PENERAPAN STRATEGI MULTIPLE INTELEGENCES PADA MATA KULIAH WACANA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENYUSUN WACANA DI PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI PASURUAN Ilmiyatur Rosidah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pasuruan Abstrak: Penerapan lesson study pada mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas strategi multiple intelegences pada mata kuliah wacana. Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai konsep dan teori wacana Bahasa Indonesia yang sesuai dengan perkembangan intelektual manusia sebagai pemakai bahasa maupun perkembangan bahasa itu sendiri. Pemahaman atas konsep dan teori ini akan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas profesi mereka sebagai seorang guru/pendidik. Strategi multiple intelegences merupakan sebuah strategi yang membentuk kekuatan dan semangat belajar bagi peserta didik mulai dari awal hingga akhir pembelajaran, dengan kegiatan yang menyenangkan. Melalui strategi multiple intelegencesdiharapkan mahasiswa termotivasi dan mudah dalam belajar. Mahasiswa senantiasa direleksasikan dengan adanya zona alfa, yakni: ice breaking, brain gym, warmer, scene setting, serta didukung adanya media berupa PPT, handout, lembar kerja mahasiswa memudahkan mahasiswa memahami konsep wacana.
Kata Kunci: Strategi Multiple Intelengences, Mata kuliah Wacana, Lesson Study
PENDAHULUAN Kegiatan lesson study secara berkala terus dilakukan oleh para pendidik guna mendapat sebuah kualitas pembelajaran yang baik. Kali ini, kegiatan lesson study diterapkan pada pembelajaran mata kuliah wacana. Mata kuliah wacana adalah salah satu mata kuliah yang sangat penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai calon guru , karena mata kuliah wacana merupakan aspek penting dalam membentuk out put STKIP PGRI Pasuruan yang berkualitas. Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai konsep dan teori wacana Bahasa Indonesia yang sesuai dengan perkembangan intelektual manusia sebagai pemakai bahasa maupun perkembangan bahasa itu sendiri. Pemahaman atas konsep dan teori ini akan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam pembelajaran
bahasa. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas profesi mereka sebagai seorang guru/pendidik. Menurut Anton M. Moelino ( 1998:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna. Dengan kata lain, mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia harus memiliki kemampuan dalam menyusun sebuah kalimat dengan proporsi yang tepat. Mata kuliah wacana mengajarkan mahasiswa agar dapat membuat sebuah wacana yang runtut sesuai dengan stuktur kebahasaan yang baik, dengan memperhatikan aspek interen di dalam wacana tersebut, antara lain: membentuk sebuah konsep (tema dan topik) menjadi sebuah ide tulis/ lisan, 61
kemudian menggembangkan ide tersebut dengan memperhatikan stuktur kalimat yang memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas berkesinambungan hingga menjadi wacana yang utuh. Dengan demikian, konsep wacana harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai calon pendidik masa depan yang berkualitas. Penanaman konsep wacana pada mahasiswa pada umumnya dilakukan dosen dengan menggunakan metode ceramah dengan model diskusi kelompok pada umumnya, kemudian dilanjutkan presentasi. Penggunaan metode ceramah dengan model diskusi kelompok ini kurang bisa menanamkan konsep wacana secara konkret. Pembelajaran tata bahasa belum mengarah pada proses aktif mahasiswa untuk dapat mengonstruksi pengetahuannya tentang wacana. Pembelajaran masih terlihat searah dan monoton sehingga pembelajaran berlangsung kurang menarik. Diperlukan media dan strategi pembelajaran yang tepat untuk penanamkan konsep wacana. Dalam menentukan media dan strategi pembelajaran yang tepat diperlukan pemahaman mendalam pada materi pembelajaran. Media dan strategi yang digunakan harus tepat, yaitu pemilihan media dan strategi dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran juga dipilih berdasarkan situasi dan kondisi mahasiswa. Oleh karena itu, dosen dituntut untuk dapat memilih dan menerapkan strategi pembelajaran dengan tepat. Dari masalah di atas, penulis berinovasi dengan menggunakan strategi multiple intelegences. Strategi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mencapai tujuan pembelajaran wacana, mahasiswa program studi bahasa dan sastra Bahasa Indonesia semester IV.
