Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH Anak Agung Ngurah Putra Laksana1 Universitas Islam “45” Bekasi
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) melalui implementasi model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja. Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas guru sebagai peneliti yang dilaksanakan dalam dua siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari perncanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja, yang jumlahnya 25 siswa. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) mengalami peningkatan sebesar 1,4 dari 8,33 pada siklus I menjadi 9,7 pada siklus II yang tergolong kategori sangat aktif. Sedangkan untuk hasil belajar lompat jauh mengalami peningkatan sebesar 8% dari 88% pada siklus I menjadi 96% pada siklus II yang tergolong kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar lompat jauh meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatf tipe NHT pada siswa kelas XI IA 2 Negeri 1 Singaraja. Disarankan kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, karena telah terbukti efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif NHT, aktivitas, hasil belajar, lompat jauh.
Pendidikan jasmani merupakan cerminan proses pembelajaran yang mengedepankan kebugaran jasmani peserta didik, bukan merupakan kecabangan (skill oriented), olahraga mencerminkan target pencapaian prestasi peserta didik yang bisa dikembangkan
melalui
kegiatan
pengembangan
diri/ekstrakurikuler,
kesehatan
mencerminkan penampilan/performance dan prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (http://www.alenmarlissmpn1 gresik.Wordpress.com). Dalam program pengajaran pendidikan jasmani, setiap bentuk bahan pelajaran keterampilan gerak, biasanya memiliki rangkaian gerak yang harus dilakukan dengan cepat, tepat, luwes, dan lancar (Aip Syarifuddin, 1997: 11).
1
Anak Agung Ngurah Putra Laksana: Dosen PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
99
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik menuntut guru untuk mampu
merancang
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
dan
evaluasi
pembelajaran. Kompetensi kepribadian menuntut guru untuk memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan. Kompetensi sosial menuntut guru untuk mampu menjalin hubungan yang baik dengan siswa, orang tua siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat. Sedangkan kompetensi profesional menuntut guru untuk menguasi bidang ilmunya dan memperdalam ilmunya. Guru seringkali mengalami kendala dalam memenuhi kompetensi pedagogik, seperti yang ditemukan pada SMA Negeri 1 Singaraja pada pembelajaran pendidikan jasmani. Belum efektifnya proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri 1 Singaraja dikarenakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani model-model pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung masih bersifat konvensional. Peneliti mengamati masih terpusatnya pembelajaran pada guru, sehingga kebanyakan siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasilnya sebagian besar siswa tidak dapat melakukan gerakan dengan teknik yang benar. Dapat dikatakan aktivitas dan hasil belajar siswa masih belum maksimal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar siswa kurang maksimal, yaitu model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional, sehingga kesempatan yang didapat siswa dalam melakukan gerakan tidak banyak, serta aktivitas yang dilakukan kurang maksimal. Aktivitas dan hasil belajar Aktifitas dan hasil belajar merupakan hal yang penting untuk mengetahui proeses kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komperhensif (Agus Suprijono, 2009:7). Sedangkan Nana Sudjana (2004) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
100
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 Bloom mengemukakan bahwa, hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Nana Sudjana, 2004:22-23). Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah tidak mengarahkan siswa untuk menguasai cabang olahraga tertentu, namun lebih mengutamakan proses perkembangan motorik siswa. Menurut Degeng (dalam Ratumanan, 2002: 3) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Secara ekplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menemukan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Model Pembelajaran NHT atau penomeran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola intersksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (dalam Trianto, 2009:82). Meskipun model ini memiliki banyak kesamaan dengan model lainnya, model struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi polapola interaksi siswa. Tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Nurhadi dkk, 2004: 67) adalah untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model ini terancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah berikut ini: (1) Langkah 1: Penomoran (numbering): Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda, (2) Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (questioning): Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi, Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan, (3) Langkah 3: Berpikir bersama (head-together): Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut, dan (4) Langkah 4: Pemberian jawaban (answering): Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya
