IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BULUTANGKIS
I Gusti Ngurah Rai, Nim 1196015013 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp (0362) 32559 Abstrak : Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar permainan bulutangkis service pendek melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD No 3 Gulingan tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian tergolong penelitian tindakan kelas dengan guru sebagai peneliti. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rancangan siklus terdiri dari langkahlangkah, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD No 3 Gulingan berjumlah 20 siswa terdiri dari 8 orang putra dan 12 orang putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptik. Hasil analisis data aktivitas belajar siklus I secara klasikal sebesar 7,31 berada pada skala aktif, meningkat pada siklus II menjadi sebesar 9,27 berada pada katagori sangat aktif, dengan peningkatan sebesar 1,96. Rata-rata aktivitas belajar permainan bulutangkis service pendek dari kedua siklus berada pada katagori aktif sebesar 7,31 pada katagori sangat baik, meningkat pada siklus II menjadi sebesar 94,12 %. Rata-rata presentasi ketuntasan hasil belajar permainan bulutangkis service panjang dari kedua siklus berada pada katagori sangat baik yaitu 89,70% sudah memenuhi KKM secara klasikal yaitu > 75% sehingga hasil belajar bulutangkis dinyatakan tuntas. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar bulutangkis meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD No. 3 Gulingan tahun pelajaran 2012/2013. Oleh karena itu disarankan kepada guru penjasorkes untuk dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran bulutangkis. Kata-kata kunci: Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, aktivitas, hasil belajar dan bulutangkis.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
serta penyempurnaan kurikulum. Namun
Kesehatan (Penjasorkes) merupakan suatu
upaya tersebut belum memberikan hasil
proses pembelajaran yang didesain untuk
yang maksimal, hal ini terbukti belum
meningkatkan
tercapainya hasil belajar yang sesuai
kebugaran
jasmani,
mengembangkan keterampilam motorik,
dengan tuntutan kurikulum.
pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan
Dalam
proses
pembelajaran
sikap sportif melalui kegiatan jasmani.
penjasorkes, guru diharapkan menguasai
Dalam proses pembelajaran penjasorkes
materi,
ditekankan pada pengembangan individu
pengevaluasian dan yang menjadi fokus
secara
arti
adalah subjek belajar dan upaya mencapai
spiritual,
kompetensinya. Proses pembelajaran dapat
kebugaran
dikatakan berhasil, apabila ada perubahan-
jasmani. Sebagai mata pelajaran yang
perubahan dalam diri siswa, baik yang
menitik beratkan pada ranah psikomotor,
menyangkut
pendidikan
dan
sikap, maupun keterampilan di mana
ranah
dalam proses pembelajaran ini melibatkan
kognitif dan afektif. Begitu pentingnya
interaksi antar siswa dengan guru maupun
peran penjasorkes tersebut, maka mutu
siswa dengan siswa (Sadirman dkk, 2004 :
penjasorkes
ditingkatkan,
26). Permasalahn yang sering dijumpai
diantaranya adalah dengan meningkatkan
dalam pembelajaran penjasorkes yaitu
kemampuan guru penjasorkes khususnya
rendahnya minat, dan aktifitas belajar
dalam mengembangkan dan menerapkan
siswa
model pembelajaran, penyediaan fasilitas-
dicapaipun
fasilitas
permasalahan
menyeluruh,
pengembangan pengembangan
moral fisik
jasmani,
kesehatan
tidak
yang
dalam
dan
olahraga
mengabaikan
harus
mendukung
program
pendidikan penyediaan sumber belajar,
model
pembelajaran,
perubahan
sehingga
hasil
tidak tersebut
pengetahuan,
belajar optimal. guru
yang Dari sebagai
pengelola proses pembelajaran diharapkan
dapat menciptakan suasana belajar yang
permainan bulutangkis khususnya teknik
merangsang minat belajar siswa dan
dasar service pendek masih sangat kurang.
mampu menyediakan lingkungan belajar
Hal ini dapat dilihat dari persentase
yang menarik bagi siswa.
