MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII MTs. DARUL ULUM KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 RODIAH NPM. 1021.0506 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
ABSTRAK pengajaran puisi masih sering ditemukan fenomena pengajarannya. Di satu pihak tujuan pengajaran puisi berupaya untuk memberikan pengalaman berapresiasi pada siswa, di pihak lain guru bahasa cenderung lebih senang mengajarkan bahasa daripada sastra, walaupun pengajaran puisi diberikan hanya sebatas teori dan informasi saja. Dengan demikian, antara tujuan yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pengajaran di lapangan masih belum berjalan dengan baik. Untuk menanggulangi fenomena tersebut, di samping guru harus terus berupaya lebih meningkatkan kemampuannya dalam memahami puisi, juga perlu dicari metode pengajaran puisi yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, mempunyai unsur-unsur yang dapat ditelusuri. Unsur-unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi sebagaimana dikemukakan Sutawijaya (1994:388), antara lain: (1) tema; (2) rasa; (3) nada; (4) amanat; (5) diksi; (6) imajinasi ; (7) kata-kata konkret; (8) gaya bahasa; (9) ritme; dan (10) rima. Dengan memahami unsurunsur puisi tersebut, diharapkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dapat ditingkatkan. Di antara sekian banyak metode pengajaran, kita mengenal adanya metode diskusi dan metode inkuiri yang tampaknya lebih cocok untuk mencapai tujuan tersebut, karena kedua metode tersebut berupaya untuk memberikan peluang pada cara belajar siswa aktif dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku sekarang yang memberikan penekanan pada “membelajarkan siswa” memiliki makna bahwa yang harus lebih mendominasi pembelajaran itu bukan guru melainkan siswa, kedudukan guru dalam proses pembelajaran hanya sebatas membimbing, mengarahkan, dan membina siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian yaitu sebagai berikut ini. 1. Metode inkuiri atau metode penemuan adalah cara penyajian materi yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (dalam Sudirman, 1991:168), inkuiri adalah proses mental dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. 2. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dengan cara siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan. 3. Pembelajaran apresiasi puisi bukanlah sekadar memindahkan pengetahuan guru kepada anak didiknya, tetapi pengajaran apresiasi puisi diharapkan memiliki cara yang tepat untuk mengapresiasi sastra, khususnya puisi. (Nadeak, 1985:42) Kata Kunci : Apresiasi Puisi / Metode Diskusi dan inkuiri PENDAHULUAN Kecenderungan guru Bahasa dan Sastra Indonesia sekarang ini lebih senang mengajarkan bahasa daripada mengajarkan sastra. Walaupun pengajaran sastra dilakukan hanya berupa informasi mengenai teori sastra dan kurang menuntut pengalaman berapresiasi dan berkreasi siswa terhadap sastra, sehingga mengakibatkan daya tarik siswa terhadap pengajaran sastra berkurang. Di antara mereka terdapat anggapan bahwa tidak ada bedanya mempelajari sastra dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Gejala ini membuat masalah
pengajaran sastra semakin jauh dari yang diharapkan. Memberikan pengajaran sastra, berarti secara langsung juga membicarakan masalah pengajaran puisi karena puisi merupakan salah satu bagian dari genre sastra (Wellek dan Warren, 1995:298-315). Mengajarkan sebuah puisi berarti mengungkapkan suatu dunia kehidupan dengan medium bahasa yang harus memenuhi syarat tertentu sesuai dengan norma-norma estetis puisi (Situmorang, 1986:26). Sebagaimana pengajaran bidang-bidang lain, pengajaran puisi pun melibatkan beberapa aspek yang bersifat intern dan ekstern. Aspek intern,
terutama menyangkut bahan pengajaran dan teknik pengajaran. Dalam hal pemilihan puisi sebagai bahan pengajaran yang akan diajarkan perlu diperhatikan beberapa aspek menyangkut puisi itu sendiri. Rusyana (1982: 9-16) menyebutkan aspekaspek tersebut, yaitu: (1) aspek bahasa; (2) aspek pisikologi; dan (3) aspek latar budaya. Adapun mengenai teknik pengajaran perlu diperhatikan agar bahasa yang akan disajikan mampu menyedot perhatian dan minat siswa, sehingga pengajaran sastra tidak sia-sia. Berdasarkan hal tersebut di atas, tampak dalam pengajaran puisi masih sering ditemukan fenomena pengajarannya. Di satu pihak tujuan pengajaran puisi berupaya untuk memberikan pengalaman berapresiasi pada siswa, di pihak lain guru bahasa cenderung lebih senang mengajarkan bahasa daripada sastra, walaupun pengajaran puisi diberikan hanya sebatas teori dan informasi saja. Dengan demikian, antara tujuan yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pengajaran di lapangan masih belum berjalan dengan baik. Untuk menanggulangi fenomena tersebut, di samping guru harus terus berupaya lebih meningkatkan kemampuannya dalam memahami puisi, juga perlu dicari metode pengajaran puisi yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, mempunyai unsur-unsur yang dapat ditelusuri. Unsur-unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi sebagaimana dikemukakan Sutawijaya (1994:388), antara lain: (1) tema; (2) rasa; (3) nada; (4) amanat; (5) diksi; (6) imajinasi ; (7) kata-kata konkret; (8) gaya bahasa; (9) ritme; dan (10) rima. Dengan memahami unsurunsur puisi tersebut, diharapkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dapat ditingkatkan. Di antara sekian banyak metode pengajaran, kita mengenal adanya metode diskusi dan metode inkuiri yang tampaknya lebih cocok untuk mencapai tujuan tersebut, karena kedua metode tersebut berupaya untuk memberikan peluang pada cara belajar siswa aktif dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku sekarang yang memberikan penekanan pada “membelajarkan siswa” memiliki makna bahwa yang harus lebih mendominasi pembelajaran itu bukan guru melainkan siswa, kedudukan