Dengan penggunaan strategi ini diharapkan mahasiswa lebih dapat menikmati pembelajaran wacana karena mahasiswa selalu mendapat semangat baru di awal maupun di akhir perkuliahan dengan adanya ice breaking, scene setting, warmer yang sangat seru. Selain itu penggunaan media pembelajaran ( teahing aids) yang divisualisasikan merupakan suatu usaha untuk mengurangi keabstrakan suatu konsep atau ide tentang wacana yang disampaikan oleh seorang dosen. Dengan demikian, pembelajaran wacana cocok apabila menggunakan stategi multiple intelegences. PEMBELAJARAN WACANA BI STKIP PGRI PASURUAN Pembelajaran wacana BI di STKIP PGRI Pasuruan bertujuan agar mahasiswa terampil dalam menyusun sebuah wacana. Keterampilan ini telah tertuang pada standar kompetensi yang ada dalam deskripsi mata kuliah wacana. Istilah “wacana” dalam KBBI berasal dari bahasa Sansekerta wac/ wak/ vak, artinya berkata, berucap. Bila dilihat dari jenisnya, kata wac dalam morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu „melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah sufiks (akhiran) yang bermakna membedakan ( nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa.Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu 62
berhubungan secara padu. Menurut Arifin (2009) Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat lengkap. Kata yang digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai kalimat, bukan kata yang lepas konteks. Wacana amat bergantung pada keutuhan unsur makna dan konteks yang melingkupinya.
strategi multiple intelligences akan menjadi wadah yang sangat luas dan dapat menampung semua metodologi pembelajaran. Jadi strategi multiple intelligences adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya terdapat banyak strategi pembelajaran. Akan tetapi, ada hal yang membedakan strategi multiple intelligences dengan strategi pembelajaran pada umumnya yaitu bentuk lesson plan. Adapun komponen dalam strategi multiple intelligences yang dituntut kepada guru untuk membuat sebuah lesson plan yang kreatif. Lesson plan adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar. Lesson plan yang didesain oleh Munif dalam strategi multiple intelligences adalah. Apersepsi yang diawali dengan zona alfa, zona alfa adalah kondisi dimana siswa pada tahap iluminasi (cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Pada zona alfa ini guru bisa menggunakan musik, atau ice breaking. Zona alfa berfungsi untuuk merelaksasi otak peserta didik agar siap dalam menerima pembelajaran; Warmer; mengulang materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru. Pengulangan materi ini bisa dilakukan dengan beragam cara, yaitu dengan merumuskan pertanyaan dari peserta didik kemudian peserta didik lain menjawab pertanyaan tersebut. Warmer berfungsi untuk mengukur sejauhmana peserta didik meyerap pembelajaran sebelumnya; Pre-teach; guru menjelaskan prosedur pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai. Pre-teach berfungsi agar pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana, dan peserta didik memahami aturan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi efektif;dan scene setting.
STRATEGI MULTIPLE INTELEGENCES StrategiMultiple Intelligences muncul dari ide Munif seorang konsultan pendidikan yang tekenal dengan bukunya “Sekolah Manusia”. Ia terinspirasi oleh Gardner seorang psikolog yang menemukan teori Multiple Intelligences. Munif menggembangkan teori kecerdasan tersebut dalam dunia pendidikan, ia ingin meniru Gardner yang menggunakan istilah “ multiple” dalam mendefinikan teori kecerdasan dan perkembangan teori kecerdasan itu up to date sampai saat ini. Gardner ( dalam Munif, 2013: 138) menyatakan bahwa pada tahun 1983 telah menggenalkan enam kecerdasan, yaitu lingustik, matematis, logis, spasial-visual, musik, intrapersonal. Namun, dalam perkembangannya sampai 2002, Gardner (dalam Munif, 2013: 2013) sudah menggembangkan Sembilan kecerdasan, dengan menambah kecedasan kinestesis, naturalis, dan kecerdasan emosi. Demikian munif mengartikan strategi pembelajaran. ia hanya ingin menekankan bahwa strategi pembelajaran itu dekat dengan kreativitas guru sehingga jumlah dan nama strategi itu harus luas dan tak terbatas. Jadi apapun namanya, 63
mahasiswa dalam menguasai materi, mengeksplorasi ide, serta menuangkannya ke dalam proposal penelitian. Dalam mendeskripsikan data, teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis isi hasil observasi pelaksanaan dan refleksi pembelajaran. Dalam analisis ini dilakukan pengumpulan data/informasi, mereduksi, memverifikasi, dan yang terakhir adalah menyimpulkan hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Lesson study kali ini dilaksanakan dalam empat siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga tahapan. Pertama, plan (perencanaan), yaitu pada tahap ini plan dibuat oleh dosen model yang selanjutnya didiskusikan oleh tim lesson study, yaitu dosen prodi bahasa Indonesia yang di dalamya mendiskusikan matari ajar yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, serta merancang metode pembelajaran yang digunakan dengan berbasis multiple intelegences. Selain itu, dosen mendiskusikan kompetensi yang akan dicapai oleh mahasiswa, yang tidak kala penting dosen juga memperhatikan kosep pembelajaran dengan mempertimbangankan pengetahuan yang dimiliki, sebagai acuan kompetensi yang akan dipelajari. Plan yang dirancang bertujuan untuk lebih mengaktifkan mahasiswa dan pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Tahap kedua dalam kegiatan lesson study ini adalah pelaksanaan pembelajaran (do). Pelaksanaan pembelajaran ini merupakan implementasi dari rancangan (plan)yang telah dibuat oleh dosen model pada tahap pertama. Pada kegiatan lesson study ini dihadiri oleh dosen model, mahasiswa, pengamat, notulis, fasilitator.
