PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING, BANYUROTO SAWANGAN MAGELANG JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Rina Munawaroh NIM 13102241049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2017 i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING, BANYUROTO SAWANGAN MAGELANG JAWA TENGAH Oleh: Rina Munawaroh NIM 13102241049 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: a) Bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, b) Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, c) Faktor apa yang mendorong dan menghambat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Dusun Suwanting, dan informannya adalah pengelola, masyarakat, dan wisatawan pariwisata di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik Keabsahan data menggunakan uji kredibilitas yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat berupa masyarakat terlibat dalam pengembangan pariwisata untuk mempertajam dan memantapkan citra pariwisata dengan peningkatan pemasaran melalui media sosial dan aksesbilitas. Kegiatan untuk meningkatkan mutu kerja dan pelayanan yakni: studi banding, mengikuti pameran, pembenahan pariwisata jalur pendakian, pelatihan SAR, operasi bersih, pelatihan penanganan kebakaran hutan, penanaman dan penghijauan, rapat rutin, pelatihan pemandu gunung, b) Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbentuk ide, dana, tenaga, keahlian. Tahapan partisipasi yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Partisipasi masyarakat bermanfaat pada peningkatan taraf hidup masyarakat dari aspek pengetahuan, ekonomi, sosial, lingkungan, dan politik, c) Faktor pendorong partisipasi masyarakat adalah diberikannya kesempatan, tuntutan lingkungan, untuk kemajuan daerah, manfaat yang dirasakan. Faktor penghambat partisipasi adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin. Upaya untuk mengatasinya masyarakat didorong ikut berpartisipasi, dan kerjasama instansi untuk penyuluhan dan pelatihan. Kata Kunci: Partisipasi masyarakat, pengembangan pariwisata, pariwisata berbasis masyarakat
ii
COMMUNITY PARTICIPATION IN THE DEVELOPMENT OF COMMUNITY-BASED TOURISM IN THE NATIONAL PARK OF MOUNT MERBABU SUWANTING VILLAGE, BANYUROTO SAWANGAN MAGELANG CENTRAL JAVA By: Rina Munawaroh NIM 13102241049 ABSTRACT This study aims to describe: a) the forms of community-based tourism development, b) the participation of the community in the development of communitybased tourism, c) the factors which drive and impede the community to participate in the development of community-based tourism. This research is a descriptive research with qualitative approach and case study. The subjects of this purposive sampling research are the chief of Suwanting Village, the elder, the manager, the organizer, the community, tourists in Merbabu Mountain National Park of Suwanting Village. The data were collected using observation, interview and documentation techniques. Data analysis techniques used are data display, data reduction, and conclusion. Triangulation was done to explain the validity of the data by using sources and methods. The results show that: 1) the forms of community-based tourism development are tourism development to sharpen and strengthen the image of tourism with increased marketing through sosial media and accessibility. The activities to improve the quality of work and services are: equivalent studies, exhibitions, road climbing improvements, SAR training, cleaning operations, forest fire management training, planting and reforestation, regular meetings, mountain guides training, 2) the participations of the community in tourism development are in form of ideas, funds, manpower, expertise. The stages of participation are planning, implementation, and evaluation. Community participation is beneficial to improve the living standard of the community from the knowledge, economic, sosial, environmental, and political aspects. 3) The driving factors for community participation are the provision of opportunities, environmental demands, regional progress, mutual respect, perceived benefits. The impeding factors of the participations are educational background, occupation, gender, .The efforts to overcome the problems are encouraging the community to participate and cooperating with the agencies for counseling and training.
Keywords: Community participation, tourism development, community-based tourism
iii
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini saya: Nama
:
Rina Munawaroh
NIM
:
13102241049
Program Studi
:
Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas
:
Ilmu Pendidikan
Judul
:
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Banyuroto Sawangan Magelang Jawa Tengah
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Yogyakarta, 8 Juni 2017 Yang menyatakan
Rina Munawaroh NIM 13102241049
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas Akhir Skripsi dengan Judul “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING, BANYUROTO SAWANGAN MAGELANG JAWA TENGAH” Disusun oleh : Rina Munawaroh NIM 13102241049
telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan Yogyakarta, 15 Mei 2017
v
lIA.LAMAN PENGESAIIAN
Tugas Akbir Skripsi
"PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARlWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING, BANYUROTO SAWANGAN MAGELANGJAWA TENGAB" Disusun oleh :
Rim Munawaroh MM 13102241049
telah dipertabankan didepan Tim Penguji Tugas akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Luar Sekolab Universitas Negeri Yogyakarta Pada Tanggal31 Mei 2017
TIMPENGUJI
Nama/ .Jabatan
Tanggal
.'t/f.. I.~
Nur Djazifah, M.Si Ketua Pengujil Pembimbing
t /b /200
Dr. Entob Tohani, M.Pd Sekretaris
Dr. E. Kus Eddy Sartono, MSi.
..
lfo/~/7/ (
Penguji Utama Yogyakartap,g Juni 2017 Universitas Negeri Yogyakarta
... nto, M.Pd 9600902 ) 98702 I 001
vi
_
MOTTO
Memayu Hayuning Sariro, Memayu Hayuning Bangsa, Memayu Hayuning Bawana. Apapun yang diperbuat oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. (Ki Hajar Dewantara)
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalan untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari (H.R. Bukhori)
vii
PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT Saya persembahkan karya tulis ini kepada : 1. Bapak
dan
Ibu
tercinta
yang
telah
mencurahkan
segenap
kasih
sayangnya serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Banyuroto Sawangan Magelang Jawa Tengah” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di UNY 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Lutfi Wibawa, S. Pd., M. Pd.yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi. 4. Ibu Dra. Nur Djazifah ER, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi. 5. Bapak Hiryanto, M.Si, selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini. 7. Orangtua dan keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dukungannya. 8. Kepala Desa Banyuroto, Kepala Dusun, dan tokoh masyarakat serta warga masyarakat Dusun Suwanting yang telah memberikan izin dan membantu
ix
kelancaran penelitian dan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini 9. Pemuda Dusun Suwanting khususnya “Gembel Basecamp” yang turut membantu dalam memberikan informasi dan dukungann semangatya dalam penelitian. 10. Sahabat-sahabat khususnya “Lumbung Ilmu” yang berperan serta dalam memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini 11. Teman-Teman PLS angkatan 2013 yang selalu memberikan bantuan dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman kita akan menjadi cerita di masa depan 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan limpahan rahmat dan karuniaNya. Semoga karya penelitian tugas akhir ini bisa memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak terutama yang peduli terhadap pendidikan khusunya pendidikan luar sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin. Yogyakarta, 8 Juni 2017
Rina Munawaroh NIM 13102241049
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN............................................................................................ iv LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... vi MOTTO ..................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi D AFTAR TABEL ................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 8 C. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 9 D. Rumusan Masalah .................................................................................................. 9 E. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 10 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ..................................................................................................... 12 1. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat ............................................................. 12 a. Pengertian Partisipasi ...................................................................................... 12 b. Partisipasi Masyarakat ..................................................................................... 16 c. Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat : ...................................................... 18 d. Tahap partisipasi ............................................................................................. 20 e. Manfaat partisipasi .......................................................................................... 23 f. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi........................................................... 24 2. Tinjauan Pustaka tentang Pengembangan Pariwisata .......................................... 27 a. Konsep Pariwisata ........................................................................................... 28 b. Pengembangan Pariwisata ............................................................................... 30 c. Pariwisata Berkelanjutan ................................................................................. 33
xi
d. Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat ............................................ 35 3. Tinjauan Pustaka Tentang Taman Nasional Gunung Merbabu ........................... 41 a. Pengertian Taman Nasional ............................................................................ 41 b. Letak Geografis Taman Nasional Gunung Merbabu ...................................... 42 B. Penelitian yang Relevan ....................................................................................... 43 C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 48 B. Setting Penelitian ................................................................................................ 50 C. Subjek Penelitian ................................................................................................ 50 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 52 E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 55 F. Teknis Analisis Data ............................................................................................ 56 G. Keabsahan Data.................................................................................................... 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................................... 61 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................................. 61 a. Keadaan Geografis Dusun Suwanting............................................................. 61 b. Keadaan Masyarakat Dusun Suwanting .......................................................... 64 c. Deskripsi Taman Nasional Gunung Merbabu ................................................. 69 d. Deskripsi Paguyuban Pariwisata ..................................................................... 71 2. Bentuk Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat..................................... 83 a. Promosi dan aksesbilitas ................................................................................. 83 b. Peningkatan mutu dan pelayanan melalui pelatihan ....................................... 87 3. Partisipasi masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata .................................... 91 a. Bentuk Partisipasi ............................................................................................ 91 b. Tahap partisipasi ............................................................................................. 96 c. Manfaat partisipasi ....................................................................................... 100 4. Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat ............................... 102 a. Faktor Pendorong .......................................................................................... 102 b. Faktor penghambat ........................................................................................ 104 c. Upaya mengatasi hambatan ........................................................................... 106 B. Pembahasan ........................................................................................................ 108
xii
1. 2. 3.
Bentuk Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat................................... 108 Partisipasi masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata .................................. 114 Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat ............................... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................................... 125 B. Saran .................................................................................................................. 128 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 130 LAMPIRAN ............................................................................................................ 133
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data statistik pengunjung Taman Nasional Gunung Merbabu ....................... 7 Table 2. Tahapan Partisipasi dalam Pengembangan Desa Wisata .............................. 21 Table 3. Daftar Informan Penelitian............................................................................ 51 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ........................................... 65 Tabel 5. Data Penduduk Berdasarkan Agama............................................................. 66 Tabel 6. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................... 68 Table 7. Komponen Fasilitas Umum .......................................................................... 78
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Ilustrasi Indikator Kepariwisataan Berlanjut............................................. 34 Gambar 2. Ilustrasi pemangku kepentingan dalam pariwisata.................................... 36 Gambar 3. Struktur Organisasi Pengelola Pariwisata Jalur Pendakian ...................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 134 Lampiran 2 Pedoman Observasi ............................................................................... 137 Lampiran 3 Pedoman Wawancara ............................................................................ 139 Lampiran 4 Pedoman Dokumentasi .......................................................................... 145 Lampiran 5 Catatan Wawancara ............................................................................. 146 Lampiran 6 Catatan lapangan.................................................................................... 177 Lampiran 7 Reduksi, Display, Kesimpulan .............................................................. 190 Lampiran 8 Dokumentasi ......................................................................................... 200 Lampiran 9 Surat Izin Penelitian .............................................................................. 204
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Indonesia sesungguhnya merupakan proses memanusiakan manusia yang dihadapkan oleh sejumlah tantangan yang multidimensi. Dewasa ini pergeseran pusat kekuatan ekonomi terlihat dari menguatnya peran Asia dalam satu dekade terakhir. Hal ini membuat persaingan pasar ASEAN semakin terbuka, namun juga bisa mengembangkan sektor produktif padat karya guna memperluas kesempatan kerja untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Visi pembangunan nasional yang digariskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian
Berlandaskan
Gotong
Royong”.
Agar
peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat terwujud, diperlukan berbagai upaya yang mendorong peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan perekonomian ke arah yang lebih maju melalui pembangunan ekonomi (Bappenas, 2014: 4-9). Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi hal yang paling dasar adalah pengoptimalan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada. Ketika kondisi ekonomi baik maka akan sebanding dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam oleh sumber daya manusia akan mampu membawa perubahan yang signifikan terhadap manusia jika bisa dikelola dengan baik.
1
Pendidikan sebagai salah satu bagian dalam upaya pembangunan nasional memiliki kedudukan strategis untuk pengembangan sumber daya manusia. Dalam pendekatan sumber daya manusia, tujuan-tujuan dari pembangunan adalah optimalisasi dan membentuk manusia yang seutuhnya dalam aktivitas yang lebih produktif dan pengembangan sepenuh mungkin pengetahuan (knowledge), sikap (uptitude), dan keterampilan(skill), dari setiap kekuatan yang berhubungan dengan aktivitasnya setiap individu masing-masing. Pendidikan
nonformal
semakin
berkembang
seiring
dengan
tujuan
perkembangan masyarakat dan ketenagakerjaan. Ada hal-hal yang menjadi factor pendorong perkembangan pendidikan nonformal yaitu sebagai berikut: (1) Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah, sedangkan mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja dengan harus memiliki ketrampilan tertentu yang dipersyarat kan oleh lapangan kerja. (2) Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan yang cukup pesat, bahkan lebih pesat daripada perkembangan sektor pemerintah. (3) Sebagaimana diketahui bahwa sektor swasta memiliki persyaratan khas yang menuntut setiap pekerja harus memiliki ketrampilan yang dipersyaratkan agar dapat menunjang kelestarian hidup dan perkembangan pekerjaan atau usaha (Susilo, 2007:27). Sasaran
utama
pembangunan
sumber
daya
manusia
di
bidang
ketenagakerjaan meliputi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memadai sehingga dapat terserap dalam dunia kerja. 2
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang jumlah pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut belum pernah sekolah (711), Tidak/Belum Tamat SD (1 146), SD (13 019), SMP (16 850), SMA (15 825), Diploma (578), Universitas (1 950). Jadi totalnya ada 49.809 dari 1.233.695 penduduk atau setara 4, 37%. Tidak terlalu tinggi, namun hal itu masih bisa diminimalisir dengan pemberian ketrampilan melalui pendidikan non formal yang tidak hanya dilembaga saja namun masih bisa diperoleh dimasyarakat sekitar kita. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan anugerah yang tak ternilai. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan alam, dan peninggalan sejarah/budaya yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini memberikan arti positif, yaitu kegiatan kepariwisataan alam dan budaya dapat berperan dalam
meningkatkan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti kisah kerajaan Majapahit, perjalanan Columbus. Secara luas hal-hal yang memberikan motivasi yang mempengaruhi segi kehidupan orang dan masyarakat merupakan gejala pariwisata. Saat ini perkembangan dunia pariwisata begitu pesat tidak kalah dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah kunjungan website www.indonesia.travel milik 3
Kementrian Pariwisata. Pada awal September 2015 tercatat lebih dari 45 ribu pencarian melalui mesin pencari google. Jumlah tersebut naik 135 persen dari bulan sebelumnya. Berdasarkan data pengunjung www.indonesia.travel yang masuk melalui google search sebanyak 35 persen dan YouTube 24 persen. Adapun device yang digunakan adalah mobile, tabelt, dan personal computer dengan komposisi 85 persen adalah orang Indonesia (wisnus) dan 42 persen dari luar negeri (Hazliansyah, 2015). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pariwisata memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembangunan Indonesia khususnya sector ekonomi. Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya alam, dan ilmu (Spillane, 1993: 21). Potensi wisata Kabupaten Magelang begitu beragam mulai dari potensi alam, religi, kuliner, desa wisata, wisata adat dan tradisi, wisata kerajina, dan wisata budaya sehingga hal ini juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Magelang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Magelang adalah 3.921.463 orang pada tahun 2014. Namun belum semua tempat yang memiliki potensi tersebut mampu memanfaatkannya (Disparbud Kab. Magelang, 2014: 6). Ada berbagai bentuk wisata alam yang dapat dikembangkan di suatu daerah yang menjadikan alam sebagai atraksi utamanya. Menurut Damanik dan Weber 4
(2006) sumberdaya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumberdaya pariwisata diantaranya yaitu: (1) keajaiban dan keindahan alam, (2) keragaman flora, (3) keragaman fauna, (4) kehidupan satwa liar, (5) vegetasi alam, (6) ekosistem yang belum terjamah manusia, (7) rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai), (8) lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain), (9) objek megalitik, (10) suhu dan kelembaban udara yang nyaman, (11) curah hujan yang normal, dan lain sebagainya. Namun untuk bisa menjadikan semua itu sebagai obyek wisata tentu diperlukan sarana dan prasaran yang mendukug untuk kegiatan pariwisata tersebut. Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pembangunan pariwisata yang dilakukan secara bersama termasuk “membangun bersama masyarakat” sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, sosial maupun budaya kepada masyarakat setempat. Tujuan dari pembangunan pariwisata yang melibatkan masyarakat diantaranya yaitu: (1) memberdayakan masyarakat melalui pembanguan pariwisata, (2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial, maupun budaya dari pembangunan pariwisata, (3) memberikan kesempatan yang seimbang kepada semua anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang didapat digunakan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah pendekatan partisipastif (Demartoto, 2009 :100).
5
Suatu program dikatakan bersifat partisipatif apabila masyarakat sudah terlibat sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil tertuang dalam Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, dalam pasal 19 ayat 2 bahwa setiap orang atau masyarakat dalam atau di sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas menjadi pekerja atau buruh, konsinyasi dan pengelolaan. Adanya partipasi maka pariwisata akan mampu berkembang karena masyarakat mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada dan kebutuhan baik itu dalam bidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Masyarakat menjadi pelaku aktif untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini partisipasi masyarakat dapat meningkatkan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menuntun adanya partisipasi masyarakat dalam berbagai tahap pembangunan. Namun kenyataan di lapangannya berbeda dengan apa yang diharapkan, pariwisata berbasis masyarakat belum dikembangkan secara maksimal. Motif patiwisata setiap individu berbeda-beda, tergantung tujuan wisata yang dikunjungi. Jenis pariwisata berdasarkan tujuannya ada pariwisata untuk menikmati perjalanan, untuk rekreasi, mempelajari adat-istiadat, pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk usaha dagang, dan pariwisata untuk berkonvensi. Program televisi, dunia perfilman kini juga sudah ikut andil dalam promosi pariwisata, sehingga saat ini banyak yang para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam. Saat ini para wisatawan cenderung lebih tertarik kepada
6
pariwisata untuk olahraga seperti pendakian gunung . Data statistik pengunjung atau pendaki Taman Nasional Gunung Merbabu dapat dibaca pada tabel 1. Tabel 1. Data statistik pengunjung Taman Nasional Gunung Merbabu Taman 2010 2011 2012 2013 2014 Nasional Gunung 384 26.789 25.63 1341 2759 Merbabu 4 3 2 Sumber: Data Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam TNGMb Dusun Suwanting merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang yang memiliki potensi alam untuk dikembangkan sebagai tempat pariwisata karena berada dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Awalnya Dusun ini masyarakatnya hanya sekedar petani saja, namun seiring berkembangnya zaman dan minat para wisatawan yang
ingin menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam
diketinggian gunung inilah akhirnya masyarakat memiliki inisiatif untuk membentuk sebuah pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu. Saat ini pengunjung yang tercatat berjumlah 17.764 orang terhitung sejak Maret 2015 sampai dengan awal November 2016 . Pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu ini seharusnya dapat dioptimalkan mengingat banyaknya pariwisatawan yang tertarik untuk melakukan pendakian. Hal ini tidak dilihat sebagai potensi pendapatan saja, namun juga sebagai salah satu upaya pelestarian lingkungan, sebagai salah satu motivator untuk perkembangan industri pariwisata. seharusnya masyarakat memiliki peranan dan keterlibatan baik untuk mengelola maupun memasarkan produkproduk pariwisata agar dapat menjadi sumber potensial bagi daerah. Adanya 7
pariwisata tersebut berdampak pada masyarakat Dusun Suwanting khususnya meningkatkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi. Karena dari sebuah pariwisata pendakian, para wisatawan atau pendaki akan membutuhkan baik informasi mengenai Taman Nasional Gunung Merbabu, maupun keperluan lainnya. Demi keberhasilan industri pariwisata maka dibutuhkan keterlibatan masyarakat untuk mengembangkan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Suwanting. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Partisispasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, masalah–masalah yang ada dapat diindentifikasai sebagai berikut: 1. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan minimnya lapangan pekerjaan menyebabkan tingginya angka pengangguran. 2. Magelang memiliki potensi baik segi pertanian, budaya, religi, maupun alam namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi wisata. 3. Perlunya
partisipasi
masyarakat
dalam
mendukung
pengembangan
kebudayaan dan pariwisata untuk meningkatkan pembangunan dalam mengoptimalkan potensi lokal.
8
2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? 3. Faktor
apa
yang
mendorong
dan
menghambat
masyarakat
untuk
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? E. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah yang ada, dalam penelitian inipenulis mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu.Dusun Suwanting. 2. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. 3. Mendeskripsikan faktor yang mendorong dan menghambat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu. F. Manfaat Penelitian Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagaiberikut: 1. Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi keilmuan pada civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan khasanah keilmuan dan pengetahuan terutama di bidang ke 10
PLS-an, khususnya dalam hal keterlibatan masyarakat (partisipasi) dalam hal pembangunan. 2. Bagi masyarakat lokal Dusun Suwanting, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak pengelola pariwisata untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu serta bahan pertimbangan dan acuan dalam membuat program-program yang terkait dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. 3. Bagi Penulis, penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan baru dalam kegiatan pengelolaan organisasi terutama dalam sektor pariwisata. Selain itu, memperoleh pengalaman nyata dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapannya.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan tentang Partisipasi Masyarakat a. Pengertian Partisipasi Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk mengembangkan potensi masyarakat sehingga mampu memperbaiki kualtias hidup masyarakat. Untuk mencapai pemberdayaan masyarakat tentu dibutuhkan adanya partisipasi, partisipasi
dimaksudkan
sebagai
keterlibatan
aktif
masyarakat
dalam
pemberdayaan. Partisipasi merupakan, suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, partisipasi merupakan kesediaan seseorang dalam melancarkan suatu program sesuai kemampuan dan kenginannya tanpa mengesampingkan yang lain agar program dapat berhasil. Keterlibatan seseorang akan sangat mempengaruhi keberhasilan program, dengan adanya partisipasi ini seseorang dapat mengemukakan suara baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan atau bahkan dalam evaluasi/ hasil program itu sendiri. Partisipasi bisa terjadi antara sesama anggota masyarakat atau masyarakat dengan pemerintah. Partisipasi merupakan suatu tanda permulaan dari adanya pemberdayaan masyarakat yang nantinya akan mampu mengembangkan menjadi masyarakat yang mandiri (Ndraha, 1987 :102).
12
Dalam pengembangan masyarakat partisipasi sebagai bagian penting dalam pencapaian tujuan, karena partisipasi merupakan keterlibatan dalam setiap proses pembangunan. Partipasi dilakukan sebagai akibat dari adanya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat lainnya. Adanya pasrtipasi dalam kelompok mampu menyokong pencapaian tujuan dengan ikut bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan mengambil bagian dari kegiatan kelompoknya. Partisipasi akan menciptakan jaringan sosial baru dengan berusaha melaksanakan tahapan kegiatan sesuai dengan tujuan akhir yang dinginkan kelompok. Pendidikan partisipatif merupakan sebuah pendidikan yang melibatkan semua komponen pendidikan, khususnya peserta didik atau dalam konteks ini adalah masyarakat. Masyarakat diyakini sebagai orang dewasa, sehingga pendekatan yang dilakukan menggunakan andragogi, atau ilmu mengaar orang dewasa. Dalam mengembangkan andragogi Malcolm (1913: 43) mengemukakan “To summarize, andragogy is premised on at least these four crucial assumptions about the characterictics of learners that are different from the assumptions on which traditional pedagogy is premised. These assumptions are that as individuals mature : (1) their self-concept moves from one being a dependent personality toward being a self-directed human being, (2) they accumulate a growing reservoir of experience ntahat becomes an increasingly rich resource for learning, (3) their readiness to learn becomes oriented increasingly to the developmental tasks of their sosial roles, dan (4) their time perspective changes from one of postponed application of knowledge to immediacy of application and accordingly, their orientation toward learning shifts from one of subject-centeredness to one of perfomance-centeredness.”
13
Partisipasi menekankan kepada rakyat yang memiliki peran pembuatan keputusan. Rakyat
yang awalnya tidak pernah terlibat
dalam
suatu
pengembangan, kini menjadi titik fokus dalam pengendalian terhadap sumber daya dan institusi sehingga semua aspirasi, ide ataupun tenaga dapat berkontribusi aktif dalam pengembangan sebagai bentuk partisipasi. Partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteran rakyat. Partisipasi sering kali disangkut pautkan dengan pemberdayaan masyarakat demi kelangsungan hidup masyarakat dan pembuatan keputusan secara politis. Secara umum dalam program pemerintah, partisipasi merupakan cara untuk menggerakkan masyarakat dan melibatkan mereka dalam meningkatkan efisiensi sistem penyampaian, serta sebagai upaya untuk menjamin peningkatan peran masyarakat dalam inisiatif-inisiatif pembangunan (Ife, 2008 : 296-297). Konsep partisipasi itu sendiri telah lama menjadi bahan kajian. Kata “partisipasi” dan “patisipatoris” merupakan dua kata yang sangat sering digunakan dalam bangunan. Keduanya memiliki banyak makna yang berbeda. Pengertian partisipasi menurut Mikkelsen (2011:58), antara lain sebagai berikut: “(a) partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. (b) partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk menanggapi proyekproyek pembangunan. (c) partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. (d) partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial. (e) partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam 14
perubahan yang ditentukan sendiri. (f) partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.” Pentingnya partisipasi adalah sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat dapat dilibatakan dalam identifikasi masalah, masyarakat bersama perencana mengidentifikasi persoalan, baik peluang, potensi serta hambatan. kedua, bahwa masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan, yang masyarakat dilibatkan dalam penyusuanan perencanan dan strategi melalui identifikasi masalah sebelumya. Ketiga, pelaksanaan proyek pembangunan, keempat
adalah
evaluasi
masyarakat
dilibatkan
dalam
menilai
hasil
pembangunan yang telah dilakukan. Kelima adalah mitigasi yaitu masyarakat terlibat dalam mengukur serta mengurangi dampak negatif pembangunan serta keenam adalah monitoring adalah proses pembangunan yang dilakukan dapat berkelanjutan (Alfitri, 2011: 37). Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai: (i) Pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, (ii) Pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan (iii) Pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup masyarakat yang didukung oleh tata kelola yang menjaga pelaksanaan pembangunan yang akan meningkatkan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Bappenas, 2014: 1). Partisipasi adalah proses inisiatif dan aktif yang muncul di masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga factor pendukungnya yaitu adanya kemauan, kemampuan, dan kesempatan 15
untuk berpartisipasi. Dari situ dapat diketahui bahwa unsur penting dari partisipasi adalah harus ada tujuan bersama yang hendak dicapai, adanya dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan bersama, dan harus ada keterlibatan masyarakat baik secara mental, emosi, maupun fisik yang disertai oleh tanggungjawab bersama demi terwujudnya sebuah tujuan bersama. Keterlibatan masyarakat dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. b. Partisipasi Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi. Masyarakat terutama tingkat lokal menjadi basis pembangunan, yang manifestasinya berupa pemberian
kewenangan
dan
peningkatan
kapasitas
untuk
mengelola
pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, dan pelaksanaanya. Untuk itulah dalam pembangunan diperlukan adanya strategi yang mampu meningkatkan peran energi internal sebagai pendorong dinamika pembangunan (Soetomo, 2013: 53). Dalam
kegiatan
pembangunan,
partisipasi
masyarakat
merupakan
perwujudan dari kesadaran dan kepedulian yang serta tanggungjawab masyarakat
terhadap
pentingnya
pembangunan
yang
bertujuan
untuk
memperbaiki mutu hidup mereka. Dalam hal ini partisipasi mengandung makna adanya kesadaran dalam kegiatan pembangunan tidak hanya dilakukan oleh aparat saja, namun membutuhkan keterlibatan masyarakat yang akan 16
memperbaiki dan diperbaiki mutu hidupnya. Masyarakat juga ikut ambil bagian dalam kegiatan masyarakat. Menurut Aprilia Theresia (2014) partisipasi masyarakat di dalam pembangunan mencakup partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang program- program pembangunan setempat, partisipasi masyarakat sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, ataupun bentuk lainnya. Partisipasi masyarakat pada dasarnya juga merupakan keterlibatan dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan, untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku. Partisipasi masyarakat juga mencakup adanya pemanfaatan hasil pembangunan, seperti pemanfaatan MCK umum, Puskesmas dan lain sebagainya. Partisipasi masyarakat, menekankan pada partisipasi langsung warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan proaktif dan reaktif terhadap pembangunan dan pelaksanaan program, dengan melakukan sebuah kesepakatan, tindakan dan pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara (Dwiningrum, 2015 : 56). Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melibatkan perencanaan, pengorganisasian dan pengembangan berbagai aktivitas program yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat serta membina kemandirian masyarakat, baik itu secara ekonomi, sosial, maupun 17
politik.
Partisipasi
masyarakat
dibutuhkan
untuk
revitalisasi
konsep
pembangunan, untuk menghasilkan sebuah perubahan positif bagi kehidupan. (Alfitri, 2011: 39). Jadi dalam penelitian kali ini partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan, pengorganisasian dan pengembangan program guna memperbaiki kualitas hidup masyarakat dalam pembangunan. c. Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat Menurut Dusseldorp (1981) dalam Aprilia Theresia, (2014) identifikasi dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat berupa: 1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok. 3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. 4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat. 5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. 6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya. Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2015: 58), partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
18
a. Partisipasi fisik Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah. b. Partisipasi non fisik Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah. Huraerah, (2011 :116) juga menyebutkan beberapa bentuk partisipasi yaitu: 1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan dalam anjang sono, pertemuan atau rapat. 2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya. 3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain yang bisaanya berupa uang, makanan, dan sebagainya. 4. Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri. 5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
19
Menurut Soedradjat (2000: 5) kontribusi peran serta berupa bantuan sumbangan berbentuk gagasan, tenaga dan materi dalam proses perencanaan pengelolaan adalah: (1) Pemberian informasi, saran, pertimbangan dalam penyusunan strategi pengelolaan, (2) Pemberian sumbangan spontan berupa uang dan barang, (3) Pegidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas perencanaan pengelolaan, (4) Pemberian sumbangan kerja dalam merumuskan perencanaan pengelolaan, (5) Bantuan tenaga ahli, (6) Bantuan pendanaan dan proyek yang sifatnya berdikari. Dari beberapa paparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk dan jenis partisipasi masyarakat yang bisa diberikan untuk suatu pengembangan kualitas hidup masyarakat adalah sumbangan kerja dalam pengambilan keputusan, implementasi, pemanfaatan dan evaluasi bisa berupa sumbangan dana, pikiran, tenaga, dan keahlian. d. Tahap partisipasi Menurut Taliziduhu Ndraha (1987) mengemukakan bahwa bentuk tahapan partisipasi terbagi menjadi 6 bagian, yakni: 1. Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosial. 2. Partisipasi dalam menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik menerima dengan lapang atau dengan syarat atau bahkan menolaknya.
20
3. Partisipasi
dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan
keputusan. 4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasioanal pembanguan. 5. Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan. 6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya daoat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yudan Hermawan dan Yoyon Suryono (2016: 6) menyebutkan bahwa tahapan partisipasi partisipasi masyarakat ada 4 yakni partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengambilan manfaat. Menurut Priasukmana dan Mulyadin (2001: 39-40) menjabarkan bentuk partisipasi masyarakat pada setiap tahapan pengembangan desa wisata seperti pada dibawah ini: Table 2. Tahapan Partisipasi dalam Pengembangan Desa Wisata No 1
Tahap Partisipasi Perencanaan
2
Pelaksanaan Pembangunan
3 Pengelolaan 4
Evaluasi
Indikator Survey lapangan Penyusunan rencana tapak Penyusunan anggaran dan sumber anggaran Perencanaan SDM Pengembangan prasana Pelaksanaan pembangunan Perekrutan SDM Pengorganisasian Promosi Penelitian dan pengembangan Pelaporan 21
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tahapan partisipasi
dalam
perencanaan dimulai dengan survey lapangan untuk identifikasi masalah atau potensi pariwisata, dilanjutkan dengan pertemuan atau sosialasi pariwisata untuk menyusun sebuah perencanaan dengan berkonsultasi dengan berbagai pihak diikuti oleh besarnya jumlah anggaran. Tahapan partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan berupa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perbaikan struktur, pemberian sumbangan dana, tenaga, dan lainnya untuk kegiatan pariwisata, dan dilanjutkan dengan pelatihan pariwisata. Partisipasi dalam pengelolaan perekrutan sumber daya manusia (tenaga pemungut retribusi, tukang parkir, dll), berpartisipasi dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata, mendukung dan mempromosikan pariwisata. Tahapan partisipasi dalam evaluasi berupa ikut mengawasi kegiatan pariwisata, mengevaluasi penyelengaraan pariwisata, terlibat dalam penelitaian dan pengembangan serta menyusun laporan evaluasi untuk pengembangan pariwisata. Setiap tahap proses penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan berjalan sesuai yang mereka inginkan apabila mereka sendiri yang terlibat dalam proses penyelesaiannya, dimulai dari perencanaan sampai pada tahap akhir yaitu evaluasi. Dari beberapa teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tahapan partisipasi ada perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, dan evaluasi.
22
Pada dasarnya partisipasi bukanlah jaminan pencapaian tujuan diadakannya program, namun keberhasilan suatu program dapat dilihat dari teknis, bentuk, dan tahapan partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. e. Manfaat partisipasi Masyarakat lokal pada sebuah destinasi wisata harus terlibat dalam pengembangannya dan mendapat manfaat dari pengembangan tersebut. Menurut Suansri (2003) dalam Sunaryo (2013: 142) pariwisata berbasis masyarakat dapat memberikan manfaat yang meliputi 5 dimensi pengembangan yang merupakan aspek utama pembangunan kepariwisataan sebagai berikut : a. Dimensi
Ekonomi:
dengan
indikator
berupa
adanya
dana
untuk
pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di
sektor
pariwisata, berkembangnya pendapatan masyarakat lokal dari
sektor pariwisata. b. Dimensi Sosial: dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran gender yang adil antara laki-laki dan perempuan, generasi muda dan tua, serta memperkuat organisasi komunitas. c.
Dimensi Budaya: dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk menghormati nilai budaya yang berbeda, membantu
berkembangnya
pertukaran buaya, berkembangnya nilai budaya pembangunan yang melekat erat dalam kebudayaan setempat.
