e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI N.L Wariningsih, I Md. Danu Budhiarta, I Kt Semarayasa Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan, Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected]@yahoo.com} @undiksha.ac.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu guru sebagai peneliti yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi/refleksi. Subjek penelitian siswa kelas XI IA-1 SMAN 1 Sukasada, berjumlah 18 orang dengan rincian 5 orang putra dan 13 orang putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil analisis data observasi awal aktivitas belajar roll secara klasikal sebesar 6,9 (cukup aktif), setelah diberi tindakan pada siklus I aktivitas belajar meningkat menjadi 7,7 (aktif) dan meningkat menjadi 9 (aktif) pada siklus II. Analisis data hasil belajar roll pada observasi awal secara klasikal sebesar 5.6%, setelah diberi tindakan pada siklus I hasil belajar meningkat menjadi 83.3% dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IA-1 SMAN 1 Sukasada tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru penjasorkes dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai. Kata kunci: Pembelajaran NHT, Aktivitas, Hasil Belajar, Senam Lantai Abstract This study aims to improve the activity and the study result of the roll gymnastic floor through the implementation of cooperative learning model NHT. This research is a classroom action research where the teacher as the researcher and conducted in two cycles consists of stages of planning, action, observation/evaluation and reflection. The subjects were 32 students of XI IA-1 grade of SMAN 1 Sukasada; which consists of 13 male and 5 female students. The data were analyzed by descriptive statistics. The results of data analysis for learning activities on the basis of roll in the beginning of observations is 6.9 (moderately active), and in the first cycle increased to 7.7 (active) and 8.43 (active) in the second cycle.While the analysis of study result of the roll gymnastic floor in the beginning of observations is 5,6% (very less), 83,3% in the first cycle (pretty good) and 100% (excellent) in the second cycle. Based on the analysis results and the discussion, it can be concluded that the activity and the study result of the roll gymnastic floor increased through the implementation of cooperative learning model NHT to the students of XI IA-1 grade of SMAN 1 Sukasada school year 2013/2014. It is recommended to the Penjasorkes teacher to implement this teaching model since it can improve the activity and the learning result of roll gymnastic floor. Keywords: NHT Learning, Activity, Learning Outcomes, Gymnastic Floor
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2001:79). dengan demikian, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, yaitu dengan Cara meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pembelajaran penjasorkes. Di dalam proses pendidikan, pengajaran merupakan suatu system dimana pengajaran tersebut bertugas mengarahkan proses pendidikan agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan (Hamalik, 2001:79). Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dimana guru sebagai pemeran utamanya. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan (Penjasorkes) salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tuntutan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di era globalisasi ini adalah proses pembelajaran yang dinamis dan aktif, guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai apabila ada peningkatan dalam diri peserta didik, baik menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peran seorang guru sangatlah penting di dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, karena dengan model pembelajaran yang baik dan tepat, seorang guru dapat memacu keikutsertaan peserta didik secara aktif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. “Penjasorkes pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional” (Husdarta, 2009:3). Penjasorkes bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek fisik, mental,
emosional, spiritual dan sosial melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga. Disini penjasorkes menekankan pada pemanfaatan aktivitas jasmani misalnya, dapat berupa olahraga, rekreasi, petualangan, permainan, dan aktivitas fisik lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan dan tujuan peningkatan kemampuan fisik anak didiknya, Sehingga melalui penjasorkes dapat memberikan kesempatan pada siswa langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Penjasorkes sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar hingga sekolah menengah, membelajarkan siswa melalui aktivitas gerak. Guru penjasorkes memiliki kewajiban memilih dan menyediakan aktivitas gerak yang sesuai dengan karakteristik siswa. Penjasokes pada umumnya memiliki beberapa ruang lingkup yaitu pengalaman mempraktekkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan Untuk ruang lingkup aktivitas senam terdapat beberapa materi senam lantai diantaranya adalah roll (roll depan dan roll belakang). Pada materi senam lantai untuk kelas XI terdapat kompotensi dasar mempraktekkan senam dasar roll depan dan roll belakang serta nilai disiplin, keberanian, dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada hari Jumat tanggal 2 Agustus 3013 sampai dengan Jumat 26 Juli 2013, pada proses pembelajaran penjasorkes khususnya pada pembelajaran senam lantai pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada yang berjumlah 18 orang siswa, untuk aktivitas belajar teknik dasar roll (depan dan belakang) senam lantai peneliti memperoleh data sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi lima kategori yaitu siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada aktif sebanyak 1 orang (5,6%), cukup aktif sebanyak 17 orang siswa (94,4%), kurang aktif tidak ada dan siswa yang berada berada pada katagori sangat kurang aktif tidak ada. Persentase tingkat ketuntasan aktivitas belajar roll
