e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN MEDIA GAMBAR MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI Kd Benny Satriawan, I Wyn Artanayasa, Adnyana Putra Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan, Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) berbantuan media gambar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu guru sebagai peneliti yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014, sejumlah 34 orang, yaitu 22 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil analisis data aktivitas belajar secara klasikal teknik dasar berguling senam lantai pada siklus I adalah 7,60 (aktif), dan meningkat menjadi 8,36 (aktif) pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar secara klasikal pada siklus I adalah 76% (baik), dan meningkat menjadi 83% (baik) pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru Penjasorkes agar mengimplementasikan model pembelajaran ini karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai. Kata Kunci : STAD, media gambar, aktivitas belajar, hasil belajar, berguling senam lantai Abstract This research aimed to improve the learning activity and learning outcomes of basic techniques gymnastics floor rolling through the implementation of cooperative learning model STAD type drawing media. This research is a classroom action research in from of the teacher as researcher, conducted in two cycles, consists of planning, action, observation/evaluation, and reflection. The subjects were 34 students of class XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja in academic year 2013/2014, which were 22 women and 12 men. Data were analyzed using descriptive statistics. Results of data analysis in the classical learning of activities gymnastics floor rolling in the first cycle were 7.60 (active), and increased to 8.36 (active) in the second cycle. While the percentage of classical learning in the first cycle was 76% (good), and increased to be 83% (good) in the second cycle. It can be inferred that learning activity and learning outcomes of gymnastics floor roll increased through the implementation of cooperative learning model STAD with media aided drawing in class XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja in academic year 2013/2014. It is recommended to PE teachers in order to implement this learning model because it was proven increase the learning activity and learning outcomes of gymnastics floor roll. Keyword : STAD, drawing media, activity, learning result, roll of gymnastic floor
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah khususnya dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pembelajaran penjasorkes bertujuan untuk membantu siswa dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui keterampilan gerak dasar dalam berbagai aktivitas jasmani. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006:163), “Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan”. “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Hamalik, 2008:57). “Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh pengalaman, tingkah laku, dan pengetahuan lainnya serta mengembangkan keterampilannya yang bermakna” (Hamalik, 2008:171). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik dan disengaja dengan melibatkan interaksi antara siswa, guru, informasi, dan lingkungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar. Namun, kenyataan pada observasi awal yang dilakukan pada hari Kamis, 25 Juli sampai dengan 1 Agustus 2013 di SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai masih perlu ditingkatkan karena secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yang sebesar 77%.
Pada data aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai, dari 34 siswa, siswa dalam kategori sangat aktif tidak ada, kategori sangat aktif tidak ada, aktif sebanyak 12 orang (35%), cukup aktif sebanyak 14 orang (42%), kurang aktif sebanyak 8 orang (23%) dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Rata-rata aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai secara klasikal sebesar 5,4. Dengan persentase yang seperti itu, maka dapat dikatakan aktivitas belajar siswa secara klasikal pada teknik dasar berguling senam lantai berada dalam kategori cukup aktif. Sedangkan, pada data hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai, dari 34 siswa, siswa yang tuntas sebanyak 5 orang (15%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 29 orang (85%), siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada, kategori baik 5 orang (15%), kategori cukup 18 orang (53%), kategori kurang 11 orang (32%), dan kategori sangat kurang orang (0%). Dengan menganalisis data hasil belajar secara keseluruhan tergolong kurang. Aktivitas dan hasil belajar di atas melalui pengamatan observasi awal tersebut terdapat kendala-kendala, model pembelajaran yang kurang inovatif sehingga siswa menjadi kurang aktif. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. “Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas sendiri kepada siswa” (Hamalik, 2008:171). Aktivitas belajar sangat beraneka ragam jenisnya, untuk itu para ahli mengadakan klasifikasi atau pengelompokan terhadap jenis-jenis aktivitas belajar tersebut. Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2008:90) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu kegiatan visual, audio, lisan, menulis, menggambarkan, metrik, mental, dan emosional, namun dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti 6 kegiatan aktivitas belajar yaitu visual,
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) audio, lisan, mental, metrik, dan emosional. "Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2006:22). Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku akibat belajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. ”Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya panggal dan puncak proses belajar. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, melalui kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dari satu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dalam ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian, dan ketentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. Ranah psikomotor mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sisitematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang mengandalkan aktivitas seluruh anggota badan, baik untuk olahraga senam sendiri maupun untuk cabang olahraga lain. Senam lantai mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan komponen motorik/gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan. “Bentuk-bentuk latihan senam lantai meliputi : (1) guling depan, (2) guling belakang, (3) kayang, (4) sikap
