perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER I DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: Nanik Galih Mawarni K3307039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER I DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: Nanik Galih Mawarni K3307039
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. M. Masykuri, M.Si NIP. 19681124 1994031001
Nanik Dwi N, S.Si, M.Si NIP. 19721115 200604 2001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 29 November 2011
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
…………….
Sekretaris
: Drs. Haryono, M.Pd : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si
Anggota I : Dr. M. Masykuri, M.Si
……………..
Anggota II : Nanik Dwi N, S.Si, M.Si
………………
Disahkan Oleh Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
……………..
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Surakarta,
November 2011
Nanik Galih Mawarni K3307039
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nanik Galih Mawarni. K3307039. ” PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER I DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, November 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur, (2) pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur, (3) interaksi antara metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 2x2 yang berupa randomized group posttes only. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling sejumlah dua kelas. Teknik pengumpulan data kemampuan awal siswa dan prestasi kognitif menggunakan metode tes, sedangkan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) metode pembelajaran kooperatif NHT dan TPS berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. Metode NHT lebih baik daripada TPS. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rataan prestasi kognitif kelas NHT dan TPS berturut-turut 82,79 dan 78,18; nilai rataan prestasi afektif 82,74 dan 78,21, (2) kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem periodik unsur. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan nilai rataan prestasi kognitif berturut-turut 81,77 dan 78,28. Demikian pula pada prestasi belajar afektif, nilai rataan prestasi afektif siswa berkemampuan awal tinggi adalah 81,86 sedangkan siswa berkemampuan awal rendah 78,12, (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran NHT dan TPS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem seriodik unsur. Kata Kunci: NHT, TPS, Kemampuan Awal, Sistem Periodik Unsur. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nanik Galih Mawarni. K3307039. “COOPERATIVE LEARNING NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) AND TPS (THINK PAIR SHARE) VIEWED FROM THE PRIOR KNOWLEDGE OF STUDENTS ON THE PERIODIC SYSTEM OF ELEMENTS OF GRADE X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, November 2011. This research has purposes to know about: (1) the effect among cooperative learning method of NHT and TPS on the student’s achievement in the periodic system of elements, (2) the effect among the high and low prior knowledge on the student’s achievement in the periodic system of elements, (3) the interaction among NHT and TPS with prior knowledge to the student’s achievement in the periodic system of elements. Methodology of this research is experimental method by using design factorial 2 X 2 randomized group posttest only. The population is the students grade X SMA N 1 Karanganyar in academic year 2011/2012. Cluster random sampling technique is used to get samples. There are two experimental classes. Test method is used to measure prior knowledge and cognitive aspects. Questionnaire method is used to measure the affective aspects. Analysis data by using unbalanced two ways analysis of variance method. The conclusions of this research: (1) the cooperative learning methods NHT and TPS had an effect on the student’s achievement in the periodic system of elements. NHT method is better than TPS. It showed by student’s cognitive achievement in NHT and TPS class 82,79 and 78,18, respectively; affective achievement 82,74 and 78,21, (2) the prior knowledge had an effect on the student’s achievement in the periodic system of elements. Student who have high prior knowledge get better achievement than of have low prior knowledge. It showed by cognitive achievement of high prior knowledge student and the low prior knowledge student 81,77 and 78,28, respectively; affective achievement 81,86 and 78,12, (3) there is no interaction among NHT and TPS with prior knowledge to the student’s achievement in the periodic system of elements. Keywords: NHT, TPS, Prior knowledge, Periodic System of Elements.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“…. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al Mujadalah : 11)
Tak kan ada yang sia-sia dari sebuah kesungguhan
....penuh kasih, berniat baik, mensyukuri kesehatan, merayakan kerja keras, memuliakan sesama, patuh pada Tuhan. (Mario Teguh)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk: Orang tuaku Adik-adikku Guru-guruku Sahabat-sahabatku Keluarga besarku Almamaterku
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan makalah skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Dr. M. Masykuri selaku Pembimbing I dan Ibu Nanik Dwi N, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. H. Sobirin, M. M.Pd selaku Kepala SMA N I Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini . 6. Bapak Sarwana, S.Pd, M.M selaku Guru Kimia SMA N I Karanganyar atas bantuan dan masukannya selama pengambilan data. 7. Siswa kelas X-3 dan X-4 SMA N I Karanganyar atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 8. Bapak dan Ibu Dosen Program Kimia yang telah memberi bekal pengetahuan kepada penulis. 9. Ibu dan Bapak serta keluarga atas semua doa dan dukungannya. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Adik-adikku yang telah memberikan keceriaan yang tak ternilai. 11. Mas Risang atas semua bantuan yang diberikan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 12. Teman-teman mahasiswa Kimia angkatan 2007. 13. Semua pihak yang telah berpatisipasi hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan kimia.
Surakarta, November 2011 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i PENGAJUAN .................................................................................................. ii PERSETUJUAN .............................................................................................. iii PENGESAHAN ............................................................................................... iv PERNYATAAN............................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... vii MOTTO ........................................................................................................... viii PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7 BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 9 A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9 1. Pembelajaran .......................................................................... 9 2. Belajar .................................................................................... 9 3. Teori Belajar .......................................................................... 11 commit to user 4. Pembelajaran Kooperatif........................................................ 15 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Metode Numbered Head Together ......................................... 18 6. Metode Think Pair Share ....................................................... 18 7. Kemampuan Awal...................................................................19 8. Prestasi Belajar.........................................................................20 9. Sistem Periodik Unsur…….....................................................22 B. Hasil Penelitian yang Relevan…...................................................28 C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 29 D. Hipotesis....................................................................................... 32 BAB III . METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33 A. Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................... 33 B. Metode Penelitian ........................................................................ 33 C. Populasi dan Sampel .................................................................... 34 D. Teknik Pengambilan Data ............................................................ 35 E. Teknik Analisis Data .................................................................... 46 BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 49 A. Deskripsi Data .............................................................................. 49 B. Pengujian Persyaratan Analisis ..................................................... 54 C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................. 55 D. Pembahasan ................................................................................. 58 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66 A. Kesimpulan .................................................................................. 66 B. Implikasi........................................................................................ 67 B. Saran............................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penetapan Golongan dan Periode ............................................................ 26 Tabel 2. Desain Penelitian : Faktorial 2x2.............................................................33 Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Awal........................................ ................................................................. 39 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif................................39 Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kemampuan Awal.........................................................................................................40 Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif............40 Tabel 7. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kemampuan Awal.........................................................................................................41 Tabel 8. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif.......41 Tabel 9. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kemampuan Awal.........................................................................................................42 Tabel 10. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif...........43 Tabel 11. Skor Penilaian Afektif…………………………………………............44 Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif................45 Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif............45 Tabel 14. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah pada Kelas Eksperimen I (Metode Kooperatif NHT) dan Kelas Eksperimen II (Metode Kooperatif TPS)……………………………….50 Tabel 15. Data Skor Tertinggi dan Terendah Tes Kemampuan Awal Siswa pada Kelas Eksperimen I (Metode Kooperatif NHT) dan Kelas Eksperimen II (Metode Kooperatif TPS).........................................................................50 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah Kelas NHT dan TPS....................................................................................................51 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT dan TPS.....52 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT dan TPS.......53 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok……………………………………………...54 Tabel 20. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar......................................................................................................55 Tabel 21. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif................................55 Tabel 22. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Afektif..................................56 Tabel 23. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode dan Kemampuan Awal terhadap Prestasi Kognitif..............................................................57 Tabel 24. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode dan Kemampuan Awal terhadap Prestasi Afektif................................................................57 Tabel 25. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Kognitif...................................................58 Tabel 26. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Afektif.....................................................58
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Kemampuan Awal Siswa antara Kelas NHT dan TPS ...................................................................................... 51 Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT dan TPS……………………………………………………………....52 Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT dan TPS.......................................................................................................53
