POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL POLUTAN NO2 DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN DATA OZONE MONITORING INSTRUMENT
MUHAMMAD AKBAR KAMILUDDIN LUBIS
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pola Distribusi Spasial dan Temporal Polutan NO2di Wilayah Kabupaten Bogor dan SekitarnyaMenggunakan Data Ozone Monitoring Instrument” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014 Muhammad Akbar Kamiluddin Lubis F44080058
ii
ABSTRAK MUHAMMAD AKBAR KAMILUDDIN LUBIS. Pola Distribusi Spasial dan Temporal Polutan NO2 di Wilayah Kabupaten Bogor dan Sekitarnya Menggunakan Data Ozone Monitoring Instrument. Dibimbing oleh SUTOYO. Kota dan Kabupaten Bogor saat ini merupakan daerah yang sedang melakukan pengembangan infrastruktur pada segala bidang. Namun pengembangan tersebut tidak didukung dengan usaha penanganan masalah lingkungan. Salah satu masalah lingkungan adalah polusi udara. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat serta pola distribusi polutan NO2 di Kabupaten Bogor dan sekitarnya menggunakan data hasil remote sensingsatelit AURA (OMI) dansoftwareGiovanni. Penelitian dilakukan menggunakan data 5 tahun (2006–2010) didapatkan bahwa tingkat kandungan NO2 tertinggi di atmosfer Kabupaten Bogor terjadi pada bulan Juli 2008 sebesar 10 × 1015 molec/cm2, sedangkan terendah terjadi pada bulan Januari 2006 sebesar2 × 1015molec/cm2. Berdasarkan data curah hujan rata-rata dari 7 stasiun yang tersebar di Kabupaten Bogor, dibuat rata-rata musiman menjadi empat, yaitu musim hujan pada DJF (Desember–Januari–Februari); musim peralihan MAM (Maret–April–Mei); musin kemarau JJA (Juni–Juli–Agustus); dan musim peralihan SON (September–Oktober–November). Pola sebaran NO2 pada bulan DJF dan MAM menghasilkan nilai total kolom NO2yang bernilai rendah dibandingkan dengan bulan JJA dan SON yang menunjukkan nilai total kolom NO2 yang cenderung tinggi. Kata kunci: Giovanni, NO2, Bogor, Distribusi Spasial dan Temporal, OMI, Remote Sensing
ABSTRACT MUHAMMAD AKBAR KAMILUDDIN LUBIS. Spatial and Temporal Distribution Patterns of pollutants NO2in Kabupaten Bogor and Surrounding Areas Using Ozone Monitoring Instrument Data. Supervised by SUTOYO. Bogor area at this time is an area that is developing the infrastructure in all fields . However, the development is not supported by businesses dealing with environmental problems . One environmental issue is air pollution . This study aimed to determine and describe the level and pattern of distribution of pollutants NO2 in Bogor Regency and surrounding areas using remote sensing data from the AURA satellite ( OMI ) and Giovanni software . The study was conducted using 5 years of data ( 2006-2010 ) found that the highest levels of NO2 in the atmosphere Bogor Regency occurred in July 2008 at 10 × molec/cm2 1015 , while the lowest occurred in January 2006 amounted to 2 × 1015molec/cm2 . Based on data on average rainfall of 7 stations spread in Bogor Regency , made seasonal averages into four , namely the rainy season in DJF (December -January- February) ; MAM transitional season ( March-April May) ; drought JJA (June- July-August ) , and SON transitional season (September- October-November ) . NO2 distribution pattern in DJF and MAM generates a total value of column NO2 low value compared to the month JJA and SON which shows the value of the total NO2column tends to be high.
Keywords : Giovanni , NO2 , Bogor , Spatial and Temporal Distribution , OMI , Remote Sensing
POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL POLUTAN NO2 DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN DATA OZONE MONITORING INSTRUMENT
MUHAMMAD AKBAR KAMILUDDIN LUBIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
Judul Skripsi : Pola Distribusi Spasial dan Temporal Polutan NO2di Wilayah Kabupaten Bogor dan Sekitarnya Menggunakan Data Ozone Monitoring Instrument Nama : Muhammad Akbar Kamiluddin Lubis NIM : F44080058
Disetujui oleh
Sutoyo, STP, Msi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr Plh. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pola Distribusi Spasial dan Temporal Polutan N0 2 di Wilayah Kabupaten Bogor dan Sekitarnya Menggunakan Data Ozone Monitoring Instrument : Muhammad Akbar Kamiluddin Lubis Nama : F44080058 NIM
Disetujui oleh
Sutoyo, STP, Msi
Pembimbing
mn S.TP. M.A Plh. Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ~
-1 11-8 201 4
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialahpencemaran udara, dengan judul Pola Distribusi Spasial dan Temporal Polutan NO2 di Wilayah Kabupaten Bogor dan Sekitarnya Menggunakan Data Ozone Monitoring Instrument. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Sutoyo, STP, Msi selaku pembimbing, serta teman-teman seperjuangan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga,yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014 Muhammad Akbar Kamiluddin Lubis F44080058
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara Sumber Pencemaran Udara Jenis Pencemaran Udara Nitrogen Oksida (NOx) Dampak Pencemaran Nitrogen Dioksida Teknik Pemantauan Kualitas Udara Penginderaan Jauh (Remote Sensing) Satelit Aura OMI (Ozone Monitoring Instrument) Giovanni
3 3 3 4 5 9 10 14 16 16 17
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan yang Digunakan Metode Penelitian
18 18 18 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Pencemaran NO2 di Daerah Kabupaten dan Kota Bogor Pola Distribusi Total Kolom NO2 di Bogor
20 20 21 23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
35 35 35
DAFTAR PUSTAKA
36
RIWAYAT HIDUP
37
LAMPIRAN
37
iii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Persentase komponen pencemar dari sumber transportasi Persentase komponen pencemar dari sumber industri Komposisi udara kering bersih dekat permukaan laut Respon manusia terhadap pemaparan jangka pendek NO2 Spefikasi parameter dari instrumen OMI
4 4 5 9 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
iv
Struktur dua dimensi dan tiga dimensi NO2 Proses umum siklus nitrogen Klasifikasi sampling kualitas udara High Volume Sampler (HVS) Middle Volume Sampler (MVS) Low Volume Sampler (LVS) Botol penjerap Fritted Bubbler Rangkaian peralatan pengambilan contoh uji NO2 Konsep pengumpulan data/informasi dengan sensor jauh dari objek/target permukaan bumi Satelit AURA Lokasi wilayah penelitian Grafik besaran pencemar NO2 pada Juli 2008 Grafik besaran pencemar NO2 pada Januari 2006 Sebaran polutan NO2 pada Juli 2008 Sebaran polutan NO2 pada Januari 2006 Curah hujan rata-rata di 7 stasiun curah hujan Kabupaten Bogor tahun 2006–2010 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim DJF dan (b) musim MAM pada tahun 2006 di setiap musim Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim JJA dan (b) musim SON pada tahun 2006 di setiap musim Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim DJF dan (b) musim MAM pada tahun 2007 di setiap musim Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim JJA dan (b) musim SON pada tahun 2007 di setiap musim Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim DJF dan (b) musim MAM pada tahun 2008 di setiap musim
6 8 10 11 12 12 13 14 15 16 20 21 22 22 23 23 24 25 26 27 28
22 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim JJA dan (b) musim SON pada tahun 2008 di setiap musim 23 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim DJF dan (b) musim MAM pada tahun 2009 di setiap musim 24 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim JJA dan (b) musim SON pada tahun 2009 di setiap musim 25 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim DJF dan (b) musim MAM pada tahun 2010 di setiap musim 26 Visualisasi sebaran kolom NO2 (a) musim JJA dan (b) musim SON pada tahun 2010 di setiap musim
29 30 31 32 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Data curah hujan tahun 2006-2010 di 7 stasiun curah hujan di Kabupaten Bogor dalam satuan mm Tampilan aplikasi Giovanni
37 40
v
