Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti Tahun Ajaran 2015/2016) Endang Surahman1, Anne Novia Fitri1
[email protected] 1)
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
Abstract: The aimed of this research was to know the influence of problem based learning model to creative thinking skills on environmental pollution material in X grade of SMA Negeri 1 Cihaurbeuti at 2015/2016 academic year. This research was conducted from November 2015 until March 2016 in X grade of SMA Negeri 1 Cihaurbeuti. The method used in this research was true experiment. The population of this research was all class of X grade at SMA Negeri 1 Cihaurbeuti as much as 4 classes which consist of 144 student. The sample used in the research which taken by cluster random sampling technique as much as two class, X MIPA 1 as the experimental class and X MIPA 2 as the control class. To measure the creative thingking skills, used an instrument that is a test of the creative thingking skills which consists of 11 questions in the form of essay. Analysis using t test with significance level α = 0,05. The result of the research shows there was influence of problem based learning model to creative thinking skills on environmental pollution material (an experimental study in X grade of SMA Negeri 1 Cihaurbeuti academic year 2015/2016). Keywords: problem based learning model, creative thinking skills and environmental pollution
ABSTRAK Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi Pencemaran Lingkungan di kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti. Metode penelitian yang digunakan adalah true experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 144 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 2 kelas yaitu X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X MIPA 2 sebagai kelas kontrol. Untuk
1
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193
mengukur keterampilan berpikir kreatif peserta didik, digunakan instrumen berupa tes keterampilan berpikir kreatif berjumlah 11 butir soal yang berbentuk uraian. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan taraf nyata α = 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi Pencemaran Lingkungan di kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci: model problem based learning, keterampilan berpikir kreatif dan pencemaran lingkungan proses mental seseorang yang lebih
PENDAHULUAN Pendidikan sebagai salah satu
dari sekadar mengingat (remember-
sistem yang menjawab tuntutan ini
ing) dan memahami (comprehend-
terus mengalami perubahan seiring
ing). Mengingat dan memahami lebih
dengan
bersifat
perkembangan
zaman,
pasif
daripada
berpikir
perubahan tersebut terkait dengan
(thinking)”. Senada dengan pendapat
proses pembelajaran. Proses pembel-
tersebut dikemukakan oleh Arends,
ajaran yang mampu mengembangkan
Richard I (2008:43) yang menyatakan
potensi dan keterampilan berpikir
“Berpikir adalah kemampuan untuk
peserta didik sangat diperlukan dalam
menganalisis,
era yang terus berkembang pada saat
mencapai kesimpulan berdasarkan
ini. Salah satu keterampilan berpikir
infrensi atau judgment yang baik”.
tingkat tinggi yang dapat dikembang-
Secara lebih luas, Tawil, Muh dan
kan di sekolah adalah keterampilan
Liliasari
berpikir kreatif. Berpikir merupakan
“secara umum berpikir merupakan
kegiatan yang melibatkan proses
suatu proses kognitif, suatu aktivitas
mental untuk dapat mempertimbang-
mental untuk memperoleh penge-
kan situasi, merumuskan pengertian,
tahuan. Proses berpikir dihubungkan
mensintesis,
suatu
dengan pola perilaku yang lain dan
dapat
memerlukan
masalah
memecahkan
hingga
akhirnya
mengkritik,
(2013:4)
dan
menjelaskan
keterlibatan
aktif
menarik kesimpulan agar didapatkan
pemikir melalui hubungan kompleks
solusinya.
yang
yang dikembangkan melalui kegiatan
diutarakan Peter (Sanjaya, Wina,
berpikir”. Proses yang terjadi ketika
2011:230) “Bepikir (thinking) adalah
berpikir akan terdapat unsur logis dan
Sebagaimana
2
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 analitis di dalamnya, sebagaimana
pakan perpaduan antara keterampilan
yang dijelaskan Novak, (Tawil, Muh
mental
dan
pengalaman”.
