IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu
instansi
pemerintah
untuk
mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung merupakan arah bagi peningkatan kinerja dan fungsi yang dijalankan berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang dijalankan serta urusan yang menjadi kewenangannya. Penjabaran target kinerja yang ditetapkan dalam rencana strategis kedalam rencana tahunan yang dituangkan dalam rencana kerja dievaluasi melalui penyampaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) SKPD yang dilakukan setiap tahun. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya berupa anggaran dan SDM, maka sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2015 ditetapkan dengan dokumen Penetapan Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Dokumen penetapan kinerja tersebut digunakan sebagai dasar untuk melaporkan capaian kinerja, dan menilai keberhasilan Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015. Dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2015 tersebut diuraikan sasaran-sasaran dalam Rencana Strategis Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung yang diprioritaskan untuk dicapai, indikator
kinerja
yang
digunakan
untuk
menilai
keberhasilan
pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai tahun 2015, program-program, dan anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian masing-masing sasaran.
LKIP DISPERTAPA 2015
1
Berdasarkan analisis terhadap pencapaian kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015, beberapa capaian yang mengindikasikan keberhasilan kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dapat dirumuskan sebagai berikut : Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7 sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2015, tingkat pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 % (Sangat baik). Uraiannya adalah sebagai berikut : 1. Sasaran Strategis Terjaganya Ketersediaan Pangan, diukur melalui 5 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian 106,02%). Indikator Kinerjanya berupa; 1). Score Pola Pangan Harapan (PPH) dari target 91,25 dapat terealisasi
91,26
atau
terealisasi
mencapai
(100,01%).
2). Penguatan cadangan pangan dari target 60 ton dapat terealisasi sebanyak 72,26 ton atau terealisasi mencapai (120,43%), 3). Tingkat Konsumsi Pangan; a. Beras : dari target 91,40
kg/kapita/tahun
dapat
terealisasi
sebesar
91,31
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,10%). Tingkat konsumsi perhitungan
beras
ini
yang
lain
perhitungannya dimana
berbeda
semakin
rendah
dengan tingkat
konsumsinya maka semakin baik, karena capaian target kinerja tingkat konsumsi pangan beras adalah menurunnya konsumsi pangan beras sehingga bila capaiannya lebih kecil dari target itu menunjukan
kinerja yang baik karena targetnya adalah
mengurangi konsumsi beras setiap tahunnya.; b. tingkat konsumsi Daging : dari
target 16,12 kg/kapita/tahun dapat
terealisasi sebesar 17,62 kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (109.31%); dan c. tingkat konsumsi Ikan : dari target LKIP DISPERTAPA 2015
2
34,20
kg/kapita/tahun
dapat
terealisasi
sebesar
34,28
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,23%); 2. Sasaran Strategis Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Hasil Pertanian dan Perikanan diukur melalui 6 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat capaian
100,55%),
Indikator
Baik
Kinerjanya
(rata-rata berupa
:
1). Produktivitas tanaman padi dari target 65,05 kwintal/Ha dapat terealisasi sebanyak 65,05 kw/ha atau terealisasi mencapai (100,00 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 65,03 kwintal/ha. 2). Produksi tanaman hias dari target 188.500 pot/tahun dapat terealisasi sebanyak 189.002 pot/tahun atau terealisasi mencapai (100,27 %), sedangkan pada
tahun
sebelumnya
terealisasi
186.920
pot/tahun
3). Populasi ternak : a. Sapi : dari target 1.604 ekor dapat terealisasi sebanyak 1.625 ekor atau terealisasi mencapai (101,31 %) sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi
1.554 ekor, b. Domba : dari target 30.833 ekor dapat terealisasi sebanyak 30.991 ekor atau
terealisasi mencapai (100,51 %),
sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi 29.955 ekor;
4). Produksi Ikan : a. Ikan Konsumsi : dari target 2.846 ton dapat terealisasi sebanyak 2.877 ton mencapai (101,09 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 2.764,09 ton b. Ikan Hias dari target 921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor atau terealisasi mencapai (100,13 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 907.670 ekor. 3. Sasaran Strategis Terkendalinya Kasus Penyakit Zoonosa diukur melalui 1 indikator
kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik
( capaian 200% ) indikator kinerjanya berupa
jumlah
kasus
penyakit zoonosa
target
maksimal
kejadian
8
di
kasus
Kota Bandung,
dari
ternyata kejadian 0
kasus tahun sebelumnya terjadi 1 kasus, hal ini menunjukan
LKIP DISPERTAPA 2015
3
kinerja baik karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya. 4. Sasaran Strategis Menurunnya Produk Pangan Segar yang Tercemar diukur melalui 1 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik ( capaian
160,00 % ) indikator
kinerjanya berupa jumlah pangan segar yang tercemar, dari target kejadian kasus maksimal 50 kasus realisasinya 20 kasus ini menunjukkan kinerja yang baik karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya. 5. Sasaran Strategis Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan diukur melalui 2 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 131,41 %) indikator kinerjanya berupa jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari target 750 pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 755 pelaku usaha atau teralisasi sebesar (100,67 %); dan b. Olahan : dari target 370 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 600 orang pelaku usaha atau sebesar (162,16 %). 6. Sasaran Strategis Meningkatnya Keterampilan Pelaku Usaha yang Menggunakan Sarana Teknologi Pertanian dan Perikanan diukur melalui 2 indikator
kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 101,42 %) indikator kinerjanya berupa jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari target 630 pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 640 pelaku usaha atau teralisasi sebesar
(101,59 %); dan b. Olahan : dari
target 160 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 162 orang pelaku usaha atau sebesar (101,25 %). 7. Sasaran
Strategis
Terwujudnya
Peningkatan
Kualitas
Pelayanan Publik dan Akuntabilita Kinerja diukur melalui 4 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (ratarata capaian diatas 100,96 %) indikator kinerjanya berupa : LKIP DISPERTAPA 2015
4
1). Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dari target 80 dapat
terealisasi 81,07 atau mencapai 101,34 %; 2). Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %; 3). Nilai evaluasi AKIP dari target angka 75 dapat terealisasi 76,87 (A) atau terealisasi mencapai 102,49
%;
4).
Prosentase
temuan
BPK/Inspektorat
yang
ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %.
Selain beberapa capaian kinerja tersebut, masih ditemui beberapa kendala
dan
permasalahan
dalam
peningkatan
kinerja
Dinas
Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung antara lain : – Terlambatnya pengesahan APBD murni dan pengesahan APBD Perubahan – Menumpuknya beban pekerjaan dan pencairan anggaran pada akhir Triwulan ke -4 setiap tahunnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya adalah : – Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah – Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia sesuai dengan tupoksi dan kemampuannya. – Pelaksanaan kegiatan berdasarkan time schedule yang disepakati pada awal pelaksanaan kegiatan.
LKIP DISPERTAPA 2015
5
Beberapa penghargaan yang diraih oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung selama tahun 2015 adalah : NAMA TINGKAT PRESTASI NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ SKPD KEGIATAN KEGIATAN TAHUN 2015 1. Peluncuran Provinsi Jawa Penghargaan Program Barat Kinerja Raskin/Rastra Penyaluran Tingkat Raskin Provinsi Jawa Tahun 2015 Barat Kategori Kota Dengan Penyaluran dan Pembayaran Harga tebus Raskin terbaik
2.
Peluncuran Provinsi Jawa Program Barat Raskin/Rastra Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
Penghargaan Kinerja Penyaluran Raskin Tahun 2015 Kategori Dukungan APBD terhadap Kelancaran Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2015
6
NAMA TINGKAT PRESTASI NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ SKPD KEGIATAN KEGIATAN TAHUN 2015
1.
Kontes Ternak Komoditas Ternak Domba Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa 1. Juara 1 Barat kategori Raja Pejantan (an. H. Opi) 2. Juara 2 kategori pejantan (an. H. Opi) 3. Juara 3 Ratu Bibit (an. H. OO Sutisna) 4. Juara 3 Raja Petet (an. H. Opi)
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
Kerjasama Dispertapa dengan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kota Bandung
7
NAMA TINGKAT PRESTASI NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ SKPD KEGIATAN KEGIATAN TAHUN 2015
2.
Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Juara 2 Barat Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
Kerjasama Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kota Bandung dengan Pokja 3 PKK Kota Bandung
8
NAMA TINGKAT PRESTASI NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ SKPD KEGIATAN KEGIATAN TAHUN 2015 3. Lomba Provinsi Jawa Juara 2 Olahan dan Barat Lomba Pemasaran Olahan dan Peternakan Pemasaran Tingkat Jawa Peternakan Barat Tingkat Jawa Barat (an. Kelompok Usaha Sizi Atjep)
4.
Lomba Usaha Provinsi Jawa Mikro Kecil Barat Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
Juara 2 Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
9
NAMA TINGKAT PRESTASI NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ SKPD KEGIATAN KEGIATAN TAHUN 2015
5.
Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
KETERANGAN
Provinsi Jawa Juara 2 Barat Lomba Merangkai Buahbuahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015
10
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaksanaan lebih lanjut didasarkan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
yang
selanjutnya
disingkat LKIP adalah Dokumen yang berisi gambaran, perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang disusun dan disampaikan
secara
Akuntabilitas disingkat
Kinerja
AKIP
Pemerintah
sistematik Instansi
adalah
untuk
dan
melembaga
Pemerintah
perwujudan
yang
kewajiban
mempertanggungjawabkan
sedangkan selanjutnya
suatu
Intansi
keberhasilan/
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 pada dasarnya dilatarbelakangi oleh tekad dan kesungguhan untuk melaksanakan tugas yang ditetapkan dalam ketentuan perundangundangan yang ada maupun dokumen perencanaan pembangunan daerah
dan
rencana
pembangunan
jangka
menengah
daerah
(RPJMD) serta ikut memenuhi tuntutan visi, misi dan agenda pembangunan
Walikota
Bandung
sebagai
acuan
dalam
penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandung.
LKIP DISPERTAPA 2015
11
Dalam rangka penyelenggaraan good governance, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas,
terukur,
dan
sah
sehingga
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk mewujudkan hal tersebut, setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan pada suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.
Pertanggungjawaban
disampaikan
kepada
atasan
dimaksud
berupa
masing-masing,
laporan
yang
lembaga-lembaga
pengawasan, dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penyusunan Laporan Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015, mengacu kepada Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung 2013–2018, yang merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 20132018, Rencana Kinerja Tahun 2015 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung Tahun 2015, serta Kebijakan
Umum
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(KUAPBD) Kota Bandung Tahun 2015 yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah Kota Bandung.
LKIP DISPERTAPA 2015
12
1.2.
GAMBARAN UMUM ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Daerah nomor : 13 tahun
2009
tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Bidang pertanian dan ketahanan pangan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan yang diserahkan oleh Walikota. Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan dan Program 3. Bidang Produksi a. Seksi Produksi Peternakan dan Perikanan b. Seksi
Produksi
Tanaman
Pangan,
Hortikultura
dan
Konservasi 4. Bidang Bina Usaha a. Seksi Pemasaran dan Pelayanan Usaha b. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan 5. Bidang Pengawasan Mutu Hasil Pertanian a. Seksi Pengawasan Mutu Hasil Peternakan dan Perikanan b. Seksi
Pengawasan
Mutu
Hasil
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura 6. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan a. Seksi Pencegahan Penyakit dan Pengawasan Lalulintas Hewan b. Seksi Pemberantasan Penyakit Hewan
LKIP DISPERTAPA 2015
13
7. Bidang Ketahanan Pangan a. Seksi Keamanan dan Mutu Pangan; b. Seksi Ketersediaan dan Penganekaragaman Pangan; 8. Unit Pelaksana Teknis Dinas a. UPT Pembibitan dan Pembenihan b. UPT Rumah Potong Hewan c. UPT Klinik Hewan
1.3.
TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah di bidang pertanian dan ketahanan pangan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian dan ketahanan pangan 2. Penyelenggaraan sebagian urusan Pemerintah Daerah dan Pelayanan umum di bidang pertanian dan ketahanan pangan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pertanian yang meliputi Produksi, Bina Usaha, Pengawasan Mutu Hasil Pertanian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan, serta Ketahanan Pangan. 4. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan Dinas. 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
LKIP DISPERTAPA 2015
14
1.4.
ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan
sangat
menentukan
dalam
proses
penyusunan
rencana
pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan
dan
menjawab
persoalan
nyata
yang
dihadapi dalam pembangunan. Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah kondisi yang menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi SKPD dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
atau
sebaliknya, dalam hal
menghilangkan
peluang
untuk
tidak dimanfaatkan, akan
meningkatkan
layanan
kepada
masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil analisis terhadap isu strategis dalam perencanaan
pembangunan
daerah
di
Kota
Bandung
dapat
diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut : 1.