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) senam lantai yaitu 1 orang siswa (5,6%) tergolong aktif sedangkan siswa yang tidak aktif sebanyak 17 orang siswa (94,4%). Berdasarkan data diatas, maka peneliti bisa mengetahui bahwa aktivitas belajar senam lantai berada pada kategori cukup aktif dengan rata-rata klasikal kelas yaitu sebesar 6,9. Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil atau tuntas jika berada minimal berada pada kategori aktif yaitu antara 7 ≤ X < 9. Hasil belajar siswa juga perlu ditingkatkan. Dari observasi awal yang dilakukan, hasil belajar roll senam lantai pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada dengan jumlah 18 orang siswa, tingkat ketuntasan siswa berpedoman pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yaitu sebesar 73 sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi lima kategori yaitu tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat baik,tidak ada berada pada kategori baik, 1 orang siswa (5,6%) berada pada kategori cukup baik, 4 orang siswa (22,2%) berada pada kategori kurang baik 12 orang siswa (66,7%) dan siswa yang berada berada pada katagori sangat kurang baik 1 orang siswa (5,6%). Persentase tingkat ketuntasan hasil belajar roll senam lantai yaitu 1 orang siswa (5,6%) tergolong tuntas sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 orang siswa (94,4%). Secara klasikal didapatkan persentase rata-rata hasil belajar roll senam lantai yaitu sebesar (5,6%). Jadi jika dilihat dari perolehan ratarata aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai di atas dapat disimpulkan bahwa, aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai .pada kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada belum tuntas karena belum memenuhi KKM tuntas. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru penjasorkes belum bervariatif sehingga menyebabkan siswa tidak aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran dengan memberikan tindakan-tindakan yang bervariasi sehingga pembelajaran dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi alternatif yang diharapkan untuk bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar roll senam lantai yaitu dengan memilih model pembelajaran yang dapat membuat interaksi yang baik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan guru dan siswa berinteraksi dalam pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain (Trianto, 2007:5). Salah satu model yang dapat diterapkan untuk materi roll (depan dan belakang) pada materi senam lantai adalah model pembelajaraan kooperatif tipe NHT Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Eggen dan kauchak (dalam Trianto, 2007:42). Pembelajaran kooperatif adalah “pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. Abdulrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dkk, 2004: 61) Dari penjelasan di atas, maka dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk berinteraksi baik didalam kelompok maupun antar kelompok guna mencapai tujuan bersama. “Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda” (Slavin, 2009:103). Menurut Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2007:48) terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif yang dipaparkan.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, memberi penghargaan dan penguatan. ”Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007: 62). . Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh siswa, guru menggunakan 4 langkah utama yaitu sebagai berikut: penomoran (numbering), pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir bersama (heedtogether), pemberian jawaban (answering). “Perkataan senam adalah terjemahan dari kata gymnastiek (bahasa belanda) atau gymnastics (bahasa inggris). Kata-kata itu diambil dari kata asalnya yaitu gymnos (bahasa yunani), yang artinya telanjang atau setengah telanjang” Muhajir (2007:69) menyatakan, Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang mengandalkan aktivitas seluruh anggota badan, baik untuk olahraga senam sendiri maupun untuk cabang olahraga lain. Senam lantai mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan komponen motorik atau gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan Disamping itu pada hakekatnya Senam juga dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk gerakan tubuh, Gerakan ini direncanakan dan disusun secara teratur menurut kelompok bagian tubuh yang bekerja sama untuk melakukan suatu gerakan (Syarifuddin, 1997: 25). Menurut FIG (Federation International de Gymnastiqua) senam dapat dikelompokan menjadi: (1) senam artistik, (2) senam ritmik, dan (3) senam umum. Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam
artistik. Dikatakan senam lantai karena seleruh keterampilan gerakan yang dilakukan pada lantai yang beralas matras tanpa melibatkan alat lainnya (Muhajir, 2007:69). Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncaat kedepan atau ke belakang. Bentuk latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya, bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Jenis senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus (Syarifuddin, 1997: 25). ”Roll depan adalah gerakan menggelundungkan badan kedepan menyusur pada punggung dengan cara membulatkan badan” (Syarifuddin, 1997: 30) ”Roll kebelakang merupakan kebalikan dari gerakan roll depan. Kalau roll depan mulai dari pundak menyusur punggung dan berakhir pada pinggul, sedangkan pada roll belakang dimulai dari pinggul menyusur kepunggung dan berakhir pada pundak" (Syarifuddin, 1997:31) METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK, dimana peneliti bertindak sebagai guru atau peneliti sebagai peneliti (Kanca, I Nyoman, 2010: 115). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus dengan masingmasing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan pemberian materi serta observasi aktivitas belajar, sedangkan pertemuan kedua dilakukan observasi aktivitas belajar dan evaluasi hasil belajar. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) adalah PTK yaitu guru sebagai peneliti (Kanca, I Nyoman, 2010:108). Jumlah subjek penelitian ini yaitu 18 orang. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan pada semester ganjil. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahapan (Kanca, I Nyoman, 2010: 139) yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Waktu penelitian dilaksanakan pada setiap hari Jumat pada tanggal 16 Agustus dan 23 Agustus 2013 untuk siklus I, sedangkan tanggal 30 dan 6 September 2013 dilaksanakan penelitian siklus II. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMA Sukasada. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu aktivitas belajar di evaluasi oleh dua orang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, sedangkan untuk hasil belajar ada tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Penilaian kognitif diberikan
dengan tes kemampuan yang di buat oleh peneliti, penilaian afektif merupakan pengamatan sikap yang di evaluasi oleh 1 evaluator yaitu evaluator 1 dan penilaian psikomotor di evaluasi oleh 3 orang evaluator dengan menggunakan format assesmen hasil belajar siswa roll senam lantai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus I diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 7,7. siswa yang aktif sebanyak 18 orang (100%) sedangkan siswa yang tidak aktif tidak ada. Adapun rinciannya sebagai berikut: siswa dengan kategori sangat aktif tidak ada, siswa dengan kategori aktif sebanyak 18 orang dengan persentase 100%, siswa dengan kategori cukup aktif, siswa dengan kategori kurang aktif serta kategori sangat kurang aktif tidak ada.
