PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK TEKS DRAMA Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia Pos-el:
[email protected] Abstrak: Pembelajaran sastra merupakan salah satu pembelajaran yang dirasakan berat oleh siswa, terutama ketika siswa harus menikmati suatu karya sastra. Meskipun karya sastra drama sering dihadapi oleh siswa namun ketika harus menikmati, dalam arti menganalisis naskah drama, siswa masih banyak mengalami kesulitan. Kegagalan siswa dalam menganalisis teks drama tampak ketika hanya siswa tertentu yang dapat menyebutkan unsur intrinsik teks drama. Selama ini, guru kurang menyadari bahwa metode diskusi yang diterapkan ternyata kurang efektif. Sebagian siswa hanya menggantungkan diri pada teman sekelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini memberikan perbaikan sekaligus solusi terhadap rendahnya tingkat apresiasi sastra. Hal ini tampak ketika setiap siswa akan dapat menganalisis unsur intrinsik teks drama. Dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini semua siswa betul-betul mampu menganalisis teks drama dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan hasil pekerjaannya. Pembelajaran sastra akan menyenangkan apabila guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar dan keaktivan siswa di kelas. Kata kunci: analisis, teks drama, NHT
THE COOPERATIVE LEARNING OF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE IS TO IMPROVE THE ABILITY OF ANALYZING THE INTRINSIC ELEMENTS OF DRAMA TEXT Abstract: Learning literature is one that felt severe learning by students, especially when students should enjoy a literary work. Although literary dramas often faced by students but when they should enjoy, in the sense of analyzing the play, students are still face many difficulties. Failure students in analyzing texts appear when certain students can mention the intrinsic elements of drama texts. During this time the teacher is not aware that the discussion method applied was less effective. Most students simply rely on a group of friends. Cooperative learning type Numbered Head Together (NHT) is expected to provide improvements as well as solutions to the low level of literary appreciation. This appear when each student will be able to analyze the intrinsic elements of drama texts. Cooperative learning mode with Numbered Head Together (NHT) is all the students really able to analyze the text of drama and have the courage to convey the results of its work. Learning literature would be nice if the teacher can use appropriate learning models. This resulted in an increase in learning outcomes and students activities in the classroom. Key words: analysis, drama text, NHT 209
Volume 1 No 2 April 2015
dibuktikan
PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran serta
pada
menganalisis
unsur
saat
kegiatan
intrinsik
teks
sentral dalam pembelajaran intelektual,
drama, lebih dari 75 % siswa yang
sosial, dan emosional peserta didik dan
tidak dapat menentukan unsur intrinsik
merupakan alat keberhasilan dalam
teks drama.
mempelajari
semua
studi.
Guru Bahasa Indonesia yang
diharapkan
mengajar sering mengalami kesulitan
membantu peserta didik mengenal
dalam menyampaikan materi sastra.
dirinya, budayanya, budaya orang lain,
Hal ini dikarenakan guru bahasa
mengemukakan gagasan dan perasaan,
Indonesia kurang menguasai sastra,
berpartisipasi dalam masyarakat yang
tidak
menggunakan bahasa tersebut, dan
diterapkannya metode yang tepat untuk
menemukan
menggunakan
pembelajaran sastra khususnya analisis
kemampuan analitik dan imaginatif
teks drama. Selama ini guru masih
yang ada dalam dirinya.
menggunakan metode mengajar yang
Pembelajaran
bidang
bahasa
serta
Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki
empat
monoton
sastra,
sehingga
atau
siswa
belum
kurang
yaitu
mampu menganalisis unsur intrinsik
mendengarkan, berbicara, membaca,
teks drama dan hanya siswa tertentu
dan
yang mau menjawab pertanyaan ketika
menulis.
terintegrasi
aspek
suka
Pembelajaran
dalam
sastra
masing-masing
menganalisis teks drama.
aspek. Pembelajaran sastra merupakan
Untuk dapat mengapresiasi
salah satu pembelajaran yang dirasakan
sebuah teks drama, siswa harus dapat
berat oleh siswa, terutama ketika siswa
menganalisis unsur intrinsiknya. Hal
harus menikmati suatu karya sastra.
ini dilakukan sebagai upaya agar teks
Meskipun karya sastra drama sering
drama dapat diapresiasi dengan baik.
dihadapi oleh siswa namun ketika
Oleh karena itu diperlukan alternatif
harus
arti
metode pembelajaran yang relevan
menganalisis naskah drama, siswa
yang memungkinkan mayoritas siswa
masih banyak mengalami kesulitan.
dapat mengapresiasi sastra, khususnya
Hasil
analisis unsur intrinsik teks drama.
menikmati,
belajar
dalam
siswa
pada
saat
melakukan analisis unsur intrinsik teks drama
sangat
rendah.
