ARTIKEL MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI
Oleh I Wayan Sudarsana NIM 0816011124
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
” MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI ” I Wayan Sudarsana NIM. 0816011124 PENJASKESREK, FOK, Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha, Jalan Udayana Singaraja- Bali Tlp (0362) 32559 e-mail:
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian adalah guru sebagai peneliti yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Kubu, berjumlah 32 orang yaitu 19 orang putra dan 18 orang putri. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data pada siklus I aktivitas belajar berguling senam lantai secara klasikal sebesar 7,0 (aktif), dan pada siklus II sebesar 7,7 (aktif). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,7. Persentase hasil belajar berguling senam lantai secara klasikal pada siklus I sebesar 71,9%, pada siklus II sebesar 84,4% maka mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2012/2013. Disarankan kepada guru penjasorkes agar menggunakan model pembelajaran STAD karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai pada siswa. Abstract: This study aims to improve the activity and results of learning the roll floor gymnastics through the implementation of cooperative learning model STAD on X.3 grade students of SMA Negeri 1 Kubu the Academic Year 2012/2013. This study classified as action research. Implementation of the study using 2 cycle stages of planning, implementation, evaluation / observation, reflection. The research subjects eighth grade students of SMA Negeri 1 Kubu are 32 students consisted of 19 boys and 18 students woman. Analysis of the data using as analysis statistik deskriptif. The results of the analysis of the data in the first cycle of learning activities roll floor gymnastics in the classical by 7.0 and by 7.7 in the second cycle. From the first cycle to the second cycle increased by 0.7. Percentage of roll in the classical learning in the first cycle by 71.9%, on the second cycle of 84.4%, then an increase of 12.5%. Based on the data analysis and discussion, it is concluded that the activities and learning outcomes roll floor gymnastics improved through learning models Cooperative Study Student Teams Achievement Division (STAD) In Grade X.3 SMA Negeri 1 Kubu the Academic Year 2012/2013 ". It is suggested that teachers penjasorkes to use type STAD cooperative learning model because it can increase activity and learning outcomes roll floor gymnastics in students. Kata-kata Kunci: Kooperatif STAD, aktivitas, hasil belajar, dan berguling senam lantai.
1
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang
hayat.
Setiap
pembelajaran, yaitu faktor intern belajar
manusia
yang dialami dan dihayati
oleh siswa
membutuhkan pendidikan, sampai kapan
sebelum belajar, dalam proses belajar dan
dan dimanapun ia berada. Pendidikan
sesudah
sangat
eksternnya berasal dari guru dalam hal
penting
pendidikan
artinya,
manusia
sebab
tanpa
akan
sulit
belajar.
Sedangkan
pengorganisasian
faktor
belajar.
Begitu
berkembang dan bahkan akan terbelakang.
pentingnya peran dan tujuan pendidikan,
Dengan demikian pendidikan harus betul-
maka seorang guru maupun calon guru
betul
menghasilkan
perlu memahami dan mempelajari model
manusia yang berkualitas dan mampu
pembelajaran yang cocok bagi mata
bersaing, di samping juga memiliki budi
pelajaran yang diajarkan, sebab model
pekerti yang luhur dan moral yang baik.
pembelajaran merupakan aspek penting
Selain itu pendidikan juga merupakan
dalam
suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
pemahaman
sumber daya manusia (SDM) baik secara
berbagai model mengajar diharapkan guru
fisik,
dapat menciptakan kondisi pembelajaran
diarahkan
mental,
untuk
dan
spiritual.