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Syllabus ............................................................................................ 71 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran................... ............................. 73 Lampiran 3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal .................................................... 107 Lampiran 4. Instrumen Penilaian Kemampuan Awal…….................................108 Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Penilaian Kemampuan Awal................114 Lampiran 6. Kisi-Kisi Penilaian Aspek Kognitif.................................................115 Lampiran 7. Instrumen Penilaian Prestasi Kognitif…………………………….117 Lampiran 8. Kunci Jawaban Prestasi Kognitif………………………………….128 Lampiran 9. Lembar Jawab……………………………………………………..129 Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Afektif………………………………………....131 Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif...……………………………………....132 Lampiran 12. Daftar Siswa Kelas X-3...……………………………………......135 Lampiran 13. Daftar Siswa Kelas X-4...……………………………………......137 Lampiran 14. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal…..……………………………......138 Lampiran 15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif……………..……………………………......139 Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Afektif……………......140 Lampiran 17. Data Induk Penelitian……………………………………………141 Lampiran 18. Banyaknya Siswa yang Terlibat Aktif dalam Pembelajaran….…142 Lampiran 19. Hasil Uji Keseimbangan ………………………………….….…143 Lampiran 20. Hasil Uji Normalitas...….………………………………….….…144 Lampiran 21. Hasil Uji Homogenitas....………………………………….….…149 Lampiran 22. Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi Kognitif..….…151 Lampiran 23. Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi Afektif..….…..152 Lampiran 24. Daftar Kelompok Kelas NHT…………………………....….…..153 Lampiran 25. Daftar Kelompok Kelas TPS.…………………………....….…..154 commit to user Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian….....…………………………....….…..155 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dari suatu bangsa sangat dibutuhkan dalam menghadapi era globalisasi yang menuntut kita untuk selalu mengikuti pesatnya kemajuan informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menghadapi perkembangan yang ada, maka pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk membentuk generasi penerus bangsa berkualitas yang kelak akan membangun bangsa dan negara sehingga mampu bertahan di era globalisasi dan bersaing dengan negara lain. Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui berbagai program dan kegiatan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan penyempurnaan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) (Mulyasa, 2007: 29). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) otonomi yang luas diberikan pada sekolah dan satuan pendidikan. Partisipasi dari masyarakat dan orang tua sangat diperlukan dalam pelaksanaan kurikulum ini. Selain itu, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta team kerja yang kompak dan transparan juga dituntut demi keberhasilan proses pendidikan. Menurut Mulyasa (2007: 31) dalam pelaksanaan KTSP, terdapat lima pilar belajar yang perlu ditegakkan, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran ini ditekankan keterlibatan aktif siswa secara maksimal dalam proses belajar mengajar yaitu dengan cara siswa belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh CavigliaHarris (2007), pencapaian hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif akan lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif atau pembelajaran individualistik. Selain itu, metode ini juga dapat menarik perhatian siswa terhadap berlangsungnya proses pembelajaran, meningkatkan keterampilan bersosial, membantu menyesuaikan diri, mengurangi perbedaan etnis dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Pada pembelajaran kooperatif siswa harus aktif mencari, menemukan, menyusun dan membentuk pengetahuan sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2011di kelas X semester II tahun pelajaran 2010/2011, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pelajaran Kimia kelas X di SMA Negeri I Karanganyar, siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, kerjasama antar siswa yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran masih kurang. Hal tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal. Berdasarkan daftar nilai mata pelajaran kimia tahun pelajaran 2010/2011, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk materi sistem periodik unsur adalah 68,25 yang masih rendah dari batas ketuntasan yaitu 75, sedangkan presentase siswa yang mencapai batas ketuntasan kurang dari 50%. Materi sistem periodik unsur merupakan salah satu materi dasar pelajaran kimia yang memiliki pengaruh penting untuk materi selanjutnya. Sehingga diperlukan adanya usahausaha untuk memperbaiki pembelajaran kimia pada materi pokok sistem periodik commit to user unsur. Salah satunya dengan melaksanakan metode pembelajaran kooperatif yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dapat meningkatkan keaktifan siswa dan juga agar siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan belajarnya. Penggunaan metode kooperataif dalam pembelajaran materi pokok sistem periodik unsur dilaksanakan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2006: 132) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada siswa diantaranya adalah faktor internal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri, yakni tingkat kecerdasan siswa, kemampuan, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa. Sedangkan faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Untuk mencapai hasil optimal, maka faktor internal dan pendekatan belajar tersebut perlu diupayakan dengan sebaik-baiknya. Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa karena kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Kemampuan awal juga dipandang sebagai keterampilan yang relevan yang dimiliki pada saat akan mulai mengikuti suatu pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran materi pokok sistem periodik unsur, pemahaman siswa tentang materi sebelumnya yaitu Perkembangan Teori Atom sangat diperlukan guna menunjang tercapainya keberhasilan belajar dalam materi sistem periodik unsur. Pencapaian tujuan belajar akan lebih mudah diperoleh bila faktor pendekatan belajar yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga dioptimalkan. Salah satunya adalah pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yang menuntut keaktifan siswa seperti metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS), sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui metode pembelajaran kooperatif struktural, siswa akan saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan to user semangat kerjasama, berlatih jawaban yang paling tepat, commit meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
berpendapat, menghargai pendapat dan bertukar pendapat yang disajikan dalam bentuk diskusi. Dengan demikian siswa dapat menginterpretasikan dan menggeneralisasikan fakta sampai membuat kesimpulan untuk suatu pengetahuan atau membentuk konsep, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pemahaman suatu konsep dan dibuktikan dengan mampu tidaknya mereka menjawab soal-soal dalam diskusi tersebut. Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual. Metode pembelajaran ini juga melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran serta memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sehingga, metode pembelajaran struktural ini menuntut siswa baik secara individul maupun kelompok untuk menguasai isi pelajaran tersebut. Dengan kelompok yang lebih besar dimana tediri dari empat sampai lima orang dalam satu kelompok, komunikasi yang dilakukan dalam berdiskusi lebih sulit, tetapi gagasan atau ide yang disumbangkan dalam penyelesaian masalah menjadi lebih beragam. Metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran kelompok dimana siswa diberi waktu lebih banyak memikirkan jawabannya dan saling membantu satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana karena dalam kelompok hanya terdiri dari dua orang. Salah satu kelebihan dari metode ini adalah dengan sedikit kelompok memudahkan mereka dalam berkomunikasi sehingga memperlancar jalannya diskusi, sedangkan kelemahannya adalah adanya keterbatasan dalam penyampaian gagasan atau ide. Dari
uraian
tersebut,
maka
perlu
diketahui
pengaruh
metode
pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur ditinjau dari kemampuan awal siswa. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul: “PEMBELAJARAN KOOPERATIF commit to user NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DAN TPS (THINK PAIR SHARE)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER I DI SMA NEGERI I KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Apakah metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
2.
Apakah metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mempengaruhi partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran materi pokok sistem periodik unsur?
3.
Apakah metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mempengaruhi tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran materi pokok sistem periodik unsur?
4.
Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur dengan metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share?
5.
Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
6.
Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka perlu diadakan commit user pembatasan masalah. Berdasarkan pada to latar belakang masalah dan identifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dalam penelitian ini dititikberatkan pada: 1.
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester I SMA N I Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
2.
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (untuk kelas eksperimen I) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (untuk kelas eksperimen II).
3.
Materi Pokok Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem periodik unsur yang mencakup sejarah perkembangan sistem periodik unsur, sistem periodik unsur modern, dan sifat periodik unsur.
4.
Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi rendah dan tinggi.
5.
Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif.
6.
Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dilihat dari prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah pada materi pokok sistem periodik unsur.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
1.
Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
2.
Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
3.
Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.
Pengaruh metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur.
2.
Pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur.
3.
Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur.
F. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat teoritis a. Untuk memberikan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. 2.
Manfaat praktis a. Memberikan bantuan kepada siswa sebagai usaha peningkatan hasil belajar kimia khususnya materi pokok bahasan sistem periodik unsur. b. Masukan bagi para guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia pada materi pokok sistem periodik unsur sehingga pencapaian hasil belajar siswa tinggi. c. Bahan acuan bagi para guru untuk menerapkan pembelajaran yang berorientasi
pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. d. Memberikan informasi bahwa metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat diterapkan untuk pembelajaran pada materi pokok sistem periodik unsur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sardiman (2007: 47) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang memungkinkan proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang memuaskan.
2. Belajar Belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pencapaian tujuan pendidikan
sebagaimana
yang
telah
ditentukan.
Winkel
(2001:
53)
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap dimana perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Menurut pendapat Morgan dalam Ngalim Purwanto (2004: 84), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai latihan dan pengalaman. Belajar disini sifatnya baru dan tumbuhnya hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
belajar ini didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan dan latihan-latihan yang diikuti. Oemar Hamalik (2003: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses membentuk pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik. Dari belajar orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar akan menjadi tahu. Dalam pencapaian tujuan belajar, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah (2006: 132) terdapat tiga macam faktor yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Adapun faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial antara lain; tingkat kecerdasan siswa, kemampuan, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Jika siswa berada dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar, maka diharapkan dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Teori Belajar Para ahli melakukan kajian tentang beberapa teori belajar dan kemudian mengelompokkannya. Pengelompokan teori belajar tersebut dilakukan dengan meninjau proses dan definisi belajar itu sendiri. Terdapat berbagai teori yang mendasari pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah teori Piaget, teori Vygotsky, teori kognitif, teori psikologi sosial, dan teori motivasi. a. Teori Piaget Piaget
merupakan
tokoh
pertama
yang
mengungkapkan
teori
konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Menurut Piaget anak secara mandiri mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi serta abstraksi baik secara sederhana maupun secara refleksi dalam membentuk pengetahuan fisis dan matematisnya. Piaget lebih menekankan pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Menurutnya pengetahuan lebih dibentuk oleh tiap individu yang sedang belajar. Prinsip-prinsip Piaget diterapkan dalam program pengajaran yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman nyata serta pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan adalah sebagai berikut: 1) memusatkan perhatian kepada proses berfikir anak, tidak sekedar pada hasilnya. Pengalaman-pengalaman
belajar
yang
sesuai
dikembangkan
dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif anak, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Anak didorong menemukan sendiri suatu pengetahuan melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, sehingga guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompokkelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Berdasarkan prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran, maka pembelajaran dengan metode kooperatif NHT dan TPS berkaitan dengan teori perkembangan kognitif Piaget, yaitu adanya peran guru sebagai fasilitator dalam kedua metode tersebut. Selain itu, adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan siswa mengharuskan guru melakukan upaya untuk mengatur aktivitas individu di dalam kelas menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga seluruh siswa dapat memperoleh pengetahuan baru yang sama. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kooperatif NHT dan TPS yang mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan terlibat aktif selama proses belajar dalam kelompok-kelompok kecil. b. Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah (Isjoni, 2010: 39). Ide yang diungkapkan Vygotsky adalah proses pembelajaran terjadi pada tingkat-tingkat
perkembangan
tertentu.