23
d. Dimensi Lingkungan: dengan indikator terjaganya daya dukung lingkungan, adanya sistem pengelolaan sampah yang baik, meningkatnya kepedulian akan perlunya konservasi dan preservasi lingkungan. e. Dimensi Politik: dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, dan adanya jaminan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Dalam konteks pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, partisipasi masyarakat penting untuk terus didorong untuk mendistribusikan keuntungan keuntungan dari kegiatan kepariwisataan yang berlangsung kepada masyarakat secara langsung f. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Tumbuh dan kembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, mensyaratkan adanya kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat oleh pemerintah, karena masyarakat merupakan obyek dari adanya pembangunan. Dilain pihak partisipasi masyarakat juga ditentukan oleh adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat akan berkembang apabila terdapat kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Theresia (2014: 208) kesempatan untuk berpartisipasi dapat diberikan pada kesempatan untuk ikut andil dalam dunia politik mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan pembangunan, kesempatan untuk memperoleh hasil informasi pembangunan kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan, kesempatan memperoleh dan menggunakan teknologi, kesempatan 24
berorganisasi, dan kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat. Kesempatan yang diberikan merupakan faktor pendorong tumbuhnya partisipasi dan harus diimbangi oleh kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kemauan masyarakat untuk berpartisipasi juga ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya. Dalam penjelasan teori partisipasi, Jim Ife & Frank Teoriero (2008: 309-314) mengemukakan bahwa program pengembangan masyarakat harus mendorong pengakuan dan peningkatan hak maupun kewajiban untuk berpartisipasi. Kondisi yang mendorong partispasi adalah sebagai berikut: 1. Orang yang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. 2. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. 3. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. 4. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya. 5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan masyarakat yang tidak bisa berpikir cepat, kurang percaya diri dan lain-lain. 25
Berdasarkan hasil penelitian di Jamaika (Ndraha, 1987:105) , bahwa masyarakat tergerak untuk ikut berpartisipasi jika: 1. Jika partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. 2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan. 3. Manfaat yang diperolah melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat. 4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang atau berperan dalam pengambilan keputusan. Dalam partisipasi juga terdapat faktor yang menghambat partisipasi masyarakat menurut Watson (dalam Soetomo, 2008:214) mengatakan bahwa ada beberapa kendala (hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari kepribadian individu salah satunya adalah ketergantungan.
Ketergantungan
masyarakat
terhadap
pemerintah
dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka sendiri. Selain itu juga terdapat faktor internal dan eksternal sebagai penghambat dari partisipasi masyarakat. Faktor internal berasal dari individu dalam kelompok 26
masyarakat itu sendiri seperti jenis kelamin, tinfkat pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari stakeholder yang mempunyai pengaruh penting dalam kesuksesan program seperti pemerintah daerah, RT/RW ataupun yang lainnya (Devianti, 2013 : 384). Partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu kunci kesejahteraan sosial. Keterlibatan masyarakat baik secara fisik, pemikiran, material maupun finansial diharapkan akan meningkatkan rasa, kebersamaan dan rasa memiliki proses dan hasil pembangunan dikomunitas tersebut. Jadi terdapat kaitan yang erat antara pemberdayaan dan partisipasi. Tanpa adanya partisipasi masyarakat suatu program tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Adanya partisipasi masyarakat maka masyarakat merasa dilibatkan dalam sebuah program dimana program tersebut akan membuat suatu perubahan kearah yang lebih baik. 2. Tinjauan Pustaka tentang Pengembangan Pariwisata Pengembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dar kata kerja “berkembang”, yang berarti: (a) mekar terbuka, (b) menjadikan besar (luas,merata), (c) menjadikan maju (baik, sempurna). Pengembangan obyek wisata pada dasarnya adalah proses bagaimana menjadikan sebuah objek wisata dapat berkembang dan sebagai pusat wisata yang memiliki unsur hiburan dan pendidikan. Pembangunan sektor pariwisata pariwisata sangat potensial untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya (Marpaung, , 2000: 49). 27
Sehingga pengembangan Pariwisata disini bisa diartikan sebagai kegatan menjadikan maju sebuah pariwisata, untuk menikmati wisata alam Taman Nasional Gunung Merbabu khususnya dalam pariwisata pendakian. a. Konsep Pariwisata Pengembangan sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan serta dapat memberikan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pengembangan sektor pariwisata ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pemerintah terutama dari segi pembiayaan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Pariwisata merupakan sebuah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Wisatawan mengadakan perjalanan untuk memuaskan hasrat ingin tahu, untuk mengurangi ketegangan pikiran, beristirahat dan mengembalikan kesegaran pikiran dan jasmaninya pada alam lingkungan yang berbeda (Spillane, 1993:21). Sedangkan menurut Burkart dan Medlik (1981: 4) pariwisata memiliki ciriciri: mengadakan perjalanan dan tinggal di berbagai tempat tujuan yang bersifat berbeda dari tempat yang ditinggal dengan kegiatan yang berbeda pula, mendapatkan pengalaman dengan maksud kembali ke tempat semula dan bersifat sementara dan tidak dimaksudkan untuk menetap. Seorang pelancong melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan bersifat sementara, dengan 28
harapan mendapatkan kenikmatan baru dan perubahan yang dialami selama perjalanan. Komponen pariwisata menurut Burkart danMedilk (1981: 46) ada tiga yaitu atraksi wisata sebagai daya tarik wisata, amenitas merupakan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah tujuan wisata, dan aksesbilitas sebagai suatu fungs jarak dari pusat penduduk untuk pasar wisatawan dan juga transportasi dan telekomunikasi yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk menuju destinasi wisata tersebut. Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut objek atau atraksi wisata. Objek wisata merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan alam, kebudayaan, perkembangan ekonomi, politik dan lain sebagainya. Pariwisata merupakan an agent of cultural changes yang dapat mempengaruhi perjalanan orang-orang, cara berpikir masyarakat yang dikunjungi, tatacara dan adat istiadat penduduk yang dikunjungi serta upacara keagamaan. Di Dusun Suwanting sendiri pariwisatanya dalam bentuk pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu. Pendakian yang dimaksud disini adalah pendakian gunung, dimana definisi dari pendakian adalah suatu olahraga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi mulai dari hill walking sampai ke ekspedisi pendakian ke puncak puncak yang diinginkan.
29
b. Pengembangan Pariwisata Potensi pariwisata mampu menjadi devisa besar bagi negara sebagai bidang usaha setelah perminyakan dan perdagangan senjata. Pariwisata merangsang tumbuhnya usaha-usaha ekonomi tertentu yang saling merangkai dam saling menunjang. Pengembangan pariwisata akan memperluas kesempatan kerja. Pengembangan pariwisata juga akan menimbulkan perubahan-perubahan sosial di kalangan masyarakat setempat baik itu negatif ataupun positif. Untuk mencegah kepada perubahan yang negatif maka perlu dilakukan perencanaan yang mencakup aspek sosial, dengan melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengembangan. JJ. Spilane (1993:135) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata ditinjau dari sudut pelaksanaanya yang lebih bersifat tekhnis operasional, maka prinsipnya ialah: a. Pembinaan
produk
wisata
merupakan
usaha
terus
menerus
untuk
meningkatkan mutu maupun pelayanaan dari berbagai unsure produk wisata itu. b. Pemasaranan merupakan kegiatan yang sangat penting, sehingga pembeli mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya. Dalam pengembangan pariwisata, perlu adanya pelayanan yang membawa kemudahan untuk para wisatawan yang bisa dirangkum dengan adanya biro perjalanan, atau paket wisata. Sebagai seorang pramuwisata diperlukan faktor yang mendukung untuk kelancaran perjalanan pariwisata, diantaranya yakni 30
informasi tentang sesuatu yang ngin dilihat dan disaksikan oleh wisatawan, penggunaaan bahasa yang mudah dimengerti oleh wisatawan, ketrampilan bergaul dengan semua orang yang terkait dengan proses perjalanan, mengetahui seluk beluk operasional biro perjalanan termasuk tujuan wisata. Tujuan
pengembangan
pariwisata
menurut
Soekadijo
(1996:
112)
diantaranya adalah untuk mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi, yaitu antara lain: “a) Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan, perkembangan serta perbaikan fasilitas pariwisata. b) Mengubah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata. c) Memperluas pasar barang-barang lokal. d) Memberi dampak positif pada tenaga kerja, karena pariwisata dapat memperluas lapangan kerja baru (tugas baru di hotel atau tempat penginapan, usaha perjalanan, industri kerajinan tangan dan cendera mata, serta tempat tempat penjualan lainnya).” Upaya pengembangan pariwisata bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Menurut Suwantoro (2004: 55), langkah pokok dalam pengembangan pariwisata berupa optimasi, konsolidasi dan pengembangan dan penyebaran dalam jangka panjang adalah: a. Mempertajam dam memantapkan citra kepariwisataan. b. Meningkatkan mutu kerja. c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan. d. Manfaatkan produk yang ada. e. Memperbesar saham dari pasar wisata yang telah ada.
31
Dan indikator yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan pengembangan pariwisata adalah: 1. Promosi , pelaksanaan upaya pemasaran yang selaras dan terpadu. 2. Aksesbilitas, sebagai pengembangan lintas sektoral. 3. Kawasan
pariwisata,
(meningkatkan
peran
serta
pemrintah
dalam
pengembangan pariwisata, memperbesar dampak positif, dan mempermudah pengendalian dampak lingkungan). 4. Produk wisata, upaya menampilkan produk wisata yang bervariasi. 5. Sumber daya manusia, memiliki keahlian dan ketrampilan pelayanan pariwisata. Selain itu evaluasi pengunjung atau wisatawan juga menentukan pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata bisa diukur dengan kepuasan pengunjung dan pelajaran yang dipetik dalam hubungan dengan bidang evaluasi pengunujung dalam kurun waktu kunjungan. Seperti mengukur reaksi pengunjung tentang kepuasan pelayanan. Evaluasi pusat-pusat penafsiran yang dimaksudkan untuk menafsirkan, mengulas dan merangsat minat dan gairah pada lingkungan yang akan dikunjungi wisatawan yang dilihat dari pusatpusat pengunjung. Evaluasi keadaan seperti keaslian, kesesuaian oranglingkungan dan kesadaran-ketidaksadaran pikiran sangat besar gunanya dalam memahami pilihan-pilihan dan perilaku pengunjung. Citra yang baik dari suatu produk wisata akan mendorong perkembangan usaha pariwisata. Pariwisata akan berhasil apabila terdapat kerjasama saling 32
mendukung dan memerlukan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan meningkatnya kesejahteraan sosial ekonomi menuntut pelayanan dan produk wisata yang lebih baik dan bermutu. Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata terlihat dari memantapkan citra pariwisata melalui peningkatan promosi dan aksesbilitas, dan serta peningkatan mutu dan pelayanan melalui peningkatan keahlian-keahlian sumber daya manusia. c. Pariwisata Berkelanjutan Pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) berlandaskan pada upaya pemberdayaan, baik dalam arti ekonomi, sosial, maupun kultural merupakan suatu model pariwisata yang mampu merangsang tumbuhnya kualitas osio-kultural dan ekonomi masyarakat seta menjamin kelestarian lingkungan. Menurut Damanik dan Weber (2005: 26) mengartikan pembanguna berkelanjutan adalah pembangunan sumber daya (atraksi, aksesbilitas, amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang. Menurut
Sunaryo,
(2013:
45-47)
substansi
pokok
pembangunan
kepariwisataan yang diselenggarakan di Indonesia adalah pembangunan kepariwisataan yang harus mampu mendapatkan dukungan secara ekologis dan juga layak secara ekonomi, layak secara etika, dan berkeadilan sosial terhadap masyarakat terkait. Wawasan pembangunan berlanjut pada prinsipnya 33
merekomendasikan
untuk
menakar
keberhasilan
kinerja
pembangunan
kepariwisataan yang paling tidak melalui 4 parameter utama, yakni: a. b. c. d.
Mampu berlanjut secara lingkungan. Dapat diterima oleh lingkungan sosial dan budaya setempat. Layak dan menguntungkan secara ekonomi. Memanfaatkan teknologi yang layak untuk diterapkan di lingkungan tersebut. Tujuan pembangunan berlanjut pada dasarnya harus selalu diupayakan agar
dapat berkinerja dan bermuara pada pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan kepariwisataan. Ilustrasi indikator kepariwisataan berlanjut dapat diliha pada gambar 1..
Kualitas Hidup : - Keterpaduan komunitas - Kelayakan ekonomi - Dampak sosial
Kualitas Pengalaman
Kualitas Sumber Daya
- Keunikan - Keingintahuan mendalam - - imagnasi dan interpretasi
- Keutuhan - Daya dukung - pelestarian
Gambar 1. Ilustrasi Indikator Kepariwisataan Berlanjut Dari uraian diatas, maka dalam pariwisata yang berkelanjutan diperlukan keterlibatan semua pemangku kepentingan di bidang pariwisata untuk mengintegrasikan kerangka pengelolaan pariwisata. Pemangku kepentingan baik dari industri pariwisata, konsumen, investor dan developer, pemerhati dan penggiat warisan dan pelestari budaya, pemerintah dan pelaku ekonomi lokal dan nasional termasuk dalam bidang pendidikan untuk pengembangan. 34
Pendidikan Luar Sekolah sebagai jurusan yang mengarapi bidang pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi potensi-potensi yang ada di masyarakat baik potensi masyarakat maupun potensi alam sendiri untuk tujuan pembangunan. Pemberdayaan identik dengan pendidikan termasuk Pendidikan Luar Sekolah sebagai usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pembangunan pada prinsipnya dalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik atau untuk peningkatan kesejahteraan. Melalui
ilmu-ilmu
pemberdayaan masyarakat
Pendidikan Luar Sekolah dalam bentuk pendidikan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan khususnya masyarakat dapat berupa pelatihan-pelatihan tertentu dengan strategi tertentu untuk mengembangkan pariwisata yang didasarkan pada kearifan lokal. d. Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Salah satu dari tujuan pengembangan pariwisata adalah mengentaskan kemiskinan penduduk, yang telah menjadi masalah klasik yang belum benarbenar terselesaikan, maka perlu dilakukan sebuah pendekatan dengan pariwisata berbasis masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses yang tidak saja hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat yang sedang tidak berdaya, namun demikian juga harus berupaya meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga diri, serta terpeliharanya nilai budaya 35
setempat. Pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata juga dilihat dari pemangku kepentingan.
PEMERINTAH Fasilitator dan regulator
SWASTA Industri/ pengembang / investor
Tuan rumah/ pelaksana/ subjek
Gambar 2. Ilustrasi pemangku kepentingan dalam pariwisata Dalam
pembangunan
pengembangan
kepariwisataan
kepariwisataan
yang
dikenal
berorientasi
strategi pada
perencanaan pemberdayaan
masyarakat yang mengedepankan peran dan partisipasi masyarakat sebagai subjek pembangunan kepariwisataan guna meninkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya (Sunaryo, 2013: 217-219). Menurut Janianton Damanik, dkk, (2005) pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menegaskan bahwa masyarakat bukan lagi menjadi obyek pembangunan akan tetapi sebagai penentu pembangunan itu sendiri. Penyusunan perencanaan dalam skala lokal merupakan syarat awal dalam upaya membangun pariwisata berbasis masyarakat ini, yang mampu mengakomodasikan semua kebutuhan dalam kerangka tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang, dan perencanaan disusun bersama dengan komunitas yang ada. Penunjang lainnya dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini adalah: 36
a. Program-program pelatihan yang praktis dan mendorong tumbuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing. b. Mendorong tumbuhnya kemitraan dalam bentuk ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergik. c. Mendorong tumbuhnya kekuatan lokal untuk bersaing dalam hal kekuatan pariwisata sebagai keunikan yang tidak dimiliki pesaing. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan aktivitas ekonomi yang penting dimana jika dikembangkan dengan tepat mampu mengatasi berbagai masalah pembangunan, perdamian dan keselarasan masyarakat dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinamubungan. Dukungan dari pihak pemerintah pun juga dibutuhkan sebagai mekanisme utama untuk pemberdayaan masyarakat serta membuat kerangka kebijakan yang menentukan tantangan penting dan peluang bagi pariwisata berbasis masyarakat. Tindakan pemerintah yang bisa dilakukan sebagai upaya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah mengembangkan pendekatan institusional pemerintah,
regulasi
otonomi
daerah,
memperkuat
kontrol
pelestarian
lingkungan dan perencanaan penggunaan lahan. Membuat program pelatihan ketrampilan sebagai dorongan pengentasan kemiskinan dalam pariwisata berbasis masyarakat. Menyediakan bantuan tambahan untuk pengembangan bisnis mikro dan kecil, mengintensifkan keterlibatan bisnis perjalanan di dalam proyek pariwisata berbasis masyarakat dan menekankan pelatihan sumber daya manusia sebagai bagian yang relevan dari sektor wisata. 37
Sunaryo
(2013:
218-219)
menyatakan
bahwa
untuk
mewujudkan
pengembangan pariwisata berjalan dengan baik dan dikelola dengan baik maka hal yang paling mendasar dilakukan adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan yang luas dari komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk masyarakat setempat. Masyarakat lokal memiliki kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan kepariwisataan, selain pihak pemerintah dan industri swasta. Berdasarkan
konsep
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pembangunan
kepariwisataan maka upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan pada hakikatnya harus diarahkan pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Meningkatnya kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat pembangunan kepariwisataan. 2. Meningkatnya posisi dan kualitas keterlibatan/ partisipasi masyarakat. 3. Meningkatnya nilai manfaat positif pembangunan kepariwisataan bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata. Berdasarkan pendapat tersebut terlihat bahwa pariwisata berbasis masyarakat atau Comunity-Based Tourism (CBT) merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal. Karena dalam CBT, komunitas merupakan aktor utama dalam proses pembangunan pariwisata. Tujuan utama untuk peningkatan standar kehidupan 38
masyarakat, dimana masyarakat memiliki partisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata yang ada bisa dalam proses pengambilan keputusan maupun distribusi keuntungan yang diterima masyarakat dari pengembangan pariwisata dan masyarakat memiliki ruang kontrol untuk tata kelola kepariwisataan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat. Sektor pariwisata mampu menjalankan fungsi sebagai katup pengaman disaat krisis sekaligus memberikan dampak-dampak ganda yang cukup besar pada pertumbuhan sektor lain. Perkembangan ini pun mampu menghidupkan banyak usaha kecil sektor informal yang terkait dengan kegiatan wisata antara lain asongan, warung, jasa pemandu wisata dan sebagainya. Kemiskinan sebagai fenomena multidimensional, mencakup dimensi-dimensi kerentanan, deprivasi baik ekonomi mapun sosial, ketidak-berdayaan, marginalisasi, alinasi, ketidakamanan dan sebagainya. Untuk itulah adanya kebijakan publik di bidang pariwisata yang berguna untuk mengurangi kemiskinan. Menurut Damanik, dkk, (2005: 53) industri pariwisata memiliki karakteristik seperti: a. Konsumen datang ke tempat tujuan, sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan komuditi dan pelayanan. b. Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversikan ekonomi lokal yang dapat menyentuj kawasan-kawasan marginal. c. Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yang terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah.
39
d. Tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya dan modal alam yang seringkali merupakan asset yang dimiliki kalangan menengah kebawah. Dari situlah dapat diketahui bahwa indusri pariwisata dapat berdampak pada pengentasan kemiskinan dimasyarakat. Potensi-potensi budaya dan alam yang ada dapat dimanfaatkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk pengembangan masyarakat. Pariwisata pendakian sebagai salah satu sarana pelayanan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerah dengan pariwisata berbasis masyarakat sebagai bentuk pemberdayaan. Jadi pariwisata berbasis masyarakat juga merupakan salah satu sarana pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan pariwisata, yang menekankan pada keterlibatan masyarakat lokal dalam usaha-usaha kepariwisatawan yang juga bisa mendapatkan keuntungan dari kepariwisatawan yang ada seperti kesempatan untuk mendukung aktivitas ekonomi tradisional, memberikan kemampuan
pada
masyarakat
untuk
melakukan
kegiatan
komersial,
meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam berusaha, memberikan kapasitas dan peluang kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan kualitas kehidupan melalui akses terhadap interaksi dengan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan yang tercipta. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah masyarakat dilibatkan dilibatkan dalam pengembangan pariwisata. Dalam hal ini pengembangannya 40
berupa memantapkan citra pariwisata melalui peningkatan pemasaran dan aksesbilitas, dan serta peningkatan mutu dan pelayanan melalui peningkatan keahlian-keahlian sumber daya manusia. Jadi pariwisata berbasis masyarakat merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui sektor pariwisata, dimana pemberdayaan masyarakat adalah salah satu ranah pendidikan luar sekolah. 3. Tinjauan Pustaka Tentang Taman Nasional Gunung Merbabu a. Pengertian Taman Nasional Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56 /Menhut-II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional Menteri Kehutanan, Taman Nasional merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) baik daratan maupun perairan yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan menunjang budidaya, kebudayaan dan pariwisata dan rekreasi alam. Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draf rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspekaspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Pedoman zonasi taman nasional bertujuan untuk mewujudkan sistem pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan fungsinya. 41
Penataan zona taman nasional didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (Taman Nasional Gunung Merbabu), sebelumnya merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani dalam wilayah KPH Kedu Utara dan KPH surakarta, dan Taman Wisata Alam Tuk Songo yang merupakan salah satu kawasam konservasi dibawah pengelolaan Balai KSDA Jawa Tengah. b. Letak Geografis Taman Nasional Gunung Merbabu Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan satu dari 50 Taman Nasional di Indonesia. Taman Nasional Gunung Merbabu ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomr : 135/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada kelompok Hutan Merbabu seluas ± 5.725 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Semarang, dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Dalam melakukan pengelolaan kawasan, Taman Nasional Gunung Merbabu dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah yaitu SPTN Wilayah I Kopeng di Kabupaten Semarang dan Boyolali, dan SPTN Wilayah II di Krogowanan d Kabupaten Magelang dan Boyolali. Dibawah SPTN juga telah dibentuk pengelolaan berbasis Resort yakni: Wilayah SPTN 1 Kopeng terdiri dari Resort Kalipasang dan Resort Samuncar dan Wilayah SPTN II Krogowanan terdiri dari Resort Wekas dan Resort Wonolelo.
42
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian kali ini adalah : 1. Penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo Di Desa Bejiharjo,Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul” oleh Nur Rika Puspita Sari mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program dan kontribusi Kelompok Sadar Wisata Dewa Bejo dalam mengembangkan obyek wisata sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat serta bentuk pemberdayaan dan perubahan yang ada juga mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan obyek wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pemberdayaan masyarakat
untuk menganalisis
bentuk dan kontribusi apa yang dilakukan masyarakat kelompok sadar wisata dalam sebuah program untuk pengembangan obyek wisata . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata meliputi lahirnya suatu pemikiran, sehingga muncul beberapa program yang menunjang pengembangan obyek wisata dengan melibatkan masyarakat setempat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rika Puspita Sari dengan peneliti adalah meneliti tentang kontribusi yang diberikan masyarakat pada pengembangan obyek wisata. Sedangkan perbedaannya terdapat pada 43
spesifikasi penelitian jika pada penelitian Nur Rika meneliti tentang upaya pemberdayaan masyarakatnya, sedangkan peneliti lebih spesifik hanya pada partisipasi masyarakatnya dimana partisipasi muncul karena adanya pelatihan atau upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. 2. Penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul” oleh Sigit Nurdiyanto mahasiswa program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dan faktor-faktor yang mendorong program untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata Bleberan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kesejahteraan sosial untuk menganalisis intervensi komunitas pada partisipasi masyarakat yang merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wsata di Desa Bleberan terlihat aktif yang dapat dilihat dari adanya keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pengembangan desa wisata. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sigit Nurdiyanto dengan peneliti adalah sama meneliti tentang bentuk partisipasi masyarakat dan faktor pendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek kajiannya, jika Sigit Nurdiyanto fokus meneliti tentang partisipasi 44
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Bleberan, peneliti fokus meneliti tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat Taman Nasional Gunung Merbabu dimana masyarakat menjadi aktor utama dalam pengembangan pariwisata. 3. Penelitian
yang
berjudul
“Partisipasi
Masyarakat
Lokal
Dalam
Pengembangan Desa Belandingan Sebagai Desa Wisata Di Kabupaten Bangli” oleh I Gede Made Sukariyanto Jurusan Kepariwisataan Program Studi Destinasi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Kementerian Pariwisata 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk
partisipasi
masyarakat
lokal
pada
setiap
tahapan
pengembangan Desa Wisata Belandingan di Kabupaten Bangi serta mengetahui hambatan yang dihadapi oleh masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan adalah partisipasi masyarakat dengan prinsip Community Based Tourism yang dijadikan dasar dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat khususnya desa wisata, dimana masyarakat sendirilah yang mengelola serta nantinya dapat menikmati kekayaan yang dimiliki oleh desa atau daerahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan masyarakat lokal Desa Belandingan telah partisipasi pada setiap tahap pengembangan desa wisata, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, dan evaluasi. hambatan utama yang ditemui masyarakat Desa Belandingan dalam berpartisipasi adalah ketidaktahuan masyarakat akan penetapan desanya sebagai desa 45
wisata. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh I Gede Made Sukariyanto dengan peneliti adalah sama meneliti tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Sedangkan perbedaannya terletak pada beberapa konsep yang berbeda serta lokasi penelitian yang berbeda, dalam penelitian I Gede
tidak
disebutkan
faktor
yang
mendorong
masyarakat
untuk
berpartisipasi. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kajian pustaka diatas dapat dinyatakan beberapa pertanyaan penelitian antara lain: 1. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? a. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam mempertajam dan memantapkan citra kepariwisatawan melalui promosi dan aksesbilitas? b. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam pembinaan produk wisata untuk meningkatkan mutu dan pelayanan melalui kegiatan pelatihan? 2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu. a. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat?
46
b. Bagiamana
tahapan
partisipasi
masyarakat
yang
diberikan
untuk
pengembangan pariwisata mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi? c. Bagaimana
manfaat partisipasi yang dirasakan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? 3. Faktor
apa
yang
mendorong
dan
menghambat
masyarakat
untuk
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. a. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? b. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? c. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dari faktor penghambat tersebut?
47
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data
yang
valid
dengan
tujuan
dapat,
ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami memcahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu kesimpulan (Sugiyono, 2014 :6). Menurut Moleong, (2005:6), penelitian kualitiatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami, oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitiatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya di lapangan. Menurut Nazir (dalam Prastowo, 2011: 186) menjelaskan metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem 48
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif jenis studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2005: 3) ada beberapa jenis dalam
penelitian
kualitatif
yaitu
etnografi,
inkuiri
naturalistik,
etnometodologi,ekologis, dan studi kasus. Penelitian kualitatif ini lebih spesifik diarahkan pada jenis studi kasus. Menurut Djunaidi (2013: 61-62) menjelaskan studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti itu menggali suatu fenomena (kasus) tertentu dalam suatu waktu atau kegiatan serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam diarahka dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Penelitian studi kasus ini diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus berupaya menggambarkan apa yang sudah diamati, didengar, dirasakan dan dipikirkan dari suatu gejala, fenomena atau kasus dilapangan secara terperinci dan mendalam. Dalam penelitian ini digambarkan partisipasi masyarakat yang tinggal di daerah Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki potensi pariwisata yang bisa dikembangkan, namun belum bisa berjalan secara maksimal. Oleh sebab itu pendekatan yang tepat untuk meneliti adanya suatu keunikan dan fenomena kehidupan masyarakat yang
49
tinggal di Dusun Suwanting ialah dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. B. Setting Penelitian Penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017. Dalam penelitian ini, aktivitas masyarakat Dusun Suwanting dan pengelola pariwisata menjadi setting penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Pemilihan di Dusun Suwanting dijadikan tempat sebagai tempat penelitian yaitu atas pertimbangan, bahwa Dusun Suwanting merupakan salah satu dusun yang mengembangkan wisata alam berupa keindahan Taman Nasional Gunung Merbabu melalui pengembangan pariwisata pendakiannya yang saat ini telah berkembang dengan cukup pesat dan mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Selain itu di lihat dari sisi keterbukaan dari pihak pengelola maupun masyarakat sekitar. C. Subjek Penelitian Pada penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik dalam non-probability
sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan 50
atau berdasarkan kapasitas dan kapabilitas atau yang kompeten dibidangnya (Haris Hardiansyah, 2010 : 106). Penentuan sumber/ subjek penelitian ini berdasarkan atas informasi apa saja yang dibutuhkan. Subjek penelitian pada penelitian kali ini adalah masyarakat Dusun Suwanting. Sedangkan Informan yang digunakan peneliti untuk menggali data lebih dalam sejumlah 14 informan yang akan dijabarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Daftar Informan Penelitian No Kualifikasi Informan 1 Pengelola
Insial Jabatan
JK
Ep Rb Ed St
L L L L
2
Jf Si Ll Bl Ar Pr Wp Ah He Ru
3
Masyarakat yang terlibat langsung Anggota
4
Wisatawan
Pendidikan Terakhir Petugas PNBP SMK Tim SAR SD Seksi Humas SMA Ketua Paguyuban SMP sekaligus Ketua Dusun Pemandu Wisata SMK Pedagang makanan SD Pedagang kelontong SD Pedagang souvenir SMA Anggota SD Anggota SMP Anggota SMK Wisatawan SMK Wisatawan D1 Wisatawan manca D3
L L P L L L L L L L
Objek penelitian adalah masalah yang diteliti oleh peneliti. Jadi objek penelitian ini adalah partisipasi masyarakat di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto,
Kecamatan
Sawangan
Kabupaten
Magelang
pengembangan Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu, 51
dalam
D. Teknik Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitataif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain yang berasal dari informan. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bukanlah mengumpulkan data melalui instrumen seperti halnya penelitian kuanititatif dimana instrumennya dibuat untuk mengukur
variabel-variabel penelitian. Tetapi dalam penelitian
kualitatif instrumen utama adalah peneliti sendiri (human instrument), untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan yang diteliti. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. (Sugiyono, 2014: 309). Dalam penelitian kali ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1) Wawancara Menurut Sugiono (2014: 317) mengemukakan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang palng sering digunakan, sehingga perlu diperhatikan dalam wawancara jangan sampai subjek merasa diinterogasi, karena kejujuran dan keterbukaan subjek akan mempengaruh validitas data. 52
Wawancara sebagai bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden yang didalamnya terdapat tanya jawab yang bisa menangkap pemahaman, perasaan, pengalaman, dan emosi. (Gulo W, 2002,119) Wawancara terbagi menjadi tiga yakni wawancara terstrkutur, semi struktur, dan tak terstruktur. Peneliti menggunakan wawancara semi-struktur yang berarti mula-mula wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang terstruktur kemudian diperdalam dengan pertanyaan lebih lanjut sehingga dapat diperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam. Teknik wawancara tersebut digunakan untuk memperoleh data mengenai kontribusi atau partisipasi
apa saja yang telah
diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu. Pewawancara hendaknya mempersiapkan suatu wawancara dengan beberapa keputusan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diajukan. Menurut Patton dalam Moleong (2005) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yakni: Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, pendapat, perasaan, pengetahuan, indera dan pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang. 2) Pengamatan Langsung (Observasi) Observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Selain itu observasi sebagai teknik pengamatan yang didasarkan atas pengalaman secara langsung, mengamati sendiri dan kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya yang berkaitan dengan pengetahuan 53
proposisional , dan menjawab keraguan peneliti pada saat wawancara (Moleong, 2005). Obyek penelitian dalam observasi dinamakan situs sosial yang terdiri dari tiga komponen yakni, tempat, pelaku, dan aktivitas. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, mendalam dan terperinci. Maka dalam observasi yang dilakukan melalui pengamatan non partisipasi dan pengamatan partisipan terutama pada saat berlangsung kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu oleh masyarakat di Dusun Suwanting. Selain itu teknik observasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai situasi dalam setiap kegiatan, fasilitas yang ada, dan akses menuju kesana untuk kemudian data yang diperoleh dari observasi ini selanjutnya dituangkan dalam tulisan. 3) Dokumentasi Menurut Sugiyono, 2014 dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seeorang. Studi dokumentasi sebagai metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek atau tentang subjek. Data yang diperoleh dapat berupa catatan tertulis, foto kegiatan, peristiwa maupun wujud karya kegiatan, dokumen pribadi dan/atau dokumen resmi yang
54
tersedia dari sumber informasi. Oleh karena itu penggunaan dokumen merupakan hal yang tidak bisa diabaikan lagi. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai program yang ada, yaitu berupa foto, materi, dan daftar hadir peserta. Selain itu teknik dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai profil Obyek Wisata Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat Dusun Suwanting yang berupa foto, gambar atau buku. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan. Menurut Sugiyono (2014: 307) dalam penelitian kualitatif yang merupakan instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama selanjutnya dibantu oleh alat-alat pengumpul data yang lain seperti pedoman observasi, pedoman wawancara, tape recorder, kamera, dan alat tulis lainnya. Menurut Moleong (2005: 169-172) manusia sebagai instrumen utama memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Responsif, (b) Dapat menyesuaikan diri, (c) Menekankan keutuhan, (d) Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, (e) Memproses data secepatnya, (f)Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan, (g) Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan indiosinkratik. Sebagai key instrument, penelti harus dibekali kemampuan metode penelitian kualitatif, etika pendidikan, dan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang diteliti. 55
Dalam penelitian kualitatif, segala sesuatu yang akan dicari seperti objek penelitian, permasalahannya, sumber data, dan hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitiannya pun masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan penelitian. Kepercayaan terhadap penelitian kualitatif berpusat pada kredibilitas peneliti. Untuk menilai apakah penelitian itu kredibel atau tidak dapat divalidasi dari sisi peneliti sendiri. Validasi peneliti sebagai instrumen utama meliputi validasi pemahaman metode pemelitian kualitatif, penguasaan wawasan bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuk objek penelitian, baik secara akademik maupun logistik. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh peneliti memahami hal-hal tersebut guna mengetahui kesiapan peneliti (Djunaidi, 2012 : 105). Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis
data,menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka instrumen penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang dibantu dengan pedoman sederhana dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Pedoman tersebut meliputi pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, 56
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari , dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,2014:335). Dalam melakukan analisis data akan melalui tahapan-tahapan. Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan: 1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara,hasil observasi, hasil dokumentasi diubah menjadi bentuk tulsan sesuai dengan formatnya masing-masing (Herdiansyah, 2010 : 165). Hal ini dimaksudkan Agar data yang disajikan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Display Data Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk uraian singkat dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan. (Herdiansyah, 2010 : 176). Menurut Miles and Huberman melalui Sugiyono (2014: 341), yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Tujuan dari display data dalam penelitian ini yaitu 57
memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi,merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah data di display, langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ini menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan merupakan sebuah temuan baru, yang dapat berupa deskripsi tentang obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Berdasarkan penjelasan di atas, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah analisis data secara kualitatif yang bertujuan menyaring data tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Suwanting Banyuroto. Sawangan, Magelang. G. Keabsahan Data Sugiyono (2014: 366) menyebutkan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, uji dependability, dan uji konfirmability. Uji kredibilitas diantaranya ada perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan 58
referensi, dan mengadakan member check. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas. Kredibilitas penelitian kualitatif ini dilakukan melalui trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data-data tersebut (Moleong, 2005:330). Susan Stainback dalam Sugiyono (2014) mengumakakan bahwa :the aim is not to determine the truth about some sosial phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one;s understanding of what ever is being investigataed”. Tujuan dari triaggulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Untuk memperoleh data yang semakin dipercaya maka data yang diperoleh dari wawancara juga dilakukan pengecekan melalui pengamatan, sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan melalui wawancara atau menanyakan kepada responden. Untuk membuktikan keabasahan data dalam penalitian ini, teknik yang digunakan hanya terbatas pada teknik pengamatan lapangan dan triangulasi. Dezin (Moleong, 2005: 330-332), membedakan 4 macam triangulasi, yaitu : a. Triangulasi sumber maksudnya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasiyang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 59
b. Triangulasi metode maksudnya menurut Patton (Moleong, 2005: 331) terdapat dua strategi, yaitu: 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c. Triangulasi peneliti maksudnya memanfaatkan peneliti untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. d. Triangulasi teori maksudnya membandingkan teori yang ditemukan Berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan oleh para pakar. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Trianggulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda. Dengan demikian tujuan akhir dari trianggulasi adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan menghindari subjektivitas dari peneliti, serta mengcros cek data diluar subjek. Selain itu, peneliti juga menggunakan trianggulasi dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, (2) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat bisaa, orang yang berpendidikan tinggi, orang berada, maupun orang pemerintahan, (3) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Keadaan Geografis Dusun Suwanting Dusun Suwanting merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data monografi secara administratif Dusun Suwanting berbatasan langsung dengan wilayah sekitarnya, yaitu meliputi: Batas utara: Dusun Sobleman, Desa Banyuroto Batas tenggara: Dusun Candran, Desa Wonolelo Batas barat: Dusun Banyuroto, Desa Banyuroto Batas barat laut: Dusun Garon, Desa Banyuroto Batas timur: Gunung Merbabu Berdasarkan klasifikasi administratif wilayah atlas dunia, Dusun Suwanting memiliki titik koordinat bagian selatan 7 ° 58 '53 "S, Utara 7 ° 23 '52 "S, Barat 110 ° 5 '59 "E, Timur 111 ° 2 '59 "E dan elevasi (ketinggian) minimal -56 m elevasi maksimal 3102 m. Untuk Dusun Suwanting sendiri terletak pada ketinggian 1339 meter diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 230C,. Jarak ke pemerintahan Desa Banyuroto sekitar 1, 7 km, Dusun Suwanting ke kecamatan Sawangan berjarak 10,8 km yang bisa ditempuh sekitar 20 menit. Untuk menuju Dusun Suwanting dari Jalan Raya Magelang Yogyakarta (Muntilan) dapat ditempuh sekitar 40 menit dengan jarak 21,7 km. Dan jika 61
ditempuh dari ibukota Provinsi Jawa Tengah, Semarang dengan jarak 59.2 km bisa ditempuh sekitar 1 jam 45 menit. Sepanjang perjalanan menuju Dusun Suwanting disuguhkan pemandangan alam dari persawahan hingga pemandangan alam Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Dusun Suwanting memiliki sumber air bersih yang berlimpah dari mata air Gunung Merbabu, karena Suwanting merupakan sebuah dusun yang terletak di paling barat Gunung Merbabu. Potensi pariwisata yang dimiliki Dusun Suwanting terbilang cukup banyak. Dimulai dari potensi alam karena berada di bawah Gunung Merbabu maka memiliki potensi sebagai pariwisata pendakian. Daerahnya yang agraris bisa menjadi potensi pertanian yang unggul, disisi lain mayoritas sebagai peternak juga bisa dijadikan potensi pariwisata. Dusun Suwanting juga berada di batas kawasan dengan Gunung Merbabu yang ditumbuhi oleh hutan pinus dan memiliki area yang luas berpotensi sebagai tempat outbond ataupun soft trecking keluarga. Selain potensi alam tadi, Dusun Suwanting memiliki potensi pariwisata budaya, karena di tempat ini masih banyak ditemukan adat-adat ataupun tradisi jawa bagian lereng Gunung Merbabu. Berikut ini adalah beberapa potensi yang bisa djadikan sebagai potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting, yakni: 1. Jalur Pendakian Gunung Merbabu Karena Dusun Suwanting tepat dibawah Taman Nasional Gunung Merbabu yang menyuguhkan keindahan alam yang sangat menggiurkan dengan 62
pemandangan Gunung Merapi, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Perbukitan Menoreh serta pemandangan kota yang bisa dinikmati di ketinggian atau puncak dari Gunung Merbabu sendiri, selain itu juga pengunjung bisa menikmati keindahan matahari terbenam dan tenggelam. Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting ini terkenal indah dan memiliki pemandangan sabana yang menarik perhatian pendaki gunung. Jalur ini memiliki tiga Pos (Pos Lembah Lempong, Pos Selter Bendera, dan Pos Dampo Awang). Pendaki dapat mendirikan tenda di pos 2 dan pos 3 karena lokasinya cukup luas dan pemandangannya sungguh indah dengan latar belakang gunung- gunung yang telah disebutkan diatas. Selain itu disetiap pos sudah terdapat sumber air sehingga pendaki tidak terlalu repot membawa banyak air dari bawah. 2.
