ANTARA WACANA DAN PRAKTIK
Rissalwan Habdy Lubis
Kesejahteraan atau sejahtera Kemampuan: makmur (ukuran ekonomi) subyektif Keadaan: sehat & damai obyektif Jangkauan pelayanan: kebijakan dan kesejahteraan sosial obyektif
Welfare Indicators: Quantitative or Qualitative?
Income
vs
Wealth
An inward flow of money
An abundance of things that
over time (Lawson & Garrod, 1996 : 42) Sources: wages from employment, benefits, pensions, dividends, renting money and investment Keyword: money
are objects of human desire, abundance of worldly estate, riches, material success (Philip, 1993) The total value of the possessions held by an individual or society (Lawson & Garrod, 1996 : 10) Keywords: capital goods, physical assets.
Criteria of Poverty & ill-being (Chambers, 1997)
Being disabled (blind, crippled,
mentally impaired, chronically sick). Lacking land, livestock, farm equipment, a grinding mill. Being unable to send their children to school. Being unable to decently bury their dead. Having more mouths to feed, fewer hands to help. Lacking able-bodied family members who can feed their families in a crisis.
Having bad housing. Suffering the effects of destructive behaviors (ie. alcoholism). Being “poor in people”, lacking social support. Having to put children in employment. Being single parents. Having to accept demeaning low status work. Having food security for only a few months each year. Being dependent on common property resources.
Kriteria Sejahtera versi BKKBN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut oleh masing2x anggota keluarga. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah. Bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-KB maka dibawa ke sarana kesehatan. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. Paling kurang 1 kali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru per tahun. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. Paling kurang 1 orang anggota keluarga berumur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin. Seluruh anggota keluarga yang berusia 6-15 tahun bersekolah pada saat ini. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih PUS ini memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil). Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
16. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk 17.
18. 19. 20. 21. 22. 23.
tabungan keluarga. Biasanya makan bersama paling kurang 1 kali sehari dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk komunikasi keluarga. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang sekali per 6 bulan. Dapat memperoleh berita dari media cetak/elektronik. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai ketentuan daerah. Secara teratur memberikan sumbangan material untuk kegiatan sosial secara sukarela. Kepala/anggota keluarga aktif sebagai pengurus CO.
Konteks Kesejahteraan & Pembangunan KESEJAHTERAAN MANUSIA
KETERBELAKANGAN MANUSIA
D I S T O R S I
Konteks Kelembagaan dalam Kesejahteraan A IDEAL SOCIETY (Input)
B INSTITUTIONAL ARRANGEMENTS
C DISTRIBUTION (Output)
Economic Institution
Ideology & National Goal
Governance & Political Institution
Well-Being
Social Institution
Sumber: Iatridis, 1994: 21
Kerangka Proses Kesejahteraan Sosial INPUT: Needs Problems
PROCESS: Planning
Social Dvlpmnt Program
Excisting resource Set of Values
OUTPUT:
Social Welfare
Typology of Needs Normative needs convention, written
law, etc Comparative needs comparative among group or between groups Felt needs something said by beneficiaries (confusing: needs vs wants) Expressed needs something showed by benefeciaries
Tipologi Kesejahteraan Berdasarkan Peran Negara & Masyarakat
S T A T E
GOVERNMENTALISM WELFARE STATE
PLURALISM WELFARE MIXED Corporatism & Residual
RUDIMENTALISM WELFARE MINIMALIST
RESIDUALISM WELFARE SOCIETY
SOCIETY
Faktor yang mempengaruhi kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat latar belakang sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat; 2. struktur kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat; 3. potensi regional (sumber daya alam & lingkungan dan infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi; 4. kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global. 1.
Hambatan dalam perkembangan ekonomi pedesaan Fenomena pergeseran usaha dari pertanian ke non-
pertanian yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat pedesaan Modernisasi pola usaha tani secara terpadu serta pengembangan institusi ekonomi pedesaan yang belum sepenuhnya dibangun secara konsisten Proses kemiskinan masyarakat pedesaan yang terus terjadi, sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan yang berpeluang memiliki kecenderungan eksternalitas sangat tinggi.
Upaya Mewujudkan Kesejahteraan di Tingkat Lokal KESEJAHTERAAN
EXTERNAL RESOURCES: •Expertise •Money •Networks •Experiences •etc
EMPOWERMENT
RAW MATERIAL: •Problems characteristic •Local potentials
Source: Modified from Jhon Friedmann, 1998. 16
Pemberdayaan masyarakat Suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini peran lembaga di luar masyarakat yang diberdayakan tersebut adalah murni hanya sebagai fasilitator.
Pola pemberdayaan Top-down intervention, yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya. Bottom-up intervention, yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
Kelemahan-kelemahan masyarakat desa Kelemahan yang mendasar adalah rendahnya kualitas SDM,
karena tingkat pendidikan yang relatif rendah. Terjadinya kemiskinan primer, yaitu suatu keadaan dimana penghasilan yang mereka peroleh dari hasil usaha tani tidak cukup memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup sebagai manusia yang layak. Posisi tawar masyarakat desa yang sangat lemah, terutama sewaktu menjual hasil produksi pertanian. Masyarakat desa cenderung untuk tidak mau tahu atau bahkan menolak inovasi. Kalaupun ada hanya terbatas pada beberapa orang saja, hal ini berhubungan dengan kehidupan mereka yang terikat tradisi.
Kekuatan-kekuatan masyarakat desa Secara kuantitas, desa kaya akan sumber daya manusia dan
sumber daya alam. Dengan sumber daya manusia yang banyak, diharapkan dapat mengelola sumber daya alam yang ada (asal diimbangi dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang memadai) Masyarakat desa memiliki jiwa kekeluargaan dan kegotongroyongan yang kuat, menjunjung tinggi semangat kebersamaan berdasarkan pada prinsip musyawarah dan mufakat. Masyarakat desa sangat religius, berperilaku sesuai dengan norma-norma kebaikan yang bersifat universal, diantaranya adalah mereka lebih jujur, sabar dan ulet. Menghargai atau loyal terhadap pemimpin, baik formal maupun informal. Menjunjung tinggi dan mempertahankan tradisi, sehingga mereka kurang terbuka terhadap perubahan.