aktifitas dan hasil belajar teknik dasar
Dari hasil refleksi awal di SD No.
permainan bulutangkis service pendek dan
3 Gulingan, dalam pembelajaran teknik
service panjang pada siswa kelas V SD
dasar
service
No. 3 Gulingan yang berjumlah 20 orang,
pendek ditemukan beberapa masalah yaitu
di mana aktifitas siswa saat menerima
(1)
permainan
Masih
bulutangkis
ditemukan
pembelajaran
pelajaran tergolong rendah, ini dapat
yang
menggunakan
dilihat dari persentase aktifitas belajar
pendekatan tradisional. Dominasi guru
siswa yang berada pada kategori sangat
dalam proses pembelajaran masih terlihat
aktif tidak ada, aktif 5 orang (25,00%),
kurang
ini
cukup aktif 9 orang (45,00%), kurang aktif
menyebabkan rendahnya minat belajar
6 orang (30,00%), dan sangat kurang aktif
siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes
tidak ada. Aktifitas belajar teknik dasar
khususnya
dasar
permainan bulutangkis service pendek
permainan bulutangkis service pendek baik
secara klasikal mencapai 6,4 berada pada
dari sikap awal, pelaksanaan dan sikap
kategori cukup aktif. Begitu juga dengan
akhir. (2) Kurangnya penerapan strategi
hasil belajar teknik dasar permainan
belajar
bulutangkis
penjasorkes
efektif
dan
pada
mengajar
melibatkan
efisien,
materi
hal
teknik
yang lebih
panjang
hal
ini
dikarenakan adanya masalah-masalah yang
pembelajaran., yang mengakibatkan siswa
ditemukan dalam melakukan teknik dasar
banyak yang diam dan kurang aktif. Hal
permainan bulutangkis service panjang
ini
yang
belum mencapai ketuntasan. hal ini dapat
olahraga
dilihat dari persentase hasil belajar teknik
dimiliki
oleh
dalam
service
proses
ditandai
siswa
banyak
kompetensi siswa
dasar
dalam
dasar
permainan
bulutangkis
service
pendek dan service panjang siswa yang memperoleh kategori (sangat baik) tidak
cepat dan segera untuk memukul bola sebelum menyentuh lantai. Dalam
permainan
bulu
tangkis
ada, kategori (baik) 2 orang (10,00%),
terdapat beberapa teknik dasar memukul.
kategori
Teknik
(cukup)
9
orang
(45,00%),
pukulan
adalah
cara
cara
kategori (kurang) 5 orang (25,00%) dan
melakukan pukulan pada permainan bulu
kategori (sangat kurang) 4 orang (20,00%).
tangkis
Siswa yang tuntas 55,00% dan siswa yang
shuttle cock ke bidang lapangan lawan
tidak tuntas 45,00% dan hasil belajar
Jenis jenis pukulan pada permainan bulu
teknik dasar permainan bulutangkis service
tangkis antara lain : Servis, lob, drive,
pendek secara klasikal mencapai 61,50%
smash, drop shot, nething.
dengan
tujuan
menerbangkan
angka ini berada pada ketegori kurang.
a. Servis pendek
Permainan Bulutangkis
Melakukan pukulan servis dengan
Permainan Bulutangkis sering di kenal dengan
nama
bola
ke
sasaran
titik
Permainan
perpotongan garis servis depan dengan
dengan
garis tengah dan garis servis depan dengan
menggunakan alat khusus, yaitu net, raket
garis tengah dan garis servis depan dengan
dan shuttle cock (kok). Permainan ini
garis tepi. Jalannya shuttle cock menyusur
dilakukan dengan memukul kok (bola)
tipis melewat net biasanya menggunakan
sebelum
teknik pukulan back hand.
bulutangkis
badminton.
mengarahkan
di
menyentuh
lakukan
tanah
dengan
menggunakan raket. Bola tidak boleh
Cara melakukan servis:
menyentuh lantai, jika menyentuh lantai
1. Berdirilah kira kira 10 cm dari garis
bola di nyatakan mati. Selama permainan
servis pendek (short servis).
pemain di tuntut untuk bergerak dengan
2. Letak kaki kanan di depan sedangkan
4. Ayuan raket beserta berat badan dari
titik berat badan di tempatkan pada
belakang ke depan harus dilakukan secara
kaki kanan tersebut.
optimal.