Agrowisata Dusun Suwanting yang berada di lereng Merbabu membuat daerah ini
menjadi kawasan yang agraris sehingga sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Hasil dari panen masyarakat disini adalah sayuran, jika masyarakat mampu memanejemen menjadi pariwisatanya maka dapat dikembangkan agrowisata sayuran dimana disitu pengunjung akan diajarkan pemeliharaan dan pemetikan sayuran secara tradisional serta diajarkan tetnag pengelolaan dan teknik budidaya sayuran. Selain itu pengunjung juga bisa praktek memberi makan langsung pada hewan ternak.
63
3.
Tradisi dan Budaya Tradisi dan adat di lereng Gunung masih sangat kental, begitu juga dengan
adat yang ada di Dusun Suwanting. Dusun Suwanting memiliki tradisi “Rejeban” dalam hitungan kalender hijriyah, Bulan Rajab merupakan bulan ketujuh. Bulan ini termasuk salah satu bulan haram (suci) dan/atau bulan yang dimuliakan. Karena merupakan bulan haram, maka tidak heran jika dikalangan masyarakat muslim banyak yang melakukan amal-amalan ketaatan di bulan ini. Rejeban dilakukan selama 3 hari dan diisi oleh arak-arak tumpeng dari 8 RT dan satu kepala dusun, selamatan dusun (kendurinan), makan tumpeng bersama dan disuguhkan oleh beberapa kesenian yang dimiliki oleh Dusun Suwanting seperti Soreng, dan sholawatan bersama melalui grup rebana Suwanting. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat dan memiliki harapan untuk diberikan kelancaran ke depannya. Namun karena kurangnya kemampuan dalam dunia pariwisata jadi masyarakat Dusun Suwanting belum bisa mengembangkan potensi yang ada sebagai potensi pariwisata. Potensi yang baru dikembangkan adalah potensi jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu yang bahkan saat ini sudah ramai pengunjung b. Keadaan Masyarakat Dusun Suwanting Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi. Masyarakat terutama tingkat lokal menjadi basis pembangunan, yang manifestasinya berupa 64
pemberian
kewenangan
dan
peningkatan
kapasitas
untuk
mengelola
pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, dan pelaksanaanya. Untuk itulah dalam pembangunan diperlukan adanya strategi yang mampu meningkatkan peran energi internal sebagai pendorong dinamika pembangunan (Soetomo, 2013:53). Jumlah penduduk di Dusun Suwanting ada 925 orang yang terdiri dari: 410 laki-laki dan 515 perempuan dengan jumlah RTnya ada 8, yakni RT 01, RT 02, RT 03, RT 04,RT 05, RT 06, RT 07, dan RT 08. Setiap RTnya memiliki organisasi masing-masing seperti organisasi pemuda setiap RT, organisasi bapak-bapak tiap RT, dan organisasi untuk ibu-ibu tiap RT. Masyarakat
Dusun Suwanting merupakan masyarakat yang memiliki
hubungan sosial yang intim dan saling berinteraksi yang dibuktikan dengan hal kecil seperti selalu bertegur sapa satu sama lain baik antar warga maupun warga dengan wisatawan. Mata pencaharian penduduk pun beragam mulai dari petani, pedagang, peternak, dan yang lainnya. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat dibaca pada tabel 4. . Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan No 1 2 3 4 5
Pekerjaan Jumlah Persentase Petani 658 74,3 % Pedagang sayur keliling 110 12,4 % Pedagang sembako 11 1,2 % Wirausaha 15 1,7 % Pelajar 92 10,4 % 886 100% Jumlah Sumber data : Monografi Dusun Suwanting tahun 2016
65
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa penduduk dengan usia produktif berjumlah 886, jadi penduduk dengan usia yang tidak produktif sekitar 39 orang baik itu balita maupun lansia. Berdasarkan mata pencaharian tersebut diketahui keadaan ekonomi masyarakat terbilang ekonomi menengah hal ini bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari warga yang mengandalkan hasil panen. Seperti masyarakat pada umumnya, Dusun Suwanting juga memiliki nilai dan norma yang ditaati bersama demi tercapainya keselarasan kehidupan masyarakat. Dalam hal agama, masyarakat Dusun Suwanting mayoritas memeluk Agama Islam. Meskipun memiliki kepercayaan masing-masing setiap individu, namun tak menyurutkan semangat warga Suwanting untuk tetap hidup rukun dan saling gotong royong antar warga. Dalam pengembangan ilmu keagamaam maka masyarakat Dusun Suwanting selalu mengadakan kegiatan pengajian, dan untuk anak-anak diadakannya kegiatan di TPA baik itu membaca, menulis ataupun tafsir Alquran. Hal ini karena mayoritas penduduk beragama Islam Selain itu juga tidak sedikit warga yang menyekolahkan anaknya bukan di pendidikan formal semata namun dimasukkan ke dalam pesantren untuk lebih mempelajari ilmu agama. Data penduduk berdasarkan agama dapat dibaca pada tabel 5. Tabel 5. Data Penduduk Berdasarkan Agama. No 1 2 3
Agama Jumlah Jiwa Persentase Islam 919 99,3 % Kristen 6 0,7 % Katolik Jumlah 925 100% Sumber Data : Monografi Dusun Suwanting Tahun 2016 66
Dalam menjalin hubungan antar warga dan berinteraksi sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkumpulan-perkumpulan warga baik
untuk
perkumpulan
pemuda
sendiri,
perkumpulan
ibu-ibu
PKK,
perkumpulan pada masing-masing RT, perkumpulan yasinan, dan perkumpulan lainya. Hidup di daerah pedesaan membuat warga masyarakat memiliki tradisi guyub, saling gotong royong hal ini terbukti dari ketika ada yang hajatan seperti membangun rumah, seluruh masyarakat ikut membantu sehingga proses penyelesain rumah bisa terselasaikan lebih cepat dari bisaanya. Hal ini juga bisa dilihat saat ada kerjabakti, antusias warga Suwanting. Hubungannya dengan kegiatan pariwisata sendiri kegiatan pengelolaan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting dikelola oleh seluruh masyarakat, bukan kelompok tersendiri. Seluruh warga ikut berpartisipasi dalam menjaga, merawat dan mengembangkan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting. Apabila tidak ikut merawat setidaknya mereka mendukung dengan adanya pariwisata tersebut. Untuk permasalahan pendidikan, masyarakat Dusun Suwanting kurang memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pentingnya pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu aspek untuk pengembangan individu yang bisa membawa perubahan taraf hidup manusia, dengan pendidikan bisa membawa perubahan untuk menciptakan generasi penerus yang lebih berkualitas. Hal ini dilatarbelakangi oleh adat yang ada, dimana sudut pandang masyarakat Dusun Suwanting adalah tidak perlu sekolah tinggi-tinggi jika hanya kemudian menjadi 67
petani. Namun tidak sedikit juga yang sudah berpendidikan sekolah menengah, dan terdapat pula 3 orang yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Meskipun pendidikan mereka tidak cukup tinggi namun antusias dan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pariwisata sangat tinggi. Karena Dusun Suwanting memiliki prinsip untuk saling gotong royong dalam membangun dusun. Data Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dibaca pada tabel 6. Tabel 6. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase PAUD 21 2,7% SD 27 3,4 % SMP 18 2,3 % SMA 23 2,9 % Perguruan Tinggi 3 0,3 % Lulusan SD 444 56,1 % Lulusan SMP 227 28,7 % Lulusan SMA 28 3,5% Jumlah 791 100 % Sumber Data : Monografi Dusun Suwanting Tahun 2016 Dari data tabel 6. dapat diketahui bahwa masih ada penduduk yang tidak melanjutkan sekolah atau putus sekolah baik pada tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, yang dilatarbelakangi kesadaran akan pendidikan yang kurang, mereka banyak yang lebih memilih membantu orangtuanya di sawah daripada untuk bersekolah. Berdasarkan tabel 6, dapat dideskripsikan pula bahwa setiap masyarakat memiliki pengetahuan dan cara berpikir yang berbeda sesuai dengan latar pendidikan yang dimiliki, semakin tinggi tingkat pendidikan , maka semakin tinggi pula keinginan dan wawasan untuk melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. 68
Diharapkan dari adanya pendidikan yang tak harus berlatarbelakang pendidikan formal, masyarakat mampu berperan dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap adanya pariwisata pendakian yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. c. Deskripsi Taman Nasional Gunung Merbabu Taman Nasional Gunung Merbabu dikelola oleh Lembaga/ organisasi yang disebut Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dan berada dibawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Konservvasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Tugas dari Balai Taman Nasional Gunung Merbabu sendiri adalah melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan kehutanan yang berlaku. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki visi terwujudnya kelestrian Taman Nasional Gunung Merbabu untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan misi dari Taman Nasional Gunung Merbabu adalah, sebagai berikut: 1.
Memantapkan batas dan fungsi kawasan.
2.
Meningkatkan
perlindungan
dan
pengaman
kawasan,
pengawetan
keanekaragaman hayati serta pengendalian kebakaran hutan. 3.
Meningkatkan penutupan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu. 69
4.
Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dan obyek daya tarik wisata alam.
5.
Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di sekitar Taman Nasional.
6.
Meningkatkan koordinasi, kerjasama, dan kemitraan.
7.
Meningkatkan sarana dan prasarana.
8.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dari visi dan misi tersebut dapat diketahui bahwa Taman Nasional juga
memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat Dusun Suwanting, karena atas izin dari Taman Nasional Gunung Merbabu untuk membuka pariwisata pendakian melalui jalur Suwanting maka akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Dusun Suwanting. Dari adanya pariwisata, masyarakat Dusun Suwanting mampu merasakan manfaatnya, seperti ekonomi lebih baik, wawasan lebih meningkat dan terjalinnya relasi-relasi baik dengan tou operator, maupun penyedia jasa lainnya. Sebagai Taman Nasional yang berkecimpung dalam konservasi hutan, maka Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai 3 tipe ekosistem, yaitu: 1.
Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan bawah (1.000 – 1.500 mdpl) yang didominasi vegetasi hutan sekunder dengan jenis tanaman Pinus dan Puspa
70
2.
Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 – 2.400 mdpl) yang ditumbuhi vegetasi antara lain Akasia, Puspa, Sengon Gunung, Sowo, Tanganan, dan Pasang
3.
Ekosistem hutan hujan tropis musim sub-alpin (2.400 – 3.142 mdpl) terletak pada puncak Gunung Merbabu yang ditumbuhi rumput dan tanaman Eidelweiss Potensi-potensi yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu tersebut akan
berdampak pada masyarakat. Pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Di daerah pariwisata masyarakat dapat menambah pendapatan dengan menjual barang dan jasa, menambah devisa negara. Kebudayaan yang ada di Indonesia juga sudah mulai pudar, dengan adanya pariwisata akan merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia, serta menunjang gerak pembangunan daerah dengan pembangunan jalan, hotel, restoran dan lain-lain. d. Deskripsi Paguyuban Pengelola Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting (Paguyuban Suwanting Indah) 1.
Sejarah berdirinya Paguyuban Suwanting Indah Dusun Suwanting merupakan dusun yang berbatasan langsung dengan Taman
Nasional Gunung Merbabu di sebelah barat. Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki vegetasi hutan yang subur dan curam serta dataran yang bergelombang cenderung berbukit-bukit. Selain itu juga memiliki keindahan alam yang berpotensi untuk dijadikan area wisata berupa jalur pendakian yang dapat 71
dinikmati oleh para pecinta alam untuk melakukan pendakian dengan tantangan jalur yang berbeda dengan jalur pendakian yang lain, yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu. Pariwisata pendakian di Suwanting sesungguhnya sudah ada sejak tahun 1990, namun pada tahun 1993 jalur pendakian tersebut sempat ditutup lantaran faktor kepengurusan yang belum tersusun dengan baik dan dibuka kembali pada tahun 2015, yang dilatarbelakangi oleh permintaan rombongan pendaki dari suatu daerah di Jawa Tengah. Selain itu kesadaran akan potensi besar tersebut menjadi latarbelakang masyarakat dan tokoh setempat untuk memperjuangkan Dusun Suwanting menjadi pariwisata pendakian. Akhirnya pada bulan Maret 2015 pariwisata pendakian di Dusun Suwanting telah dibuka, namun belum mendapat izin resmi dari Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. Berkat kerja keras dan inisiatif masyarakat Dusun Suwanting pada Juli 2016 telah dapat izin resmi dari Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. Saat ini Dusun Suwanting telah membentuk kelompok pengelolala pariwisata yang bernama Paguyuban Suwanting Indah. Pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting telah melibatkan seluruh masyarakat untuk ikut andil dalam mengelola dan mengembangkan Dusun Suwanting menjadi lebih maju melalui pariwisata. Potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting begitu beragam mulai dari pemandangan alam, partanian, peternakan, dan budaya. Namun saat ini yang sedang digeluti oleh masyarakat Dusun Suwanting adalah potensi alam yang 72
berupa pemandangan alam yang bisa dilihat pada ketinggian Gunung Merbabu. Keindahan matahari tenggelam dan matahari terbit menjadi icon wisata pendakian sendiri. Selain itu di pendakian Gunung Merbabu Dusun Suwanting ini memiliki daya tarik sendiri pada pemandangannya, seperti hutan pinus, sabana terluas dibandingkan jalur lain, dan sumber air yang disetiap pos ada. Jarak dari basecamp/tempat retribusi sampai puncak Taman Nasional Gunung Merbabu adalah 5,5 km, yang bisa ditempuh dengan waktu normal 7-8 jam tergantung dari jumlah pendaki dan fisik pendaki. Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki ketinggian 3142 meter diatas permukaan laut. Pariwisata pendakian Suwanting dikelola oleh seluruh masyarakat Dusun Suwanting yang ditampung dalam sebuah paguyuban yang bernama “Paguyuban Suwanting Indah” yang diketuai oleh Bapak Kepala Dusun Suwanting, diwakili oleh seluruh ketua RT dari masing-masing RT yang ada di Dusun Suwanting dan dianggotai oleh seluruh masyarakat Dusun Suwanting. 2.
Tujuan Paguyuban Suwanting Indah Maksud dan tujuan Dusun Suwanting membuka pariwisata pendakian adalah
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi hutan dan dapat menjaga kelestarian hutan, dengan adanya jalur pendakian yang ada di Dusun Suwanting juga menambah pendapatan ekonomi masyarakat sekitar hutan Taman Nasional Gunung Merbabu khusunya warga Dusun Suwanting dan mempermudah masyarakat bila mana terjadi kebakaran hutan, dibukanya jalur pendakian
73
Suwanting juga akan meningkatkan pendapatan negara berupa penjualan tiket yang akan masuk pada Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Paguyuban Suwanting Indah memiliki visi mencapai kesejahteraan sosial, kemandirian ekonomi, serta keberlangsungan lingkungan melalui sektor pariwisata. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, Paguyuban Dusun Suwanting memiliki misi : a.
Membangun masyarakat pariwisata yang mandiri berbasis masyarakat serta dapat bersinergi dan bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan perkembangan kepariwisataan
b.
Memanfaatkan atau menggali potensi sumber daya alam dalam mendukung pariwisata sehingga kedepannya menjadi lebih baik dengan memperhatikan kelestarian dan ekosistem alam.
c.
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi hutan dan menjaga kelestarian serta ekosistem hutan.
d.
Meningkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya sektor pariwisata
e.
Membuka lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari misi-misi itu menjadi acuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk
pengembangan Dusun Suwanting yang tak lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
74
3.
Kepengurusan Paguyuban Suwanting Indah Kepengurusan Paguyuban Suwanting Indah terdiri dari penanggungjawab,
ketua,wakil ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi yang terdiri dari seksi evakuasi dan sar, seksi keamanan, seksi perlengkapan, seksi humas, seksi kebersihan, seksi rohani, seksi penghijauan dan konservasi. Posisi tertinggi adalah penanggungjawab yaitu Kepala Desa Banyuroto, dan untuk posisi ketua adalah Kepala Dusun Suwanting. Untuk wakil ketua adalah perwakilan dari masingmasing RT yang ada di Dusun Suwanting yang berjumlah 8 RT, sedangkan sekertaris, dan bendahara dipilih dari warga masyarakat yang dianggap mampu mengemban tugas tersebut. Sedangkan anggota dari Paguyuban Suwanting Indah adalah seluruh masyarakat
Dusun
Suwanting
dengan
dedikasi
dan
komitmen
dalam
pengembangan pariwisata, tunduk kepada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Struktur organisasi ini dibuat dengan tujuan untuk mengelola pariwisata menjadi lebih baik lagi. Hal ini untuk mengetahui koordinasi satu sama lain, dan dengan siapa seseorang harus berkonsultasi ketika akan mengadakan kegiatan atau terjadi permasalahan seputar pariwisata. Strukur organisasi Paguyuban Suwanting dapat dibaca pada gambar 3. .
75
Gambar 3. Struktur Organisasi Pengelola Pariwisata Jalur Pendakian Dusun Suwanting 76
4. Jaringan Kerjasama Jaringan kerjasama yang terjalin dengan Paguyuban Suwanting Indah adalah pihak atau lembaga yang ikut membantu perkembangan pariwisata pendakian Dusun Suwanting, seperti pihak pemerintah desa, dan Taman Nasional Gunung Merbabu yang mengeluarkan izin resmi pariwisata pendakian, dan hal lainnya terkait pengelolaan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting. Untuk mitra yang lain adalah kampus-kampus yang sering menggunakan tempat konservasi untuk media pendidikan, baik tentang kehutanan maupun pendidikan dasar dalam survival atau bertahan hidup di hutan yang sering digunakan oleh organisasi-organisai pecinta alam. Serta pihak lainnya yang turut serta membantu pengembangan pariwisata. 5. Pendanaan Pendanaan untuk pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting sebagian besar diperoleh dari retribusi pengunjung. Pengunjung diharuskan membayar retribusi sebesar Rp 16.000 (hari Senin-Jumat) dan Rp 18.500 (hari Sabtu-Minggu), dengan perincian Rp 10.000,- masuk kas negara, dan sisanya untuk kas dusun yang digunakan untuk membangun gedung loket retribusi, membangun papan penunjuk arah sebagai peningkatan aksesbilitas, dan sarana prasana seperti tikar, HT, headlamp dan peralatan pendakian lainnya, serta membenahi area tempat pariwisata yang sekiranya kurang terawat atau sudah rusak.
77
6. Fasilitas Fasilitas yang ada di pariwisata jalur pendakian Dusun Suwantng sebagai pendukund dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan pada adalah sebagai berikut: Table 7. Komponen Fasilitas Umum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 13
Komponen Tempat parkir : berada dirumah penduduk sekitar basecamp Pos air : tersedia 3 pos air sepanjang jalur pendakian dengan drum plastik Plang penanda pos atau lembah: tersedia di sepanjang jalur pendakian Peta jalur pendakian : berupa banner dan kertas A4 untuk dibawa asing-masing wisatawan sebagai acuan pendakian Masjd atau mushola: terletak berdekatan dengan basecamp Tempat Istirahat : tersedia tempat yang luas bagi wisatawan untuk istirahat. Toilet : tersefia 5 toilet umum. Penjualan cinderamata: berupa kaos, gantungan kunci, stiker, dan emblem. Pusat informasi : memberian informasi terkait jalur pendakian, tempat pendaftaran, dan pengecekan kelengkapan pendakian Tim SAR : memberikan pertolongan kepada pendaki yang sakit, kecelakaan dan tersesat ketika melakukan pendakian Warung makan : menjual makanan berat dan ringan, minuman hangat air minum kemasan dan berbagai kebutuhan lainnya Perlengkapan pendakian : Hand Talk, senter, tenda, Perlengkapan SAR : tandu dan P3k
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Baik
Baik
Baik Baik
Sarana prasarana yang ada digunakan untuk pemenuhan kebutuhan operasional pariwisata Paguyuban Suwanting Indah. Seperti digunakan untuk rapat-rapat rutin rapat kegiatan, evakuasi korban kecelakaan di gunung ataupun 78
kegiatan laiinya. Hal ini guna mendukung citra kepariwisataan pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting yang baik sehingga menimbulkan keterktarikan wisatwan untuk berkunjung kembali menikmati wisata yang ada. 7. Produk Wisata Pendakian Mendaki gunung adalah kombinasi olahraga dan kegiatan rekreasi untuk mengatasi tantangan dan bahaya pada lereng dan jurang untuk mendapatkan pemandangan yang indah dari puncaknya walaupun harus melewati kesulitan ataupun memanjat tebing menjelang puncaknya. Orang yang mencintai petaulangan, olahraga ini akan memberikan rasa antusias dan pemenuhan rasa menaklukan saat tiba dipuncak untuk menyaksikan pemandangan yang indah. Mendaki gunung menawarkan eksplorasi keindahan alam. Pecinta kegiatan ini menemukan rasa cinta kepada alam bebas melalui kegiatan ini. Kegiatan mendaki gunung sebagai kegiatan fisik yang sangat baik untuk kesehatan sebagai bentuk latihan dimana ketika kita menikmati tantangan juga harus mengeluarkan energi yang besar pada saat yang sama. Efek dari olahraga ini juga akan meningkatkan kekuatan tubuh dan daya tahan. Selain itu, kegiatan ini juga bisa mengembangkan beberapa ketrampilan dan melatih kita melakukan persiapan
menghadapi
masalah,
memberikan
kewaspadaan,
kesabaran,
keparcayaan diiri dan kerja kelompok. Kegiatan mendaki gunung dapat dilihat dari kehidupan nyata dimana kita harus bekerja keras untuk mencapai tujuan kita. Dalam melakukan pendakian dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi fisik bisa dilatih dengan sering berlari minimal seminggu sebelum pendakian 79
maupun mental, dilengkapi dengan peralatan yang memadai (P3k, treckking pole, sandal/ sepatu gunung, mantel, penghangat tubuh, dan obat pribadi, tenda, flysheet, kompor, nesting, peralatan makan). Selain itu juga dibutuhkan logistik yang mencukupi kebutuhan tubuh baik dari air, makanan yang mengandung kalori, maupun minuman penghangat. Hal ini digunakan sebagai upaya untuk meminimalisir adanya kecelakaan di gunung. Jalur pendakian Suwanting sebagai salah satu jalur pendakian untuk mencapai puncak Taman Nasional Gunung Merbabu. Untuk menuju Dusun Suwanting terbilang mudah karena masyarakat Dusun Suwanting menyediakan jasa antar jemput dari maupun ke terminal / stasiun/ bandara di Magelang, Yogyakarta, Salatiga, Maupun Semarang. Jadi wisatawan tidak perlu repot mencari angkutan umum menuju daerah tersebut. Harga tiket masuk dikawasan wisata Taman Nasional Gunung Merbabu adalah Rp. 16.000,- pada hari SeninJumat dan Rp 18.500,- pada hari Sabtu-Minggu, harga tersebut sudah termasuk asuransi. Setelah membayar retribusi wisatawan akan diberikan arahan singkat oleh petugas mengenai jalur pendakian termasuk larangan-larangan yang harus dihindari wisatawan agar lebih mudah dalam melakukan pendakian. Untuk memudahkan wisatawan ketika mengalami kecelakaan gunung pengelola telah memberikan nomor yang bisa dihubungi, karena sinyal dari salah satu provider masih bisa terjangkau hingga puncak pada kawasan pendakian Suwanting.
80
Wisatawan juga akan merasakan kearifan lokal di jalur pendakian ini, mulai dari keramahan masyarakat sekitar yang selalu menyapa pendaki dengan monggo pinarak hingga larangan dan kewajiban yang harus dilakukan para pendakki ketika melakukan pendakian terkait kepercayaan masyarakat. Jalur pendakian Dusun Suwanting dibagi menjadi 3 pos pendakian dengan kontur jalur berupa tanah dan akar pepohonan. Sebelum melakukan pendakian wisatawan bisaanya beristirahat dulu di basecamp. Perjalanan wisatawan dimulai saat wisatawan mulai beranjak meninggalkan basecamp menuju POS 1 dengan rentan waktu sekitar 30 menit. Untuk yang merasa tidak ingin mengeluarkan tenaga banyak, maka bisa menggunakan jasa ojek menuju POS 1 dengan harga Rp 10.000,- saja hingga batas kawasan. Sebelum tiba di POS1 kita akan disuguhkan keindahan hutan pinus dengan udara yang segar dan kicauan berbagai habitat burung di Taman Nasional Gunung Merbabu sambil istirahat ketika lelah. Perjalanan dilanjutkan menuju pos II, dengan melewati lembah mito dan POS bendera yang bisa digunakan untuk istirahat ataupun bermalam ketika dirasa wisatawan sudah tidak kuat untuk mendaki lagi, disini juga terdapat pos air. POS II juga dikenal dengan lembah singa, ditempat ini bisaanya pendaki mendirikan tenda. Pos ini menyuguhkan pemandangan Gunung Merapi. Durasi dari POS I menuju POS II membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan dilanjutkan menuju POS III membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari pos II. Sebelum menuju POS III wisatawan akan melewati lembah manding, ditempat ini wisatawan harus 81
mengucapkan salam. Karena ditempat tersebut menurut kepercayaan masyarakat setempat masih kuat akan mistisnya, jadi kalau tidak berhati-hati bisa pulang dengan keganjalan-keganjalan tertentu. Sebelum sampai di POS III wisatawan akan menemukan sumber air yang bernama Sendang Dampo Awang, masyarakat sekitar percaya bahwa air itu merupakan air suci yang bisa menetralisir tubuh. POS III merupakan tempat favorit para pendaki untuk mendirikan tenda, karena disuguhkan pemandangan berbagai gunung di sekitar Jawa Tengah. Bisaanya di tempat ini para wisatawan menikmati keindahan matahari terbenam. Untuk menuju puncak wisatawan harus melewati Sabana. Di Sabana wisatawan dapat berfoto ria, menikmati rerumputan hijau, Bunga Edelweis dan bunga anggrek Habenaria tosariensis. Puncak Taman Nasional Gunung Merbabu ada 3 yakni Puncak Triangulasi, Puncak KentengSanga, dan Puncak Suwanting. Di Puncak wisatawan bisaanya menikmati pemandangan alam yang indah dan keindahan matahari terbit. Perjalanan dari POS III menuju Puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pendakian sekitar 7-8 jam. Untuk estimasi turun rata-rata wisatawan membutuhkan waktu 4 jam. Namun untuk keseluruhan etimasi waktu dalam perjalanan setiap individu satu dengan yang lainnya akan berbeda, karena ada beberapa tipe pendaki ketika melakukan pendakian.