Volume 1 No 2 April 2015
Hal
ini
Kegagalan
siswa
dalam
menganalisis teks drama sangat tampak 210
ketika hanya siswa tertentu saja yang
head together (NHT) ini diharapkan
dapat menyebutkan unsur intrinsik teks
semua
drama.
kurang
menganalisis teks drama dan mempu-
menyadari bahwa metode diskusi yang
nyai keberanian untuk menyampaikan
diterapkan ternyata kurang efektif.
hasil pekerjaannya.
Selama
ini
guru
siswa
betul-betul
mampu
Sebagian siswa hanya menggantungkan diri pada teman sekelompok. Pada
intrinsik , hanya siswa tertentu yang
PEMBAHASAN Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Analisis adalah suatu penelitian
mewakili kelompoknya menyampaikan
yang
jawaban
guru.
sesuatu yang dapat memungkinkan inti
Sementara itu, para guru terjebak pada
permasalahan yang kemudian dikupas
satu
dan diberi ulasan sehingga dapat
saat
diminta
menyebutkan
dari
model
pertanyaan
diskusi
saja
unsur
tanpa
bertujuan
untuk
kesimpulan
mengetahui
memperhitungkan tingkat penguasaan
diambil
siswa terhadap cara menganalisis teks
memudahkan dari apa yang terdapat
drama.
pada
masalah
yang
tersebut
dapat
(Nastuti,
Banyak metode yang dapat
1989:37). Panuti Sudjiman (1990:6)
digunakan untuk menganalisis unsur
mengemukakan bahwa analisis adalah
intrinsik teks drama. Meskipun kita
penguraian (karya sastra) atas unsur-
sudah menggunakan sistem pembelaja-
unsurnya dengan tujuan memahami
ran berkelompok, namun tidak semua
pertalian antara unsur-unsur tersebut di
kerja kelompok bisa dianggap sebagai
dalam mendukung makna karya sastra.
belajar dengan metode cooperative
Menurut
learning (Lie, 2005:8). Pembelajaran
Indonesia, analisis adalah penyelidikan
kooperatif
terhadap
tipe
numbered
head
Kamus
Besar
peristiwa
Bahasa
baik
berupa
together (NHT) ini diharapkan akan
karangan, perbuatan, dalam hal ini
memberikan perbaikan sekaligus solusi
adalah untuk mengetahui keadaan yang
terhadap rendahnya tingkat apresiasi
sebenarnya
sastra. Hal ini akan tampak ketika
Dengan kata lain analisis adalah
setiap siswa akan dapat menganalisis
memahami
unsur intrinsik teks drama. Dengan
sastra dengan cara menguraikan unsur-
pembelajaran kooperatif tipe numbered
unsurnya.
211
(Depdikbud,
atau
1993:37).
menikmati
karya
Volume 1 No 2 April 2015
Drama adalah sebuah genre sastra
yang
penampilan
fisiknya
banyak pula yang tidak memberikan kemungkinan
untuk
memperlihatkan secara verbal adanya
Naskah/teks
dialog atau cakapan diantara tokoh-
pertama disebut sebagai drama pentas
tokoh yang ada (Melani dkk, 2003:95).
atau drama saja, yang hanya tepat
Selain didominasi oleh cakapan yang
dibaca saja disebut drama baca. Namun
langsung itu, lazimnya sebuah karya
demikian, sebuah naskah untuk sampai
drama juga memperlihatkan adanya
pada keputusan layak atau tidak layak
semacam
dipentaskan, bukan hanya tergantung
yang
petunjuk
akan
pemanggungan
memberikan
yang
dipentaskan.
masuk
kategori
gambaran
proses pasca pembacaan, malainkan
tentang suasana, lokasi, atau apa yang
juga sangat dipengaruhi oleh niat si
dilakukan
Sudjiman
penulis itu sendiri. Banyak penulis
(1990:22) menyatakan bahwa drama
yang menulis karya sastra dalam
adalah karya sastra yang bertujuan
bentuk drama, tetapi tidak diniatkan
menggambarkan
untuk dipentaskan.
oleh
tokoh.