Untuk
meningkatkan kualitas SDM yang baik
proses
pembelajaran. yang
matang
Dengan terhadap
yang kondusif.
dalam pendidikan tersebut, dibutuhkan
Dalam
proses
adanya sistem pendidikan yang terprogram
pendidikan
dan
sekolah,
kesehatan (Penjasorkes) khususnya materi
penyempurnaan kurikulum dan sistem
senam, model yang digunakan masih
pembelajaran.
menuntut
konvensional atau sederhana, sehingga
pemerintah untuk melakukan perubahan-
anak didik akan merasa cepat bosan dalam
perubahan ataupun penyelesaian terhadap
mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya
sistem pendidikan nasional yang selama
proses pembelajaran tidak akan mencapai
ini telah berjalan. Perubahan ini juga
tujuan seperti yang telah diprogramkan.
akhirnya
terhadap
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
sistem pembelajaran dalam setiap mata
upaya pendidik untuk membantu peserta
pelajaran, termasuk di dalamnya adalah
didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan
sistem pembelajaran pendidikan jasmani
pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi
olahraga dan kesehatan (Penjasorkes).
dan efektivitas kegiatan belajar yang
terarah,
itu
Hal
membawa
Dalam terdapat
baik
2
mempengaruhi
ini
dampak
proses (dua)
dari
pembelajaran
jasmani,
pembelajaran olahraga
dan
dilakukan peserta didik. Oleh karena itu.
faktor
yang
untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus
keberhasilnya
suatu
mampu menciptakan pembelajaran yang 2
aktif,
inovatif,
kreatif,
dan
Dengan menganalisa data hasil belajar
berbagai
siswa tersebut terlihat hasil belajar siswa
pendekatan proses pembelajaran. Model
masih tergolong rendah, yang seharusnya
pembelajaran
sangat
berada diatas standar Kriteria Ketuntasan
memudahkan guru dalam mengajar, karena
Minimal (KKM) sekolah yaitu 75 secara
dengan menerapkan model pembelajaran
klaikal
akan
permasalahan
menyenangkan
efektif,
melalui
sebenarnya
diketahui
perbedaan
pendekatan
maupun
individu.
yang
Adapun
mendasar
dalam
dalam pembelajaran tersebut, sehingga
pembelajaran tersebut adalah (1) siswa
guru dapat memilih model pembelajaran
masih kurang dalam memperhatikan dan
yang paling tepat terhadap materi yang
mendengarkan penjelasan guru, (2) siswa
akan diajarkan.
kurang tertarik untuk melakukan teknik
Berdasarkan
awal
berguling senam lantai, (3) kurangnya
peneliti pada kelas X.3 SMA Negeri 1
interaksi dalam proses pembelajaran baik
Kubu
penjasorkes
antar siswa maupun siswa dengan guru, (4)
khususnya pada materi berguling senam
semangat siswa kurang dalam mengikuti
lantai, didapat dari jumlah siswa 32 orang,
pembelajaran,
(5)
siswa yang berada dalam kategori sangat
keterampilan
siswa
aktif sebanyak tidak ada (%), yang aktif
teknik berguling senam lantai masih
sebanyak 6 orang (18,8%), cukup aktif 16
kurang.
pada
observasi
pembelajaran
pengetahuan dalam
dan
melakukan
orang (50,0%), dan kategori sangat kurang
Mengingat masalah yang dihadapi
aktif 10 orang (31,2%). Permasalahan lain
oleh siswa seperti yang dikemukakan di
juga terdapat pada hasil belajar berguling
atas, jadi bagaimana guru penjasorkes
senam lantai, tingkat siswa yang tuntas
memberikan tanggung jawab belajarnya
sebesar 5 orang (15,6%), dan yang tidak
secara penuh kepada siswa, sehingga siswa
tuntas sebesar 27 orang (84,4%). ). Siswa
dapat belajar mandiri, dan meningkatkan
yang berada pada kategori sangat baik
semangat dalam belajar. peneliti mencoba
tidak ada(0%), baik sebanyak 5 orang
untuk memberikan alternatif pemecahan
(15,6%), cukup baik sebanyak 8 orang
masalah untuk mengatasi masalah yang
(25,0%), kurang baik sebanyak 17 oang
muncul dalam proses pembelajaran, yaitu
(53,1%), dan sangat kurang sebanyak 2
dengan menerapkan model pembelajaran
orang (6,3%). Tingkat ketuntasan hasil
kooperatif
belajar berguling senam lantai secara
Achievement
klasikal adalah 15,6% berada pada rentang
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
0%-54% dalam kategori sangat kurang.