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota dan Kabupaten Bogor saat ini merupakan daerah yang sedang melakukan pengembangan infrastruktur pada segala bidang untuk mendukung usaha peningkatan ekonomi daerah. Namun pengembangan tersebut tidak didukung dengan usaha penanganan masalah lingkungan yang terjadi akibat pengembangan infrastruktur tersebut. Masalah lingkungan yang biasa dihadapi adalah pencemaran udara yang tidak hanya disebabkan oleh pengembangan infrastruktur tetapi juga disebabkan oleh transportasi dan perindustrian serta sarana pendukunglainnya. Industri merupakan salah satu sektor penting terciptanya kemajuan kehidupan manusia. Kegiatan industri telah menghasilkan banyak produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, namun di sisi lain, kegiatan industri ini memberi dampak negatif berupa pencemaran lingkungan di sekitarnya,baik itu berbentuk padat,cair, ataupun gas buang yang keluar dari pabrik. Sedangkan transportasi merupakan salah satu kegiatan yang mendukung aktivitas di beberapa sektor. Transportasi dapat digolongkan menjadi transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi darat merupakan transportasi yang paling sering digunakan. Alat transportasi darat yang sering digunakan di berbagai kota di Indonesia adalah kendaraan bermotor seperti mobil (baik pribadi maupun umum) dan sepeda motor. Penggunaan kendaraan bermotor ini erat kaitannya dengan fasilitas jalan, dan dengan demikian jumlah penggunaan kendaraan bermotor di jalan tersebut juga mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Salah satu hal yang mempengaruhi kondisi lingkungan adalah pencemaran udara yang dihasilkan akibat kegiatan transportasi tersebut. Kedua sektor tersebut merupakan beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan khususnya kualitas udara.Salah satu polutan yang terdapat pada udara atau atmosfer adalah NO2 (nitrogen dioksida). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran distribusi polutan NO2 yang ada di kota Bogor dan sekitarnya dengan menggunakan bantuan software web based remote sensing analysize toolyang bernama Giovanni. Data tingkat kandungan NO2 di atmosfer yang didapatkan dari hasil pencitraan satelit,diharapkan dapat membantu proses analisis sebaran polutan tersebut melalui penelitian ini.
Perumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menemukan pola ditribusi penyebaran NO2 yang terjadi di daerah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, berdasarkan data dari proses penginderaan jauh yang dilakukan oleh satelit Aura (OMI) dalam rentang waktu mulai dari tahun 2006 hingga 2010.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat polutan NO2 serta menganalisis pola distribusi polutan NO2 di kabupaten Bogor dan sekitarnya melalui pengolahan data hasil observasi satelit AURA menggunakan software GIOVANNI.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah terbentuknya suatu pola distribusi polutan NO2 sehingga didapatkannya nilai/tingkat besaran polutan NO2 pada lapisan atmosfer Kabupaten Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini antara lain pengumpulan data sekunder, yaitu data besaran jumlah kolom NO2 dari hasil observasi satelit AURA–OMI dan data curah hujan bulanan pada Stasiun Dramaga di wilayah Kabupaten Bogor dalam selang waktu tahun 2006–2010. Setelah itu dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan visualisasi sebaran jumlah kolom NO2 yang ada pada lapisan atmosfer di wilayah penelitian.
3
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Udara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara dapat diartikan pula terjadinya kontaminasi atmosfer yang disebabkan oleh gas, cairan, atau limbah dalam konsentrasi dan waktu tertentu sehingga menyebabkan gangguan ataupun kerugian serta ketidaknyamanan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, ada 13 parameter pencemaran udara yang dibagi menjadi dua kategori berdasarkan letak kawasan. Parameter untuk umum (9 parameter): SO2, COx, NO2, O3, HC, PM10/PM2,5, Debu, Pb, Dustfall, dan 4 parameter khusus untuk daerah/kawasan industri kimia dasar Total Flouride, Flour indeks, Khlorinedan Khlorine Dioksida, sertaSulphat indeks. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Sumber Pencemaran Udara Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat (12) disebut: “Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.”. Menurut Sutamihardja (1981) dalam Syamsul (2005), mengelompokkan sumber pencemar udara ke dalam tiga golongan yaitu sumber titik, sumber area, dan sumber bergerak. Sumber titikdan sumber area dapat dikelompokkan ke dalam suatu kelompok bersama yaitu sumber tak bergerak (stasioner) seperti yang berasal dari rumah tangga, industri, letusan gunung berapi, dan pembakaran sampah. Sedangkan sumber emisi bergerak berasal dari kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya. Sumber pencemar tidak bergerak (stasioner) seperti industri dan pemukiman dapat menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfer sebagai berikut: kabut asam, oksida nitrogen,karbon monoksida, partikel-partikel padat,
4
hydrogen sulfide (H2S), metal merkaptan (CH3SH), ammonia, gas klorin, gas-gas asam, seng, kadmium, arsen, dan asap. Sedangkan sumber emisi bergerak, seperti halnya kendaraan bermotor dapat menghasilkan unsur-unsur sebagai berikut: karbon monoksida, sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon, dan partikel-partikel padat (Anonimous, 1987 dalam Syamsul, 2005). Menurut Santosa (2005) dalam Syamsul (2005), proses pemanasan meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2, sedangkan pembakaran bahan bahan bakar minyak (BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan hanya sedikit sebagai SO3. Tabel 1 Persentase komponen pencemar dari sumber transportasi Komponen Pencemar Persentase CO 70,56% NOx 8,89% SO2 0,88% Hidrokarbon 18,34% Partikel 1,33% Total 100% Sumber: Wardhana (1995).
Selain itu, polusi udara juga disebabkan oleh buangan industri. Adapun komposisi komponen pencemar dari sumber industri disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase komponen pencemar dari sumber industri Komponen Pencemar Persentase CO 33,10% NOx 0,68% SO2 24,91% Hidrokarbon 15,71% Partikel 23,60% Total 100% Sumber: Wardhana (1995).
Jenis Pencemaran Udara Menurut Sunu (2009) dalam Nurdiono (2012), ada beberapa jenis pencemaran udara, berdasarkan bentuk terbagi menjadi dua yaitu gas dan partikel. Gas adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau cair karena dipanaskan atau menguap sendiri, sebagai contoh CO2,CO, SOx, NOx. Partikel adalah suatu bentuk pencemaran udara kecil yang terdisperi ke udara, baik berupa padatan, cairan maupun padatan dan cairan secara bersama-sama, sebagai contoh debu, kabut, asap, dan lain-lain. Berdasarkan tempat jenis pencemar terbagi dua,pertama yaitu pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur
5
tradisional ketika memasak, dan lain-lain. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap-asap industri maupun kendaraan bermotor. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan terbagi menjadi empat antara lain, irritansia (zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh), aspeksia (keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepaskan karbon dioksida, anesthesia (zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan udara dalam ruangan, dan toksik (zat pencemar yang menyebabkan keracunan). Berdasarkan susunan kimia terbagi menjadi dua, yaitu anorganik (zat pencemar yang tidak mengandung karbon) dan organik (zat pencemar yang mengandung karbon). Berdasarkan asalnya jenis pencemaran udara terbagi dua, yaitu primer dan sekunder. Primer adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan, sebagai contoh CO2 yang meningkat diatas kondisi normal. Sedangkan sekunder adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi antara zat polutan primer dengan komponen ilmiah, sebagai contoh Peroxy Aceti Nitral(PAN). Tabel 3 Komposisi udara kering bersih dekat permukaan laut Konsentrasi Komponen % Volume Ppm Nitrogen 78.09 780900 Oksigen 20.94 209400 Argon 0.93 9300 Karbon dioksida 0.0318 318 Neon 0.0018 18 Helium 0.00052 5.2 Kripton 0.0001 1 Xenon 0.000008 0.08 Dinitrogen oksida 0.000025 0.25 Hidrogen 0.00005 0.5 Metan 0.00015 1.5 Nitrogen dioksida 0.0000001 0.001 Ozon 0.000002 0.02 Sulfur dioksida 0.00000002 0.0002 Karbon moniksida 0.00001 0.1 Amonia 0.000001 0.01 Sumber: Tjasyono(2004).