lilin, (5) guling lenting, dan (6) berdiri dengan kedua dan (7) berdiri dengan kedua telapak tangan” (Muhajir, 2007:69). Dari beberapa bentuk latihan senam lantai, peneliti menggunakan latihan senam lantai dengan teknik berguling (berguling ke depan dan berguling ke belakang) sebagai bahan penelitian. “Berguling ke depan adalah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang” (Roji, 2006:112). “Berguling ke belakang merupakan kebalikan dari gerakan berguling ke belakang. Berguling ke belakang adalah gerakan berguling ke arah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang, pinggang, punggung dan tengkuk” (Roji, 2006:113). Berguling merupakan salah satu gerakan dasar dalam senam lantai. Untuk dapat berguling dengan mudah bentuk badan harus bulat, disini harus dibentuk seperti bola. Solusi yang diharapkan bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang dapat membuat interaksi yang baik dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan guru dan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievemant Divisions berbantuan media gambar. ”Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain” (Trianto, 2010:22). “Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pengajaran mengenai penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar” (Nurhadi, 2004:60). Sedangkan menurut Santyasa dan Sukadi, (2007:30)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) pembelajaran kooperatif adalah “suatu strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan tujan bersama”. Menurut Trianto (2010:68) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan “salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil degan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen”. Slavin menyatakan bahwa dalam pembelajaran STAD siswa ditempatkan dalam beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 siswa yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuannya (tinggi, sedang, rendah). Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Secara individual atau tim, setiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan tes untuk mengetahui penguasaan tiap siswa dan pada saat tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Kemudian tiap siswa dan tim yang memperoleh skor sempurna di beri penghargaan untuk memicu semangat belajar. "Adapun tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, memberikan penghargaan” (Trianto 2010:71). Media pengajaran merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. “Macam-macam media yang klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya” (Djamarah dan Zain, 2006:124-126). “Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar, atau lukisan, dan cetakan” (Djamarah dan Zain, 2006:124). Peneliti menggunakan media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, dimana media visual yang
digunakan adalah media gambar atau lukisan. Media gambar termasuk ke dalam golongan media visual, karena hanya mengandalkan indera penglihatan saja. Pembelajaran pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran siswa diharapkan menguasai suatu keterampilan gerak dalam cabang olahraga. Gambar yang dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat berupa gambar suatu rangkaian gerakan. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN ”Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien” (Kanca, I Nyoman 2010:55). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah “suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas secara profesional” (Kanca, I Nyoman 2010:108). Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan, PTK mempunyai karakteristik penting, yaitu: bahwa problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. ”Tujuan PTK adalah untuk peningkatan dan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Dasar utama dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan” (Kanca, I Nyoman 2010:110). Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan 2 kali pertemuan setiap siklus. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja yang berjumlah 34 orang yang terdiri dari 22 orang putri dan 12 orang putra Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai. Fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan upacara SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain matras, stopwatch, peluit, alat-alat tulis, dan kamera. “Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi tindakan” (Kanca, I Nyoman 2010:139). “Adapun prosedur PTK adalah sebagai berikut: a) observasi awal, b) refleksi awal, c) mengidentifikasi masalah, d) menganalisis masalah, e) merumuskan masalah, f) melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I dan II (1. Tahap perencanaan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Observasi/evaluasi, 4. Refleksi)” (Kanca, I Nyoman 2010:136). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar. Data aktivitas belajar dilaksanakan pada setiap pertemuan pada
setiap siklus yang dinilai oleh 2 orang observer. Sedangkan data hasil belajar aspek kognitif dan afektif penilaian dilakukan oleh peneliti, dan aspek psikomotor diambil pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan 3 orang evaluator 1 orang dari dosen FOK, 2 orang dari guru penjasorkes di sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian siklus I, tindakan yang diberikan sesuai dengan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok dimana 6 kelompok beranggotakan 5 orang dan 1 kelompok beranggotakan 4 orang. Setelah dilakukan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar. Namun masih terdapat siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Hasil penelitian siklus I pada aktivitas belajar yaitu: tidak ada siswa yang yang berada pada kategori sangat aktif, aktif sebanyak 30 orang (88%), cukup aktif sebanyak 4 orang (12%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar berguling senam lantai secara klasikal pada siklus I sebesar 7.60 (aktif).
