e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
PENERAPAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH I Nyoman Arsudika, I Ketut Budaya Astra, Made Kurnia Widiastuti Giri. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan, berjumlah 32 orang dengan rincian 18 orang siswa putri dan 14 orang siswa putra. Dianalisis data dengan memakai analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa aktivitas belajar lompat jauh pada observasi awal 5,03% (kurang aktif) meningkat sebesar 1,67% dari siklus I menjadi 6,70% (cukup aktif) dan terjadi peningkatan sebesar 1,5% pada siklus II menjadi 8,20% (aktif). Sedangkan ketuntasan hasil belajar lompat jauh pada observasi awal 70,62% (cukup baik) meningkat sebesar 8,71% pada siklus I menjadi 79,33% (baik) dan terjadi peningkatan sebesar 10,67% menjadi 96,87% (sangat baik) pada siklus II. Dari hasil analisis data dan pembahasan menyimpulkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru Penjasorkes untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Kata-kata kunci : kooperatif, STAD, aktivitas, hasil belajar, lompat jauh
Abstract This research is a class act with the purpose to increase the activity and learning outcomes through the implementation of the long jump STAD cooperative learning model in class XII IPA 1 SMAN 1 Kubutambahan academic year 2013/2014 . The experiment was conducted in two cycles . The subjects were students of class XII IPA 1 SMAN 1 Kubutambahan , there are 32 people with the details of 18 students and 14 student daughter 's son . Data were analyzed using descriptive statistical analysis. Based on the results of research that studied the activity of the long jump at the initial observation 5.03% (less active) increased by 1.67% from the first cycle to 6.70% (quite active) and an increase of 1.5% in the second cycle to 8,20% (active). While mastery of learning outcomes in the long jump preliminary observations 70.62% ( pretty good ) increased by 8.71% in the first cycle to 79.33% (excellent) and an increase of 10.67% to 96.87% (excellent ) in the second cycle . From the analysis of data and discussion conclude the activity and long jump increased learning outcomes through the implementation of STAD cooperative learning model in class XII IPA 1 SMAN 1 Kubutambahan academic year 2013/2014 . Penjasorkes recommended to teachers to use STAD cooperative learning model to learning because it can increase activity and learning outcomes. Key words : cooperative , STAD , activities , learning outcomes , long jump
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang menjadi tolak ukur dan memiliki peranan di masa akan datang yang berlangsung seumur hidup dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat secara komprehensif (Santyasa dan Sukandi, 2007:30). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nacional (Permendiknas, 2006: 163) Tujuan dari pendidikan jasmani itu antara lain (1) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, (5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, (6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, (7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,
serta memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2006: 2) Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian hasil belajar dan sekaligus merupakan permasalahan dalam mencapai hasil belajar yang optimal adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Kubutambahan pada Kelas XII IPA 1 terlihat siswa kurang antusias mengikuti pelajaran sehingga hasilnya banyak siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selain itu juga banyak siswa yang minat belajarnya rendah terhadap pelajaran pendidikan jasmani khususnya pada materi lompat jauh. Ini ditandai dengan sikap siswa yang cenderung pasif saat mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan mengenai materi lompat jauh aktivitas dan hasil belajar pembelajaran penjasorkes masih rendah. Secara umum, komponen aktivitas belajar siswa terdiri dari kegiatan visual, lisan, mendengarkan, metrik, mental dan emosional. Kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 5 orang (15,62%), cukup aktif sebanyak 10 orang (31,25%), kurang aktif sebanyak 17 orang (53,12%), dan sangat kurang aktif tidak ada. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal adalah 5,03. dan berada pada kategori kurang aktif. Sehingga perlu ditingkatkan dan perlu perbaikan di dalam penggunaan model pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa akan lebih meningkat. Sedangkan jika dilihat dari ketuntasan hasil belajar lompat jauh yang meliputi asfek kognitif, aspek afektif, dan asfek psikomotor berdasarkan observasi yang dilaksanakan, siswa yang tuntas terdiri dari 5 orang (15,62%), dan yang tidak tuntas 27 orang (84,37%), siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada, baik sebanyak 5 orang
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) (15,62%), cukup baik sebanyak 24 orang (75%) kurang baik sebanyak 3 orang (9,37%), dan sangat kurang baik tidak ada (0%). Dengan presentase seperti itu, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa secara klasikal pada lompat jauh adalah 70,62% dengan kategori cukup baik atau tidak tuntas. Hasil belajar dikatakan tuntas atau berhasil apabila berada pada pesentase 75% secara klasikal. Dengan menganalisa data hasil belajar siswa secara keseluruhan terlihat hasil belajar masih tergolong rendah dan kurang, karena belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah. Penyebab tidak tuntasnya aktivitas dan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) yang peneliti temukan dilapangan adalah pada aktivitas belajar masalah yang timbul yaitu: (1) visual, siswa masih ada yang kurang memperhatikan peneliti atau teman saat