kehidupan
dengan
mengemukakan tikaian dan emosi lewat
lafal
dan
dialog,
lazimnya
Unsur intrinsik adalah unsur yang
berasal
dari
dalam
cerita
dirancang untuk pementasan. Menurut
(Maskurun, 1993). Dalam teks drama
Siregar (1986:16) drama adalah jenis
terdapat unsur-unsur intrinsik, yaitu: 1)
sastra yang berbentuk dialog yang
tema, tema adalah gagasan, ide, atau
biasanya untuk dipertunjukan di atas
pikiran utama yang mendasari suatu
pentas. Kata drama berasal dari Bahasa
karya sastra (Sudjiman, 1990:51). Kita
Yunani “dram” yang berarti gerak.
dapat menentukan tema apabila sebuah
Drama tidak lain suatu segi kehidupan
teks
yang
gerak
keseluruhan. 2) Amanat, Maskurun
(Asmara, 1983:9). Dengan kata lain
(1993:83) menyatakan bahwa amanat
drama adalah salah satu bentuk karya
adalah
sastra dengan ciri khas berbentuk
disampaikan
dialog, baik itu untuk dipentaskan
antara para tokoh. 3) Penokohan, tokoh
maupun tidak.
cerita
dihidupkan
dengan
drama
telah
pesan
adalah
dibaca
pengarang
melalui
secara
yang
dialog-dialog
orang-orang
yang
Ada naskah-naskah yang dapat
ditampilkan dalam suatu karya sastra
dan akan menarik jika dipentaskan dan
dalam bentuk naratif atau drama,
Volume 1 No 2 April 2015
212
yamng
oleh
pembaca
ditafsirkan
tengah-tengah plot atau juga mungkin
memiliki moral dan kecenderungan
pada
tertentu seperti yang diekspresikan
membosankan dialog yang disajikan
dalam ucapan atau apa yang dilakukan
hendaknya
dalam tindakan
(Nurgiantoro, 2000:
memikat. Dengan demikian langsung
165).
Asmara
(1983:53)
dapat menuntun pembaca ke arah
tokoh terbagi dalam protagonis (peran
permulaan plot. Penggawatan adalah
yang membawa ide prinsipiil)
dan
bagian konflik yang menjadi dasar
antagonis (lawan protagonis, yang
sebuah cerita drama. Melalui insiden
menentang ide prinsipiil). 4) Setting,
permulaan ini pula konflik-konflik
dalam
Menurut
teks
drama
akhir
plot.
menarik,
wajar,
dalam
penggambaran
yang
berkembang. Klimaks adalah kejadian
mencerminkan lakon yang sedang
dalam permulaan plot yang akan
dibaca itu terjadi (Asmara, 1983:62).
membawa kepada kejadian di rentetan
Penggambaran setting dapat dilakukan
berikutnya sehingga konflik makin
pada bagian awal agar pembaca dapat
menjadi
membayangkan kejadian cerita itu.
puncak permasalahan/ klimaks (titik
Setting di bagi 3 yaitu setting tempat,
perselisihan paling ujung yang bisa
setting waktu, setting suasana. 5) Alur/
dicapai oleh konfrontasi protagonis dan
Plot, menurut Asmara (1983:54) plot
antagonis). Penyelesaian (anti klimaks)
(jalannya cerita drama) dalam suatu
adalah penyelesaian yang dilakukan
drama
secara
oleh pengarang dalam suatu cerita.
bertingkat-tingkat sampai pada akhir-
Penyelesaian janganlah yang langsung
nya kita menemukan suatu penyele-
dapat diduga oleh pembaca. Dalam
saian dari konflik itu.
menyelesaikan masalah penulis teks
harus
berkembang
Tahapan/ tingkatan plot adalah pemaparan,
akhirnya
dan
menuju
drama harus cermat dan harus menarik
klimaks,
perhatian pembaca sampai akhir cerita.
penyelesaian, dan penutup. Pemaparan
Penutup adalah bagian yang menga-
adalah pembeberan atau penjelasan
khiri segenap kejadian dalam cerita.
atau pengantar ke dalam situasi awal
Penutup
dari
jawaban yang diperlukan pembaca
cerita
penggawatan,
dimulai
dan
dapat
sampai
akan
tidak
harus
mewujudkan
drama
Agar
yang
Penyempurnaannya 213
akan
disajikan.
bisa terjadi
di
hendaknya
memberikan
yang telah membaca semua persoalan Volume 1 No 2 April 2015
dan menikmati konfliks yang ada di
26) mengemukakan bahwa pembelaja-
dalamnya.