Salah
satunya
adalah
tingkat
perkembangan sesungguhnya yaitu saat anak mampu memecahkan masalah secara mandiri. Tingkat perkembangan yang lain adalah tingkat perkembangan potensial yaitu kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dalam teori Vygotsky disebutkan bahwa perkembangan kognitif seseorang selain ditentukan oleh individu sendiri secara aktif juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Kaitan antara teori Vygotsky dalam penelitian ini yaitu dengan penerapan metode NHT dan TPS yang mengharuskan adanya diskusi kelompok akan menyebabkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya. Pengetahuan baru yang telah dibangun siswa selanjutnya ditampilkan ke dalam kelompok untuk mendapatkan kesepakatan dan diterima secara bersama atau sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c. Teori Kognitif Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar, hal ini berarti aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktorfaktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1) siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, 2) anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit, 3) keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, 4) untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, 5) pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, 6) belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal, 7) adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka teori kognitif memiliki kaitan dengan penelitian ini. Metode kooperatif NHT dan TPS mengharuskan siswa dengan berbagai macam karakter individualnya bekerja dalam satu kelompok yang heterogen sehingga mereka aktif membangun pengetahuan barunya sebagai hasil dari asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalamannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
d. Teori Belajar Sosial Albert Bandura Teori belajar sosial atau observational learning yang dikembangkan Albert Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Berdasarkan pada teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh (modeling) serta pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori belajar Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Faktorfaktor yang berproses dalam belajar observasi adalah: 1) perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat, 2) penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik, 3) reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik, 4) motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri. Adapun prinsip-prinsip dalam faktor model atau teladan antara lain: 1) tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya, 2) individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya, 3) individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai serta memiliki nilai yang bermanfaat. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori ini sangat penting mendasari pembelajaran kooperatif dimana teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Melaui metode kooperatif NHT dan TPS maka commit to user diharapkan terjadinya proses belajar individu terhadap individu yang lain melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
suatu interaksi sosial yang terjalin sehingga dalam satu kelompok belajar, siswa dapat saling membantu memahami materi sistem periodik unsur. e. Teori Motivasi Motivasi merupakan
konsep
yang menjelaskan alasan seseorang
berperilaku. Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Oleh sebab itu, penghargaan kelompok itu pentingdan perlu diberikan kepada siswa agar prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Terdapat tiga struktur tujuan, yaitu: 1) kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain, 2) kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya, dan 3) individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Struktur tujuan kooperatif menciptakan situasi dimana satusatunya cara anggota kelompok bisa mencapai tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses sehingga anggota kelompok harus membantu teman satu timnya ataupun mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Berdasarkan uraian diatas, teori motivasi berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif NHT dan TPS. Tiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa yang lain dalam satu kelompoknya agar seluruh anggota dalam kelompok dapat memahami materi sistem periodik unsur yang diajarkan. Sehingga hal tersebut mendorong siswa untuk bekerja sama mencapai prestasi baik individu maupun kelompok.
4. Pembelajaran Kooperatif Menurut Anita Lie (2010: 12) pembelajaran kooperatif atau sistem pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Pada metode pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya (Slavin, 2008: 273). Menurut Nurhadi (2004: 116) metode-metode yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a.
Metode STAD
b.
Metode Jigsaw
c.
Metode GI (Group Investigation)
d.
Metode Struktural : 1) TPS (Think Pair Share) 2) NHT (Numbered Head Together) Pembelajaran
kooperatif
merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 2-5 orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2008: 4-8). Menurut Arends (2001: 6-7) terdapat enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah: a. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar siswa, b. Pada fase kedua diikuti oleh presentasi informasi, biasanya dalam bentuk teks lebih disukai daripada bentuk ceramah, c. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar, d. Dalam langkah berikutnya, siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen, e. Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari commit to user siswa, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
f. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan (Anita Lie, 2010: 31) : a.
Saling Ketergantungan Positif Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif b.
Tanggung Jawab Perseorangan Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka, sehingga siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi menyumbangkan sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. c.
Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi. d.
Komunikasi antar Anggota Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan
positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. e.
Evaluasi Proses Kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja commit to user sama dengan lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
5. Metode Numbered Head Together Menurut Anita Lie (2010: 59) metode ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992) dengan melibatkan para siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah berikut ini: (Arends, 2001: 18-19) a. Langkah 1-Penomoran (Numbering): Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5. b. Langkah 2-Pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan, seperti “Ada berapa negara bagian dalam Uni Eropa?” mereka juga bisa direktif, seperti “Pastikan bahwa setiap orang mengetahui ibu kota negara-negara yang batas-batasnya ada di Samudra Pasifik”. c. Langkah 3-Berpikir Bersama (Heads Together): Siswa menyatukan “ide” untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Langkah 4-Pemberian Jawaban (Answering): Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
6. Metode Think Pair Share Menurut Richard Arends (2001: 325) metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think Pair Share memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu commit usersaja menyelesaikan sajian pendek sama lain. Sebagai contoh, seorang gurutobaru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk mengkaji secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca. Guru lebih memilih strategi tanya jawab pada seluruh kelompok (Nurhadi, 2004: 120). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Think Pair Share menurut Arends (2001: 17-16) adalah sebagai berikut: a. Langkah 1-Berpikir (Thinking): Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran dan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan waktu satu menit untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk isu tersebut. b. Langkah 2-Berpasangan (Pairing): Setelah itu guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan. Interaksi selama periode ini dapat berupa saling berbagi jawaban atas pertanyaan
yang
diajukan
atau
berbagai
ide
dalam
menyelesaikan
permasalahan. Biasanya guru memberikan waktu lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan. c. Langkah 3-Berbagi (Sharing): Dalam langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing dengan seluruh kelas. Lebih efektif bagi guru untuk berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasangan ke pasangan yang lain sampai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka.
7. Kemampuan Awal Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum pembelajaran dimulai, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti commit to user pembelajaran (http://edukasi.kompasiana.com).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Niken Eka Priyani (2010) menyatakan bahwa kemampuan awal merupakan penguasaan konsep awal yang harus dikuasai siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan kata lain kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan yang relevan yang dimiliki pada saat akan mulai mengikuti suatu pembelajaran. Kemampuan awal menjadi prasyarat untuk materi berikutnya. Menurut Gagne (1992: 152-156) dalam Niken Eka Priyani (2010), prasyarat dibagi menjadi dua macam. “Pertama, prasyarat esensial (esssensial prerequisites) yaitu prasyarat yang merupakan bagian dari keseluruhan ketrampilan yang ingin diperoleh, tidak membantu atau suportif. Kedua, prasyarat suportif (supportive prerequisites) yaitu prasyarat yang dapat membantu pembelajaran baru agar lebih mudah atau cepat”. Pada penelitian ini kemampuan awal yang diperhitungkan adalah kemampiuan awal prasyarat yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada materi pokok sebelumnya (perkembangan teori atom) yang meliputi: 1) partikel penyusun atom, 2) nomor atom dan nomor massa, 3) lambang-lambang unsur, 4) model atom Bohr, 5) konfigurasi elektron serta elektron valensi dari suatu atom unsur tertentu. Pengukuran kemampuan awal dalam penelitian ini diambil dari nilai tes kemampuan awal sebelum memasuki materi sistem periodik unsur. Jumlah butir soal disesuaikan dengan indikator yang dibuat yaitu 20 butir soal.
8. Prestasi Belajar Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda ”prestatie” yang dalam bahasa Indonesia berarti hasil yang dicapai. Dalam kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1998: 787), arti dari ”prestasi belajar” adalah penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 2) prestasi belajar diartikan sebagai usaha nyata yang diukur untuk memenuhi kebutuhan didaktik dan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai siswa setelah commit to useryang menunjukkan suatu indikator mengikuti serangkaian proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai siswa. Prestasi belajar dapat menjadi bukti keberhasilan siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya. Prestasi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk nilai tes yang menunjukkan hasil prestasi setelah siswa mendapatkan materi pelajaran. Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3-4) antara lain: a.
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c.
Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d.
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
e.
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penilaian prestasi
belajar meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. a. Aspek kognitif Menurut Mulyati Arifin (2001: 24-25) aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah antara lain fakta-fakta, konsep, prinsip, teori, dan penerapannya dalam kehidupan. Proses ilmiah antara lain pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. b. Aspek afektif Menurut Bloom dalam Sardiman (2007: 23-24) aspek afektif dibagi menjadi lima jangkauan kemampuan (level of competence) yaitu recieving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi). c. Aspek psikomotor Aspek psikomotor menyangkut ketrampilan motorik atau manipulasi objek. Aspek ini terdiri dari tiga macam jangkauan kemampuan yaitu initiatory domain, user Sardiman 2007: 23-24). pre-routine level, routinized level commit (Bloomto dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Pada fokous penelitian ini, penilaian prestasi belajar hanya meliputi ranah kognitif dan afektif.