Nitrogen Oksida (NOx) NOx termasuk polutan kriteria yang diemisikan dari berbagai sumber di suatu kawasan terutama sektor transportasi. Sebagai gambaran umum, sektor transportasi menyumbang pencemar NOx sebesar 69% di perkotaan, diikuti industri dan rumah tangga (Soedomo,1992). Studi inventori emisi tahun 1992 di Kota Semarang didapatkan bahwa pencemar udara NOx 82% berasal dari sektor
6
transportasi, 16,3% dari sektor domestik, 0,5% dari industri, dan sisanya berasal dari lain-lain (Soedomo, 1992). Menurut Tati (2009) Senyawa nitrogen di atmosfer akan membentuk delapan macam oksida nitrogen (NOx), yaitu: • Nitrik Oksida (NO) • Nitrogen Dioksida (NO2) • Nitrogen Oksida (N2O) • Nitrogen Seskuioksida (N2O3) • Nitrogen Tetraoksida (N2O4) • Nitrogen Pentaoksida (N2O5) Oksida nitrogen yang penting dalam kaitan masalah pencemaran udara adalah senyawa nitrogen dalam bentuk Nodan NO2. N2O merupakan oksida nitrogen yang belum biasa dikenal sebagai pencemar udara, tetapi kehadiran N2O yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global dankerusakan lapisan ozon. Reduksi berarti penambahan hidrogen atau penghilangan oksigen. Bila nitrogen direduksi, akan dihasilkan ammonia. Ammonia merupakan senyawa yang dapat tercium, berada dalam bentuk gas pada temperatur kamar (-33°C titik didihnya) dan bersifat toksik pada temperatur tinggi. Bila nitrogen dioksidasi, pertama kali akan terbentuk NO kemudian NO2. Di atmosfer senyawa NO2 akan bereaksi dengan air membentuk asam nitrat, yang kemudian akan bereaksi dengan ammonia atau kation lainnya membentuk partikel ammonium nitrat atau nitrat lainnya. Partikel-partikel ini biasanya berukuran antara 0,1 sampai 1 mikron, berperan sebagai pemendar cahaya dan tetap berada di atmosfer sampai proses koagulasi dan presipitasi menjadi konstributor dalam masalah PM10. NO dan NO2 juga berperan dalam pembentukan ozon. Diperkirakan di atmosfer telah terdapat NH3 sebanyak 10 ppb dan NO2 sebanyak 1 ppb.
Gambar 1 Struktur dua dimensi dan tiga dimensi NO2 Sumber: http://proyectoalcorcon.blogspot.com/.
Sifat-sifat oksida nitrogen: • Oksida nitrogen bereaksi dengan air dan oksigen di atmosfer membentuk asam nitrat yang berperan dalam pembentukan hujan asam.
7
• Oksida nitrogen mengalami transformasi yang mengarah pada pembentukan PM10. • Dilepaskan di atmosfer dalam jumlah yang besar dan bersifat iritan. • Dilepaskan ke atmosfer melalui pembakaran seperti pembangkit listrik tenaga batubara. • Pembentukan oksida nitrogen dalam proses pembakaran dapat direduksi dengan memanipulasi waktu, temperatur, dan kandungan oksigen. • Kendaraan bermotor adalah sumber utama pencemaran oksida nitrogen. • Bentuk akhir dari oksida nitrogen adalah N2. • NO mengalami dua tahap pembentukan asam: NO2 NO+ 0.5 O2 3NO2 + H2O 2NHO3 + NO Pembentukan NOx dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Pembentukan Alami Reaksi di atmosfer pembentukan secara keseluruhan adalah sebagai berikut. NO +HC + O2 + sinar matahari NO2 + O3 NO2 + hv O+M M mewakili molekul lain seperti N2, O2 yang akan membawa energi yang dilepaskan dalam reaksi tersebut bila O3 stabil dan? NO + O3 NO2 +O2 NO2didekomposisi oleh sinar foton untuk menghasilkan NO dan radikal O itu akan bereaksi dengan O2 untuk membentuk O3. O3 kemudian bereaksi dengan NO membentuk NO2 dengan melepaskan molekul O2. Reaksi terpenting yang dapat menghasilkan NO dan NO2 pada proses pembakaran adalah: N2+ O2 2NO Persamaan ini bersifat reversible, dipengaruhi oleh temperatur dan komposisi bahan kimia dalam kesetimbangan reaksi. Kesetimbangan NO dan NO2 terhadap temperatur menunjukan : • Bila atmosfer berada dalam kesetimbangan (pada temperatur mendekati 300°K atau 80°F) akan memiliki kandungan NO dan NO2 yang kurang dari seper sejuta. • Konsentrasi kesetimbangan NO meningkat secar drastis dengan meningkatnya temperatur. Peningkatan yang cepat terjadi pada suhu 2000– 2500°F atau 1367–1644°K. • Pada temperatur rendah, konsentrasi kesetimbangan NO2 lebih tinggi daripada NO, sedangkan pada temperatur tinggi sebaliknya. • Pembentukan NO dan NO2 hanya terjadi pada temperatur tertentu, petir merupakan sumber pembentukan NOx yang paling utama dari sumber alamiah, sedangkan dalam mesin kendaraan atau pabrik adalah sumber antropogenik.
8
Gambar 2 Proses umum siklus nitrogen Sumber: Encyclopedia Britannica, Inc.(2008).
2. Pembentukan NOx dari sumber antropogenik Para ahli pembakaran mengklasifikasikan NOx yang terdapat pada gasgas hasil pembakaran sebagai gas: • Thermal NOx Thermal NOx terbentuk dari reaksi antara oksigen dan nitrogen pada proses nyala. Thermal NOx sangat tergantung waktu. Thermal NOx terbentuk pada saat pembakaran semua bahan bakar pada temperatur puncak. Mekanisme pembentukannya melibatkan rasio oksigen–nitrogen. Tingginya temperatur dan tingginya konsentrasi O2 membantu pembentukan NO. Mencegah timbulnya kedua kondisi tersebut menjadi dasar dalam teknologi pengendalian thermal. • Prompt NOx Terbentuk dengan cepat sebagai hasil dari interaksi antara nitrogen dan oksigen dan karbon aktif yang terdapat dalam bahan bakar. Tidak dapat terbentuk hanya dengan pemanasan antara oksigen dan nitrogen, dibutuhkan perananan korban aktif dari bahan bakar. 3. Fuel NOx Merupakan nitrogen oksida yang terbentuk dari konversi nitrogen yang terdapat dalam bahan bakar menjadi NOx(batubara dan minyak dengan titik didih tinggi mengandung nitrogen organik yang cukup banyak). Batu bara dan minyak mengandung 2% nitrogen, kebanyakan nitrogen bahan bakar dikonversi pada pembakaran HCN dan kemudian dikonversi menjadi NH atau NH2. NH dan NH2 dapat bereaksi dengan oksigen untuk
9
membentuk NO + H2O atau dapat bereaksi dengan NO untuk membentuk N2dan H2O. Menjaga kandungan oksigen dalam gas pada temperatur tinggi akan menurunkan fraksi dari nitrogen dalam bahan bakar yang dikonversi ke NO. Fraksi dari bahan bakar nitrogen yang menjadi NOx dalam gas keluar diperkirakan N sampai 20–50% tergantung dari kondisi tungku pembakaran dan sifat kimia nitrogen dalam bahan bakar tersebut.
