮز ﺑﻞ ﯾﺤﺮم اﻟﺮﺟﻞ ﺧﻀﺐ ﯾﺪﯾﮫ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء اﻻ ﺗﻄﺒﯿﺎء ﺑﮫ 49
.ﺑﺎب اﻟﺘﺰﯾﯿﻦ ﻓﻔﻲ ھﺬا ﺗﺸﺒﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء
Maka tidak boleh bahkan haram bagi laki-laki mewarnai ke dua tangannya dan ke dua kakinya dengan inai melainkan untuk berobat dengannya, adapun jika ia gunakan untuk perhiasan maka dalam hal ini menyerupai perempuan. Dan hukum pemakaian inai bagi jari tangan dan kaki laki-laki diperjelas lagi oleh hadist-hadist yang shoheh riwayat Bukhori dan Abu Daud hadis shoheh riwayat bukhori yang berbunyi sebagai berikut :
ﻟﻌﻦ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل,ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ,ﻋﻦ ﯾﺤﻲ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺸﺎم,ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﻓﻀﺎﻟﺔ ": اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻟﻤﺨﻨﺸﯿﻦ ﻣﻦ اﻟﺮﺟﺎل واﻟﻤﺘﺮﺟﻼت ﻣﻦ اﻟﻨﺴﺎء وﻗﺎل
49
Ahmad Ibn Muhammad , Az- Zawajir, Jilid I h. 256.
42
ﻓﺄﺧﺮج اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻼﻧﺎ وأﺧﺮج ﻋﻤﺮ: أﺧﺮﺟﻮھﻢ ﻣﻦ ﺑﯿﻮﺗﻜﻢ" ﻗﺎل 50
.ﻓﻼﻧﺎ
Mu’adz bin Fadhalah menyampaikan kepada kami Hisyam, dari Yahya, dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW melaknat lakilaki yang bertingkah laku menyerupai perempuan dan perempuan yang bertingkah laku menyerupai laki-laki, beliau bersabda, usirlah mereka dari rumah kalian. Nabi SAW pernah mengusir pulan sedangkan Umar mengusir fulan.51 Dalam hadist lain disebutkan, sebagaimana di jelaskan di bawah ini :
ﻋﻦ اﺑﻦ,ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ, ﻋﻦ ﻗﺘﺎدة,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﻌﻔﺮ,ﺣﺪﺛﻨﺎﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺸﺎر ﻟﻌﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﯿﻦ ﻣﻦ: ﻋﺒﺎس رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ ﻗﺎل 52
اﻟﺮﺟﺎل ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء و اﻟﻤﺘﺸﺒﮭﺎ ت ﻣﻦ ا ﻟﻨﺴﺎء ﺑﺎﻟﺮﺟﻞ ﺗﺎﺑﻌﮫ ﻋﻣر وأﺧﺑرﻧﺎ ﺷﻌﺑﺔ Muhammad
bin
Basyar
menyampaikan
kepada
kami
dari
Muhammad bin Ja’par, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai perempuan
dan
perempuan
yang
menyerupai
laki-laki,
Amar
meriwayatkan hadist yang sama dari Syu’bah.53
50
Al- Bukhori Al-jagpi, Shoheh Al-Bukhori, Jiid VII ,h.72. hadis no.5885
51
Abdullah ,Ensiklopedia Hadis. Jilid II, h.509
52
Al- Bukhori Al-jagpi, Shohih Al-Bukhori jilid VII, h.72.