Liliasari,
dan
kecerdasan
dengan
2013:4)
bahwa
prosesnya
berpikir
Keterampilan berpikir kreatif
dapat dikelompokkan dalam berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk
dasar dan berpikir kompleks. Proses
menghasilkan gagasan baru dalam
berpikir dasar merupakan gambaran
pemecahan masalah, menemukan ide
dari proses berpikir rasional yang
baru yang sesuai dengan tujuan,
mengandung sejumlah langkah dari
dengan cara membangun ide-ide
yang
yang
kreatif, mensintesis ide-ide tersebut
kompleks. Aktivitas berpikir rasional
hingga mampu menciptakan desain
meliputi menghafal, membayangkan,
maupun produk yang bersifat orisinil.
mengelompokkan,
Berpikir kreatif diartikan sebagai
“berdasar-kan
sederhana
menuju
mengorganisasi-
kan, membandingkan, mengevaluasi,
suatu
kegiatan
mental
menganalisis, mensintesis, mende-
digunakan
duksi dan menyimpulkan”. Menyam-
membangun gagasan-gagasan baru.
seseorang
yang untuk
bung dari penjelasan Novak, menurut
Menurut Krulik dan Rudnik
Costa (Tawil, Muh dan Liliasari,
(Saefudin, Abdul Aziz, 2012:40)
2013:4) bahwa “Berpikir kompleks
“Berpikir kreatif merupakan salah
disebut proses berpikir tingkat tinggi
satu tingkat tertinggi seseorang dalam
yang terdiri dari berpikir kritis,
berpikir,
yaitu
berpikir kreatif, pemecahan masalah,
(recall),
berpikir
dan pengambilan keputusan”.
thinking), berpikir kritis (critical
Keterampilan berpikir yang
thinking)
dan
dimulai dasar
berpikir
ingatan (basic
kreatif
baik belum tentu dimiliki oleh orang
(creative thinking). Munandar, Utami
yang cerdas, karena keterampilan
(2012:167) mengutarakan “Berpikir
berpikir yang baik akan didapatkan
divergen
dari sebuah pengalaman maupun
kreatif) ialah memberikan macam-
kebiasaan. De Bono, (Tawil, Muh dan
macam
Liliasari,
menyatakan
berdasarkan informasi yang diberikan
bahwa “Keterampilan berpikir meru-
dengan penekanan pada keragaman
2013:24)
3
(juga
disebut
kemungkinan
berpikir
jawaban
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 jumlah dan kesatuan”. Selanjutnya
mengembangkan atau menemukan
Munandar, S.C. Utami (2002:33)
ide atau gagasan asli, estetis dan
mendefinisikan
konstruktif,
berpikir
kreatif
yang
berhubungan
sebagai “kemampuan umum untuk
dengan pandangan dan konsep serta
mencipta sesuatu yang baru, sebagai
menekankan pada aspek berpikir
kemampuan untuk memberi gagasan-
intuitif dan rasional khususnya dalam
gagasan baru yang dapat diterapkan
menggunakan informasi dan bahan
dalam pemecahan masalah, atau
untuk
sebagai kemampuan untuk melihat
menjelaskannya dengan perspektif
hubungan-hubungan
baru
asli pemikir”.
unsur-unsur
sudah
yang
antara
memunculkan
ada
atau
Keterampilan berpikir kreatif
sebelumnya”.
yang dimaksudkan dalam penelitian
Menurut De Bono, Edward
ini merupakan aktivitas kognitif yang
(Tawil, Muh dan Liliasari, 2013:59)
diukur dari empat aspek meliputi
“Kita harus berpikir kreatif untuk
aspek berpikir lancar (fluency), aspek
memperbaiki kehidupan, melakukan
berpikir luwes (flexibility), aspek
inovasi
menciptakan
berpikir orisinil (originality), dan
perubahan dan memperbaiki sistem”.
aspek berpikir terperinci (elabora-
Selanjutnya Edward, Liliasari (Tawil
tion) dengan menggunakan tes tertulis
Muh
berbentuk uraian.
desain,
dan
Liliasari,
2013:59)
memaparkan bahwa “Kemampuan
Guilford
(Munandar,
berpikir kreatif sangat menentukan
Utami,
dalam membangun kepribadian dan
mengenai aspek penilaian dalam
pola tindakan dalam kehidupan setiap
kreativitas bahwa “Berpikir divergen
insan
sebagai
Indonesia,
pembelajaran
karena
operasi
mengemukakan
mental
yang
perlu
menuntut penggunaan kemampuan
mencapai
berpikir lancar, lentur, orisinil dan
maksud tersebut”. Liliasari (Tawil,
terperinci (elaborasi)”. Berikut ini
Muh
2013:60)
aspek dan indikator keterampilan
menjelaskan bahwa “keterampilan
berpikir kreatif dapat dilihat pada
berpikir kreatif adalah keterampilan
tabel 2.2.