Pemantapan Ketersediaan pangan berbasis kemandirian
2.
Keterbatasan lahan pertanian perkotaan
3.
Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha Pertanian dan Perikanan
4.
Penggunaan sarana teknologi pertanian masih rendah
5.
Masih adanya kasus-kasus penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada produk pertanian
6.
Masih adanya potensi pemaparan zoonosa
LKIP DISPERTAPA 2015
15
1.5.
DASAR HUKUM PENYUSUNAN LKIP Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan LKIP Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 adalah: 1.
Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; 2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 4.
Undang-Undang Pemerintahan
Nomor Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) 5.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang
Sistem
Akuntabilitas
Kineja
Instansi
Pemerintah; 7.
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
8.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014
LKIP DISPERTAPA 2015
tentang
Petunjuk
Teknis
Perjanjian
Kinerja,
16
Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviuatas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 10. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bandung; 11. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Pembentukan
dan
Susunan
Organisasi
Sekretariat Daerah Kota Bandung dan Sekretariat DPRD Kota
Bandung,
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2009. 12. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung Tahun 2005-2025; 13. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2013-2018;
1.6.
SISTEMATIKA LKIP DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Penulisan LKIP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Ringkasan Eksekutif Berisi ringkasan pencapaian kinerja/tujuan dan sasaran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2014.
BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang, gambaran umum organisasi, tugas dan fungsi organisasi, isu strategis yang dihadapi, dasar hukum dan sistematika penyusunan LKIP.
LKIP DISPERTAPA 2015
17
BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada Subbab 2.1. menguraikan rencana strategis sebelum reviu, rencana strategis, IKU dan perjanjian kinerja, sedangkan pada Subbab 2.2. menguraikan rencana strategis hasil reviu, rencana strategis, IKU dan perjanjian kinerja.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Menguraikan tentang capaian IKU, pengukuran evaluasi dan analisis capaian kinerja, akuntabilitas keuangan dan prestasi.
BAB IV
PENUTUP
Mengemukakan tinjauan secara umum dengan mengemukakan keberhasilan/kegagalan,
permasalahan/kendala
yang
berkaitan
dengan kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung,
dan
tindak
lanjut
pemecahan
masalah
untuk
meningkatkan kinerja periode berikutnya.
Lampiran Berisi lampiran hasil pengukuran kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015, IKU, RKT, Penetapan Kinerja dan Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran.
LKIP DISPERTAPA 2015
18
BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015
mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
2.1.
RENCANA STRATEGIS SEBELUM REVIU Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung adalah merupakan dokumen yang disusun melalui proses sistimatis dan berkelanjutan serta merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah yang terpilih dan terintegrasi dengan potensi sumber daya (Manusia, Alam, dan Keuangan) yang dimiliki oleh Daerah yang bersangkutan, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung yang ditetapkan untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun yaitu dari tahun 2013 – 2018 ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Penetapan jangka waktu 5 tahun tersebut dihubungkan dengan pola pertanggungjawaban Walikota terkait dengan penetapan / kebijakan bahwa Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dibuat pada masa jabatannya, dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintah daerah akan menjadi akuntabel. Renstra
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung tersebut ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 20132018. Disamping itu pula, Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan LKIP DISPERTAPA 2015
19
Pangan Kota Bandung diharapkan dapat mewujudkan sinkronisasi dengan
Renstra
Pusat
dan
Daerah
sebagai
suatu
sistem
perencanaan pembangunan nasional. Penyusunan Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung telah melalui tahapan - tahapan yang simultan dengan proses penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 dengan
melibatkan
stakeholders
pada
saat
dilaksanakannya
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD, Forum SKPD, sehingga Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung merupakan hasil kesepakatan bersama antara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dan stakeholder. Visi dan Misi Kota Bandung yang tercantum dalam RPJMD Kota Bandung Tahun 2013–2018 adalah : “TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN, DAN SEJAHTERA” Misi Kota Bandung Tahun 2013-2018 disusun dalam rangka mengimplementasikan Iangkah-langkah yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas, adapun misi kota Bandung terdiri dari: 1. Menata Kota Bandung melalui penataan ruang, pembangunan infrastruktur,
dan
fasilitas
pubilk
yang
berkelanjutan
(sustainable) dan nyaman. 2. Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih dan melayani. 3. Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing. 4. Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan.
LKIP DISPERTAPA 2015
20
Berdasarkan urusan dan kewenangan yang dimiliki Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, maka dalam rangka pencapaian Misi Pemerintah Kota Bandung, Dinas Pertanian dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung
berkontribusi
untuk
mewujudkan misi 3 dan 4 dalam RPJMD 2013-2018 yaitu : Misi 3 : Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya saing. Urusan Pertanian Tujuan : Peningkatan taraf kesehatan dan perluasan akses layanan Sasaran : Pencegahan penyakit hewan menular ( zoonosis) Untuk mencapai sasaran dilakukan melalui strategi : 1) Meningkatkan pemeriksaan kesehatan hewan dan ternak, terutama penyakit zoonosa (penyakit hewan yang menular dan membahayakan manusia) 2) Melaksanakan secara rutin vaksinasi, desinfeksi, depopulasi bila ada kasus kejadian, dan surveilence di wilayah Kota Bandung, 3) Meningkatkan pelayanan Kesehatan Hewan di Klinik Hewan
Misi 4 : Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. Urusan Ketahanan Pangan Tujuan : Meningkatkan ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan perikanan secara berkesinambungan Sasaran : Terjaganya Ketersediaan Pangan
LKIP DISPERTAPA 2015
21
Untuk mencapai sasaran dilakukan melalui strategi : 1) Penguatan cadangan pangan dengan melakukan pengadaan beras 2) Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Segar 3) Meningkatkan ketahanan pangan pada skala rumah tangga dengan pengukuran Score Pola Pangan Harapan (PPH) Indikator kinerja SKPD yang masuk pada tujuan dan sasaran RPJMD 2013-2018 yaitu Penguatan Cadangan Pangan ekuivalen beras, pengendalian Penyakit Zoonosa di Kota Bandung, Jumlah Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 2013-2018
Indikator Kinerja Sasaran
No.
(1) 1.
2.
3.
Kondisi Kinerja pada awal periode RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Penguatan Cadangan Pangan ekuivalen beras
24 Ton
24 Ton
60 Ton
60 Ton
60 Ton
60 Ton
240 Ton
Penyakit Zoonosa di Kota Bandung
1 kasus
8 kasus
8 kasus
8 kasus
8 kasus
8 kasus
8 kasus
Jumlah Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian
65
100
150
200
250
300
1.000
(2)
LKIP DISPERTAPA 2015
22
Selanjutnya, Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja (Renja) yang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. Didalam Renja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dimuat program dan kegiatan prioritas yang diusulkan untuk dilaksanakan pada satu tahun mendatang. 2.1.1. RENCANA STRATEGIS A.VISI Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung mempunyai Visi : “TERWUJUDNYA PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN YANG TANGGUH DAN UNGGUL”
1.
Pertanian Tangguh : Pertanian tangguh adalah kegiatan pertanian yang mampu bersaing dan bertahan dalam kondisi apapun, serta mampu menghasilkan produk hasil pertanian dengan memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya pertanian (lahan, manusia dan teknologi) secara berkelanjutan.
2.
Pertanian Unggul : Pertanian unggul adalah kegiatan pertanian melalui terobosan inovasi teknologi dan pemilihan komoditas unggul yang memiliki produktivitas tinggi, mempunyai nilai ekonomi tinggi, bisa dikembangkan dilahan terbatas, memiliki daya saing serta mampu memanfaatkan potensi dan peluang pasar yang masih terbuka
dalam
upaya
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan masyarakat. 3.
Ketahanan Pangan Tangguh : Ketahanan pangan yang tangguh adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu dan rumah tangga secara terus menerus yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup,
LKIP DISPERTAPA 2015
23
baik dalam jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan
terjangkau oleh masyarakat. 4.
Ketahanan Pangan Unggul : Ketahanan pangan yang unggul adalah kondisi terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman yang diindikasikan oleh tercapainya Score Pola Pangan Harapan. B. MISI VISI “TERWUJUDNYA PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN YANG TANGGUH DAN UNGGUL”
MISI 1. Mengembangkan sumberdaya
potensi
pertanian
secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 2. Meningkatkan ketahanan pangan 3. Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan 4. Meningkatkan
pelayanan
di
bidang pertanian.
C. TUJUAN MISI Mengembangkan potensi sumberdaya pertanian secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Meningkatkan ketahanan pangan Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan Meningkatkan pelayanan di bidang pertanian.
LKIP DISPERTAPA 2015
TUJUAN Meningkatkan ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan perikanan secara berkelanjutan Meningkatkan komoditas pertanian yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi Peningkatan taraf kesehatan masyarakat secara berkelanjutan (mewujudkan masyarakat Kota Bandung terbebas dari penyakit hewan zoonosis). 24
Peningkatan pelayanan di bidang pertanian Meningkatkan pemasaran produk pertanian
D. SASARAN TUJUAN Meningkatkan ketahanan pangan, produktifitas hasil pertanian, dan perikanan secara berkelanjutan
SASARAN 1. Terjaganya Ketersediaan Pangan 2. Meningkatnya produktivitas hasil pertanian dan perikanan
Berkembangnya Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan
Terjaganya Pertumbuhan Ekonomi
Meningkatkan komoditas pertanian yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi Peningkatan taraf kesehatan masyarakat secara berkelanjutan (mewujudkan masyarakat Kota Bandung terbebas dari penyakit hewan zoonosis) Peningkatan pelayanan di bidang pertanian
Peningkatan Produktivitas Keamanan Pangan dan Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian
LKIP DISPERTAPA 2015
Terkendalinya penyakit zoonosa
kasus
1. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2. Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja birokrasi 3. Terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
25
E. INDIKATOR KINERJA SASARAN SASARAN
INDIKATOR KINERJA
Terjaganya Ketersediaan Pangan
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH) 2. Peguatan Cadangan Pangan
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
1. Produktivitas tanaman padi 2. Produktivitas tanaman hias 3. Meningkatnya jumlah pohon produktif 4. Populasi ternak Sapi 5. Populasi ternak Domba
Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan Meningkatnya Keamanan Pangan Segar Terkendalinya kasus penyakit zoonosa Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja birokrasi Terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
LKIP DISPERTAPA 2015
6. Peningkatan produksi Ikan Konsumsi 7. Peningkatan produksi Ikan Hias Jumlah Pelaku Olahan Hasil Pertanian Menurunnya komoditas produk pertanian yang tercemar Penyakit Zoonosa di Kota Bandung Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM} Nilai evaluasi AKIP
1. Prosentase Temuan Pengelolaan Anggaran BPK/ Inspektorat yang ditindaklajuti 2. Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
26
TABEL 2.2. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SEBELUM REVIU INDIKATOR KINERJA
(1) Score Pola Pangan Harapan (PPH) Penguatan Cadangan Pangan Produktivitas tanaman padi Produktivitas tanaman hias Meningkatnya jumlah pohon produktif Populasi ternak Sapi Populasi ternak Domba Peningkatan produksi Ikan Konsumsi Peningkatan produksi Ikan Hias Menurunnya komoditas produk pertanian yang tercemar Penyakit Zoonosa di Kota Bandung Jumlah Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM} Nilai evaluasi AKIP Prosentase Temuan Pengelolaan Anggaran BPK/ Inspektorat yang ditindaklajuti Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
SATUAN
KONDISI AWAL RENS-TRA
(2)
TARGET KINERJA PADA TAHUN
2014
2015
2016
2017
2018
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
87.3
87.8
90.0
90.30
90.3
91
Ton
24
24
60
60
60
60
Kw/ha
62,95
63,09
65,05
68,04
69,05
70
Pot/tahun
185.000
186.500
188.500
190.000
192.000
195.000
Pohon
-
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
Ekor
1.307
1.417
1.488
1.562
1.640
1.722
Ekor
26.901
29.365
30.833
32.375
33.994
35.693
Ton
2.575
2.600
2.630
2.665
2.705
2.750
Ekor
721.700
821.700
921.700
1.021.700
1.121.70 0
1.221.70 0
Kasus
41
50
50
40
40
35
Kasus
1
8
8
8
8
8
Pelaku usaha
65
100
150
200
250
300
Katagori
B
B
B
A
A
A
Katagori
CC
B
B
A
A
A
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Nilai
LKIP DISPERTAPA 2015
27
2.1.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Salah satu upaya untuk memperkuat akuntabilitas dalam penerapan tata pemerintahan yang baik di Indonesia diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 Indikator
Kinerja
Utama
tentang di
Pedoman
Lingkungan
Umum Instansi
Penetapan Pemerintah,
Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tingkat Pemerintah Daerah dan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah melalui Keputusan Walikota Bandung Nomor : 640/Kep.210BAG.ORPAD Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2013-2018. Upaya untuk meningkatkan akuntabilitas, Pemerintah Kota Bandung juga melakukan reviu terhadap Indikator Kinerja Utama, baik tingkat Pemerintah Daerah maupun tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah, dalam melakukan reviu dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Adapun penetapan target Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 sebelum reviu adalah sebagai berikut:
LKIP DISPERTAPA 2015
28
Tabel 2.3. TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 SEBELUM REVIU
NO 1
2
SASARAN STRATEGIS Terjaganya ketersediaan pangan
Meningkatnya hasil produksi pertanian tanaman pangan
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
Penguatan Cadangan Pangan ekuivalen beras
Ton
Pengadaan beras sebagai cadangan pangan kota
Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai
Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. golongan bahan pangan. Cara Perhitungan PPH : Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. Rumus penyediaan pangan adalah : Ps = Pr - ∆St + Im – Ek Dimana: Ps : Total penyediaan dalam negeri Pr : Produksi ∆St : Stok akhir – stok awal Im : Impor Ek : Ekspor
1. Produktivitas tanaman padi
Kw/ha
Formulasi Penghitungan : Produktivitas = Produksi (Kw) Luas Panen (Ha)
2. Produksi tanaman hias
3
4
Terjaganya pertumbuhan ekonomi Terkendalinya penyakit hewan / ternak di Kota Bandung
LKIP DISPERTAPA 2015
Jumlah Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian Jumlah kasus penyakit zoonosa
Pelaku usaha
Jumlah pelaku usaha baru setelah dilakukan pelatihan
kasus
Kejadian kasus ditargetkan tidak akan lebih dari 8 kasus
29
5
6
Meningkatnya jumlah ternak
Meningkatnya produksi ikan
1. Populasi ternak sapi
ekor
2. Populasi ternak domba
ekor
1. Produksi Ikan Konsumsi
ton
2. Produksi Ikan Hias
ekor
Formulasi Penghitungan : Populasi = Po + Kelahiran kematian - (Pemotongan + unregister) - Pengeluaran + Pemasukan
Formulasi Penghitungan : Produksi Ikan Konsumsi : P = Luas lahan (kolam) x padat tebar - kematian ket: Kematian = rata-rata 10 % Padat tebar tergantung jenis dan perlakuan (teknologi)
Produksi Ikan Hias : P = Luas lahan (kolam) x padat tebar kematian ket: Kematian = rata-rata 10 % Padat tebar tergantung jenis dan perlakuan (teknologi)
7
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Kategori
Sesuai dengan SK Menpan No.16 Tahun 2014 tentang survey kepuasan masyarakat
8
Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja birokrasi
Nilai AKIP
Kategori
9
Terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
Prosentase Temuan Pengelolaan Anggaran BPK/ Inspektorat yg ditindaklajuti
Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Temuan BPK/Inspektorat bidang keuangan yang ditindaklajuti dari seluruh jumlah Temuan BPK/Inspektorat bidang keuangan pada tahun berjalan
Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
LKIP DISPERTAPA 2015
evaluasi
Kesesuaian / kecocokan barang / asset SKPD dengan asset di Simda Barang tingkat Kota Bandung (DPKAD)
30
2.1.3. PERJANJIAN KINERJA Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen untuk melaporkan
capaian
kinerja,
dan
menilai
keberhasilan
Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015. Dalam dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 tersebut diuraikan sasaransasaran dalam Renstra yang diprioritaskan untuk dicapai, indikator kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai tahun 2015, programprogram,
dan
anggaran
yang
disediakan
untuk
mendukung
pencapaian masing-masing sasaran.