Dampak Pencemaran Nitrogen Dioksida Menurut WHO dalam Martono dan Sulistiyani (2004), setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 200 ribu kematian akibat outdoor pollution yang menimpa daerah perkotaan, dimana sekitar 93% kasus terjadi di negara-negara berkembang. Sumber utama emisi gas NO2 pada umumnya berasal dari kendaraan bermotor (73%) (Rax, 1995 dalam Martono dan Sulistiyani, 2004). Gas NO2 ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan gangguan pernapasan (penurunan kapasitas difusi paru-paru), juga dapat merusak tanaman. Selain itu juga mengurangi jarak pandang dan resistansi di udara (Peavy, 1986 dalam Mohtar dan Haryono, 2006). Menurut catatan, sekitar 10% pencemar udara setiap tahun adalah nitrogen oksida. Ada tujuh kemungkinan hasil reaksi bila nitrogen bereaksi dengan oksigen, antara lain adalah NO, NO2, N2O, N2O3, N2O4, N2O5, dan NO3. Dari semuanya, yang jumlahnya cukup banyak hanyalah tiga, yaitu N2O, NO, dan NO2, dan yang menjadi perhatian dalam pencemaran udara hanyalah NO dan NO2. Kadar NO2 di dalam NOx sekitar 10% (Pitts, 1986 dalam Mohtar dan Haryono, 2006). Nitrogen dioksida berpotensi menimbulkan iritasi, menyebabkan pulmonary fibrosis akut. Terjadi peningkatan bronchitis pada anak-anak umur 2–3 tahun pada konsentrasi di bawah 0,01 ppm. Tabel 4 Respon manusia terhadap pemaparan jangka pendek NO2 Konsentrasi NO2 Efek Waktu terjadi efek mg/m3 ppm Batas timbul bau 0.23 0.12 Segera Batas adaptasi dalam gelap 0.14 0.075 Tidak dilaporkan Peningkatan resisten pada udara 0.50 0.26 Tidak dilaporkan bebas 1.3–3.8 0.7–2.0 20 menit 3.0–3.8 1.6–2.0 15 menit 2.8 1.5 45 menit 3.8 2.0 45 menit 5.6 3.0 45 menit 7.5–9.4 4.0–5.0 40 menit 9.4 5.0 15 menit 6.0– 11.3–75.2 5 menit 40.0 Penurunan kapasitas difusi paru7.5–9.4 4.0–5.0 15 menit paru Terhadap vegetasi,nitrogen dioksida menimbulkan kerusakan pada jaringan sel mesophyl. Kerusakan ditandai oleh adanya bercak warna putih atau coklat
10
pada permukaan daun. Pemaparan nitrogen dioksida pada konsentrasi 0,5 ppm dalam 10 sampai 12 hari menunjukkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan pada tanaman tomat.
Teknik Pemantauan Kualitas Udara Program pemantauan kualitas udara meruapakan suatu upaya yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran udara. Menurut BPLHD Jawa Barat(2009), teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua kategori, yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien. Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi udara. Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan contoh uji kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas dan partikulat.
Gambar 3 Klasifikasi sampling kualitas udara Sumber: BPLHD Jawa Barat (2009).
Pemantauan parameter partikulat secara konvensional (aktif sampling) metoda passive sampling dapat dijelaskan sebagai berikut. Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara dengan ukuran dari 0,3 µm sampai 100 µm, berdasarkan besar ukurannya, partikulat (debu) ada dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 µm disebut dengan debu jatuh (dust-fall) sedang debu yang ukuran partikulatnya kurang dari 10 µm disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu yang ukurannya kurang dari 10 µm ini bersifat melayang-layang di udara. Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu SPM (melayanglayang) ada 3 jenis alat diantaranya:
11
1. HVS (High Volume Sampler) Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi empat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3–0,45 µm dengan kecepatan pompa berkisar 1.000–1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat digunakan selama 24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien. Bentuk alat HVS dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4 High Volume Sampler (HVS) Sumber: BPLHD Jawa Barat (2009).
Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut. • Kertas saring dipanaskan pada suhu 105°C, selama 30 menit. • Kertas saring ditimbang dengan neraca analitik pada suhu 105°C dengan menggunakan pinset (hati-hati jangan sampai banyak tersentuh tangan). • Kemudian dipasangkan pada alat TSP, dengan atap alat TSP dibuka lalu dipasangkan kembali atapnya. • Alat HVS tersebut disimpan pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. • Alat dioperasikan dengan cara, menghidupkansaklar (pada posisi ”On”) pompa hisap dan dicatat angka flow rate-nya (laju alir udaranya). • Alat akan dimatikan sampai batas waktu yang telah ditetapkan. • Kertas diambil laludipanaskan pada oven listrik.Kertas saring kemudian ditimbang. • Kadar TSP dihitung sebagai mg/Nm3 • Metoda penggunaan alat ini bisa juga dilakukam, terhadap PM10 atau pun dilanjutkan pada pengukuran parameter logam. 2. MVS (Middle Volume Sampler) Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (bulat) dengan porositas 0,3–0,45 µm, kecepatan pompa yang dipakai untuk penangkapan suspensi Particulate Matter ini adalah 50–500 lpm. Alat MVS dapat dilihat pada Gambar 5.
12
Gambar 5 Middle Volume Sampler (MVS) Sumber: BPLHD Jawa Barat (2009).
Operasional alat ini sama dengan High Volume Sampler, hanya yang membedakan dari ukuran filter membrannya. HVS ukuran A4 persegi panjang, sedang MVS ukuran bulat diameter 12 cm. 3. LVS (Low Volume Sampler) Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (bulat) dengan porositas 0,3–0,45 µm, kecepatan pompa yang dipakai untuk penangkapan suspensi Partikulate Matter ini adalah 10–30 lpm. Alat LVS dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Low Volume Sampler (LVS) Sumber: BPLHD Jawa Barat (2009).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka teknik pemantauan kualitas udara saat ini juga dapat dilakukan melalui metode penginderaan jauh (remote sensing) menggunakan citra satelit yang berada di luar angkasa untuk memantau kualitas atmosfer. 4. Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dengan menggunakan metoda Griess Saltzman Menggunakan Spektofotometer (SNI 19-7119.2-2005) Standar ini digunakan untuk penentuan nitrogen dioksida di udara ambien menggunakan metoda Griess Saltzman.Lingkup pengujian meliputi: a) Cara pengambilan contoh uji gas nitrogen dioksida menggunakan larutan penjerap b) Cara perhitungan volum contoh uji gas yang dijerap
13
c)
Cara penentuan gas nitrogen dioksida, NO2 di udara ambien menggunakan metoda Griess Saltzman secara spektofometri pada panjang gelombang 550 nm dengan kisaran konsentrasi 0,005 ppm sampai 5 ppm udara atau 0,01μg/L sampai dengan 10 μg/L.
Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah gas NO2 dijerap dalam larutanGriess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektofotmetri pada panjang gelombang 550 nm. Bahan yang digunakan pada pengujian ini antara lain, hablur asam sulfanilat, larutan asam asetat glacial, air suling bebas nitrit, larutan induk N-1(1-natfil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2), aseton C3H6O, larutan induk nitrit (NO2-) 1640 μg/L, larutan standar nitrit dan larutan penjerap Griess Saltzman. Peralatan yang digunakan pada metoda ini antara lain : a) Peralatan pengambilan contoh uji NO2 seperti gambar 7 (setiap unit peralatan disambung dengan silikon dan tidak mengalami kebocoran). b) Labu ukur 100 ml dn 1000 ml. c) Gelas ukur 100 ml. d) Gelas piala 100 ml, 500 ml, dan 1000 ml. e) Tabung uji 25 ml. f) Spektometer dilengkapi kuvet. g) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg h) Oven. i) Pipet mikro 0,0 ml, 0,1 ml, 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml dan 1,0 ml atau buret mikro. j) Botol pyrex berwarna gelap. k) Alat destilasi. l) Kaca arloji.
Gambar 7Botol penjerap Fritted Bubbler Sumber :SNI 19-7119.2-2005
14
Gambar 8Rangkaian peralatan pengambilan contoh uji NO2 Sumber :SNI 19-7119.2-2005
Pengambilan contoh uji pada metode ini antara lain, susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 8, setelah semua alat disusun masukkan larutan penjerap Griess Saltzman sebanyak 10 ml ke dalam botol penjerap. Atur botol penjerap agar telindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Hidupkan pompa penghisao udara dan atur kecepatan air 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju air awal. Lakukan pengambian contoh uji selama 1 jam dan catt temperature dan tekanan udara. Setelah 1 jam catat laju air akhir dan kemudian matikan pompa penghisap. Analisis dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh uji. Penginderaan Jauh (Remote Sensing) Penginderaan jauh atau disingkat INDERAJA secara umum didefinisikan sebagai ilmu–teknik–seni untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau objek, target, sasaran, maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau kontak langsung dengan benda atau target tersebut. Sensor yang digunakan adalah sensor jauh, yaitu sensor yang secara fisik berada jauh dari benda atau objek tersebut. Untuk itu digunakan sistem pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Ilmu disini menggambarkan ilmu atau sains yang diperlukan baik dalam konsep,perolehan data, maupun pengolahan dan analisis,untuk mendapatkan teknik pelaksanaan pengambilan data yang tepat dan baik serta sesuai dengan tujuan perolehan data. Sedangkan teknik, menunjukkan bahwa teknologi INDERAJA memerlukan kemampuan merancang bangun untuk semua peralatan yang menyaing baik wahana, sensor, sistem sensor, stasiun di bumi, maupun sistem penerimaan data dan pengolahannya. Data yang diperoleh pada umumnya berbentuk keruangan atau spasial sehingga dalam pengolahannya memerlukan seni tampilan yang serasi, menarik, dan mudah dimengerti. (Soenarmo,2009). Analisa spasial merupakan sekumpulan metoda untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/pola dari sebuah fenomena spasial,
15
sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi, mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan matematika/statistik terapan. Menurut Soenarmo (2009), konsep dasar penginderaan jauh menggunakan sensor jauh didasarkan pada 5 (lima) unsur utama,yaitu sumber energi (transmitter), gelombang elektomagnetik datang, objek atau target, gelombang elektomagnetik pantul (emisi), serta sensor (receiver). • Sumber energi utama berasal dari energi radiasi matahari,yang dipancarkan sesuai hukum radiasi benda hitam dengan temperatur 6000°K dan panjang gelombang berbeda-beda (spektrum elektromagnetik). • Sumber energi radiasi matahari ada yang dapat ditangkap langsung secara alami, dan ada yang melalui penapisan untuk memperoleh panjang gelombang yang sesuai dengan sifat dan karakteristik objek. • Gelombang elektromagnetik datang, merambat menembus atmosfer,merupakan perantara yang menyampaikan energi ke objek, dengan panjang gelombang untuk setiap objek/target. • Objek atau target adalah benda, fenomena atau permukaan yang akan diindera dengan sensor jauh. • Gelombang elektromagnetik pantul dan hambur terjadi setelah gelombang elektromagnetik datang mengenai objek/target, sebagian diserap dan ditransmisikan, sebagian lagi dipantulkan dan dihamburkan. Gelombang elektomagnetik pantul dan hambur inilah yang diindera (di-cover) oleh sensor. Data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan sifat fisik atau karakteristik objek/target dan unik. • Sensor adalah materi yang sesuai dengan sifat fisik atau karakteristik objek/target yang diindera. Oleh karena itu, tipe sensor sesuai dengan tipe gelombang elektromagnetik dan unik. Keunikan sensor jauh ini adalah adanya transformasi objek atau target melalui atau dengan perantara panjang gelombang elektromagnetik tertentu sehingga yang ditangkap oleh sensor adalah respon spektral atausignature spektral.
Gambar 9 Konsep pengumpulan data/informasi dengan sensor jauh dari objek/target permukaan bumi Sumber: http://geoportal.icimod.org/.
16
Satelit Aura Satelit AURA diluncurkan pada tanggal 15 Juli 2004. Satelit AURA merupakan salah satu bagian dari proyek Divisi Ilmu Kebumian NASA yang memiliki program untuk memonitor interaksi-interaksi kompleks di atmosfer yang dapat memberikan efek global dengan menggunakan satelit dan sistem data dari NASA (http://www.nasa.gov/).
Gambar 10 Satelit AURA Sumber: http://www.nasa.gov/.
Aura memiliki massa sekitar 1.765 kg, panjang 6,9 m, dan jika panel surya dibentangkan panjangnya mencapai 15 m. Aura membawa empat instrumen untuk mempelajari komposisi kimia atmosfer bumi yaitu: • HIRDLS, yaitu High Resolution Dynamics Limb Sounder, digunakan untuk mengukur radiasi inframerah dari ozon, uap air, CFC, metana, dan nitrogen. Instrumen ini dikembangkan bersama dengan United Kingdom Natural Environment Research Council. Alat HIRDLS dimatikan sejak 17 Maret 2008 dan tidak lagi mengirimkan data sejak itu. • MLS, yaitu Microwave Limb Sounder, digunakan untuk mengukur emisi dari ozon, khlorin, dan gas lainnya serta mengklarifikasi peran uap air dalam pemanasan global. • OMI, yaitu Ozone Monitoring Instrument, menggunakan radiasi ultraviloletdan radiasi tampak untuk menghasilkan peta beresolusi tinggi. Instrumen ini dikembangkan oleh Finnish Meteorological Institutedan Netherlands Agency for Aerospace Programmes. • TES, yaitu Tropospheric Emmision Spectrometer, digunakan untuk mengukur kandungan ozon troposfer dengan panjang gelombang inframerah. Selain itu, instrumen ini juga mengukur kandungankarbonmonoksida,metana, dan nitrogen oksida. OMI (Ozone Monitoring Instrument) OMI merupakan salah satu program hasil kerjasama antara Netherlands’s Agency for Aerospace Programs (NIVR)danFinnish Meteorogical Institute (FMI) yang ditempatkan pada misi EOS Aura. Program ini akan meneruskan program TOMS untuk merekam berbagai parameter pada ozon dan atmosfer yang berhubungan dengan sifat kimia ozon dan iklim. Pengukuran pada instrumen OMI ini juga akan bersinergi dengan instrumen lain yang ada pada satelit Aura.