101
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Dalam penyampaiannya siswa tidak boleh menerima bantuan dari anggota kelompoknya. Lompat Jauh Lompat jauh merupakan bagian dari atletik yang terprogram dalam kurikulum Pendidikan Jasmani yang diberikan di sekolah-sekolah. Menurut Balesteros (1979) (dalam Adang Suherman, dkk, 2001:117) mengemukakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horisontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Sedangkan menurut Soegito (1996: 34) lompat jauh adalah gerakan yang menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya . Prinsip dasar lompat jauh adalah meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya sambil mampu melakukan tolakan yang kuat ke atas dengan satu kaki untuk meraih ketinggian saat melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan jarak lompatan (Adang Suherman, dkk, 2001:117). Lompat jauh adalah suatu aktivitas gerakan yang diawali dengan berlari untuk mengambil awalan, dilanjutkan dengan menolak satu kaki tumpu, melayang di udara dan pendaratan dengan dua kaki sehingga dapat mencapai jarak sejauh-jauhnya. Keseluruhan gerak lompat jauh dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu; 1) Awalan, 2) Tumpuan atau Tolakan, 3) Gerakan Melayang di Udara, dan 4) Mendarat di Bak Pasir.
METODE Penelitian ini dilaksanakan dua siklus masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja dalam pembelajaran lompat jauh di Lapangan Mayor Metra Singaraja. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Kanca, 2006 ;94). Oja SN (1989) membedakan adanya empat bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) Guru sebagai peneliti, (2) Penelitian Tindakan Kolaboratif, (3) Simultan-Terintregasi,
102
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 (4) Administrasi Sosial Eksperimental (Kanca, 2006;100). Dalam penelitian ini bentuk penelitian tindakan yang akan digunakan adalah guru sebagai peneliti. Karena peneliti belum menjadi guru, maka dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitan peneliti sebagai peneliti atau peneliti sebagai guru. Pada bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti mempunyai ciri-ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Dalam bentuk ini tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan pemberian materi serta observasi aktivitas belajar siswa sedangkan pertemuan kedua dengan pemberian materi yang bersifat pengulangan dan pemantapan dan dilakukan observasi aktivitas belajar serta dilakukan evaluasi hasil belajar. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Rencana tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi Hal-hal yang perlu dicermati dalam merencanakan tindakan adalah (Kanca, 2008:7), (a). Jumlah siklus yang perlu dilaksanakan (b). Tindakan yang akan dilakukan beserta langkah-langkahnya. (c).
Teknik dan instrumen pengumpulan data. (d).
Perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan tindakan. (e). Teknik analisis data. Adapun tahapan penelitian sebagai berikut : (1) Pelaksanaan Tindakan : Pelaksanaan tindakan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Tindakan dalam penelitian harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana (Kanca, 2006: 111). (2) Observasi/Evaluasi : Evaluasi merupakan suatu cara untuk mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau ditekankan terhadap siswa. Fungsi observasi/evaluasi adalah untuk mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek (Kanca, 2006: 111). (3) Refleksi : Refleksi merupakan suatu upaya mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria (Kanca, 2006: 111). Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
103
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) minggu yang bertempat di Lapangan Mayor Metra Singaraja. Dengan subjek penelitian siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja sebanyak 25 orang dengan rincian 17 siswa putra dan 8 siswa putri. Hasil Penelitian Siklus I Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode observasi terhadap kemunculan indikator aktivitas belajar, sesuai dengan lembar observasi pada tabel 3.1. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh 2 orang evaluator terhadap proses pembelajaran pada siklus I, didapatkan data sebagai berikut, 13 orang siswa (52%) berada dalam kategori tingkat aktivitas sangat aktif, 7 orang siswa (28%) berada dalam kategori tingkat aktivitas aktif, 1 orang siswa (4%) berada dalam kategori tingkat cukup aktif, 3 orang siswa (12%) berada dalam kategori tingkat kurang aktif, 1 orang siswa (4%) berada dalam kategori tingkat sangat kurang aktif. Dari data tersebut diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 8,33 atau ketegori tingkat aktivitas aktif. Data aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 1. Data Aktivitas Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja. No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Jumlah