Tabel 1. Kategori Penggolongan Aktivitas Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai pada Siklus I Kriteria
Kategori
Jml Siswa
Persentase
X 9
Sangat Akif
0
0%
Aktif
30
88%
Cukup Aktif
4
12%
Kurang Aktif
0
0%
Sangt Kurang Aktif
0
0%
34
100%
7
X 5 X 3 X
<9 <7 <5
X <3 Jumlah
Ket Aktif 30 orang (88%)
Belum aktif 4 orang (12%) 34 (100%)
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai pada siklus I, diperoleh data hasil belajar dengan kategori siswa yang tuntas sebanyak 22 orang (65%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 orang (35%). Adapun rinciannya sebagai
berikut: kategori sangat baik tidak ada, kategori baik 22 orang (65%), kategori cukup 12 orang (35%), tidak ada siswa dalam kategori kurang dan sangat kurang. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 76,29%.
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling senam lantai pada Siklus I Tingkat Penguas aan
Kategori
Jumlah Siswa
Perse ntase
Ketuntas an Siswa
87%100%
Sangat Baik
-
0%
77%-86%
Baik
22 siswa
65%
22 orang (65%) Siswa Tuntas
67%-76%
Cukup
12 siswa
35%
57%-66%
Kurang
-
0%
-
0%
34
100%
Sangat Kurang 0%-56%
Jumlah
Pada siklus II dilakukan tindakan yang sesuai hasil refleksi dari tindakan siklus I serta ditekankan pada kekurangan-kekurangan dan hambatanhambatan yang dialami siswa pada siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II.
12 orang (35%) Siswa Tidak Tuntas
Target Ketuntasan ≥77% Siklus I tingkat ketuntasan belum mencapai 77% dan dilanjutkan ke siklus II, untuk pencapaian hasil penelitian yang sesuai dengan KKM di sekolah yaitu 77%
34 siswa (100%)
Pada data aktivitas belajar siswa yang berada pada kategori sangat aktif sebanyak 6 orang (18%), aktif sebanyak 26 orang (82%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal yaitu 8,36 (aktif).
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 3. Kategori Penggolongan Aktivitas Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai pada Siklus II Kriteria
Kategori
Jml Siswa
Persent ase
X 9
Sangat Akif
6
18 %
7
X
<9
Aktif
28
82%
5
X
<7
Cukup Aktif
0
0%
3
X
<5
Kurang Aktif
0
0%
Sangat Kurang Aktif
0
0%
X <3 Jumlah
34
Pada data hasil belajar siswa data hasil belajar dengan siswa yang tuntas sebanyak 31 orang (91%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (9%). Adapun rinciannya sebagai berikut : adalah siswa dengan kategori sangat baik
Ket Aktif 34 orang (100%)
Belum aktif 0 orang (0%)
100%
34 (100%)
tidak ada, kategori baik 31 orang (91%), kategori cukup 3 orang (9%), tidak ada siswa dalam kategori kurang dan sangat kurang Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 80,33%.