berdemonstrasi. (2) Lisan, siswa masih belum berani mengemukakan pendapat dan memberikan saran dalam berdiskusi tentang materi lompat jauh. (3) Audio,siswa kurang mendengarkan penyajian bahan materi pembelajaran. (4) Metrik, siswa belum mau melakukan gerakan-gerakan berdasarkan konsep dan ketentuan dalam proses pembelajaran dan siswa belum mau melakukan gerakan dengan kelompok berdasarkan konsep dan ketentuan dalam proses pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara). (5) Mental, siswa terkadang lupa dengan materi yang sudah pernah disampaikan dan siswa masih pasif serta belum bisa memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. (6) Emosional, siswa kurang menaruh minat dan bersemangat dalam proses pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara). Sedangkan untuk hasil belajar permasalahan yang dialami siswa adalah: pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Pada
aspek kognitif siswa masih ada yang belum memahami materi pembelajaran lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara), baik sikap awalan, sikap tumpuan/tolakan, sikap saat diudara dan sikap mendarat. Pada aspek afektif masih ada siswa yang kurang bersemangat, kurang menghargai teman selama proses pembelajaran dan kurang disiplin dalam menerima pembelajaran. Pada aspek psikomotor lompat jauh gaya jongkok permasalahan yang dialami yaitu: pada sikap awalan pada bagian (d) siswa masih salah memposisikan ayunan tangan pada saat melaksanakan lompat jauh gaya jongkok dan (e) siswa masih belum pokus pada saat mengarah ke papan tolakan, pada sikap tumpuan/tolakan pada bagian (d) masih banyak siswa pada saat menolak ke depan atas belum dibantu dengan ayunan tangan dan (e) masih banyak siswa pada saat menolak tidak tepat pada papan tolakan, pada sikap melayang di udara pada bagian (d) masih banyak siswa kepalanya masih belum tegak dan pandangan masih belum kedepan pada saat melayang di udara dan pada bagian (e) siswa belum mampu menjaga keseimbangan badan pada saat melayang di udara, pada sikap mendarat pada bagian (d) siswa belum mampu meluruskan tangannya kedepan pada saat mendarat dan pada bagian (e) siswa belum mampu memposisikan berat badan kedepan pada saat mendarat. Pada lompat jauh gaya menggantung di udara pada sikap awalan yaitu: pada sikap awalan pada bagian (d) siswa masih salah memposisikan ayunan tangan pada saat melaksanakan lompat jauh gaya jongkok dan (e) siswa masih belum pokus pada saat mengarah ke papan tolakan, pada sikap tumpuan/tolakan pada bagian (d) masih banyak siswa pada saat menolak ke depan atas belum dibantu dengan ayunan tangan dan (e) masih banyak siswa pada saat menolak tidak tepat pada papan tolakan, pada sikap melayang di udara pada bagian (d) masih banyak siswa
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) kepalanya masih belum tegak dan pandangan masih belum kedepan pada saat melayang di udara dan pada bagian (e) siswa belum mampu menjaga keseimbangan badan pada saat melayang di udara, pada sikap mendarat pada bagian (d) siswa belum mampu meluruskan tangannya kedepan pada saat mendarat dan pada bagian (e) siswa belum mampu memposisikan berat badan kedepan pada saat mendarat. Atletik adalah cabang olahraga tertua yang dilakukan manusia zaman yunani hingga sekarang ini. Gerakangerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik adalah gerakangerakan yang dilakukan oleh manusia sehari-hari. Oleh karena itu, tidaklah salah jika atletik dijuluki ibu dari semua cabang olahraga (mother of sport). Pada setiap pesta olahraga, atletik adalah salah satu cabang olahraga pokok yang diperlombakan, bahkan tidak sah jika atletik tidak dimasukkan dalam acara perlombaan atau pesta olahraga. Lompat jauh merupakan bagian dari atletik yang terprogram pada kurikulum pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah-sekolah. Lompat jauh adalah suatu aktivitas yang diawali berlari untuk mengambil awalan, dilanjutkan menolak dengan satu kaki tumpu, melayang di udara dan mendarat dengan dua kaki secara bersamaan. lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin (Suherman dkk, 2001: 36) Dalam penelitian ini materi yang diajarkan adalah lompat jauh (gaya jongkok dangaya menggantung di udara). Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang diharapkan bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang dapat membuat interaksi yang baik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru
melainkan guru dan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Model pembelajaran STAD diyakini akan dapat membantu siswa dalam pembelajaran karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Pembelajaran pembelajaran koopertaif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok – kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007:52). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menimbulkan rasa tanggung jawab siswa untuk memberikan kontribusi yang positif pada kelompoknya dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Kanca, I Nyoman 2010:108). Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan pertemuan setiap siklus 2 kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: rencana tindakan,
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) pelaksanaan tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi tindakan (Kanca, I Nyoman 2010: 139). Adapun prosedur PTK adalah sebagai berikut: (a) observasi awal, (b) refleksi awal, (c) identifikasi masalah, (d) analisis masalah, (e) perumusan masalah, (f) perencanaan tindakan siklus I : 1. Tahap perencanaan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Observasi/evaluasi, 4. Refleksi, (g) Perencanaan tindakan siklus II :1. Tahap perencanaan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Observasi/evaluasi, 4. Refleksi (h).