METODE Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran berbasis Lesson Study ini adalah deskriptif kualitatif dengan langkah Plan-Do-See (4 Siklus). Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Subyek LS ini adalah mahasiswa semester VI Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester genap tahun ajaran 2014-2015. Praktiknya Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksi). Dengan kata lain lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir.
PLAN
(Perencanaan)
SEE (Refleksi)
DO (Pelaksanaan
)
Pembelajaran
Skema kegiatan Lesson Study menurut Hendayana (2007:10) Kegiatan lesson study berlangsung secara kontinu yang pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya sebuah pembaruan dan perbaikan proses pembelajaran . Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing-masing pihak yang terlibat. Untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran, diperlukan teknik pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa data rekaman proses pembelajaran, keterlibatan mahasiswa dengan pihak lain (dosen, mahasiswa lain, media, dan lingkungan), serta kemampuan 64
Tahap ketiga dalam lesson study adalah merefleksi (see). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara dosen model, pengamat, dan melibatkan perwakilan mahasiswa untuk membahas pembelajaran yang baru saja berlangsung. Dosen model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesankesan dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya pengamat (observer) diminta menyampaikan komentar dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas mahasiswa. Kritik dan saran untuk dosen model juga disampaikan dengan bijak demi perbaikan pembelajaran. Mata kuliah wacana merupakan salah satu mata kuliah yang diminati dan kurang oleh mahasiswa. Akan tetapi, untuk memahami mata kuliah ini butuh ketelitian dan ketekunan yang lebih untuk memahami konsep wacana itu sendiri. Mahasiswa begitu meminati mata kuliah ini karena
sebagai kebutuhan mereka sebagai guru bahasa Indonesia nantinya. Untuk itu, dosen dituntut untuk berinovasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran, misalnya dengan menggunakan strateg multiple intelegences. Penerapan strategi multiple intelegencesbertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami konsep wacana, serta mengimplementasikan dalam bentuk menyusun sebuah wacana yang untuh, baik, dan mudah dipahami. Strategi multiple intelegencesdigunakan agar mahasiswa termotivasi dan mudah dalam belajar. Mahasiswa senantiasa direleksasikan dengan adanya ice breaking dan didukung adanya media berupa PPT, handout, lembar kerja mahasiswa memudahkan mahasiswa memahami konsep wacana. Kegiatan pembelajaran mata kuliah wacana menghasilkan data sebagai berikut.
Hasil Kegiatan Lesson Study Tiap Siklus Siklus Pertama Plan (27 April 2015, 9.00-11.00) 1. Identifikasi konsepwacana 2. Menentukan materiwacana 3. Menggunakan strategi multiple intelences dengan metode jigsaw 4. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok.Kelompok beranggotakan 4-5 mahasiswa, dimana setiap mahasiswa diberi lembar kerja sendiri-sendiri. Do (28 April 2015, 14.00-16.00) 1. Mahasiswa diminta menyajikan contoh wacana (lisan/tulis) yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya.
65
2. Mahasiswa dikelompokan menjadi 4 kelompok yang terdiri 5-7 orang mahasiswa. 3. Tiap orang dalam tim (asal) diberi bagian materi berbeda: kohesi gramatikal, kohesi leksikal) 4. Tiap orang dalam tim (asal) diberi bagian materi yang ditugaskan 5. Anggota dari tim (asal) yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka 6. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli (asal) dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama, 7. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 8. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, dosen mengajak mahasiswa
membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama, 7. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 8. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, dosen mengajak mahasiswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
See (Mei 2015, 16.00-18.00) 1. Pada saat apersepsi mahasiswa sangat temotivasi dan bersemangat 2. Pada saat melakukan diskusi ada bebrapa mahasiswa yang kuang aktif karena mengandalkan teman yang aktif, sehingga mahasiswa tidak dapat mengkuti pembelajarn secara maksimal 3. Saat presentasi di depan kelas, beberapa mahasiswa antusias untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 4. Ada beberapa mahasiswa yang berdiskusi tidak sesuai dengan materi.
See (6 Mei 2015, 16.00-18.00) 1. Mahasiswa termotivasi untuk belajar materi piranti kohesi dalam wacana. 2. Mahasiswa aktif dalam kegiatan kelompok Siklus Ketiga Plan (26 April 2015, 09.00-11.00) 1. Menggunakan strategi multiple intelences dengan metode 2. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 3. Kelompok beranggotakan 4-5 mahasiswa, dimana setiap mahasiswa diberi lembar kerja sendiri-sendiri.