3. Bola di pegang dengan tangan kiri (tidak kidal) sejajar dengan pusar.
terlepas dari tangan
4. Daun raket di tempat di bawah tangan kiri di blakang bola.
sosoran dan melirik posisi lawan. Lakukan
pukulan
adapun tujuan penelitihan yang ingin dicapai antara lain yaitu sebagai berikut:
5. Pandangan di arahkan pada bola, daerah
6.
5. Tangan kiri kembali sesaat setelah bola
dengan
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
penuh
keyakinan
teknik
dasar
permainan
bulutangkis(service pendek dan servisce panjang)melalui
implementasi
model
b. servis panjang:
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
Merupakan servis yang dilakukan dengan
siswa kelas V SD No. 3 Gulingan tahun
arah bola panjang dan tinggi ke belakang
pelajaran 2012/2013.
lapangan lawan.
hasil
Servis ini biasanya menggunakan teknik
sebagai
pukulan forehand
melakukan perbaikan serta evaluasi untuk
Cara melakukan servis panjang.
meningkatkan
1. Kedua kaki (muka dan belakang) di
penjasorkes di sekolah.
pasang agak lebar.
penelitian bahan
ini
dapat
digunakan
pertimbangan dalam
kualitas
dan
Model kooperatif tipe
mutu
STAD
2. Lengan di ayun ke belakang kemudian
dipandang sebagai yang paling sederhana
di temukan ayunan pukulan yang keras.
dari model pembelajaran kooperatif. Para
2. Akhir gerakan dari seluruh pukulan,
guru
raket berada di atas badan.
mengajarkan informasi
menggunakan tipe STAD untuk akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui
penyajian verbal maupun tertuli. Para
METODE PENELITIAN
siswa di dalam kelas dibagi menjadi
Jenis
penelitian
ini
tergolong
beberapa kelompok atau tim, masing-
penelitian tindakan kelas (classroom action
masing terdiri atas 4 atau 5 anggota
research) dimana guru bertindak sebagai
kelompok. Tiap tim memiliki anggota
peneliti
yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,
peneliti(Kanca, IN, 2010: 115).
etnik,
maupaun
sedang,
rendah).
kemampuan
anggota
peneliti
sebagai
Penelitihan ini dilaksanakan di
tim
kelas V SD No. 3 Gulingan tahun
menggunakan lembar kerja akademik dan
pelajaran 2012/2013. Di laksanakan 2
kemudian
siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap
saling
Tiap
(tinggi,
atau
membantu
untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
siklus pada semester genap.
atau diskusi antar sesama anggota tim, tiap minggu
atau
dua
minggu
dilakukan
Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu
rencana
tindakan,
palaksanaan,
evaluasi oleh guru, untuk penguasaan
tindakan, obsevasi/evaluasi dan refleksi
mereka terhadap bahan akademik yang
tindakan (Kanca, IN, 2010: 139) Adapun
telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim
prosedur penelitihan dalam penelitihan ini
diberi skor atas penguasaannya terhadap
yaitu: (a) Obsevasi awal, (b) Refleksi awal,
bahan ajar, dan kepada
(c) Identifikasi masalah, (d) Analisis
siswa secara
individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan.
masalah, (e) Pelaksanaan penelitihan. Tehnik pengumpulan data yang
Kadang-kadang
digunakan dalam penelitihan ini terdiri
beberapa atau semua tim memperoleh
pengumpulan data aktivitas dan hasil
penghargaan, jika mampu meraih suatu
belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan
kriteria atau standar tertentu.
pada setiap pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang observer.
Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan
permainan bulutangkis khususnya tehnik
pada pertemuan kedua setiap siklus yang
service pendek masih sangat kurang. Hal
dilakukan oleh 3 orang evaluator.
ini dapat dilihat dari persentase aktivitas
HASIL PENELITIAN
dan hasil belajar teknik dasar permainan
Berdasarkan hasil observasi awal di
bulutangkis service pendek dan service
SD No. 3 Gulingan dalam pembelajaran
panjang
pada saat observasi awal pada
permainan bulutangkis service pendek
siswa kelas V SD No. 3 Gulingan yang
ditemukan beberapa masalah yaitu (1).
berjumlah 20 orang, dimana aktivitas
Masih
ditemukan
pembelajaran
siswa saat menerima pelajaran tergolong
yang
menggunakan
rendah ini dapat dilihat dari persentase
pendekatan tradisional. Dominasi guru
aktivitas belajar, siswa yang berada pada
dalam proses pembelajaran masih terlihat
katagori sangat aktif tidak ada, aktif 5
kurang
ini
orang (25,00%), cukup aktif 9 orang
menyebabkan rendahnya minat belajar
(45,00%), kurang aktif 6 orang (30,00%),
siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes
dan sangat kurang aktif tida ada. Aktivitas
khususnya
belajar permainan bulutangkis
penjasorkes
efektif
dan
pada
efisien,
materi
hal
teknik
dasar
secara
permainan bulutangkis service pendek
klasikal mencapai 6,4 berada pada kategori
baik dari sikap awal, pelaksanaan dan
cukup aktif. Begitu juga dengan hasil
sikap akhir. (2). Kurangnya penerapan
belajar teknik dasar servis panjang hal ini
strategi
dikarenakan adanya masalah-masalah yang
belajar
mengajar
yang lebih
banyak melibatkan siswa daam proses
ditemukan
pembelajaran, yang mengakibatkan siswa
teknik dasar permainan bulutangkis service
banyak yang diam dan kurang aktif. Hal
pendek
ini
yang
mengakibatkan hasil belajar teknik dasar
olahraga
permainan bulutangkis service pendek dan
ditandai
dimiliki
oleh
kompetensi siswa
dasar
dalam
dalam
dan
melakukan
service
panjang
gerakan
yang
service panjang belum mencapai tingkat ketuntasan. Hal ini dapat dilihat dari
4.2.2 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Pendek Pada Siklus I
persentase hasil belajar teknik dasar
Berdasarkan analisis pada Siklus I
permainan bulutangkis service pendek dan
maka dapat dikelompokkan dalam kategori
service panjang siswa yang memperoleh
yang tersaji pada tabel 4.2 sebagai berikut.
kategori (sangat baik) tidak ada, kategori
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Pendek Pada Siswa Kelas V SD No. 3 Gulingan Pada Siklus 1
(baik) 2 orang (10,00%), kategori (cukup) 9 orang (45,00%), kategori (kurang) 5 orang (25,00%) dan kategori (sangat kurang) 4 orang (20,00%). Siswa yang tuntas 55,00% dan siswa yang tidak tuntas 45,00%, dan hasil belajar permainan
No .
bulutangkis
secara
1
klasikal mencapai 61,50% angka ini
2 3 4
75 – 84% 65 – 74%
5
0 – 54%
service
pendek
berada pada kategori kurang. Tabel 4.1 Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Pendek Pada Siswa Kelas V SD No. 3 Gulingan pada siklus I
Rentang Skor
85- 100%
55 – 64%
Total
Berdasarkan
Ju ml ah Sis wa 3
15%
8 6 3
40% 30% 15%
-
-
Sangat Kurang
20
100%
-
Pers enta se (%)
tabel
Ketera ngan
Keter angan
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Tuntas
di
atas
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas dapat
Siswa yang berada pada kategori
disampaikan bahwa, siswa yang berada
sangat aktif sebanyak 4 orang (20%), aktif
pada kategori sangat baik 3 orang (15%),
sebanyak 7 orang (35%), cukup aktif
kategori baik 8 orang (40%) dengan
sebanyak 6 orang (30%), kurang aktif
keterangan tuntas, kategori cukup 6 orang
sebanyak 3 orang (15%), dan sangat
(30%) dengan keterangan tuntas, kategori
kurang aktif tidak ada (0%).
kurang sebanyak 3 orang (15%), kategori
7
sangat kurang tidak ada (0%).