As-sayyid Ahmad al-Hasim, Terjemahan Mukhtarul Hadist ( Bandung : PT. Al-ma’arif, 1997)h, 624 53
43
Dijelaskan juga dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu daud di bawah ini:
أن أﺑﺎ أﺳﺎﻣﺔ أﺧﺒﺮھﻢ ﻋﻦ ﻣﻔﻀﻞ ﺑﻦ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ھﺎرون ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ و ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء أن: ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة,ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺎﺷﻢ,ﻋﻦ أﺑﻲ ﯾﺴﺎراﻟﻘﺮﺷﻲ, ﻋﻦ اﻷوزاﻋﻲ,ﯾﻮﻧﺲ ﻓﻘﻞ اﻟﻨﺒﻲ,اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ أﺗﻲ ﺑﻤﺨﻨﺚ ﻗﺪ ﺧﻀﺐ ﯾﺪﯾﮫ ورﺟﻠﯿﮫ ﺑﺎﻟﺤﻨﺎء , ﯾﺘﺸﺒﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء,ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ: "ﻣﺎﺑﺎل ھﺬا ؟" ﻓﻘﯿﻞ: ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ "إﻧﻲ ﻧﮭﯿﺖ أن أﻗﺘﻞ: أﻻ ﺗﻘﺘﻠﮫ ؟ ﻓﻘﺎل,
ﺻﻠﻰ
ﯾﺎرﺳﻮل: ﻗﺎﻟﻮ, ﻓﺄﻣﺮﺑﮫ ﻓﻨﻔﻲ إﻟﻰ اﻟﻨﻘﯿﻊ 54
."اﻟﻤﺼﻠﯿﻦ
Menyampaikan Harun ibn Abdullah dan Muhammad ibn Al-Ala’i dari Abu Usamah menceritakan kepada mereka dari Mufaddol ibn Yunus,dari al-Ausa’i dari Abi Yasar Al-Qurasiya, dari Abi Hasyim, dari Abi Hurairah " bahwasanya Suatu ketika mendatangkan kepada Rasulullah SAW seorang banci yang mengecat kedua tangan dan kakinya dengan inai, maka Rasulullah SAW berkata, "Mengapa orang ini?” para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, ia menyerupai perempuan." Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar ia diusir ke suatu daerah bernama Naqi'. Mereka berkata, "Mengapa engkau tidak membunuhnya saja?" Rasulullah SAW menjawab: "Aku dilarang membunuh orang yang mengerjakan shalat."55
54
Sulaiman ibn Al-As’asa As-syajistani, Sunan Abi Daud, Jilid I, h. 801. hadis
ke 4928 55
Az-Zuhaili, Fiqih Islam, jilid IV , h. 239.
44
Berdasarkan penjelasan ulama–ulama tersebut tetang hukum memakai inai adalah haram dan diperkuat oleh hadis-hadis,tetapi ada juga ulama
yang menyatakan boleh memakai inai bagi laki-laki dan tidak
haram. Adapun pendapat selain haram di nyatakan oleh Ibnu Qodamah sebagaimana disebutkan :
ﻓﻠﻤﺎ ﺧﻀﺐ اﻟﺮﺟﺎل ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺸﯿﺦ اﻧﮫ ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ ﻓﯿﻤﺎ ﻻﺗﺸﺒﮫ ﻓﯿﮫ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎء ﻷن 56
. ﻟﻼﺻﻞ اﺑﺎﺣﺔ وﻻ دﻟﯿﻞ ﻟﻠﻤﻨﻊ
Adapun mengenai memakai pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara yang tidak dianggap menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta tidak ada dalil yang melarangnya. C. PENGETAHUAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT MUSLIM KEC.MEDAN MAIMUN TENTANG MEMAKAI INAI BAGI LAKILAKI 1. Pengetahuan masyarakat. Pengetahuan sebagian Masyarakat Muslim kec.Medan Maimun tentang memakai inai adalah diwajibkan karena sudah menjadi adat setempat apalagi dalam adat melayu yang pakai resam melayu maka lelaki yang akan menikah akan diwajibkan memakai inai. Menurut pengetahuan mereka, Laki-laki yang memakia inai hanya khusus untuk perkawinan saja sebatas adat.
56
Muhammad Ibn Ya’qub, Al- Furu’ Al- Kahfi, Jilid V, h.523.