diberdayakan
dan
sains
itu
2002:91)
S.C.
untuk
Liliasari,
4
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 Tabel 2.2 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif No 1
2
3
4
Aspek Keterampilan Berpikir Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Kreatif Keterampilan Berpikir Lancar a. Mencetuskan banyak gagasan, (Fluency) jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Keterampilan Berpikir Luwes a. Menghasilkan gagasan, jawaban atau (Flexibility) pertanyaan yang bervariasi. b. Memberikan berbagai macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. c. Menerapkan suatu konsep atau suatu asas dengan cara yang berbeda-beda. Keterampilan Berpikir Orisinil Membuat kombinasi-kombinasi yang (Originality) tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Keterampilan Berpikir Terperinci a. Mampu memperkaya dan (Elaboration) mengembangkan gagasan dan produk. b. Menambahkan atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau situasi menjadi menarik.
Sumber : Munandar, Utami (Rachman, Niken Noviasti, 2013:33) Suatu pernyataan fundamental
mendasar, luas dan kuat; 2) berpikir
atau kebenaran umum yang dijadikan
kreatif tergantung kepada tujuan yang
oleh seseorang maupun kelompok
akan
sebagai
mengeksplorasi
berpikir
sebuah
pedoman
Orang tujuan
kreatif dan
penjelasan
menggunakan pendekatan-pendekat-
Perkins (Tawil, Muh dan Liliasari,
an dalam mengenali sifat masalah dan
2013:63)
sebagaimana
dalam
dicapai.
bahwa
“terdapat
lima
menemukan suatu solusi standar, dan
prinsip umum berpikir kreatif, yaitu
bersedia untuk mengubah pendekatan
1) estetika berpikir kreatif melibatkan
di
standar
mendefinisikan
praktis.
Orang
kreatif
berusaha ingin tahu sesuatu yang
kemudian
hari,
dan
ulang
bahkan masalah
apabila diperlukan; 3) berpikir kreatif
5
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 lebih cenderung tidak terpusat pada
“Kreativitas tidak hanya bergantung
suatu kompetensi. Orang kreatif
pada keterampilan dalam bidang dan
mempertahankan standar yang tinggi,
dalam berpikir kreatif, tetapi juga
menerima kebingungan, ketidakpasti-
pada motivasi intrinsik (pendorong
an dan resiko kegagalan yang lebih
internal) untuk bersibuk diri dalam
tinggi sebagai bagian dari proses dan
bekerja, dan pada lingkungan sosial
belajar untuk melihat kegagalan dan
yang kondusif (pendorong ekster-
bahkan menarik dan menantang; 4)
nal)”.
berpikir kreatif lebih banyak bersifat
Salah satu model pembelajar-
subjektif. Orang kreatif mempertim-
an yang banyak digunakan untuk
bangkan berbagai sudut pandang
menunjang
berbeda, melakukan evalusi dan
student
menemukan ide-ide yang praktis; dan
problem based learning. Menurut
5) berpikir kreatif tergantung pada
Hamdayama, Jumanta (2014:209)
motivasi instrinsik daripada ekstrin-
model
sik. Orang kreatif dapat memilih apa
diartikan
yang harus dilakukan dan bagaimana
aktivitas pembelajaran yang mene-
melakukan. Mereka memahami tugas
kankan pada proses penyelesaian
sebagaimana
masalah secara ilmiah”.
kompetensi
yang
proses
centered
problem
pembelajaran adalah
based
sebagai
model
learning
“Rangkaian
mereka miliki, melihat apa yang
Secara lebih luas, Torp dan
mereka lakukan sebagai sesuatu yang
Sage (Abidin, Yunus, 2014:210)
berharga dalam dirinya sendiri dan
memandang model problem based
menikmati kegiatan yang dilakukan.
learning ”Difokuskan untuk menjem-
Kreativitas merupakan hasil
batani siswa agar beroleh pengalaman
dari proses berpikir kreatif yang
belajar dalam mengorganisasikan,
dilakukan oleh seseorang. Hasil dari
meneliti, dan memecahkan masalah-
kreativitas adalah ide, gagasan atau
masalah kehidupan yang kompleks”.
konsep. Orang yang kreatif adalah
Masalah
orang yang mempunyai banyak ide.
pertama dalam proses pembelajaran.
