MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIFSI MELALUI MEDIA FOTO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CLUSTERING PADA SISWA KELAS XI SMA SETIA BAKTI KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011-2012 MAMAT 1021.0900 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Kenyataan tersebut, merupakan tantangan yang harus mendapatkan perhatian serius dari semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama guru Bahasa Indonesia. Guru Bahasa Indonesia harus mengarahkan siswanya agar menguasai keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis merupakan keterampilan yang tidak terlepas dan dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa yang lainnya. Dalam kehidupan modern ini, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tarigan (1986:4) yaitu: "Kiranya tidak terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar". Salah satu upaya untuk meningkatkan tercapainya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis, adalah penggunaan media. Hal ini merupakan alternatif yang dapat ditempuh untuk mengarahkan dan membimbing siswa memahami materi yang diberikan. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian mengenai "Model Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi Melalui Media Foto dengan Menggunakan Teknik Clustering" (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Setia Bakti Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011-2012). KATA KUNCI : MENULIS PARAGRAF DESKRIFSI / MELALUI MEDIA FOTO
bahasa, tetapi tidak mampu menggunakannya dan ketidakmampuan penyusunan kalimat, pemilihan bentuk kata, dan penguasaan ejaan. Kenyataan tersebut, merupakan tantangan yang harus mendapatkan perhatian serius dari semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama guru Bahasa Indonesia. Guru Bahasa Indonesia harus mengarahkan siswanya agar menguasai keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran menulis pada saat ini sering diabaikan dan cenderung dikesampingkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain "guru tidak mau memberikan pembelajaran menulis karangan karena akan menambah pekerjaan tambahan untuk memeriksa dan memberi penilaiannya". (Badudu, 1985:100) Mengingat pembelajaran menulis merupakan pelajaran yang penting, diharapkan guru mencari upaya dan alternatif lain dalam penyampaian materi pembelajaran menulis. Di samping itu, untuk menumbuhkan dan memelihara bakat siswa dalam keterampilan menulis karangan, selayaknya diupayakan dengan kegiatan dan metode yang bervariasi dalam penyampaian pembelajaran menulis. Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang akan
PENDAHULUAN Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan agar siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Meskipun pembelajaran Bahasa Indonesia di negara kita telah diberikan sejak pendidikan sekolah dasar, tetapi pada kenyataannya pembelajaran Bahasa Indonesia masih dirasakan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Lulusan SMA tidak terampil berbahasa Indonesia, mereka mengetahui masalah
1
dicapai; tujuan berkaitan erat dengan masalah yang dipilih. Masalah yang telah dipilih kemudian dirumuskan. Perumusan itu penting karena akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Dari keterangan di atas dapatlah dirumuskan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut ini. 1. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis paragraf deskripsi siswa kelas XI SMA SetiaBakti Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012 sebelum menggunakan media foto? 2. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis paragraf deskripsi siswa kelas XI SMA Setia Bakti Kabupaten Garut tahun pelajaran 20112012 sesudah menggunakan media foto? 3. Adakah perbedaan pembelajaran menulis paragraf deskripsi siswa kelas XI SMA Setia Bakti Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011-2012 sebelum dan sesudah menggunakan media foto?