merupakan 3
tipe
Student
Divisions
salah
satu
Teams (STAD).
tipe
model
pembelajaran
kooperatif
dengan
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas
menggunakan kelompok – kelompok kecil
X.3 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran
dengan jumlah anggota tiap kelompok
2012/2013.
terdiri dari 4-5
orang
siswa
secara
heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan,penyampaian kelompok,
kegiatan
Jenis penelitian yang digunakan
penghargaan
dalam penelitian ini adalah penelitian
materi,
kuis,
dan
METODE PENELITIAN
tindakan
kelompok (Trianto, 2007:52).
kelas
(classroom
action
STAD
research). Penelitian tindakan kelas adalah
merupakan salah satu tipe kooperatif yang
suatu bentuk penelitian yang bersifat
menekankan pada adanya aktivitas dan
reflektif
interaksi diantara siswa untuk saling
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
memotivasi dan saling membantu dalam
dan
menguasai materi pelajaran guna mencapai
pembelajaran di kelas secara profesional
prestasi
Dalam
(Kanca, I Nyoman, 2006:94). Menurut
implementasi model pembelajaran ini,
Ojan SN (1989 dalam Kanca, I Nyoman,
siswa
mengajukan
2006: 100) menyebutkan terdapat empat
permasalahan yang dihadapi, bekerjasama,
bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu:
berdiskusi,
guru sebagai peneliti, peneliti tindakan
Selain
itu
yang
Tipe
maksimal.
dituntut
anggota
juga
untuk
dan
berinteraksi
kelompoknya
dengan
dengan
meningkatkan
kolaboratif,
masing-masing.
melakukan
tindakan-
praktik-praktik
simultan-terintegrasi,
dan
Jadi siswa bukan hanya belajar dan
administrasi sosial eksperimental. Bentuk
menerima materi yang disajikan guru,
penelitian tindakan kelas yang digunakan
melainkan bisa belajar dari siswa lainnya
dalam penelitian ini adalah guru sebagai
serta
untuk
peneliti, yaitu guru dalam hal ini penelitian
membelajarkan siswa yang lain, sehingga
berperan sangat penting dalam proses
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
PTK. Dalam bentuk ini tujuan PTK adalah
belajar
untuk
mempunyai
siswa
kesempatan
khususnya
pembelajaran berguling
dalam
pembelajaran di kelas
senam lantai
terlibat
dapat lebih meningkat. Tujuan
penelitian
yang
meningkatkan
ingin
secara
penuh
praktek-praktek dimana guru dalam
proses
perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi (Kanca, I Nyoman, 2006: 100).
dicapai adalah : untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai (guling depan, guling belakang) melalui implementasi model pembelajaran 4
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus I
HASIL PENELITIAN Pada
observasi
awal
yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Kubu tahun No
Kategori
Jumlah
Persentase
aktivitas dan hasil belajar yang masih
1
Sangat Baik
-
-
rendah. Hasil penelitian siklus I pada
2
Baik
23
71,9%
aktivitas belajar yaitu: pada kategori
3
Cukup
8
25,0%
sangat aktif tidak ada, kategori aktif
4
Kurang
1
3,1%
sebanyak 24 orang (75,0%), kategori
5
Sangat Kurang
-
-
32
100
pelajaran
2012/2013
ditemukan
data
cukup aktif sebanyak 8 orang (25,0%),
Jumlah
Jumlah Siswa Tuntas 23 Siswa Tuntas (71,9%) 9 Siswa Tidak Tuntas (28,1%)
kategori kurang aktif sebanyak tidak ada Pada siklus II dilakukan tindakan
dan kategori sangat kurang aktif tidak ada.