9. Sistem Periodik Unsur Berdasarkan kurikulum 2006, sistem periodik unsur adalah salah satu materi pokok mata pelajaran kimia yang diajarkan pada siswa kelas X semester I. Materi ini merupakan materi dasar dalam ilmu kimia yang harus dipelajari oleh siswa karena materi tersebut diperlukan sebagai dasar dalam mempelajari ilmu kimia selanjutnya. Adapun sub pokok bahasan pada materi pokok ini meliputi pengertian sistem periodik unsur, perkembangan sistem periodik unsur, dan sifatsifat periodik unsur. Berikut ini adalah pokok-pokok materi sistem periodik unsur yang diajarkan di SMA kelas X semester I a. Pengertian Sistem Periodik Unsur Sistem periodik memperlihatkan pengelompokan atau susunan unsur-unsur dengan tujuan mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat berbagai unsur yang berubah secara periodik. Penempatan unsur-unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan pada nomor atom dan kemiripan sifat. b. Perkembangan Pengelompokan Unsur-unsur 1) Pengelompokan Unsur-unsur Berdasar Sifat Logam-non logam Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier yang mengelompokkan unsur kedalam logam dan nonlogam. Pada waktu itu baru sekitar 20 jenis unsur yang sudah dikenal. Oleh karena pengetahuan tentang sifatsifat unsur masih sederhana, unsur-unsur tersebut kelihatannya berbeda antara yang satu dengan yang lain, artinya belum terlihat adanya kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Pengelompokkan unsur atas logam dan nonlogam masih sangat sederhana, sebab antara sesama logam pun masih terdapat banyak perbedaan (Michael Purba, 2006: 65). 2) Hukum Triade Dobereiner Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner melihat adanya kemiripan sifat di antara beberapa unsur, lalu mengelompokkannya menurut kemiripan sifat user yang ada. Ternyata tiap kelompokcommit terdiri to atas tiga unsur, sehingga disebut Triade.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Ternyata terdapat kecenderungan di mana massa atom unsur yang di tengah merupakan rata-rata massa atom 2 unsur yang mengapit. Contoh: Kelompok Li, Na, K ϜȖȖϜ ϜƼú 꼸Ϝ 狰
ϜȖȖϜ ϜƼú
2
ϜȖȖϜ ϜƼú
Kelemahan pengelompokan ini terletak pada kenyataan bahwa jumlah unsur yang memiliki kemiripan sifat tidak hanya 3 buah (Arifatun Anifah Setyawati, 2009: 21). 3) Hukum Oktaf Newlands Tahun 1864, A.R. Newlands mengumumkan penemuannya yang disebut hukum Oktaf. Unsur-unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur nomor 1 dengan 8, unsur nomor 2 dengan 9, dst.) menunjukkan kemiripan sifat atau bisa dikatakan terjadi perubahan sifat unsur yang teratur. Kecenderungan tersebut dinyatakan sebagai hukum Oktaf Newland, yaitu: Jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur kedelapan. Pada saat daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan. Ternyata pengelompokan ini hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan (Ar rendah) dan unsur-unsur yang saling berhimpitan. Jika daftar unsur diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan (Arifatun Anifah Setyawati, 2009: 21). 4) Hukum Mendeleev Tahun 1869, sarjana bangsa Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleev berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal saat itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Hal itu berarti jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik. Mendeleev juga membuat suatu daftar periodik unsur. Unsur-unsur yang mempunyai persamaan sifat ditempatkan dalam satu lajur vertikal yang disebut golongan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Dalam mengelompokkan unsur-unsur, Mendeleev lebih menekankan pada persamaan sifat unsur dibandingkan dengan kenaikan massa atom relatifnya, sehingga terdapat tempat-tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempattempat kosong ini yang kemudian diramalkan akan diisi unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan. Di kemudian hari ramalan itu terbukti dengan ditemukannya unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang mirip sesuai ramalannya. Kelemahan Tabel Periodik Mendeleev sebagai berikut. a) Penempatan unsur yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya karena mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongannya. b) Masih banyak unsur yang belum dikenal pada masa itu sehingga dalam tabel terdapat banyak tempat kosong. 5) Tabel Periodik Modern Tahun 1913 Henry Moseley menemukan bahwa urutan kenaikkan nomor atom sama dengan urutan kenaikkan massa atom. Hasil ini diperoleh berdasarkan pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikkan nomor atom adalah sistem periodik modern dan kemudian sering disebut tabel periodik unsur. Didalam sistem periodik modern ditemukan keteraturan pengulangan sifat dalam periode (baris) dan kemiripan sifat dalam golongan (kolom). a) Golongan Golongan adalah susunan unsur-unsur dalam SPU ke arah tegak (vertikal). Secara garis besar unsur-unsur dalam Tabel Periodik Modern dibagi dalam 2 golongan, yaitu: Golongan Utama (A), meliputi: (1) Golongan IA disebut golongan alkali; (2) Golongan IIA disebut golongan alkali tanah; (3) Golongan IIIA disebut golongan boron/aluminium; (4) Golongan IVA disebut golongan karbon/silikon; (5) Golongan VA disebut golongan nitrogen/fosfor; (6) Golongan golongan VIA disebut golongan oksigen/sulfur; (7) Golongan golongan VIIA disebut golongan halogen; to user (8) Golongan golongancommit VIIIA/O disebut golongan gas mulia/gas inert.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Golongan Transisi (B), meliputi: Golongan IB sampai dengan VIIIB. Khusus golongan B akan dibahas di kelas XI. b) Periode Periode adalah susunan unsur-unsur dalam SPU arah mendatar (horizontal). Periode dibagi 2 yaitu periode pendek dan periode panjang. Periode pendek, meliputi: (1) Periode 1 terdiri atas 2 unsur; (2) Periode 2 terdiri atas 8 unsur; (3) Periode 3 terdiri atas 8 unsur. Sedangkan periode panjang meliputi: (1) Periode 4 terdiri atas 18 unsur; (2) Periode 5 terdiri atas 18 unsur; (3) Periode 6 terdiri atas 32 unsur. (4) Periode 7 belum lengkap. 6) Penetapan Golongan dan Periode Penetapan golongan dan periode dengan cara menuliskan konfigurasi elektron, kemudian elektron valensi (jumlah elektron pada kulit terluar) merupakan nomor golongan. Sedangkan jumlah kulit yang sudah terisi elektron menunjukkan periode. Penetapan golongan dan periode untuk kelas X, hanya untuk golongan utama (golongan A). Sehingga nomor golongan langsung merupakan golongan A. Contoh penetapan golongan dan periode dapat dilihat pada tabel 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Tabel 1. Penetapan Golongan dan Periode
Unsur
Konfigurasi elektron
Jumlah elektron terluar
Jumlah kulit
Golongan
Periode
4Be
2 2
2
2
IIA
2
7N
2 5
5
2
VA
2
10Ne
2 8
8
2
VIIIA
2
14Si
2 8 4
4
3
IVA
3
7) Sifat-sifat Periodik Unsur Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom. Sifat-sifat periodik berkaitan dengan susunan elektron unsur, misalnya jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron keelektronegatifan, sifat logam, serta titik didih dan titik leleh. a) Jari-jari Atom Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. Bagi unsurunsur yang segolongan, jari-jari atom makin ke bawah makin besar sebab jumlah kulit yang dimiliki atom makin banyak, sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom. Unsur-unsur yang seperiode memiliki jumlah kulit yang sama. Akan tetapi, tidaklah berarti mereka memiliki jari-jari atom yang sama pula. Semakin ke kanan letak unsur, proton dan elektron yang dimiliki makin banyak, sehingga tarik-menarik inti dengan elektron makin kuat. Akibatnya, elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti. Jadi, bagi unsur-unsur yang seperiode, jarijari atom makin ke kanan makin kecil. Dalam satu golongan, konfigurasi unsurunsur satu golongan mempunyai jumlah elektron valensi sama dan jumlah kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron valensi dengan inti semakin jauh, sehingga jari-jari atom dalam satu golongan makin ke bawah makin besar. b) Energi Ionisasi Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron commit to user terluar suatu atom. Energi ionisasi ini dinyatakan dalam satuan kJ mol–1. Unsur-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
unsur yang segolongan, energi ionisasinya makin ke bawah semakin kecil karena elektron terluar makin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah dilepaskan. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat, sehingga energi ionisasi pada umumnya makin ke kanan makin besar. Ada beberapa perkecualian yang perlu diperhatikan. Golongan IIA, VA, dan VIIIA ternyata mempunyai energi ionisasi yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada energi ionisasi unsur di sebelah kanannya, yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur golongan IIA, VA, dan VIIIA mempunyai konfigurasi elektron yang relatif stabil, sehingga elektron sukar dilepaskan. c) Keelektronegatifan Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain. Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen. Konsep keelektronegatifan ini pertama kali diajukan oleh Linus Pauling (1901 – 1994) pada tahun 1932. Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab gaya tarik inti makin lemah. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan makin besar. Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai keelektronegatifan. Hal ini karena sudah memiliki 8 elektron di kulit terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar berada pada golongan VIIA. d) Afinitas Elektron Afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses penambahan 1elektron pada satu atom netral dalam wujud gas, sehingga terbentuk ion bermuatan –1. Afinitas elektron juga dinyatakan dalam kJ mol–1. Unsur yang memiliki afinitas elektron bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap electron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap elektron (kecenderungan membentuk ion negatif). e) Sifat Logam Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi. Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap elektron (memiliki keelektronegatifan yang besar). f) Titik Didih dan Titik Leleh Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri
ke kanan sampai golongan IVA, kemudian turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA. (2)
Dalam
satu
golongan,
ternyata
ada
dua
jenis
kecenderungan: unsur-unsur golongan IA – IVA, titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA – VIIIA, titik cair dan titik didihnya makin tinggi (J. M. C. Johari dan M. Rachmawati, 2009: 82).
B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Shafiuddin (2010) dengan
judul “Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics”, diketahui bahwa pembelajaran kooperatif hasilnya lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran
yang
menggunakan
metode
konvensional.
Pembelajaran
konvensional akan meningkatkan prestasi belajar siswa pada tingkat tertentu, namun jika dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif, hasil pembelajaran konvensional tidak akan sama efektifnya. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanya Yerigan (2008) yang berjudul commit to user “Getting Active In The Classroom”. Penelitian tersebut menggunakan lima macam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
strategi pembelajaran aktif yaitu One-minute Paper, Jigsaw, Diskusi, Casual Answer Tool (CAT) dan TPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima macam strategi pembelajaran aktif tersebut dapat meningkatkan nilai siswa ratarata 12% dan dapat meningkatkan keaktifan siswa rata-rata 75% (Journal of College teaching & Learning, 2008, Vol 5 (6): 19-24).
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1.
Pengaruh metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang berperan
penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam menggunakan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Numbered Head Together (NHT) dan metode Think Pair Share (TPS). Kelebihan dari metode Numbered Head Together (NHT) yaitu merupakan metode pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, siswa aktif menjawab pertanyaan, memotivasi dalam belajar, melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok. Adapun kekurangan dari metode Numbered Head Together (NHT) adalah pengkondisian kelas kurang, memerlukan banyak waktu untuk diskusi, siswa yang aktif akan tampak aktif dan siswa yang pasif akan tampak pasif. Kelebihan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu secara individu siswa mampu mengembangkan pemikiran masing-masing karena adanya waktu berfikir, akuntabilitas berkembang, serta kecilnya jumlah anggota kelompok dapat mendorong seluruh siswa untuk terlibat lebih aktif. Sedangkan kelemahan metode Think Pair Share (TPS) adalah ide-ide yang muncul lebih sedikit karena hanya terdiri dari dua anggota dalam kelompok commit to user berpasangannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) tergolong ke dalam jenis metode kooperatif struktural yaitu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dengan sistem gotong-royong. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya. Materi sistem periodik unsur merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang relatif baru bagi siswa kelas X SMA. Materi ini berisi tentang konsep-konsep dan teori-teori dimana keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan menanamkan pemahaman konsep yang lebih kuat jika dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Materi ini juga memerlukan pemahaman dan daya hafalan yang cukup sehingga diperlukan suatu metode yang dapat mempermudah cara belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif struktural diprediksi dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep karena siswa dapat berdiskusi dengan temannya tentang permasalahan yang ditemui sehingga siswa dapat saling membantu dalam kelompoknya untuk menguasai konsep pada materi sistem periodik unsur. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif struktural NHT ataupun TPS diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2.
Pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur Kemampuan awal merupakan suatu pengetahuan atau keterampilan yang
relevan yang dimiliki pada saat akan mulai mengikuti suatu pembelajaran. Jadi kemampuan yang diperoleh siswa dari pengalaman sebelumnya dapat menjadi bekal untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. Jika diterapkan dalam konteks pembelajaran di kelas, dapat dikatakan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi akan dapat menguasai bahan ajar dengan cepat. Sedangkan siswa dengan kemampuan awal rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai bahan ajar yang sama. Oleh sebab itu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dapat diprediksi bahwa kemampuan awal mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. 3.
Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. Pada kegiatan pembelajaran, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan contoh faktor internal adalah kemampuan awal yang dimiliki siswa. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pembelajaran sistem periodik unsur dan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, maka diperlukan
kemampuan awal yang tinggi dan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Pada pembelajaran materi pokok sistem periodik unsur dengan menggunakan metode pembelajaran NHT dan TPS ditinjau dari kemampuan awal siswa diprediksi akan terjadi fenomena di mana siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan menggunakan metode pembelajaran NHT akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode TPS. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada kelas dengan metode TPS diprediksi akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode NHT, sebab pada metode TPS siswa dengan kemampuan awal rendah memiliki kesempatan untuk berfikir sendiri lebih banyak serta komunikasi dan interaksi yang terjalin dengan rekan satu kelompoknya lebih intensif, sehingga diprediksi akan menyebabkan siswa tersebut lebih memahami materi pelajaran. Secara umum, pada materi pokok sistem periodik unsur, siswa yang diajar dengan metode pembelajaran NHT akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran TPS jika siswa tersebut memiliki kemampuan awal yang tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Dari uraian di atas diduga ada interaksi antara metode pembelajaran NHT dan TPS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur.
D. Hipotesis 1. Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. 2. Kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem periodik unsur. 3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jalan A.W Monginsidi No. 03 Karanganyar, pada kelas X semester gasal Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut: a.
Pembuatan Proposal
April 2011-Mei 2011
b.
Uji Coba Instrumen
Juli 2011
c.
Penelitian dan Pengambilan Data
Agustus-September 2011
d.
Penyusunan Hasil Penelitian
September-November 2011
B. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2 yang berupa randomized group posttest only. Adapun bagan desain penelitian tersaji pada Tabel 5: Tabel 2. Desain Penelitian : Faktorial 2x2 Metode
NHT (A1)
TPS (A2)
A1B1 A1B2
A2B1 A2B2
Kemampuan Awal Tinggi (B1) Rendah (B2) Keterangan : A1
: Metode pembelajaran Numbered Head Together
A2
: Metode pembelajaran Think Pair Share commit to user : Kemampuan awal tinggi
B1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
B2
: Kemampuan awal rendah
2.
Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
melakukan observasi pada siswa SMA Negeri I Karanganyar, yakni meliputi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas yang dimiliki,
b.
melakukan uji coba terhadap soal kemampuan awal, kemampuan kognitif dan afektif pada siswa kelas XI IPA,
c.
menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen I dan eksperimen II secara random,
d.
memberikan tes untuk mengukur kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II,
e.
memberikan perlakuan A1 berupa penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together pada kelompok eksperimen I dan perlakuan A2 berupa penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share pada kelompok eksperimen II,
f.
memberikan posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan A1 dan A2,
g.
memberikan angket afektif untuk diisi oleh siswa.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester gasal SMA Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 8 kelas.
2. Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini sampel merupakan unit dalam populasi yang memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara commit tokelas user yang ada di SMA Negeri I individual tapi kelas. Dari kedelapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Karanganyar dilakukan pengambilan sampel secara acak sebanyak dua kelas yaitu kelas dengan metode NHT (kelas X-3) dan kelas dengan metode TPS (kelas X-4). Seluruh siswa dari kelas yang menjadi sampel dipilih menjadi sampel penelitian.
D. Teknik Pengambilan Data 1.Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar obyek pengamatan dan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1) Metode Pembelajaran a)
Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
b) Metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) 2) Kemampuan Awal Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal menjadi prasyarat untuk materi berikutnya. Pada penelitian ini kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi dua yaitu kemampuan awal tinggi dan rendah yang dapat diidentifikasi dari hasil tes kemampuan awal sebelum memasuki materi sistem periodik unsur. b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini adalah variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri I Karanganyar pada materi pokok sistem periodik unsur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2.
Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel Metode pembelajaran Think Pair Share dan metode pembelajaran Numbered Head Together berskala pengukuran nominal. Variabel kemampuan awal siswa berskala pengukuran interval yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor di atas / sama dengan skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah skor ratarata dimasukkan dalam kategori rendah.
3. Teknik Pengambilan Data Pada penelitian ini pengambilan data menggunakan metode tes dan metode angket. a. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui kemampuan kognitif setelah mempelajari materi pokok sistem periodik unsur. Bentuk instrumen berupa soal-soal objektif. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif diberikan sesudah proses pembelajaran sistem periodik unsur. Sedangkan tes pengukuran kemampuan awal dilakukan sebelum pembelajaran dilaksanakan. b. Metode Angket Teknik pengumpulan data dengan metode angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek afektif pada saat mempelajari materi pokok sistem periodik unsur yang berupa daftar cek. Pada penelitian ini, aspek afektif yang dinilai meliputi lima jenjang yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi/ pengalaman. Berdasarkan lima jenjang aspek afektif tersebut dikembangkan enam belas butir indikator.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Instrumen berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b. Instrumen Pengambilan Data Pokok Instrumen berupa tes kemampuan awal, tes prestasi belajar dan angket penilaian afektif. Instrumen dalam pengambilan data pokok terdiri dari penilaian kemampuan awal siswa dengan menggunakan seperangkat soal yang berkaitan dengan materi prasyarat sebelum memasuki materi sistem periodik unsur, seperangkat soal untuk mengukur kemampuan kognitif siswa, serta angket untuk mengetahui aspek afektif dari siswa saat mengikuti pembelajaran. 1) Instrumen Penilaian Kemampuan Awal dan Prestasi Belajar Kognitif Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan prestasi belajar kognitif berupa tes objektif yang terdiri dari 5 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Sebelum digunakan, perangkat tes ini diujicobakan kepada sekelompok siswa yang sudah menerima materi pokok sistem periodik unsur untuk mengetahui tentang validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda perangkat tes. a) Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas item atau validitas butir. Pada validitas item, sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Pada bentuk soal pilihan ganda, skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan angka 0. Menurut Saifuddin Azwar (2006: 19) menjelaskan bahwa, dalam kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri dari dua macam, yaitu
1 dan 0, perhitungan
koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi point biserial atau koefisien korelasi biserial. Rumus perhitungan koefisien korelasi commit to user biserial yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
rpbi =
Mp - Mt SD t
p q
Keterangan : rpbi
: koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisisen Validitas Item
Mp
: skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul
Mt
: skor rata-rata dari skor total
SDt
: deviasi standar dari skor total
p
: proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
banyaknya siswa yang menjawab benar jumlah seluruh siswa
p
:
q
: proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
q
:1–p
(Anas Sudiyono, 2008: 185)
Koefisien korelasi biserial ( γ pbi ) menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke Tabel r hasil korelasi product-moment. Hasil uji validitas instrumen kemampuan awal yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3. Soal yang invalid tidak digunakan lagi (drop). Masing-masing indikator soal dikembangkan menjadi lebih dari satu soal sehingga walaupun terdapat soal yang harus dihilangkan namun semua indikator tetap dapat terukur. Hasil uji validitas instrumen kemampuan awal yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 138.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Awal Variabel Soal-soal Materi Perkembangan Teori Atom
Jumlah Soal 30
Kriteria Valid Invalid 21 9
Hasil uji validitas instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 4. Soal yang invalid tidak digunakan lagi (drop). Masing-masing indikator soal dikembangkan menjadi lebih dari satu soal sehingga walaupun terdapat soal yang harus dihilangkan namun semua indikator tetap dapat terukur. Hasil uji validitas instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 140. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif Variabel Soal-soal Materi Sistem Periodik Unsur
Jumlah Soal 40
Kriteria Valid Invalid 31 9
b) Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliable bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas hendaknya langsung pada butir-butir item tes yang bersangkutan. Hal ini karena, jika dilakukan pembelahan tes bisa terjadi koefisien reliabilitas tes yang kita peroleh besarnya berbeda-beda. Pengujian reliabilitas tes objektif menggunakan rumus KR20 sebagai berikut : 2 é n ù é S t - å pi qi ù r11 = ê ê ú 2 St ë n - 1úû ëê ûú
Keterangan : r11
: koefisien reliabilitas tes
n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
St2
: varian total
pi
commit to userbutir tes yang bersangkutan : proporsi peserta yang menjawab benar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
qi
: proporsi peserta yang menjawab salah (qi = 1 - pi )
∑piqi : jumlah dari hasi perkalian pi dan qi (Anas Sudijono, 2008: 252-253). Hasil uji reliabilitas instrumen kemampuan awal yang dilakukan terangkum dalam Tabel 5. dan hasil uji reliabilitas instrumen kemampuan awal yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 138. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kemampuan Awal Variabel Soal-soal Materi Perkembangan Teori Atom
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
30
0.8206
Reliabel
Hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 6. dan hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 140. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Soal-soal Materi Sistem Periodik Unsur
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
40
0.8456
Reliabel
c) Uji Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh, berarti semakin mudah soal tersebut. Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
TK =
B JS
Keterangan : TK : Tingkat kesukaran soal B
: Jumlah responden yang menjawab benar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
JS
: Jumlah seluruh responden yang mengikuti tes
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,00 – 0,30
: Soal Sukar
0,31 ─ 0,70
: Soal Sedang
0,71 – 1,00
: Soal Mudah
(Depdiknas, 2009: 9).