45
Masyarakat
Medan
Maimun
sebagian
Masyarakatnya
tidak
mengetahui kalau pemakaian ini bagi laki-laki itu hukumnya haram,tetapi ada juga masyarakat yang mengetahui tentang hukumnya memakai inai bagi laki-laki dan mengetahui kalau ada hadis yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, tetapi kalau pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai bagi lak-laki tidak banyak yang mengetahuinya.57 2. Pendapat masyarakat Sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi adat setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat madzhab Syafi’i bahwa haram memakai inai bagi laki-laki meskipun dalam pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka berpendapat memakai inai
tidak ada pengaruhnya di agama maupun di Adat
setempat.58 D. PANDANGAN SERTA ALASAN RESPONDEN MASYARAKAT TERHADAP HUKUM PEMAKAIAN INAI BAGI LAKI-LAKI Menurut Madzhab Syafi’i haram hukumya laki-laki memakai inai, begitu juga pendapat beberapa ulama sesuai dengan beberapa hadist nabi. Sekalipun demikian masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui hukumnya dan memakainya pada saat pesta pernikahan. 57
Amiruddin, Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 12
September
2013 H. Hasan , Masyarakat Kecamatan Medan Maimun , Wawancara Pribadi,14 September 2013 58
46
Untuk itu penulis mengadakan penelitian terhadap pandangan madzhab Syafi’i tentang hukum memakai inai bagi laki-laki. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dalam beberapa bulan, dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan skunder, penulis mengambil data dengan wawancara dan angket yang disebarkan kepada masyarakat. Dalam sampel penelitian ini di khususkan kepada adat melayu sebanyak 50 0rang, yang mana dilakukan wawancara serta menyebarkan angket kepada beberapa tokoh Adat, Agama, ormas seta penduduk setempat. Dan mendapatkan hasil penelitian yang di jelaskan berdasarkan tabel berikut : Tabel 1 Alasan pengantin laki-laki memakai inai dalam perkawinan No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Karena sudah menjadi
34
68
13
26
Tidak tahu
3
6
Jumlah
50
100
adat tertentu 2
Karena sudah menjadi kebiasaan
3
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kebanyakan alasan masyarakat muslim dikecamatan Medan Maimun tentang pengantin lelaki memakai inai dalam perkawinan karena sudah menjadi adat setempat yaitu : dengan persentase 68%,sedangkan karena sudah menjadi kebiasaan 26%
47
dan
yang
tidak
tahu
6%.kemudian
bagaimanakah
pengetahuan
masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: Tabel II Pengetahuan masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Boleh
10
20
2
Tidak boleh
22
44
3
Tidak tahu
18
36
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak masyarakat yang mengetahui tentng tidak bolehnya memakai inai bagi laki-laki, yaitu : 44% , jika dibandingkan dengan jawaban yang lain, yaitu yang mengatakan boleh 20%, dan jawaban yang tidak tahu 36%. Kemudian madzhab apa yang yang dipakai masyarakat kecamatan Medan Maimun, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel III Madzhab yang ada pada masyarakat kec.medan maimun No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase ( %)
1
Madzhab Syafi’i
44
88
2
Madzhab Hanafi
0
0
3
Tidak Bermadzhab
6
12
Jumlah
50
100
48
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Masyarakat Muslim di Kecamatan Medan Maimun 88% yang bermadzhab Syafi’i, kemudian 12% Masyarakat yang tidak bermadzhab dan 0% yangbermadzhab hanafi. Setelah diketahui bahwa Masyarakat Muslim kecamatan Medan Maimun lebih banyak yang bermadzhab Syafi’i, maka pertanyaan berikutnya adalah apakah dikecamatan medan maimun pernah diadakan penyuluhan oleh pemerintah/ instansi tentang hukum memakai inai bagi laki-laki,hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel IV Penyuluhan pemerintah tentang hukum memakai inai No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Pernah
2
4
2
Tidak pernah
34
68
3
Tidak tahu
14
28
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa 68% masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun menjawab bahwa tidak pernah ada penyuluhan oleh instansi, sedangkan 28% menjawab tidak tahu ada penyuluhan oleh instansi, dan 4%
mengatakan pernah adanya
penyuluhan oleh instansi. Dengan demikian setelah diketahuinya pengetahuan masyarakat tentang peyuluhan di kecamatan Medan Maimun, maka perlu diketahui bagaimana pandangan masyarakat kecamatan Medan Maimun tentang
49
pengantin laki-laki memakai inai,hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel V Pandangan masyarakat jika pengantin laki-laki memakai inai No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Boleh
24
48
2
Tidak boleh
21
42
3
Tidak tahu
5
10
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pandangan masyarakat jika pengantin laki-laki memakai inai 48% mengatakan boleh ,sedangkan 42% mengatakan tidak boleh dan tidak tahu 10%. Setelah
mengetahui
tentang
jawaban
Masyarakat
Muslim
kecamatan Medan Maimun tentang pengantin laki-laki memakai inai, maka selanjutnya yang harus diketahui adalah bagaimanakah pendapat Masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi laki-laki , hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel VI Pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi pengantin laki-laki No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Wajib/harus
10
20
2
Tidak wajib
34
68
3
Tidak tahu
6
12
50
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 68% pendapat Masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun mengatakan tidak wajib memakai inai bagi pengantin laki-laki, sedangkan 20% mengatakan wajib/harus memakai inai bagi laki-laki dan 12% mengatakan tidak tahu tentang kewajiban memakai inai bagi laki-laki. Setelah mengetahui pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai maka selanjutnya yang perlu diketahui adalah bagaiman responden masyarakat tentang pengantin laki-laki yang tidak memakai inai. Ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel VII Respon masyarakat terhadap pengantin laki-laki yang tidak memakai inai No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Melanggar adat
38
76
2
Melanggar agama
4
8
3
Tidak tahu
8
16
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 76% responden Masyarakat Muslim di kecamatan medan maimun mengatakan melanggar adat bagi laki-laki yang tidak memakai inai, sedangkan 8% responden Muslim dikecamatan Medan Maimun mengatakan melanggar Agama bagi laki-laki yang tidak memakai inai, dan 16% mengatakan tidak tahu.
