Rissalwan Habdy Lubis
[email protected]
Adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada suatu
kegiatan tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. Adalah membangun kesadaran masyarakat untuk mau dan mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Adalah suatu proses aktif, dimana masyarakat dapat berinisiatif dan bebas menentukan pilihan atas kehendak mereka sendiri. Adalah pemantapan dialog antara masyarakat dengan pelaksana kegiatan pembangunan. Adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. Adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Instrumental sebagai alat Transformasional sebagai tujuan
Dalam perencanaan program assessment Dalam pelaksanaan program
(Adi, 2003) Dalam monitoring dan evaluasi
Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis,
kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri. (Sastropoetro, 1988) Kepentingan dan nilai-nilai tertentu . (Ife, 1995) Pengalaman dalam partisipasi. (Moeljarto, 1996) Kondisi geografis wilayah dan aksesibilitas warga kasus Bima & Dompu. Kultur dan kebiasaan masyarakat nelayan tidak bisa dikumpulkan pagi hari; perempuan Aceh tidak boleh satu forum rapat dengan laki-laki; joking relation approach keterampilan fasilitator.
Cara belajar yang terbalik. Belajar secara cepat dan progresif. Menciptakan keseimbangan. Mengoptimalkan pertukaran informasi dan gagasan. Mengungkap keanekaragaman. Membangun otokritik dan tanggung jawab bersama.
(Chambers, 1992) Membangun kesadaran kelompok atas masalah dan potensi yang dimiliki
Practical Reasons Allow end-users to express their “voice & choice” Possible for illiterate (poor over-represented) to express their views and needs using methods that employ illustrations they recognise, locally found materials and using language and ideas they use & understand. Programme/Project/Intervention Sustainability and Effectiveness Strategic Reasons: Equity Principles Empowerment of disadvantaged groups (poor, women, aged, youth) to „find‟ their voice Community development: Community keeps materials developed (social map) for future use; Community learns skills for planning and managing their WSS services
Linking: Sustainability, Access and Use With: Demand Responsive, Gender- and PovertySensitive Participation
Perlu menjalin rapport butuh waktu yang relatif
lama. Mengenali masyarakat atau komunitas yang akan dibantu secara utuh. Menerapkan teknik FGD dalam kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda.
Social mapping Poverty characteristics & wealth ranking Seasonal analysis
Venn diagram Problem identification
i.e. problem cards &
problems tree Trend & price analysis Scenario Planning future search etc.
Wealth Classification
Livelihood Type
Traditional Fisherman (Nelayan Tradisional) Poor (Miskin)
Fisher Labour (Buruh Nelayan)
Adequate (Sederhana)
Dogolan Fisherman (Nelayan Dogolan)
More Adequate (Mampu)
Semi Traditional Fisherman (owner of mini porsesaine boat) Nelayan Semi Tradisonal (pemilik mini porsesaine)
Rich (Kaya)
The owner of big and modern ship (Pemilik kapal besar & modern)
Remarks Using slim rowing boat with long arm beside the body of boat as a custodian of balance. (Menggunakan perahu bercadik) Majority only catching rajungan. (Mayoritas hanya menangkap rajungan) Also working as farmer of palawija. (Bekerja juga sebagai petani palawija) Using simple rumpon system as fishing spot. (Menggunakan sistem rumpon sederhana) Only as an alternative source of live. (Hanya sebagai mata pencaharian alternatif) Working for big ship with crew 15-30 persons. (Bekerja untuk kapal besar dengan awak 15-30 orang) The only livelihood as fisherman. (Mata pencaharian utama sebagai nelayan) Owning by together sailboat or machine-boat with crew 2-5 persons. (Mempunyai perahu kecil dengan layar atau mesin (awak 2-5 orang), secara patungan) Using simple sharing holder system between the owners of boat. (Menggunakan sistem bagi hasil sederhana antar pemilik saham perahu) Maximum fishing boat rangewith from coastline at about(Memiliki 5 sea miles. (Daerah Owning of machine crew 15-20 persons. perahu mesin jangkauan tangkapan dari garis pantai maksimal 5 mil laut) dengan awak 15-20 orang) Various sea commodities. (Komoditas tangkapan lebih bervariasi) Using sharing holder system between boat owner and crew. (Menggunakan sistem bagi hasil antara pemilik perahu dengan kelompok awak kapal) Generally non-citizen of Tuban, only as just investor. (Umumnya bukan warga Tuban, hanya sebagai penanam modal saja) Owning of big ship with crew over 25 persons. (Memiliki kapal besar dengan kapasitas awak diatas 25 orang) Export oriented sea commodity. (Mencari hasil laut yang berorientasi