observasi hasil tindakan, dan (i). refleksi (Kanca, I Nyoman 2010:136). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan pada setiap pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang observer. Sedangkan data hasil belajar aspek kognitif dikumpulkan pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh peneliti, aspek afektif dikumpulkan setiap pertemuan pada setiap siklus oleh peneliti, dan psikomotor dikumpulkan pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh 3 orang evaluator. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. HASIL PENELITIAN Pada observasi awal yang yang peneliti lakukan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan Tahun pelajaran 2013/2014 pada tanggal 22 januari 2013 menunjukan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh masih perlu ditingkatkan
karena secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yang sebesar 78. Pada data observasi awal aktivitas belajar lopat jauh, dari 32 orang, siswa dalam kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 5 orang (15,62%), cukup aktif sebanyak 10 orang (31,25%), kurang aktif sebanyak 17 orang (53,12%), dan sangat kurang aktif tidak ada. Rata-rata persentase aktivitas belajar lompat jauh secara klasikal sebesar 5,03. Dengan persentase yang seperti itu, maka dapat dikatakan aktivitas belajar siswa secara klasikal pada lompat jauh berada dalam kategori kurang aktif. Sedangkan, pada data hasil belajar lompat jauh, dari 32 orang, siswa yang tuntas terdiri dari 5 orang (15,62%) dan yang tidak tuntas 27 orang (84,37%), siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada, baik sebanyak 5 orang (15,62%), cukup baik sebanyak 24 orang (75%), kurang baik sebanyak 3 orang (9,37%), dan sangat kurang baik tidak ada Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 70,62% dan berada dalam kategori cukup baik. Pada penelitian siklus I, tindakan yang diberikan sesuai dengan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mengelompokan siswa menjadi 7 kelompok dimana 3 kelompok beranggotakan 4 orang dan 4 kelompok beranggotakan 5 orang. Setelah itu peneliti melakukan langkahlangkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil penelitian siklus I pada aktivitas belajar yaitu: siswa dengan kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 19 orang (59,37%), cukup aktif sebanyak 13 orang (40,62%), kurang aktif dan sangat kurang aktif tidak ada. Adapun nilai rata-rata aktivitasbelajar siswa secara klasikal yaitu 6,70 (cukup aktif).
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Tabel 1.Kategori Aktivitas Belajar Lompat Jauh Siklus I. No
Kriteria
Kategori
Jumlah Siswa
Dalam (%)
1
X 9
Sangat Aktif
0 orang
0%
2
7 X < 9
Aktif
19 orang
59,37%
3
5 X<7
Cukup Aktif
13 orang
40,62%
4
3 X<5
Kurang Aktif
0 orang
0%
5
X<3
Sangat Kurang Aktif
0 orang
0%
32 orang
100%
Jumlah Hasil belajar lompat jauh pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dengan kategori siswa yang tuntas terdiri dari 25 orang (78,12%) dan yang tidak tuntas 7 orang (21,87%), siswa yang berada pada kategori sangat baik 1 orang (3,12%), baik 24 orang (75%),
Keterangan 19 orang (59,37%) Aktif 13 orang (40,62%) Tidak Aktif 100% Aktif
cukup baik 7 orang (21,87%), kurang baik dan sangat kurang baik tidak ada. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 79,33%. Berada dalam katagori Baik.