ran kooperatif memiliki ciri-ciri 1) bentuk
siswa bekerja dalam kelompoknya
sastra, teks drama sama dengan teks
secara kooperatif untuk menuntaskan
roman atau novel. Penulis mengangkat
materi
materinya
dibentuk dari siswa yang memiliki
Sebagai
salah
dari
satu
alam
kehidupan
belajarnya,
2)
tinggi,
kelompok
manusia, yang ia beri warna dan
kemampuan
memang setiap pencurahan sastra dan
rendah, 3) apabila mungkin, anggota
seni pada umumnya bersumber pada
kelompok dari ras, budaya, suku, jenis
kehidupan manusia (Asmara, 1983:53).
kelamin
Ketika berhadapan dengan teks drama,
penghargaan lebih berorientasi pada
kita dapat menikmati teks drama itu
kelompok daripada individu.
yang
sedang,
dan
berbeda-beda,
4)
unsur
Menurut Ibrahim, et al (2000:7)
intrinsiknya. Diawali dengan membaca
terdapat tiga tujuan penting pembelaja-
secara keseluruhan teks drama tersebut
ran kooperatif, yaitu 1) hasil belajar
lalu kita tentukan unsur intrinsiknya
akademik, 2) penerimaan terhadap
yang
perbedaan
dengan
cara
menganalisis
meliputi
tema,
amanat,
individu,
dan
3)
pengembangan keterampilan social.
penokohan, setting, dan alur.
Terdapat enam langkah utama dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Istilah pembelajaran kooperatif
pembelajaran
yaitu
1)
menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa, 2) menyajikan informasi, 3)
sebenarnya bukanlah istilah baru bagi
mengorganisasi
guru.
Menurut
kooperatif
siswa
ke
dalam
Nuraida
(2002:3)
kelompok-kelompok belajar, 4) mem-
kooperatif
sering
bimbing kelompok bekerja dan belajar,
diartikan sebagai suatu bentuk kerja
5) evaluasi, dan 6) memberikan peng-
kelompok antar siswa dalam proses
hargaan.
pembelajaran
pembelajaran. Menurut Budi Jastuti
Lingkungan
belajar
untuk
kooperatif
pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
pembelajaran
proses demokrasi dan peran aktif siswa
dimana siswa belajar dalam kelompok
dalam menentukan apa yang harus
kecil yang memiliki tingkat kemampu-
dipelajari dan bagaimana mempelajari-
an yang berbeda. Ibrahim, et al (2000:
nya. Guru menerapkan suatu struktur
(2001) merupakan
pembelajaran model
Volume 1 No 2 April 2015
214
tingkat tinggi dalam pembentukan
(1992).
kelompok dan mendefinisikan semua
kesempatan kepada siswa untuk saling
prosedur,
diberi
membagikan ide-ide dan mempertim-
kebebasan dalam mengendalikan diri
bangkan jawaban yang paling tepat.
dari
dalam
Selain itu, tipe ini juga mendorong
pembelajaran
siswa untuk meningkatkan kerja sama
kooperatif ingin sukses, maka materi
mereka. Suherman (2002:8) menya-
namum
waktu
kelompoknya.
ke
siswa waktu
Jika
pembelajaran harus tersedia di ruangan guru, di perpustakaan, atau di pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat menjauhkan kesalahan yaitu secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Hakikat Tipe Numbered Head Together (NHT) Strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi seluruh kelas. Strategi ini tidak terlalu efektif. Walaupun guru sudah berusaha untuk
mendorong
berpartisipasi,
siswa
kebanyakan
agar siswa
terpaku menjadi penonton sementara arena
kelas
dikuasai
oleh
hanya
segelintir siswa. Suasana kelas perlu
takan
Teknik
ini
bahwa
memberikan
tipe
NHT
akan
melibatkan lebih banyak siswa dalam suatu
pelajaran
pemahaman
dan
mereka
mengecek
terhadap
isi
pelajaran tersebut.
Penerapan Tipe Numbered Head Together (NHT) Dalam memulai pembelajaran, kita perlu menjadikan siswa aktif sejak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan siswa akan berlanjut sampai akhir pembelajaran. Sering kali guru berusaha menstimulasi diskusi kelas namun dihadapkan pada kebungkaman yang
tidak
menyenangkan
karena
siswa tidak tahu siapa yang berani berbicara terlebih dahulu. Dalam
penerapan
metode
direncanakan dan di bangun sedemi-
numbered head together (NHT) atau
kian rupa sehingga siswa mendapatkan
kepala bernomor, guru menggunakan
kesempatan
langkah-langkah berikut :
yang
sama
dalam
menyampaikan hasil diskusi.