51
Setelah mengetahui tentang respon Masyarakat yang tidak memakai inai, kemudian yang harus diketahui adalah dampak memakai inai bagi kesehatan. Tabel VIII Dampak memakai inai terhadap kesehatan No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ada
30
60
2
Tidak ada
11
22
3
Tidak tahu
9
18
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 60% pendapat masyarakat muslim yang ada di kecamatan medan maimun mengatakan ada dampak memakai inai bagi kesehatan ,sedangkan 22% mengatakan tidak ada dampaknya memakai inai bagi kesehatan dan 9% mengatakan tidak tahu tentang dampak memakai inai bagi kesehatan. Setelah mengetahui dampak pemakaian inai bagi kesehatan, maka selanjutnya yang harus dketahui adalah respon masyarakat setelah mengetahui hukum
memakai inai tidak dianjurkan oleh Islam,hal ini
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini : Tabel IX Tanggapan masyarakat setelah mengetahui hukum memakai inai tidak dianjurkan oleh Islam No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Masih, karena sudah
23
46
52
menjadi adat tertentu 2
Tidak, karena takut
21
42
Tidak tahu
6
12
Jumlah
50
100
melanggar hukum Islam 3
Dari tabel ini dapat kita lihat bahwa 46% responden Masyarakat Muslim yang ada dikecamatan Medan Maimun masih memakai inai karena sudah menjadi adat, 42% respon yang tidak memakai nya lagi karen takut melanggar hukum Islam dan 12% yang merespon tidak tahu. Setelah mengetahui hukum tidak dianjurkan memakai inai bagi laki-laki, maka yang perlu diketahui lagi bagaiman respon masyarakat tentang laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, dpat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel X Respon masyarakat laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai perempuan No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Setuju
35
70
2
Tidak setuju
7
14
3
Tidak tahu
8
16
Jumlah
50
100
53
Dari tabel di atas ini dapat dilihat bahwa respon masyarakat tentang laki-laki memakai seperti menyerupai perempuan dapat dilihat dari alternatif jawaban, 70% mengatakan setuju , sedangkan 14% mengatakan tidak setuju, dan 16% mengatakan tidak tahu. Dari uraian dan penjabaran hasil angket diatas, maka dapat disimpulkan bahwa para responden muslim yang ada di kecamatan medan Maimun lebih banyak responden yang belum mengetahui hukum memakai inai bagi laki-laki, dari pada yang sudah mengetahui. Dan para responden yang mengetahui tentang hukum memakai inai bagi laki-laki dalam Islam adalah haram, maka sebagian mereka mengikuti pendapat tersebut, tetapi ada juga yang tidak mengikuti karena sudah menjadi adat . E. ANALISIS PENULIS Hukum memakai inai bagi laki-laki adalah diharamkan dalam hukum Islam,karena laki-laki yang memakai inai sama seperti menyerupai perempuan berdasarkan pendapat-pendapat para ulama dan hadis-hadis. Dalam keterangan yang disebutkan oleh Madzhab Syafi’i djelaskan bahwa inai adalah pakaian perempuan sehingga tidak boleh dipakai oleh laki-laki, dan Allah melaknat laki-laki yang menyerupai pakaian perempuan. Namun Sekarang ini ditengah masyarakat kita perbuatan berinai bagi laki-laki masih ada, walaupun ada diantaranya telah mengetahui tentang keharamannya, khususnya kepada pengantin lelaki pada malam majelis berinai, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mengetahui tentang hukumnya memakai inai bagi laki-laki.