Rentangan Nilai > 9 7< <9 5< <7 3< <5 <3
Jumlah Siswa 13 orang 7 orang 1 orang 3 orang 1 orang 25 orang
Persentase 52% 28% 4% 12% 4% 100%
Dari analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus I, maka rata-rata skor aktivitas belajar siswa secara klasikal untuk siklus I adalah 8,33 Dengan demikian pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 8,33 Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentang 7 < <
9 atau berada dalam kategori aktif. Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas siklus I dengan materi lompat
jauh gaya jongkok diperoleh data hasil belajar individu sebagai berikut. 8 orang siswa 104
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 (32%) mendapat nilai kategori sangat baik (A), 14 orang siswa (56%) mendapat nilai dengan kategori baik (B), dan 3 orang siswa (12%) mendapat nilai sangat kurang (E). Dari data tersebut, akumulasi ketuntasan klasikal siswa sebanyak 25 orang, dengan jumlah siswa tuntas 22 orang (88%) sudah mencapai ketuntasan dan 3 orang siswa (12%) belum mencapai ketuntasan. Data hasil penelitian belajar siswa dengan materi lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja No
Kategori
Jumlah Siswa
Persentase
1 2 3 4 5
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
8 orang 14 orang 3 orang 25 orang
32% 56% 12% 100%
Rentangan Tingkat Ketuntasan 88% Siswa Tuntas 12% Siswa Tidak Tuntas
Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dari ketiga evaluator secara klasikal adalah 86,96 Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Singaraja, maka nilai rata-rata hasil belajar siswa dari ketiga evaluator secara klasikal di atas termasuk ke dalam kategori Baik, karena berada pada rentang 79-88. Dari analisis data penelitian tindakan kelas siklus I, maka ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk materi lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut 88% Dengan demikian pada siklus I ketuntasan siswa secara klasikal terhadap materi lompat jauh gaya jongkok mencapai 88% dan tidak tuntas 12%. Dengan tercapainya penguasaan materi 88%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan materi lompat jauh gaya menggantung, karena pada siklus I telah tercapai ketuntasan hasil belajar secara klasikal di atas 75%. Hasil Penelitian Siklus II Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode observasi terhadap kemunculan indikator aktivitas belajar, sesuai dengan lembar observasi pada tabel 3.1. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh 2 orang evaluator terhadap
105
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 proses pembelajaran pada siklus II, didapatkan data sebagai berikut, 16 orang siswa (64%) berada dalam kategori tingkat aktivitas sangat aktif, 7 orang siswa (28%) berada dalam kategori tingkat aktivitas aktif, 2 orang siswa (8%) berada dalam kategori tingkat cukup aktif. Dari data tersebut diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 9,7 atau ketegori tingkat aktivitas sangat aktif. Data aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Aktivitas Belajar Lompat Jauh Gaya Menggantung Siklus II pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Jumlah
Rentangan Nilai > 9 7< <9 5< <7 3< <5 <3
Jumlah Siswa 16 orang 7 orang 2 orang 25 orang
Persentase 64% 28% 8% 100%
Dari analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus II, maka rata-rata skor aktivitas belajar siswa secara klasikal untuk siklus II adalah 9,7 Dengan demikian pada siklus II rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah 9,7 Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentang >
9 atau berada dalam kategori sangat aktif. Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas siklus II dengan materi lompat
jauh gaya menggantung diperoleh data hasil belajar individu sebagai berikut 17 orang siswa (68%) mendapat nilai kategori sangat baik (A), 7 orang siswa (28%) mendapat nilai dengan kategori baik (B), dan 1 orang siswa (4%) mendapat nilai sangat kurang (E). Dari data tersebut, akumulasi ketuntasan klasikal siswa sebanyak 25 orang, dengan jumlah siswa tuntas 24 orang (96%) sudah mencapai ketuntasan dan 1 orang siswa (4%) belum mencapai ketuntasan. Data hasil penelitian belajar siswa dengan materi lompat jauh gaya menggantung pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
106