2.2.
RENCANA STRATEGIS HASIL REVIU Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung setelah melakukan konsultasi ke Kemenpan RB mengalami perubahan walaupun tidak terlalu banyak tetapi cukup signifikan untuk penyempurnaannya. Renstra
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung yang ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2013-2018. Ada beberapa penambahan indikator kinerja untuk melengkapi indikator kinerja yang sudah ada.
2.2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis setelah hasil reviu untuk Visi dan Misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tidak mengalami perubahan, yaitu : “TERWUJUDNYA PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN YANG TANGGUH DAN UNGGUL”
LKIP DISPERTAPA 2015
31
Adapun
untuk
tujuan,
sasaran
dan indikator
sasaran
mengalami perubahan sebagai berikut : Tabel 2.4. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR SASARAN PERUBAHAN NO
MISI
1
Mengembangkan Potensi Sumber Daya Pertanian secara Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
2.
3
4
Meningkatkan Ketahanan Pangan
Meningkatkan Pengawasan Penyakit Zoonosa dan Keamanan Pangan Segar
Meningkatkan Pelayanan di Bidang Pertanian
TUJUAN
INDIKATOR TUJUAN
SASARAN 1. Terjaganya Ketersediaan Pangan
INDIKATOR SASARAN 1. Score Pola Pangan Harapan (PPH) 2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah 3. Tingkat Konsumsi Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan perikanan secara berkelanjutan
Meningkatnya taraf kesehatan masyarakat terkait dengan penyakit zoonosa dan keamanan pangan segar
Berkembangnya usaha di di Bidang Pertanian dan Perikanan
LKIP DISPERTAPA 2015
Terwujudnya Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Teratasinya Jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
Bertambahnya Jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
3. Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan 4. Menurunnya produk pangan segar yang tercemar 5. Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan
a.
beras
b.
daging
c.
ikan
1. Produktivitas tanaman padi
2. Produksi tanaman hias 3. Populasi ternak a. Sapi b. Domba 4. Peningkatan produksi Ikan a. Ikan Konsumsi b. Ikan Hias Jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
Jumlah pangan segar yang tercemar
Jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan a. budidaya b. olahan
32
Meningkatnya pelayanan dan kinerja Dispertapa
Tercapainya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
6. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan 7. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Akuntabilitas Kinerja
Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan a. budidaya b. olahan
1. 2.
3. 4.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti Nilai evaluasi AKIP Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklajuti
Adapun perubahan target kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung setelah reviu adalah sebagaimana Tabel 2.5. di bawah ini :
LKIP DISPERTAPA 2015
33
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU NO .
TUJUAN
(1)
(2)
1.
Meningkatnya ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan perikanan secara berkelanjutan
INDIKATOR TUJUAN
SASARAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
KONDISI AWAL RENSTRA
(3)
(4)
(5)
Terwujudnya Penguatan Cadangan Pangan Terjaganya Daerah Ketersediaan Pangan
Meningkatnya taraf kesehatan masyarakat terkait dengan
Nilai
Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton
2015
2016
2017
2018
KONDISI AKHIR RENSTRA
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
87.3
87.8
91,25
91,50
92,00
92,10
24
24
60
60
60
60
60
92,10
Tingkat Konsumsi Pangan
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
2.
Score Pola Pangan Harapan (PPH)
TARGET KINERJA PADA TAHUN 2014
Teratasinya kasus penyakit Zoonosa
LKIP DISPERTAPA 2015
1.
Terkendalinya kasus penyakit zoonosa
1. Beras
Kg/kapita/ tahun
100
96,4
91,4
89,5
88,6
88,1
88,1
2. Daging
Kg/kapita/ tahun
15,54
15,84
16,12
16,52
16,98
17,45
17,45
3. Ikan
Kg/kapita/ tahun
31,76
33,50
34,20
36,03
36,82
37,94
37,94
62,95
63,09
65,05
68,04
69,05
70
70
185.000
186.500
188.500
190.000
192.000
195.000
195.000
1.307
1.417
1.604
1.648
1.697
1.747
1.747
26.901
29.365
30.833
32.375
33.994
35.693
35.693
Produktivitas tanaman padi
Kw/ha
Produktivitas tanaman hias
Pot/tahun
Populasi ternak Sapi
Ekor
Populasi ternak Domba
Ekor
Peningkatan produksi Ikan Konsumsi Peningkatan produksi Ikan Hias
Ton
2.575
2.600
2.846
2.931
2.958
2.970
2.970
Ekor
721.700
821.700
921.700
1.021.700
1.121.700
1.221.700
1.221.7 00
1
8
8
8
7
7
7
Jumlah kasus penyakit Zoonosa di Kota Bandung
Kasus
34
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU NO . (1)
TUJUAN
INDIKATOR TUJUAN
(2) penyakit zoonosa dan keamanan pangan segar
3.
Berkembangnya usaha di di Bidang Pertanian dan Perikanan
Bertambahnya Jumlah Pelaku Usaha Bidang Pertanian dan Perikanan
SASARAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
KONDISI AWAL RENSTRA
(3)
(4)
(5)
2. Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
Jumlah Pangan Segar yang Tercemar
1. Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan
2. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan 4.
Meningkatnya pelayanan dan kinerja Dispertapa
Tercapainya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM}
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Akuntabilitas Kinerja
Jumlah Pelaku Usaha Bidang Pertanian dan Perikanan a. Budidaya b. Olahan
2015
2016
2017
2018
KONDISI AKHIR RENSTRA
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Kasus
50
50
50
45
45
40
Pelaku usaha
610 95
690 195
750 370
810 595
870 885
930 1.245
Pelaku usaha
580 80
600 100
630 160
660 256
690 368
720 498
720 498
Indeks
75
75
80
90
90
90
90
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
40
930 1.245
Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknonologi Pertanian dan Perikanan a. b.
Budidaya Olahan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM}
Prosentase keluhan/pengaduan
LKIP DISPERTAPA 2015
TARGET KINERJA PADA TAHUN 2014
35
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU NO .
TUJUAN
(1)
(2)
INDIKATOR TUJUAN
SASARAN (3)
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
KONDISI AWAL RENSTRA
(4)
(5)
TARGET KINERJA PADA TAHUN 2014
2015
2016
2017
2018
KONDISI AKHIR RENSTRA
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
layanan yang ditindaklanjuti
LKIP DISPERTAPA 2015
Nilai evaluasi AKIP
Angka
60
63
75
76
77
78
79
Prosentase Temuan BPK/ Inspektorat yang ditindaklajuti
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
36
2.2.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Penetapan target Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 setelah reviu adalah sebagaimana Tabel 2.6. di bawah ini : Tabel 2.6. TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGANKOTA BANDUNG TAHUN 2015 SETELAH REVIU
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
Cara Perhitungan PPH :
Score Pola Terjaganya Pangan 1. ketersediaan Harapan pangan. (PPH)
LKIP DISPERTAPA 2015
Nilai
Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan Score Pola stok, impor dan Pangan ekspor. Rumus Harapan (PPH) penyediaan pangan sesuai dengan adalah: sasaran operasional pada RPJMD Ps = Pr - ΔSt + Im – Ek dan merupakan Dimana : SPM Bidang Ps : Total Ketahanan penyediaan dalam Pangan. negeri Pr : Produksi ΔSt : Stok akhir – stok awal Im : Impor Ek : Ekspor
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah. Dalam menentukan PPH ada beberapa komponen yang harus diketahui diantaranya yaitu Dinas Pertanian konsumsi energi dan zat gizi total, persentase dan Ketahanan energi dan gizi aktual, Pangan dan skor kecukupan energi dan zat gizi. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tnggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya
37
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Tingkat Konsumsi Pangan : 1. Beras
Ton
ALASAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Penguatan yang selanjutnya cadangan Cara Pengukuran disebut Cadangan pangan Indikator Penguatan Pangan Pemerintah equivalen Cadangan Pangan Daerah adalah beras sesuai yaitu Pemerintah Kota Dinas persediaan pangan yang dengan harus menyediakan Pertanian dikuasai dan dikelola sasaran cadangan pangan kota dan oleh Pemerintah Daerah strategis yang equivalen beras mulai Ketahanan yang dipergunakan ada di RPJMD tahun 2014 sebanyak Pangan untuk menanggulangi dan 24 ton, selanjutnya kekurangan pangan, merupakan dari tahun 2015-2018 gejolak harga pangan, SPM Bidang sebesar 60 ton setiap bencana alam, bencana Ketahanan tahunnya. sosial dan/atau Pangan menghadapi keadaan darurat.
Tingkat ketergantunga n masyarakat te rhadap konsumsi beras sebagai makanan pokok sangat mengkhawatir kan. Beras telah menjadi pemasok utama karbohidrat bagi mayoritas kg/kapita/ masyarakat tahun Kota Bandung. Persepsi masyarakat bahwa jika belum mengkonsumsi beras maka dikatakan belum makan meskipun perut diisi dengan makanan lain. Hal ini yang mengakibatkan tingkat konsumsi
LKIP DISPERTAPA 2015
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
- Diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan RUMUS pendamping. PENGHITUNGAN Diversifikasi KONSUMSI BERAS : konsumsi pangan juga dapat Dinas didefinisikan sebagai Pertanian jumlah jenis dan makanan yang = ∑ BERAS YANG Ketahanan dikonsumsi, sehingga MASUK + ∑ RASKIN + ∑ Pangan semakin banyak jenis PRODUKSI KOTA makanan yang BANDUNG / dikonsumsi akan semakin ∑ PENDUDUK beranekaragam. Dimensi diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada pangan pokok tetapi juga pangan jenis lainnya, karena konteks diversifikasi tersebut adalah meningkatkan mutu gizi masyarakat
38
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN beras perkapita penduduk meningkat tiap tahunnya.