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen kemampuan awal yang dilakukan terangkum dalam Tabel 7 dan hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian kemampuan awal yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 138. Tabel 7. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kemampuan Awal Taraf kesukaran soal Jumlah soal
Sukar
Sedang
Mudah
30
3
9
18
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 8 dan hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 140. Tabel 8. Rangkuman Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif Taraf kesukaran soal Jumlah soal
Sukar
Sedang
Mudah
40
7
19
14
d) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda (DP). Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang sudah memahami dan belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu commit to soal user maka semakin baik soal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Jika daya pembeda negatif berarti lebih banyak kelompok siswa yang belum memahami materi menjawab benar soal tersebut. Untuk mengetahui daya pembeda tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus korelasi poin biserial (rpbis) seperti berikut ini: rpbis =
xb - x s SD
pq
Keterangan : rpbis
: korelasi poin biserial
Xb
: rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Xs
: rata-rata skor siswa yang menjawab salah
SD
: simpangan baku skor total
p
: proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q
: 1-p
Kriteria daya pembeda: 0,40 – 1,00
: soal diterima baik
0,30 – 0,39
: soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,20 – 0,29
: soal diperbaiki
0,00 – 0,19
: soal tidak dipakai / dibuang
(Depdiknas, 2009: 12).
Hasil uji daya pembeda soal instrumen kemampuan awal yang dilakukan terangkum dalam Tabel 9 dan hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kemampuan awal yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 138. Tabel 9. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kemampuan Awal Daya Pembeda soal Jumlah
Soal
Soal
Soal
Soal Tidak
soal
Diterima
Diterima tapi
Diperbaiki
Dipakai
Baik
Diperbaiki
17
5
1
7
30
Berdasarkan data diatas, terdapat 5 item soal yang harus diperbaiki sebelum digunakan untuk mengukur kemampuan awal kelas eksperimen yaitu item nomor 9, 11, 14, 25, dan 30. Namun, item nomor 25 memiliki nilai validitas item yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
rendah (invalid) sehingga hanya item nomor 9, 11, 14, dan 30 yang diperbaiki. Setelah diperbaiki, soal digunakan untuk mengukur kemampuan awal kedua kelas tanpa diuji cobakan kembali. Hasil uji daya pembeda soal instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 10 dan hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 140. Tabel 10. Rangkuman Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif Daya Pembeda soal Jumlah
Soal
Soal
Soal
Soal Tidak
soal
Diterima
Diterima tapi
Diperbaiki
Dipakai
Baik
Diperbaiki
18
13
1
8
40
Berdasarkan data diatas, terdapat 14 item soal yang harus diperbaiki sebelum digunakan untuk mengukur prestasi kognitif kelas eksperimen yaitu item nomor 3, 4, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 22, 32, 34 dan 36. Namun, item nomor 8 dan 36 memiliki nilai validitas item yang rendah (invalid) sehingga hanya item nomor 3, 4, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 22, 32, dan 34 yang diperbaiki. Setelah diperbaiki, soal digunakan untuk mengukur prestasi kognitif kedua kelas tanpa diuji cobakan kembali. 2) Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang akan digunakan adalah berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus disediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum angket penilaian afektif digunakan untuk pengambilan data, instrumen diujicobakan dahulu guna mengetahui kualitas item angket. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Tabel 11. Skor Penilaian Afektif Skor
Skor untuk aspek yang dinilai
+
-
SS (selalu/sangat setuju)
4
1
S (sering/setuju)
3
2
TS (sangat jarang/tidak setuju)
2
3
STS (tidak pernah/sangat tidak setuju)
1
4
a) Uji Validitas Pengujian validitas terhadap instrumen penilaian afektif berupa validitas item dengan menggunakan formula korelasi Product Moment sebagai berikut:
rxy =
N (å XY ) - (å X )(å Y )
[(N å X
2
)(
- (å X ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
)]
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
N
: jumlah subyek
Kriteria pengujian : kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel
(Anas Sudijono, 2008: 181).
Soal yang invalid tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 144.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel Jumlah Soal Kriteria Angket Afektif
32
Valid
Invalid
26
6
b) Uji Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0), yaitu sebagai berikut: 2 æ n öæç å S i ö÷ r11 = ç ÷ 12 S t ÷ø è n - 1 øçè
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas suatu tes
n
: jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1
: bilangan konstan
åS St2
2 i
: jumlah varian skor dari tiap-tiap item : varian total
Kriteria pengujian: Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable). Jika r 11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable)
(Anas Sudijono, 2008: 208-209).
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 144. Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif Variabel Angket Afektif
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
32
0.873
Reliabilitas sangat tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
E. Teknik Analisis Data 1.
Uji Prasyarat
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji kesamaan rata-rata, normalitas, dan homogensitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. a.
Uji Kesamaan Rata-rata Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan keadaan awal antara
kedua kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan yang berupa pembelajaran dengan metode kooperatif NHT dan TPS. Uji ini dilakukan terhadap rata-rata nilai tes kemampuan awal siswa antara dua kelas eksperimen. Pengujian kesamaan rata-rata dilakukan dengan bantuan program SPSS 17. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: tidak ada perbedaan rata-rata
H1
: ada perbedaan rata-rata (Duwi Priyatno, 2009: 77).
2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan independent samples t test. Ketentuan pengambilan kesimpulan, jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. b.
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini dihitung menggunakan software SPSS 17. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: data berdistribusi normal
H1
: data
tidak berdistribusi normal
2) Statistik Uji Tes normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 diterima ketika signifikansi > 0,05. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05 (Duwi Priyatno, 2009: 46).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
c.
Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini dihitung menggunakan software SPSS 17. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: data homogen
H1
: data tidak homogen
2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan test of homogeneity of variances dengan berdasar pada homogeneity based on mean. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 diterima ketika signifikansi > 0,05. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
2.
Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel terikat. a. Uji Hipotesis: 1) H0A
: Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui
metode NHT dan metode TPS terhadap prestasi belajar siswa. H1A
: Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui
metode NHT dan metode TPS terhadap prestasi belajar siswa. 2) H0B
: Tidak ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa. H1B
: Ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa. 3) H0AB
: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran kooperatif
dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1AB
: Ada interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dengan commit to user kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
b. Statistik Uji : Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika signifikansi < 0,05. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05 (Duwi Priyatno, 2009: 97). c. Uji Lanjut Anava: Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah menggunakan uji Mean dan Interaction Plot. Tujuan dari uji Mean adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan metode uji Mean, kita dapat melakukan juga melalui uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada interaksi jika terjadi perpotongan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi skor kemampuan awal siswa dan nilai prestasi belajar pada materi pokok sistem periodik unsur. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan afektif. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (penggunaan metode kooperatif NHT) dan kelas eksperimen II (penggunaan metode kooperatif TPS). Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 68 siswa dari kelas X-3 dan X-4 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
1. Data Skor Kemampuan Awal Siswa Data penelitian mengenai skor kemampuan awal siswa diperoleh melalui tes kemampuan awal. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah. Pengelompokan ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau diatasnya termasuk kategori tinggi dan siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata termasuk kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata skor kemampuan awal siswa adalah 15. Jadi, seorang siswa termasuk kategori mempunyai kemampuan awal tinggi jika skor kemampuan awalnya ≥ 15 dan termasuk kategori mempunyai kemampuan awal rendah jika siswa tersebut mempunyai skor kemampuan awal < 15. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah secara rinci disajikan dalam Tabel 14 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Tabel 14. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah pada Kelas Eksperimen I (Metode Kooperatif NHT) dan Kelas Eksperimen II (Metode Kooperatif TPS) Kemampuan
Metode Kooperatif
Awal
NHT
Metode Kooperatif TPS
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Tinggi
23
67,65
20
58,82
Rendah
11
32,35
14
41,18
Jumlah
34
100
34
100
Gambaran umum mengenai skor nilai tertinggi dan terendah tes kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen I (metode kooperatif NHT) dan kelas eksperimen II (metode kooperatif TPS) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Data Skor Tertinggi dan Terendah Tes Kemampuan Awal Siswa pada Kelas Eksperimen I (Metode Kooperatif NHT) dan Kelas Eksperimen II (Metode Kooperatif TPS) Metode Kooperatif NHT
Metode Kooperatif TPS
Skor Tertinggi Skor Terendah
18
19
10
6
Perbandingan kemampuan awal tinggi dan rendah antara kelas NHT dan TPS dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah Kelas NHT dan TPS Kelas
No
Kelas NHT
Nilai
Interval
Tengah Frekuensi
Kelas TPS
%
Frekuensi
%
1
6,0 – 8,1
7.05
0
0
4
11,76
2
8,2 – 10,3
9.25
1
2,94
3
8,83
3
10,4 – 12,5
11.45
5
14,71
1
2,94
4
12,6 – 14,7
13.65
5
14,71
6
17,64
5
14,8 – 16, 9
15.85
15
44,11
11
32,35
6
17,0 – 19,1
18.05
8
23,53
9
26,48
34
100
34
100
Jumlah
15 F r e k u e n s
15
11
10 4
i 5 0
1
3
5
5
6
8
9
Frekuensi NHT Frekuensi TPS
1
0 7.05
9.25 11.45 13.65 15.85 18.05 Nilai Tengah
Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Kemampuan Awal Siswa antara Kelas NHT dan TPS 2. Data Prestasi Kognitif Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Kelas NHT dan TPS Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan terhadap dua kelas eksperimen memberikan rata-rata nilai yang berbeda. Rerata nilai kognitif pada kelas dengan metode kooperatif NHT adalah 82,79 sedangkan pada kelas TPS mempunyai rerata 78,18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Perbandingan prestasi belajar kognitif antara kelas NHT dan TPS dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT dan TPS Kelas NHT
Kelas TPS
Kelas
Nilai
Interval
Tengah
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
71,0 – 74,6
72,8
2
5,89
8
23,53
2
74,7 – 78,3
76,5
6
17,65
13
38,24
3
78,4 – 82,0
80,2
6
17,65
7
20,59
4
82,1 – 85,7
83,9
8
23,53
2
5,89
5
85,8 – 89,4
87,6
8
23,53
4
11,75
6
89,5 – 93,1
91,3
4
11,75
0
0
34
100
34
100
No
Jumlah
F r e k u e n s
13
15 8
10 i
5
6
6
7
2
8
Frekuensi NHT Frekuensi TPS
8 4
2
4 0
0 72.8
76.5
80.2
83.9
87.6
91.3
Nilai Tengah
Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT dan TPS 3. Data Prestasi Afektif Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Kelas NHT dan TPS Berdasarkan hasil pengisian angket afektif siswa, diketahui bahwa dua perlakuan yang diberikan memberikan hasil yang berbeda. Pada kelas yang dikenai metode NHT mempunyai rata-rata nilai 82,74 sedangkan kelas yang yang dikenai metode commit to user TPS mempunyai rata-rata 78,21.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Perbandingan prestasi belajar afektif antara kelas NHT dan TPS dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT dan TPS Kelas
No
Kelas NHT
Nilai
Interval
Tengah Frekuensi
Kelas TPS
%
Frekuensi
%
1
70,0-73,6
71,8
2
5,89
6
17,65
2
73,7-77,3
75,5
6
17,65
10
29,41
3
77,4-81,0
79,2
4
11,75
11
32,35
4
81,1-84,7
82,9
9
26,47
1
2,95
5
84,8-88,4
86,2
6
17,65
4
11,75
6
88,5-92,1
90,3
7
20,59
2
5,89
34
100
34
100
Jumlah
F r e k u e n s
15
11
10 10 i 5
6
6
2
9 6
4
Frekuensi NHT Frekuensi TPS
7 4
2
1
0 71.8
75.5
79.2
82.9
86.2
90.3
Nilai Tengah
Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT dan TPS
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Kesamaan Rata-rata
Hasil uji kesamaan rata-rata menggunakan SPSS 17 dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 149. Dari perhitungan Uji t Dua Pihak (Paired T-Test) didapatkan commit to user nilai t sebesar 1,065 dengan signifikansi 0,292. Karena signifikansi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
diperoleh > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki nilai ratarata yang sama. 2.
Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil komputasi dengan SPSS 17 dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 150, hasilnya disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok No.
Kriteria Pengelompokan Data
Signifikansi Kognitif
Afektif
1.
Metode NHT
0,200
0,200
2.
Metode TPS
0,138
0,070
3.
Kemampuan Awal Tinggi
0,200
0,200
4.
Kemampuan Awal Rendah
0,200
0,200
5.
NHT-Kemampuan Awal Tinggi
0,200
0,200
6.
NHT-Kemampuan Awal Rendah
0,200
0,200
7.
TPS-Kemampuan Awal Tinggi
0,093
0,200
8.
TPS-Kemampuan Awal Rendah
0,200
0,198
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh harga signifikansi > 0,05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan perhitungan SPSS 17. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 21 halaman 155, adapun rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel 20. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar No.
Kriteria Perbandingan
Signifikansi Kognitif
Afektif
1.
Metode NHT -Metode TPS
0,401
0,389
2.
Kemampuan Awal
0,314
0,280
3.
Metode – Kemampuan Awal
0,105
0,182
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians yang sama.
C. Hasil Pengujian Hipotesis 1.
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman 157. Adapun rangkuman hasil analisis variansi dua jalan disajikan sebagai berikut : Tabel 21. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif No.
Terhadap Prestasi Kognitif
Signifikansi
1.
Metode
0,003
2.
Kemampuan Awal
0,014
3.
Metode* Kemampuan Awal
0,193
Kesimpulan: 1.
Signifikansi metode = 0,003 < 0,05, maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti metode berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
2.
Signifikansi kemampuan awal = 0,014 < 0,05, maka Ho (kemampuan awal tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
3.
Signifikansi interaksi metode dan kemampuan awal = 0,193 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap commit to user prestasi kognitif) tidak ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi kognitif. Tabel 22. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Afektif No.
Terhadap Prestasi Afektif
Signifikansi
1.
Metode
0,005
2.
Kemampuan Awal
0,010
3.
Metode* Kemampuan Awal
0,231
Kesimpulan: 1.
Signifikansi metode = 0,005 < 0,05, maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif) ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti metode berpengaruh terhadap prestasi afektif.
2.
Signifikansi kemampuan awal = 0,010 < 0,05, maka Ho (kemampuan awal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif) ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi afektif.
3.
Signifikansi interaksi metode dan kemampuan awal = 0,231 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif) tidak ditolak, (Signifikansi < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif.
Adapun perbandingan nilai rata-rata pengaruh antara metode dan kemampuan awal terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode dan Kemampuan Awal terhadap Prestasi Kognitif Nilai Rata-rata
Variabel
Metode Kooperatif
Kemampuan Awal commit to user
Prestasi Kognitif NHT
82,79
TPS
78,18
Tinggi
81,77
Rendah
78,28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Perbandingan nilai rata-rata pengaruh antara metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode dan Kemampuan Awal terhadap Prestasi Afektif Nilai Rata-rata
Variabel
Metode Kooperatif
Kemampuan Awal
Prestasi Afektif NHT
82,74
TPS
78,21
Tinggi
81,86
Rendah
78,12
Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Kognitif Metode Kooperatif
Kemampuan Awal
NHT
TPS
Tinggi
84,35
78.80
Rendah
79,55
77,29
Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Afektif Metode Kooperatif NHT
TPS
Kemampuan
Tinggi
84,35
79,00
Awal
Rendah
79,36
77,27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
D. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran koopertif tipe NHT dan TPS terhadap prestasi belajar siswa, perbedaan pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem periodik unsur Pada penelitian ini menggunakan 2 kelas yaitu kelas X-3 dan kelas X-4, dimana kelas X-3 digunakan sebagai kelas eksperimen metode NHT, sedangkan kelas X-4 digunakan sebagai kelas eksperimen metode TPS. Pada kelas NHT, dalam proses pembelajarannya siswa dibagi menjadi 8 kelompok, dengan 6 kelompok terdiri dari 4 orang siswa dan 2 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pada kelas TPS, jumlah kelompok dalam satu kelas adalah 17 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang siswa. Sebelum dilakukan penelitian, kedua kelas eksperimen diukur kemampuan awalnya terlebih dahulu. Pengukuran kemampuan awal dilakukan dengan pemberian tes mengenai materi perkembangan teori atom yang menunjang materi sistem periodik unsur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah NHT dan TPS yang merupakan jenis metode pembelajaran dari model cooperative learning, dimana dalam pembelajarannya dengan kerja kelompok. Pembentukan kelompok harus dibuat heterogen, sehingga dalam penelitian ini digunakan data kemampuan awal sebagai dasar pembentukan kelompok. Pada akhir pembelajaran materi sistem periodik unsur dilakukan test akhir yang bertujuan mengukur prestasi kognitif siswa dan pengisian angket untuk mengukur prestasi afektif.
1.
Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,003, sehingga Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Sementara itu pada prestasi user sehingga Ho (metode tidak afektif diperoleh signifikansi commit sebesar to0,005,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
berpengaruh terhadap prestasi afektif) ditolak, dengan kata lain metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, baik prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai dengan ungkapan Muhibbin Syah (2006: 132) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran NHT dan TPS memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif dan afektif. Dari data Tabel 23 dan Tabel 24 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif, rerata kelompok yang diajar menggunakan metode NHT lebih besar daripada rerata kelompok yang diajar menggunakan metode TPS. Penyebab keadaan ini adalah dalam pembelajaran menggunakan metode NHT, jumlah ide yang muncul dalam kelompok lebih banyak karena jumlah anggota dalam satu kelompok juga lebih besar, sehingga dengan metode NHT siswa diberikan kesempatan untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari alternatif jawaban yang lebih banyak dibandingkan pada metode TPS. Pembelajaran dengan metode NHT memungkinkan interaksi yang terjadi dalam kelompok berlangsung lebih intensif dibandingkan dalam kelas TPS, hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih memahami materi pelajaran. Selain itu, metode ini mendorong siswa untuk bekerja sama dengan teman dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat lebih merasa percaya diri akan pengetahuan yang ia miliki. Seiring dengan hal tersebut, saat menjawab pertanyaan dalam diskusi siswa yakin bahwa jawabannya sudah didiskusikan dan tidak hanya menurut pikirannya sendiri. Berbeda dengan metode TPS, sedikitnya jumlah anggota dalam kelompok membatasi adanya masukan pendapat dari teman satu kelompok. Hal ini menyebabkan kurangnya keanekaragaman atau perbedaan dalam berpendapat sehingga siswa kurang terlatih untuk berfikir kreatif. Kesempatan untuk mereview pengetahuan yang telah ia dapatkan juga tidak maksimal. Interaksi yang muncul saat kerja kelompok berlangsung tidak sebanyak pembelajaran dengan metode NHT sehingga siswa kurang termotivasi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan commit to user 3 tujuan yaitu: hasil belajar metode NHT dikembangkan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
akademik, penerimaan tentang keragaman dan pengembangan keterampilan. NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi
dan
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi.
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian, metode NHT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan TPS, diantaranya adalah: 1) melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat teman yang berbeda, hal ini ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang mengutarakan perbedaan pendapatnya dari siswa yang lain yaitu sebanyak 11,76% pada saat diskusi pertama, 8,88% saat diskusi kedua dan 14,70% saat diskusi ketiga, 2) memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang mengangkat tangan untuk mengerjakan soal di depan kelas yaitu sebanyak 38,23% pada saat diskusi pertama, 50% saat diskusi kedua dan 44,11% saat diskusi ketiga. Persentase tersebut nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan kelas TPS. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif NHT lebih baik daripada metode TPS pada materi pokok sistem periodik unsur terhadap prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif.