82
2. Bentuk Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat a. Promosi dan aksesbilitas Pembangunan kepariwisataan harus merupakan suatu kegiatan yang berbasis pada komunitas dengan faktor utama sumber daya dan keunikan lokal baik pada berupa elemen fisik maupun nonfisik (tradisi dan budaya) yang melekat pada komunitas tersebut menjadi penggerak utama dalam pariwisata. Pengembangan pariwisata sebagai upaya untuk menata kawasan serta kondisi obyek wisata serta menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata diperlukan strategi teknis untuk membuat daya tarik wisata dimana tujuannya adalah meningkatkan kunjungan wisatawan. Salah satu bentuk pengembangannya adalah melalui peningkatan promosi dan aksesbilitas dimana aksesbilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Pariwisata berbasis masyarakat sebagai peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat. pariwisata yang ada di Dusun Suwanting merupakan pariwisata berbasis masyarakat, karena pengelolanya adalah seluruh masyarakat Dusun Suwanting. Seluruh elemen masyarakat Dusun Suwanting dilibatkan dalam pengembangan pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. Hasil wawancara dengan Mas EP menguatkan uraian diatas, yakni masyarakat dilibatkan karena masyarakat adalah 83
pengelola dari pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting (CW 1, 06/02/2017). Hal ini juga diperkuat oleh masyarakat yang menjadi anggota, yakni Bapak Si yang kebetulan juga memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan pengunjung mengungkapkan, bahwa beliau juga dilibatkan dalam pengembangan pariwisata sesuai kemampuan yang bisa dilakukan untuk memajukan desa ya, meskipun hanya sebatas pemberian tenaga saja (CW 6, 16/02/2017). Untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berjalan dengan baik maka diperlukan keterlibatan masyarakat setempat. Di Dusun Suwanting masyarakat berperan secara penuh dalam pengambilan keputusan, dimana pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah bersama. Penyusunan perencanaan untuk pengembangan pariwisata dilakukan secara bersama, baik dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan pengembangan pariwisata pendakian. Seperti yang diungkapkan Mas Ep yaitu: yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah seluruh masyarakat Suwanting, inisiatif yang dilakukan masyarakat yang pertama dalam pelayanannya, membenahi jalur, yang ketiga untuk masalah sampai sekarang juga masih terkondisi, sama paling itu mbak kan dari basecamp sampai batas kawasan itu cukup jauh, dari pihak basecamp juga menyediakan ojek mbak. Masyarakat pasti dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, identifikasi masalah, perencanan, pelaksanaan dan pengendalian basecamp (CW1, 09/02/2017: 155). Diperkuat oleh ketua paguyuban, Bapak ST yakni: yang berperan itu semua tokoh masyarakat dan bapak-bapak RT, dan ramaja piket yang piket itu jumlah RTnya ada 8 sama sudah dibentuk ketua per piket dan kemarin dibagi jadi 2. Kalau selama ini inisiatifnya masih sedikit mbak, pernah minta izin sama pihak Taman Nasional untuk dijadikan rumah panggung namun sampai sekarang belum terealisasikan. Memang sangat 84
kami prioritaskan kegiatan yang ada di Dusun Suwanting, kami ajak musyawarah apa yang ada di Dusun Suwanting ini (CW4, 09/21/2017: 164). Sama juga dengan yang diungkapkan oleh Bapak SI kalau untuk pengembangan basecamp biar maju, ya saya ikut bantu mbak, intinya ayo bersama kita bangun Suwanting. Untuk inisiatif ya mbak, kalau dari saya sendiri itu pada kawasan Mlanding itu kan jalan licin gimana caranya jalan itu bisa aman (CW6, 16/02/2017: 169). Hasil penelitian menunjukkan adanya citra pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting terbilang baik, karena masyarakat sendiri ikut terlibat dalam pengembangan baik promosi maupun aksesbilitas. Dalam pengembangan pariwisata melalui promosi menggunakan media sosial seperti instagram, blog, facebook, line, maupun media sosial lainnya. Melalui media sosial tersebut disebutkan destinasi pariwisatanya, penyediaan informasi pariwisata, penyedia layanan reservasi, jasa porter, guide, antar jemput dan jasa lainnya untuk memudahkan pengunjung yang akan melakukan perjalanan pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Selain itu masyarakat juga meningkatkan aksesbilitas menuju Dusun Suwanting seperti pemberian papan penunjuk arah, pemberian gapura saat masuk Dusun, perbaikan jalan, dan aksesbilitas menuju destinasi wisata sendiri dengan pembenahan jalur pendakian yang memudahkan wisatawan menuju puncak Taman Nasional Gunung Merbabu. Masyarakat juga memudahkan wisatawan dengan pemberian pos air disetiap posnya. Serta menyediakan jasa ojek dari basecamp sampai pos 1. Hal ini dikemukakan oleh Mas Ep, untuk pemasaran paling gencar kita menggunakan media sosial lah, entah itu blog, entah itu facebook, instagram ataupun yang lainlah, yang pasti hampir 75% pemasaran jalur Suwanting melalui sosmed. Kalau untuk aksesbilitas jalan masuk menuju Suwanting alhamdulilah sekitar tahun 2013an akses jalan 85
ketep kopeng sudah cor blog, dan dari dusun sendiri tidak kesulitan (CW1, 09/02/2017: 154). Hal ini juga sama dengan yang dikemukakan oleh pengunjung yang telah menikmati pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu, Mas Ah kita tahu adanya jalur pendakian Suwanting lewat media sosial khususnya instagram, untuk aksesbilitas dari Batang terbilang mudah pakai kendaraan sendiri, paling Cuma papanya penunjuk arah kurang jelas, pelayanannya enaklah ada briefing sebelum naik, fasilitasnya enak sih mbak (CW11, 15/02/2017: 180). Dari adanya pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting memberikan manfaat baik sosial mapun ekonomi. Masyarakat Dusun Suwanting menjadi memiliki jiwa kewirausahaan dan kreativitas yang mampu membuat masyarakat Suwanting jauh lebih sejahtera, disisi lain masyarakat menjadi memiliki wawasan yang luas tentang pariwisata dan pengelolaan konservasi hutan. Sehingga pariwisata berbasis masyarakat yang melibatkan masyarakat dalam menikmati keuntungan pariwisata merupakan salah satu strategi dari tujuan pemberdayaan masyarakat yakni membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri yang meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Hal ini juga berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas, inisiatif, dan peran masyarakat setempat dalam pembangunan pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Ar, “Tingkat kesejahteraan ada perubahan mbak, orang yang belum tahu tentang wawasan konservasi dan pengetahuan bahasa Indonesia menjadi lebih meningkat (CW9, 04/02/2017).” Diperkuat oleh Bapak St 86
kesejahteraan jadi meningkat, menambah income ya contohnya yang kemarin gak jualan sekarang pada jualan yang kemarin tidak punya chanel tentang antar jemput pendaki sekarang ada chanel, dan ketiganya dulu yang belum tahu wawasan tentang pendakian gunung, kini menjadi lebih tahu dan mengenal porter ataupun bekerja sebagai porter dan mendekatkan di bidang kemasyarakatan (CW4, 21/02/2017).
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan antara sebelum adanya pariwisata pendakian dan sesudah adanya pariwisata pendakian, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun dimensi lainnya yang menunjukkan adanya taraf kehidupan masyarakat lebih berkualitas. b. Peningkatan mutu dan pelayanan melalui pelatihan Dalam mengembangkan pariwisata masyarakat meningkatkan mutu dan pelayanan dari produk wisata. Dalam meningkatkan mutu produk wisata, masyarakat setempat melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan sumber daya alam yang dilakukan dengan pelestarian lingkungan melalui penghijauan, operasi bersih dan pembenahan jalur, dan penyedian fasilitas lainnya. Untuk peningkatan sumber daya manusia diadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang pengelolaan konservasi hutan. Dalam peningkatan pelayanan masyarakat selalu bersikap ramah kepada pendaki atau wisatawan yang datang, selain itu juga diadakan pelatihan jasa layanan porter/pemandu yang berstandar dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, pelatihan jungle rescue sebagai tim evakuasi saat terjadi kecelakaan di gunung, serta penyediaan konsumsi ataupun peralatan yang dibutuhkan wisatawan. 87
Berdasarkan dokumentasi kegiatan yang ada untuk kegiatan pengembangan pariwisata Dusun Suwanting sendiri, adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Studi Banding Dalam rangka mengembangkan pariwisata pendakian Taman Nasionak yang ada di Dusun Suwanting, maka masyarakat Dusun Suwanting mengadakan kegiatan studi banding dengan pengelola pariwisata pendakian lainnya yang masih berada di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu seperti di jalur pendakian melalui Selo, Bayolali; dan Dusun Wekas, Magelang; ataupun jalur pendakian yang lain. Selain studi banding dengan pariwisata pendakian, juga melakukan studi banding dengan pengelolaan pariwisata Hutan Pinus “Top Selfie” Kragilan yang saat ini telah ramai pengunjung dan populer di media sosial. 2. Mengikuti Pameran Paguyuban Suwanting Indah pernah mengikuti pameran di daerah Blabak, Magelang sebagai ajang promosi untuk menampilkan produk-produk wisata yang ada di Dusun Suwanting khususnya pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu. Masyarakat memamerkan produk wisata dengan souvenirsouvenir yang menjadi ikon Dusun Suwanting, seperti kaos, gantungan kunci, stiker dan produk lainnya. 3. Kegiatan Pembenahan pariwisata jalur pendakian Dengan mengingat cuaca yang ekstrim dan curah hujan yang sering terjadi mengakibatkan jalur pendakian terkikis oleh air dan mengakibatkan longsor ringan, maka dari itu sebagian dari warga dusun suwanting dan para kelompok 88
sadar wisata sering kali membuat kegiatan untuk membenahi jalur pendakian agar mengurangi laka gunung terhadap pengunjung wisata. 4. Pelatihan SAR Paguyuban suwanting indah pernah mendapat undangan dari BASARNAS untuk mengikuti pelatihan gabungan SAR dan di wakili oleh pemuda dusun suwanting, pelatihan tersebut guna untuk melatih kesigapan terhadap laka gunung yang meliputi cidera ringan maupun luka parah dan pencarian korban hilang yang bisa terjadi pada wisatawan yang sedang menikmati pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu. 5. Kegiatan Operasi Bersih Mengingat masih banyaknya wisatawan kurang peduli dengan sampah seringkali tim dari Paguyuban Suwanting Indah dan para relawan mengadakan operasi bersih di jalur pendakian dan di camp ground pendakian, guna mencegah pencemaran alam dan mengurangi potensi bencana alam. 6. Pelatihan Penanganan Kebakaran Hutan Warga Dusun Suwanting juga tidak luput dari undangan pelatihan penanganan kebakaran hutan dan membuat tim yang di sebut MASYARAKAT PEDULI API (MPA) Dusun suwanting, dengan adanya pelatihan tersebut warga Dusun Suwanting dapat lebih menangani kebaran hutan di lereng-lereng titik bencana. Karena saat musim kemarau tiba apalagi jangka panjang, maka potensi akan kebakaran hutan sering terjadi hal ini bisa dikarenakan ketledoran manusia/wisatawan yang membuang putung rokok sembarangan, membuat api 89
unggun tidak dimatikan secara sempurna atau karena faktor alam sendiri seperti gesekan antar ranting yang bisa menimbulkan percikan api. 7. Kegiatan Penanaman dan penghijauan Meskipun pariwisata jalur pendakian Dusun Suwanting terlihat rimbun dengan tanaman, cukup sering warga dusun suwantung dan para relawan pencinta alam mengadakan penanaman pohon di lereng” dekat dengan pariwisata pendakian. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya longsor dan melestarikan alam yang ada. 8. Rapat Rutin Paguyuban Dusun Suwanting juga sering mengadakan rapat rutinitas yang di adakan satu bulan sekali, untuk membahas masalah pembukuan laporan bulanan dan membahas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maupun mengevaluasi kegiatan yang telah ada. Rapat rutin membuat masyarakat ikut berpartisipasi aktif sehingga memunculkan ide-ide baru untuk kegiatan mereka selanjutnya. 9. Pelatihan Pemandu Gunung Pelatihan ini diikuti oleh beberapa relawan dan beberapa pemuda Dusun Suwanting sendiri, pelatihan pemandu gunung dilakukan untuk mengetahui tentang teknis-teknis dalam menjadi pemandu gunung yang sudah didasari oleh standar-standar komptensi tertentu. Pelatihan ini telah bersertifikasi dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mas Ep, untuk kegiatan anggota diantaranya sebagaian besar ditunjuk sebagai tim SAR,dan kebetulan salah satunya adalah saya yang langsung dari 90
BASARNAS (Badan Search and Rescue Nasional),jadi untuk masalah evakuasi akibat kecelakaan di gunung insyallah Suwanting sudah siaplah karena telah bersertifikasi nasional, dan untuk lain misalkan kaya studi banding dengan jalur pendakian lain, dan untuk tentang alamlah misalhkan kaya metode penanaman ataupun yang lain konservasi alhamdulilah sudah dilaksankan. Untuk pelayanan sendiri alhamdulilah ramah mbak, anda sendiri bisa rasakan ataupun bertanya kepada wisatawan lain kalau jalur paling ramah adalah pelayanan Suwanting, meskipun jalur tidak ramah tapi warga ramah (CW1, 09/02/2017). Diperkuat oleh Pak Rb selaku pengurus lainnya. untuk itu untuk mutu kerja itu ya bukan Cuma kita saja ataupun bukan Cuma dari warga, kita penanganan bersama, dari buka jalur, pengelola basecamp dan perawatan jalur itu bersama. Sebenarnya kita untuk itu kita cuma melakukan sedikit demi sedikit dari teman teman yang datang untuk latian bersama di Dusun Suwanting (CW2, 12/02/2017). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Dusun Suwanting telah melakukan beberapa kegiatan untuk pengembangan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu jalur Suwanting. Pelatihan-pelatihan tadi untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pariwisata. 3.
Partisipasi masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata
a.
Bentuk Partisipasi Masyarakat memiliki peran penting dalam pengembangan pariwisata, karena
masyarakat lokal lebih mengerti akan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat guna menuju pembangunan masyarakat. Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pembangunan pariwisata yang dilakukan bersama sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, sosial, maupun budaya kepada masyarakat setempat, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah menggunakan pendekatan partisipatif. 91
Hasil penelitian menunjukkan masyarakat berpartisipasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, terdapat potensi pariwisata yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Suwanting. Berdasarkan hasil observasi seluruh masyarakat Dusun Suwanting menjadi anggota Paguyuban Suwanting Indah dan melibatkan diri pada kegiatan diskusi atau lainnya dan mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan yang tertuang saat rapat rutin ataupun rapat suatu kegiatan. Bentuk partisipasi yang diberikan dalam hal ini adalah dengan menjadi anggota Paguyuban Suwanting Indah. Seperti halnya diungkapkan oleh Mas WP, ya, sebagian besar masyarakat dilibatkan mbak terutama para laki-lakiya, masyarakat juga ikut memelihara kawasan pariwisata, masyarakat juga sering memberikan gagasan dan memberikan umpan balik dengan membuka warung-warung mbak (CW14, 20/02/2017: 180). Juga disampaikan oleh Mas Ed ya mbak, karena setiap masyarakat laki-laki itu diwajibkan menjadi pengelola pariwisata dan berpartisipasi maka dari itu masyarakat ikut andil dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan kepada pariwisata yang di setujui kepala dusun. Masyarakat juga terlibat dalam suatu hal dalam pengembangan pariwisata (CW3, 13/02/2017: 161). Jadi berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat yang diberikan dalam pengembangan pariwisata berupa: a.
Sumbangan pemikiran Sumbangan pemikiran (ide atau gagasan) merupakan bentuk partisipasi
dimana masyarakat memberikan ide pemikiran untuk pembangunan dan kemajuan dusun melalui sektor pariwisata. Berdasarkan hasil observasi sumbangan pemikiran yang diberikan oleh masyarakat untuk pengembangan pariwisata berupa keterlibatan warga dalam mengikui berbagai rapat, masyarakat saling 92
bertukar pendapat, berbagi pengalaman, dan bertukar informasi mengenai strategi, pengelolaan, dan pengembangan pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. Diperkuat pula oleh Mas Pr yang mengungkapkan sebagian anggota berkontribusi dengan baik, untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan yang ada, masyarakat dengan antusias mempunyai gagasan, menanggapi, dan dengan sukarela memberikan tenaga, maupun dana di setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Dusun Suwanting (CW10, 12/02/2017: 178). Diungkapkan pula oleh Bapak Si Idenya kalau dari saya itu mbak kan kalau jalur pendakian ada pos Manding nah disitu kan licin , jadi saya pengennya gimana caranya biar jalannya itu baik, jadi kalau enak kan banyak yang naik mbak, ya biar lancar aja (CW6, 16/02/2017: 169). b. Sumbangan pendanaan Sumbangan pendanaan merupakan sumbangan masyarakat yang diberikan baik itu spontan maupun tidak, pendanaan diberikan saat masyarakat bergotong royong atau kerjabakti, masyarakat menyumbang pendanaan untuk konsumsi kerja bakti, sarana prasarana kerja bakti.
Hal ini bisa dilihat saat observasi,
disetiap kegiatan selalu ada konsumsi yang disediakan sama warga. Untuk peralatannya sendiri, dari warga sudah menyediakan masing-masing. Sedangkan untuk peralatan kelompok seperti Hand Talk disediakan sama pihak pengurus Paguyuban Suwanting Indah. Seperti yang diungkapkan oleh Pk Rb kalau untuk dana kita jarang memberikan langsung berwujud uang mbak, tapi langsung memberikan berupa barang yang dibutuhkan,. Seperti saat kerja bakti warga disini dijatah bergilir untuk membuatkan konsumsinya mbak (CW2, 12/02/2017: 158).
93
c. Sumbangan tenaga Sumbangan tenaga merupakan sumbangan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat Dusun Suwanting dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dikarenakan potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting ini merupakan potensi jalur pendakian, sehingga dalam pengembangannya perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga, seperti pembenahan jalur pendakian, operasi bersih, evakuasi wisatawan yang terkena musibah sewaktu di perjalanan baik naik maupun turun gunung. Seperti yang diungkapkan Mas Ar, bahwa beliau cuma punya tenaga jadi hanya membantu berupa tenaga saja. Membantu sewaktu bersih-bersih gunung, evakuasi atau ada event-event kaya penanaman dari komunitas (CW9, 04/02/2017). Diperkuat pula oleh Mas Ed, Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pengembangan yakni gagasan dan tenaga untuk evakuasi, pembenahan jalur operasi bersih karena dibutuhkan banyak tenaga (CW3, 12/02/2017). d. Sumbangan keahlian Sumbangan dalam bentuk keahlian, dimana masyarakat
ada
yang
berpartisipasi untuk pengembangan pariwisata melalui pemasaran dimana individu memiliki keahlian dalam bidang pemasaran melalui sosial media bahkan bisa tembus hingga mancanegara, selain itu ada yang berpartisipasi dengan menjadi porter karena memiliki keahlian menjadi pemandu gunung yang sudah bersertifikasi dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, dan keahlian dalam
94
bidang SAR (Search and Rescue) sebagai keahlian mencari dan menyelematkan orang hilang dalam Gunung. Seperti yang diungkapkan oleh, Ibu LK kalau saya kan gak bisa bantu-bantu apa mbak, karena rata-rata pekerjaan untuk pengembangan pariwisata disini itu dilakukan oleh laki-laki, ya karena tenaga yang dibutuhkan sangat banyak. Paling kalau saya ikut bantu masak buat makan warga saat kerja bakti seperti pas evakuasi atau pembenahan jalur mbak. Terus paling juga masak pas ada pendaki yang minta makanan mbak (CW7, 19/02/2017: 171). Hal tersebut mengungkapkan bahwa Ibu Lk berkontribusi dengan memberikan tenaga dan keahliannya dalam hal memasak sebagai dukungan untuk pengembangan pariwisata. Hal ini juga sama halnya dengan yang diungkapkan oleh relawan yang telah menjadi bagian dari masyarakat Dusun Suwanting, yakni Mas BL Dulu saya ditahan disini sih dimintai tolong buat pemasaran dan pembenahan jalur mbak, saya dibantu sama relawan lainnya atau mas JF yang sudah setahun lebih dulu dari saya kami membantu masyarakat disini dengan pemasaran mbak baik dari internet maupun relasi Tour Operator Pariwisata lainnya, ya alhamdulilah mbak tamu kami sudah dari berbagai mancanegara meskipun masih lingkup ASEAN, tapi pernah juga dapat tamu dari Prancis, Swedia, dan Australia mbak (CW8, 22/02/2017: 173). Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat berpartisipasi sesuai dengan keahliannya yakni pemasaran, yang bisa membawa perubahan terhadap perkembangan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting ini. Tokoh masyarakat dan juga ketua-ketua pemuda dan atau orang-orang yang memilki pengaruh besar di Dusun Suwanting melibatkan diri pada kegiatan yang terkait dengan pengembangan pariwisata guna menggerakkan partisipasi masyarakat Setiap warga menjadi bagian penting dalam proses identifikasi masalah seperti mencari tahu penyebab terjadinya masalah lalu solusinya gimana, 95
perencanaan yang disesuaikan dengan identifikasi masalah untuk memenuhi kebutuhan, pelaksanaan dalam pengembangan pariwisata
dan evaluasi untuk
mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, dimana kurangnya dan untuk mengambil keputusan dalam hal pengembangan pariwisata, karena setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah bersama. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Ed bahwa Masyarakat ikut terlibat dalam hal yang menyangkut pariwisata ini mulai identifikasi masalah sampai evaluasi, karena masyarakat merupakan pengelola (CW3, 12/02/2017). b. Tahap partisipasi Tahapan partisipasi masyarakat Dusun Suwanting dalam pengembangan pariwisata pendakian terbagi menjadi 4 yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan evaluasi. Berikut disajikan tahapan partisipasi berdasarkan hasil penelitian. 1.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paguyuban Suwanting Indah selalu
melibatkan
masyarakat
dalam
pengambilan
keputusan,
dimana
dalam
pengambilan keputusan terdapat sebuah perencanaan. Dalam hal perencanaan untuk kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka masyarakat melakukan sebuah musyawarah. Masyarakat dilibatkan setiap kali akan menentukan kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata. Sebelum diadakannya perencanaan, pengurus yang dibantu pemuda megidentifikasi masalah terlebih dahulu sesuai dengan analis kebutuhan sebagai dasar perencanaan kegiatan. 96
Berdasarkan observasi wujud partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap kegiatan yang ditawarkan. Perencanaan yang ada di Paguyuban Suwanting Indah ini diantaranya pembenahan jalur, operasi bersih, dan berbagai pelatihan lainnya guna menarik wisatawan dan membuat wisatawan ingin kembali ke Dusun Suwanting. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Ed bahwa setiap individu diwajibkan untuk berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata itu, untuk itu masyarakat juga ikut andil dalam pengembilan keputusan yang bersangkutan pada pariwisata tersebut (CW3, 12/02/2017). Diperkuat oleh ibu Lk Untuk pengembangan pariwisatanya sendiri seperti kegiatan-kegiatan to mbak maksudnya. Pasti semua ada perencanaannya mbak dan alhamdulilah perencanaan sesuai, meskipun ada beberapa kendala tapi masih bisa diminimalisir mbak (CW7, 19/02/2017: 171). 2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Hasil penelitian menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yang rencanakan untuk pengembangan pariwisata terlihat dari antusiasme masyarakat saat mengikuti kegiatan, masyarakat terlibat untuk mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Saat kegiatan berlangsung masyarakat juga saling gotong royong satu sama lain. Salah satu contoh partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan adalah pembuatan saluran air dengan pipa dari sumber mata air yang ada di POS 3 hingga basecamp pendakian guna memudahkan pendaki memperoleh sumber air, 97
jadi pendaki tidak terlalu membawa beban berat saat mendaki gunung. Kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Mas EP yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah seluruh masyarakat Suwanting, inisiatif yang dilakukan masyarakat yang pertama dalam pelayanannya, membenahi jalur, yang ketiga untuk masalah sampai sekarang juga masih terkondisi, sama paling itu mbak kan dari basecamp sampai batas kawasan itu cukup jauh, dari pihak basecamp juga menyediakan ojek mbak. Masyarakat pasti dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, identifikasi masalah, perencanan, pelaksanaan dan pengendalian basecamp (CW1, 09/02/2017: 155). Berdasarkan dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan masyarakat ikut berpartisipasi adalah, studi banding, mengikuti pameran, pembenahan pariwisata jalur pendakian, pelatihan SAR, operasi bersih, pelatihan penanganan kebakaran hutan, penanaman dan penghijauan, rapat rutin, pelatihan pemandu gunung. Diungkapkan pula oleh bapak ST Kegiatan yang ada seperti pelatihan itu sudah ada mbak namun belum semua masyarakat dilibatkan karena andilnya kurang karena hal ini menyangkut banyaknya anggota yang ada jadi kami bagi rata setiap warganya (CW4, 21/02/2017: 163). 3.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hasil penelitian menunjukkan adanya partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan yang telah dilaksanakan pembangunan berbagai infrastruktur yang mendukung kegiatan kepariwisataan. Partisipasi dalam pengelolaan masyarakat mewujudkannya dengan tetap menjaga kebersihan pariwisata dengan adanya operasi bersih. Selain itu masyarakat juga meningkatkan keamanan serta mendukung setiap kebijakan pemerintah desa dan Taman Nasional . Seperti yang 98
diungkapkan oleh Mas Ed bahwa yang berperan pariwisata yakni masyarakat, berperan saat tugas piket jaga basecamp,evakuasi kecelakaan, membersihkan sampah, memmperbaiki jalan yang rusak (CW3, 12/02/2017). Diperkuat pula oleh Mas BL, yang mengungkapkan bahwa untuk pemeliharaan pariwisata dibutuhkan perawataan, pengelolaan dan perbaikan jalur kalau rusak, perawatan pipa, serta mengadakan kegiatan bersih-bersih (CW8, 22/02/2017). 4.
Partisipasi masyarakat dalam evaluasi Hasil penelitian menunjukkan adanya partisipasi masyarakat dalam evaluasi
kegiatan maupun pengelolaan pariwisata. Evaluasi dilakukan guna mengetahui dan memonitoring hal-hal apa saja yang kurang dalam pengambangan pariwisata baik dari segi pencitraan destinasi pariwisata, daya tarik wisata, pemasaran, pelayanan maupun yang lainnya. Hal ini dikemukakan oleh warga saat berlangsung rapat rutin maupun rapat event. Dalam evaluasi masyarakat juga terkadang menanyai ataupun sebagai tanggapan atas keluhan dari pengunjung. Hal ini bisa peneliti lihat berdasarkan observasi saat mengikuti rapat setelah event pendakian dan operasi bersih. Dan diperkuat oleh pendapat Mas Ed, yang mengungkapkan bahwa masyarakat ikut terlibat dalam hal yang menyangkut pariwisata ini mulai identifikasi masalah sampai evaluasi, karena masyarakat merupakan pengelola. Selain itu diungkapkan pula oleh Mas BL ya namanya masyarakat di daerah desa mbak, pasti mereka guyub, jadi untuk semua kegiatan pasti masyarakat dilibatkan. Toh kunci utama dari pengembangan pariwisata itu ya masyarakat sendiri. Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, terus pelaksanaannya, nah biar bisa berkembang diadakan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut mbak (CW8, 22/02/2017: 174). 99
Tahapan partisipasi masyarakat yang ada secara umum di Dusun Suwanting dalam pengembangan pariwisata adalah masyarakat mampu berpartisipasi dengan konsultasi atau menawarkan pendapat sebagai pendengar untuk memberikan umpan balik, dan mengambil keputusan secara bersama, memberikan ide dan mengembangkan peluang guna pengambilan keputusan, yang kemudian masyarakat bertindak bersama, terlibat dan menjalin kemitraan satu sama lain dalam pelaksanaan kegiatan. Serta memberi dukungan dengan menawarkan pendanaan, nasehat, dan dukungan lain. Bentuk peran serta masyarakat dalam pariwisata pendakian dapat berupa peran serta masyarakat dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan, kegiatan perencanaan pengembangan kawasan, kegiatan pengelolaan kawasan, dan kegiatan pengawasan kawasan. Hal ini bisa dilihat bedasarkan dokumentasi dan observasi. Dan diungkapkan pula oleh Bapak Rb yang berperan dalam pengelolaan pariwisata adalah seluruh masyarakat, ada apa-apa ya kami tanggung bersama, yang tanggung jawab bukan hanya yang membuat dan membuka jalur, tapi seluruh masyarakat semua ikut bertanggung jawab, saat ada sesuatu yang terjadi masyarakat dilibatkan secara penuh baik dari gagasan, tenaga ataupun dana yang lain (CW2, 12/02/2017: 158). c.
Manfaat partisipasi Partisipasi
masyarakat
hakikatnya
bukan
semata
mendorong
terjadinya proses penguatan kapasitas masyarakat lokal, tetapi merupakan sebuah mekanisme guna meningkatan pemberdayaan bagi warga untuk terlibat dalam pembangunan secara bersama. Dari partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Dusun Suwanting untuk pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
100
a. Ekonomi masyarakat Dusun Suwanting menjadi meningkat. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Mas Ep, bahwa warga sendiri juga sudah merasakan hasil dari adanya pariwisata pendakian, dan merasakan kedua kualitas hidup masyarakat
cukup
membaik,
begitu pula
dengan
ekonomi
(CW1,
09/02/2017). b. Masyarakat menjadi semakin rukun. Dari adanya pariwisata pendakian ini masyarakat menjadi lebih rukun, karena dulunya hanya fokus pada masingmasing RT saja. Hal ini diungkapkan oleh Mas Ar Manfaat yang dirasakan , yang pertama banyak temen, untuk masalah hasil tidak terlalu memikirkan, biar pada tahu kalau disini ada potensi pariwisata jalur pendakian, dulunya orang-orang terutama luar kota belum pada tahu Dusun Suwanting, kalau disini ada potensi seperti ini, kita Cuma ingin mengenalkan budaya-budaya yang ada disini.pengenalan pada masyarakat luas. Dengan cara menggunakan sosial media (CW1, 09/02/2017: 176). c. Hutan konservasi menjadi lebih terawat. Adanya pariwisata masyarakat maka sering diadakan penghijauan oleh beberapa komunitas, dan juga ada program bank sampah yang diadakan oleh salah satu lembaga universitas dari Yogyakarta d. Wawasan masyarakat menjadi meningkat . Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Pak ST, yakni Warga masyarakat menjadi tambah pengetehuan tentang porter/ pemandu wisata dengan menemani wisatawan dari basecamp sampai puncak yang juga mengurangi angka pengangguran. Dan menambah income bagi warga 101
Suwanting sendiri. Dan tujuannya juga ikut melestarikan hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu. Ada kegiatan penanaman yang disponsori oleh FKB, Oi, dll dengan bekerjasama dengan pemuda-pemuda Suwanting (CW4, 21/02/2017).
Pada dasarnya manfaat yang dirasakan oleh warga Dusun Suwanting adalah dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat disana, baik dari sisi pengetahuan, ekonomi, sosial, lingkungan dan politik 4.
Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat Dalam pengembangan pariwisata khususnya pariwisata yang ada di Dusun
Suwanting sendiri, tentu dibutuhkan adanya partisipasi masyarakat. Besar kecilnya paritisipasi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor penghambat maupun faktor pendorong. a.
Faktor Pendorong Menurut hasil penelitian, berikut ini disampaikan faktor pendorong
masyarakat dalam mengembangkan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting, meliputi : Diungkapkan pula oleh Mas JF alasan saya ikut berpartisipasi ya karena suka/ hobi mendaki gunung, kebetulan pertama kali mendaki sini, disambut baik sama pengelola, bagus positif, ada ruang untuk saya mengembangkan, ya saya ikut mengembangkan. Selain itu juga bisa menambah relasi untuk tour operator lainnya (CW5, 10/02/2017: 168). Menunjukan bahwa relawan ikut berpartisipasi dikarenakan adnya sebuah pengakuan dan penghargaan ataupun kesempatan untuk ikut andil dalam pengembangan pariwisata yang ada.
102
a. Setiap masyarakat berpatisipasi karena adanya tuntutan lingkungan untuk saling gotong royong. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Si, bahwa masyarakat berpartispasi karena tuntutan lingkungan yang masih kental dengan adat gotong royonh (CW, 16/02/2017: 169)” b. Setiap masyarakat menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa yang lebih baik dan maju sehingga Dusun Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh warga Bapak Ar sebelumnya udah pernah ikut komunitas pecinta alam mbak seperti AGMM (Anak Gunung Merbabu Merapi) untuk melestarikan sinilah khususnya jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat luas bisa tahu bahwa disini adapariwisata pendakian (CW9, 04/02/2017: 177). Menunjukkan bahwa masyarakat ikut berpartipasi dengan alasan bahwa partisipasi yang diberikan bisa membawa perubahan atau dalam artian kepentingannya dalam partisipasi. c. Sikap saling menghargai yang ada di Dusun Suwanting membuat masyarakat tanpa canggung untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan kemampuan warga masing-masing. Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan penulis saat rapat-rapat rutin maupun kegiatan/ event, dimana satu sama lain bisa saling menghargai pendapat masing dan diputuskan berdasarkan musyawarah. d. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan 103
masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Mas Ep, bahwa masyarakat sudah merasakan hasil dari adanya pariwisata pendakian, kualitas hidup mereka kehifupan mereka membaik begitu pula dengan ekonomi (CW1, 09/02/2017). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ikut merasakan manfaat dari adanya partisipasi pengembangan pariwisata pendakian. b. Faktor penghambat Dari hasil penelitian dapat diketahui beberapa faktor penghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut : a. Latar belakang pekerjaan masing-masing individu yang berbeda-beda membuat kesibukan individu berbeda-beda dan penyempatan waktu untuk ikut berpartisipasi menjadi berbeda-beda. Seperti ungkapan Mas Ed, yakni faktor yang menghambat adalah karena masyarakat memiliki profesi dan kesibukan masing-masing, jadi mayarakat itu tidak bisa ikut secara penuh andil dalam pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola (CW3, 12/02/2017: 161). b. Karena pariwisata yang ada di Dusun Suwanting merupakan pariwisata jalur pendakian, maka yang berpartisipasi aktif lebih banyak kaum laki-laki, karena dalam pengelolaan pariwisata pendakian membutuhkan banyak tenaga seperti saat pembenahan jalur, operasi bersih, mengevakuasi wisatawan dan lainnya.. Hal ini berdasarkan pengamatan atau observasi penulis, saat ada pembenahan jalur baik itu pembenahan pipa air maupun jalur pendakian sendiri, lebih banyak menggunakan jasa laki-laki hal ini juga diperkuat oleh dokumentasi dalam bentuk foto yang ada. 104
c. Kurangnya pegetahuan dan wawasan tentang konservasi hutan di pariwisata pendakian yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara maksimal dalam pengelolaan dan perawatan pariwisata pendakian yang ada. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat ditanya mengenai pengembangan pariwisata pendakian banyak yang kurang begitu paham, dan kebanyakan kegiatan untuk pengelolaan sendiri masih belum ada seperti bagaimana manajemen pariwisata atau pelatihan tentang konservasi. Kebanyakan yang membuat kegiatan adalah pihak luar, seperti komunitaskomunitas atau organisasi pecinta alam lainnya yang dibantu oleh relawan. d. Kesulitan berkomunikasi dengan bahasa asing saat ada wisatawan dari mancanegara, yang membuat kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Hal ini juga dilatar belakangi oleh rendahnya pendidikan masyarakat Dusun Suwanting. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat terjadi interaksi antara wisatawan asing dengan warga setempat. Selain itu peneliti juga menerima keluhan dari masyarakat setempat kalau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa asing. Untuk faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, sehingga membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan secara maksimal. Hal ini berdasarkan ungkapan Ketua Dusun Suwanting, yakni: Kalau dari pemerintahan sendiri mendukung mbak namun baru sampai tingkat Desa, untuk kecamatan apalagi kabupaten sendiri belum banyak 105
dukungan mbak, namun kami juga mendapat dukungan penuh dari pihak Taman Nasional Gunung Merbabu (CW4, 21/02/2017: 165). c.