54
Tetapi kalau laki-laki memakai inai tanpa keinginan pribadi melainkan karena adat juga tidak dibolehkan dalam Islam, jika laki- laki tersebut dipaksa untuk memakainya dalam majelis berinai, maka hal yang diperlukan adalah kesepakatan dengan calon mempelai wanita serta musyawarah dengan keluarga, apakah mempelai laki-laki tetap memakai inai atau tidak memakainya dalam pernikahan Dari penelitian yang didapat di jawaban hasil angket dalam hal pemakaian inai bagi laki-laki khususnya dalam pernikahan dikecamatan Medan Maimun, 94% Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi lakilaki, dengan penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut karena sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah menjadi kebiasaan. Penelitian yang telah didapatkan dari hasil angket yang telah disebar kepada para masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun, masih banyak dari mereka yang belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi laki-laki, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa 64% Masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi pengantin laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang mengetahui tentang haramanya laki-laki memakai inai. Kemudian dari hasil angket dapat diketahui bahwa
ada 48%
Masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42% yang mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10% mengatakan tidak mengetahuinya. Seperti yang telah diterangkan pada angket diatas 76% mengatakan pengantin laki-laki yang tidak memakai inai termasuk
55
hal yang salah karena sudah melanggar adat, 8% mengatakan melanggar Agama, dan 16% yang mengatakan tidak tahu. pada angket diatas juga kelihatan bahwa 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun setuju lakilaki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14% tidak setuju dan 16% yang brpendapat tidak tahu. Jika hasil angket / wawancara dikaitkan dengan pendapat madzhab Syafi’i diatas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan Masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi pengantin laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan pendapat Madzhab Syafi’i yang menyatakan
pengantin lelaki dilarang
memakai inai, kecuali jika ada udzur dan untuk berobat dengannya.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Dari apa yang dijelaskan pada bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan yaitu: 1. Pengetahuan sebagian masyarakat muslim kec.Medan Maimun tentang memakai inai bagi laki-laki diwajibkan karena sudah menjadi adat setempat apalagi adat melayu yang pakai resam melayu maka lelaki yang akan menikah diwajibkan memakai inai. Menurut mereka, Laki-laki yang memakai inai hanya khusus untuk perkawinan saja dan hanya sebatas adat. Masyarakat Medan Maimun tidak mengetahui kalau pemakaian inai bagi laki-laki itu hukumnya haram,tetapi ada sebagian mereka yang mengetahui kalau ada hadis yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai lakilaki, tetapi kalau pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai bagi lak-laki mereka tidak mengetahuinya. Sedangkan Pendapat sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi adat setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat madzhab Syafi’i bahwa haram .memakai inai bagi laki-laki meskipun dalam pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka berpendapat memakai inai tidak ada pengaruhnya di agama maupun di Adat setempat.