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 Tabel 4. Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Menggantung Siklus II pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja No
Kategori
Jumlah Siswa
Persentase
1 2 3 4 5
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
17 orang 7 orang 1 orang 25 orang
68% 28% 4% 100%
Rentangan Tingkat Ketuntasan 96% Siswa Tuntas 4% Siswa Tidak Tuntas
Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II dari ketiga evaluator secara klasikal adalah: 91,17 Berdasarkan konversi nilai mata pelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Singaraja, maka nilai rata-rata hasil belajar siswa dari ketiga evaluator secara klasikal di atas termasuk ke dalam kategori Sangat Baik, karena berada pada rentang 89-100. Dari analisis data penelitian tindakan kelas siklus II, maka ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk materi lompat jauh gaya menggantung adalah 96%. Dengan demikian pada siklus II ketuntasan siswa secara klasikal terhadap materi lompat jauh gaya menggantung mencapai 96% dan tidak tuntas 4%. Dengan tercapainya penelitian tersebut, maka penelitian ini dihentikan karena sudah memenuhi syarat ketuntasan secara klasikal yaitu 75% yang berlaku di SMA Negeri 1 Singaraja. Hasil penelitian dari siklus II ini dijadikan kesimpulan dan laporan serta rekomendasi untuk saran dan tindakan dalam proses pembelajaran. Interprestasi Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II Sesuai dengan hasil analisis data pada siklus I dan siklus II, rata-rata skor aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I yaitu sebesar 8,33 yang berada pada kriteria aktif, sedangkan rata-rata skor aktivitas siswa secara klasikal pada siklus II adalah 9,7 dan berada pada tingkat sangat aktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ratarata skor aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lompat jauh mengalami peningkatan sebesar 1,4 dari 8,33 menjadi 9,7. Adapun rata-rata siklus aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) adalah 9,02. Dengan demikian
107
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 dapat disimpulkan bahwa rata-rata siklus tingkat aktivitas belajar lompat jauh telah mencapai 9,02 dengan kategori Sangat Aktif. Hasil belajar siswa sesuai dengan analisis data pada siklus I dan II, persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 88% Selanjutnya, persentase tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II sebesar 96%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II dengan materi lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) mengalami peningkatan sebesar 8% dari 88% menjadi 96%. Adapun rata-rata persentase hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) adalah 92%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase siklus untuk hasil belajar lompat jauh telah mencapai 92%.
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Aktivitas belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) meningkat, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, aktivitas belajar siswa berada pada kategori aktif yaitu 8,33. Pada siklus II, aktivitas belajar siswa berada pada kategori sangat aktif yaitu 9,7. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 1,4. (2) Hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung) meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, pada siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 1 Singaraja. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, hasil ketuntasan belajar secara klasikal adalah 88%. Pada siklus II, ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 96%. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 8%. Dengan demikian disarankan kepada guru penjasorkes, untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar lompat jauh (gaya jongkok dan gaya menggantung).
108
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 DAFTAR PUSTAKA Alenmarlis. 2009. Bedah Penjasorkes, Istilah Penjasorkes. Tersedia pada http ://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/2009/03/14/bedah penjasorkes diakses tanggal 15 Februari 2013. Kanca. 2006. Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja : Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha. Rantumanan, Tanwey Gerson. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: UNESA Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyanto, dkk. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas terbuka. Suherman, Adang, dkk. 2001. Pembelajaran Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetensi Untuk SMU/SMK. Jakarta. Depdiknas. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Soegito, dkk. 1996. Pendidikan Atletik Modul 1-6. Jakarta. Depdikbud. Syarifuddin, Aip. 1997. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SLTP Kelas I. Jakarta : PT Grasindo. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
109