Amabile,
S.C.
Selanjutnya, Abidin, Yunus (2014:
Utami, 2002:29) berpendapat bahwa
158) menyatakan “model pembelajar-
dkk
(Munandar,
6
tersebut
dipertemukan
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 an yang berbasiskan masalah sebagai
dimaksudkan untuk masalah yang
hal yang muncul pertama kali pada
bersifat otentik; 3) masalah mendo-
saat proses pembelajaran. Masalah
rong lahirnya kemampuan peserta
tersebut disajikan sealamiah mungkin
didik berpendapat secara perspektif
dan selanjutnya siswa bekerja dengan
majemuk (multiple perspektif). Solu-
masalah
siswa
sinya menuntut siswa menggunakan
mengaplikasikan pengetahuan dan
dan mendapatkan konsep dari lintas
kemampuan sesuai dengan tingkat
ilmu ke bidang lainnya; 4) masalah
kemampuan psikologis dan kemam-
membuat peserta didik tertantang
puan belajarnya.
untuk mendapatkan pembelajaran di
yang
Adapun
menuntut
menurut
Arends
2014:295)
model
sehingga masalah yang digunakan
problem based learning adalah model
dapat mengembangkan pengetahuan,
pembelajaran
pendekatan
sikap dan keterampilan serta kompe-
pembelajaran siswa pada masalah
tensi peserta didik; 5) sangat meng-
autentik
dapat
utamakan belajar mandiri (self direct-
menyusun pengetahuannya sendiri,
ed learning); 6) memanfaatkan sum-
menumbuhkembangkan keterampilan
ber pengetahuan yang bervariasi,
yang
inquiry,
tidak dari satu sumber saja. Pencari-
memandirikan siswa dan meningkat-
an, evaluasi serta penggunaan penge-
kan kepercayaan diri sendiri.
tahuan ini menjadi kunci penting; 7)
(Hosnan,
M,
dengan
sehingga
lebih
tinggi
siswa
dan
ranah
pembelajaran
yang
baru,
Model problem based learn-
pembelajaran kolaboratif, komunika-
ing memiliki beberapa karakteristik
tif dan kooperatif. Peserta didik
sebagaimana yang dikemukakan Tan,
bekerja dalam kelompok, berinter-
Oon-Seng (2003:30) sebagai berikut:
aksi,
1) masalah digunakan sebagai awal
teaching) dan melakukan presentasi;
pembelajaran; 2) masalah yang digu-
8) menekankan pentingnya pemer-
nakan merupakan masalah dunia
olehan
nyata yang disajikan secara mengam-
memecahkan masalah dan pengua-
bang (ill-structured). Jika itu merupa-
saan pengetahuan; 9) mendorong
kan
peserta didik agar mampu berpikir
simulasi
masalah,
hal
ini
7
saling
mengajarkan
keterampilan
(peer
meneliti,
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 tingkat
tinggi:
analisis,
sintetis,
fase beserta perilaku guru yang harus
dan
diakhiri
dengan
dilakukan dalam proses pembel-
evaluasi, kajian pengalaman belajar
ajaran. Kelima fase tersebut dijelas-
dan kajian proses pembelajaran.
kan pada tabel 2.3.
evaluatif;
Pembelajaran model problem based learning terdiri dari lima Tabel 2.3 Sintaks untuk Problem Based Learning Fase Perilaku Guru Fase 1 : Memberikan orientasi Guru membahas tujuan pelajaran, tentang permasalahan- mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik nya kepada siswa. penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Fase 2 : Mengorganisasikan Guru membantu siswa untuk mendefinisikan siswa untuk meneliti. dan mengorganisa-sikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya. Fase 3 : Membantu investigasi Guru mendorong siswa untuk mendapatkan mandiri dan kelom- informasi yang tepat, melaksanakan pok. eksperimen, dan men-cari penjelasan dan solusi. Fase 4 : Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam meren-canakan mempresentasikan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, artefak dan exhibit. seperti laporan, rekaman video, model-model dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Fase 5 : Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi mengevalusi proses terhadap investi-gasinya dan proses-proses yang mengatasi masalah. mereka gunakan. Sumber : Arends, Richard I (2008:57) Model learning
problem memiliki
based
menjalankan pembelajaran dengan baik”.
banyak
keunggulan.