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
secara kualitas dan kuantitas, sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Kita masih tetap mengalami krisis beras pada musimmusim tertentu. Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan diversifikasi pangan sebagai pangganti beras agar masyarakat tid ak lagi bergantung pada beras dan menjadikannya sebagai komoditi utama bahan pokok sehingga mampu meminimilisasi konsumsi beras.
Tingkat Konsumsi Pangan : 2. Daging
Tingkat konsumsi Diversifikasi daging, seperti halnya pangan adalah konsumsi komoditas salah satu lainnya, sangat upaya untuk dipengaruhi oleh memperluas RUMUS preferensi atau cita pilihan PENGHITUNGAN rasa, dan harga masyarakat Dinas KONSUMSI DAGING : dalam Pertanian komoditi yang kg/kapita/ bersangkutan apakah mengkonsumsi dan tahun pangan, Ketahanan terjangkau harganya = ∑ DAGING YANG termasuk Pangan oleh masyarakat atau MASUK + ∑ PRODUKSI tidak. pangan sumber protein KOTA BANDUNG / hewani seperti Dalam kasus daging.Penyedi ∑ PENDUDUK peningkatan harga aan pangan, daging sapi yang diikuti termasuk dengan peningkatan
LKIP DISPERTAPA 2015
39
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN pangan asal hewan akan terus menjadi tantangan bagi Negara manapun di dunia, termasuk Indonesia, terutama karena pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan. Dengan demikian, penganekaraga man dan keterjangkauan pangan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat menjadi sangat penting.
Tingkat Konsumsi Pangan : 3. Ikan
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
konsumsi daging unggas menunjukkan bahwa daging unggas bersifat substitusi terhadap daging sapi, dimana konsumen akan memilih daging unggas pada saat harga daging sapi naik
Ikan adalah makanan yang rendah kalori, berprotein tinggi yang baik untuk otak. Semua manfaat tersebut berasal dari asam omega 3 lemak tak jenuh ganda, populer disebut sebagai omega 3, yang banyak terdapat dalam minyak ikan.
Tingkat RUMUS konsumsi ikan PENGHITUNGAN KO per kapita NSUMSI IKAN : masyarakat Kota Bandung Dinas masih rendah, Pertanian kg/kapita/ meski dan tahun Tubuh manusia tidak konsumsi ikan Ketahanan = ∑ IKAN YANG bisa secara alami masih rendah MASUK + ∑ PRODUKSI Pangan menghasilkan omega 3. namun dari KOTA BANDUNG / Meski demikian nutrisi tahun ke tahun tersebut dibutuhkan mengalami ∑ PENDUDUK oleh tubuh agar sehat. peningkatan.
Hubungan antara omega 3 dan kesehatan jantung sudah sejak lama kita tahu. Namun, beberapa penelitian LKIP DISPERTAPA 2015
40
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
baru menunjukkan cukup bukti, bahwa ikan yang tinggi asam lemak sangat penting untuk kesehatan tubuh secara umum.
Meningkatny a produksi dan Produktivit produktivitas 2. as tanaman hasil padi pertanian dan perikanan.
Produksi tanaman hias
kw/ha
Padi merupakan tanaman pangan utama bagi penduduk Indonesia. Kebutuhan akan pangan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak, upaya peningkatan produksi padi saat ini terganjal oleh banyak kendala, seperti konversi lahan yang menurunkan luas panen dan penyimpangan iklim yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas.
Bunga sebagai salah satu bagian dari tanaman hias Pot/tahun dalam kelompok hortikultura, salah satu
LKIP DISPERTAPA 2015
Cara Pengukuran Indikator Produktivitas tanaman padi adalah : Produksi (Kw) Luas Panen (Ha) = Produktivitas
Semakin langkanya lahan pertanian menyebabkan terjadinya persaingan penggunaan lahan, sehingga mendorong pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal, terarah dan berkelanjutan dengan memperhatikan berbagai kebutuhan. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
upaya peningkatan produktivitas padi dengan mengoptimalkan sumberdaya lahan yang masih tersisa dapat dilakukan dengan lebih efisien bila dilaksanakan pada lahan-lahan yang sesuai atau lahan dengan kondisi fisik yang sangat mendukung dan juga dengan penggunaan teknologi tepat guna.
Berkaca dari sejarah, kota Bandung telah Untuk pengukuran Dinas menjadi icon bagi Produksi tanaman hias, Pertanian berbagai kota lain di yaitu : dan Indonesia karena Ketahanan Jumlah tanaman hias keberhasilannya Pangan dalam pot/tahun. mengembangkan tanaman hortikultura
41
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN obyek yang memiliki nilai ekonomi yang tidak bisa diabaikan, selain memiliki keindahan juga memiliki berbagai kegunaan bila dimanfaatkan dengan tepat dan benar. Kota Bandung dengan keterbatasan lahannya harus bisa memilih tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Populasi ternak : 1. sapi
LKIP DISPERTAPA 2015
ekor
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
dari jenis bungabungaan tersebut, sehingga wajar bila kota Bandung mendapat julukan sebagai Kota Kembang bahkan dalam istilah asing dikenal juga dengan sebutan Paris Van Java karena keindahannya di masamasa dahulu. Ada 11 komoditas florikultur baik dalam bentuk bunga potong maupun tanaman hias, yang aktif dikomersialkan di kota Bandung, yaitu terdiri dari anggrek, anthurium, anyelir, garbera, gladiol, heliconia, krisan, mawar, sedap malam, melati dan palem.
Maraknya pemotongan sapi betina berujung kepada turunnya populasi sapi nasional. Berdasarkan sensus Peningkatan pertanian Badan Pusat jumlah Statistik (BPS), populasi Cara populasi ternak ternak sapi potong dan Pengukuran Indikator sapi sapi perah turun Populasi Ternak Sapi merupakan dibandingkan dengan adalah : target tahun sebelumnya. pemerintah Dinas Sampai dengan Formulasi pusat yang Pertanian pelaksanaan sensus per Penghitungan : harus dan 3 Juni 2013, menurut dilaksanakan Ketahanan hitungan BPS, populasi dalam rangka Populasi = Po + Pangan ternak sapi potong, sapi Kelahiran - kematian mendukung perah dan kerbau (Pemotongan + program sekitar 13,27 juta ekor. unregister) percepatan Padahal pada periode swasembada Pengeluaran + tahun sebelumnya, daging sapi di Pemasukan populasi ternak sapi dan Indonesia. kerbau mencapai sekitar 16,49 juta ekor. Penurunan populasi sapi dan kerbau itu terjadi hampir di seluruh
42
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
wilayah di Indonesia terutama wilayah sentra populasi sapi. Di Jawa Timur, populasi sapi turun 26,16%. Sedangkan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, populasi sapi merosot 24,87% sampai 28,37%. Begitu pun dengan populasi sapi dan kerbau di Nusa Tenggara. Jumlahnya merosot hampir 15%.
Populasi ternak : 2. domba
ekor
Populasi ternak domba di Kota Bandung setiap tahunnya terus meningkat walaupun dengan keberadaan lahan peternakan yang terbatas tetapi peternak domba di Kota Bandung bisa tetap mengembangkan usahanya. Peternak domba di Kota Bandung Cara melakukan kegiatan Pengukuran Indikator untuk meningkatkan Populasi Ternak Peningkatan populasi, produktivitas, Domba adalah : populasi ternak dan mutu bibit domba, domba Dinas meningkatkan skala Formulasi merupakan Pertanian usaha domba menjadi Penghitungan : salah satu dan skala usaha ekonomis, upaya untuk Ketahanan Populasi = Po + meningkat kan Pangan meningkatkan Kelahiran - kematian swasembada (Pemotongan + pangan ternak. pendapatan dan unregister) Pengeluaran + kesejahteraan peternak, Pemasukan mengembangkan usaha kelembagaan kelompok domba, menciptakan kawasan sumber bibit domba di Kota Bandung,
LKIP DISPERTAPA 2015
43
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
dan pelestarian plasma nuftah domba lokal. Untuk produksi ikan konsumsi diperoleh dari Formulasi Penghitungan :
Produksi ikan : 1. konsumsi
Ton
Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan lahan dan lingkungan padat penduduk.
beberapa jenis ikan seperti ikan mas, nila, mujair, lele, sepat siam, tambakan dan ikan
Produksi Ikan Konsumsi :
lainnya yang Dinas Pertanian dikembangkan di kolam dan P = Luas lahan (kolam) maupun di sawah, Ketahanan x padat tebar – Pangan dengan penyumbang kematian ket: produksi terbesar Kematian = rata-rata adalah Ikan Lele, diikuti 10 % Padat tebar tergantung oleh Ikan Mas, Nila, jenis dan perlakuan tambakan, Mujair, ikan (teknologi) lainnya dan Ikan Sepat Siam.
Sebagai alternatif pilihan usaha masyarakat dibidang
Jenis ikan hias yang Produksi Ikan Hias : P = Luas lahan (kolam) x padat tebar –
perikanan #Produksi ikan :#2. hias
yaitu usaha ekor
budidaya ikan hias karena selain tidak memerlukan lahan yang luas, potensi pemasaran
kematian ket: Kematian = rata-rata 10 % Padat tebar tergantung jenis dan perlakuan (teknologi)
sering diusahan di Kota Bandung ada 13 jenis, yaitu Barbir, Cupang, Frontosa, Gapi, Dinas Leuleupi, Udang Hias, Pertanian Louhan, Manvis, Mas dan Ketahanan Koki, Molly, Plati, Pangan Rainbow, dan Sapu Hias, dengan penyumbang produksi terbesar adalah ikan Mas Koki dan Udang Hias.
ikan hias baik
LKIP DISPERTAPA 2015
44
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
pasar lokal maupun ekspor cukup besar. Penyakit zoonosa merupakan penyakit atau infeksi pada binatang yang dapat
Jumlah Terkendaliny kasus 3.
Kota Bandung
Cara Pengukuran
ditularkan kepada
sebagai kota
Indikator jumlah kasus
manusia. Penyakit yang
besar
penyakit zoonosa yaitu
tergolong dalam
berpotensi
jumlah kejadian kasus
terjadinya
yang ditargetkan tidak
penyebaran
akan lebih dari 8 kasus.
a kasus
penyakit
penyakit
zoonosa di
zoonosa
Kota
hewan yang
Cara pengukuran
Bandung
menular
Persentase Menurun =
kepada
Target-(Realisasi-Target) x 100 %
kasus
penyakit
manusia
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
zoonosa misalnya, Antraks, Rabies, Brucellosis, Avian Influenza, dan lain-lain. Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak
Target
terbesar di Jawa Barat,
(zoonosa).
sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa dari daerah asal ternak ke Kota Bandung relatif tinggi.
Masih adanya Menurunnya produk 4. pangan segar yang tercemar
kasus-kasus
Jumlah pangan segar yang tercemar
penyalahgunaa kasus
n bahan kimia berbahaya pada produk pertanian
LKIP DISPERTAPA 2015
Cara pengukuran
Salah satu tugas pokok
adalah
dan fungsi pada Dinas
dengan menghitung jumlah kasus pangan segar yang tercemar setelah adanya uji laboratorium.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah mengawasi dan memeriksa komoditi pangan segar yang terdiri dari komoditi
Cara pengukuran
peternakan (daging,
Persentase Menurun =
susu, telur), perikanan
45
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
Target-(Realisasi-Target) x 100 %
KETERANGAN/KRITERIA
dan komoditi tanaman
Target
pangan dan hortikultura ( sayuran, buah-buahan, beras dan palawija). Untuk
itu
sangat
diperlukan
adanya
beberapa cara/metode untuk pengawasan dan pemeriksaannya,
agar
dihasilkan pangan segar yang aman dan layak untuk
di
Pangan
konsumsi.
segar
yang
aman dan layak untuk dikonsumsi pangan dari
adalah
yang
bebas
bebagai
cemaran,
baik
itu
cemaran secara fisik, zat kimia
berbahaya,
cemaran mikroba dan cemaran
residu
antibiotic,
residu
hormone,
residu
pestisida logam
dan
juga
berbahaya
(logam berat).
Bertambahn Jumlah 5.