Siklus Kedua Plan ( 5 Mei 2015,09.00-11.00 ) 1. Menggunakan strategi multiple intelences dengan metode 2. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 3. Kelompok beranggotakan 4-5 mahasiswa, dimana setiap mahasiswa diberi lembar kerja sendiri-sendiri.
Do ( 27 Mei 2015, 14.00-16.00) 1. Pada tahap apresepsi dosen memberi warmer berupa sambung kata 2. Membaca paparan tentang pengertian keutuhan struktur wacana yang telah disediakan oleh dosen(PPT & Handot) 3. Berkelompok, kemudian menandai aspek koherensi 4. Memaparkan hasil identifikasi 5. Secara individu, membuat wacana yang terdapat aspek koherensi. 6. Menyimpulkan kembali mata kuliah yang disampaikan
Do ( 6 Mei 2015, 14.00-16.00) 1. Mahasiswa diminta menyajikan contoh wacana (lisan/tulis) yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya. 2. Mahasiswa dikelompokan menjadi 4 kelompok yang terdiri 5-7 orang mahasiswa. 3. Tiap orang dalam tim (asal) diberi bagian materi berbeda: kohesi gramatikal, kohesi leksikal) 4. Tiap orang dalam tim (asal) diberi bagian materi yang ditugaskan 5. Anggota dari tim (asal) yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka 6. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli (asal) dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai
See (27 Mei 2015, 16.00-18.00) 1. Mahasiswa termotivasi untuk belajar materi piranti koherensi dengan adanya warmer sambung kata. 2. Mahasiswa memahami dan mampu menandai aspek koherensi pada wacana
66
Siklus Keempat Plan (12 Juni 2015, 09.00-11.00) 1. Menggunakan strategi multiple intelences dengan games tebak juteto 2. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 3. Kelompok beranggotakan 4-5 mahasiswa, dimana setiap mahasiswa diberi lembar kerja sendiri-sendiri.
mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas profesi mereka sebagai seorang guru/pendidik. (2) Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti menyusun silabus dan mengembangkannya dalam RPP. Selanjutnya peneliti mempersiapkan strategi, pada zona alfa yakni berupa ice breaking, brain gym, warmer, serta teaching aids, (3) Pembelajaran mata kuliah wacana dengan menggunakan strategi multiple intelegences lebih dapat diterima mahasiswa karena mahasiswa merasa terhibur dan terreleksasi, serta termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan (4) pembelajaran mata kuliah wacana dengan menggunakan strategi multiple intelegences dapat meningkatkan pemahaman konsep dan menyusun sebuah wacana.
Do (13 Juni 2015, 14.00-16.00) 1. Pada tahap apresepsi dosen memberi warmer berupa permainan tebak Juteto (judul, tema, dan topik) 2. Merumuskan perbedaan dari ketiga jenis tersebut Dosen memberikan potongan-potongan wacana. 3. Mahasiswa member judul, tema, topic yang tepat untuk melengkapi wacana tersebut 4. Salah satu mahasiswa membacakan hasil kerjanya 5. Menyusun wacana dari gambar yang telah diseiakan dengan mengembangkan ide dari topik yang telah dibuat oleh mahasiswa
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan dalam artikel ini adalah (1) Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam upaya membangkitkan minat mahasiswa untuk belajar menyusun wacana dengan baik (2) Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi kelak, ketika meraka terjun di dunia pendidik sebagai pendidik bagaimana membangun motivasi siswa dalam pembelajaran, serta mampu menghadirkan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan.
See (13 Juni 2015, 16.00-18.00) 1. Mahasiswa termotivasi untuk belajar materi topik, setelah ada warmer tebak juteto 2. Mahasiswa lebih mudah dalam menentukan tema, topic, serta menggembangkan topik menjadi wacana yang utuh.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah. 2009. Keutuhan Wacana. Jakarta: Grasindo. Chatif, Munif a. 2013. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Mizan pustaka Chatif, Munif b. 2013. Kelasnya Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak belajar dengan Manajemen Display Kelas. Bandung: Mizan pustaka
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran mata kuliah wacana merupakan sebuah pembelajaran yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai konsep dan teori wacana Bahasa Indonesia yang sesuai dengan perkembangan intelektual manusia sebagai pemakai bahasa maupun perkembangan bahasa itu sendiri. Pemahaman atas konsep dan teori ini akan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian, 67
Hendayana, Sumar dkk. 2007. Lesson Study: Suatu Stategi Menungkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI PRESS. Rani, Abdul dkk. 2013. Analisis Wacana: Tinjauan Deskriptif. Malang: Surya Pena Gemilang. Rani, Abdul dkk. 2006. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.
68