Sebagaimana
dikemukakan
Amir,
Uden
dan
Beaumont
yang
(Suprihatiningrum, Jamil, 2013:222)
Taufiq
menyatakan beberapa keunggulan
(2015:32) bahwa “Sesuai namanya,
yang dapat diamati dari peserta didik
keunggulan problem based learning
yaitu: 1) mampu mengingat dengan
terletak
lebih
pada
M
perancangan
baik
informasi
dan
masalahnya. Masalah yang diberikan
pengetahuannya; 2) mengembangkan
haruslah
kemampuan
memicu
dapat
merangsang
pemelajar
dan untuk
berpikir
8
pemecahan
kritis
dan
masalah,
keterampilan
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 komunikasi;
mengembangkan
Berdasarkan uraian di atas,
basis pemahaman secara integrasi; 4)
maka rumusan masalah penelitian ini
menikmati belajar; 5) meningkatkan
adalah: “Adakah pengaruh model
motivasi; 6) bagus dalam kerja
problem based learning terhadap
kelompok;
keterampilan berpikir kreatif peserta
belajar
3)
7)
mengembangkan
strategi
belajar;
meningkatkan
dan
8)
didik
keterampilan
pada
materi
Pencemaran
Lingkungan di kelas X SMA Negeri 1
berkomunikasi.
Cihaurbeuti
tahun
ajaran
2015/2016?”.
Norman dan Schmidt (Tan, Oon-Seng, 2003:28) mengemukakan
Adapun tujuan yang ingin
“Ada bukti yang menunjukkan bahwa
dicapai melalui penelitian ini adalah
problem
dapat
untuk mengetahui pengaruh model
meningkatkan transfer konsep untuk
problem based learning terhadap
masalah
keterampilan berpikir kreatif peserta
based
baru;
learning
integrasi
konsep;
kepentingan intrinsik dalam belajar;
didik
belajar
Lingkungan di kelas X SMA Negeri 1
mandiri;
keterampilan
belajar”. Sedangkan Robert, Delisle (Tan,
Oon-Seng,
Pencemaran
2003:30) METODE PENELITIAN
learning bekerja dengan baik dengan peserta
materi
Cihaurbeuti tahun ajaran 2015/2016.
berpendapat bahwa “problem based
semua
pada
didik,
Metode
penelitian
yang
membuat
digunakan adalah true experiment.
strategi yang ideal untuk ruang kelas
Populasi dalam penelitian ini adalah
yang heterogen di mana peserta didik
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
dengan kemampuan campuran dapat
Cihaurbeuti tahun ajaran 2015/2016
menggunakan bakat mereka bersama-
sebanyak 4 kelas. Sampel yang
sama untuk
digunakan
menciptakan solusi.
dalam
penelitian
ini
Teknik ini juga membuat individu
diambil dengan menggunakan teknik
untuk orientasi interdisipliner sejak
cluster random sampling sebanyak 2
menjawab
sering
kelas yaitu kelas X MIPA 1 sebagai
memerlukan informasi dari beberapa
kelas eksperimen dan X MIPA 2
bidang akademik”.
sebagai
masalah
yang
9
kelas
kontrol.
Untuk
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 mengukur kreatif
keterampilan
peserta
didik,
berpikir
dahulu kepada peserta didik sebelum
digunakan
dilakukan
pembelajaran
dan
instrument berupa tes keterampilan
memberikan
posttest
setelah
berpikir kreatif berjumlah 11 butir
pembelajaran.
Dengan
demikian
soal yang berbentuk uraian.
hasilnya dapat diketahui dengan
Desain
penenelitian
yang
akurat,
karena
peneliti
dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah
membandingkan sebelum diberikan
pretest-posttest
pengajaran dan sesudah dilakukan
control
group.