yang sesuai hasil refleksi dari tindakan
Tabel 4.1 Data Aktivitas Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus I No
Kriteria
1
X ≥
2 3 4 5
8,2 6,4 ≤
X < 8,2 4,6 ≤ X < 6,4 2,8 ≤ X < 4,6
Jumlah Siswa
siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil
Persentase
Predikat
-
-
Sangat aktif
dapat disampaikan pada kategori sangat
24
75,0%
Aktif
aktif sebanyak 8 orang (25,0%), kategori
8
25,0%
Cukup
-
-
Kurang Sangat Kurang
belajar. Pada data aktivitas belajar siswa
aktif 24 orang (75,0%), kategori cukup
X < 2,8
-
-
Total
32
100
aktif tidak ada, kategori kurang aktif tidak ada dan kategori sangat kurang aktif tidak ada. Tabel 4.3 Data Aktivitas Belajar Berguling
Senam Lantai pada Siklus II
Pada data hasil belajar didapatkan siswa yang tuntas yaitu: siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat
No
Kriteria
Jumlah Siswa
Persentase
Predikat
1
X ≥ 8,2
8
25,0%
Sangat Aktif
2
6,4 ≤ X < 8,2
24
75,0%
Aktif
3
4,6 ≤ X < 6,4
-
-
Cukup
4
2,8 ≤ X < 4,6
-
-
Kurang
-
-
Sangat Kurang
32
100
baik tidak ada, siswa dalam kategori baik sebanyak 23 orang (71,9%), siswa dalam kategori cukup sebanyak 8 orang (25,0%), siswa dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (3,1%) dan kategori sangat kurang
5
tidak ada.
X < 2,8 Jumlah
5
Dari
kategori sangat baik sebanyak 10 orang
hasil
refleksi
I
siswa (31,3%), kategori baik sebanyak 17
ditemukan
orang siswa (53,1%), kategori cukup
yang
sebanyak 5 orang siswa (15,6%), kategori
berguling senam lantai pada siklus I adalah
kurang, dan kategori sangat kurang tidak
(1)
ada. Siswa yang tuntas sebanyak 27 orang
penjelasan
siswa (84,4%) dan siswa yang tidak tuntas
dalam
sebanyak 5 orang siswa (15,6%).
lantai, (2) siswa tidak berani bertanya
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus II
apabila ada hal kurang jelas mengenai
No
Kategori
Jumlah
Persentase
1
Sangat Baik
10
31,3%
2
Baik
17
53,1%
3
Cukup
5
15,6%
4
Kurang
-
-
5
Sangat Kurang
-
-
32
100
beberapa
siklus
terjadi
siswa
permasalahannya
pada
aktivitas
kurang yang
belajar
memperhatikan
disampaikan
pembelajaran
peneliti
berguling
senam
materi berguling senam lantai, (3) siswa
Jumlah Siswa Tuntas
tidak berani dan yakin dengan kemampuan
27 Siswa Tuntas (84,4%)
gerakan berguling senam lantai, (4) Siswa
5 Siswa Tidak Tuntas (15,6%)
masalah yang diberikan dalam proses
yang dimiliki untuk mencoba gerakan-
tidak berani dan yakin untuk menanggapi
pembelajaraan terkait materi berguling senam lantai. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk terjadi
PEMBAHASAN
mengatasi pada
Menekankan
1. Aktivitas Belajar
permasalahan
siklus
I
yang
adalah
pemahaman
(1)
model
pembelajaran kooperatif, khususnya tipe
Dilihat dari hasil analisis data
STAD sehingga siswa lebih mengerti
aktivitas belajar berguling senam lantai,
dengan materi berguling senam lantai, (2)
dimana rata-rata aktivitas belajar berguling
Menjelaskan kembali materi berguling
senam lantai secara klasikal pada siklus I
senam lantai sehingga pembelajaraan lebih
sebesar (7,0%) dan rata-rata aktivitas
efektif, (3) Lebih banyak memberikan
belajar berguling senam lantai secara
kesempatan
klasikal pada siklus II sebesar 7,7%.