Indikator
Cara Pengukuran
ya pelaku
pelaku
pelaku
jumlah pelaku adalah :
usaha di
usaha di
usaha
usaha
bidang
bidang LKIP DISPERTAPA 2015
budidaya di
Dinas
Penambahan jumlah
Pertanian pelaku usaha ini dan
diantaranya terdiri dari
Jumlah pelaku usaha Ketahanan pelaku usaha budidaya
46
SASARAN STRATEGIS
NO
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
Pangan
padi, tanaman palawija,
pertanian
pertanian
bidang
baru setelah dilakukan
dan
dan
pertanian dan
pelatihan
perikanan
perikanan :
perikanan
diberikan bantuan.
1. Budidaya
untuk
budidaya ikan hias dan
mendukung
ikan konsumsi.
dan
peternak sapi, peternak domba maupun
indikator sasaran di RPJMD 20132018 yaitu terciptanya wira usaha baru Indikator
Jumlah
jumlah pelaku
Penambahan jumlah
usaha olahan
pelaku usaha ini
di bidang
diantaranya terdiri dari
pertanian dan
pelaku
perikanan
usaha di bidang
pelaku
pertanian
usaha
dan perikanan : 2. Olahan
pelaku usaha olahan
Cara Pengukuran
Dinas
adalah :
untuk
keripik singkong, olahan
Pertanian pindang presto dan ikan
mendukung
Jumlah pelaku usaha
dan
bandeng, olahan
indikator
baru setelah dilakukan Ketahanan nugget, baso, sosis sapi sasaran yang di pelatihan Pangan dan ayam, olahan RPJMD 2013-
kerupuk kentang,
2018 yaitu
olahan rangginang,
terciptanya
olahan abon ikan
wira usaha
lele,dan olahan duri ikan
baru Meningkatny Jumlah
Tingginya
Cara Pengukuran
a
persaingan
adalah :
pelaku
keterampilan usaha yang 6. pelaku usaha menggunak yang
pelaku
an sarana
usaha
Penambahan jumlah Dinas
usaha memacu para usaha
Pertanian yang menggunakan
pelaku Jumlah pelaku usaha untuk baru
melakukan
menggunakan sarana
n sarana
inovasi
teknologi
LKIP DISPERTAPA 2015
dan
teknologi diantaranya
yang Ketahanan terdiri dari pelaku usaha
menggunaka teknologi pertanian
pelaku usaha budidaya
pertanian
Pangan
budidaya tanaman hias dan sayuran dengan
47
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
teknologi
dan
terhadap hasil dan
pertanian
perikanan :
usahanya.
dan
1. Budidaya
Salah satunya
jaringan; juga pelaku
dengan
usaha budidaya ternak
penerapan
sapi dengan inseminasi
teknologi.Dala
buatan.
perikanan.
m
perikanan
KETERANGAN/KRITERIA
menggunakan teknologi
budidaya.
hidroponik, kultur
usaha
bidang pertanian, penggunaan sarana teknologi pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
dan
mempermudah
para
pelaku
usaha
dalam memproduksi barangnya. Tingginya
Penambahan
persaingan Jumlah pelaku usaha yang menggunak an sarana teknologi pertanian dan perikanan : 2. Olahan
usaha memacu
pelaku usaha
LKIP DISPERTAPA 2015
para
pelaku
usaha
untuk
melakukan inovasi terhadap hasil usahanya.
pelaku Cara Pengukuran adalah : Jumlah pelaku usaha baru yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan olahan.
jumlah
usaha
yang
menggunakan teknologi Dinas
ini diantaranya pelaku
Pertanian usaha olahan pindang dan
presto
Ketahanan panci Pangan
bakso
menggunakan presto,
olahan
menggunakan
mesin pencetak bakso,
Salah satunya
dan
olahan
dengan
menggunakan
48
abon mesin
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENJELASAN SATUAN
ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
KETERANGAN/KRITERIA
penerapan
pengering
teknologi.Dala
(spinner). Para pelaku
m
usaha
usaha
ini
abon
ada
bidang
tergabung dalam satu
pertanian,
kelompok
penggunaan
juga kelompok usaha
sarana
perorangan.
usaha
teknologi pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
dan
mempermudah pelaku
para usaha
dalam memproduksi barangnya.
2.2.3. PERJANJIAN KINERJA Dokumen perjanjian kinerja setelah reviu ada penambahan indikator kinerja baru. Perjanjian kinerja merupakan dokumen untuk melaporkan
capaian
kinerja,
dan
menilai
keberhasilan
Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015. Dalam dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 tersebut diuraikan sasaran-sasaran dalam Renstra yang diprioritaskan untuk dicapai, indikator kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai tahun 2015, program-program, dan anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian masing-masing sasaran, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.7. LKIP DISPERTAPA 2015
yang
49
ada
Tabel 2.7. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 HASIL REVIU No
Sasaran
Tujuan 1 1 Terjaganya ketersediaan pangan.
Indikator Kinerja
Nilai
91,25
2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah 3. Tingkat konsumsi pangan : a. Beras
Ton
60
Kg/kapita/ tahun Kg/kapita/ tahun Kg/kapita/ tahun Kw/ha
91,40
Pot/tahun
188,500
Ekor Ekor
1.604 30.833
Ton
2.846
ekor
921.700
8. Jumlah Kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
kasus
8
9. Jumlah pangan segar yang tercemar
kasus
50
c. Ikan Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
4. Produktivitas tanaman padi 5. Produksi tanaman hias 6. Populasi ternak a. Sapi b. Domba 7. Populasi ikan a. Ikan Konsumsi b. Ikan hias
Tujuan 2 3 Terkendaliya kasus penyakit zoonosa 4 Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
Target
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
b. Daging
2
Satuan
Tujuan 3 5 Bertambah10. Jumlah pelaku usaha nya pelaku di bidang pertanian usaha di dan perikanan : bidang a. Budidaya pertanian dan perikanan b. Olahan LKIP DISPERTAPA 2015
Program
Anggaran
1. Program Ketahanan Pangan
1.700.000.000
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perke buanan) 3. Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan 4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
8.681.150.000
5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak 6. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perke buanan)
1.700.000.000
7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perke buanan)
650.000.000
16,12 34,20 65,05
Pelaku usaha
750
Pelaku usaha
370
977.000.000
2.350.000.000
900.000.000
50
6
Meningkat11. Jumlah pelaku usaha nya yang menggunakan keterampilan sarana teknologi pelaku usaha pertanian dan yang perikanan : menggunakan a. Budidaya sarana teknologi pertanian dan perikanan b. Olahan
Tujuan 4 7 Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja
Pelaku usaha
630
Pelaku usaha
160
12. Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
Indeks
80
13. Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti 14. Nilai Evaluasi AKIP 15. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
%
100
Angka %
75 100
8. Pogram Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
0
9. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
250.000.000
2.2.4. PROGRAM Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil guna mencapai sasaran tertentu. Program-program yang dilaksanakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015 yaitu: 1. Program Ketahanan Pangan 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) 3. Program
Peningkatan
Pemasaran
Hasil
Produksi
Pertanian/Perkebunan 4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak 5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan 6. Program Pengembangan Budidaya Perikanan 7. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
LKIP DISPERTAPA 2015
51
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk melaporkan secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan akuntabilitas. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung selaku pengemban amanah masyarakat melaksanakan
kewajiban pertanggungjawaban melalui penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung yang dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviuatas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Laporan tersebut memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target masing-masing indikator sasaran srategis yang ditetapkan dalam dokumen Renstra Tahun 2013-2018 maupun Renja Tahun 2015. Sesuai dengan ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan.
3.1.
CAPAIAN IKU Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 dengan realisasinya. Tingkat capaian kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 berdasarkan hasil pengukurannya dapat dilaporkan dalam tabel 3.1. sebagai berikut :
LKIP DISPERTAPA 2015
52
TABEL 3.1. CAPAIAN KINERJA IKU TAHUN 2015 No
1 2 3
No
4 5 6
7
No
8
Sasaran 1 : Terjaganya ketersediaan pangan. Satuan IKU Target PK Realisasi Tahun Tahun 2015 2015 Score Pola Pangan Harapan Nilai 91,25 91,26 √ Indikator
(PPH) Penguatan Cadangan Pangan Daerah Tingkat Konsumsi : a. Beras
a.
Daging
b.
Ikan
Capaian (%)
Keterangan
100,01
Ton
√
60
72,26
120,43
Kg/kapita/ tahun
√
91,4
91,31
100,10
Kg/kapita/ tahun Kg/kapita/ tahun
√
16,12
16,62
109,31
√
34,20
34,28
100,23
Tingkat konsumsi beras kalau semakin menurun semakin baik
Sasaran 2 : Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan. Indikator Satuan IKU Target PK Realisasi Capaian Keterangan Tahun Tahun (%) 2015 2015 Produktivitas tanaman padi Kw/ha 65,05 65,05 100,00 √ Produksi tanaman hias Pot/tahun 188.500 189.002 100,27 √ Populasi ternak : a. Sapi b. Domba Populasi ikan : a.Ikan Konsumsi b. Ikan hias
Ekor Ekor
√ √
1.604 30.833
1.625 30.991
101,31 100,51
Ton ekor
√ √
2.846 921.700
2.877 922.900
101,09 100,13
Sasaran 3 : Terkendaliya kasus penyakit zoonosa. Indikator Satuan IKU Target PK Realisasi Tahun Tahun 2015 2015 Jumlah Kasus penyakit Kasus 0 √ 8 zoonosa di Kota Bandung
LKIP DISPERTAPA 2015
Capaian (%)
Keterangan
200,00
Kasus penyakit zoonosa semakin tidak ada kasus berarti baik
53
No
9
Sasaran 4 : Menurunnya produk pangan segar yang tercemar. Satuan IKU Target PK Realisasi Capaian Tahun Tahun (%) 2015 2015 Jumlah pangan segar yang Kasus 20 160,00 √ 50 Indikator
tercemar
No
10
Keterangan
semakin tidak ada kasus berarti baik
Sasaran 5 : Bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan. Indikator Satuan IKU Target PK Realisasi Capaian Keterangan Tahun Tahun (%) 2015 2015 Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan : a. Budidaya b. Olahan
Pelaku Usaha Pelaku Usaha
√
750
755
100,67
√
370
600
162,16
Sasaran 6 : Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan. No Indikator Satuan IKU Target PK Realisasi Capaian Keterangan Tahun Tahun (%) 2015 2015 11 Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan : a. Budidaya b. Olahan
Pelaku Usaha Pelaku Usaha
√
630
640
101,59
√
160
162
101,25
Sasaran 7 : Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan. No Indikator Satuan IKU Target PK Realisasi Capaian Keterangan Tahun Tahun (%) 2015 2015 Indeks Kepuasan Indeks 12 80 81,07 101,34 13 14 15
masyarakat (IKM) Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti Nilai Evaluasi AKIP Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
LKIP DISPERTAPA 2015
%
Angka %
-
100%
100%
100%
75
76,87
102,49
100%
100%
100%
54
3.2.
PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 Adapun
pengukuran
kinerja
dilakukan
dengan
cara
membandingkan target setiap Indikator Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau celah kinerja (peformance gap). Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat
untuk peningkatan kinerja di masa
yang
akan datang
(performance improvement). Tingkat capaian kinerja setiap sasaran, menggunakan skala pengukuran 4 (empat) kategori sebagai berikut :
Tabel 3.2. SKALA PENGUKURAN CAPAIAN SASARAN KINERJA TAHUN 2015 Skor
Rentang Capaian
Kategori Capaian
4
Lebih dari 100 %
Sangat baik
3
75 % sampai 100 %
Baik
2
55 % sampai 75 %
Cukup
1
Kurang dari 55 %
Kurang
Sedangkan untuk hasilnya dapat dilihat pada Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015, seperti di bawah ini :
LKIP DISPERTAPA 2015
55
3.3.
PENGUKURAN, EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, pencapaian sasaran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 secara keseluruhan dapat diinformasikan sebagai berikut : 1) Analisis Pencapaian Sasaran 1 Terjaganya ketersediaan pangan.
Tahun 2014 No
Indikator Kinerja
Satuan
1 Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai
2 Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton
Target
Reali sasi
Tahun 2015 %
Target
Reali sasi
%
87,8 91,20 103.87 91,25 91,26 100.01 24
26,7 111.25
60
72,26 120.43
3 Tingkat Konsumsi Pangan : a. Beras
kg/kapita/tahun 96,40 96,10 100.31 91,40 91,31 100.10
b. Daging
kg/kapita/tahun 15,84 15,95 100.69 16,12 17,62 109.31
c. Ikan
kg/kapita/tahun 33,50 33,95 101.34 34,20 34,28 100.23
Sasaran terjaganya ketersediaan pangan ini mempunyai tiga komponen indikator yang sangat penting, yaitu : 1. Penguatan Cadangan Pangan 2. Score Pola Pangan Harapan (PPH) 3. Tingkat Konsumsi Pangan : a. Beras; b. Daging; c. Ikan Sasaran
terjaganya
ketersediaan
pangan
dengan
3
indikatornya ini menjadi sangat penting karena tertuang
dalam
SPM dan merupakan salah satu aspek
penting
dalam
penyelenggaraan SPM Ketahanan Pangan.