Tabel 2.Data Hasil Belajar Lompat Jauh Siklus I. Rentang Skor
Banyak Siswa
Persentase
85-100
1 orang
3,12%
2
78-84
24 orang
3
60-77
4 5
No 1
Nilai Huruf
Kategori
Keterangan
A
Sangat Baik
75%
B
Baik
25 orang (78,12%) Tuntas
7 orang
21,87%
C
45-59
0 orang
0%
D
0-44
0 orang
0%
E
32 orang
100%
Jumlah
Pada siklus II dilakukan tindakan yang sesuai hasil refleksi dari tindakan siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II. Pada data aktivitas belajar siswa yang berada pada kategori
Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang
7 orang (21,87%) Tidak Tuntas 32 orang (100%)
sangat aktif sebanyak 9 orang (28,12%), aktif sebanyak 22 orang (68,75%), cukup aktif tidak ada, kurang aktif sebanyak 1 orang (3,12%) dan sangat kurang aktif tidak ada. Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal yaitu 8,20 berada dalam katagori aktif.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Tabel 3.Katagori aktivitas belajar Lompat Jauh pada siklus II. No
Kriteria
Kategori
Jumlah Siswa
Dalam (%)
1
X 9
Sangat Aktif
9 orang
28,12%
2
7 X < 9
Aktif
22 orang
68,75%
3
5 X<7
Cukup Aktif
0 orang
0%
4
3 X<5
Kurang Aktif
1 orang
3,12%
5
X<3
Sangat Kurang Aktif
0 orang
0%
32 orang
100%
Jumlah
Pada data hasil belajar siswa data hasil belajar dengan siswa yang yang tuntas terdiri dari 31 orang (96,87%) dan yang tidak tuntas 1 orang (3,12%), siswa yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 21
Keterangan 31 orang (100%) Aktif 1 orang (3.12%) Tidak Aktif 100% Aktif
orang (65,62%), baik sebanyak 10 orang (31,25%), cukup baik tidak ada (0%), kurang baik sebanyak 1 orang (3,12%) dan sangat kurang baik tidak ada. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 96,87%.
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Lompat Jauh pada siklusII.
No 1
Rentang Skor
Banyak Siswa
Nilai Huruf
Kategori
Keterangan
85-100
21 orang 10 orang
65,62%
A
Sangat Baik
31,25%
B
Baik
31 orang (96,87%) Tuntas
Persentase
2
78-84
3
60-77
0 orang
0%
C
4
45-59
1 orang
3,12%
D
5
0-44
0 orang
0%
E
32 orang
100%
Jumlah
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh pada siswa kelas XII IPA 1
Cukup Baik Kurang baik Sangat Kurang
1 orang (3,12%) Tidak Tuntas 32 orang (100%)
SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu memenuhi kriteria ketuntasan minima (KKM) di sekolah.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Tabel 5. Ringkasan Data Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
No
Tahapan
Aktivitas Belajar Klasikal
1.
Observasi Awal
5,03
Keaktifan Siswa
5 orang (15,62%)
2.
Siklus I
6,70
19 orang (59,37%)
3.