Peneliti memberikan pretest terlebih
pengajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 Data Hasil Penelitian Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest 18,28 15,5
Posttest 25,44 20,5
Gain 6,94 5,17
Tabel 2 Data Hasil Uji t dependent dan t independent Data Fhitung Ftabel Hasil Analisis Kesimpulan Kesimpulan Analisis Skor PretestHasil pretest tidak sama Posttest -13,61 -2,04 thitung < -ttabel Tolak Ho dengan hasil posttest (Eksperimen) Skor Pretest Hasil pretest tidak sama Posttest -12,61 -2,04 thitung < -ttabel Tolak Ho dengan hasil posttest (Kontrol) Ada pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif Gain eksperimen 2,81 1,99 thitung > ttabel Tolak Ho peserta didik pada materi Gain kontrol Pencemaran Lingkungan di kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti.
10
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 Pembahasan
peserta didik pada materi Pence-
1.
maran Lingkungan.
Proses Pembelajaraan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Problem Based Learning Berdasarkan penelitian
Berdasarkan skor
posttest
keterampilan
model problem based learning,
(flexibility), 1 soal terdiri dari
thitung = -13,61 dan ttabel = -2,04
aspek berpikir orisinil (original-
sehingga kesimpulan hipotesis
ity) dan 3 soal terdiri dari aspek
yang didapat adalah tolak Ho,
berpikir terperinci (elaboration).
karena hasilnya thitung < -ttabel, hal
Skor maksimum yang diperoleh
ini menunjukkan bahwa skor
pada setiap soal adalah 4 dan
hasil pretest dan posttest kelas
diperoleh hasil skor yang berbeda
eksperimen tidak sama dan ada
pada setiap aspek keterampilan
berarti
berpikir kreatif. Untuk lebih
bahwa model problem based
jelasnya skor yang diperoleh
meningkatkan
berpikir
kreatif
terdiri dari aspek berpikir luwes
dan posttest didapatkan nilai
keterampilan
berpikir
berpikir lancar (fluency), 4 soal
kan uji t dependent untuk pretest
dapat
masing-masing
yaitu 3 soal terdiri dari aspek
setelah diuji dengan mengguna-
learning
yang
terbagai ke dalam empat aspek
pembelajarannya menggunakan
ini
berpikir
terdiri dari 11 soal uraian yang
kelas eksperimen yang proses
Hal
keterampilan
kreatif dari hasil pretest dan
yang telah penulis lakukan di
peningkatan.
perolehan
peserta didik dapat dilihat pada
kreatif
diagram berikut ini.
11
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193
Nilai
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2.45
2.42
1.89
Fluency 1.89 2.45 0.56
2.12
1.53
1.47
0.78
0.57
0.56
Pretest Posttest Gain
2.31
1.85
Flexibility 1.85 2.42 0.57
Pretest
Originality 1.53 2.31 0.78
Posttest
0.65 Elaboration 1.47 2.12 0.65
Gain
Gambar 1 Diagram Rata-rata Skor Tes Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif di Kelas Eksperimen dengan Menggunakan Model Problem Based Learning Perbedaan skor pada
adalah
memperluas
suatu
setiap aspek tersebut disebab-
gagasan dan lebih memerinci
kan karena kriteria soal pada
terhadap suatu permasalahan
setiap aspek berbeda, pada
yang disajikan secara lebih
soal pretest dan posttest aspek
mendetail. Hal tersebut cukup
berpikir
(fluency)
sulit bagi peserta didik karena
mendapatkan skor tertinggi
belum terlatih pada soal-soal
karena
uraian yang lebih terperinci.
lancar
soal
yang
dibuat
berdasarkan indikator yaitu
2. Proses Pembelajaraan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Discovery Learning Berdasarkan peneliti-
secara umum menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/bidang. Hal tersebut menjadikan
peserta
didik
an yang telah dilakukan di
mampu menghasilkan banyak
kelas kontrol yang proses
gagasan dan jawaban maupun
pembelajarannya menggunak-
penyelesaian masalah secara relevan. aspek
Sedangkan berpikir
an model discovery learning,
pada
setelah diuji dengan menggu-
terperinci
nakan uji t dependent untuk
(elaboration) soal yang dibuat
pretest dan posttest didapat-
12
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 kan nilai thitung = -12,61 dan
aspek
ttabel = -2,04 sehingga kesim-
(fluency), 4 soal terdiri dari
pulan hipotesis yang di dapat
aspek
adalah
(flexibility), 1 soal terdiri dari
tolak
Ho,
karena
berpikir
lancar
berpikir
hasilnya thitung < -ttabel, hal ini
aspek
menunjukkan
skor
(originality) dan 3 soal terdiri
hasil pretest dan posttest kelas
dari aspek berpikir terperinci
kontrol tidak sama dan ada
(elaboration). Skor maksi-
peningkatan.