17
Instrumen OMI dapat membedakan berbagai tipe aerosol yang ada di atmosfer seperti asap, debu,sulfat, dan pengukuran tekanan serta proses penutupan awan, sehingga dapat menyediakan data pada lapisan ozon troposfer.Instrumen OMI memiliki kelebihan dibanding dua instrumen sebelumnya, yaitu TOMS dari NASA dan GOME dari ESA. OMI dapat mengukur lebih banyak parameter di atmosfir dibandingkan TOMS dan memiliki tingkat resolusi yang lebih baik dibanding instrumen GOME. Spesifikasi parameter dari instrumen ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5 Spefikasi parameter dari instrumen OMI Item Parameter Visible : 350–500 nm UV : UV–1, 270 to 314 nm, UV–2 306 to 380 nm Spectral resolution : 1.0–0.45 nmFWHM Spectral sampling : 2–3 for FWHM TelescopeFOV : 114 (2600 kmon ground) IFOV : 3 km, binned to 13 × 24 km Detector : CCD: 780 × 576 (spectral×spatial) pixels Mass : 65 kg Duty cycle : 60 minutes on daylight side Power : 66 watts Data rate : 0.8 Mbps (average) Pointing requirements (arcseconds) (Platform + instrument, pitch:roll: yaw, 3s): Accuracy : 866:866:866 Knowledge : 87:87:87 Stability (6 sec.) : 87:87:87 Physical size : 50 × 40 × 35 cm Giovanni Giovanni adalah aplikasi perangkat lunak (software) berbasis web yang dibuat dan dikembangkan oleh GES-DISC (Goddard Earth Sciences Data and Information Services Center) Interactive Online Visualization and Analysis Infrastructure. GES-DISC ini merupakan bagian dari badan antariksa Amerika Serikat atau biasa disebut NASA. Software ini dikembangkan untuk memudahkan masyarakat luas, khususnya untuk para peniliti, dalam memvisualisasi, menganalisis, dan mengakses data penginderaan jauh yang ada di bumi dengan cara yang mudah,tanpa harus mengunduh keseluruhan data tersebut. SoftwareGIOVANNI ini telah dikembangkan oleh tim yang beranggotakan para peneliti dari berbagai bidang ilmu yang sudah cukup berpengalaman. Hal ini bertujuan untuk membantu komunitas pendidikan di dunia. GIOVANNI ini dapat dan sudah digunakan oleh berbagai macam kalangan seperti para ahli dan peneliti ilmu kebumian, pemodel ilmu klimatologi, pengajar, dan pelajar. Beberapa kemudahan yang didapatkan dari softwareini adalah kita hanya memerlukan Web Browser,tidak perlu mempelajari format dan pemrograman data, tidak perlu mengunduh data dalam jumlah yang besar, dan data serta analisisnya yang kita inginkan akan didapatkan dengancara yang mudah.(http://disc.sci.gsfc.nasa.gov/giovanni/).
18
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Komputer Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2013.
Alat dan Bahan yang Digunakan a. SoftwareGIOVANNIdigunakan dalam penelitian ini adalah GIOVANNIyang dapat diakses pada situs NASA (National Aeronautics and Administration). b. Personal Computer (PC), digunakan untuk mengakses program GIOVANNI dan Google Earth. c. SoftwareGoogle Earth, software ini digunakan untuk melihat visualisasi hasil data yang diperoleh dari Giovanni dan digunakan saat proses analisis spasial sebaran polutan. d. Data OMI ( NO2Column Amount (Clear, 0- 30% Cloud) ) hasil unduhan dari softwareGiovanni dalam jangka waktu 2006 s.d. 2010. e. Data curah hujan bulanan Stasiun Dramaga, Kabupaten Bogordalam jangka waktu tahun 2006 s.d. 2010.
Metode Penelitian 1. Pengambilan data sebaran polutan NO2 dengan software GIOVANNI Proses pengambilan data ini melalui pengunduhan data yang dapat dilakukan dengan software berbasis web Giovanni. Software ini dapat diakses melalui situs NASA. 2. Visualisasi hasil data dengan aplikasi Google Earth Setelah data diunduh akan didapatkan data yang berformat file (.kmz), data tersebut lalu akan dapat di-overlay oleh Google Earth sehingga didapatkan hasil visualisasi sebaran polutan di daerah penelitian beserta besarnya satuan polutan yang diteliti pada atmosfer. 3. Analisis pola distribusi polutan NO2 Pada penelitian ini akan ditampilkan 2 jenis hasil pengolahan data, yaitu: a) Hasil pengolahan data secara spasial Pada tahap inimenghasilkan visualisasi sebaran polutan yang telah dilakukan di tahap sebelumnya dengan memperhatikan tempat-tempat tertentu yang memiliki tingkat sebaran polusi NO2 yang tinggi selama rentang waktu 2006–2010. b) Hasil pengolahan data secara temporal Pada tahap ini, data besaran polutan yang diunduh dalam proses sebelumnya dibandingkan dengan data curah hujan di daerah penelitian dan
19
dilihat hasil perbandingan antara besarnya jumlah polutan dengan curah hujan di daerah tersebut. 4. Pemaparan hasil analisis Hasil dari proses analisis sebelumnya dipaparkan dan dapat ditarik kesimpulan mengenai pola distribusi polutan tersebut di wilayah daerah penelitian.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah
Gambar 11 Lokasi wilayah penelitian Wilayah studi dari penelitian ini mencakup daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor serta sekitarnya (sedikit wilayah Kabupaten Cianjur dan Kota Depok), dengan spesifikasi wilayah berada pada rentang 6°23’42”–6°44’20,4” LS dan 106°26’34,8”–107°12’54” BT. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’48’ BT dan 6’26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 HA dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Secara administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT, dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor. Adapun wilayah Kabupaten Bogor yang dimaksudadalah sebagai berikut. • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dengan Cibinong sebagai pusat pemerintahan yang berada di sebelah utara Kota Bogor. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6°190’– 6°470’ LS dan 106°01’–107°103’ BT dengan luas wilayah sekitar 2.301,95 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi di utara, Kabupaten Karawang di timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di selatan, serta Kabupaten Lebak
21
(Banten) di barat. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 16 kelurahan, dan 410 desa. Pada daerah penelitian yang mencakup wilayah Kabupaten dan Kota Bogor dapat dilihat beberapa titik/tempat yang berpotensi menjadi sumber pencemaran NO2. Pada daerah Kabupaten dan Kota Bogor terdapat banyak titik-titik keramaian lalulintas serta pada daerah ini terdapat kawasan industri menengah maupun kecil yang tersebar di berbagai daerah.
Pencemaran NO2 di Daerah Kabupaten dan Kota Bogor Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berupa besarnya tingkatan pencemaran NO2 di lapisan atmosfer yang berada di atas wilayah penelitian serta visualisasinya. Besaran tingkat pencemaran yang disajikan dalam satuan unit molec/cm2. Hasil visualisasi dapat dilihat dalam bentuk peta yang memperlihatkan pola radial sebaran tingkat pencemaran NO2 di atmosfer dalam rentang daerah penelitian. Pengambilan data penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu 5 tahun (2006–2010) dan didapatkan bahwa tingkat kandungan NO2 di atmosferKota dan Kabupaten Bogor paling tinggi terjadi pada bulan Juli 2008, dengan hasilsebesar 10 × 1015 molec/cm2, sedangkan paling rendah terjadi pada bulan Januari 2006 sebesar 2 × 1015molec/cm2. Hal itu dapat dilihat dari grafik pada Gambar 12 dan 13.