Standar
Pelayanan
Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor LKIP DISPERTAPA 2015
56
65
Tahun
2010
tentang
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/1023/SJ Tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian
Standar
Pelayanan
Minimal di Daerah.
Situasi
untuk data tahun 2015, dari sisi keragaman
pangan
sudah
memenuhi harapan dimana dari 9
kelompok
antaranya
pangan
sudah
7
di
dikonsumsi
secara umum oleh masyarakat kota
Bandung.
Dari
sisi
konsumsi energinya bahkan berlebih (persentasenya paling besar) yakni 51,32%, sementara itu konsumsi dari sisi pangan hewani naik signifikan menjadi 45,35%. Sementara konsumsi minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah masih di bawah nilai maksimum yang disyaratkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok pangan yang sensitif terhadap perubahan skor PPH kota Bandung adalah dari kelompok padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Kontribusi skor PPH untuk tahun 2015 banyak ditunjang dengan meningkatnya
konsumsi
dan
ketersediaan sayuran dan buahbuan yang ada di kota Bandung. Dengan kondisi dimana 84,09% pasokan pangan diperoleh luar depan
kota
Bandung,
kerjasama
maka
antar
dari ke
daerah
dalam pasokan bahan pangan ke
LKIP DISPERTAPA 2015
57
kota
Bandung
perlu
ditingkatkan
lagi
sejalan
dengan
makin
menurunnya kemampuan produksi internal kelompok pangan di kota Bandung. Pada tahun 2014 penguatan cadangan pangan dari target 24 ton dapat terealisasi sebesar 26,7 ton (111,25%). Sedangkan pada tahun 2015 penguatan cadangan pangan dari target 60 ton dapat terealisasi 72,26 ton (120,43 %). Untuk indikator penguatan cadangan pangan, kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada umumnya baik dengan dapat tercapainya target kinerja yang telah direncanakan. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 120,43 %, prosentase capaian ini sama karena target penguatan cadangan pangan daerah
dari tahun 2015 sampai dengan tahun
2018 pada akhir renstra sama yaitu 60 ton. Dan diharapkan pada akhir tahun renstra yaitu tahun 2018, penguatan cadangan pangan daerah terus meningkat. Komponen indikator yang kedua yaitu indikator Score Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2014 tercapai 91,20 dari target 87,80 atau terealisasi sebesar 103,87%, sedangkan pada tahun 2015 Score Pola Pangan Harapan (PPH) terealisasi sebesar 91,26 dari target 91,25 atau sebesar 100,01%. Untuk indikator Score Pola Pangan Harapan (PPH), kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dinilai baik dengan dapat tercapainya target kinerja yang telah direncanakan. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 99,09 %. Yaitu dari target 92,10 baru tercapai sebanyak 91,26. Capaian ini sudah dinilai cukup baik karena sudah hampir mencapai 100% dan diharapkan pada akhir tahun renstra 2018 capaian dapat melebihi target.
LKIP DISPERTAPA 2015
58
Perbandingan nilai Score Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.3.
TABEL 3.3. SCORE POLA PANGAN HARAPAN TAHUN 2014 DAN TAHUN 2015 No
Score Maks
Kelompok pangan
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
Score PPH 2014
Score PPH 2015
25,00
25,00
25,00
2,50
0,70
2,50
24,00
23,50
24,00
Minyak dan Lemak
5,00
5,00
4,70
5
Buah/Biji Berminyak
1,00
0,00
0,0
6
Kacang-kacangan
10,00
6,10
8,89
7
Gula
2,50
0,90
0,87
8
Sayur dan Buah
30,00
30,00
25,30
9
Lain-lain Total
0,00 100,00
0,00 91,20
0,0 91,26
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 ketersediaan pangan di Kota
Bandung
sudah
cukup
beragam. Hal ini dapat dilihat dari jenis pangan yang sudah mencapai
skor
maksimum,
diantaranya padi-padian (25,00), umbi-umbian pangan
hewani
(2,50), (24,00).
serta Pangan
yang
belum
mencapai
skor
maksimum adalah minyak dan lemak (4,70 dari 5,00), buah/biji berminyak (0 dari 1,00), kacang-kacangan (8,89 dari 10), gula (0,87 dari 2,50), dan sayur dan buah (25,30 dari 30,00). Situasi ketersediaan pangan Kota Bandung Tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada gambar 1.
LKIP DISPERTAPA 2015
59
Situasi Ketersediaan Pangan Kota Bandung Tahun 2014 dan 2015 1990 2733
3000
2011
2000
2014
91,20 [VALUE]6
1000 0 AKE
Skor PPH
Gambar. 1. Situasi Ketersediaan Pangan Kota Bandung pada Tahun 2014 dan 2015 Situasi ketersediaan pangan di Kota Bandung telah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) jenis pelayanan dasar ketersediaan dan cadangan pangan dengan indikator ketersediaan energi dan protein. Dari skor PPH 91,26 dapat juga dilihat ketersediaan energi pada tahun 2015 sebesar 2.733 kkal/kapita/hari (124,25%), dan protein 119,39 gram/kapita/hari (209,46%).
TABEL 3.4. KETERSEDIAAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 No.
Kelompok Pangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total
Keterangan
Gram/ Energi % AKE* kap/hari (kkal) 315,34 1.129 51,32 144,27 152 6,92 496,15 998 45,35 23,31 207 9,40 0,00 0,00 0,00 26,05 98 4,45 10,51 38 1,75 313,14 111 5,06 0,00 0,00 0,00 2.733 124,25
Protein (g/kap/hari)
27,92 1,17 76,66 0,11 0,00 9,23 0,03 4,29 0,00 119,39
%AKP* 48,98 2,05 134,49 0,19 0,00 16,18 0,06 7,52 0,00 209,46
Skor PPH 25,0 2,50 24,00 4,70 0,00 8,89 0,87 25,30 0,00 91,26
: * Angka Ketersediaan Energi (AKE) = 2.200 kkal/kap/hari * Angka Kecukupan Protein (AKP) = 57 g/kkap/hari
LKIP DISPERTAPA 2015
60
Ketersediaan energi di Kota Bandung pada tahun 2015 sebesar 2.733 kkal/kap/hari. Sebanyak 51,32% ketersediaan energi berasal dari kelompok pangan padi-padian. Kontribusi umbi-umbian terhadap ketersediaan energi sebesar 6,92%, kontribusi pangan hewani sebesar 45,35%, kontribusi minyak dan lemak sebesar 9,40%. Buah/biji berminyak tidak
memberikan kontribusi terhadap ketersediaan
energi. Sedangkan kontribusi energi dari kacang-kacangan sebanyak 4,45%. Sebanyak 1,75%
energi tersedia pada gula dan sebanyak
5,06% energi tersedia pada sayur dan buah. Jika
satuan
energi
(kkal)
dikonversi ke satuan berat pangan maka
ketersediaan
padi-padian
adalah sebesar 315,34 g/kap/hari dan umbi-umbian sebesar 144,27 g/kap/hari.
Ketersediaan
pangan
hewani sebesar 496,15 g/kap/hari. Minyak
dan
lemak
tersedia
dalam
jumlah
23,31
g/kap/hari.
Ketersediaan kacang-kacangan sebesar 26,05 g/kap/hari. Gula yang tersedia sebanyak 10,51 g/kap/hari. Ketersediaan sayur dan buah sangat tinggi yaitu 313,14 g/kap/hari. Komponen indikator yang ketiga dari sasaran pertama yaitu tingkat konsumsi beras, ikan dan daging. Pada tahun 2015 capaian tingkat
konsumsi
beras
sebesar
91,31 kg/kapita/tahun dari target 91,40 terealisasi
kg/kapita/tahun sebesar
atau
100,10%.
Capaian target tingkat konsumsi beras
adalah
menurunnya
konsumsi pangan beras sehingga apabila capaiannya lebih kecil dari target menunjukkan kinerja yang baik karena targetnya adalah mengurangi konsumsi beras setiap tahunnya. Pada tahun 2014 tingkat konsumsi beras mencapai 96,10 LKIP DISPERTAPA 2015
61
kg/kapita/tahun dari target 96,40 kg/kapita/tahun (100,31%). Jika dibandingkan dengan tahun 2014 capaian tingkat konsumsi beras mengalami peningkatan. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 mencapai 96,36%. Yaitu dari
target
88,10
kg/kapita/tahun.
kg/kapita/tahun
Dalam
hal
ini
baru
capaian
mencapai
target
masih
91,34 perlu
ditingkatkan lagi dan diharapkan pada akhir tahun renstra yaitu tahun 2018 target tingkat konsumsi beras lebih rendah dari 88,10 kg/kapita/tahun. Untuk
indikator
tingkat
konsumsi beras,
kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dinilai baik dengan tercapainya target kinerja yang telah direncanakan. Indikator tingkat konsumsi beras ini didorong oleh program dan kegiatan yang ada di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Program tersebut adalah “One Day No Rice” yang
dilaksanakan
di
Kota
Bandung dengan Dinas Pertanian dan
Ketahanan
Bandung
Pangan
sebagai
Kota leading
sektornya. Program “One Day No Rice” mulai disosialisasikan pada tahun 2015, dengan menjadikan hari Senin sebagai hari tanpa beras. Dengan adanya program ini diharapkan tingkat konsumsi beras masyarakat Kota Bandung dapat menurun, dan sebagai pengganti asupan karbohidrat dari beras dapat diganti dengan mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung dan umbi-umbian. Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Kota Bandung selalu dipublikasikan baik melalui media massa maupun media sosial. Ada beberapa kegiatan yang dipublikasikan di koran-koran, radio, dan televisi. Namun setiap kegiatan selalu dipublikasikan di twitter dan website dinas, sehingga LKIP DISPERTAPA 2015
62
publik dapat melihat dan menilai langsung kinerja dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Hasil studi banding dengan Kota Denpasar Provinsi Bali mengenai skor PPH dan penguatan cadangan pangan, bahwa di Kota Denpasar nilai skor PPH lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kota Bandung, begitu juga dengan cadangan pangan daerah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya sawah dan lahan pertanian lainnya. Ketersediaan pangan di Kota Denpasar cukup banyak karena ada satu daerah yang memproduksi sayuran dan buah-buahan lokal seperti semangka dan melon, sehingga tidak perlu impor dari kabupaten/kota lain. Namun demikian pertanian di daerah tersebut masih bersifat tradisonal berbeda dengan Kota Bandung yang sudah menerapkan pengembangan pertanian perkotaan. Komponen indikator lain yaitu tingkat konsumsi daging. Pada tahun 2015 tingkat konsumsi daging sebesar 17,62 kg/kapita/tahun dari target 16,12 kg/kapita/tahun atau terealisasi sebesar 109,31%. Untuk indikator tingkat konsumsi daging, kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dinilai baik dengan tercapainya target kinerja yang telah direncanakan.
Pada tahun 2014 capaian
tingkat konsumsi daging sebesar 15,95 kg/kapita/tahun dari target 15,84 kg/kapita/tahun atau terealisasi sebesar 100,69%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, tingkat konsumsi daging pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan/pasokan daging yang meningkat untuk Kota Bandung. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 mencapai
99,03%. Yaitu
dari target
17,45
kg/kapita/tahun sudah tercapai 100,97 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi daging ini harus terus ditingkatkan sehingga diharapkan pada akhir tahun renstra yaitu tahun 2018 target tingkat konsumsi daging di Kota Bandung melebihi 17,62 kg/kapita/tahun.
LKIP DISPERTAPA 2015
63
Komponen indikator selanjutnya yaitu tingkat konsumsi ikan. Capaian tingkat konsumsi ikan pada tahun 2015 yaitu 34,28 kg/kapita/tahun dari target 34,20 kg/kapita/tahun atau terealisasi sebesar 100,23%. Untuk indikator tingkat konsumsi ikan, kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dinilai baik dengan tercapainya target kinerja yang telah direncanakan.