Sebuah karangan tidak mungkin baik jika paragrafnya tidak tersusun dengan baik. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkaikan dalam runtutan yang makul. Dari segi penglihatan, paragraf tampak sebagai penggalan nas karena baris biasanya bertakuh. Jika tidak bertakuh, seperti dalam buku ini, paragraf yang satu dipisahkan dari yang lain oleh jarak baris yang lebar. Kalau pun kedja tanda itu tidak ada, seperti sering terjadi pada tata huruf masa kini, baris terakhir paragraf kebanyakan pendek-pendek sehingga ruang putih pada ujungnya tampak menandai akhir paragraf. Namun, ada yang lebih hakiki dari pemisahan yang terlihat dengan mata. Sebuah paragraf tertangkap oleh pikiran pembaca sebagai penggalan yang bulat dari pikiran pengarang. Sebagai penggalan pikiran, sebuah paragaraf terpisah dari paragraf yang lain. Ketika mata pembaca beralih dari paragraf yang satu kepada paragraf berikutnya, ia merasakan adanya peralihan pikiran dari tahapan pertama kapada tahapan selanjutnya. Peralihan itu bukanlah lompatan antara gagasan yang sama sekali berbeda. Gagasan terkandung dalam setiap paragraf merupakan bagian pada runtutan pikiran yang berhubungan. Dengan mengubah dan merangkai paragraf, penulis berusaha menyajikan jalan pikirannya tahapan demi tahapan. Maksudnya agar dalam menafsirkan isi karangan itu pembaca mengikuti juga penahapan tersebut. Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerlukan suatu hal. Dari segi islilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tentram, dan masyarakat yang saling menolong, atau suasana di jalan raya, tentang hiruk-pikuknya lalu lintas dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Sesuatu yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi juga yang dapat kita rasa dan kita pikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru, dan kasih sayang yang begitu pula suasana yang timbul dari suatu peristiwa, seperti suasana mencekam, putus asa, kemesraan, dan
KAJIAN TEORI DAN METODE Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis berkaitan erat dengan keterpelajaran seseorang. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk terampil menulis. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara serta merta. Seseorang yang ingin terampil menulis haruslah berusaha dan berlatih secara terus-menerus. Keterampilan menulis memerlukan usaha sadar dalam menuliskan kalimat dan mempertimbangkan cara dalam mengomunikasikannya (Byrne, 1988 dalam Diknas, 2005). Selanjutnya, Lado (dalam Diknas, 2005) menjelaskan bahwa menulis adalah meletakkan simbol gratis yang mewakili bahasa yang dapat dimengerti orang lain. Keterampilan menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa. Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Keterampilan menulis mencakup berbagai kemampuan, yaitu: menguasai gagasan yang dikemukakan, menggunakan unsur-unsur bahasa, menggunakan gaya, dan menggunakan ejaan dan tanda baca. Tujuan pembelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan aspek psikomotor/keterampilan tanpa harus mengabaikan aspek kognitif dan afektif. Keterampilan menulis adalah keterampilan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis. Keterampilan tersebut harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan, yaitu ketepatan penggunaan kosakata, gramatika, konteks, dan ejaan.
1.
Paragraf 2
keromantisan panorama pantai. Singkatnya, karangan deskripsi merupakan karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca.
HASIL DAN PEMBAHASAN Esensi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektivan penggunaan media foto dengan menggunakan teknik clustering dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibandingkan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi antara sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media foto dan kemampuan siswa menulis deskripsi setelah pembelajaran. Adanya perubahan kemampuan menulis dinyatakan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan kondisi di atas, ada dua jenis data yang dijaring dalam penelitian ini, yaitu kemampuan awal siswa (pre-test) yang berupa skor nilai keterampilan menulis (berupa hasil karangan deskripsi) sebelum diberi perlakukan pembelajaran dengan menggunakan media foto. Data lain adalah kemampuan akhir siswa (post-test) yang berupa skor nilai keterampilan menulis (berupa hasil karangan deskripsi) setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media foto. Dalam pemberian skor atas hasil karangan siswa, didasarkan pada criteria sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Hasil analisis penilaian terhadap karangan siswa penulis kemukakan sebagai berikut ini. Merujuk pada tabulasi di atas dapat penulis ilustrasikan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa dari ketiga aspek kriteria penilaian adalah 88, sedangkan skor terendah pada tes awal ini adalah 54. Sementara itu, skor rata-rata kemampuan akhir menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA SETIA ABAKTI Garut adalah 74,28. Pencapaian rata-rata tersebut diperoleh dari tiga aspek kriteria penilaian, di antaranya aspek isi paragraf mendapat skor rata-rata 30,35 dari skor ideal 40 sehingga kemampuan siswa terkait dengan isi paragrap adalah 75,875%; rata-rata aspek kosakata 21,23, dari skor ideal 30 atau sebanding dengan 70,75%; dan pengembangan bahasa 22,70, dari skor ideal 30 atau kemampuan siswa dalam pengembangan bahasa sebesar 75,67%.
Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak orang memberikan batasan atau pengertian tentang media. Misalnya, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media merupakan "segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan informasi; media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar". Sementara itu Briggs menyatakan, bahwa "media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta untuk merangsang belajar". Agak berbeda dengan pernyataan Briggs di atas, pernyataan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional. Dikatakan bahwa "media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya" (dalam Sadlman, 1986:6). Metode dan Teknik Penelitian Dalam suatu penelitian, setiap peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan. Hal ini, perlu dilakukan karena metode merupakan suatu upaya yang akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 649) menyatakan "metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud". Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimern Metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan menulis dengan menggunakan media foto, terhadap siswa kelas XI SMA setia bakti Garut. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menguji tingkat keefektifan penggunaan media foto dalam pembelajaran keterampilan menulis, khususnya dalam membuai paragraf deskripsi. Sementara itu teknik penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil nilai pretes dan postes. Desain yang digunakan One group pretest post-test design. Perbedaan antara observasi sebelum eksperimen dan setelah eksperimen diasumsikan merupakan efek dari treatment atau perlakuan. Desain penelitian ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut ini.
E → O1
X
A. Kesimpulan Pada bagian ini penulis mencoba untuk menyimpulkan hasil analisis dan pengolahan data hasil menulis siswa. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, sebagai berikut ini. Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media foto ternyata efektif. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata tes awal dan tes akhir, yaitu nilai rata-rata tes awal 59,25 dan nilai rata-rata tes akhir sebesar 74,28. Hal ini, berarti ada kenaikan nilai yang cukup baik, mencapai 15,03.
O2
(Suharsimi, 2002:78)
3
Hasil tes akhir menulis siswa dengan menggunakan media foto setelah dibandingkan dengan hasil tes awal ternyata terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penghitungan uji t rata-rata data tes awal dan tes akhir. Adapun tbums yang dihasilkan dari penerapan media foto tersebut sebesar 16,24 dan tu^ 2,424 pada taraf kepercayaan 95%. Media foto efektif digunakan guru dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsL Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan skor rata-rata yang diperoieh siswa pada kegiatan tes akhir. Dengan hal tersebut, membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam kegiatan menulis mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang dikemukakan sebelumnya terbukti. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S.. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia jakarta Erlangga
Keraf, G.. (1980). Komposisi. Flores: Nusa Indah. Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta Rusyana, Y. (1986). Keterampilan Menulis. Modul 1 s.d 6 Universitas Jakarta: Karunika. Sadiman, (1986). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan Pemanfaatan). Jakarta: Grafindo Persada. Suhendar dan Supinah, P. (1992). MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran Keterampilan Membaca dan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. Sutari, 1.1997. Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung: FPBS IKIP Syamsuddin, A.R. (1994). Dari Ide - Bacaan Simakan Menuju Menuis efektif Bandung: Bumi Siliwangi.
Arikunto, S.. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asrom, G. dkk. (1997). Belajar Mengajar: Dari Narasi Hingga Argumentasi Jakarta: Erlangga! Badudu, J.S. (1986). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Fachrudin. (1988). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud Hamalik, O. (1989). Media Pendidikan. Bandung: Alumni. Hanafiah, A. H.. (1988). Anda Ingin Jadi Pengarang?. Surabaya: Usaha nasional
Tarigan, D. dan H.G. Tarigan. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud
.
4
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIFSI MELALUI MEDIA FOTO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CLUSTERING PADA SISWA KELAS XI SMA SETIA BAKTI KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011-2012
MAKALAH
MAMAT 1021.0900
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012 5
6