untuk
mencoba
gerakan
berguling senam lantai, sehingga siswa
Peningkatan aktivitas berguling senam
dapat membedakan gerakan yang benar
lantai dari siklus I ke siklus II adalah
dan yang salah, (4) Memberikan dorongan
sebesar 0,7%.
atau motivasi serta bimbingan agar siswa lebih yakin akan kemampuannya sehingga proses belajarnya lebih optimal. 6
berguling senam lantai secara bertahap, (2)
2. Hasil belajar Peningkatan yang terjadi pada hasil
memberikan arahan kepada siswa di setiap
belajar berguling senam lantai, dimana
kelompoknya agar dapat menumbuhkan
persentase ketuntasan berguling senam
rasa saling menghargai, karena dengan itu
lantai secara klasikal pada siklus I sebesar
akan terciptanya suasana harmonis dan
71,9% dan persentase ketuntasan berguling
nyaman disaat menjalani pembelajaran,
senam lantai secara klasikal pada siklus II
dan (3) pada aspek psikomotor adalah : (1)
sebesar 84,4% dan terjadi peningkatan
lebih menekankan kepada siswa tentang
persentase
belajar
materi teknik dasar berguling senam lantai
berguling senam lantai dari siklus I ke
dari sikap awal, sikap pelaksanaa dan
siklus II sebesar 12,5%.. Dilihat dari
sikap
klasikal hasil belajar pada siklus II yaitu
kesempatan untuk melakukan
84,4% sudah memenuhi stándar ketuntasan
berguling senam lantai.
secara klasikal yaitu sebesar 75% sesuai
3. Teori pendukung
ketuntasan
hasil
akhiran,
(2)
memperbanyak teknik
Hasil dalam penelitian ini sesuai
dengan KKM SMA Negeri 1 Kubu. Dilihat dari hasil belajar pada
dengan teori-teori yang mendukung dalam
siklus I permasalahan-permasalahan yang
proses pembelajaran. Hamalik, Oemar
dihadapi adalah: (1) pada aspek kognitif,
(2006:
masih
siswa
pembelajaran
mengenai materi senam lantai, hal ini
pembelajaran
terlihat dari rendahnya nilai yang diperoleh
kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas
dari hasil tes tulis, (2) pada aspek afektif,
sendiri
masih terlihat kurangnya rasa saling
menunjuk
menghargai antara siswa yang satu dengan
pengetahuan individu sebagai hasil dari
yang lainya dalam proses pembelajaran,
situasi
dan (3) pada aspek psikomotor, adalah (1)
Dimyati dan Mudjiono (2006: 116) Belajar
sikap yang ditunjukkan siswa dalam
adalah suatu proses yang melibatkan
pembelajaran masih cukup, (2) kurangnya
manusia secara orang per orang sebagai
penguasaan
berguling
satu kesatuan organisasi sehingga terjadi
senam lantai.. Berdasarkan permasalahan
perubahan pada pengetahuan (kognitif),
tersebut, maka tindakan perbaikan yang
keterampilan (psikomotor) dan sikapnya
dilakukan adalah: (1) peneliti menjelaskan
(afektif). Siswa belajar dan beraktivitas
kembali
tindakan
sendiri untuk memperoleh pengalaman,
langsung kepada siswa tentang materi
pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku
kurangnya
gerakan
dan
pemahaman
teknik
memberikan
7
171)
menyatakan yang
kepada pada
belajar.
yang
siswa.
efektif
bahwa adalah
menyediakan
Hasil
perubahan
Sedangkan
belajar struktur
menurut
lainnya
serta
mengembangkan
(3) Respon siswa untuk memahami
keterampilannya yang bermakna. Sehingga
materi lambat sehingga harus dijelaskan
dalam hal ini, kegiatan atau aktivitas
berulang-ulang.
belajar siswa merupakan pondasi dan
Dari
kendala-kendala
yang
prinsip fundamental untuk mencapai hasil
dihadapi tersebut adapun yang dilakukan
belajar yang lebih optimal. Ini berarti
peneliti untuk memecahkannya sehingga
bahwa jika materi yang telah diterima
penelitian yang dilakukan dapat berjalan
diulang kembali meski dengan materi yang
dengan lancar diantaranya adalah: (1)
berbeda,
lebih
meminjam sarana disekolah lain sebagai
mengerti tentang materi yang diberikan.