Siklus II
8,20
32 orang (100%)
Dari data tabel diatas dapat disampaikan bahwa terjadi peningkatan sebesar 43,75% dari observasi awal ke siklus I, terjadi peningkatan sebesar 50% dari siklus I ke siklus II, dan terjadi peningkatan sebesar 84,37% dari observasi awal ke siklus II. Secara klasikal aktivitas belajar pada siklus I yaitu sebesar 6,70% yang berada pada kategori cukup aktif, sedangkan aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) secara klasikal pada siklus II adalah sebesar 8,20% yang berada pada kategori aktif. Dilihat dari
Peningkatan Aktivitas Belajar Ob Awal ObAwal Siklus I ke ke siklus ke Siklus I Siklus II II
14 orang (43,75%) 13 orang (40,62%)
27 orang (84,37%)
aktivitas hasil belajar yang diperoleh tersebut, aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) mengalami peningkatan 1,5% dari siklus I ke siklus II. Adapun ratarata aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) adalah 7,45%. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa rata-rata aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) telah mencapai 7,45% dengan kategori akti
Tabel 6. Ringkasan Data Hasil Belajar Siswa
No
Tahapan
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
1
Observasi Awal
5 orang (15,62%)
2
Siklus I
25 orang (78,12%)
3
Siklus II
31 orang (96,87%)
Dari data diatas dapat disampaikan peningkatan dari observasi awal ke siklus I adalah 65,5%, peningkatan dari siklus I ke
Peningkatan Hasil Belajar Observasi Observasi Siklus I ke Awal ke Awal ke Siklus II Siklus I Siklus II
20 orang (65,5%) 6 orang (18,75%)
26 orang (81,25%)
siklus II adalah 18,75%, dan peningkatan dari observasi awal ke siklus II adalah 81,25%. Secara klasikal hasil belajar pada siklus I sebesar
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) 78,12% yang berada pada kategori baik. Persentase tingkat ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II adalah sebesar 96,87% yang berada pada kategori sangat baik. Dengan demikian persentase ketuntasan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) mengalami peningkatan sebesar 18,75% dari siklus I ke siklus II. Adapun rata-rata hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) adalah 87,49%, Dengan demikian dapat disampaikan bahwa rata-rata persentase tingkat hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) telah mencapai 87,49 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan data penelitian di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian dari peneliti sebelumnya, antara lain: penelitian yang dilakukan oleh (1) Singgih Nugroho (2012:120) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar teknik dasar passing bola voli pada siswa kelas VIIIB SMP Muhammadiyah Singaraja. (2) Gawatra, I Wayan (2012:105), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar teknik dasar passing sepak bola pada siswa kelas V SD Negeri 4 Pemuteran. (3) Sudana, I Putu (2012:101) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Sangsit. (4) Gita,I Made (2012:107) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar gerak dasar passing sepak bola pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Bebetin. (5) Hary Suhandana, Putu (2012:89) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar berguling (Roll) Senam lantai pada siswa siswa kelas X-1 SMA Negeri 2 Banjar. (6) Ayu Jayanti, I Gusti (2013:9) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar passing bola basket Pada Siswa Kelas VIII 3 SMP Negeri 1 Selat Pada tahun pelajaran 2012/2013. (7) Ria Lestari, Komang (2013:9) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar senam lantai pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Seririt pada tahun pelajaran 2012/2013. (8) Lanus, I Ketut (2013:9) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar passing bola voli Pada Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1 Selat pada tahun pelajaran 2012/2013.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung di udara) meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Adapun saran dari penelitian ini adalah Kepada guru Penjasorkes dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran lompat jauh karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran Penjasorkes khususnya pada materi pembelajaran lompat jauh. DAFTAR PUSTAKA Ayu
Jayanti, I Gusti. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing bola basket Pada Siswa Kelas VIII 3 SMP Negeri 1 Selat Pada Tahun Pelajaran 2012/2013. Di kutip Pada Tanggal 13 April 2013, dan di akses dari : http://ejournal.undiksha.ac.id/ind ex.php/JJP/article/view/330
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA. Jakarta: Depdiknas. Gawatra, I Wayan. 2012. implementasi model pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Teknik dasar passing sepak bola pada siswa kelas V SD Negeri 4 Pemuteran Pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Gita, I Made. 2012. implementasi model pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Gerak Dasar passing sepak bola pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Bebetin Pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Hary
Suhandana, Putu. 2012. implementasi model pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Berguling (Roll) Senam lantai pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 2 Banjar Pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Kanca, I Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahragaan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Lanus, I Ketut, 2013. Implementasi Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar passing bola voli Pada Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1 Selat Pada Tahun Pelajaran 2012/2013. Di kutip Pada Tanggal 13 April 2013, dan di akses dari : http://ejournal.undiksha.ac.id/ind ex.php/JJP/article/view/335
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol.2, No.1 Tahun 2014) Nugroho, Singgih. 2012. implementasi model pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola voli pada siswa kelas VIII-B SMP Muhammadiyah 2 Singaraja Pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta : Menteri pendidikan Nasional. Ria
Lestari, Komang. 2013. implementasi Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar senam lantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Seririt Pada Tahun Pelajaran 2012/2013. Di kutip Pada Tanggal 13 April 2013, dan di akses dari : http://ejournal.undiksha.ac.id/ind ex.php/JJP/article/view/333
Santyasa, Wayan Sukandi. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudana, I Putu. 2012. implementasi model pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Tolak Peluru pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Sangsit Pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Suherman, Adang, Yudha M. Saputra dan Yudha Hendrayana. 2001. Pembelajaran Atletik pendekatan permainan dan kopetensi untuk siswa SMU/SMK. Jakarta:Direktorat Jendral Olahraga. Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Undiksha, 2013. Petunjuk Penulisan Artikel E_Journa