guru dalam proses pembelajaran hanya sebatas membimbing, mengarahkan, dan membina siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan. Pengertian Puisi Puisi merupakan cabang sastra yang tergolong ke dalam bentuk sastra imajinatif dalam arti bahwa puisi tidak memprioritaskan pada realita kehidupan atau fakta-fakta kehidupan sehari-hari, karena sastra imajinatif tidak bermaksud untuk menginformasikan fakta pada pembacanya. Puisi digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan pengalaman batin yang disusun dengan bahasa yang khas dan diuntai dengan menitikberatkan pada unsur estetik atau keindahan. Dengan penggunaan bahasa yang khas serta tingkat estetik yang baik, puisi sanggup menggugah perasaan haru, gembira, kebanggan dan hal-hal lain dari pembaca atau pendengarnya. Apabila ditinjau dari makna leksikal, puisi dapat diartikan sebagai karangan kesusastraan yang berbetuk sajak. (syair, pantun, dan sebagainya). Sementara itu, kata "sajak" sendiri mempunyai pengertian persesuaian bunyi dalam suku kata yang terdapat pada syair, pantun, dan sebagainya (KBBI, 1988:772). Pengertian Apresiasi Tarigan (1984 : 233) memberi batasan bahwa "apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas sadar serta kritis". Zakaria (1981: 6) memberi batasan sebagai berikut: "Apresiasi sastra ialah kegiatan memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan penghargaan yang baik terhadapnya. Sementara itu, Panuti (1984: 8) mengatakan bahwa apresiasi sastra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman. Pengertian Metode Penemuan Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (1975), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atau inquiry yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu : (1) Istilah-
istilah discovery dan Inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus. (2) Istilah Discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry. Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bersifat komparatif. Metode ini digunakan dalam proses pembelajaran puisi antara yang menggunakan metode diskusi dan inkuiri yang dilakukan di kelas VIII MTs. Darul Ulum Kabupaten Garut. Sementara itu, desain penelitian yang digunakan adalah Postest Group Design. Masingmasing kelompok subjek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu dengan perlakuan yang berbeda. Banyaknya perlakuan pembelajaran puisi pada masing-masing kelompok dilakukan sebanyak dua kali perlakuan. Pengukuran dilakukan sesudah perlakuan diberikan dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran akhir (T2). Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah teknik pengolahan data kuantitatif. Teknik kuantitatif penulis maksudkan untuk membandingkan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode diskusi dan yang menggunakan metode inkuiri. Pengolahan data penulis lakukan mulai dari penginventarisasian data yang masuk, kemudian data tersebut diseleksi. Data-data tersebut berupa hasil belajar siswa pada pembelajaran puisi. Rumus statistik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah rumus mean (rata-rata) dan t tes untuk membandingkan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode diskusi dan yang menggunakan metode inkuri. Rumus tersebut adalah sebagai berikut: Uji t atau t tes −
t=
−
X 1− X 2 2
2
S1 S + 2 n1 n2 keterangan: −
X
= rata-rata = kuadrat standar deviasi = sampel penelitian (Arikunto, 2002:275) Kriteria pengujian 1) Jika nilai thitung kurang dari tdaftar, berarti kedua kelompok tidak ada perbedaan(thitung
2)
Jika nilai thitung lebih besar dari tdaftar (thitung > tdaftar), maka kedua rata-rata berbeda signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembelajaran Apresiasi Puisi Kelas yang Menggunakan Metode Diskusi Berdasarkan data niali apresiasi puisi kelas yang menggunakan metode diskusi, secara umum kemampuan siswa memahami puisi setelah mengikuti proses pembelajaran dengan mengguanakan metode diskusi menunjukkan kemampuan yang baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-rata kemampuan siswa yang mencapai 77,17. Nilai terkecil yang diperoleh siswa sebesar 50 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 85. Secara umum rata-rata tersebut sudah melampaui batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 62,5. Sementara itu, ketuntasan klasikal yang dicapai siswa berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 30 siswa 27 orang sudah melampaui atau mencapai batas ketuntasan, sehingga daya serap klasikal atau ketuntasan klasikal siswa mancapai 90% dan ini berarti pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode diskusi telah mencapai ketuntasan yang diharapkan oleh kurikulum. Hasil Pembelajaran Apresiasi Puisi Kelas yang Menggunakan Metode Inkuiri Berdasarkan data niali apresiasi puisi kelas yang menggunakan metode diskusi inkuiri, secara umum kemampuan siswa memahami puisi setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi menunjukkan kemampuan yang cukup baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-rata kemampuan siswa yang mencapai 69,33. Nilai terkecil yang diperoleh siswa sebesar 55 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 85. Secara umum rata-rata tersebut sudah melampaui batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 62,5. Namun, ketuntasan klasikal yang dicapai siswa berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 30 siswa 22 orang sudah melampaui atau mencapai batas ketuntasan, sehingga daya serap klasikal atau ketuntasan klasikal siswa mencapai 73% dan ini berarti pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inkuiri belum mencapai ketuntasan yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu mencapai ketuntasan klasikal di atas 85%. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa pada pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inkuiri harus dilakukan remidial.