Bulutangkis Service Panjang Pada Siswa
4.3.1 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Panjang Pada Siklus II
Kelas V SD No. 3 Gulingan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus
II,
maka
adapun
kriteria
penggolongan tentang aktivitas belajar teknik dasar permainan bulutangkis service
No .
panjang pada siklus II yang tertuang pada
1
tabel 4.3 seperti berikut
2
Tabel 4.3 Data Aktivitas Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Panjang Pada Siswa Kelas V SD No. 3 Gulingan Pada Siklus II Siswa yang berada pada kategori
Renta ng Skor 85100% 75 – 84% 65 – 74% 55 – 64% 0 – 54%
3 4 5 Total
sangat aktif 5 orang (25%), aktif 8 oarng (40%), cukup aktif 7 orang (35%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%).
Ju ml ah Sis wa 4
Pers enta se (%) 20%
Ketera ngan
Ketera ngan Tuntas
10
50%
Sangat Baik Baik
6
30%
Cukup
Tuntas
-
-
Kurang
-
-
20
100 %
Sangat Kurang -
Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa, siswa yang berada pada kategori sangat baik 4 orang (20%),
4.3.2 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Service Panjang Pada Siklus II
kategori baik 10 orang (50%) dengan keterangan tuntas, kategori cukup 6 orang
Berdasarkan analisis pada Siklus
(30%) dengan keterangan tuntas, kategori
II maka dapat dikelompokkan dalam
kurang tidak ada (0%) dengan keterangan
kategori yang tersaji pada tabel 4.4 sebagai
tidak tuntas, kategori sangat kurang tidak
berikut :
ada (0%).
Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil
PEMBAHASAN
Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Teknik
Dasar
Permainan
peneliti
lakukan
serta
teori-teori
pendukung hasil penelitian yang telah
siklus I aktivitas belajar teknik dasar
dipaparkan di atas dapat disimpulkan
permainan bulutangkis service pendek
bahwa implementasi model pembelajaran
berada pada kategori aktif yaitu 7,2.
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
Pada siklus II aktivitas belajar teknik
aktivitas dan hasil belajar teknik dasar
dasar permainan bulutangkis service
permainan bulutangkis pada siswa kelas V
pendek berada pada kategori aktif yaitu
SD No. 3 Gulingan
7,67.
tahun pelajaran
2012/2013. Disarankan Penjasorkes
kepada guru
2. Hasil belajar teknik dasar permainan
dapat
bulutangkis service pendek dan service
untuk
mengimplementasikan
model
panjang
meningkat
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
implementasi
proses pembelajaran sebagai salah satu
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas
alternatif untuk meningkatkan aktivitas
V SD No. 3 Gulingan tahun pelajaran
dan hasil belajar teknik dasar permainan
2012/2013. Ini dapat dilihat pada
bulutangkis..
siklus I hasil ketuntasan belajar teknik
Simpulan
dasar permainan bulutangkis service
Berdasarkan hasil analisis data dan
model
melalui pembelajaran
panjang secara klasikal adalah 75,5%
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
berada pada kategori baik, ketuntasan
1. Aktivitas
belajar
belajar
teknik
dasar
teknik
dasar
permainan
permainan bukutangkis service pendek
bulutangkis service panjang mencapai
dan service panjang meningkat melalui
85% yang berada pada kategori sangat
implementasi
pembelajaran
baik. Pada siklus II hasil belajar telknik
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas
dasar permainan bulutangkis service
V SD No. 3 Gulingan tahun pelajaran
panjang secara klasikal adalah 79%
2012/2013. Ini dapat dilihat pada
berada pada kategori baik, ketuntasan
model
belajar
teknik
dasar
permainan
bulutangkis service panjang mencapai 100% berada pada kategori sangat belakang baik.
DAFTAR RUJUKAN -------,2006. Pembelajaran permainan bulutangkis Teknik Dasar Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Kanca I Nyoman,2006. Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Undiksha.