MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ZIG SHAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS VIII SMPN 2 KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Neneng Kuswati NPM. 1021.0525 Program Studi PBS Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis mengenai kemampuan siswa dalam berpidato sebagai dampak dari proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi Zigsaw. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam mencari dan menentukan strategi yang tepat dalam pembelajaran berbicara. Berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (1) Apakah strategi Zigsaw dapat meningkatkan kemampuan berbicara khususnya kemampuan berpidato siswa Kelas VIII SMPN 2 Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun pelajaran 2011/2012; (2) Apakah strategi yang tidak menggunakan Zigsaw dapat meningkatkan kemampuan berbicara khususnya kemampuan berpidato siswa Kelas VIII SMPN 2 Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun pelajaran 2011/2012; (3) Efektifkah strategi belajar Zigsaw digunakan dalam pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kemampuan berpidato siswa Kelas VIII SMPN 2 Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data yang terkumpul, diperoleh simpulan antara lain: (1) Pada kelompok siswa yang menggunakan strategi ceramah atau yang tidak menggunakan strategi Zigsaw pada pembelajaran berbicaranya mencapai rata-rata nilai 68,4, sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigsaw mencapai rata-rata nilai 73,1; (2) Pembelajaran berbicara yang mempergunakan strategi Zigsaw mampu memberikan kemampuan berpidato yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak menggunakan strategi Zigsaw. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian rata-rata yang lebih baik pada kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigsaw. Pencapaian rata-rata nilai tersebut terjadi pada seluruh kriteria penilaian, baik pada bahasa pidato, isi pidato, maupun pada penampilan berpidato; (3) Kemudian berdasarkan perhitungan statistik ternyata bahwa perbedaan rata-rata pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan (berarti), sehingga penggunaan strategi Zigsaw pada pembelajaran berbicara efektif dalam memberikan kemampuan berpidato pada siswa. Hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel yaitu 2,40 > 2,025.
Kata Kunci : Kemampuan Pidato / Stretagi Zig Shaw PENDAHULUAN Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang pertama dan utama dapat dilakukan oleh manusia sejak dulu. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun tetap berbicara merupakan alat komunikasi yang paling dominan. Dengan berbicara orang dapat mengungkapkan maksud dan tujuannya secara langsung, dan dengan berbicara pula orang dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% waktu bangun kita berada dalam kegiatan komunikasi, dan kita dapat memastikan bahwa sebagian besar kegiatan komunikasi tersebut dilakukan melalui lisan.” (Rakhmat, 1994:2). Dalam konteks yang lebih luas, berbicara merupakan suatu alat yang dapat membawa seseorang ke dalam puncak karier dan jabatannya. Keberhasilan seseorang menduduki suatu jabatan
tidak terlepas dari keahliannya dalam mempengaruhi dan meyakinkan orang lain untuk mempercayainya dan hal itu dilakukannya melalui lisan baik dalam kondisi resmi (melalui pidato) maupun tidak resmi. Misalnya keberhasilan seorang ‘saless’ dalam memasarkan barang atau jasanya akan ditentukan pula oleh kemampuan berbicaranya. Kemampuan bicara bisa merupakan bakat. Tetapi, kepandaian bicara yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan cara dan bentuk pakaian yang dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering lupa memperhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang diucapkannya supaya kedengaran baik. Pidato merupakan bentuk berbicara yang memerlukan tingkat keahlian dan pengetahuan serta pengalaman yang memadai. Meskipun
demikian kemampuan berpidato bukanlah suatu kemampuan yang tidak dapat dipelajari. Oleh karena itu berbagai teori dan teknik berpidato banyak dikemukakan para ahli, hal ini dimaksudkan agar kita mampu menjadi seorang orator yang benar-benar mampu menyampaikan maksud dan tujuan kita. Arti penting pidato khususnya dan umumnya berbicara dalam kehidupan sehari-hari, terkait erat dengan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Tarigan, menyatakan “keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : (a) keterampilan menyimak (listening skills), (b) keterampilan berbicara (speaking skills); (c) keterampilan membaca (reading skills); dan (d) keterampilan menulis (writing skills)” (1988:1). Pengajaran yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa merupakan satu langkah yang tepat, karena dengan demikian kemampuan berbicara siswa akan terlihat jelas karena siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan. Pada kenyataannya, pengajaran berbicara dalam pengajaran bahasa Indonesia saat ini belum memuaskan khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut menandakan bahwa kecakapan pengembangan daya pikir untuk mengemukakan argumen secara lisan belum memadai. Selain itu, materi pembelajaran berbicara di sekolah umumnya masih kurang mendapat perhatian dan guru bahasa Indonesia yang bersangkutan. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Belajar Mengajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Menurut Sudjana (1998:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Oleh sebab itu belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu dengan lingkungannya. Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pendapat Winkel W.S. (1997:36) bahwa belajar adalah : “suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Pengertian mengajar menurut Sudjana (1989:29) pada hakekatnya adalah suatu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Menurut Ali (1992:12) bahwa mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan yang dirumuskan. Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar, inilah yang dimaksud dengan belajar mengajar. Untuk terjadinya proses belajar yang diharapkan pada siswa tergantung pada cara guru mengajar. Dari pengertian di atas, untuk terjadinya proses belajar pada siswa di antaranya guru harus memahami berbagai kondisi siswa dalam memproses materi pelajaran yang diberikan. Tiap siswa memiliki tingkat kecepatan pemahaman yang berbeda terhadap materi pelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Mohammad Nur, 1996:2) bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Selanjutnya dan pengertian di atas, dalam memberikan materi pelajaran guru harus menciptakan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan siswa terjadi proses belajar. Siswa akan mudah memahami dan mengingat materi pelajaran, apabila siswa terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Seperti yang digambarkan dalam pengertian kerucut pengalaman belajar Edgar Dale (Oemar Hamalik, 1997:54) mengenai tingkat pemahaman belajar dijelaskan bahwa semakin konkrit suatu pengalaman belajar siswa dapat lebih banyak melibatkan inderanya dalam memperoleh pengetahuan sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan mengingat materi pelajaran yang diperoleh. Strategi Zigshaw Teknik mengajar Zigshaw dikembangkan oleh Aronsonetal. Sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Adapun cara penerapan atau teknik di dalam kelasnya adalah seperti di bawah ini. a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk
hari itu pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorining ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru. c. Siswa dibagi dalam kelompok berempat. d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. e. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan atau menelaah bagain mereka masing-masing. f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca / dikerjakan masingmasing. Dalam kegiataan ini, siswa bisa saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. g. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagi bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. h. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan satu dengan seluruh kelas. Dalam kegiatan berpidato secara impromtu, siswa pada akhir pelajaran diminta memberikan pidato secara langsung atau spontan, mengenai masalah atau topik yang diberikan setelah mengadakan diskusi dengan kelompoknya. Pengertian Pidato Retorika Modern, Sebuah Pengantar Teori dan Praktek Berpidato, sebuah buku yang disusun oleh Jalaludin Rahmat, telah banyak mengupas istilah “retoriks” dan “public speaking” yang mempunyai arti sama dengan berpidato. Retorika berasal dari kata “rhetor” (Yunani). Dalam arti yang luas, retorika bukan saja ketangkasan berbicara di depan umum, tetapi juga meliputi keterampilan bercakap-cakap, kepandaian mempengaruhi orang banyak serta kecakapan melahirkan cipta, rasa dan karsa (Rahmat, 1982:9). Kamus Umum Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pidato adalah ucapan yang disusun baik-baik yang ditujukan kepada orang banyak (Poerwadarminta, 1982:751). Selain itu, berpidato adalah kegiatan komunikasi secara lisan yang tidak bisa disamakan dengan bercakap-cakap. Bertitik tolak dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud berpidato adalah berbicara di depan orang banyak (massa) untuk maksud dan tujuan
tertentu dengan metode dan teknik tertentu serta topik tertentu pula. Metode dan Teknik Penelitian Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang berarti cara, jalan ke arah tujuan, sedangkan pengertian secara umum adalah “Suatu cara melakukan sesuatu atau suatu kerja” (Burhan, 1979:6). Apabila kita tarik kesimpulan pengertian metode di atas, kemudian kita hubungkan dengan metode penelitian terhadap objek, untuk memperoleh data secara efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain post test dua kelompok di acak. Penelitian ini membandingkan dua kelompok siswa yang diperlakukan berbeda. Kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigshaw pada pembelajaran berbicara sebagai kelompok eksperimen dengan kelompok yang tidak menggunakan strategi Zigshaw pada pembelajaran berbicara sebagai kelompok kontrol. Kemampuan yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam berpidato. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi, yaitu mengadakan penelitian langsung ke sekolah dalam upaya menentukan kelas yang berimbang. 2. Proses belajar mengajar berbicara. 3. Tes pidato, dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan FORMAT PENILAIAN PIDATO Teknik Pidato : ....................................... Nama Siswa : ....................................... Kelas : ....................................... Komponen yang dinilai
Bobot
1 2 3 4 5
BAHASA PIDATO Lafal dan Intonasi
2
Pilihan Kata
1
Strutur Kalimat
3
Gaya Bahasa & Pragmatik ISI PIDATO Hubungan isi dengan Topik
Skala Penilaian