Upaya mengatasi hambatan Namun berdasarkan hasil penelitian, peneliti juga menemukan upaya yang
dilakukan masyarakat dalam menangani faktor penghambat tersebut, yang meliputi:. a. Pihak pengurus mendorong setiap masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata. Hal ini terbukti dari adanya petugas piket yang dirolling setiap RTnya, sehingga masyarakat mau tidak mau harus ikut menjaga pariwisata yang ada sebab jika masyarakat tidak menghadiri piketnya mereka akan dienakan denda uang sebesar Rp.50.000. Hal ini diungkapkan oleh Pak St, bahwa RT mewajibkan setiap individunya untuk ikut berpartisipasi hal ini dilandasi oleh keputusan dusun (CW2, 12/02/2017). Diperkuat oleh Mas Ed strategi untuk masyarakat agar ikut berpatisipasi adalah dengan membagi masyarakat bapak-bapak ataupun pemuda menjadi kelompok-kelompok agar masyarakat itu bisa bergiliran dan diwajibkan, jadi setiap individu ikut andil mbak (CW3, 12/02/2017: 161). b. Secara inisiatif dan dibantu oleh warga masyarakat Dusun Suwanting, tim perempuan berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan pendaki (berjualan) melalui menyediakan makanan ataupun konsumsi baik yang masih mentah maupun olahan bahan mentah (makanan siap saji). Hal ini terlihat dari pengamatan penulis dimana, warung-warung yang bisaanya hanya membuka warung kelontong, ketika ada pendaki bertanya 106
bisa menyediakan makanan, maka pihak pengelola langsung menghubungi para ibu-ibu untuk membuat makanan siap saji. c. Pihak pengurus bekerjasama dengan pihak Taman Nasional mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang bagaimana mengelola konservasi hutan yang baik, dan menanganinya saat terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Hal ini ditunjukkan oleh bukti-bukti dokumentasi dari pihak Paguyuban Suwanting Indah sendiri, dan diungkapkan oleh Mas BL saat sebelumnya warga belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan konservasi, akhirnya ada kegiatan pelatihan tentang pengelolaan hutan konservasi terutama saat terjadi adanya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau mbak (CW8, 22/02/2017: 175). d. Masyarakat Dusun Suwanting belum mampu mengatasi hambatan kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing. Saat ini belum ada tindak lanjut dari permasalahan tersebut. Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting juga dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong atupun pendukung. Masyarakat
setempat
juga
mengawasi
atau
mengontrol
pembangunan
kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pembangunan kepariwisataan, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan
daya
tarik
wisata.
Masyarakat
mengimpelemntasikan rencana yang telah disusun. 107
ikut
berpartisipasi
dalam
B. Pembahasan Hasil Penelitian diatas merupakan fakta-fakta yang menunjukkan bagaimana masyarakat Dusun Suwanting, berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu. Berikut akan dibahas mengenai makna-makna terkandung dalam fakta-fakta tersebut. 1.
Bentuk Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Pariwisata merupakan suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain
dan bersifat sementara untuk mencari pengalaman keseimbangan dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena mampu merangsang tumbuhnya usaha-usaha ekonomi yang memperluas kesempatan kerja, sehingga perlu diadakanya sebuah pengembangan pariwisata. Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigma). Pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan menjaga kualitas lingkungan hidup masyarakat. Untuk itu melalui pariwisata bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang nantinya bisa berdampak panjang terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti kesempatan berpendidikan ataupun yang lainnya, serta kualitas air, udara dan tanah daerah pariwisata. Pembangunan kepariwisataan akan 108
mengukur pembangunan kinerja pembangunan kepariwisataan mealui aspek indikator penting, yakni: a. Aspek indikator lingkungan Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu harus dijaga kelestariannya lingkungannya melalui pembangunan sistem infrastruktur atau pembenahan jalur pendakian, sumber air bersih, pembuangan sampah pendaki, penyediaan pos untuk istirahat agar tidak merusak alam. b. Aspek indikator sosial budaya Jumlah wisatawan dan tipe kegiatan pariwisata pendakian harus mematuhi adat istiadat masyarakat setempat.
Lama tinggal
wisatawan dan tipe
kepariwisataan pendakian ini juga tidak mengubah budaya lokal secara signifikan. Wisatawan menggunakan layanan dan fasilitas mengikuti peraturan penduduk sekitar. Interaksi antara wisatwan dan lingkungan di destinasi meningkatkan emgalaman masyarakat dan kenyamanan pengunjung c. Aspek indikator ekonomi Kepariwisataan pendakian mampu menambah peluang kerja dan usaha masyarakat setempat, namun tidak menghilangkan ataupun mengganti pekerjaan tetap masyarakat setempat, hal ini meningkatkan penyerapan tenaga kerja dari aktivitas ketenagakerjaan. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata dimana 109
masyarakat atau warga setempat memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka (Sunaryo, 2013: 218-219) Hal ini juga sama dengan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting, dimana masyarakat menjadi kunci utama dari pengembangan pariwisata, seluruh elemen masyarakat berperan aktif dalam pengembangan pariwisata , yang tidak hanya di kelola oleh kelompok tertentu. Untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berjalan dengan baik maka diperlukan keterlibatan masyarakat setempat. Di Dusun Suwanting masyarakat berperan secara penuh dalam pengambilan keputusan, dimana pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah bersama. Penyusunan perencanaan untuk pengembangan pariwisata dilakukan secara bersama, baik dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan pengembangan pariwisata pendakian. Pariwisata berbasis masyarakat yang ada di Dusun Suwanting ini juga memberikan manfaat terhadap kehidupan warga baik dari sisi ekonomi, soisal, politik, maupun pengetahuan. Dari teori-teori diatas (teori JJ Spilane dan Suwantoro) yang dapat disimpulkan
bahwa
pengembangan
pariwisata
terlihat
dari
bagaimana
memantapkan citra pariwisata melalui peningkatan promosi dan aksesbilitas, dan serta peningkatan mutu dan pelayanan melalui peningkatan keahlian-keahlian sumber daya manusia.
110
a. Promosi dan aksesbilitas Pemasaranan merupakan kegiatan yang sangat penting, sehingga pembeli mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya. Dan salah satu indikator dari kebijakan pengembangan pariwisata adalah promosi sebagai pelaksanaan upaya pemasaran yang selaras dan terpadu. Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, sehingga pembeli mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya. Selain itu juga ada aksesbilitas, sebagai pengembangan lintas sektoral, dan pengembangan kawasan pariwisata dan produk pariwisata. (Suwantoro, 2004 :55). Dalam upaya mengembangkan pariwisata pendakian yang ada, masyarakat Dusun Suwanting gencar melakukan pemasaran melalui media sosial. Melalui media sosial tersebut disebutkan destinasi pariwisatanya, penyediaan informasi pariwisata, penyedia layanan reservasi, jasa porter, guide, antar jemput dan jasa lainnya untuk memudahkan pengunjung yang akan melakukan perjalanan pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Pengemasan dengan konsep yang lebih modern, lebih unik, masyarakat Dusun Suwanting mencoba untuk menyampaikan visi dan misi bisnis mereka melalui media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat dari bermacam-macam tingkat ekonomi. Hal ini memang cukup unik dan kreatif, mengingat media sosial telah menjadi media penyebaran informasi yang sangat efektif dan mempengaruhi persepsi banyak orang agar bisa menarik masyarakat untuk berkunjung ke pariwisata yang ada di di Dusun Suwanting. 111
Selain itu masyarakat juga meningkatkan aksesbilitas menuju Dusun Suwanting seperti pemberian papan penunjuk arah, pemberian gapura saat masuk dusun, perbaikan jalan, dan aksesbilitas menuju destinasi wisata sendiri dengan pembenahan jalur pendakian yang memudahkan wisatawan menuju puncak Taman Nasional Gunung Merbabu. Masyarakat juga memudahkan wisatawan dengan pemberian pos air disetiap posnya. Serta menyediakan jasa ojek dari basecamp sampai pos 1. Dan untuk fasilitas yang ada di Paguyuban Suwanting Indah ini termasuk lengkap, namun masih terbatas untuk kamar mandi umumnya. Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan dengan tingkat kemudahan seorang wisatawan mencapai suatu objek wisata. Asksesibilitas penting diperhatikan, mengingat aspek tersebut bisa memberikan pengaruh yang besar bagi para wisatawan. Beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah kondisi jalan, tarif angkutan jenis kendaraan, jaringan transportasi, jarak tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata, wisatawan yang berkunjung dapat semakin banyak jumlahnya. Sebaliknya, jika aksesibilitasnya kurang baik, wisatawan akan merasakan hambatan dalam kunjungan yang dilakukannya dalam berwisata. b. Peningkatan mutu dan pelayanan Dalam meningkatkan mutu produk wisata, masyarakat setempat melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan sumber daya alam yang dilakukan dengan pelestarian lingkungan melalui penghijauan, operasi bersih dan pembenahan jalur, dan penyedian fasilitas lainnya.Untuk peningkatan sumber daya manusia diadakan 112
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang pengelolaan konservasi hutan. Dalam peningkatan pelayanan masyarakat selalu bersikap ramah kepada pendaki atau wisatawan yang datang, selain itu juga diadakan pelatihan jasa layanan porter/pemandu yang berstandar dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, pelatihan ”jungle rescue” sebagai tim evakuasi saat terjadi kecelakaan di gunung, serta penyediaan konsumsi ataupun peralatan yang dibutuhkan wisatawan. Sehingga wisatawan akan merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh masyarakat lokal. Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa dalam pengembangan pariwisata pendakian masyarakat Dusun Suwanting sesuai sengan teorinya JJ. Spilane (1993 :135) yang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata ditinjau dari sudut pelaksanaannya yang bersifat teknis operasional dengan prinsip pembinaan produk wisata dengan peningkatan mutu dan pelayanan, serta kegiatan pemasaran. Hal ini juga sama dengan yang dilansirkan oleh Suwantoro, 2004 dimana upaya pengembangan pariwisata juga bertujuan untuk peningkatan produk dan pelayanan yang berkualitas dengan indikator aksesbilitas, promosi, pengedalian kawasan pariwisata, penampilan produk wisata, keahlian sumber daya manusia. Dari adanya pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting memberikan manfaat baik sosial mapun ekonomi. Masyarakat Dusun Suwanting menjadi memiliki jiwa kewirausahaan dan kreativitas yang mampu membuat 113
masyarakat Suwanting jauh lebih sejahtera, disisi lain masyarakat menjadi memiliki wawasan yang luas tentang pariwisata dan pengelolaan konservasi hutan. Sesuai dengan teorinya Sunaryo (2013 :218) yang menyatakan bahwa keterlibatan komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai manfaat ekonomi dan sosial merupakan upaya untuk mewujudkan pengembangan pariwisata yang berjalan baik. Hal ini juga berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas, inisiatif, dan peran masyarakat setempat dalam pembangunan pariwisata. 2. Partisipasi masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melibatkan perencanaan, pengorganisasian dan pengembangan berbagai aktivitas program yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat serta membina kemandirian masyarakat, baik itu secara ekonomi, sosial, maupun politik.
Partisipasi
masyarakat
dibutuhkan
untuk
revitalisasi
konsep
pembangunan, untuk menghasilkan sebuah perubahan positif bagi kehidupan. (Alfitri, 2011 :39). Dalam pengembangan pariwisata yang ada partisipasi masyarakat Dusun Suwanting terbilang cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan respon masyarakat terhadap pariwisata tinggi, semua masyarakat menjadi anggota paguyuban. Dari pariwisata yang ada, masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan baik dari segi ekonomi dimana pendapatan menjadi meningkat, dari segi sosial masyarakat 114
menjadi lebih guyub dan rukun, dari segi pengetahuan wawasan masyarakat tentang pariwisata dan pengelolaan hutan konservasi. 1. Bentuk Partisipasi Di Dusun Suwanting sendiri dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, terdapat potensi pariwisata yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Suwanting. Seluruh masyarakat Dusun Suwanting menjadi anggota Paguyuban Suwanting Indah dan melibatkan diri pada kegiatan diskusi baik untuk memberikan informasi atau ikut mengindentifikasi potensi atau permasalahan yang ada dan mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan yang tertuang saat rapat rutin ataupun rapat suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan teorinya Dusseldorp dalam Aprilia Theresia, (2014: 197) dengan identifikasi dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat berupa: menjadi anggota, melibatkan diri pada kegiatan diskusi maupun kegiatan lainnya, menggerakan sumber daya manusia, dan mengambil bagian dalam pengambilan keputusan serta memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai. Sedangkan menurut Huraerah (2011: 116) menyebutkan bentuk-bentuk partisipasi ada 5 yakni: (1) pikiran, (2) tenaga, (3) harta benda, (4) keahlian, (5) sosial. Hal ini juga sama dengan apa yang telah masyarakat Suwanting berikan untuk pengembangan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat Dusun Suwanting adalah sebagai berikut : 115
a. Partisipasi dalam bentuk pikiran, masyarakat ikut serta menikuti forum pengembangan pariwisata, masyarakat berperan aktif dalam pengambilan keputusan dalam forum, masyarakat berperan aktif dalam memberikan saran dan pendapat pada forum pengembangan pariwisata. b. Partisipasi dalam bentuk pendanaan (harta benda), masyarakat berpartisipasi dengan memberikan sumbangan berupa makanan untuk mendukung dalam berbagai kegiatan pengembangan pariwisata, masyarakat memberikan iuaran keanggotaan, dalam kegiatan masyarakat memberikan barang seperti sarana prasarana untuk kerja bakti. c. Partisipasi dalam bentuk tenaga, masyarakat terlibat dalam berbagai kegiatan perbaikan desa, gotong royong, ikut serta dalam pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dusun, masyarakat terlibat dalam perogram kegiatan dari pihak pengurus pariwisata. d. Partisipasi ketrampilan, masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan usaha di dusun seperti jualan makanan siap saji, souvenir, peralatan pendaki. Masyarakat juga ada yang memiliki keahlian dalam pemasaran. e. Partisipasi sosial, dimana masyarakat ikut duduk sebagai pengelola pariwisata. Jadi masyarakat Dusun Suwanting telah memberikan kontibusi dengan dana, tenaga, gagasan, dan ketrampilan serta sumbangan kerja dalam pengambilan keputusan, implementasi, pemanfaatan, dan evaluasi sesuai dengan kemampuan
116
masing-masing individu seperti yang diungkapkan oleh Aprellia Theresia (2014) dan Huraerah (2011: 116) 2.
Tahapan dan partisipasi Sedangkan untuk tahapan partisipasi masyarakat Dusun Suwanting saling
berinteraksi dan memberi tanggapan atas pendapat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengembangan serta menilai atau mengevaluasi pembangunan pariwisata. Hal ini sesuai dengan teorinya Priasukmana dan Mulyadin (2001:39-40) menjabarkan bentuk partisipasi masyarakat pada setiap tahapan pengembangan desa wisata yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembangunan, (3) pengelolaan dan (4) evaluasi. Hal ini bisa dilihat saat peneliti sedang melakukan observasi dengan mengikuti salah satu kegiatan dari awal hingga evaluasi , dimana masyarakat melakukan tahapan: a. Perencanaan
dimana
masyarakat
mengikuti
pertemuan/rapat
dan
berkonsultasi dengan pihak pengurus pariwisata dan tokoh masyarakat, memberikan
informasi
dengan
identifikasi
potensi
dan
permasalahan,dikemukakan oleh salah satu panitia kemudian , yang lainnya memberikan tangapan saat perencanaan dan menyusun anggaran b. Dalam pelaksanaannya masyarakat melaksanakannya sesuai perencanaan dimana masing-masing individu memiliki peran masing-masing. Seperti terlibat dalam kegiatan pengembangan pariwisata, turut memberikan sumbangan pikiran dana, tenaga, dan keahlian. 117
c. Pengelolaan, masyarakat turut berpartisipasi dalam mengelola pariwisata yang meliputi tenaga pemungut retribusi, juru parkir, juru keamanan, guide. Selain itu masyarakat juga melakukan pembangunan dan perawatan, pemeliharan fasilitas penunjang wisata. Turut membantu mempromosikan pariwisata pendakian di Dusun Suwanting, dan mendukung kegiatan pariwisata yang telah ada. d. Evaluasi, masyarakat turut mengawasi jalannya kegiatan pengembangan pariwisata, mengawasi kegiatan-kegiatan negatif yang bisa merusak citra pariwisata. Selain itu masyarakat juga mengevaluasi penyelenggaran kegiatan pariwisata.
Namun
untuk
penelitian
dan
pengembangan
untuk
pengembangan pariwisata, masyarakat belum ada yang terlibat untuk hal tersebut. 3. Manfaat Partisipasi Dari partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Dusun Suwanting untuk pengembangan pariwisata salah satunya adalah ekonomi masyarakat Dusun Suwanting menjadi meningkat. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat menjadi semakin rukun. Dari adanya pariwisata pendakian ini masyarakat menjadi lebih rukun, karena dulunya hanya fokus pada masing-masing RT saja.
118
Selain itu hutan konservasi menjadi lebih terawat. Adanya pariwisata masyarakat maka sering diadakan penghijauan oleh beberapa komunitas, dan juga ada program bank sampah yang diadakan oleh salah satu lembaga universitas dari Yogyakarta. Wawasan masyarakat menjadi meningkat, masyarakat menjadi lebih mengerti tentang tata cara menjadi pemandu gunung, pengetahuan tentang cara penanganan kecelakaan di gunung, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan teorinya Sunaryo (2012: 142) yang mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata memberikan manfaat pada aspek utama dalam bidang ekonomi, yakni mampu menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pariwisata sehingga pendapatan masyarakat dapat berkembang. Dalam dimensi sosial yakni peningkatan kebanggan komunitas dan dimensi budaya yakni mendorong masyarakat untuk menghormati nilai budaya yang ada. Dimensi lingkungan dengan indikator terjaganya daya dukung lingkungan, adanya sistem pengelolaan sampah yang baik, meningkatnya kepedulian akan perlunya konservasi dan preservasi lingkungan Dalam konteks pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, partisipasi masyarakat penting untuk terus didorong untuk mendistribusikan keuntungan keuntungan dari kegiatan kepariwisataan yang berlangsung kepada masyarakat secara langsung
119
3. Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat a. Faktor Pendorong Pengakuan dan penghargaan ataupun kesempatan untuk ikut andil dalam pengembangan pariwisata yang membuat masyarakat berpartisipasi dengan suka rela tanpa adanya paksaan dari lain pihak. Bahkan relawan atau bukan penduduk asli Dusun Suwanting juga ikut mengembangkan pariwisata pendakian Dusun Suwanting karena mereka dihargai dan mendapat respon positif dari pihak warga sendiri. Karena setiap masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, membuat masyarakat bisa menyalurkan aspirasi mereka. Setiap masyarakat berpatisipasi karena adanya tuntutan lingkungan untuk saling gotong royong. Setiap masyarakat menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa yang lebih baik dan maju sehingga Dusun Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal oleh masyarakat luas. Masyarakat ikut berpartipasi dengan alasan bahwa partisipasi yang diberikan bisa membawa perubahan atau dalam artian kepentingannya dalam partisipasi. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga membawa manfaat pada dimensi lain seperti dimensi sosial, budaya, lingkungan, dan politik. Faktor-faktor pendorong yang telah dipaparkan diatas sesuai dengan kajian yang diungkapkan oleh
Jim Ife dan Frank Teoriero (2008: 309 -314) yang 120
mengemukakan bahwa program pengembangan masyarakat harus mendorong pengakuan dan peningkatan hak maupun kewajiban untuk berpartisipasi. Kondisi yang mendorong partisipasi adalah sebagai berikut: (1) kepentingan aktiftias, (2) perubahan yang terjadi, (3) pengakuan dan penghargaan, (4) dukungan. Dan berdasarkan hasil penelitian oleh Taliziduhu Ndraha mengemukakan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika: (1) organisasi sudah dikenal, (2) kebermanfaatan partispasi (3) manfaat yang diperoleh, (4) peran masyarakat. b. Faktor Penghambat Pada dasarnya masyarakat Dusun Suwanting sangat ingin untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di desanya. Namun hambatanhambatan yang mereka hadapi membuat partisipasi yang mereka lakukan belum maksimal. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa latar belakang pekerjaan masing-masing individu yang berbeda-beda membuat kesibukan individu berbeda-beda dan penyempatan waktu untuk ikut berpartisipasi menjadi berbeda-beda.
Intensitas untuk berpartisipasi bagi mereka yang memiliki
pekerjaan yang terhitung menyita waktu membuat warga enggan untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata. Pariwisata pendakian sebagai pariwisata yang membutuhkan tenaga ekstra untuk pemeliharanya baik itu untuk pembenahan jalur, operasi bersih, mengevakuasi wisatawan yang mengalami kecelakaan gunung maupun lainnya. Sehingga peranan kaum laki-laki dalam pemeliharaan pariwisata menjadi lebih dominan. Hal ini berdasarkan pengamatan atau observasi penulis, dan dimana saat 121
ada pembenahan jalur baik itu pembenahan pipa air maupun jalur pendakian sendiri, lebih banyak menggunakan jasa laki-laki hal ini juga diperkuat oleh dokumentasi dalam bentuk foto yang ada. Pengetahuan terhadap kepariwisataan menjadi salah satu modal dasar masyarakat
dalam
mengembangkan
pariwisata
didaerahnya.
Sayangnya
pengetahuan dan wawasan tentang konservasi hutan dan pengeloaan pariwisata masih terbilang rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara maksimal dalam pengelolaan dan perawatan pariwisata pendakian yang ada. Kebanyakan kegiatan untuk pengelolaan sendiri masih belum ada seperti bagaimana manajemen pariwisata atau pelatihan tentang konservasi. Kebanyakan yang membuat kegiatan adalah pihak luar, seperti komunitas-komunitas atau organisasi pecinta alam lainnya yang dibantu oleh relawan. Kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing menjadi poin penting untuk warga Suwanting, mengingat wisatawan dari pariwisata pendakian di Dusun Suwanting ini tidak hanya dari wilayah Indonesia saja namun juga berasal dari berbagai negara. Ketidakmampuan masyarakat dalam berbahasa asing ini dilatarbelakangi oleh pendidikan mereka yang masih rendah serta kurangnya wawasan. Untuk faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, sehingga membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan secara maksimal. Hal tersebut sesuai dengan teorinya Dea Devianti (2013: 84) yang 122
menyatakan bahwa faktor yang menghambat individu untuk berpartisipasi adalah faktor internal yang terdiri dari mata pencaharian dan tingkat pendidikan dan faktor eksternal, yakni campur tangan dari Stakeholder seperti pemerintah daertah, RT/Rw ataupun yang lainnya. c. Upaya Mengatasi Hambatan Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting
dalam
menunjang
pembangunan
pariwisata.
Dengan
demikian
keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada. Dalam pengembangan pariwisata tentu dibutuhkan adanya partisipasi dari masyarakat. Namun dalam kenyataannya tidak selamanya partisipasi masyarakat bisa berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan masih terdapat hambatan-hambatan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk mengatasi hambatan tersebut masyarakat dan pengurus paguyuban indah telah melakukan memasarkan produk wisata yang ada di Dusun Suwanting melalui media sosial. Memberikan pelayanan yang ramah sesuai dengan adat jawa yang memiliki unggah ungguh ketika bertemu dengan orang. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengelola pariwisata.
123
Agar seluruh masyarakat tanpa terkecuali bisa ikut berpartisipasi untuk mengembangkan pariwisata di Dusun Suwanting maka pihak pengurus mewajibkan setiap masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata. Hal ini terbukti dari adanya petugas piket yang dirolling setiap RTnya, sehingga masyarakat mau tidak mau harus ikut menjaga pariwisata yang ada sebab jika masyarakat tidak menghadiri piketnya mereka akan dienakan denda uang sebesar Rp.50.000. Secara inisiatif dan dibantu oleh warga masyarakat Dusun Suwanting, tim perempuan berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan pendaki (berjualan) melalui menyediakan makanan ataupun konsumsi baik yang masih mentah maupun olahan bahan mentah (makanan siap saji). Untuk mengatasi kecelakaan yang ada di gunung ataupun perawatan konservasi hutan sebagai kawasan pariwisata maka pihak pengurus bekerjasama dengan pihak Taman Nasional Gunung Merbabu mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang bagaimana mengelola konservasi hutan yang baik, dan menanganinya saat terjadi bencana Dari upaya-upaya diatas dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak pengurus pada intinya adalah memberikan kesempatan kepada siapapun yang memiliki keinginan dan bakatnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan teori Aprillia Theresia (2014: 208) yang mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat akan berkembang apabila terdapat kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi,
dan
kesempatan
partisipasi
akan
mampu
menumbuhkan,
menggerakkan, dan mengembangkan serta memlihara partisipasi masyarakat. 124
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan meliputi: 1. Bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Masyarakat yang terlibat langsung terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu serta pemuda untuk pemasaran melalui media sosial yang sudah berkembang dan meningkatkan aksesbilitas dengan pemberian papan penunjuk arah, pemberian gapura saat masuk dusun, perbaikan jalan, dan aksesbilitas menuju destinasi wisata sendiri seperti di lembah manding dengan pembenahan jalur pendakian serta pemberian fasilitas pendukung lainnya untuk mempertajam dan memantapkan citra pariwisata b. Kegiatan untuk meningkatkan mutu kerja yakni : mengikuti pameran, pembenahan
pariwisata
pendakian,
operasi
bersih,
penanaman
dan
penghijuan, pelatihan penanganan kebakaran hutan dan rapat rutin. Sedangkan untuk meningkatkan pelayanan berupa: studi banding, pelatihan SAR, rapat rutin, pelatihan pemandu gunung. 2. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu. a. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat untuk pengambilan keputusan, implementasi, pemanfaatan dan 125
evaluasi berupa: (1) sumbangan pemikiran dalam bentuk tukar informasi atau pendapat atau tukar pengalaman, (2) sumbangan pendanaan berupa pemberian konsumsi atau alat untuk kegiatan pengembangan pariwisata, (3) Sumbangan tenaga berupa seperti partisipasi untuk pembenahan jalur pendakian, operasi bersih, evakuasi wisatawan, (4) Sumbangan dalam bentuk keahlian seperti keahlian untuk pemasaran, keahlian untuk memasak, keahlian menjadi pemandu gunung, keahlian dalam bidang SAR (Search and Rescue) b. Tahapan partisipasi masyarakat Dusun Suwanting dalam pengembangan pariwisata pendakian terbagi menjadi 4 yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, dan evaluasi. c. Manfaat partisipasi yang dirasakan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah ekonomi masyarakat Dusun Suwanting menjadi meningkat, warga menjadi rukun, hutan konservasi menjadi lebih terawat, wawasan menjadi meningkat. 3. Faktor yang mendorong dan menghambat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Faktor pendorong masyarakat dalam mengembangkan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting, meliputi : Setiap masyarakat diberikan kesempatan, adanya tuntutan lingkungan untuk saling gotong royong, sikap saling menghargai, dan manfaat yang dirasakan untuk peningkatan kesejahteraan. 126
Setiap masyarakat menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa yang lebih baik dan maju sehingga Dusun Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal oleh masyarakat luas. b. Faktor
penghambat
masyarakat
untuk
ikut
berpartisipasi
dalam
pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut : Latar belakang pekerjaan, sebagian besar yang berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata adalah kaum laki-laki karena membutuhkan banyak tenaga. Kurangnya pengetahuan dan wawasan, keterbatasan berkomunikasi bahasa asing. c. Upaya yang dilakukan masyarakat dalam menangani faktor penghambat tersebut, yang meliputi : pihak pengurus mendorong dan memberi kesempatan setiap masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata, mengaktifkan kaum perempuan dengan penyediaan kebutuhan pendakian ataupun kegiatan lainnya. Pihak pengurus bekerjasama dengan pihak Taman Nasional mengadakan penyuluhan dan pelatihan.
127
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan, diantaranya meliputi : 1. Dalam rangka pengembangan pariwisata, sebaiknya masyarakat Dusun Suwanting perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak tidak hanya pihak pemerintah saja namun diperlukan pula kerjasama dengan pihak swasta agar bisa lebih mengembangkan kualitas dan manfaat dari adanya pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. 2. Untuk meningkatkan mutu dan pelayanan sebaiknya masyarakat Dusun Suwanting semakin giat dan sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pengurus Paguyuban Suwanting Indah ataupun pihak lain yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan alam dan juga meningkatkan kreatifitas agar bisa menampilkan produk-produk wisata lainnya yang dimiliki sebagai potensi wisata Dusun Suwanting. 3. Pihak penyelenggara ataupun pemerintah laiinya hendaknya memfasilitasi dan
memberikan
merealisasikan
kemudahan-kemudahan gagasan-gagasan
yang
masyarakat
diperlukan
untuk
dalam
hal
pengembanganpariwisata. 4. Dalam menghadapi hambatan-hambatan yang ada untuk pengembangan pariwisata pendakian di Taman Nasional Gunung Merbabu maka diperlukan kreativitas pengurus maupun anggota untuk terus mengembangkan prestasi. 128
Pendekatan multipihak dengan melibatkan semua pihak, dapat menyelaraskan persepsi tentang tujuan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam pembangunan.
129
DAFTAR PUSTAKA Alfitri. (2011). Community Development : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Magelang. (2014). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Kabupaten Magelang 2014. Magelang : BAPPEDA Kabupaten Magelang. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. (2013). Buku Panduan Wisata Taman Nasional Gunung Merbabu. Boyolali : Direktorat Jenederal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019: Buku II Agenda Pembangunan Bidang. Jakarta: Bappenas. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019: Buku I Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta: Bappenas. Data Statistik Pengunjung Taman Nasional Gunung Merbabu berdasarkan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Damanik, Janianton, et al. (2005). Proverty Alleviation Through Tourism= Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta : Center for Tourism Studies Gadjah Mada University. Demartoto, Argyo. (2009). Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Gusman, Primus, et al. (1994). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial di Daerah Timor Timur. Dili : Depdikbud. Hazliansyah. Jumlah Pengunjung Web Resmi Pariwisata Indonesia Meningkat Tajam. (22 September 2015). www.republika.co.id. Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika Hermawan, Yudan & Suryono, Yoyon. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaran program-program pusat kegiatan belajar masyarakat Ngudi Kapinteran. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Hal 6. Devianti, Dea. (2010). Studi Tentsng Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. eJournal Administrasi Negara. Vol (2) :380-394. 130
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang. (2015). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Tahun 2014. Magelang: Disparbud Kab. Magelang Dwiningrum, S.I.A. (2015). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pedidikan Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Huraerah, Abu. (2011). Pengorganisasian &Pengembangan Masyarakat. Bandung: Humaniora. IFE, Jim & Tesoriero, Frank. (2008). Community Development : Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Marpaung, Happy. (2004). Pengetahuan Kepariwisataan , Bandung :Alfabeta. Mikkelsen, Britha. (2011). Metode Penelitian Partisipasi Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Peneletian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya. Nurdiyanto, Sigit. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Palayen, Kabupaten Gunungkidul). Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ndraha, Taliziduhu. (1990) Pembangunan Masyarakat Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta: Rineka Cipta.
Mempersiapkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56 /Menhut-II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional Menteri Kehutanan, Taman Nasional merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Pitana, I Gde. & Surya Diarta, I. Ketut. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Priaksukmana, Soetarso & R. Mohammad Mulyadin. (2001). Pembangunan Desa Wisata L Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi Vol 2. No 1. Saefudin, Asep, et al. (2006). The Dynamics of Human Resources Becoming a True HR Specialist : Sebuah Referensi Pengelolaan SDM Berdasarkan Pengalaman Praktisi Terbaik di Industri Pariwisata. Jakarta : Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia. Samosir, Marianto & Ross, Glenn F. (1998). Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor. 131
Sari, Nur R.P. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Soekadijo. (1996). Dampak Perkembangan Sektor Pariwisata Terhadap Berbagai Aspek Kehidupan. Bandung: Alfabeta. Soetomo. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Spillance, JJ. (1993). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Diterjemahkan oleh Andiyanto.Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukariyanto, I Gede M. (2015). Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Belandingan sebagai Desa Wisata di Kabupaten Bangli. Skripsi, tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, Bali. Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomr : 135/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam Susilo, M. Joko. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Theresia, Aprilia, et al. (2014). Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, dalam pasal 19 ayat 2 Yoeti, Oka A. (1985). Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional. Bandung: Angkasa.