56
57
2. Pendapat Madzhab Syafi’i haram hukumnya laki – laki memaka inai di tangan dan di kedua kakinya,karena inai termasuk pakaian perempuan , maka laki-laki yang memakainya termasuk menyerupai perempuan. Dalam hadis disebutkan bahwa Allah melaknak laki- laki yang menyerupai perempuan. Madzhab Syafi’i berpendapat berinai bagi pengantin laki- laki pada tangan dan kakinya haram karena hanya merupakan adat semata- mata yang tidak ada di syariatkan di dalam Islam, dan tidak dibenarkan mewarnai jari tangan dan kakinya dengan inai kecuali perempuan. Al-Hafizh Rahimahullah berkata, "Adapun mengecat kedua tangan dan kedua kaki maka tidak boleh bagi pria, kecuali untuk pengobatan. Berdasarkan hal ini, maka apa yang dilakukan kebanyakan pengantin laki-laki menggunakan inai pada jari tangan dan kaki sebagai bagian dari acara pernikahan ini bertentangan dengan dalil – dalil. Hikmah pengharaman ini adalah karena laki- laki yang meniru lawan jenisnya itu telah keluar dari fitrah dan watak yang telah di berikan Allah Yang Maha Bijak Tuhan Semesta Alam 3. Pandangan sebagian
Masyarakat Melayu
dikecamatan Medan
Maimun tentang pemakain inai bagi laki-laki khusus dalam pernikahan adalah diwajibkan karena mereka mengikuti adat yang sudah menjadi tradisi dari dulu. Dan laki-laki diwajibkan memakai inai dalam perkawinan. Sedangkan alasan responden Masyarakat Kec. Medan Maimun 94% Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi laki-laki, dengan
58
penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut karena sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah menjadi kebiasaan. 64% masyarakat muslim dikecamatan Medan Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi pengantin laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang mengetahui tentang haramanya laki-laki
memakai inai. 48%
masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42% yang mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10% mengatakan tidak mengetahuinya. 76% mengatakan pengantin lakilaki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena sudah melanggar adat, 8% mengatakan melanggar agama , dan 16% yang mengatakan tidak tahu. 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun setuju laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14% tidak setuju dan 16% yang berpendapat tidak tahu. SARAN. Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada Masyarakat khususnya laki – laki di kecamatan Medan Maimun hendaknya bisa mencari tahu hukum haramnya laki- laki memakai inai saat pernikahan. 2. Kepada
tokoh
masyarakat,
serta
pemerintah
hendaklah
mensosialisakan kepada masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki- laki agar tidak salah langkah.
59
3. Kepada Masyarakat Medan Maimun khusunya laki- laki muslim agar tidak lagi memakai inai dalam pernikahan karena hal tersebut di haramkan dalam Islam. 4. Kepada Ormas Islam dan lembaga- lembaga Islam untuk berperan aktif dalam mensosialisasikan keharaman memakai inai bagi lakilaki Kecuali dipakai untuk pengobatan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Al- Bukhori Al-Ja’pi, Abi Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughiroh Ibn Barzabah , Shohih Al-Bukhori, Jilid VII . Beirut : Dar Al- Kitab Al- Amaliyah, 1992. Abi Daud Sulaiman Ibn Al-As’asa As-Sajistani, Al-Hafidz , Sunan Abi Daud Jilid I. Beirut : Dar Al-Aalam, 2003. Ahmad Al-Hasyimiy, As-Sayyid , Tarjamah Mukhtarul Hadist . Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1997. AL- Malibari, Zainuddin , Fathul Muin, Jilid I. Semarang : Karya Thaha Putra, 1980. Abdullah, Subhan Dkk , Ensiklopedia Hadis Shohih Al- Bukhari, Jilid II. Jakarta :Al-Mahira , Cet I, 2012. Al-Wazan, Amin Ibn Yahya , Al-fatawa Al-Jami’ah lil maratil muslimah, . Jakarta: Darul Haq, 1989. Al-Bugha , Musthafa Dib Dkk, Syarah Riyadus Shalihin Imam AnNawawi, Jilid III. Depok : Gema Insani, cet I. 2010 Ahmad Al- Hasyim, As-Sayyid , Terjemah Mukhtarul Hadis. Bandung, : PT.Al-Ma’arif , 1997. Abu Jaffar Muhammad Ibn Ya’qub, Al-Kaulani ,Al-furu’ al-khahfi, Jilid V. Teheran : Dar al-kutub Al-Islamiyah, 1388. Abdul hamid, Husain , Kewajiban pengobatan herbal,. Jakarta :Pustaka Al-Kautsar.2009. Al-Makkiyi al-Haitami, Abi al-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Ali ibn Hijri, Az-Zawajir, juz I .Beirut : Dar al-Kitab al- Alamiyah , t.th
61
Al- Jibrin,Abdullah, Fatwa-fatwa Ulama bagi orang sakit. Solo : PT.Aqwam Media Propetika, cet II. 2012. Az- Zuhaili, Wahbah , Al-Piqh Islam wa Adillatuhu, Jilid IV, Damsik : Dar Al- Fikri,2004. Al-Maqdisi Al-Hambali, Abu Abdillah , Resep obat ala Nabi ShallAllahu Alaihi Wasallam, Surabaya : Pustaka Elba.2008. Al-Jauziyah, ibnu Qayyim,Metode pengobatan Nabi ShAllahu Alaihi Wasallam. Jakarta : Griya ilmu.2004. Amiruddin , Tokoh Agama ,Wawancara pribadi, Medan, 12 September 2013 Daud abu ,Sunan Abu daud, Jilid II.Beirut : Dar Al Fikri , 1887. Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya, Jilid II, Jakarta : Lentera Abadi cet I, 2010.