Tabel 1. Data Aktivitas Belajar Roll Senam lantai Pada Siklus I Jumlah No Kriteria Kategori Persentase Ket Siswa Sangat 18 orang 1 0 0.00% X9 Aktif siswa 2 Aktif 18 100% (100%) aktif 7 X9 Cukup 3 0 0.00% 5 X7 Aktif Kurang 4 0 0.00% Belum Aktif 3 X5 Aktif (0%) Sangat 5 Kurang 0 0.00% X3 Aktif 18 0rang 18 Jumlah 100% siswa siswa (100%) Penelitian hasil belajar siswa roll senam lanati pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dimana siswa yang tuntas sebanyak 15 orang dengan persentase 83,3% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan persentase 16,7%. Adapun rincian kategori hasil belajar siswa sebagai berikut: siswa dengan kategori sangat baik tidak ada siswa
dengan kategori baik sebanyak 15 orang dengan persentase 83,3%, siswa dengan kategori cukup baik sebanyak 3 orang dengan persentase 16,7% dan tidak ada siswa dengan kategori kurang baik maupun kategori sangat kurang baik, dengan persentase secara klasikalnya 83,3% dengan kategori baik (tuntas)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
No 1 2 3 4 5
Tabel 2. Data Hasil Belajar Roll Senam Lantai Pada Siklus I Jumlah Persenta Kriteria Kategori Ket Siswa se 15 orang 81-100 Sangat Baik 0 0.00% siswa (83,3%) 73-80 Baik 15 83,3% tuntas 3 orang 65-72 Cukup 3 16,7% siswa 56-64 Kurang 0 0,00% (16,7%) tidak Sangat 0-55 0 0.00% tuntas Kurang 18 0rang Jumlah 18 siswa 100% siswa (100%)
Hasil analisis data aktivitas belajar siswa pada siklus II diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 9 dengan tingkat keaktifan sudah aktif. Siswa yang aktif sebanyak 18 orang siswa dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Adapun rincian kategori aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut: siswa
dengan kategori sangat aktif sebanyak 10 orang dengan persentase 55,6%, siswa dengan kategori aktif sebanyak 8 orang dengan persentase 44,4% dan tidak ada siswa dengan kategori cukup aktif, kurang aktif maupun sangat kurang aktif.
Tabel 3. Data Aktivitas Belajar Roll Senam Lantai Pada Siklus II Jumlah No Kriteria Kategori Persentase Ket Siswa Sangat 18 orang 1 10 55.6% X9 Aktif siswa 2 Aktif 8 44,4% (100%) aktif 7 X9 Cukup 3 0 0.00% 5 X7 Aktif Kurang 4 0 0.00% Belum Aktif 3 X5 Aktif (0%) Sangat 5 Kurang 0 0.00% X3 Aktif 18 0rang 18 Jumlah 100% siswa siswa (100%) Penelitian hasil belajar pada siklus II dengan materi roll senam lantai diperoleh data hasil belajar dimana siswa yang tuntas sebanyak 18 orang dengan persentase 100% dan siswa yang tidak tuntas tidak ada. Adapun rincian kategori sebagai berikut: siswa dengan kategori sangat baik sebanyak 15 orang dengan persentase 83,3%, siswa dengan kategori baik
sebanyak 3 orang dengan perserntase 16,7%, dan tidak ada siswa dengan kategori cukup baik siswa dengan kategori kurang baik maupun sangat kurang baik. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa roll senam lantai secara klasikal pada siklus II adalah 100% berada pada rentang 81 - 100 dengan kategori
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) sangat baik dan sudah memperoleh nilai
rata-rata hasil belajar sebesar 73%.