132
LAMPIRAN
133
Lampiran 1 Tabel . Teknik Pengumpulan Data No
Aspek
1
Promosi
Sub Aspek Teknik Data Pengambangan Pariwisata Deskripsi Produk wisata Wawancara observasi Layanan Reservasi Layanan jasa antar jemput/ pemandu
2
Aksesbilitas
Transportasi
Penunjuk arah
3
Mutu
Pelatihan SDM
Optimalisasi SDA
4
Layanan
Fasilitas
Sistem Informasi
Pelestarian Lingkungan
1
Bentuk partisipasi
Data Partisipasi Sumbangan Uang Sumbangan Tenaga
Sumbangan Ide
134
Wawancara observasi Wawancara observasi dokumentasi Wawancara observasi Wawancara dokumentasi Observasi Wawancara dokumentasi observasi Wawancara Observasi Dokumentasi Wawancara Observasi Dokumentasi Wawancara Observasi Dokumentasi Wawancara Observasi Dokumentasi Wawancara Wawancara observasi dokumentasi Wawancara observasi dokumentasi
Sumber Data Pengelola wisatawan masyarakat Pengelola wisatawan Pengelola wisatawan masyarakat Pengelola masyarakat wisatawan Pengelola masyarakat wisatawan Pengelola masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola masyarakat wisatwan Pengelola masyarakat Wisatawan Pengelola masyarakat
Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola
Sumbangan Keahlian
2
3
1
2
Tahapan partisipasi
Manfaat partisipasi
Faktor Pendorong
Faktor penghambat
Wawancara observasi Perencanaan partisipasi Wawancara dalam pengembangan dokumentasi Pelaksanaan partisipasi Wawancara dalam pengembangan dokumentasi observasi Pengelolaan partisipasi Wawancara dalam pengembangan dokumentasi observasi Evaluasi partisipasi dalam Wawancara pengembangan dokumentasi observasi Dimensi Sosial Wawancara Observasi Dimensi Lingkungan Wawancara Observasi Dokumentasi Dimensi Ekonomi Wawancara Observasi Dimensi Pengetahuan Wawancara Observasi Dimensi Politik Wawancara observasi Data Pendorong dan Penghambat Kesempatan Wawancara observasi Tuntutan lingkungan Wawancara observasi Kemajuan daerah Wawancara Observasi Dokumentasi Manfaat yang dirasakan Wawancara Observasi Latar belakang Pendidikan Wawancara Observasi Dokumentasi Latar Belakang Pekerjaan Wawancara Observasi Dokumentasi Jenis kelamin Wawancara Observasi Dokumentasi 135
Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Masyarakat
Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat Pengelola Masyarakat
3
Upaya mengatasi hambatan
Dorongan pengurus (kesempatan yang diberikan) Penyuluhan dan pelatihan
136
Wawancara
Pengelola Masyarakat
Wawancara Dokumentasi Observasi
Pengelola Masyarakat
Lampiran 2 PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN TGL. OBSERVASI
: ………..
PUKUL
: ……….
TEMPAT OBSERVASI
: ………
Objek Observasi Organisasi Pengurus Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting.
1. 2. 3. 4. -
Hal Letak dan Kondisi organisasi pengurus pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Letak Geografis dan alamat Kondisi geografis / kenampakan alam lingkungan Kondisi bangunan Kondisi fisik organisasi Kondisi kelengkapan kerja Keadaan lokasi Keadaan fisik lain Sarana dan prasarana Fasilitas lembaga Penerangan Kebersihan Aspek penunjang lainnya Pendampingan Kepengurusan kelompok sadar wisata Visi Misi Susunan kepengurusan Jumlah pengurus Rata-rata usia pengurus Tingkat pendidikan Aktivitas Kegiatan atau aktifitas pengurus pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Program Kerja Pelaksanaan program kerja Hasil yang dicapai 137
Deskripsi
PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN TGL. OBSERVASI
: ………..
PUKUL
: ……….
TEMPAT OBSERVASI
: ………
Objek Observasi masyarakat sekitar pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang
1. 2. 3.
4.
5. 6. 7.
Hal Letak dan kondisi Dusun Suwantng, Banyuroto, Sawangan, Magelang Letak geografs Kondisi kenampakan alam Sumber daya alam yang ada Kondisi masyarakat Dusun Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang Mata pencaharian Tingkat kesejahteraan Kondisi pemukiman Jumlah penduduk Profil Pengurus Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Profil Anggota Pengurus Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Bentuk Partisipasi Kendala yang ditemui masyarakat Pengunjung Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting
138
Deskripsi
Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGELOLA PARIWISATA PENDAKIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING I.
Identitas Diri
a. Nama
:
b. Jabatan
:
c. Alamat
:
d. Pendidikan terakhir
:
(Laki-laki/ Perempuan)
II. Daftar Pertanyaan 1. Apa saja potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? 2. Apakah ada struktur kepengurusan atau lembaga yang menaungi pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting? Dan sejak kapan mulai berdiri? 3. Apa saja visi dan misi dari pengelolaan pariwisata? 4. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya pariwisata ini? 5. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata? 6. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Dusun Suwanting dalam a. Upaya pemasaran dan aksesbilitas untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan b. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kerja c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan pariwisata d. Upaya menampilkan produk-produk wisata yang bervariasi 7. Apakah terdapat mitra dalam pengembangan berbasis masyarakat ? Apabila iya, bagaimana hubungan kerja yang ada? 8. Apakah ada kegiatan yang praktis dan mendorong tumbuuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing untuk pengembangan pariwisata?
139
9. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana perannya? 10. Bagaimana peran dan inisiatif masyarakat dalam pengembangan pariwisata? 11. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? 12. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pemanfaatan dalam pengembangan pariwisata? 13. Bagaimana bentuk partisisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? 14. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata? 15. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ? 16. Bagaimana strategi dari pihak pengelola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? 17. Perubahan apa yang terjadi dari adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? 18. Apakah pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan pariwisata? 19. Bagaimana pendanaan untuk pengelolan pariwisata, dari mana diperoleh dan untuk apa saja?
140
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT SEKITAR PARIWISATA PENDAKIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING I.
Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting
a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pekerjaan
:
d. Alamat
:
e. Pendidikan terakhir
:
(Laki-laki/ Perempuan)
II. Daftar Pertanyaan 1. Apa yang anda ketahui tentang potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap pariwisata yang ada? 3. Apakah anda terlibat dalam pengembangan pariwisatan berbasis masyarakat atau masysrakat dilbatkan dalam pengembangan pariwisatanya? 4. Bagaimana partisipasi dan kontribusi yang anda erikan dalam pengembangan pariwisata? 5. Apakah anda ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan? 6. Apakah anda ikut memelihara kawasan pariwisata untuk pengembangan pariwisata? 7. Apakah masyarakat ikut memberikan gagasan atau umpan balik pada pada pengembangan pariwisata? 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan pariwisata? apakah bertindak bersama-sama dan menjalin mitra dengan masyarakat atau tidak dari pihak pengelola pariwisata? 9. Menurut anda sejauh mana kesesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan hasil pelaksanaan yang diterima untuk pengembangan pariwisata? 141
10. Dukungan apa yang anda berikan untuk pengembangn pariwisata (dana/tenaga/gagasan)? 11. Apa alasan anda ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? 12. Manfaat apa yang anda rasakan jika anda berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? 13. Apakah ada kenaala/hambatan yang membuat anda enggan untuk berpartisipasi? Jika ada apa hambatan tersebut? 14. Bagaimana anda mengatasi kendala tersebut? 15. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? 16. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan pengelola pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? 17. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar? 18. Menurut bapak/ibu bagaimana kemajuan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
142
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGUNJUNG PARIWISATA PENDAKIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DUSUN SUWANTING I.
Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting
a. Nama
:
b. Jabatan
:
c. Usia
:
d. Agama
:
e. Pekerjaan
:
f. Alamat
:
g. Pendidikan terakhir
:
(Laki-laki/ Perempuan)
II. Pertanyaan 1. Bagaimana tanggapan anda tentang adanya Pariwisata (Pariwisata Pendakian) Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? 2. Dari mana anda mengetahui kalau disini terdapat pariwisata pendakian ? 3. Bagaimana aksesbilitas menuju Dusun Suwanting, apakah mudah atau sulit? 4. Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak pariwisata Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? 5. Bagaimana tanggapan anda terhadap fasilitas yang ada disini? 6. Apakah anda menikmati produk wisata (pemandangan alam) yang ada, bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut?
143
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA KEPENGURUSAN PENGELOLA PARIWISATA PENDAKIAN TNGMb DUSUN SUWANTING I.
Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting
a. b. c. d. e. II.
Nama Usia Pekerjaan Alamat Pendidikan terakhir Tanggapan
1.
Sejak kapan anda mulai bergabung menjadi anggota Pariwisata Pendakian
: : : : :
(Laki-laki/ Perempuan)
Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? 2.
Alasan yang membuat anda, mau bergabung dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
3.
Manfaat apa yang telah anda rasakan selama menjad anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
4.
Masalah atau hambatan apa yang anda hadapi selama menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
5.
Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
6.
Tanggapan anda, bagaimana kontribusi anggota dalam mengembangkan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
7.
Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan program-program yang mereka lakukan?
8.
Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar?
9.
Menurut bapak/ibu bagaimana kemajuan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ?
144
Lampiran 4 PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Melalui Arsip Tertulis a. Profil Dusun Suwanting b. Sejarah berdirinya Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting c. Visi dan Misi berdirinya Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting d. Arsip data pengurus Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting e. Arsip data anggota Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting f. Kegiatan Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting g. Hasil evaluasi program kerja Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting 2. Foto a. Gedung atau fisik Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting b. Fasilitas yang dimiliki Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting c. Pelaksanaan program kerja dan iklim kerja antar personalia Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting d. Pengurus Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting e. Anggota Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting f. Keadaan masyarakat sekitar yang secara tidak langsung bersangkutan dengan Pariwisata Pendakian TNGMb Dusun Suwanting
145
Lampiran 5 CATATAN WAWANCARA PENGELOLA Catatatan Wawancara 1 I. Identitas Diri a. Nama
: Mas Ep
(Laki-laki/ Perempuan)
b. Jabatan
: PNBP (Pemasukan Negara Bukan Pajak)
c. Alamat
: RT 03 Dusun Suwanting
d. Pendidikan terakhir
: SMK
II. Daftar Pertanyaan 1. Apa saja potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisatanya banyak yang pertama pasti pendakian yang kedua masih tentang alam sih kaya model agrowisata, dan outbond ditambah lagi soft trecking wisata keluarga 2. Apakah ada struktur kepengurusan atau lembaga yang menaungi pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting? Dan sejak kapan mulai berdiri? Untuk kepengurusan sendiri sudah ada mbak. Sejarah berdirinya jalur pendakian kurang tau, Cuma denger-denger dari orangtua dulunya pernah ada tapi ditutup pada tahun 93/98 kita buka kembali sekitar tahun 2015. Terbenak inisatif untuk buka mengingat jaman sudah semakin maju dan dari sisi bisnis juga memnungkinkan, apa salahnya to buka kembali 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya pariwisata ini? Tanggapan masyarakat ketika adanya jalur pendakian mungkin awalnya rancu tapi lama-kelamaan mereka malah mendukung 4. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata? ya, tentu masyarakat dilibatkan mbak karena masyarakat adalah pengelola dari pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting 5. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Dusun Suwanting dalam a. Upaya pemasaran dan aksesbilitas untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan Bentuk pengembangan pariwisata kalau untuk untuk pemasaran paling gencar kita menggunakan media sosial lah, entah itu blog, entah itu facebook, instagram ataupun yang lainlah, yang pasti hampir 75% pemasaran jalur Suwanting melalui sosmed. Kalau untuk aksesbilitas jalan masuk menuju Suwanting alhamdulilah sekitar tahun 2013an akses jalan ketep kopeng sudah cor blog, dan dari dusun sendiri tidak kesulitan b. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kerja dan meningkatkan kemampuan pengelolaan pariwisata. 146
untuk kegiatan anggota diantaranya sebagaian besar ditunjuk sebagai tim SAR,dan kebetulan salah satunya adalah saya yang langsung dari BASARNAS (Badan Search and Rescue Nasional),jadi untuk masalah evakuasi akibat kecelakaan di dunung insyallah Suwanting sudah siaplah karena telah bersertifikasi nasional, dan untuk lain misalkan kaya studi banding dengan jalur pendakian lain, dan untuk tentang alamlah misalhkan kaya metode penanaman ataupun yang lain konservasi alhamdulilah sudah dilaksankan. Untuk pelayanan sendiri alhamdulilah ramah mbak, anda sendiri bisa rasakan ataupun bertanya kepada wisatawan lain kalau jalur paling ramah adalah pelayanan Suwanting, meskipun jalur tidak ramah tapi warga ramah. Belum ada kegiatan khusus untuk kemampuan pengelolaan pariwisataan c. Upaya menampilkan produk-produk wisata yang bervariasi Upaya untuk menampilkan produk wisata masih nihil mbak kecuali jalur pendakian saja, yang lain masih sekedar rencana dan wacana. 6. Apakah terdapat mitra dalam pengembangan berbasis masyarakat ? Apabila iya, bagaimana hubungan kerja yang ada? Untuk masalah mitra swasta belum ada, tapi karena Merbabu sendiri milik Taman Nasional ya mbak selian itu kan Taman Nasional juga mengelola hutan konservasi jadi untuk masalah mitra kita gak begitu mementingkan, mungkin untuk besuk jika ada outbond dan dunhill, itu bisa 7. Apakah ada kegiatan yang praktis dan mendorong tumbuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing untuk pengembangan pariwisata? Kegiatan yang bermanfaat untuk warga jadi ada yang bisa buka kios, warung, dll 8. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana perannya? Yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah seluruh masyarakat Suwanting. 9. Bagaimana peran dan inisiatif masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Inisiatif yang dilakukan masyarakat yang pertama dalam pelayanannya, membenahi jalur, yang ketiga untuk masalah sampai sekarang juga masih terkondisi, sama paling itu mbak kan dari basecamp sampai batas kawasan itu cukup jauh, dari pihak basecamp juga menyediakan ojek mbak 10. Apakah masyarakat ikut ber partisipasi dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? .ya 11. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pemanfaatan dalam pengembangan pariwisata? Masyarakat pasti dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, identifikasi masalah, perencanan, pelaksanaan dan pengendalian basecamp 147
12. Bagaimana bentuk partisisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Bentuk partisipasi yang diberikan yang pasti pada sat ada perkumpulan warga, yang pertama pasti gagasan yang kedua pasti tenaga mbak 13. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata? Faktor pendorong partisipasi dilihat dari positivnya warga sendiri sudah bisa merasakan dari hasil pariwisata pendakian ini, yang kedua kualitas hidup lumayan naik, ekonomi juga lumayan membaik 14. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ? Belum ada faktor yang menghambat 15. Bagaimana strategi dari pihak pengelola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Karena disini adat gotong royong masih kental jadi tuntutan lingkungan 16. Perubahan apa yang terjadi dari adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat, banyak yang sekarang mulai membuka usaha seperti toko souvenir jualan makanan mateng, jasa porter dan lainnya lah mbak. 17. Apakah pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan pariwisata? Kalau untuk pemerintahan baru sampai desalah karena untuk masalah kabupaten belum mbak soalnya Gunung Merbabu itu hak sepenuhnya milik Taman Nasional Gunung Merbabu 18. Bagaimana pendanaan untuk pengelolan pariwisata, dari mana diperoleh dan untuk apa saja? Kalau untuk pendanaan diperoleh dari hasil retribusidama parkir, untuk sementara ini sih penggunaanya untuk aksesbilitas mbak kaya pembuatan tugu, dan untuk kegiatan TPA mbak Magelang, 9 Februari 2017 Validator
(...................................)
148
Catatatan Wawancara 2 I. Identitas Diri a. Nama b. Jabatan c. Alamat d. Pendidikan terakhir
: Bapak Rb (Laki-laki/ Perempuan) : Tim Evakuasi : RT 04 Dusun Suwanting : SD
II. Daftar Pertanyaan 1. Apa saja potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pertama jalur pendakian , pecinta alam-alam itu, yang bikin menarik ya cuma pemandangan itu aja 2. Apakah ada struktur kepengurusan atau lembaga yang menaungi pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting? Dan sejak kapan mulai berdiri? Sejarahnya sih ceritanya pada tgl 8 Februari 2015, ada orang datang dari Wonosobo 8 orang mau naik, tapi kita gak boleh dan kita janji saya mintain nomor telpon dan saya bilang “udah mas, mas ninggalin nomor telpon disini besuk misalkan jalur pendakian udah bener, mas bisa beneran naik, kemudian 15 maret, namun waktu itu belum ada simaksi, dan alhamdulilah dia sampai puncak dan akhirnya bisa memberi tahu ke teman yang lain. 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya pariwisata ini? Tanggapan masyarakat ya bisaalah yang namanya pertama kali kita buka pariwisata itu adalah yang namanya orang banyak pasti banyak yangmengkritiki kan, tapi kira biarin aja, siapa tau kan besuk lamakelamanaan dia menjadi suka alhamdulilah sampai masyarakat ikut repon dan menikmati hasilnya 4. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata? Masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata 5. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Dusun Suwanting dalam a. Upaya pemasaran dan aksesbilitas untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan Upaya pemasarannya ya Cuma dari temen ke temen sama kita posting lewat fb, instagram, media sosiallah b. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kerja dan meningkatkan kemampuan pengelolaan pariwisata. Untuk itu untuk mutu kerja itu ya bukan Cuma kita saja ataupun bukan Cuma dari warga, kita penanganan bersama, dari buka jalur, pengelola basecamp dan perawatan jalur itu bersama. Sebenarnya kita untuk itu kita cuma melakukan pelatihan sedikit demi sedikit dari teman teman yang datang untuk latian bersama di Dusun Suwanting. Kalau khusus untuk kemampuan pengelolaan pariwisata sendiri kita belum ada, paling di kita lebih ke pemeliharaan, perawatan, penambahan infrastruktur. Paling kalau pengeloaan lebih kaya sharing sama basecamp jalur lain. c. Upaya menampilkan produk-produk wisata yang bervariasi 149
Selain pariwisata pendakian kita belum ada produk wisata yang lain, paling kalau dari luar negeri, kita ajak untuk ke kebun. 6. Apakah terdapat mitra dalam pengembangan berbasis masyarakat ? Apabila iya, bagaimana hubungan kerja yang ada? Untuk mitra pemasaran baru sebagian besar dari UMY Yogya, sama tour opertaor yogya dan AGMM Magelang 7. Apakah ada kegiatan yang praktis dan mendorong tumbuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing untuk pengembangan pariwisata? Kegiatan yang bermanfaat untuk warga jadi ada yang bisa buka kios, warung, dll 8. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana perannya? Yang berperan dalam pengelolaan pariwisata adalah seluruh masyarakat, ada apa-apa ya kami tanggung bersama, yang tanggung jawab bukan hanya yang membuat dan membuka jalur, tapi seluruh masyarakat semua ikut bertanggung jawab, saat ada sesuatu yang terjadi masyarakat dilibatkan secara penuh baik dari gagasan, tenaga ataupun dana yang lain. 9. Bagaimana peran dan inisiatif masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Ketika ada permaslahan, masyarakat langsung respect kita cari sumber masalahnya, apa masalahnya, solusinya bagaimana di selesaikan bersama 10. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Ya, karena disini itu masih guyub sih mbak, jadi ya untuk menentukan sesuatu pasti dilakukan musyawarah dimana masyarakat semua terlibat, terutama sih tokoh masyarakat. 11. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pemanfaatan dalam pengembangan pariwisata? Masyarakat pasti dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, identifikasi masalah, perencanan, pelaksanaan dan pengendalian basecamp 12. Bagaimana bentuk partisisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Bentuk partisipasi kalau masyarakat ya dibantu sama relawan ikut memasarkan dan menyambut tamulah Kalau untuk dana kita jarang memberikan langsung berwujud uang mbak, tapi langsung memberikan berupa barang yang dibutuhkan. Seperti saat kerja bakti warga disini dijaah bergilir untuk membuatkan konsumsinya mbak 13. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata? Untuk kebersihan jalur kita seharusnya kerja sama dengan orang sekampung bukan urusan pribadi, dan masyarakat diwajibkan untuk mengikuti kegiatan pariwisata apabila tidak ikut maka akan dikenakan biaya sebesar 50.00070.000 150
14. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ? Yang namanya masyarakat kan banyak ya mbak, pasti adalah satu dua yang tidak ikut bisa mungkin karena kurang suka, males, atau kenapa saya kurang tahu, kan hati nurani orang saya tidak tahu 15. Bagaimana strategi dari pihak pengelola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Ya dengan denda tadi, kalau gak ikut tau gak datang di denda 50.000 16. Perubahan apa yang terjadi dari adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Yang jelas ada perubahan mbak, dulu Dusun Suwanting sepi, setelah adanya jalur pendakian menjadi ramai, untuk pemasukan saya kurang tahu, tapi alhamdulilah jalan dan nambah silaturahmi . 17. Apakah pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan pariwisata? Pemerintah yang ikut berperan dalam pengembangan masih sampai kawasan Desa mbak, karena kita juga memberikan kontribusi untuk kas Desa 18. Bagaimana pendanaan untuk pengelolan pariwisata, dari mana diperoleh dan untuk apa saja? Untuk pendanaan pengelolaan itu udah urusan Taman Nasional karena uang simaksi kita setorkan ke pihak Taman Nasional, kalau untuk desa sendiri diperoleh dari simaksi dan parkir untuk pengembangan mushola atau TPA. Magelang, 12 Februari 2017 Validator
(...................................)
151
Catatatan Wawancara 3 I. Identitas Diri a. Nama : Mas Ed (Laki-laki/ Perempuan) b. Jabatan : Seksi Humas c. Alamat : RT 07 Dusun Suwanting d. Pendidikan terakhir : SMA II. Daftar Pertanyaan 1. Apa saja potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisata yang ada di dusun kami adalah jalur pendakian Gunung Merbabu, terus banyak juga kebudayaannya kaya soreng, sholawatan, rejeban. 2. Apakah ada struktur kepengurusan atau lembaga yang menaungi pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting? Dan sejak kapan mulai berdiri? Struktur pengurusnya sudah ada mbak. Pariwisata pendakian berdiri sejak maret 2015, untuk sejarahnya dulu udah ada digunakan untuk kegiatan seharihari warga namun atas inisiatif warga akhirnya membuka pariwisata 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya pariwisata ini? Tanggapan masyarakat cukup baik, selalu menyambut pendaki dengan baik, menyapa dan pasti bilang monggo pinarak ke semua wisatawan. 4. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata? Dalam pengembangan pariwisata pendakian yang di Dusun Suwanting masyarakat ikut terlibat entah itu jaga basecamp, evakuasi ataupun lainnya. 5. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Dusun Suwanting dalam a. Upaya pemasaran dan aksesbilitas untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan Upaya pemasarannya dilakukan dengan offline dan online dimana terdapat kios-kios yang menjual douvenir yang khas dari dusun kami. b. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kerja dan meningkatkan kemampuan pengelolaan pariwisata. Untuk kegiatan yang sudah dilakukan oleh masyarakat seperti penanaman untuk mengurangi terjadinya longsor juga, terus ada bersih-bersih sampah, dan pembenahan jalur pendakian. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat sendiri dalam perawatan kawasan ada pelatihan dari kementrian hutan dan lingkungan. . c. Upaya menampilkan produk-produk wisata yang bervariasi Upayanya ya dari pemasaran tadi , saat ini produk wisata yang ada baru pendakian gunung merbabu itu tadi 6. Apakah terdapat mitra dalam pengembangan berbasis masyarakat ? Apabila iya, bagaimana hubungan kerja yang ada? Hubungan dengan mitra ya sangat baik karena kerja sama hingga menguntungkan kedua belah pihak 7. Apakah ada kegiatan yang praktis dan mendorong tumbuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing untuk pengembangan pariwisata? 152
Setiap warga yang punya usaha kegiatannya paling sharing satu sama lain dan melakukan pemasaran untuk pengembangan usahanya, rata-rata mereka itu gak bikin sendiri, jadi beli yang memproduksi dengan harga miring, baru dijual lagi. Soalnya orang sini pekerjaan utamanya kalau gak ngeyek ya tani 8. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana perannya? Yang berperan pariwisata yakni masyarakat, berperan saat tugas piket jaga basecamp, evakuasi kecelakaan, membersihkan sampah, memmperbaiki jalan yang rusak 9. Bagaimana peran dan inisiatif masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Ketika ada permaslahan, masyarakat langsung respect kita cari sumber masalahnya, apa masalahnya, solusinya bagaimana di selesaikan bersama 10. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Ya karena setiap individu diwajibkan untuk berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata itu, untuk itu masyarakat juga ikut andil dalam pengembilan keputusan yang bersangkutan pada pariwisata tersebut 11. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pemanfaatan dalam pengembangan pariwisata? Masyarakat ikut terlibat dalam hal yang menyangkut pariwisata ini mulai identifikasi masalah sampai evaluasi, karena masyarakat merupakan pengelola 12. Bagaimana bentuk partisisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pengembangan yakni gagasan dan tenaga untuk evakuasi, pembenahan jalur operasi bersih kan dibutuhkan banyak tenaga mbak 13. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata? Faktor pendorong untuk berpartisipasi adalah desa kami kan terletak di pelosok, biar masyarakat luas itu tahu kalau dusun suwanting itu ada potensi pariwisata 14. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ? Faktor yang menghambat karena masyarakat memiliki profesi dan kesibukan masing-masing jadi masyarakat itu tidak bisa ikut penuh dalam andil dalam kegiatan pengembangan pariwisata 15. Bagaimana strategi dari pihak pengelola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Strategi untuk masyarakat agar ikut berpatisiapsi adalah dengan membagi masyarakat bapak-bapak ataupun pemuda menjadi kelompok-kelompok agar masyarakat itu bisa bergiliran dan diwajibkan, jadi setiap individu ikut andil mbak 153
16. Perubahan apa yang terjadi dari adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Perubahan yang terjadi masyarakat menjadi lebih akrab, banyak pengetahuan pengembangan pariwisata dan pengelolaan hutan konservasi 17. Apakah pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan pariwisata? Pemerintah ikut andil dalam pemberian izin untuk membuka jalur pendakian 18. Bagaimana pendanaan untuk pengelolan pariwisata, dari mana diperoleh dan untuk apa saja? Pendanaan diperoleh dari simaksi setiap pendaki, dan untuk fasilitas basecamp, tiket Taman Nasional dan juga menjadi uang khas dusun untuk pembangunan di Dusun kami. Magelang, 12 Februari 2017 Validator
(...................................)
.
154
Catatatan Wawancara 4 I. Identitas Diri a. Nama : Bapak St (Laki-laki/ Perempuan) b. Jabatan : Ketua Paguyuban (Ketua Dusun) c. Alamat : RT 03 Dusun Suwanting d. Pendidikan terakhir : SMP II. Daftar Pertanyaan 1. Apa saja potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi sih banyak, tapi yang digali sama masyarakat cuma potensi jalur pendakian, karena saat ini yang banyak diminati ya naik gunung itu. 2. Apakah ada struktur kepengurusan atau lembaga yang menaungi pengelolaan pariwisata di Dusun Suwanting? Dan sejak kapan mulai berdiri? Struktur kepengurusan ada, Sejarah berdirinya jalur, awal-awalnya mendirikan jalur pendakian itu meningkatkan kesejahteraan,yang terutama mengurangi pangangguran anak muda, setelah itu setelah dibuka jalur pendakian dan memiliki izin dari pihak Taman Nasional Gunung Merbabu, kini kesejahteraan warga meningkat yang awalnya warung-warung hanya satu dua kini menjadi lebih banyak 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya pariwisata ini? Tanggapan masyarakat sangat baik dan mendukung penuh karena, saya katakan mendukung penuh karena masyarakat mau berjaga 24 jam juga sewaktu-waktu ada evakuasi ada yang jaga yang diatas, yang ada di jalur pendakian , itu yang jaga langsung respon untuk mengirimkan bantuan keadaan yang membutuhkan mbak, bantuan apapun warga kami siap untuk membantu pengunjung atau pendaki 4. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata? Memang tujuan kami adalah menghidupkan pemikiran warga kami dengan adanya jalur pendakian terutama pertama untuk menambah income, mengurangi pengangguran dan menambah wawasan bagi warga kami, yang awalnya tidak tahu apa itu pendaki, apa itu jalur pendakian,setelah mendapatkan izin resmi dari Taman Nasional adanya jalur pendakian. Jadi ya masyarakat semua terlibat. 5. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Dusun Suwanting dalam a. Upaya pemasaran dan aksesbilitas untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan Pemasarannya dengan internet, mulut ke mulut. Terus ada juga pernah survey kesini minta penjelasan-penjelasan atau informasilah, melalui internet b. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kerja dan kemampuan pengelola pariwisata Kegiatan yang ada seperti pelatihan itu sudah ada mbak namun belum semua masyarakat dilibatkan karena andilnya kurang karena hal ini menyangkut banyaknya anggota yang ada jadi kami bagi rata setiap warganya. c. Upaya menampilkan produk-produk wisata yang bervariasi 155
Sebenarnya untuk potensi pertanian, itu bisa menjadi aikon untuk Dusun Suwanting sendiri, namun karena basic kami itu merupakan petani yang hanya sekedar keturunan, jadi pengetahuan kami tentang agrowisata masih minim mbak, kalau untuk harapan kami sih dari pemerintah memiliki upaya untuk mengembangkan potensi tersebut. 6. Apakah terdapat mitra dalam pengembangan berbasis masyarakat ? Apabila iya, bagaimana hubungan kerja yang ada? Kalau untuk mitra swasta sendiri belum ada, paling mitranya sama pihak Taman Nasional Gunung Merbabu 7. Apakah ada kegiatan yang praktis dan mendorong tumbuhnya wirausahawan lokal yang mampu bersaing untuk pengembangan pariwisata? Untuk kegiatan kewirausahaan kemarin kami sudah didatangi dari pihak kecamatan, tentang bank sampah mengingat disini merupakan pariwisata pendakian maka banyak sampah yang dibawa turun oleh pendaki, saya minta dari pohak kecamatan untuk mengadakan pelatihan pemanfaatan sampah dari pendaki, tapi sampai sekarang belum ada kelanjutannya, tujuan kami sampahsampah yang bisa dimanfaatkan atau didaur ulang kalau ada pelatihan dari pemerintah sampah itu bisa dimanfaatkan untuk kerajinan seperti souvenir mbak. 8. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan pariwisata, dan bagaimana perannya? Yang berperan dalam pengembangan masyarakat yakni semua masyarakat terutama tokoh-tokoh masyarakat, masing-masing ketua RT, dimana Suwanting sendiri memiliki 8 RT. Per RT semua dilibatkan dan sudah dibentuk ketua piket per RT dibentuk menjadi 2 yakni kelompok A dan Kelompok B 9. Bagaimana peran dan inisiatif masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Untuk inisiatif sebenarnya lumayan banyak namun masih sulit direalisasikannya, seperti saja kami kemarin sudah mengusulkan kepada pihak Taman Nasional untuk diberikan jin membuat Rumah Panggung dibatas kawasan atau POS1, tap sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pihak Taman Nasional 10. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Memang kami sangat prioritaskan untuk semua kegiatan yang ada di Dusun Suwantng, untuk pengambilan keputusan kami melibatkan semua masyarakat terutama tokoh-tokoh masyarakat sebagai pihak penengah, karena keputusan yang ada di Dusun Suwanting ini berdasarkan musyawarah bersama mbak. Karena apa yang ada di Dusun Suwanting adalah tanggungjawab kita semua 11. Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta pemanfaatan dalam pengembangan pariwisata? 156
Masyarakat ikut terlibat dalam hal yang menyangkut pariwisata ini mulai identifikasi masalah sampai evaluasi, karena masyarakat merupakan pengelola 12. Bagaimana bentuk partisisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? Untuk partisipasi yang diperikan oleh masyarakat kebanyakan tenaga mbak, namun tak jarang juga yang memberikan gagasan-gagasannya ketika rapat berlangsung Dari pendakian warga masyarakat menjadi tambah pengetahuan tentang porter/ pemandu wisata dengan menemani wisatawan dari basecamp sampai puncak yang juga mengurangi angka pengangguran. Dan menambah income bagi warga Suwanting sendiri. Dan tujuannya juga ikut melestarikan hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu. Ada kegiatan penanaman yang disponsori oleh FKB, Oi, dll dengan bekerjasama dengan pemudapemuda Suwanting. 13. Apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata? Alasan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan jalur pendakian ya yang pertama menambah kegiatan dan mempersatukan semua pemuda yang ada di Dusun Suwanting dan tokoh-tokoh masyarakat. Dengan harapan Dusun Suwanting bisa berkembang dengan sendirinya atas kesadaran masyarakat sendiri 14. Apa saja faktor yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ? Untuk faktor penghambat sih belum ada mbak, karena semua pemuda ikut terlibat 15. Bagaimana strategi dari pihak pengelola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Semua masyarakat terlibat karena semua diwajibkan atas keputusan dusun yang disetujui oleh semua, akhirnya kegiatannya kan diampu oleh BapakBapak RT 16. Perubahan apa yang terjadi dari adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata? Ada perubahan mbak ya contohnya kesejahteraan meningkat yang kemarin tidak jualan jadi jualan , kemarin yang tidak punya chanel tentang antar jemput pendak, sekarang punya, dulunya gak kenal porter kini banyak yang kenal dan banyak yang berprofes jadi porter karena itu lumayan mbak, dan hal-hal lannya dalam bidang kemasyarakatan 17. Apakah pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan pariwisata? Pemerintah mendukung mbak 18. Bagaimana pendanaan untuk pengelolan pariwisata, dari mana diperoleh dan untuk apa saja? Pendanaan selama ini yang pasti untuk pembangunan masjid dan TPA ataupun kegiatan yang lain mana yang lebih membutuhkan di Dusun 157
Suwanting ini menggunakan kas Dusun yang diperoleh dari hasil simaksi pengunjung dan parkir pengunjung. Magelang, 19 Februari 2017 Validator
(...................................)