Gambar 12 Grafik besaran pencemar NO2 pada tahun 2008
22
Gambar 13 Grafik besaran pencemar NO2 pada tahun 2006 Selain grafik tersebut,dapat dilihat juga sebaran pencemar yang terjadi pada bulan November 2010 dan Juni 2006 pada Gambar 14 dan 15. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa besarnya tingkat densitas NO2 di lapisan atmosfer pada bulan Juli 2008 sangat besar dan terdapat nilai yang cukup tinggi pada daerah Bogor Timur dan Bogor Tengah. Sedangkan pada bulan Januari 2006 dapat dilihat tingkat densitas NO2 di lapisan atmosfer yang terendah berada pada wilayah Cianten.
Gambar 14 Sebaran polutan NO2 pada Juli 2008
23
Gambar 15 Sebaran polutan NO2 pada Januari 2006
Pola Distribusi Total Kolom NO2 di Bogor
Curah Hujan (mm)
Berdasarkan data curah hujan rata-rata dari 7 stasiun curah hujan yaitu stasiun Cianten, Cibinong, Darmaga, Dayeuh-Jonggol, Gunung Mas, dan Katulampa, diperoleh data yang dapat dilihat di Gambar 16. Menurut Tjasyono (2004) pembagian musim berdasarkan perubahan musim di Indonesia yang terdiri dari musim hujan pada bulan-bulan DJF (Desember-Januari-Februari), kemarau pada bulan-bulan JJA (Juni-Juli-Agustus) dan dua musim peralihan yaitu bulanbulan MAM (Maret-April-Mei) dan SON(September-Oktober-November). 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Bulan
Agu Sep
Okt Nov Des
Gambar 16 Curah hujan rata-rata di 7 stasiun curah hujan Kabupaten Bogor tahun 2006–2010
24
(a)
(b) Gambar 17 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJF dan (b) musim MAMpada tahun 2006 di setiap musim Di tahun 2006 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 17), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Nanggung dan Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cibarusah (Bekasi) memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 17), pada daerah Nanggung, Tenjolaya, Cianten, Leuwiliang, Pamijahan, dan sebagian wilayah Cigombong memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 3 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan sebagian wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2. Hal itu bisa disebabkan dengan adanya arus transportasi yang tinggi di daerah tersebut yang merupakan jalan penghubung menuju Depok, Tangerang, dan Jakarta, serta banyaknya pabrik yang beroperasi di daerah tersebut dikarenakan wilayah tersebut berbatasan dengan kota besar lainnya yaitu Kota Depok dan Tangerang.
25
(a)
(b) Gambar 18 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJA dan (b) musim SONpada tahun 2006 di setiap musim Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 18), pada sebagian wilayah Nanggung dan Cianten memiliki nilai total kolom NO2 sebesar 4 × 102molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Putri, Cileungsi, dan Depok memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 9 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 18), nilai total kolom NO2 di wilayah Cianten sebesar 4 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Gunung Putri, Gunung sindur, dan sebagian wilayah kota Depok memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai 9 sampai 10 × 1015molec/cm2. Hal itu semua terjadi dikarenakan berkurangnya intesitas hujan pada musim kemarau dan musim peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan, serta adanya kontribusi dari kegiatan transportasi dan industri pada wilayah tersebut.
26
(a)
(b) Gambar 19 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAMpada tahun 2007 di setiap musim Tahun 2007 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 19), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Jasinga, Cigombong, Nanggung, Leuwiliang, Pamijahan, Caringin, dan sebagian wilayah Ciawi memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, dan Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 7 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 19), pada daerah Nanggung, Jasinga, Cianten, Leuwiliang, Pamijahan, dan sebagian wilayah Cikalong Kulon (Cianjur) memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 3 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2.
27
(a)
(b) Gambar 20 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim SON pada tahun 2007 di setiap musim Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 20), pada sebagian wilayah kawasan Gunung Halimun memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Putri dan Cileungsi memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 10 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 20), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar3 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Gunung Putri, Cileungsi, dan sebagian wilayah Kota Depok memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai10 × 1015molec/cm2.
28
(a)
(b) Gambar 21 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAM pada tahun 2008 di setiap musim Tahun 2008 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 19a), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Tendolaya, Cianten, Pamijahan, Cigombong, sebagian wilayah Taman Sari, dan Caringin memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), dan sebagian wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 19b), pada daerah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2.
29
(a)
(b) Gambar 22 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim SONpada tahun 2008 di setiap musim Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 22), pada sebagian wilayah kawasan Gunung Halimun dan Cikalong Kulon (Cianjur) memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Kota Depok, sebagian wilayah Ciseeng, dan Tajur Halang memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 10 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 22), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar3 × 1015molec/cm2 merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Kota Depok, sebagian wilayah Gunung Sindur dan Parung memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai9 × 1015molec/cm2.
30
(a)
(b) Gambar 23 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAMpada tahun 2009 di setiap musim Tahun 2009 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 23), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Cianten dan Pamijahan memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, Cariu, dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 5 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 23), pada wilayah selatan dan timur Kabupaten Bogor memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar6 × 1015molec/cm2.
31
(a)
(b) Gambar 24 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim SONpada tahun 2009 di setiap musim Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 24), pada kawasan Gunung Halimun dan sebagian wilayah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, dan Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 24), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar 3 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Kota Depok, Gunung Sindur, Ciseeng, Tajur Halang, Cileungsi, Gunung Putri, dan Parung memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai 7 sampai 8 × 1015molec/cm2.
32
(a)
(b) Gambar 25 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAMpada tahun 2010 di setiap musim Tahun 2010 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 25), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Nanggung, Pamijahan, Cianten, dan sebagian wilayah Jasinga memiliki nilai total kolom NO2terendahsebesar2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, dan Cariu memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 5 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 25), pada sebagian wilayah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2.
33
(a)
(b) Gambar 26 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim SONpada tahun 2010 di setiap musim Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 26), pada kawasan Gunung Halimun memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar9 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 26), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar 2 × 1015molec/cm2 merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai8 × 1015molec/cm2. Berdasarkan hasil visualisaisi selama kurun waktu 5 tahun, terlihat adanya pola sebaran NO2di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, yaitu antara lain saat bulan Desember, Januari, Februari (musim hujan) dan Maret, April, Mei (musim peralihan) yang memiliki intesitas hujan tinggi menunjukkan nilai total kolom NO2 yang kecil dibandingkan dengan nilai yang didapat pada musim kemarau (Juni, Juli, dan Agustus). Sedangkan padabulan Juni, Juli, Agustus (musim kemarau) dan September, Oktober, November (musim peralihan) menunjukan nilai total kolom NO2 yang tinggi. Hal ini terlihat pada meningkatnya nilai total kolom pada titik-titik yang memiliki kepadatan aktifitas transportasi dan
34
industri seperti Parung, Gunung Putri, Tajur Halang, Ciseeng, Cileungsi, Gunung Sindur,dan Jonggol. Perlu adanya pengendalian serta pencegahan yang dapat dilakukan seperti menghimbau kepada pemerintah untuk memperbaiki sarana dan prasarana transportasi publik agar terjadi penurunan kegiatan transportasi, tidak menambah lagi pabrik atau industri pada wilayah yang telah memiliki banyak pabrik atau industri, penambahan ruang terbuka hijau, serta pemeriksaan mesin kendaraan secara berkala.
35
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nilai total kolom NO2 di atmosfer wilayah Bogor, memiliki nilai tertinggi mencapai10 × 1015molec/cm2 yang terjadi di bulan Juli tahun 2008 dan nilai terendah terjadi di bulan pada bulan Januari 2006 sebesar 2 × 1015molec/cm2. Pola distribusi sebaran polutan NO2 di atmosfer Kabupaten Bogor dan sekitarnya dipengaruhi oleh curah hujan di suatu wilayah, dan aktifitas manusia seperti transportasi dan kegiatan industri yang membutuhkan bahan bakar fosil. Nilai total kolom NO2pada musim hujan dan peralihan cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai total kolom NO2pada saat musim kemarau.