Pada
tahun 2014 tingkat konsumsi ikan mencapai 33,95 kg/kapita/tahun dari target 33,50 kg/kapita/tahun atau terealisasi sebesar 101,34%. Dibandingkan dengan tahun 2014, tingkat konsumsi ikan tahun 2015 mengalami peningkatan. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 mencapai 90,35%. Yaitu dari
target
37,94
kg/kapita/tahun
baru
mencapai
34,28
kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ikan ini harus terus ditingkatkan sehingga pada akhir tahun renstra 2018 target tingkat konsumsi ikan Kota Bandung melebihi 37,94 kg/kapita/tahun. Seperti halnya tingkat konsumsi daging, peningkatan konsumsi ikan dapat dilihat dari ketersediaan/pasokan ikan yang meningkat di Kota Bandung. Selain itu juga program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung yang menunjang untuk peningkatan tingkat konsumsi daging dan ikan adalah program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) dengan kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Dimana pada kegiatan tersebut
difasilitasi
cara
pengolahan
produk
hasil
pertanian,
peternakan dan perikanan. Dengan Pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dapat menarik minat
warga
masyarakat
untuk
mengolah
produk
pertanian,
peternakan dan perikanan, khususnya daging dan ikan. Sehingga dengan adanya pelatihan ini dapat meningkatkan tingkat konsumsi daging dan ikan.
LKIP DISPERTAPA 2015
64
Perbandingan capaian indikator kinerja tingkat konsumsi beras, daging dan ikan tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut. Tingkat Konsumsi Beras, Daging dan Ikan Tahun 2014 dan 2015 120 96.1
100
91.31
80 2014 2015
60 33.95 34.28
40 15.95 17.62
20 0 Beras
Daging
Ikan
Tingkat Konsumsi Pangan (kg/kapita/tahun) Gambar 2. Tingkat Konsumsi Beras Daging dan Ikan Tahun 2014 dan 2015
Pada gambar 2. diatas dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi pangan beras, daging dan ikan pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada umumnya baik, yang berarti program dan kegiatan yang dilaksanakan
pada
tahun
2015
untuk
menunjang pencapaian
sasaran 1 dapat berjalan dengan baik. Sasaran pertama Terjaganya Ketersediaan Pangan masuk dalam Program Ketahanan Pangan dengan empat kegiatan yaitu, Kegiatan Promosi Keamanan Pangan, Kegiatan Operasional Dewan Ketahanan Pangan Kota Bandung, Kegiatan Penyuluhan Sumber Pangan Alternatif, dan Kegiatan Koordinasi Kebijakan Perberasan. Outcome
dari
program
dan
kegiatan
ini
yaitu
meningkatnya
kesadaran tentang keamana pangan, terwujudnya sinergitas program ketahanan pangan di tingkat kota, meningkatnya pemahaman tentang sumber pangan alternatif, dan terpenuhinya kebutuhan pangan pokok bagi rumah tangga sasaran (RTS) secara merata. Output kegiatan yaitu terlaksananya sosialisasi promosi keamanan pangan, LKIP DISPERTAPA 2015
65
terlaksananya sosialisasi one day no rice, terlaksananya sosialisasi penganekaragaman konsumsi pangan, dan terlaksananya launching, distribusi, sosialisasi, serta monitoring raskin gratis ke RTS. Pada sasaran 1 ini termasuk kedalam Program Ketahanan Pangan dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.700.000.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.673.760.950,- atau 98,46%. Serapan anggaran sebesar 98,46% cukup tinggi yang berarti kinerja Dinas pada program ini dinilai baik. Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah berjalan dengan baiknya kegiatan sosialisasi one day no rice, pengolahan
pangan
berbahan
dasar
daging
dan
ikan,
serta
implementasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan lokal (P2KP). Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi daging dan ikan sebagai sumber protein dan pola kebiasaan makan masyarakat yang harus selalu mengkonsumsi nasi (beras) sebagai sumber karbohidrat utama.
2) Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
No
Indikator Kinerja
1 Produktivitas tanaman padi 2 Produksi tanaman hias 3 Populasi ternak : a. sapi b. domba
Tahun 2014 Tahun 2015 Satuan % Reali Reali % Target Target sasi sasi kw/ha 63,09 65,03 103.07 65,05 65,05 100 Pot/tahun 186.500 186.920 100.23 188.500 189.002 100 ekor
1.417
1.554 109.67 1.604
1.625 101
ekor
29.365 29.955 102.01 30.833 30.991 100
Ton ekor
2.600 2.764,09 106.31 2.846 2.877 101 821.700 907.670 110.46 921.700 922.900 100
4 Produksi ikan : a. konsumsi b. hias
LKIP DISPERTAPA 2015
66
Sasaran
meningkatnya
produksi
dan
produktivitas
hasil
pertanian dan perikanan mempunyai 4 indikator kinerja, yaitu : 1. Produktivitas tanaman padi; 2. Produksi tanaman hias; 3. Populasi Ternak : a. Sapi b. Domba 4. Produksi ikan : a. Ikan Konsumsi b. Ikan Hias Produktivitas tanaman pangan adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan tanaman pangan yang sedang diusahakan dengan sistem pengelolaan tertentu, termasuk didalamnya proses produksi. Walaupun Kota Bandung bukan merupakan daerah sentra produksi pertanian akan tetapi masih berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian seperti padi dan palawija. Produktivitas tanaman padi merupakan besarnya produksi padi yang dihasilkan pada suatu lahan dengan luasan tertentu. Dari data di lapangan diketahui bahwa sentra produksi padi di Kota Bandung adalah Kecamatan Ujung Berung, Rancasari, Cibiru, Cinambo, Gedebage, Buah Batu, dan Arcamanik. Selama tahun 2015, produktivitas tanaman padi sudah mencapai 65,05 kw/ha dari target 65,05 kw/ha atau 100.00%. Dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumya,
produktivitas
tanaman padi selalu mengalami peningkatan, dimana tahun 2013 mencapai 62,95 kw/ha, tahun 2014 sebesar 65,03 kw/ha dan tahun 2015 mencapai 65,05 kw/ha. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 92,93%. Yaitu dari target 70 kw/ha di akhir tahun renstra baru tercapai 65,05 kw/ha pada tahun 2015. Produktivitas tanaman padi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018. Indikator produktivitas tanaman hias, di tahun 2013 produksi mencapai
185.000
pot/tahun,
tahun
2014
sebesar
186.500
pot/tahun dan tahun 2015 mencapai 189.002 pot/tahun dari target 188.500 pot/tahun atau 100,27%, namun jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai LKIP DISPERTAPA 2015
67
96,92%. Yaitu dari target 195.000 pot/tahun di akhir tahun renstra baru tercapai 189.002 pot/tahun pada tahun 2015. Produktivitas tanaman hias ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Untuk capaian indikator produksi tanaman hias tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah: TABEL 3.5. PRODUKSI TANAMAN HIAS TAHUN 2015
NO.
NAMA TANAMAN HIAS
Luas Tanaman Akhir Triwulan Yang Lalu 2 (M )
(2)
(1)
2
Luas Panen (M )
Luas Rusak/ Tidak Berhasil/ Puso 2 (M )
Luas Penana man Baru/ Tambah Tanam 2 (M )
Luas Tanaman Akhir Triwulan Laporan 2 (M )
Produksi Dipanen Habis/ Dibongkar
Belum Habis
Satuan
(8) = (3)(4)-(6)+(7)
(9)
(10)
(11)
-
4.650
61.375
-
pot
Habis/ Dibongkar
Belum Habis
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
5.030
380
-
-
1
Anggrek
2
Anthurium Bunga
760
-
-
-
-
760
-
-
pot
3
Anyelir
200
-
-
-
-
200
-
-
pot
4
Gerbera (Herbras)
150
-
-
-
-
150
-
-
pot
5
5.500
-
-
-
-
5.500
30.075
-
pot
6
Gladiol Heliconia (Pisang-pisangan)
215
75
-
-
-
140
195
-
pot
7
Krisan
450
-
-
-
2.000
2.450
16.000
-
pot
8
Mawar
270
15
-
-
-
255
120
-
pot
9
Sedap Malam
6.500
-
-
-
-
6.500
214
-
pot
10
Dracaena
1.525
325
-
-
-
1.200
22.275
-
pot
11
Melati
-
-
-
-
-
-
-
-
pot
12
Palem
525
225
-
-
-
300
4.175
-
pot
13
1.885
-
-
-
10
1.895
10.150
-
pot
14
Aglaonema Adenium (Kamboja Jepang)
880
100
-
-
10
790
2.580
-
pot
15
Euphorbia
2.570
-
-
-
-
2.570
150
-
pot
16
Phylodendron
2.525
-
-
-
-
2.525
7.060
600
pot
17
Pakis
230
-
-
-
-
230
-
-
pot
18
Monstera
180
-
-
-
-
180
-
-
pot
19
Ixora (Soka)
895
359
-
-
-
536
7.333
-
pot
20
Cordyline
1.460
1.125
-
-
-
335
12.800
-
pot
21
1.250
-
-
-
-
1.250
5.250
-
pot
22
Diffenbachia Sansevieria (Pedangpedangan)
2.845
-
-
-
200
3.045
5.500
-
pot
23
Anthurium Daun
800
150
-
-
-
650
3.000
-
pot
24
Caladium
300
-
-
-
-
300
150
-
pot
Jumlah
36.945
2.754
-
-
2.220
36.411
188.402
600
Sumber : Kajian Outlet Bunga Potong, (LPPM UNPAD dan Dispertapa,2015). LKIP DISPERTAPA 2015
68
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada sekitar 24 jenis tanaman hias yang ada di Kota Bandung dan yang menjadi komoditas unggulan adalah jenis Anggrek, Gladiol, dan Euphorbia. Dari capaian produksi 189.002 pot tanaman hias, 5 (lima) jenis tanaman hias penyumbang
produksi
terbesar
adalah dari jenis Anggrek, Gladiol, Euphorbia,
Phylodendron,
Dracaena.
Tanaman
dan
hias
ini
tersebar di beberapa kecamatan, seperti
Kecamatan
Kecamatan
Cibeunying
Sukajadi, Kaler,
Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Sukasari,
Kecamatan Cibeunying
Kidul, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Kiara Condong, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Buahbatu, dan Kecamatan Panyileukan. Potensi ekonomi dari bunga potong dan tanaman hias Indonesia untuk bisa berkembang di pasar lokal maupun global masih terbuka lebar, hanya saja beberapa kendalanya adalah di level petani masih terpaku pada sistem tata kelola usaha budidaya yang tradisional dan masih sedikit yang menggunakan teknologi canggih karena biaya investasinya yang besar. Dalam lingkup pasar lokal, permintaan akan bunga potong dan tanaman hias ini mengalami pasang surut, dimana untuk pasokan (produksi) bunga potong trend nya berfluktuasi, namun perkembangan yang positif masih dominan di antara gerbera, herbras, krisan, mawar, sedap malam dan anggrek. Sedangkan bunga potong lainnya
seperti
anthurium,
gladiol,
dan
anyelir
cenderung
pertumbuhannya negatif.
LKIP DISPERTAPA 2015
69
Informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, perkembangan permintaan bunga potong maupun tanaman hias dapat dipengaruhi banyak faktor seperti : lokasi (tempat berusaha), kemudahan akses pasar, umur konsumsi komoditas, pola kemitraan usaha yang kondusif di antara petani, pedagang perantara dan pelaku usaha bunga potong dan tanaman hias. Dari sudut pandang pemerintah daerah, penyediaan lahan atau asset yang dapat digunakan untuk sarana berjualan kelompok pengusaha di bidang tanaman hias dan bunga potong ini dapat memberikan beberapa benefit, seperti : perluasan lapangan kerja, perluasan akses sektor pariwisata daerah, pengembangan kawasan ekonomi berbasis agro dan sumberdaya lingkungan. Hasil analisis ekonomi terkait prospek usaha tanaman hias dan bunga potong, untuk kondisi Kota Bandung hingga saat ini masih memiliki prospek yang baik. Fasilitas untuk outlet bunga potong ataupun tanaman hias di Kota Bandung telah tersedia, sehingga pelaku usaha atau pedagang bunga potong atau tanaman hias dapat memanfaatkan fasilitas ini sebagai sarana pemasarannya. Selain itu dengan adanya outlet bunga potong juga diharapkan dapat memacu para petani tanaman hias untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Indikator
produktivitas
tanaman
padi
dan
produktivitas
tanaman hias termasuk dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan) dengan 3 (tiga) kegiatan, yaitu Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan, kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman, dan kegiatan Pengembangan Perbenihan/Perbibitan. Output kegiatan Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan diantaranya terlaksananya pengadaan tanaman produktif dan tanaman hias serta pelatihan budidaya tanaman. Sedangkan untuk outcome yaitu meningkatnya produksi
LKIP DISPERTAPA 2015
70
tanaman sayuran/hortikultura di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan. Output diantaranya bubidaya
kegiatan
Pengembangan
terlaksananya
padi
dan
pengadaan
pengadaan
Diversifikasi sarana
tanaman
Tanaman,
dan
prasarana
produktif,
sedangkan
outcomenya meningkatnya produktivitas tanaman padi dan sayuran di
lahan
pekarangan
rumah.