158
CATATAN WAWANCARA MASYARAKAT Catatatan Wawancara 5 I. a. b. c. d. e. II. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Nama : Mas Jf . (Laki-laki/ Perempuan) Usia : 34 th Pekerjaan : freelance Alamat : RT 03 Suwanting Pendidikan terakhir : SMK Daftar Pertanyaan Apa yang anda ketahui tentang potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisata Suwanting itu pertama pariwisata pendakian Gunung Merbabu Suwanting, kedua pariwisata pertanian untuk pertumbuhan pariwisata agrowisatanya mungkin kedepan bisa dikembangkan, perkebunan strawberry, selain itu pariwisata keluarga masih mengenai pariwisata alam, mungkin jika ada investor berminat bisa mengembangkan dikawasan pinusan untuk dibuat outbond dan pariwisata keluargalah Bagaimana tanggapan anda terhadap pariwisata yang ada? Tanggapan terhadap adanya pariwisata ya respeknya bagus ya, untuk perputaran perekonomian warga masyarakat Dusun Suwanting sendiri lalu ya perubahan buat pertukaran informasi antara tamu yang datang sama warga dan kearifan lokalnya. Apakah anda terlibat dalam pengembangan pariwisatan berbasis masyarakat atau masyarakat dilbatkan dalam pengembangan pariwisatanya? Ya saya terlibat dalam pengembangan pariwisata Bagaimana partisipasi dan kontribusi yang anda berikan dalam pengembangan pariwisata? Kontribusi mempromosikan jalur pendakian Suwanting kepada pendaki di Indonesia dan negara tetangga ASEAN khususnya Apakah anda ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan? Kebetulan kan saya relawan kontribusi saya disini cuma saya mengundang para pendaki peminat Gunung Merbabu sendiri, kalau untuk keputusan intern pengelola jalur pendakaian sendiri ya sekedar pengelola mbak Apakah anda ikut memelihara kawasan pariwisata untuk pengembangan pariwisata? Saya ikut mengelola pemeliharaan pariwisata yang disini Apakah masyarakat ikut memberikan gagasan atau umpan balik pada pada pengembangan pariwisata? Jelas kalau itu Bagaimana pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan pariwisata? apakah bertindak bersama-sama dan menjalin mitra dengan masyarakat atau tidak dari pihak pengelola pariwisata? 159
Untuk mitra dengan swasta belum ada, mungkin beberapa freelance tour operator dari yogya ya mbak, ada pengunjung bisa join perjalanan kita, mitranya tour operator di Indonesia 9. Menurut anda sejauh mana kesesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan hasil pelaksanaan yang diterima untuk pengembangan pariwisata? Ya ada yang sesuai ada yang tidak, kalau nggak ya sesuai ya dilakukan evaluasi 10. Apa alasan anda ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Alasan ikut berpartispasi karena suka, hobi saya mendaki gununung, kebetulan pertama kali mendaki sini sambutan pengelolarespon positif, ada ruang untuk saya mengembangkan, ya saya ikut mengembangkan 11. Manfaat apa yang anda rasakan jika anda berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Manfaat untuk saya sendiri menambah relasilah, yang jelas kerjasama dengan tour-tour operator yang baru tour pariwisata, yang awalnya saya Cuma melayani Guiding/Porter di Gunung Merbabu jika tamunya cocok bisa tambah gunung yang lain atau melayani city tour, seperti tour ke cagar budaya Candi Borobudur, ya sekitar-sekitaran DusunSuwanting masih banyak objek wisata, itu yang saya rasain selama ini, jadi satu tamu jadi long trip mungkin awalnya mereka Cuma ke merbabu bisa nambah jadi city tour atau tour-tour yang lain. 12. Apakah ada kendala/hambatan yang membuat anda enggan untuk berpartisipasi? Jika ada apa hambatan tersebut? Hambatan sudah pasti, banyak mbak, koordinasi dengan pengelola yang kurang intens yang kedua faktor jalur dan promo, karena di merbabu sendiri ada beberpa jalur yang direkomendasikan sama pihak Taman Nasional Gunung Merbabu sendiri. 13. Bagaimana anda mengatasi kendala tersebut? Cara mengatasinya lebih intens koordinasinya aja dengan pihak Taman Nasional dan pengelola jalur pendkaian yang lain, karena di merbabu sendiri kan bisa lintas dalam artian naik lewat Dusun Suwanting turun lewat Selo, atau kebalikannya atau dari jalur lain. 14. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Harapannya ya pariwisata pendakian via Suwanting ters berkembang mbak, biar bisa menambah income juga buat masyarakat setempat khusunya saya sendiri, yang kebanyakan pekerjaannya dari pariwisata ini 15. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan pengelola pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Baik sih, cuma kurang intens saja, jadi terkadang bisa menimbulkan kesalahpahaman 16. Menurut bapak/ibu bagaimana perubahan tingkat kesejateraan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? 160
Berhubung saya disini relawan jadi gak tau perubahan sebelum dan sesudah adanya jalur pendakian mbak Magelang, 10 Februari 2017 Validator
(...................................)
161
Catatatan Wawancara 6 I. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Bapak SI (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 36 th c. Pekerjaan : Pedagang Sayur Keliling d. Alamat : RT 08 Suwanting e. Pendidikan terakhir : SD II. Daftar Pertanyaan 1. Apa yang anda ketahui tentang potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisata ya selain jalur pendakian ada pertanian, peternakan 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap pariwisata yang ada? Tanggapan terhadap adanya pariwisata bagus mbak, intinya masyarakat banyak yang menerima dengan positif. 3. Apakah anda terlibat dalam pengembangan pariwisatan berbasis masyarakat atau masyarakat dilbatkan dalam pengembangan pariwisatanya? Kalau untuk pengembangan pariwisata kan disini melibatkan setiap RT mbak, jadi seluruh masyarakat ikut mengembangkan mbak 4. Bagaimana partisipasi dan kontribusi yang anda berikan dalam pengembangan pariwisata? Kalau saya ikut saat jalur pendakian rusak, waktunya memperbaiki ya saya ikut memperbaiki. Intinya apa yang dibutuhkan Suwanting itu apa, kalau saya bisa, ya saya ikut berkontribusi mbak. Tapi ya saya cuma punya tenaga. Idenya kalau dari saya itu ya mbak kan kalau jalut pendakian ada pos manding nah disitu kan licin, jadi saya pengennya gimana caranya biar jalannya itu baik, jafi kalau enak kan banyak yang naik mbak ya biar lancar aja 5. Apakah anda ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan? kalau untuk pengembangan basecamp biar maju, ya saya ikut bantu mbak, intinya ayo bersama kita bangun Suwanting. Untuk inisiatif ya mbak, kalau dari saya sendiri itu pada kawasan Mlanding itu kan jalan licin gimana caranya jalan itu bisa aman 6. Apakah anda ikut memelihara kawasan pariwisata untuk pengembangan pariwisata? Iya mbak, saya ikut juga saat penanaman agar hutan tetap lestari, bersih-bersih sampah, dan pembenahan jalur mbak 7. Apakah masyarakat ikut memberikan gagasan atau umpan balik pada pada pengembangan pariwisata? Idenya kalau dari saya itu mbak kan kalau jalur pendakian ada pos Manding nah disitu kan licin , jadi saya pengennya gimana caranya biar jalannya itu baik, jadi kalau enak kan banyak yang naik mbak, ya biar lancar aja 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan pariwisata? apakah bertindak bersama-sama dan menjalin mitra dengan masyarakat atau hanya dari pihak pengelola pariwisata? 162
Bertindak bersama-sama, karena kalau terjun dilapangan tidak ada pembeda antara pengurus paguyuban ataupun anggota ataupun masyarakat, karena disini masih kental dengan adat guyub 9. Menurut anda sejauh mana kesesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan hasil pelaksanaan yang diterima untuk pengembangan pariwisata? Ya ada yang sesuai ada yang tidak, kalau nggak ya sesuai ya dilakukan evaluasi 10. Apa alasan anda ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Alasan ikut berpartisipasi agar kemajuan desa semakin baik 11. Manfaat apa yang anda rasakan jika anda berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Manfaat yang dirasakan ya warung semakin rame, terutama saat sabtu minggu,karena jumlah pendaki banyak dari pada hari-hari bisaa. 12. Apakah ada kendala/hambatan yang membuat anda enggan untuk berpartisipasi? Jika ada apa hambatan tersebut? Tidak ada. 13. Bagaimana anda mengatasi kendala tersebut? 14. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Harapannya jalur pendakian disini makin rame mbak, biar desa bisa lebih maju, meskipun dipelosok tapi dikenal banyak orang 15. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan pengelola pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Baik mbak, setiap ada permasalahan atau akan ada kegiatan langsung disampaikan ke masyarakat lewat rapat-rapat 16. Menurut bapak/ibu bagaimana perubahan tingkat kesejateraan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Ada perubahan baik dari ekonomi yang menjadi lebih baik, ada juga nambah teman dan relasi sama wisatawan. Magelang, 16 Februari 2017 Validator
(...................................)
163
Catatatan Wawancara 7 I. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Ibu Lk (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 32 th c. Pekerjaan : Pedagang Kelontong dan Petani d. Alamat : RT 08 Suwanting e. Pendidikan terakhir : SD II. Daftar Pertanyaan 1. Apa yang anda ketahui tentang potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisata ya ada jalur pendakian. 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap pariwisata yang ada? Tanggapannya ya bagus, ada respon juga dari masyarakat . 3. Apakah anda terlibat dalam pengembangan pariwisatan berbasis masyarakat atau masyarakat dilbatkan dalam pengembangan pariwisatanya? Terlibat mbak, meskipun cuma bantu menyediakan konsumsi pas kerja bakti 4. Bagaimana partisipasi dan kontribusi yang anda berikan dalam pengembangan pariwisata? kalau saya kan gak bisa bantu-bantu apa mbak, karena rata-rata pekerjaan untuk pengembangan pariwisata disini itu dilakukan oleh laki-laki, ya karena tenaga yang dibutuhkan sangat banyak. Paling kalau saya ikut bantu masak buat makan warga saat kerja bakti seperti pas evakuasi atau pembenahan jalur mbak. Terus paling juga masak pas ada pendaki yang minta makanan mbak 5. Apakah anda ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan? Untuk pengambilan keputusan sebagian besar masyarakat sih dilibatkan, karena kalau rapat-rapat itu bapak-bapak yang berangkat, nanti ibu-ibu paling kebagian didapur. 6. Apakah anda ikut memelihara kawasan pariwisata untuk pengembangan pariwisata? Masyarakat ikut memlihara jalur pendakian 7. Apakah masyarakat ikut memberikan gagasan atau umpan balik pada pada pengembangan pariwisata? Ada sebagian masyarakat yang memberikan gagasan-gagasan yang bisaanya ikut dalam komunitas-komunitas gitu. 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan pariwisata? apakah bertindak bersama-sama dan menjalin mitra dengan masyarakat atau hanya dari pihak pengelola pariwisata? Kalau mitra gak tau mbak, tapi kalau ada kegiatan ya semua masyarakat bertindak bersama-sama. 9. Menurut anda sejauh mana kesesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan hasil pelaksanaan yang diterima untuk pengembangan pariwisata? Untuk pengembangan pariwisatanya sendiri seperti kegaitan-kegiatan to mbak maksudnya. Pasti semua ada perencanaannya mbak dan alhamdulilah 164
perencanaan sesuai, meskipun ada beberapa kendala tapi masih bisa diminimalisir mbak 10. Apa alasan anda ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Alasannya ya karena semua masyarakat ikut terlibat masa saya gak ikut kan lucu mbak, ya intinya tuntutan lingkunganlah mbak 11. Manfaat apa yang anda rasakan jika anda berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Manfaatnya ya ekonomi meningkat, desa ramai maju dan terkenal bahkan tamu-tamunya itu gak Cuma dari sekitar saja tapi ada juga yang dari luar negeri mbak, kemarin dari Malaysia, sama Rusia. 12. Apakah ada kendala/hambatan yang membuat anda enggan untuk berpartisipasi? Jika ada apa hambatan tersebut? Belum ada hambatan 13. Bagaimana anda mengatasi kendala tersebut? 14. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Harapan masa depan ya masyarakat lebih makmur pokoknya untuk kemajuan desa 15. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan pengelola pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Interaksinya baik-baik saja, cuma terkadang karena kesibukan masingmasing ada info yang bisa diterima semua masyarakat. 16. Menurut bapak/ibu bagaimana perubahan tingkat kesejateraan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Ada perubahan dari tingkat ekonomi lebih meningkat, masyarakat menjadi lebih bisa bersosialiasi Magelang, 19 Februari 2017 Validator
165
Catatatan Wawancara 8 I. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Mas BL (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 22 th c. Pekerjaan : Porter/ Pemandu d. Alamat : Bekasi (Relawan) e. Pendidikan terakhir : SMA II. Daftar Pertanyaan 1. Apa yang anda ketahui tentang potensi pariwisata yang ada di Dusun Suwanting? Potensi pariwisata di Suwanting itu banyak banget mbak, seandainya masyarakatnya mau ngembangin. Dari pos 1 aja sudah bisa dijadikan tempat outbond apa camping ceria keluarga , terus pertaniannya sam peternaknnya kalau bisa mengemasnya bisa dijadikan sebagai wisata edukasi atau wisata agro. Dan masih banyak lagi mbak 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap pariwisata yang ada? Bagus mbak, kan pariwisata disini juga kedepannya buat masyarakat disini, buat pemberdayaan disini yang bisa dilansir dengan memanusiakan manusia mbak. Masyarakat bisa menjadi lebih berkualitas mbak 3. Apakah anda terlibat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau masyarakat dilbatkan dalam pengembangan pariwisatanya? Terlibat mbak, mulai dari perencanaan untuk pengembangan wisata, kontribusi tenaga, pikiran, pemeliharaan kawasan pariwisata dan yang lainnya 4. Bagaimana partisipasi dan kontribusi yang anda berikan dalam pengembangan pariwisata? Dulu saya ditahan disini sih dimintai tolong buat pemasaran dan pembenahan jalur mbak, saya dibantu sama relawan lainnya atau mas JF yang sudah setahun lebih dulu dari saya kami membantu masyarakat disini dengan pemasaran mbak baik dari internet maupun relasi Tour Operator Pariwisata lainnya, ya alhamdulilah mbak tamu kami sudah dari berbagai mancanegara meskipun masih lingkup ASEAn, tapi pernah juga dapat tamu dari Prancis, Swedia, dan Australia mbakApakah anda ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan? 5. Apakah anda ikut memelihara kawasan pariwisata untuk pengembangan pariwisata? untuk pemeliharaan pariwisata ya pasti jalur tuh dirawat, atau dikelolalah mbak, perbaikan jalur kalau rusak, perawatan pipa, sama mengadakan kegiatan bersih-bersih mbak 6. Apakah masyarakat ikut memberikan gagasan atau umpan balik pada pada pengembangan pariwisata? Ya pasti mbak, umpan balik masyarakat ya dengan pemberian pelayanan yang maksimal lah, ramah terhadap wisatawan. . 166
7. Bagaimana pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan pariwisata? apakah bertindak bersama-sama dan menjalin mitra dengan masyarakat atau hanya dari pihak pengelola pariwisata? Kalau untuk kegiatan sih sudah banyak sudah ada studi banding, pembenahan jalur, operasi pesih, pelatihan masyarakat peduli api, dan lain-lain. Kalau untuk mitra sendiri, sebenarnya belum ada mitra swasta yang pasti mbak, tapi kalu hanya sekedar tour operator atau mitra dari kampus-kampus untuk pelatihan pendidikan dasar di alam sih banyak mbak. . 8. Menurut anda sejauh mana kesesuaian antara perencanaan yang dibuat dengan hasil pelaksanaan yang diterima untuk pengembangan pariwisata? ya namanya masyarakat di daerah desa mbak, pasti mereka guyub, jadi untuk semua kegiatan pasti masyarakat dilibatkan. Toh kunci utama dari pengembangan pariwisata itu ya masyarakat sendiri. Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, terus pelaksanaannya, nah biar bisa berkembang diadakan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut mbak 9. Apa alasan anda ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Dulu saya Cuma pendaki bisaa mbak, namun karena permintaan warga untuk membantu pemasaran dan pembenahan jalur, akhirnya saya stay disini mbak. Untuk pemasaran sendiri dilakukan melalui medsos, seperti blog, facebook, dan instagram, ya alhamdulilah sekarang sudah mulai ramai mbak. Jadi alasannya ya biar pariwisata disini lebih berkembang dan dikenal masyarakat luas lah. 10. Manfaat apa yang anda rasakan jika anda berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata? Kalau saya pribadi pasti nambah teman, nambah relasi, ya sedikit-sedikit menambah income buat saya pribadi juga dengan menyediakan jasa-jasa kebutuhan pendaki. . 11. Apakah ada kendala/hambatan yang membuat anda enggan untuk berpartisipasi? Jika ada apa hambatan tersebut? Kalau hambatan dari saya sendiri untuk berpartisipasi sih belum ada mbak, tapi kalau untuk masyarakat sendiri itu masih kurang pengetahuan tentang pengelolaan hutan konservasi 12. Bagaimana anda mengatasi kendala tersebut? saat sebelumnya warga belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan konservasi, akhirnya ada kegiatan pelatihan tentang pengelolaan konservasi terutama saat terjadi adanya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau mbak 13. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Yang pasti bisa membuat masyarakat Dusun Suwanting lebih terbuka wawasannya, taraf kehidupan masyarakat lebih meningkat. Dan harapan jangka panjangnya sih bisa membawa nama baik Indonesia ke jenjang internasional melalui dunia kepariwisataan 167
14. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan pengelola pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Ya gitu mbak, kadang bisa baik, kadang juga gak bisa tersampaikan secara baik hingga bisa menimbulkan kesalahpahaman 15. Menurut bapak/ibu bagaimana perubahan tingkat kesejateraan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Sepanjang saya tahu sih ada perubahan tingkat kesejahteraan mbak, baik dari ekonomi, sosial, budaya, maupun dimensi lainnya. Magelang, 21 Februari 2017 Validator
(...................................)
168
CATATAN WAWANCARA ANGGOTA Catatatan Wawancara 9 I. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Bapak Ar (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 24 Th c. Pekerjaan : Petani d. Alamat : RT 06, Dusun Suwanting e. Pendidikan terakhir : SD II. Tanggapan 1. Sejak kapan anda mulai bergabung menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Sejak awal mbak, sejak maret 2015 2. Alasan yang membuat anda, mau bergabung dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Alasan bergabung sebelumnya udah pernah ikut komunitas-komunitas di AGMM, ataupun pecinta alam untuk melestarikan sinilah, untuk melestarikan jalur pendakian Dusun Suwanting, selain itu biar warga yang lain bisa tahulah kalau disini ada jalur pendakian 3. Manfaat apa yang telah anda rasakan selama menjad anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Manfaat yang dirasakan , yang pertama banyak temen, untuk masalah hasil tidak terlalu memikirkan, biar pada tahu kalau disini ada potensi pariwisata jalur pendakian, dulunya orang-orang terutama luar kota belum pada tahu Dusun Suwanting, kalau disini ada potensi seperti ini, kita Cuma ingin mengenalkan budaya-budaya yang ada disini.pengenalan pada masyarakat luas. Dengan cara menggunakan sosial media. 4. Masalah atau hambatan apa yang anda hadapi selama menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Masalah atau hambatan selama jadi anggota kalau kemarin-kemarin sih kekompakkan, tapi kalau sekarang ini bisa berkurang setelah ada perpindahan pengelola, jadi kekompakkan setiap RT sudah ada dan mulai berkembang 5. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Harapan dengan adanya pariwisata semoga semua warga disini bisa lebih rukun, yang awalnya berpecah baur bisa jadi satu 6. Tanggapan anda, bagaimana kontribusi anggota dalam mengembangkan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? kalau saya pribadi saya Cuma punya tenaga jadi paling saya membantu tenaga. Bantuin pas bersih-bersih gunung, pas evakuasi atau pas ada eventevent kaya penanaman dari komunitas mana gitu
169
7. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan dari basecamp sendiri masih sekedar memberikan air per pos, sama bersih jalur setiap beberapa bulan sekali. Seluruh masyarakat dilibatkan dalam pengembangan tapi bergiliran mbak, soalnya pengeloaan sini bukan milik kelompok, tapi milik masyarakat 8. Menurut bapak/ibu bagaimana kemajuan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Tingkat kesejahteraan ada perubahan mbak, orang yang belum tahu tentang wawasan konservasi dan pengetahuan bahasa Indonesia menjadi lebih meningkat. Magelang, 4 Februari 2017 Validator
(...................................)
170
Catatatan Wawancara 10 I. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Mas Pr (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 20 Th c. Pekerjaan : Wiraswasta d. Alamat : RT 07, Dusun Suwanting e. Pendidikan terakhir : SMP II. Tanggapan 1. Sejak kapan anda mulai bergabung menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Sejak awal mbak, sejak berdirinya jalur pendakian Suwanting 2. Alasan yang membuat anda, mau bergabung dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Alasan bergabung karena diwajibkan semua anggota untuk ikut berpartisipasi mengembangkan pariwisata 3. Manfaat apa yang telah anda rasakan selama menjad anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Manfaat yang dirasakan, menambah wawasan pariwisata dan pelestarian hutan sama nambah teman mbak 4. Masalah atau hambatan apa yang anda hadapi selama menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Masalah yang ditemui adalah kurangnya kerja sama antar anggota, jadi sering salah paham satu sama lain. 5. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Harapan dengan adanya pariwisata semoga semua warga disini bisa meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Dusun Suwanting 6. Tanggapan anda, bagaimana kontribusi anggota dalam mengembangkan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? sebagian anggota berkontribusi dengan baik, untuk berpartisipasi dalam semua kegiatan yang ada, masyarakat dengan antusias mempunyai gagasan, menanggapi, dan dengan sukarela memberikan tenaga, maupun dana di setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Dusun Suwanting 7. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Interaksi dan komunikasi sesame anggota ataupun antar pengelola masih baik-baik saja, kalau mau ada acara itu disampaikan di rapat-rapat rutin apa kumpulan bapak-bapak per RT
171
8. Menurut bapak/ibu bagaimana kemajuan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Tingkat kesejahteraan ada perubahan mbak, tingkat ekonomi masyarakat menjadi lebih baik Magelang, 12 Februari 2017 Validator
172
III. Identitas Diri Anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Mas Wp (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 18 Th c. Pekerjaan : Pelajar d. Alamat : RT 04, Dusun Suwanting e. Pendidikan terakhir : SMK IV. Tanggapan 1. Sejak kapan anda mulai bergabung menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Sejak awal mbak, sejak berdirinya jalur pendakian Suwanting 2. Alasan yang membuat anda, mau bergabung dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Alasan bergabung Agar lebih mengetahui banyak tentang alam dan pendakian 3. Manfaat apa yang telah anda rasakan selama menjad anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Manfaat yang dirasakan, yaitu menjadi mengetahui banyak pelajaran dan manfaat ketika mendaki gunung 4. Masalah atau hambatan apa yang anda hadapi selama menjadi anggota Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Masalah yang ditemui adalah kurangnya misskomunikasi antar anggota, jadi sering salah paham satu sama lain. 5. Apa harapan anda dengan adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting? Harapannya adalah wawasan warga tentang pendakian dari keselamatan, persiapa, menangani kecelakaan tentang mendaki gunung menjadi bertambah 6. Tanggapan anda, bagaimana kontribusi anggota dalam mengembangkan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Ya, sebagian masyarakat dilibatkan mbak terutama yang laki-lakinya, masyarakat juga ikut memelihara kawasan pariwisata, masyarakat sering memberikan gagasan dan memberikan umpan balik dengan membuka warung-warung mbak. 7. Sejauh ini, bagaimana interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan? Ya saling berinteraksi karena masyarakat juga merupakan pengelola 8. Menurut bapak/ibu bagaimana kemajuan yang ada di masyarakat sebelum dan sesudah adanya Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Tingkat kesejahteraan ada perubahan mbak, tingkat ekonomi masyarakat menjadi lebih baik Magelang, 12 Februari 2017
173
CATATAN WAWANCARA PENGUNJUNG Catatatan Wawancara 12 I. Identitas Diri Pengunjung Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. Nama : Mas Ah (Laki-laki/ Perempuan) b. Usia : 23 th c. Agama : Islam d. Pekerjaan : Wiraswasta e. Alamat : Batang f. Pendidikan terakhir : SMK II. Pertanyaan 1. Bagaimana tanggapan anda tentang adanya Pariwisata (Pariwisata Pendakian) Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Tanggapannya enak mbak, masyarakatnya ramah, pas awal mau naik dikasih tahu atau arahanlah mbak. 2. Dari mana anda mengetahui kalau disini terdapat pariwisata pendakian? Tahu ada pariwisata disini dari media sosial khususnya instagram 3. Bagaimana aksesbilitas menuju Dusun Suwanting, apakah mudah atau sulit? kita tahu adanya jalur pendakian Suwanting lewat media sosial khususnya instagram, untuk aksesbilitas dari Batang terbilang mudah pakai kendaraan sendiri, paling Cuma papanya penunjuk arah kurang jelas, pelayanannya enaklah ada briefing sebelum naik, fasilitasnya enak sih cuma toiletnya aja yang kurang mbak, 4. Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak pariwisata Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Pelayanan yang diberikan sih enak mbak, warganya ramah-ramah. Ada briefing juga sebelum melakukan pendakian 5. Bagaimana tanggapan anda terhadap fasilitas yang ada disini? (sudah dijawab dipertanyaan sebelumnya) 6. Apakah anda menikmati produk wisata (pemandangan alam) yang ada, bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut? Kami sih menikmati perjalanan mbak, viewnya bagus dan kita tetep balik lagi. Magelang, 15 Februari 2017 Validator
174
Catatatan Wawancara 13 I. Identitas Diri Pengunjung Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. b. c. d. e. f. II. a.
b.
c.
d.
e. f.