penunjang dalam pelaksanaan penelitian,
Seperti dalam teori psikologi daya, yang
(2) memberikan pengetahuan kepada siswi
menyatakan bahwa melatih daya-daya
bahwa berguling senam lantai dapat
yang ada pada manusia yang terdiri atas
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, (3)
mengamati,
menjelaskan kembali secara berulang-
memungkinkan
siswa
menangkap,
menghayal,
merasakan
mengingat, dan
berpikir.
ulang materi yang belum dimengerti.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut
akan
5. Keterbatasan penelitian
berkembang
Berdasarkan penelitian yang sudah
menjadi lebih sempurna, (Dimyati dan
dilakukan, adapun keterbatasan dalam
Mudjiono, 2006: 46).
melakukan
4. Kendala-kendala dalam penelitian
Keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian
penelitian
ini
yaitu:
(1)
Penelitian yang sudah dilaksanakan
yang dilakukan 2 siklus, agar tidak
ini tidaklah selalu berjalan dengan lancar
mengganggu dari kurikulum sekolah yang
sesuai dengan yang diharapkan dan yang
sudah dibuat.
sudah direncanakan. Karena ada kendalakendala yang dihadapi peneliti dalam menjalankan
penelitian
Adapun
Berdasarkan hasil analisis data dan
kendala-kendala yang dihadapi adalah: (1)
pembahasan di atas dapat ditarik simpulan
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah
sebagai berikut.
kurang dari jumlah kelompok yang sudah
1.
direncanakan, kurangnya
(2)
ini.
SIMPULAN
khususnya
keberanian
mereka
Aktivitas belajar berguling senam
siswi,
lantai meningkat melalui penerapan
untuk
model pembelajaran kooperatif tipe
mencoba gerakan berguling senam lantai,
STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri
1
Kubu
tahun
pelajaran
2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari 8
persentase
rata-rata
mengalami peningkatan sebanyak 4
senam
orang siswa (12,5%) dari 23 orang
secara klasikal ( X ) pada observasi
siswa (71,9%) pada siklus I yang
awal ke siklus I, dan siklus I ke siklus
berada dalam kategori cukup menjadi
II mengalami peningkatan sebanyak
27 orang siswa (84,4%) pada siklus II
18 orang siswa (56,2%) dari 6 orang
yang berada pada kategori baik.
aktivitas
peningkatan belajar
berguling
siswa (15,6%) pada observasi awal yang berada dalam kategori sangat
DAFTAR RUJUKAN
kurang aktif menjadi 24 orang siswa
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
(75,0%) pada siklus I yang berada dalam kategori aktif dan mengalami
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Cetakan Pertama. Jakarta: Pt Bumi Aksara
peningkatan sebanyak 8 orang siswa (25%) dari 24 orang siswa (75,0%) pada siklus I yang berada dalam
Kanca, I Nyoman. 2006. Metodelogi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
kategori aktif menjadi 32 orang siswa (100%) pada siklus II yang berada
Nurkanca, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: PT Usaha Nasional.
pada kategori sangat aktif. 2.
Hasil belajar berguling senam lantai meningkat melalui penerapan model
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Universitas Pendidikan Ganesha. 2009. Singaraja: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Ganesha.
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini
dapat
dilihat
dari
persentase
peningkatan rata-rata hasil belajar
Trianto. 2007. Model-model pelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik: konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka
berguling senam lantai secara klasikal ( X ) pada observasi awal ke siklus I, dan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 18 orang siswa (56,3%) dari 5 orang siswa (15,6%) pada observasi awal yang berada dalam kategori sangat kurang menjadi 23 orang siswa (71,9%) pada siklus I yang berada dalam kategori cukup dan
9