Data statistik , kecamatan Medan Maimun. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Jilid 6 tentang Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan. Fachruddin , Amir Hamzah Dkk , Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Jilid I. Jakarta : Darul Haq, cet VII,2012. Ghoffar, Abdul, Fiqh Wanita edisi lengkap. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, cet XX.2006. Haitami , Ibnu Hajar .Al-Fatawa Al-kubra Al- Fiqhiyah, Jilid IV. Beirut : Dar Al- Fikri,1989. Hawani, Nadirsah, Fiqh Wanita . Jakarta : Sinar Grafika Offset, cet I, 2011. Hasan, H,Masyarakat kecamatan Medan Maimun, Wawancara pribadi, Medan, 14 september 2013.
62
http://kaahil.wordpress.com/2009/04/01/henna-inaipacar-the-magicplant/ http://kemahilmu.blogspot.com/2010/05/hukum-memakai-inai-bagilelaki.html
http://lifeisbeautiful-dian.blogspot.com/2012/04/henna-inai-tanamanpenuh-pesona.html
http://fiqh-am.blogspot.com/2009/07/hukum-hakam-tentangperhiasan.html
http://ustaznaim.blogspot.com/2012/03/hukum-memakai-inai-bagilelaki.html Ibnu Al-Aripi As- Sayyid Muhammad Syatho Addimiyathi, Abi Bakar Masyhur bil - Assayid Al- Akbari’i I’anah Ath-Tholibin, Jilid II. Semarang : Hikmah Keluarga. t.th Ismail, Tengku, Tokoh Adat melayu, Wawancara Pribadi, Medan,12 September 2013 Jat Ahmat , Fiqh Sunnah Wanita. Jakarta : Pustaka al-Kautsar, cet I. 2008. Nukman, H. Masyarakat Medan Maimun,Wawancara Pribadi, Medan, Rabu 1 Mei 2013. Muhammad al-jamal, Ibrahim. Piqih Wanita . Semarang : CV. Asy-Syifa, 1987. Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi , Abi Zakaria , Al-Majmu Syarah AlMuhassab ,Jilid II. Beirut : Dar Al-Fikri. t.th Muhammad Sayyid,Abdul Basith, Terapi Herbal dan Pengobatan Nabi Muhammad ShallAllahu Alaihi Wasallam. Jakarta : Penebar Plus.2008.
63
Muhammad Dikki, Tengku, keturunan Pribadi,Medan, 29 April 2013.
Raja
Deli,Wawancara
Mohar, Tengku , Ketua harian Kerajaan istana Maimun , Wawancara Pribadi, Medan 10 September 2013. Savitri, Evika Sandi.Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam . Yogyakarta : Uin Malang. t.th Syaiful, M. Keturunan Melayu Istana Maimun , Wawancara pribadi , Medan, 14 September 2013 Syafaruddin, Tengku, Sekretaris Harian Kerajaan Istana Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013.
Maimun,
Www.piss kitab .com / 2012 /03 / 1034. Piqih wanita dn pria html Zaharrudin, Al-Ustadz / Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 4 Mei 2013 Zulkarnaen, Tengku, Keturunan Adat Melayu Istana Maimun , Wawancara Pribadi, Medan ,14 September 2013
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purba-Baru kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 25 Agustus 1989 , Putri Pertama dari pasangan Suami Istri, H. Abdul Hakim Lubis dan Hj. Afni Aslina Batubara. Penulis
menyelesaikan
pendidikan
di
SD
Desa
Purba-baru
Kecamatan Lembah Sorik Marapi Tahun 2002, tingkat SLTP di MTS Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2005 , dan Tingkat SLTA di MAS Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2008. kemudian Penulis melanjutkan Kuliah Ke Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam , Jurusan Muamalah( Hukum Ekonomi Syari’ah ) mulai tahun 2009 .