Analisis Berdasarkan deskripsi data, baik hasil belajar siswa pada kelompok yang menggunakan metode diskusi maupun pada kelompok siswa yang menggunakan metode inkuiri, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada kelompok yang menggunakan metode inkuiri lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan metode inkuiri. Hasil tes hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi yang ditentukan berdasarkan kriteria menemukan majas, memahami kata-kata khusus, menemukan suasana, dan memahami pesan yang disampaikan penyair dalam puisinya pada kelompok siswa yang menggunakan metode inkuiri mencapai rata-rata 69,3. Sementara itu, pada kelompok siswa yang menggunakan metode diskusi mencapai ratarata 77,17. Dari data tersebut terjadi peningkatan kemampuan berbicara sebesar 1,54. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi, terungkap bahwa hasil belajar yang menggunakan metode diskusi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi yang menggunakan metode inkuiri. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi lebih efektif dalam mencapai hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi jika dibandingkan dengan yang menggunakan metode inkuiri. SIMPULAN Bagian akhir dari tulisan ini, penulis menarik beberapa simpulan yang didasarkan pada rumusan masalah yang telah dituangkan pada bagian sebelumnya serta dilandasi hasil penelitian. Simpulan yang dapat ditarik yaitu sebagai berikut ini. 1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode diskusi menunjukkan hasil belajar yang baik. Hal ini ditandai dengan pencapaian rata-rata sebesar 77,17 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa mencapai 90%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran telah tuntas. Berdasarkan kriteria penilaian hasil belajar puisi siswa diketahui bahwa pada pemahaman pesan yang disampaikan penyair menunjukkan kemampuan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kriteria yang lainnya. Berdasarkan kriteria penilaiannya diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menemukan majas mencapai 79,3; memahami kata-kata sulit 72; menemukan suasana 76; dan memahami pesan yang disampaikan melalui puisi 81,3. 2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inkuiri menunjukkan hasil belajar yang cukup baik.
3.
Hal ini ditunjukkan dengan pencapain rata-rata sebesar 69,33 melebihi batas minimal ketuntasan belajar siswa yang hanya 62,5. Namun demikian apabila diamati dari ketuntasan belajar klasikal siswa diperoleh hanya 73% siswa yang tuntas. Kondisi ini menunjukkan pembelajaran yang belum tuntas. Diamati dari kriteria hasil pembelajaran apresiasi puisi terungkap bahwa kemampuan siswa menemukan majas merupakan kemampuan yang paling tinggi dikuasai oleh siswa yang mencapai 80%. Berdasarkan kriteria penilaiannya diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menemukan majas mencapai 80; memahami kata-kata sulit 63,3; menemukan suasana 66; dan memahami pesan yang disampaikan melalui puisi 68. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada puisi yang menggunakan metode diskusi lebih baik jika dibandingkan dengan yang menggunakan metode inkuiri. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi lebih baik jika dibandingkan dengan yang menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran apresiasi puisi. Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t yang dilakukan diperoleh thitung > ttabel (3,667 > 1,669) pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar siswa pada kelompok diskusi dan kelompok yang menggunakan inkuiri berbeda secara signifikan atau berarti.
DAFTAR PUSTAKA Aftarudin, Pesu. 1990. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung : Angkasa. Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang : Yayasan Asih Asah Asuh (YA3). Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Cipta. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pendidikan. Nasution. 1991. Jemmars.
Metode
Research.
Satuan Dirjen
Bandung:
Nazir, Muhammad. 1998. Metode Penelitian Ilmiah. Bandung. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press. Rusyana, Y. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Agung. Suhendar, M.E dan Pien Supinah. 1993. Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung. Pionir Jaya. Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito. Tarigan, Henri Guntur. 1993. Prinsip-primip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.