1
3
Skor
Struktur isi
1
Kuantitas isi
1
Kualitas isi
1
PENAMPILAN Gerak-gerik & Mimik Hubungan dengan pendengar Volume suara
1 2 1
Jalannya Pidato
1
JUMLAH
18
1 = kurang sekali 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = baik sekali Prosedur Analisis Data Berdasarkan jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kuantitatif, baik dari data siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang kemudian dianalisis hasilnya dan dibandingkan. Kemudian ditarik kesimpulan yang dinyatakan secara kualitatif. Adapun langkahlangkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Menghitung skor nilai dari masing-masing penilai 2. Mendeskripsikan kemampuan pidato pada masing-masing kelompok 3. Pengujian hipotesis dengan rumus yang digunakan adalah : t=
M −M x
y
∑χ +∑χ 2
2
1
2
N (−1)
(Arikunto, 1996 : 266) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil deskripsi dan perhitungan statistik menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam berpidato pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbicara dengan strategi Zigshaw lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan siswa dalam berpidato pada kelompok siswa yang tidak menggunakan strategi Zigshaw. Meskipun apabila diamati selisih rata-rata kemampuan siswa dalam berpidato tersebut tidak terlalu jauh. Pada kelompok siswa yang tidak menggunakan strategi Zigshaw dicapai kemampuan siswa sebesar 68,4 sementara pada kelompok siswa yang
menggunakan strategi Zigshaw sebesar 73,1 jadi hanya berselisih 4,7. Terlepas dari besar kecilnya selisih kemampuan berpidato pada kedua kelompok, yang jelas bahwa berdasarkan perhitungan statistik selisih tersebut menunjukkan suatu perbedaan kemampuan yang signifikan. Beberapa hal yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hal tersebut antara lain: 1. Strategi Zigshaw, sebagai salah satu strategi pembelajaran yang menekankan adanya komunikasi yang harmonis baik di antara sesama siswa maupun di antara siswa dengan guru. Siswa yang terbiasa melakukan komunikasi dengan baik akan memiliki kemampuan yang baik pula dalam berpidato. Hal ini disebabkan karena mereka terbiasa berbicara di depan orang lain khususnya teman-temannya. Sementara itu siswa yang menggunakan metode atau strategi ceramah cenderung bersifat pasif karena mereka terbiasa untuk mendengarkan pembicaraan orang lain. 2. Baik secara teoretis maupun secara praktis, siswa yang menggunakan strategi Zigshaw dalam pembelajaran berbicaranya akan lebih menguasai, karena dalam proses pembelajarannya di samping materi teoretis siswa juga mencoba menganalisis berbagai kemungkinan dan hambatan serta strategi untuk menanggulangi berbagai kesulitan dalam berbicara khususnya dalam berpidato. Dengan demikian, mereka memiliki pemahaman yang memadai dalam cara berpidato. 3. Sementara itu, dengan penyampaian ceramah, siswa hanya dibekali dengan kemampuan teoretis saja, tanpa mampu menganalisis, apa dan bagaimana teknik berpidato yang baik. Siswa hanya dikenalkan pada berbagai jenis dan teknik berpidato, tanpa mampu mencoba berbicara. Hal ini pulalah yang menyebabkan kemampuan siswa berpidato pada kelompok yang menggunakan ceramah pada pembelajaran berbicaranya lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigshaw. 4. Meskipun kemampuan berpidato juga dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan, akan tetapi kemampuan teori serta latihan berbicara di depan orang lain merupakan faktor penting dalam penguasaan pidato.
SIMPULAN Beberapa simpulan yang dapat penulis kemukakan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian seperti di bawah ini. 1. Pada kelompok siswa yang menggunakan strategi ceramah atau yang tidak menggunakan strategi Zigshaw pada pembelajaran berbicaranya mencapai rata-rata nilai 68,4 sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigshaw mencapai rata-rata nilai 73,1. 2. Pembelajaran berbicara yang mempergunakan strategi Zigshaw mampu memberikan kemampuan berpidato yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak menggunakan strategi Zigshaw. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian rata-rata yang lebih baik pada kelompok siswa yang menggunakan strategi Zigshaw. Pencapaian rata-rata nilai tersebut terjadi pada seluruh kriteria penilaian, baik pada bahasa pidato, isi pidato, maupun pada penampilan berpidato. 3. Kemudian berdasarkan perhitungan statistik ternyata bahwa perbedaan rata-rata pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan (berarti), sehingga penggunaan strategi Zigshaw pada pembelajaran berbicara efektif dalam memberikan kemampuan berpidato pada siswa. hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel yaitu thitung, (2,40) > dan ttabel (2,025). DAFTAR PUSTAKA Arsjad,
Maidar dan Mukti U.S. (1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Burhan, Jazir. (1979). Pengantar ke Arah Metode Pengajaran Bahasa. Bandung. FSS. IKIP. Cahyaningsih. (2000). Cooperative Learning. Makalah. Tidak Diterbitkan. Hidayat, Kosadi (1991) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta. Lie,
Anita. (2000). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Umum.
Dasar
dan
Nasution S. (1999). Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung : Jemmars.
Poerwadarminta. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Suyatna, Amir. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. IKIP. Tarigan, H.G. (1988). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.