mum yang diperoleh pada
bahwa
berpikir
luwes
original
Berdasarkan peroleh-
setiap soal adalah 4 dan
an skor keterampilan berpikir
diperoleh hasil skor yang
kreatif dari hasil pretest dan
berbeda pada setiap aspek
posttest yang masing-masing
keterampilan berpikir kreatif.
terdiri dari 11 soal uraian yang
Untuk lebih jelasnya skor
terbagai
ke dalam empat
yang diperoleh peserta didik
aspek keterampilan berpikir
dapat dilihat pada diagram
kreatif yaitu 3 soal terdiri dari
berikut ini.
Nilai
2.5 2 1.5 1 0.5 0
2.18
2.02
1.72
Pretest Posttest Gain
1.83
1.58
1.31 1.39
0.94
0.89
0.46
0.44 0.08
Fluency 1.72 2.18 0.46
Flexibility 1.58 2.02 0.44
Pretest
Posttest
Originality 0.89 1.83 0.94
Elaboration 1.31 1.39 0.08
Gain
Gambar 2 Diagram Rata-rata Skor Tes Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif di Kelas Kontrol dengan Menggunakan Model Discovery Learning Perbedaan skor pada setiap
aspek
karena
disebabkan
kriteria soal
pada
setiap aspek berbeda, soal
13
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 pretest dan posttest aspek
membangun
berpikir
(fluency)
ngembangkan berbagai ide
mendapatkan skor tertinggi
maupun gagasan yang sudah
karena
ada sebelumnya.
lancar
soal
yang
dibuat
berdasarkan indikator yaitu
banyak ide dalam berbagai kategori/bidang. Hal tersebut peserta
pengujian hipotesis dengan
didik
menggunakan uji t indepen-
mampu menghasilkan banyak
dent diperoleh harga thitung =
gagasan maupun penyelesaian masalah
secara
2,81 sedangkan harga ttabel =
relevan.
1,99 atau -1,99. Karena harga
Sedangkan pada aspek ber-
thitung berada di daerah peno-
pikir terperinci (elaboration) soal
yang
dibuat
lakan Ho maka kesimpulan
adalah
analisis dari penelitian ini
memperluas suatu gagasan
adalah tolak Ho, artinya ada
dan lebih memerinci terhadap
pengaruh
suatu permasalahan secara
rampilan
cukup sulit bagi peserta didik
Cihaurbeuti
juga
sebut
yang
orisinil
disebabkan
karena
model problem based learn-
untuk
ing adalah model pembelajar-
mencetuskan gagasan-gagasan
ajaran
Adanya pengaruh ter-
mengharuskan peserta didik ide-ide
tahun
2015/2016.
rendah
karena soal yang dibuat yaitu
memiliki
kreatif
kelas X SMA Negeri 1
terperinci. Pada aspek berpikir
skor
berpikir
Pencemaran Lingkungan di
soal-soal uraian yang lebih
memperoleh
problem
peserta didik pada materi
karena belum terlatih pada
(originality)
model
based learning terhadap kete-
lebih mendetail. Hal tersebut
orisinil
me-
3. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Berdasarkan hasil
secara umum menghasilkan
menjadikan
maupun
an
untuk
dengan
pembelajaran
mengerjakan soal yang dapat
14
pendekatan siswa
pada
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 masalah autentik sehingga
serta meningkatkan keper-
siswa dapat menyusun penge-
cayaan diri sendiri. Berikut ini
tahuannya sendiri, menum-
adalah
buhkembangkan keterampilan
keterampilan berpikir kreatif
yang lebih tinggi dan dapat
peserta
memandirikan peserta didik
eksperimen dan kelas kontrol.
rata-rata
didik
skor
pada
kelas
30 25.44 Skor Rata-rata
25 20.5 20
18.28 15.5
15 10
6.94
5.17
5 0 Pretest Posttest Gain
Kelas Eksperimen 18.28 25.44 6.94 Pretest
Posttest
Kelas Kontrol 15.5 20.5 5.17 Gain
Gambar 3 Diagram Skor Rata-rata Pretest, Posttest dan Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Adapun
Kriteria
nakan model problem based
Ketuntasan Minimal (KKM)
learning
mata pelajaran Biologi materi
KKM.