2.
Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,014, sehingga Ho (kemampuan awal tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Sementara itu pada prestasi afektif diperoleh signifikansi sebesar 0,010, sehingga Ho (kemampuan awal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif) ditolak, dengan kata lain kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, baik prestasi kognitif maupun afektif. Kemampuan awal merupakan prasyarat untuk memproleh kemampuan baru yang lebih tinggi, sehingga dalam melakukan aktivitas pembelajaran, kemampuan awal sangat berpengaruh terhadap aktivitas berikutnya. Berdasarkan data pada Tabel 23 commit to userrerata siswa yang mempunyai diketahui bahwa untuk prestasi kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa yang kemampuan awalnya rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Niken Eka Priyani (2010) tentang pengaruh kemampuan awal siswa pada prestasi belajar, yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi dapat menjawab permasalahan yang diberikan dengan baik serta lebih bersemangat saat diskusi berlangsung.
Proses
pembentukan
pengetahuan
baru
melibatkan
proses
internalisasi dan keaktifan siswa dalam menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Ini berarti bahwa keberhasilan siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal untuk menciptakan pengetahuan baru yg diperoleh dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan awal ini sangat penting dan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa pada materi perkembangan teori atom yang meliputi partikel penyusun atom, nomor atom dan nomor massa, lambang-lambang unsur, model atom Bohr, konfigurasi elektron serta elektron valensi dari suatu atom unsur tertentu. Penguasaan terhadap materi perkembangan struktur atom membantu siswa dalam mempelajari sistem periodik unsur. Partikel penyusun atom serta nomor atom dan nomor massa membantu siswa dalam mempelajari dasar perkembangan sistem periodik unsur yang dikembangkan oleh para ilmuwan kimia dari masa ke masa, sedangkan lambanglambang unsur membantu siswa dalam mengingat nama-nama unsur serta letaknya dalam tabel periodik. Sementara itu, konfigurasi elektron dan elektron valensi membantu siswa dalam mempelajari letak unsur-unsur dalam tabel periodik modern. Penguasaan konsep mengenai model atom Bohr yang menyatakan bahwa elektron beredar pada lintasan-lintasan tertentu (disebut dengan kulit atom) membantu siswa dalam mempelajari konsep keperiodikan sifat unsur dalam tabel sistem periodik unsur. Kaitan antara materi perkembangan teori atom dengan materi sistem periodik unsur tersebut dapat menjelaskan temuan data penelitian ini yang menyatakan bahwa kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan data yang diperoleh, kemampuan awal siswa juga mempengaruhi commit tooleh userdata Tabel 24 yang menunjukkan prestasi afektif. Kesimpulan ini diperkuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
bahwa rerata siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih besar dibandingkan rerata siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Siswa dengan kemampuan awal tinggi menjadi senang saat mempelajari materi sistem periodik unsur karena mereka telah memiliki dasar yang kuat yaitu penguasaan materi perkembangan teori atom sehingga pada saat pembelajaran akan lebih mudah membentuk pemahaman. Semangat belajar akan semakin meningkat ketika mereka menemukan hubungan antara konsep yang telah mereka peroleh dengan konsep baru yang mereka temukan. Sementara itu pada siswa dengan kemampuan awal rendah yang terjadi adalah kurangnya antusiasme untuk mempelajari materi sistem periodik unsur dikarenakan mereka tidak memiliki dasar yang kuat untuk membentuk konsep baru sehingga semangat belajar akan menurun karena merasa materi sistem periodik unsur sama sulitnya dengan materi sebelumnya. Oleh karena itu, siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah.
3.
Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,193, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi kognitif) tidak ditolak. Sementara itu pada prestasi afektif diperoleh signifikansi sebesar 0,231, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif) juga tidak ditolak, dengan kata lain tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia. Berdasarkan pembahasan hipotesis kedua, siswa dengan kemampuan awal tinggi akan memiliki prestasi yang lebih tinggi. Namun hal tersebut tidak disebabkan mutlak karena tingginya pengetahuan dasar yang mereka miliki untuk mempelajari materi berikutnya yang masih berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Terdapat banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, misalnya saja motivasi berprestasi yang ada dalam commitsiswa to usernilainya rendah dalam materi tiap-tiap individu. Ketika seorang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
perkembangan teori atom namun ia memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk meraih prestasi serta tingginya tingkat interaksi dengan lingkungan belajarnya, maka ia tetap dapat memperoleh prestasi belajar yang baik dalam materi sistem periodik unsur. Selama
penelitian
berlangsung,
kelas
TPS
lebih
mudah
dikendalikan
dibandingkan pada kelas NHT dikarenakan jumlah anggota yang lebih sedikit dalam satu kelompok. Namun jumlah anggota yang hanya dua orang menyebabkan saat diskusi berlangsung
siswa cenderung pasif. Sedikitnya
keanekaragaman ide tidak menuntut siswa untuk berpikir lebih luas. Pada kelas NHT, heterogenitas terjadi dalam berbagai hal, komunikasi antar siswa lebih terjalin dan saat berdiskusi siswa lebih tertantang untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian yang lebih pada kelas NHT agar situasi kelas tetap terkendali. Dari data Tabel 25 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif, rerata prestasi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih baik jika diajar dengan metode NHT daripada diajar dengan metode TPS, demikianpula pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pada kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun rendah memberikan pengaruh yang sama yaitu prestasinya akan lebih baik jika diajar menggunakan metode NHT. Sedangkan apabila dilihat dari metode yang digunakan, siswa yang diajar dengan metode NHT akan memiliki rerata prestasi yang lebih baik jika memiliki kemampuan awal tinggi daripada siswa yang kemampuan awalnya rendah, demikianpula pada kelompok siswa yang diajar dengan metode TPS. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang sama pada kelompok siswa yang diajar menggunakan metode NHT maupun TPS yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi akan memiliki prestasi yang lebih baik. Pada prestasi afektif, data Tabel 26 menunjukkan rerata prestasi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi juga akan lebih baik jika diajar dengan metode NHT daripada diajar dengan metode TPS, demikianpula pada siswa yang commit userdi atas dapat disimpulkan bahwa memiliki kemampuan awal rendah. Daritodata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
metode pembelajaran akan memberikan pengaruh prestasi afektif yang sama pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi maupun rendah yaitu prestasinya akan lebih baik jika diajar menggunakan metode NHT. Sedangkan apabila dilihat dari metode yang digunakan, siswa yang diajar dengan metode NHT akan memiliki rerata prestasi yang lebih baik jika memiliki kemampuan awal tinggi daripada siswa yang kemampuan awalnya rendah, demikian pula pada kelompok siswa yang diajar dengan metode TPS. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa akan memberikan pengaruh prestasi afektif yang sama pada kelompok siswa yang diajar dengan metode NHT maupun TPS yaitu prestasinya akan lebih baik jika siswa memiliki kemampuan awal yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur kelas X semester I SMA Negeri I Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, yaitu prestasi belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan metode NHT lebih baik daripada prestasi belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan metode TPS dengan dengan nilai rataan prestasi kognitif berturut-turut 82,79 dan 78,18. Demikian pula pada prestasi belajar afektif, prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode NHT lebih baik daripada yang diajar menggunakan metode TPS dengan nilai rataan prestasi afektif berturut-turut 82,74 dan 78,21. 2. Kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem periodik unsur kelas X semester I SMA Negeri I Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan nilai rataan prestasi kognitif berturut-turut 81,77 dan 78,28. Demikian pula pada prestasi belajar afektif, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar afektif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan nilai rataan prestasi afektif berturut-turut 81,86 dan 78,12. 3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) dengan kemampuan awal terhadap prestasi commit to user belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur kelas X semester I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
SMA Negeri I Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Artinya tingkat kemampuan awal dan penggunaan metode pembelajaran memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar sistem periodik unsur.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan antara lain : 1.
Implikasi Teoritis a. Metode pembelajaran NHT dan TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur. b. Metode pembelajaran NHT dan TPS dapat diterapkan pada semua tingkatan kemampuan awal, baik tinggi maupun rendah.
2.
Implikasi Praktis a. Pada pembelajaran kimia materi sistem periodik unsur sebaiknya disajikan dengan metode NHT. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan metode NHT lebih baik dibandingkan dengan metode TPS pada pembelajaran kimia materi sistem periodik unsur. b. Kemampuan awal siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam upaya mendapatkan prestasi belajar siswa yang baik.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam penggunaan
metode pembelajaran NHT dan TPS, hendaknya
dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan metode pembelajaran NHT dan TPS antara lain: menyiapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan, menguasai materi yang akan disampaikan, dan membagi kelompok seheterogen mungkin sehingga terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2. Dalam pelaksanaan metode NHT dan TPS perlu diperhatikan mengenai alokasi waktu yang digunakan untuk berdiskusi. 3. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan awal siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi sistem periodik unsur. 4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Anonim.
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-siswa/,
diakses pada tanggal 23 Maret 2011, pukul 12:53. Arifatun Anifah Setyawati. 2009. Kimia Mengkaji Fenomena Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2009. Analisis Butir Soal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Duwi Priyatno. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit ANDI E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Isjoni. 2010. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. J. M. C. Johari dan M. Rachmawati. 2009. Chemistry for Senior High School Grade X. Jakarta: Esis Michael Purba. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X Semester I. Jakarta: Erlangga. Mohammed Shafiuddin. 2010. Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics. International Journal of Educational Administration ISSN 0976-5883 Volume 2, No. 4, Hal. 589-595 Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Niken Eka Priyani. 2010. Pembelajaran TPS dan NHT Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Aktivitas Belajar. Tesis. Surakarta: UNS Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. . 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Richard Arends. 2001. Learning to Teach. Singapore: McGraw Hill. Robert E. Slavin. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. commit to user Bandung: Nusa Media