Nama : Mas He (Laki-laki/ Perempuan) Usia : 31 th Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Bogor Pendidikan terakhir : Diploma Pertanyaan Bagaimana tanggapan anda tentang adanya Pariwisata (Pariwisata Pendakian) Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Tanggapan dari pariwisatanya seneng sih, karena awalnya takut tersesat, dan karena luas ramai, sih mbak Dari mana anda mengetahui kalau disini terdapat pariwisata pendakian ? Tahu jalur pendakian disini berasal dari temen sih mbak, saya Cuma ngikut aja, kita share cost sih mbak Bagaimana aksesbilitas menuju Dusun Suwanting, apakah mudah atau sulit? Aksesbilitas dari Jakarta sampai Dusun Suwanting, kalau sampai terminal Tidar mudah mbak, terus nanti ada yang jemput dari Klaten mbak dengan jasa antar jemput Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak pariwisata Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Pelayanan dari pihak basecamp sih baik mbak, warganya ramah-ramah selalu nyapa sama pendaki. Bagaimana tanggapan anda terhadap fasilitas yang ada disini? Fasilitas Cuma kurang di toilet , Cuma ada satu Apakah anda menikmati produk wisata (pemandangan alam) yang ada, bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut? Untuk viewnya bagus sih mbak, Cuma trecknya edaan mbak, lebih ngeri dari Semeru mbak, kalau untuk balik kesini pengen lewat jalur lain dulu deh. Magelang, 24 Februari 2017 Validator
175
Catatatan Wawancara 14 I. Identitas Diri Pengunjung Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting a. b. c. d. e. f. II. a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama : Mas Ru (Laki-laki/ Perempuan) Usia : 43 th Agama : Islam Pekerjaan : Teknisi Alamat : Malaysia Pendidikan terakhir : D3 Pertanyaan Bagaimana tanggapan anda tentang adanya Pariwisata (Pariwisata Pendakian) Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Pandangan saya wisatanya menarik, bolehlah dikembangkan lagi atau dipopulerkan lagi untuk masyarakat luas. Mungkin pandangan saya fasilitasnya ditingkatkan lagi terutama turis asing macam saya Dari mana anda mengetahui kalau disini terdapat pariwisata pendakian? Tahu ada Merbabu dari kawan saya, kalau untuk informasinya Gunung Merbabu dari media sosial internet Bagaimana aksesbilitas menuju Dusun Suwanting, apakah mudah atau sulit? Aksesbilitas dari Malaysia sampai Suwanting mudah ya, soalnya ada jasa antar jemput juga Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pihak pariwisata Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting ? Pelayanannya ramah, baik Bagaimana tanggapan anda terhadap fasilitas yang ada disini? Fasilitas dari segi keindahannya, dipercantik gitu, sebab pencaki kriterianya masing-masing, ada yang bermalam dulu ada yang langsung naik ke Gunung, mungkin fasilitasnya perlu dipikirkan. Apakah anda menikmati produk wisata (pemandangan alam) yang ada, bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut? Nikmatin pemandangan, mungkin produk lainnya perlu dikembangkan dan dikenalkan Magelang, 25 Februari 2017 Validator
176
Lampiran 6 Catatan lapangan 1 Tanggal
: 2 november 2016
Waktu
: 13.30 – 14.45
Tempat
: Pariwisata Pendakian Dusun Suwanting
Kegiatan
: Observasi awal
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke Dusun Suwanting dengan tujuan mengadakan observasi awal untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan masyarakat di sekitar Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting. Peneliti hanya sekadar mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat dan bertanya kepada masyarakat sekitar, tentang perkembangan pariwisata di Dusun Suwanting. Berdasarkan pengamatan peneliti pariwisata yang ada di Dusun Suwanting berkembang pesat, belum ada dua tahun, namun sudah banyak wisatawan yang berkunjung disini. Peneliti menghampiri penjaga loket dan bertanya tentang pengelolaan pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu di Suwanting. Dan yang menjadi pengelola bukanlah kelompok tertentu, namun semua masyarakat terlibat. Pariwisata Dusun Suwanting merupakan pariwisata pendakian dengan mengatasnamakan warga Suwanting. Setelah berbincang-bincang kemudian peneliti menanyakan kontak pengurus yang dapat dihubungi untuk mempermudah komunikasi ketika peneliti ingin melakuka penelitian disini. Magelang, 2 November 2016 Validator
177
Catatan lapangan 2 Tanggal
: 5 November 2016
Waktu
: 10.00 – 11.15
Tempat
: sekertariat paguyuban Pariwisata TNGMb
Kegiatan
:Share Rencana Penelitian
Deskripsi: Pada hari ini, peneliti datang ke sekretariat pariwisata dusun suwanting. Maksud kedatangan peneliti adalah untuk share mengenai rencana penelitian. Peneliti menemui salah satu pengurus pariwisata yang bernama Bapak Pilih selaku penasehat paguyuban pariwisata di dusun suwanting. Dan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti Saat peneliti menyampaikan maksud dan tujuannya disambut baik oleh pengurus. Diskusi terjadi untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai bahan yang akan digunakan oleh peneliti dalam sebuah proposal. Selain itu peneliti jugadiperbolehkan melakukan penelitian dengan surat izin penelitian dapat menyusul. Setelah share mengenai rencana penelitian tersebut, peneliti memohon pamit dan menyampaikan akan datang lagi saat proposal sudah jadi. Magelang, 5 November 2016 Validator
178
Catatan lapangan 3 Tanggal
: 31 Januari 2017
Waktu
: 19.00-20.00
Tempat
: Basecamp paguyuban Pariwisata TNGMb
Kegiatan
:Observasi pengunjung dan izin Kepala Dusun Suwanting
Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke basecamp pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu untuk melihat dan mengamati keadaan pengunjung yang menikmati pariwisata di Dusun Suwanting. Pengunjung terlihat sangat antusias untuk menikmati produk wisata yang ada. Mereka juga terlihat puas dengan pemandangan alam yang ada. Peneliti meminta izin kepada Kepala Dusun Suwanting bahwa penelitian peneliti sudah akan dimulai besuk harinya karena sudah mendapat pengesahan dari pihak Universitas. Kepala Dusun Suwanting juga sebagai ketua organisasi paguyuban pariwisata yang bernama Suwanting Indah yang telah berganti selama dua kali kepengurusan. Kepala Dusun atau pak “SP” telah memberikan izin secara penuh, dengan catatan kerjasamanya. Setelah izin didapat peneliti mohon pamit . Magelang, 31 Januari 2017 Validator
179
Catatan lapangan 4 Tanggal
: 1- 2 Februari 2017
Waktu
: 08.00 – selesai
Tempat Suwanting
: ,basecamp dan Jalur Pendakian Pariwisata TNGMb Dusun
Kegiatan
: Observasi
Deskripsi : Pada hari ini peneliti datang ke basecamp Suwanting, guna mengamati pariwisata atau jalur pendakian yang ada serta mencoba untuk menikmati pelayanan dan pariwisata yang diberikan Dusun Suwanting. Peneliti memposisikan sebagai pengunjung. Peneliti datang ke loket untuk membayar registrasi, di registrasi peneliti diberikan pelayanan yang cukup memuaskan mereka menawarkan berbagai macam jasa pelayanan seperti jasa ojek untuk sampai pos1, jasa porter untuk membawakan barang dan yang lainya. Setelah dari loket peneliti mencoba pariwisata yang ditawarkan yakni mendaki Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Sepanjang perjalanan masyarakat selalu menyapa dengan ramah para wisatawan, bahkan disuruh untuk mampir. Jalur pendakian yang dinikmati oleh wisatawan ini sangat mudah akses airnya, meskipun jalannya cukup terjal. Pihak pengelola pariwisata memberikan fasilitas-fasilitas yang ada untuk memudahkan pendaki. Bermalam di suatu pos untuk keesokan harinya menikmati sunrise di puncak gunung, namun badan tak kuat dan cuaca yang kurang bersahabat maka peneliti tidak sampai puncak.Pemandangan alam yang ditawarkan luar bisaa indahnya. Setelah selesai peneliti kemudian turun dan bersih-bersih lalu pulang. Magelang, 2 Februari 2017 Validator
180
Catatan lapangan 5 Tanggal
: 4 Februari 2017
Waktu
: 15.30 – 16.15
Tempat
: ,loket pendaftaran wisatawan
Kegiatan
: wawancara dengan penjaga loket RT 06 (anggota pengelola)
Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke Dusun Suwanting dan menuju loket pendaftaran wisatawan yang ingin menikmati pemandangan alam Taman Nasional Gunung Merbabu. Peneliti bertemu dengan Pak “Ar” dan Pak “Bd” petugas piket dari RT 06. Peneliti menyampaikan tujuannya datang kemari adalah untuk mencari data / interview kepada anggota peng elola. Pak “Ar” menyambut dengan ramhanya dan bersedia untuk diwawancarai. Kesimpulan yang dapat peneiti tarik dari hasil wawancara berupa Pak “Ar” bergabung sejak awal berdirinya, alasan bergabung pernah ikut komunitas pecintaa alam, sehingga ingin melestarikan alam khususnya Taman Nasional Gunung Merbabu, masyarakat luas bisa tahu kalau disini ada jalur pendakian, manfaat yang dirasakan banyak teman tidak terlalu memikirkan hasil , dapat teman dari seluruh penjuru Indonesia. Pemasaran lewat media sosial. Hambatan dalam pengembangan pariwisata adalah kekompakan, namun kini sudah mulai kompak per RT. Harapannya dengan adanya pariwisata masyarakat bisa jadi rukun yang awalnya pecah-pecah bisa membaur. Karena punyanya tenaga, jadi kontribusinya berupa tenaga. Kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan pariwisata adalah pemberian air di setiap pos, dan pembersihan jalur setiap berapa bulan sekali. Untuk pengelolaan pariwisata seluruh masyarakat dilibatkan karena masyarakat yang menjadi pengelola. Dan terdapat perubahan tingkat kesejahteraan disini sebelum dan sesudah adanya pariwisata disini Magelang, 4 Februari 2017 Validator
181
Catatan lapangan 6 Tanggal
: 5 Februari 2017
Waktu
: 18.40 -20.15
Tempat
: ,basecamp/ tempat perisitirahatan pengunjung
Kegiatan
: observasi dan wawancara dengan pengunjung
Deskripsi Pada hari ini, peneliti datang ke basecamp untuk mengamati kepuasan pengunjung pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu dan mengadakan wawancara dengan para pengunjung tentang pelayanan dan aksesbilitas di pariwisata disini. Berdasarkan pengamatan peneliti para pengunjung terlihat kelelahan setelah melakukan pendakian namun terlihat bahagia dalam wajah mereka. Hal ini juga diperkuat dengan wawancara yang diadakan peneliti dengan pengunjung. Peneliti berkenalan dengan rombongan pengunjung dari Batang dan rombongan dari Jakarta yang telah selesai melakukan pendakian. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan wawancara adalah untuk pengambilan data tugas akhir skripsi. Pengunjung menyambut dengan baik kedatangan peneliti. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah para pengunjung berkesan dengan pariwisata yang ada di Dusun Suwanting baik dari suguhan pemandangan alamnya ataupun pelayanan yang masyarakat berikan kepada pengunjung. Magelang, 5 Februari 2017 Validator
182
Catatan lapangan 7 Tanggal
: 7 Februari 2017
Waktu
: 12.05- 12.34
Tempat
: ,kios souvenir di Dusun Suwanting
Kegiatan
: observasi dan wawancara dengan masyarakat/relawan
Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke salah satu usaha masyarakat dalam menyediakan produk wisata yakni kios/toko souvenir pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting. Peneliti bertemu dengan “JF” sebagai freelance/porter/dan berjualan souvenir. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan untuk pencarian data tentang skripsi dan disambut baik dengan bang “JF”. Kesimpulan yang dapat peneliti tarik dari hasil wawancara berupa adalah. Bang “JF” ini mampu melihat potensi-potensi pariwisata selain jalur pendakian sehingga bisa menciptakan peluang untuk pariwisata keluarga, bahkan bisa digunakan sebagai long trip untuk pengunjung luar kota atau bahkan luar negeri. Bang “JF” merespon pariwisata disini dengan baik, bang “JF” berkontribusi untuk pengembangan pariwisata dengan mempromosikan kepada pengunjung khususnya pendaki di Indonesia pada umumnya dan di ASEAN khususnya. Bang “JF” ikut memelihara pariwisata pendakian dengan mengelola sumber air, membersihkan sampah di gunung, dan memperbaiki jalur /jalan pendakian. Alasan Bang “JF” ikut berpartisipasi adalah karena suka dengan olahraga pendakian, manfaat yang dirasakan adalah mendapat relasi, jika tamu cocok bisa menjadi city tour atau long trip pariwisata selain Gunung Merbabu. Hambatannya untuk pengembangan pariwisata adalah koordinasi yang kurang intensif, jalur dan promosi karena jalur untuk bisa menikmati pemandangan alam di puncak Gunung Merbabu ada 5 jalur (persaingan), cara mengatasinya adalah dengan koordinasi dengan pihak pengelola, baik dari Dusun Suwanting sendiri, Taman Nasional, ataupun dari pihak jalur lain (saling bantu promosi). Magelang, 7 Februari 2017 Validator
183
Catatan lapangan 8 Tanggal
: 9 Februari 2017
Waktu
: 13.05- 14.15
Tempat : , sekertariat paguyuban Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting Kegiatan
: wawancara dengan pengurus paguyuban
Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke sekertariat paguyuban Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting guna bertemu dengan pengurus “EP”, selain pengurus beliau juga sebagai orang yang mendirikan/membuka pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, kemudian peneliti pun memulai wawancara dengan menanyakan hal yang pertama yaitu mengenai potensi pariwisata, sejarah berdirinya, visi dan misi, dan pendanaan dan tentang partisipasi masyarakat itu sendiri dalam pengembangan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Kesimpulan yang dapat peneliti tarik adalah partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata tinggi,karena pengelola pariwisata bukanlah kelompok tertentu, tetapi semua masyarakat dilibatkan sebagai pengelola. Pengelolaan pariwisata menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat Dusun Suwanting. Kegaitan yang dilakukan adalah pengadaan sumber air setiap pos, pembersihan jalur, pelatihan dari Taman Nasional tentang perawatan konservasi alam dan lainlain. Namun belum ada upaya untuk menampilkan produk wisata yang menjadi potensi pariwisata di Dusun Suwanting. Tokoh masyarakat dan perangkat desa laiinya mewajibkan masyarakat ikut mengelola pariwisata yang ada. Terdapat perubahan baik dari segi ekonomi maupun sosial masyarakat Dusun Suwanting setelah adanya pariwisata pendakian. Magelang, 9 Februari 2017 Validator
184
Catatan lapangan 9 Tanggal
: 9 Februari 2017
Waktu
: 19.05- 19.45
Tempat
: warung makan di Dusun Suwanting
Kegiatan
: wawancara dengan masyarakat
Deskripsi Pada hari ini peneliti mendatangi salah satu masyarakat yang ikut menyediakan kebutuhan pengunjung yakni logistik. Peneliti menyampaikan tujuan kepada pak “SI”, dan Pak “SI” menyambut dengan baik. Peneli memulai wawancara dengan pak “SI” namun mengalami sedikit hambatan karena wawasan dari Pak “SI” yang kurang akibat pendidikan yang rendah. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah potensi pariwisata di Dusun Suwanting tidak hanya jalur pendakian, melainkan pertanian peternaan dan laiinya. Pak “SI” merespon positif terhadap pariwisata yang ada di Dusun Suwanting. Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan pariwisata seperti perbaikan jalur pendakian dan lain-lain. Kontribusi yang pak “SI” berikan berupa tenaga, untuk perihal keputusan beliau hanya ikut keputusan yang lain saja. Alasan pak “SI” adalah ikut memajukan Dusun Suwanting, dengan harapan Dusun Suwanting bisa banyak pengunjung, sehingga usaha pak Si pun juga semakin lancar. Dari adanya pariwisata pendakian ini pak “SI” merasakan perubahan pada tingkat kesejahteraan, wawasan lingkungan dan yang lainnya. Magelang, 9 Februari 2017 Validator
185
Catatan lapangan 10 Tanggal : 10 Februari 2017 Waktu : 19.45- 20.30 Tempat : warung makan di Dusun Suwanting Kegiatan : wawancara dengan pengurus Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke sekertariat paguyuban Pariwisata Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting guna bertemu dengan pengurus “Rb”, selain pengurus beliau juga sebagai orang yang mendirikan/membuka pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting. Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, kemudian peneliti pun memulai wawancara dengan menanyakan hal yang pertama yaitu mengenai potensi pariwisata, sejarah berdirinya, visi dan misi, dan pendanaan dan tentang partisipasi masyarakat itu sendiri dalam pengembangan pariwisata pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Suwanting Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah potensi pariwisata jalur pendakian yang berawal dari orang luar kota yang ingin naik namun belum ada jalur pendakian, sebulan setelah itu jalur pendakian dibuka dengan adanya simaksi. Tanggapan masyarakat awalnya kurang mendukung namun sekarang masyarakat sudah merespon positif. Masyarakat menjadi pengelola. Upaya pemasaran melalui media sosial, kegiatan dari pihak Taman Nasional, Basarnas, tentang pengelolaan pariwisata, ada saran yang baik dilaksanakan kalau enggak cocok ya enggak dilaksanakan. Pariwisata Dusun Suwanting menjalin mitra dengan anak-anak yogya dan AGMM. Yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah seluruh masyarakat Dusun Suwanting, masyarakat berperan dalam pengambilan keputusan, identifikasi masalah, pembahasan permasalahan bagaiamana solusinya. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengemabnagan pariwisata adalah lebih banyak ada upaya promosi dan pencarian relasi. Faktor yang membuat masyarakat ikut andil adalah karena diwajibkan oleh lingkungan masyarakat Dusun Suwanting sendiri. Karena kesibukan masing-masing masih terdapat masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi. Ada perubahan setelah adanya pariwisata seperti ramai pengunjung, pemerintah ikut berperan dalam pengembangan pariwisata namun baru sampai sektor Desa,. Pendanaan diperoleh dari taman nasional dan simaksi pengunjung . Magelang, 10 Februari 2017 Validator
186
Catatan lapangan 11 Tanggal : 12 Februari 2017 Waktu : 19.05- 19.45 Tempat : sekertariat pengelolaan pariwisata Kegiatan : wawancara dengan pengurus Deskripsi Pada hari ini peneliti datang ke sekertariat pengelolaan pariwisata, untuk melakukan wawancara dengan anggota pengelola yang masih sekolah setara dengan Sekolah Menengah atas Kesimpulannya adalah potensi wisata yang ada adalah jalur wisata pendakian, yang berdiri sejak Maret 2015. Dengan visi membangun Indonesia yang hijau dan melestarikan hutan. Tanggapan masyarakat cukup baik, masyarakat ikut terlibat dalam pengembangan pariwisata. upaya pemasaran dilakukan dengan membuka kios, dan media sosial. Kegiataanya penanman, bersih sampah, perbaikan jalur. Ada pelatihan dari pihak taman nasional cara merawat hutan yang baik, dsb. Yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah masyarakat dimana perannya adalah menjaga basecamp, evakuasi wisatawan, dll. Masyarakat juga sering inisiatif untuk pengembangan dan partisipasi masyarakat di Dusun Suwanting ikut dalam pengembangan karena mereka sebagai pengelola, usaha dari pihak pengurus adalah mewajibkan masyarakat untuk ikut, mereka ikut andil dalam pengambilan keputusan. Partisipasi yang diberikan bisaanya berupa tenaga dan gagasan. Faktor yang mendorong adalah bahwa sanya Dusun Suwanting yang di pelosok ini bisa dikenal di masyarakat luas. Faktor yang menghambat masyarakat adalah masyarakat memiliki profesi dan kesibukan sendiri-sendiri. Strategi yang dilakukan pengelola adalah membagi masyarakat dengan kelompok-kelompok sehingga masyarakat bergiliran untuk menjaga dan merawat pariwisata dan diwajibkan. Perubahan yang terjadi dari sebelum adanya pariwisata adalah masyarakat menjadi memiliki wawasan tentang perawatan hutan, lebih bersosial, dan meningkatkan kesejahteraan. Pemerintah Taman Nasional dan Desa yang ikut membantu pengembangan pariwisata. pendanaan yang pasti adalah dari simaksi pengunjung untuk operasional pariwisata dan kas dusun. Magelang, 12 Februari 2017 Validator
187
Catatan lapangan 12 Tanggal
: 12 Februari 2017
Waktu
: 20.05- 20.45
Tempat
: sekertariat pengelolaan pariwisata
Kegiatan
: wawancara dengan masyarakat
Deskripsi : Setelah mewawancarai salah satu pengurus, peneliti melakukan wawancara kepada ketua pemuda, yakni Mas Pr. Karena waktu yang sudah malam, peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuan untuk mencari informasi tentang partisipasi masyarakat. Selain sebagai ketua pemuda Mas Pr juga sebagai anggota Paguyuban Suwanting Indah dari RT 06. Peneliti disambut baik, dan dengan sedikit gurauan Mas Pr. Menyampaikan beberpa informasi yang penulis butuhkan. Kesimpulan, kak “Pa” muali bergabung di pengelolaan pariwisata sejak berdirinya pariwisata pendakian, dengan alasan sebagai warga masyarakat yang baik tetnu ikut serta dalam pengelolaan Dusun Suwanting dan diwajibkan sama lingkungan . Manfaat yang diperoleh menambah wawasan tentang pengembangan pariwisata dan pelestarian hutan. Masalah yang ditemui kurangnya kerjasama antar anggota. Harapannya meningkatkan SDM dan SDA. Semua anggota berkontribusi dengan baik dengan meluangkan waktunya untuk kegiatan pengembangan. Interaksi dan komunikasinya berjalan baik. Tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi semakin baik. Magelang, 12 Februari 2017 Validator
188
Catatang lapangan 13 Tanggal Waktu Tempat Kegiatan Deskripsi :
: 14 Februari 2017 : 19.05 – 21.35 : sekertariat pengelolaan pariwisata : wawancara dengan masyarakat dan pengurus
Pada tanggal 14 februari 2017, pada malam hari peneliti mendatangi narasumber untuk memperkuat informasi. Peneliti melakukan wawancara dengan dua narasumber satu sebagai anggota yakni Mas Wp, dan yang satunya adalah pengurus, yakni Bapak St selaku ketua Paguyuban Indah. Keduanya menyambut dengan baik dan tanpa canggung langsung memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Mas Wp, bergabung sejak awal berdirinya pariwisata (maret 2015), alasan bergabung Agar lebih mengetahui banyak tentang alam dan pendakian. Manfaat yang dirasakan Mengetahui banyak pelajaran dan manfaat kegiatan mendaki gunung. Masalah yang ditemui adalah miskomunikasi antar anggota. Harapannya adalah warga lebih mengerti tentang makna pendakian. Kontribusi yang diberikan masyarakat untuk pengembangan pariwisata adalah Lumayan bagus,tapi perlu di kembangkan lagi agar antar anggota tidak misskomunikasi. Interaksi dan komunikasi dari masyarakat dengan Pariwisata Pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting terkait dengan program-program yang dilakukan adalah ada,karena masyarakat juga merupakan pengelola. Setelah adanya pariwisata pendakian terdapat perubahan yang lebih baik. Wawancara kedua, dengan Bapak St yang menjelaskan tentang sejarah pariwisata pendakian, dan tujuan pariwisata yang ada disini adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Dusun Suwanting. Bapak St menjelaskan bahwa pariwisata disini dikelola oleh seluruh masyarakat. Jadi masyarakat berpartisipasi untuk pengembangan pariwisata baik kontribusi tenaga, gagasan, keahlian, ataupun partisipasi sosial. Dalam pengembangan pariwisata Dusun Suwanting telah melakukan berbagai kegiatan utuk meningkatkan mutu dan pelayanan. Magelang, 14 Februari 2017 Validator
189
Catatang lapangan 14 Tanggal : 21 Februari 2017 Waktu : 19.05 – 21.10 Tempat : rumah warga Dusun Suwanting. Kegiatan : wawancara dengan masyarakat dan pengunjung Pada tanggal 21 Februari 2017 peneliti sudah berada di Dusun Suwanting. Akhirnya peneliti menemui salah satu warga yang membuka usaha untuk kebutuhan pendaki. Selain itu karena kebetulan ada wisatawan dari luar negeri, yakni dari Malaysia peneliti juga memanfaatkan moment tersebut mewawancari wisatawan. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan untuk mencari informasi tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting. Wawancara dilakukan kepada Ibu Lk disela-sela berjualan, Ibu Lk merespon dengan ramah, dan apabila tidak bisa menjawab meminta bantuan suaminya untuk menjawab. Pengunjung dari Malaysya,yakni Bapak Rl yang diwawancarai saat beristirahat setelah melakukan pendakian. Ibu Lk menyampaikan potensi pariwisata yang diketahui jalur pendakian, tanggapannya bagus, Desa menjadi lebih maju. Masyarakat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata. kontribusi yang diberikan berupa tenaga. Untuk pengambilan keputusan waraga masyarakaat sebagaian besar dilibatkan. Masyarakat ikut memelihara jalur pendakian. Masyarakat semua ikut terlibat. Dalam perencanaan masyarakat juga dilibatkan dalam pengembangan pariwisata. dan pelaksanaannya telah sesuai dengan rencana. Alasan masyarakat ikut adalah tuntutan lingkungan masyarakat Suwanting. Manfaat Dusun suwanting terkenal, ekonomi masyarakat menjadi meningkat. Belum ada hambatan . harapan untuk kemajuan Desa. Terdapat interaksi dari pengelola ke masyarakat. Ada peningkatan kesejahteraan setelah adanya pariwisata, masyarakat menjadi lebih bisa bersosialisasi sama masyarakat dan pendaki. Dan wawancara dengan pengunjung menghasilkan beberapa kesimpulan yakni, tanggapannya bagus, tapi mungkin dipopulerkan lagi jadi negara lain bisa lebih mengetahui. Pengunjung meminta untuk meningkatkan fasilitasnya. Dari segi aksesbilitas (kemudahan) untuk menuju ke tempat wisata cukup mudah. Tahu adanya Gunung Merbabu dari temannya yang berada di Malaysia juga dan dari media sosial. Pelayanan yang diberikan juga bagus. Fasilitasnya yang diebrikan berdasarkan kategori pendaki, jadi diberikan seperti penginapan Pengunjung menikmati pariwisata yang disajikan. Magelang, 21 Februari 20117 Validator
190
Lampiran 7 (Display, Reduksi, dan Kesimpulan) Hasil Wawancara Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting, Banyuroto Sawangan Magelang Jawa Tengah No 1
Pertanyaan
Reduksi
Kesimpulan
a. Bagaimana bentuk Mas EP : “ya, tentu masyarakat dilibatkan mbak karena pengembangan masyarakat adalah pengelola pariwisata pendakian pariwisata yang dari Taman Nasional Gunung melibatkan Merbabu di Dusun Suwanting. masyarakat dalam Dan “untuk pemasaran paling gencar kita menggunakan media mempertajam dan sosial lah, entah itu blog, entah memantapkan citra itu facebook, instagram ataupun yang lainlah, yang pasti hampir kepariwisatawan 75% pemasaran jalur Suwanting melalui promosi melalui sosmed. Kalau untuk aksesbilitas jalan masuk menuju dan aksesbilitas? Suwanting alhamdulilah sekitar tahun 2013an akses jalan ketep kopeng sudah cor blog, dan dari dusun sendiri tidak kesulitan”
Masyarakat dilibatkan
dalam
pengembangan pariwisata mempertajam
untuk dan
memantapkan citra pariwisata melalui promosi menggunakan media sosial dan peningkatan aksesbilitas seperti
papan penunjuk Bpk Si : “ya, dilibatkan mbak, arah atau yang jadi apa yang saya bisa lakukan untuk memajukan desa ya saya lainnya dan lakukan mbak, meskipun hanya peningkatan sebatas pemberian tenaga saja” fasilitas Mas Ah : “ kita tahu adanya jalur pendakian Suwanting lewat media sosial khususnya instagram, untuk aksesbilitas dari Batang terbilang mudah pakai kendaraan sendiri, paling Cuma papanya penunjuk arah kurang jelas, pelayanannya enaklah ada briefing sebelum 191
naik, fasilitasnya enak sih mbak
a. Bagaimana bentuk pengembangan pariwisata
yang
melibatkan masyarakat dalam pembinaan produk
wisata
untuk meningkatkan mutu
dan
pelayanan melalui kegiatan pelatihan?
Bpk St : “Pemasarannya dengan internet, mulut ke mulut. Terus ada juga pernah survey kesini minta penjelasan-penjelasan atau informasilah, melalui internet Mas Ep: “ untuk kegiatan anggota diantaranya sebagaian besar ditunjuk sebagai tim SAR,dan kebetulan salah satunya adalah saya yang langsung dari BASARNAS (Badan Search and Rescue Nasional),jadi untuk masalah evakuasi akibat kecelakaan di gunung insyallah Suwanting sudah siaplah karena telah bersertifikasi nasional, dan untuk lain misalkan kaya studi banding dengan jalur pendakian lain, dan untuk tentang alamlah misalkan kaya metode penanaman ataupun yang lain konservasi alhamdulilah sudah dilaksankan. Untuk pelayanan sendiri alhamdulilah ramah mbak, anda sendiri bisa rasakan ataupun bertanya kepada wisatawan lain kalau jalur paling ramah adalah pelayanan Suwanting, meskipun jalur tidak ramah tapi warga ramah” Pak Rb : “untuk itu untuk mutu kerja itu ya bukan Cuma kita saja ataupun bukan Cuma dari warga, kita penanganan bersama, dari buka jalur, pengelola basecamp dan perawatan jalur itu bersama. Sebenarnya kita untuk itu kita cuma melakukan sedikit demi sedikit dari teman teman yang 192
Dalam pengembangan pariwisata masyarakat dilibatkan
dalam
kegiatan-kegiatan yang meningkatkan mutu pelatihan
seperti SAR,
pembenahan jalur, pelatihan pemandu, dll. Untuk playanan tidak
ada
kegiatannya karena pada pelayanan bagus.
dasarnya sudah
datang untuk latian bersama di Dusun Suwanting. Mas He : “Pelayanan dari pihak basecamp sih baik mbak, warganya ramah-ramah selalu nyapa sama pendaki”
2
a. Bagaimana bentuk
Mas BL: “Kalau untuk kegiatan sih sudah banyak sudah ada studi banding, pembenahan jalur, operasi pesih, pelatihan masyarakat peduli api, dan lainlain. Kalau untuk mitra sendiri, sebenarnya belum ada mitra swasta yang pasti mbak, tapi kalu hanya sekedar tour operator atau mitra dari kampus-kampus untuk pelatihan pendidikan dasar di alam sih banyak mbak” a. Sumbangan pikiran a. Masyarakat
Mas Pr : “sebagian anggota berkontribusi dengan baik, untuk masyarakat dalam berpartisipasi dalam semua kegiatan yang ada, masyarakat pengembangan dengan antusias mempunyai gagasan, menanggapi, dan pariwisata berbasis dengan sukarela memberikan tenaga, maupun dana di setiap masyarakat? kegiatan-kegiatan yang ada di Dusun Suwanting”. partisipasi
berpartisipasi dengan memberikan ide-ide gagasanagar Dusun Suwanting bisa berkembang
Bapak Si : “Idenya kalau dari saya itu mbak kan kalau jalur pendakian ada pos Manding nah disitu kan licin , jadi saya pengennya gimana caranya biar jalannya itu baik, jadi kalau enak b. Dalam kan banyak yang naik mbak, ya berpartisipasi biar lancar aja” untuk b. Sumbangan Pendanaan pengembangan 193
Pak Rb : “ kalau untuk dana kita jarang memberikan langsung berwujud uang mbak, tapi langsung memberikan berupa barang yang dibutuhkan,. Seperti saat kerja bakti warga disini dijatah bergilir untuk membuatkan konsumsinya mbak.” c. Sumbangan Tenaga
pariwisata masyarakat memberikan pendanaan berupa konsumsi
c. Sumbangan
Mas Ar : “ kalau saya pribadi saya Cuma punya tenaga jadi paling saya membantu tenaga. Bantuin pas bersih-bersih gunung, pas evakuasi atau pas ada event-event kaya penanaman dari komunitas mana gitu”
tenga
Mas Ed : “Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pengembangan yakni gagasan dan tenaga untuk evakuasi, pembenahan jalur operasi bersih kan dibutuhkan banyak tenaga mbak”
pariwisata
menjadi
sumbangan yang
paling
dominan karena dalam ini
membutuhkan banyak
tenaga
untuk perawatan jalur,
operasi
bersih, evakuasi d. Sumbangan keahlian
dll.
Ibu Lk : “kalau saya kan gak d. Ketrampilan bisa bantu-bantu apa mbak, seseorang dalam karena rata-rata pekerjaan untuk pengembangan pariwisata disini mengembangka itu dilakukan oleh laki-laki, ya n pariwisata karena tenaga yang dibutuhkan sangat banyak. Paling kalau saya begitu ikut bantu masak buat makan dibutuhkan, warga saat kerja bakti seperti pas evakuasi atau pembenahan jalur maka dari itu mbak. Terus paling juga masak masyarakt pas ada pendaki yang minta makanan mbak Dusun 194
Suwanting Mas Bl : “Dulu saya ditahan disini sih dimintai tolong buat pemasaran dan pembenahan jalur mbak, saya dibantu sama relawan lainnya atau mas JF yang sudah setahun lebih dulu dari saya kami membantu masyarakat disini dengan pemasaran mbak baik dari internet maupun relasi Tour Operator Pariwisata lainnya, ya alhamdulilah mbak tamu kami sudah dari berbagai mancanegara meskipun masih lingkup ASEAn, tapi pernah juga dapat tamu dari Prancis, Swedia, dan Australia mbak” Mas Ed : “Masyarakat ikut terlibat dalam hal yang menyangkut pariwisata ini mulai identifikasi masalah sampai evaluasi, karena masyarakat merupakan pengelola” b.Bagiamana tahapan Ibu Lk : “Untuk pengembangan pariwisatanya sendiri seperti partisipasi kegitan-kegiatan to mbak maksudnya. Pasti semua ada masyarakat yang perencanaannya mbak dan alhamdulilah perencanaan diberikan untuk sesuai, meskipun ada beberapa kendala tapi masih bisa pengembangan diminimalisir mbak
memberikan keahliannya dalam pemasaran, SAR,
maupun
sebagai penyedia
jasa
lain
yang
dibutuhkan pendaki
Untuk
tahapan
partisipasi yang ada di
Dusun
Suwanting
yakni
dilakukan perencanaan dengan
pariwisata
“Yang berperan dalam pengembangan pariwisata adalah seluruh masyarakat Suwanting, inisiatif yang dilakukan masyarakat yang pertama dalam pelayanannya, membenahi jalur, yang ketiga untuk masalah sampai sekarang juga masih terkondisi, sama paling itu mbak 195
musyawarah untuk diambil keputusan, kemudian dilaksanakan,
baru dan
pariwisatanya juga dikelola. Agar bisa
kan dari basecamp sampai batas berkembang kawasan itu cukup jauh, dari dilakukan evaluasi. pihak basecamp juga menyediakan ojek mbak. Masyarakat pasti dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, identifikasi masalah, perencanan, pelaksanaan dan pengendalian basecamp” Mas BL : “untuk pemeliharaan pariwisata ya pasti jalur tuh dirawat, atau dikelolalah mbak, perbaikan jalur kalau rusak, perawatan pipa, sama mengadakan kegiatan bersihbersih mbak. ya namanya masyarakat di daerah desa mbak, pasti mereka guyub, jadi untuk semua kegiatan pasti masyarakat dilibatkan. Toh kunci utama dari pengembangan pariwisata itu ya masyarakat sendiri. Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, terus pelaksanaannya, nah biar bisa berkembang diadakan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut mbak c. Bagaimana Mas Ep : “warga sendiri juga sudah merasakan hasil dari manfaat partisipasi adanya pariwisata pendakian, dan yang kedua kualitas hidup yang dirasakan mereka juga lumayan naiklah mbak, ekonomi juga mulai masyarakat dalam membaik” Mas Ar : “Manfaat yang dirasakan , yang pertama banyak pariwisata berbasis temen, untuk masalah hasil tidak terlalu memikirkan, biar pada masyarakat tahu kalau disini ada potensi pariwisata jalur pendakian, dulunya orang-orang terutama pengembangan
196
Manfaat partisipasi untuk pengembangan pariwisata
yang
dirasakan
oleh
Masyarakat Dusun Suwanting
yakni
menambah
teman
dan
relasi
wawasan,
, serta
luar kota belum pada tahu Dusun peningkatan Suwanting, kalau disini ada kesejahteraan. potensi seperti ini, kita Cuma ingin mengenalkan budayabudaya yang ada disini.pengenalan pada masyarakat luas. Dengan cara menggunakan sosial media “
3
a. Apa yang
saja
faktor
mendorong
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan
Bpk St : “Warga masyarakat menjadi tambah pengetehuan tentang porter/ pemandu wisata dengan menemani wisatawan dari basecamp sampai puncak yang juga mengurangi angka pengangguran. Dan menambah income bagi warga Suwanting sendiri. Dan tujuannya juga ikut melestarikan hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu. Ada kegiatan penanaman yang disponsori oleh FKB, Oi, dll dengan bekerjasama dengan pemudapemuda Suwanting.” Mas JF : “alasan saya ikut berpartisipasi ya karena Suka/hobi mendaki gunung, kebetulan pertama kali mendaki sini, disambut baik sama pengelola, bagus positif, ada ruang untuk saya mengembangkan, ya saya ikut mengembangkan. Selain itu juga bisa menambah relasi untuk tour operator lainnya”
Faktor
yang
mendorong masyarakat ikut
untuk
berpartisipasi
adalah diberikannnya kesempata, tuntutan
di Pak Si : “ ya kita sih lingkungan, sikap berpartisipasi karena tuntutan daling menghargai, Taman Nasional lingkungan mbak, adat kami masih kental dengan adat gotong dan manfaat yang Gunung Merbabu royong mbak” dirasakan untuk pariwisata
Bpk Ar : “ sebelumnya udah peningkatan 197
Dusun Suwanting?
b. Apa
saja
faktor
yang menghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pernah ikut komunitas pecinta kualitas hidup alam mbak seperti AGMM (Anak Gunung Merbabu Merapi) untuk melestarikan sinilah khususnya jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat luas bisa tahu bahwa disini adapariwisata pendakian” Mas Ep : “warga sendiri juga sudah merasakan hasil dari adanya pariwisata pendakian, dan yang kedua kualitas hidup mereka juga lumayan naiklah mbak, ekonomi juga mulai membaik” Mas Ed : “faktor yang menghambat adalah karena masyarakat memiliki profesi dan kesibukan masing-masing, jadi mayarakat itu tidak bisa ikut secara penuh andil dalam pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola “
faktor
yang
menghambat masyarakat ikut
untuk
berpartisipasi
adalah
latar
belakang pekerjaan,
pengembangan pariwisata Taman
di Nasional
Gunung Merbabu Dusun Suwanting c. Bagaimana upaya untuk
mengatasi
kendala dari faktor
Bpk St : “Kalau dari pemerintahan sendiri mendukung mbak namun baru sampai tingkat Desa, untuk kecamatan apalagi kabupaten sendiri belum banyak dukungan mbak, namun kami juga mendapat dukungan penuh dari pihak Taman Nasional Gunung Merbabu” Bpk St : “itu yang mewajibkan per RT, karena itu merupakan keputusan dusun, akhirnya jadi kegiatan yang mengelola adalah Bapak-Bapak RT dan pemuda Dusun Suwanting”
pendidikan, jenis kelamin.
Bagaimana untuk
upaya
mengatasi
kendala dari faktor penghambat adalah kewajiban
198
dan
penghambat tersebut?
Mas Ed : “ strategi untuk masyarakat agar ikut berpatisiapsi adalah dengan membagi masyarakat bapakbapak ataupun pemuda menjadi kelompok-kelompok agar masyarakat itu bisa bergiliran dan diwajibkan, jadi setiap individu ikut andil mbak” Mas BL : “ saat sebelumnya warga belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan konservasi, akhirnya ada kegiatan pelatihan tentang pengelolaan hutan konservasi terutama saat terjadi adanya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau mbak
199
masyarakat
untuk
ikut berpartisipasi, megaktifkan kaum perempuan,
dan
pengadaan pelatihan-pelatihan.
Lampiran 8 Dokumentasi
Foto 1. Kegiatan pembenahan jalur
Foto 2. Kegiatan operasi bersih
Foto 3. Kegiatan sosialisasi Bank Sampah 200
Foto 4. Rapat koordinasi pengelolaan pariwisata alam
Foto 5. Pemadaman kebakaran hutan
Foto 6. Kegiatan Pelatihan Masyarakat Peduli Api 201
Foto 7. Penanaman pohon
Foto 8. Kegiatan Pelatihan SAR 202
Foto 9. Pemandangan pariwisata
Foto 10. Kegiatan evakuasi wisatawan
203
Foto 11. Kegiatan dokumentasi wawancara Lampiran 9
204
205
206
207