Pencemaran
pembelajaran yang menggu-
Lingkungan
mencapai Sedangkan
proses
kelas X di SMA Negeri 1
nakan
Cihaurbeuti hasil konversi
learning tidak mencapai nilai
yaitu 23,3. Jika di lihat dari
KKM. Hal ini membuktikan
nilai rata-rata maka proses
bahwa model problem based
pembelajaran yang menggu-
learning 15
model
nilai
pada
discovery
kelas
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 eksperimen
memiliki
nilai
adalah masalah yang disajikan
yang lebih tinggi dibanding-
oleh guru, sehingga peserta
kan dengan peserta didik yang
didik tidak terlatih dalam
proses
penemuan
pembelajarannya
ilmiah
karena
menggunakan model disco-
hanya melakukan pembuktian
very learning
konsep saja.
pada kelas
kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN
Hal tersebut disebab-
Simpulan
kan oleh beberapa faktor, diantaranya
karena
Berdasarkan hasil penelitian
model
dan analisis data diperoleh simpulan
problem based learning dapat
Ada Pengaruh Model Problem Based
merangsang
Learning
peserta
menjadi
lebih
mampu
berpikir
didik
aktif
Terhadap
Keterampilan
dan
Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada
kreatif
Materi Pencemaran Lingkungan di
menyikapi pembelajaran serta
Kelas X SMA Negeri 1 Cihaurbeuti
fokus
pemecahan
Tahun Ajaran 2015/2016.
berhubung
Saran
pada
masalah
dan
permasalahan yang diamati
Berdasarkan hasil penelitian yang
adalah permasalahan yang
telah
nyata sehingga menjadikan
menyarankan:
proses pembelajaran menjadi
1. bagi guru yang akan melakukan
lebih bermakna bagi peserta
pembelajaran dengan mengguna-
didik.
peserta
kan model problem based learning
didik yang proses pembelajar-
disarankan masalah yang dikemu-
annya menggunakan model
kakan dalam pembelajaran adalah
discovery learning merupa-
masalah nyata yang ada di sekitar
kan model berbasis penemuan
sekolah maupun wilayah tempat
yang dihadapkan pada suatu
tinggal
permasalahan
sudah
didapatkan pembelajaran bermak-
ditemukan sebelumnya. Per-
na yang akan membangkitkan
masalahan
minat serta
Sedangkan,
yang
yang
diberikan
16
dilakukan,
maka
peserta
didik
penulis
agar
aktivitas belajar
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
peserta didik terhadap materi sehingga dapat melatih untuk dapat
memecahkan
masalah
dengan berbagai pemikiran yang
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
kreatif; 2. bagi
peneliti
selanjutnya,
disarankan untuk tidak hanya menilai
dari
aspek
Munandar, S.C. Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
kognitif
meliputi data pretest dan posttest, melainkan dapat menilai dari
Munandar, S.C. Utami. (2012). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
aspek afektif dan psikomotorik; dan 3. bagi peneliti selanjutnya, dapat mencoba
menggunakan
Rachman, Niken Noviasti. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”. Tesis. Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Biologi Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
model
problem based learning pada materi yang berbeda dari materi yang telah peneliti gunakan.
DAFTAR PUSTAKA Abdin,
Yunus. (2014). Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Saefudin, Abdul Aziz. (2012). “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. AlBidayah. 4(1). Universitas PGRI Yogyakarta.
Amir, M Taufiq. (2015). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenadamedia Group. Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar (7th ed). Translated by Soetjipto, Helly Prajitno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
17
Bioedusiana Volume 01, nomor 01, September 2016 ISSN 2477-5193 Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Tan, Oon-Seng. (2003). Problem Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Singapore: Cengage Learning.
Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Tawil, Muh dan Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks. Makassar: Badan Penerbit UNM.
18