Tabel 4. Data Hasil Belajar Roll Senam Lantai Pada Siklus II Jumlah Persent No Kriteria Kategori Ket Siswa ase 18 orang 1 81-100 Sangat Baik 15 83,3% siswa (100%) 2 73-80 Baik 3 17,7% tuntas 3 65-72 Cukup 0 0.00% (0%) 4 56-64 Kurang 0 0,00% tidak Sangat tuntas 5 0-55 0 0.00% Kurang 18 0rang Jumlah 18 siswa 100% siswa (100%) PEMBAHASAN Pada observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada diketahui bahwa aktivitas belajar kurang aktif secara klasikal dan hasil belajar tidak tuntas secara klasikal. Hal ini dikarenakan saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa tidak bersemangat dalam melakukan gerakan dan banyak siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa tidak maksimal. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT. NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi polapola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik.
Pada observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada diketahui bahwa aktivitas belajar kurang aktif secara klasikal dan hasil belajar tidak tuntas secara klasikal. Hal ini dikarenakan saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa tidak bersemangat dalam melakukan gerakan dan banyak siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa tidak maksimal. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT. NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi polapola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik. .
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 5. Peningkatan Aktivitas Belajar Roll Senam Lantai
No
Tahapan
Persentase Aktivitas Belajar
1.
Observasi Awal
6,9%
Ketuntasan Siswa
Cukup Aktif
Peningkatan Aktifitas Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II
0,8% 2,1% 2.
Siklus I
7,7%
Aktif 3,1%
3
Siklus II
9%
Aktif
Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada observasi awal tingkat ketuntasan belajar siswa (5,6%) secara klasikal, siklus I (83.3%) 3 siswa yang tidak tuntas namun pada siklus II (100%) terjadi peningkatan sehingga siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II ini peneliti memberikan tindakan-tindakan NHT dengan melihat kelemahan-kelemahan pada siklus I. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan materi teknik dasar roll (depan dan
belakang) senam lantai pada siklus II sudah memenuhi KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran penjasorkes di kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada, yakni sebesar 73 dari nilai maksimal 100. Secara klasikal penelitian ini dianggap berhasil karena telah mencapai target yakni 73% siswa di kelas terteliti telah memperoleh rata-rata nilai sebesar 73 berdasarkan KKM dari SMA Negeri 1 Sukasada tersebut. Karena sudah tercapainya target yang ditentukan maka penelitian ini dihentikan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah direncanakan sebelumnya.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Roll Senam Lantai No
1.
2.
3.
Tahapan
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
Persentase Hasil Belajar 10 orang (55,6%) Sudah Tuntas 15orang (83,3%) Sudah Tuntas 18orang (100%) Sudah Tuntas
Ketuntasan Siswa
Tidak Tuntas
Peningkatan Hasil Belajar Observasi Siklus I Observasi Awal ke ke Siklus Awal ke Siklus I II Siklus II
5 orang siswa 55,6%
Tuntas
3 orang siswa 16,7%
8 orang siswa 44,4%
Tuntas
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan dasar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Selain itu hasil penelitian ini juga dikuatkan dari peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya: penelitian oleh Gede Edi Sumberbawa (2012), yang dalam penelitiannya menunjukan bahwa model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas berguling roll senam lantai Pada Siswa Kelas XI IA 1 SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan hasil analisis data secara klasikal pada siklus I,tingkat aktivitas 7,62 (aktif) dan hasil belajar teknik dasar roll depan 84% (baik). Siklus II secara klasikal tingkat aktivitas 9,08 (sangat aktif) dan hasil belajar teknik dasar roll belakang 92% (sangatbaik). Berdasarkan data tersebut dinyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar sebesar 1,46 dan hasil belajar 8% dari siklus I ke siklus II. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Aktivitas belajar roll (depan dan belakang) senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VII A SMP
Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Hasil belajar teknik dasar berguling (ke depan dan ke belakang) senam lantai meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IA-1 SMA N 1 Sukasada tahun pelajaran 2013/2014. Saran peneliti kepada guru penjasorkes yaitu dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran penjasorkes khususnya pada materi pembelajaran roll senam lantai DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2001 Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT Bumi Aksar Husdarta, H.J.S. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Kanca,
I Nyoman.2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Olahraga.Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Erlangga. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa indah Sumberbawa, Gede Edi. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Berguling (roll) Senam Lantai pada Siswa Kelas XI-IA 1 SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja: Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha. Syarifuddin. 1997. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Untuk Kelas I SLTP. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Trianto.
2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pusta
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)