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus II Tingkat Penguas aan
Kategori
Jumlah Siswa
Perse ntase
Ketuntas an Siswa
87%100%
Sangat Baik
-
0%
77%-86%
Baik
31 siswa
91%
22 orang (91%) Siswa Tuntas
67%-76%
Cukup
3 siswa
9%
57%-66%
Kurang
-
0%
0%-56%
Sangat Kurang
-
0%
34
100%
Jumlah
Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Pada penelitian ini ditemukan adanya
3 orang (9%) Siswa Tidak Tuntas
Target Ketuntasan ≥77% Siklus II tingkat ketuntasan sudah mencapai 77% dan tidak dilanjutkan lagi karena keterbatasan waktu.
34 siswa (100%)
peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu
memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada tabel 5 dan tabel 6.
Tabel 5. Peningkatan Data Aktivitas Belajar Siswa
Tahapan
Aktivitas Belajar Klasikal
Keaktifan Siswa
Observasi Awal
12orang (35%)
Cukup Aktif
Peningkatan Aktivitas Belajar Observasi Siklus I Awal ke ke Siklus Siklus I II
18 orang (53%)
Siklus I
30 orang (88%)
Aktif
Siklus II
34 orang (100%)
Sangat Aktif
Dari data tabel 05 dapat disampaikan bahwa terjadi peningkatan sebesar 53% dari observasi awal ke siklus
4 orang (12%)
I, terjadi peningkatan sebesar 12% dari siklus I ke siklus II.
Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tahapan
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
Persenta se Hasil Belajar
15%
65%
91%
Kategori Siswa 5 siswa tuntas, 29 siswa belum tuntas 22 siswa tuntas, 12siswa belum tuntas. 31 siswa tuntas,3 siswa belum tuntas
Berdasarkan data penelitian di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai pada
Peningkatan Hasil Belajar Observasi Siklus I ke Awal ke Siklus II Siklus I
17 orang (50%)
9 orang (26%)
siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini juga didukung dari penelitian sebelumnya, yaitu:
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) (1) I Nyoman Dodik Suandana (2012) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing control teknik dasar sepak bola pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012 meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Putu Mei Suarsana (2012) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar gerak dasar passing bola voli pada siswa kelas V SD 3 Negeri 5 Seririt Tahun Pelajaran 2011/2012 meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3) I Wayan Mudiarta (2012) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing sepak bola pada siswa kelas X 6 SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2011/2012 meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) I Gede Muliarsa (2012) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing sepak bola pada siswa kelas V SD Negeri 5 LES Tahun Pelajaran 2011/2012 meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Putu Hary Suhandana (2012) menemukan bahwa aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai pada siswa kelas X1 SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012 meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa: Aktivitas belajar teknik dasar berguling (roll) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil belajar teknik dasar berguling (roll) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut, kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar pada pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan sebagai pedoman dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya pada materi pembelajaran senam lantai. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Saiful Bahri dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kanca,
I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmanidan olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mudiarta, I Wayan. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Passing Sepak Bola Pada Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha. Muliarsa, I Gede. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Passing Sepak Bola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 5 LES Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan,
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Nurhadi,
Roji.
dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga.
Santyasa dan Sukadi. 2007.”Model – Model Pembelajaran Inovatif” Makalah disajikan dalam pelatihan sertifikasi guru bagi para guru SD dan SMP Di Provinsi Bali. Pada tanggal 26 – 30 Desember di Universitas Pendidikan Ganesha. Suarsana, Putu Mei. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Gerak Dasar Passing Bola Voli Pada Siswa Kelas V SD 3 Negeri 5 Seririt Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Suandana, I Nyoman Dodik. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Passing Control Teknik Dasar Sepak Bola Pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha. Suhandana, Putu Hary. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Berguling (Roll) Senam Lantai Pada Siswa Kelas X 1 SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha. Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.