1) Pendahuluan
Teknik pembelajaran kooperatif
(a) Kegiatan ini diawali dengan
NHT menurut Anita Lie (2005:59) di
menginformasikan
kembangkan
pelajaran yang akan dibahas
215
oleh
Spencer
Kagan
materi
Volume 1 No 2 April 2015
serta mengaitkan dengan materi
(f) Guru memanggil salah satu
pelajaran sebelumnya. (b) Mengkomunikasikan
nomor dari salah satu kelompok tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
secara acak. (g) Siswa yang dipanggil nomor-
secara rinci dan menjelaskan
nya
metode
bersangkutan
pembelajaran
NHT
dalam
kelompok
yang
menunjuk-kan
jari.
yang akan diterapkan. (c) Memotifasi siswa agar timbul
(h) Siswa yang dipanggil nomor-
rasa ingin tahu tentang konsep-
nya mencoba menjawab perta-
konsep materi pelajaran yang
nyaan untuk seluruh kelas dan
akan dibahas.
ditanggapi kelompok lain.
(d) Membagi siswa dalam kelom-
(i) Jika
jawaban
dari
diskusi
kelompok kelas sudah dianggap
pok yang beranggotakan 3 sam-
betul, siswa diberi kesempatan
pai 5 siswa kemudian setiap sis-
untuk
wa dalam kelompok itu diberi
mencatat
tersebut.
label nomor (antara 1 s,d, 5).
Apabila
jawaban jawaban
masih salah guru memberikan
2) Kegiatan Inti
penjelaskan tentang jawaban (a) Guru
menyampaikan
materi
pelajaran secara singkat. (b) Guru membagi
teks
yang betul. (j) Guru
drama
pujian
kepada siswa yang menjawab
untuk dianalisis
dengan benar.
(c) Guru mengajukan pertanyaan
(k) Demikian
untuk seluruh kelompok.
sampai
semua
kelompok mendapat kesempa-
(d) Seluruh siswa dalam kelompok masing-masing
memberikan
memikirkan
tan menyampaikan jawabannya. 3) Penutup
jawaban pertanyaan yang diaju-
(a) Guru memberikan umpan balik
kan guru.
(b) Guru membimbing siswa me-
(e) Siswa menyatukan jawaban dan memastikan
bahwa
semua
nyimpulkan materi pelajaran Perbedaan
Proses
Pembelajaran
anggota kelompoknya sudah
sebelum dan ketika menggunakan tipe
mengetahui jawabannya.
NHT
Volume 1 No 2 April 2015
216
No
Pembelajaran kooperatif
1
Siswa masih banyak yang mengantuk Siswa dalam diskusi masih banyak yang bergurau Siswa tidak mau berpartisipasi dalam kelompok Setiap kelompok yang mengerjakan hanya perwakilan kelompok Siswa tertentu saja yang aktif menyampaikan hasil tugasnya Hasil belajar jelek
2 3
4
5 6
Pembelajaran kooperatif tipe NHT Siswa mulai memusatkan diri saat diskusi Siswa mulai saling berpartisipasi dalam diskusi Siswa mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok Semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru Semua siswa aktif menyampaikan hasil tugasnya Hasil belajar meningkat
SIMPULAN DAN SARAN
menjadi pembelajaran yang
Berdasarkan uraian di atas dapat
menyenangkan apabila guru dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
menggunakan model pembelajaran
1. Pembelajaran
yang tepat.
drama
menganalisis
merupakan
teks
salah
satu
pembelajaran yang sulit bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
2. Guru perlu mencermati efektivitas diskusi di kelas. 3. Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Numbered Head Together (NHT) merupakan
salah
satu
model
pembelajaran untuk mengaktifkan siswa
dan
meningkatkan
hasil
belajar. Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan 1. Supaya pembelajaran tidak monoton sebaiknya
guru
Asmara, Adhy. 1983. Apresiasi Drama. Yogyakarta : CV Nur Cahaya. Budianta, Melani. 2003. Membaca Sastra. Magelang : Indonesiatera. Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University Press.
menggunakan
model pembelajaran yang sesuai
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
dan penuh variasi. 2. Pembelajaran sastra yang selama ini dirasakan sulit oleh siswa, akan 217
Maskurun. 1993. Sari Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada. Volume 1 No 2 April 2015
Nastuti. 1989. Kamus Istilah. Jakarta : Balai Pustaka. Siregar, Ahmad Samin. 1986. Kamus Istilah Seni Drama. Jakarta : P3B.
Volume 1 No 2 April 2015
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Universitas Indonesia. Suherman, Asep. 2002. Model Pembelajaran Aktif dan Kreatif Berbasis Kompetensi. Bandung : LEC Arjasari.
218