Saran Penelitian ini hanya memberikan sedikit gambaran kualitas udara di Kabupaten Bogor dan sekitarnya, khususnya tentang pola distribusi polutan NO2di atmosfer. Perbandingan dengan data yang didapat melalui hasil pengukuran langsung dilapangan belum dilakukan.
36
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih.2004.Kimia Lingkungan.Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Alfiah Tati. 2009.Pencemaran Lingkungan.Bandung (ID): Penerbit ITATS. Anonim. 2010. GIOVANNI Overview [Internet]. [diunduh 2013 Januari 23]. Tersedia pada: http://disc.sci.gsfc.nasa.gov/giovanni/overview. Anwar,Syamsul.2005. Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2 DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Geofisika dan Meteorologi,Institut Pertanian Bogor. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2009. Teknik Sampling Kualitas Udara. Pemantauan Pencemaran Lingkungan [Internet]. [diunduh 2013 November 17]. Tersedia pada: http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/171-teknik-sampling-kualitas-udara. Martono H, Sulistiyani N. Kondisi Pencemaran Gas nitrogen Dioksida di Udara Jakarta pada Titik Nol dan 120 Meter dari Jalan Raya. Buletin Penelitian Kesehatan. 32(1):35-42 Mochtar H., Haryono SH. 2006. Pola Penyebaran Gas NO2di Udara Ambien Kawasan Utara Kota Semarang pada Musim Kemarau Menggunakan Program ISCST3. Jurnal Presipitasi. 1(1):19–27.doi: ISSN 19907-187X. National Aeronautics and Space Administration (NASA).Website[Internet]. [diunduh2013 April8]. Tersedia pada:http://www.nasa.gov/aura mission. Nurdiono F. 2012. Kajian Kadar Gula Darah Pada Polisi Lalu Lintas Yang Bertugas di Lapangan (Terpajan Polutan) dengan Polisi yang Bertugas di Kantor (Tidak Terpajan Polutan) DKI Jakarta Tahun 2012 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Udara. Soedomo, M.2001.Kumpulan Karya Ilmiah mengenai Pencemaran Udara.Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Soenarmo, Hartati, S.2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem informasi Geografis untuk Bidang Ilmu Kebumian.Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Standar Nasional Indonesia. 2005. Udara ambien - Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO2) dengan metode Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer. 19-7119.2-2005. Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 1 Desember 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Eddy Zulkarnaen Lubis dan Erna. Penulis mulai masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 1995 di SD Sari Putra Jambi. Kemudian tahun 2001 melanjut ke SMP Sari Putra Jambi dan pada tahun 2004 diterima di SMA Budi Utomo Jombang serta lulus pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif terlibat dalam organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Organisasi Mahasiswa Daerah, dan pada Bulan Juni hingga Agustus melaksanakan Praktik Lapangan di Perseroan Terbatas Sari Aditya Loka 1 (PT. SAL 1) dengan judul laporan Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Sari Aditya Loka 1.
38 37
LAMPIRAN Lampiran 1Data curah hujan tahun 2006-2010 di 7 stasiun curah hujan di Kabupaten Bogor dalam satuan mm Tahun 2006 Stasiun Curah Hujan Cibinong Cianten Dramaga Gunung mas Jasinga Jonggol Katulampa Rata-Rata
Jan Feb Mar Apr Mei 824 551 720 700 326 541,5 342,5 175 300 173 639,8 434,2 138,3 163,9 323,7 780 577 128 364 175 512 397 228 139 113 547 472 473 517 296 502 442 140 225 269 620,9 459,39 286,04 344,13 239,39
Bulan Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 75 75 15 21 90 178 568 160 216 71,5 253,5 398 721,5 670 173,1 31,2 191,2 25,7 152 355,1 362,5 33 42 17 37 180 101 455 44 65 205 46 198 326 428 190 105 83 186 243 432 430 69 81 15 74 226 283 571 106,3 87,886 85,386 91,886 212,43 342,37 497,79
Tahun 2007 Stasiun Curah Hujan Cibinong Cianten Dramaga Gunung mas Jasinga Jonggol Katulampa Rata-Rata
Jan 457,5 226 372,8 537 398,5 534 325 407,2571
Feb 610 560,5 438,4 860 247,5 625 699 577,2
Mar Apr 613 292 523 634,5 276,4 472,3 340 293 179 292,5 145 220 221 492 328,2 385,19
Bulan Mei Jun Jul 174 218 178 561 424 312,5 198,3 273,5 133,9 122 130 29 88 159,5 32 84 128 5 291 278 127 216,9 230,14 116,77
Agu Sep Okt 116 157 211 199 170,5 612,5 247,9 205,9 235,5 97 43,5 184,5 36 20,5 214 41 186 243 80 119 245 116,7 128,91 277,93
Nov Des 174 362 784 510,5 444 476 310 492,5 113,5 145 432 388 532 718 398,5 441,71
38 Tahun 2008 Stasiun Curah Hujan Cibinong Cianten Dramaga Gunung mas Jasinga Jonggol Katulampa Rata-Rata
Jan Feb Mar 243 295 404 457,5 288,5 811,5 250,8 384,5 672,6 386,5 659 522,5 136,5 329 296,5 79 210 190 407 362 575 280,0429 361,14 496,01
Apr Mei 250 185 718,5 293,5 527 277,1 392,5 278,5 328,5 161,5 70 5 349 164 376,5 194,94
Bulan Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 82 25 146 136 101 509 205 363 155,5 540,5 516,5 1035,5 712 338,5 171,5 172,4 162 343,2 311,3 509,03 254,7 93 2 115 148,5 120 505 316 130 0 132,5 48,5 261,5 287,5 136,5 23 20 68 111 243 440 67 114 39 72 534 419 641 431 139,5 59,129 176,57 262,53 355,9 514,79 249,81
Tahun 2009 Stasiun Curah Hujan Cibinong Cianten Dramaga Gunung mas Jasinga Jonggol Katulampa Rata-Rata
Jan Feb Mar 445 146 272 464 175,5 373 320,3 305,3 261,1 774,5 665,5 541,5 228 217,5 154 258 122 83 514 417 326 429,1143 292,69 287,23
Bulan Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 346 205 165 98 28 145 43 159 97 260 348,5 200 180 227,5 183,5 424 659 482 259,9 570,6 338,1 131,1 33,1 156,8 426,6 407 252,4 405 402,5 108 53 2 28,5 420,5 556,5 319,5 126 60 354 36 81,5 82 298,5 433,9 149 144 51 0 38 25 95 99 282 173 333 283 184 115 97 302 169 392 441 267,7 274,37 192,73 93,014 70,586 141,83 268,66 412,77 273,41
39
40 39 Tahun 2010 Stasiun Curah Hujan Cibinong Cianten Dramaga Gunung mas Jasinga Jonggol Katulampa Rata-Rata
Jan Feb 213 331 512 581 252 461 634 513 285 339 547 448 328 612 395,8571 469,29
Mar Apr Mei 387 101 314 588 165 475 415 43 331 564 153 152 366 63 181 331 90 162 660 213 378 473 118,29 284,71
Bulan Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 167 163 116 304 275 316 117 533 598 560 544 514 472 402 303 270 478 601 436 284 177 240 182 280 455 420 332 406 243 342 495 554 414 46 142 155 279 288 511 144 91 198 287 312 472 630 432 383 417 275,43 306,57 384,14 514,14 376,43 274,86 265,57
41 40 Lampiran 2 Tampilan aplikasi Giovanni