Output
kegiatan
Pengembangan
Perbenihan/Perbibitan diantaranya terlaksananya pelatihan tanaman hias dan pengadaan indukan tanaman hias. Outcome kegiatan yaitu meningkatnya keterampilan masyarakat tentang budidaya pertanian dan tersedianya bibit tanaman. Anggaran pada program dengan 3 (tiga) kegiatan ini sebesar Rp. 12.008.150.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 11.653.209.094,atau 97,04%. Serapan anggaran sebesar 97,04% cukup tinggi yang berarti kinerja Dinas pada program ini dinilai baik. Indikator populasi ternak sapi pada tahun 2015 dapat terealisasi sebesar 101,31% atau dari target sebanyak 1.604 ekor terealisasi sebanyak 1.625 ekor. Pada tahun 2014 populasi ternak sapi 1.554 ekor dari target 1.417 ekor atau sebesar 109,67%. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 93,02%. Yaitu dari target tahun 2018 sebesar 1.747 ekor baru tercapai 1.625 ekor pada tahun 2015. Populasi ternak sapi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Indikator populasi ternak domba pada tahun 2015 tercapai 100,51% atau dari target 30.833 ekor dapat terealisasi sebanyak 30.991 ekor. Dan pada tahun 2014 populasi ternak domba tercapai 29.955 ekor dari target 29.365 ekor atau sebesar 102,01%. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 86,83%. Yaitu dari target di akhir tahun renstra 2018 sebesar 35.693 ekor baru tercapai 30.991 ekor pada tahun 2015. Populasi ternak domba ini diharapkan terus meningkat LKIP DISPERTAPA 2015
71
sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Data populasi ternak tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.6. di bawah ini :
Tabel 3.6. DINAMIKA POPULASI TERNAK TAHUN 2015 KELAHIRAN NO
JENIS TERNAK
%
PEMOTONGAN + UNREG
KEMATIAN
EKOR
%
EKOR
%
PEMASUKAN
EKOR
%
EKOR
PENGELUARAN %
POPULASI
POPULASI LAPORAN
HASIL PERHITUNGAN
EKOR
JTN
BTN
TOTAL
(EKOR)
1
SAPI POTONG
31,20
485
2,82
44
-
24.454
34.447
10.363
1.625
1.477
148
1.625
2
SAPI PERAH
37,30
257
3,01
21
-
-
947
1.161
713
116
597
713
3
KERBAU
13,78
14
3,00
3
-
-
637
636
114
69
45
114
4
KUDA
5,15
8
3,72
6
-
18
46
24
162
162
-
162
5
KAMBING
32,28
172
4,20
22
-
20.675
21.849
1.470
561
561
-
561
6
DOMBA
40,47
12.123
3,86
1.156
-
96.732
100.201
13.399
30.991
9.966
21.025
30.991
7
BABI
109,09
-
10,00
-
-
13.646
13.646
-
-
-
-
-
8
AYAM BURAS
94,01
113.765
6,00
7.261
7,00
95.214
30.495
32.948
129.851
9.877
119.974
129.851
292,80
7.191
4,00
98
66,66
825
2.590
8.515
2.799
186
2.613
2.799
821,80
329.508
2,50
2.873
-
769.628
971.636
369.556
274.005
158.616
115.389
274.005
171,58
46.525
5,00
1.714
78,00
21.458
43.998
42.636
58.995
24.005
34.990
58.995
9 10 11
AYAM RAS PETELUR AYAM RAS PEDAGING ITIK
Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kota Bandung ada 11 jenis ternak dengan dinamika populasinya, termasuk ternak sapi dan domba. Sapi yang dihitung populasinya untuk indikator kinerja populasi ternak disini adalah jenis sapi potong. Perbandingan capaian indikator kinerja tingkat
populasi
ternak sapi dan domba tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut.
LKIP DISPERTAPA 2015
72
Populasi Ternak Sapi dan Domba Tahun 2013, 2014 dan 2015
40,000
26,901
30,000
29,955
30,991
20,000
2013 2014 2015
10,000 1,554
1,307
1,625
0 Sapi Domba Populasi Ternak Sapi dan Domba (Ekor)
Gambar. 3. Populasi Ternak Sapi dan Domba Tahun 2013, 2014 dan 2015
Pada gambar 3. diatas dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi dan domba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada umumnya baik, yang berarti program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2015 untuk menunjang pencapaian sasaran 2 dapat berjalan dengan baik. Hasil
usaha
peternakan
sangat dibutuhkan oleh warga Kota Bandung, namun usaha ini bukan
merupakan
perekonomian karena
kegiatan
yang
utama
keterbatasan
lahan,
masalah sanitasi dan lingkungan padat penduduk, maka kegiatan agribisnis peternakan di Kota Bandung hanya menjadi daerah tujuan pemasaran hasil-hasil peternakan. Indikator produksi ikan konsumsi pada tahun 2015 juga terealisasi melebihi target, yaitu terealisasi 2.877 ton dari target 2.846 ton atau sebesar 101,09%. Sedangkan pada tahun 2014 produksi ikan konsumsi terealisasi sebesar 2.764,09 ton dari target 2.600 ton LKIP DISPERTAPA 2015
73
atau sebesar 106,31%. Dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 96,87%, dari target tahun 2018 sebesar 2.970 ton baru tercapai 2.877 ton pada tahun 2015. Produksi ikan konsumsi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Untuk indikator produksi ikan hias pada tahun 2015 tercapai sebesar 100,13% atau dari target 921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor. Pada tahun 2014 produksi ikan hias 907.670 ekor
dari
target
821.700
ekor
atau
sebesar
110,46%.
Jika
dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 75,54%. Yaitu dari target tahun 2018 sebesar 1.221.700 ekor baru tercapai 922.900 ekor pada tahun 2015. Produksi ikan hias ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Sebagai alternatif masyarakat
pilihan
usaha
dibidang
perikanan
yaitu usaha budidaya ikan hias karena selain tidak memerlukan lahan
yang
luas,
potensi
pemasaran ikan hias baik pasar lokal
maupun
ekspor
cukup
besar. Kedua indikator produksi ikan tersebut penting untuk mewujudkan substansi Bandung Juara yaitu terwujudnya kampung lele dan kampung ikan hias.
LKIP DISPERTAPA 2015
74
Data produksi ikan konsumsi tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.7. di bawah ini : TABEL 3.7. PRODUKSI IKAN KONSUMSI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Produksi Produksi Kolam (Ton) Sawah (Ton) Mas 209,35 324,90 Nila 445,50 201,60 Mujair 4,53 3,22 Lele 1.141,39 513,00 Sepat Siam 2,00 Tambakan 25,20 Ikan Lainnya 6,31 JUMLAH 1.827,97 1.049,05 Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015). Jenis Ikan
Jumlah Total 534,25 647,10 7,75 1.654,39 2,00 25,20 6,31 2.877,00
Untuk produksi ikan konsumsi diperoleh dari beberapa jenis ikan seperti ikan mas, nila, mujair, lele, sepat siam, tambakan dan ikan lainnya yang dikembangkan di kolam maupun di sawah, dengan penyumbang produksi terbesar adalah Ikan Lele, diikuti oleh Ikan Mas, Nila, tambakan, Mujair, ikan lainnya dan Ikan Sepat Siam. Daerah produksi ikan di Kota Bandung tersebar di beberapa kecamatan,
diantaranya
Kecamatan
Cibiru,
Arcamanik,
dan
Ujungberung. Adapun Produksi Ikan Hias dapat dilihat pada Tabel 3.8. di bawah ini : Tabel 3.8. PRODUKSI IKAN HIAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015 No. 1
Jenis Ikan
Produksi (ekor)
Barbir
26.890
2
Cupang
25.950
3
Frontosa
4
Gapi
5
Leuleupi
6
Udang Hias
7
Louhan
8
Manvis
9
Mas Koki
10
Molly
17.510
11
Plati
46.730
12
Rainbow
13
Sapu Hias
6.870 57.670 14.500 142.460 16.180 9.790 536.830
4.130 17.400 JUMLAH
922.900
Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015). LKIP DISPERTAPA 2015
75
Sedangkan jenis ikan hias ada 13 jenis, yaitu Barbir, Cupang, Frontosa, Gapi, Leuleupi, Udang Hias, Louhan, Manvis, Mas Koki, Molly, Plati, Rainbow, dan Sapu Hias, dengan penyumbang produksi terbesar adalah ikan Mas Koki dan Udang Hias. Seperti halnya ikan konsumsi, daerah budidaya ikan hias diantaranya Kecamatan Cibiru, Arcamanik, Regol, dan Ujungberung. Indikator
Produksi
Ikan
termasuk
dalam
Program
Pengembangan Budidaya Perikanan pada Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan dan Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan
Perikanan.
Outcome
program
tersebut
yaitu
meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias. Output program tersebut adalah meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias serta tersedianya induk ikan hias, induk ikan konsumsi dan benih ikan. Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah adanya peningkatan pengetahuan petani melalui kegiatan SLPTT dari Program Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, dan peningkatan pengetahuan
petugas
dinas
dan
masyarakat
melalui
berbagai
pelatihan, adanya peningkatan pengetahuan pelaku usaha melalui kegiatan Pelatihan Peternakan dan Perikanan, dan peningkatan pengetahuan
petugas
dinas
dan
masyarakat
melalui
berbagai
pelatihan peternakan dan perikanan. Faktor-faktor menghambat
yang
pencapaian
masih sasaran
adalah masih sedikitnya jumlah SDM (Tenaga belum
Penyuluh seimbang
Lapangan) dengan
yang
banyaknya
kecamatan yang ada di Kota Bandung. Jumlah penyuluh yang ada hanya 13 orang (3 PPL, 10 THL) untuk membina 151 kelurahan di 30 kecamatan.
LKIP DISPERTAPA 2015
76
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target RPJMD antara lain adalah adanya penambahan jumlah SDM, khususnya tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan.
3. Analisis Pencapaian Sasaran 3 Terkendalinya kasus penyakit zoonosa
Tahun 2014 Tahun 2015 % Reali Reali % Target Target sasi sasi 1 Jumlah kasus penyakit zoonosa di kasus 8 1 187.5 8 0 200 Kota Bandung
No
Indikator Kinerja
Satuan
Catatan : Perhitungan indikator ini semakin persentasenya mendekati 0 itu menunjukn capaian yang baik.
Penyakit
zoonosa
merupakan penyakit atau infeksi pada
binatang
ditularkan Penyakit
yang
kepada yang
dapat manusia.
tergolong
dalam
zoonosa misalnya, Antraks, Rabies, Brucellosis, Avian Influenza,
dan
lain-lain. Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di Jawa Barat, sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa dari daerah asal ternak ke Kota Bandung relatif tinggi. Sasaran strategis terkendalinya kasus penyakit zoonosa ini mempunyai indikator kinerja berupa jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung. Komponen indikator ini sangat penting untuk meningkatkan taraf kesehatan dan perluasan akses layanan. Selama tahun 2015 tidak terjadi kasus zoonosa (Avian Influenza) di Kota Bandung. Cara pengukuran indikator jumlah kasus zoonosa ini berbeda dengan indikator yang lain, semakin sedikit terjadinya kasus zoonosa maka kinerjanya semakin baik. Cara pengukuran seperti ini termasuk pengukuran persentase menurun. LKIP DISPERTAPA 2015
77
Dalam tiga tahun terakhir dari tahun 2012 sampai tahun 2014 jumlah kasus penyakit zoonosa stagnan pada posisi 1 kasus. Dengan demikian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung berhasil mempertahankan pencegahan penyakit zoonosa tidak sampai berkembang.
Kinerja
tahun
2015
ini
lebih
baik
dari
tahun
sebelumnya karena pada tahun 2015 tidak terjadi kasus zoonosa. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 200%. Yaitu dari target 7 kasus di akhir tahun renstra, tidak terjadi kasus pada capaian tahun 2015. Hal ini diharapkan terus berlanjut sampai akhir tahun renstra yaitu tahun 2018 tidak terjadi kasus zoonosa. Menururt data WHO, korban dari penyakit rabies setiap 10 menit satu orang meninggal dunia. Indonesia menjadi salah satu negara endemik virus flu burung tertinggi sejak kasus pertama pada tahun 2004. Namun kasus ini menurun signifikan dari tahun ke tahun. Sama halnya dengan kasus flu burung, kasus rabies di Indonesia makin lama makin berkurang. Di Kabupaten/kota lain di Indonesia, rabies termasuk penyakit zoonosa yang telah tersebar di 24 provinsi dengan jumlah kasus gigitan hewan penular rabies dan kasus kematian cukup tinggi karena belum ditemukan cara atau pengobatan untuk penderita rabies (hewan dan manusia). Hasil studi banding dengan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 tidak terjadi kasus rabies maupun kasus flu burung. Sedangkan di Jawa Timur untuk kasus flu burung terdapat 50 kasus dengan kematian sebanyak 60 ribu unggas pada tahun 2013. Berikutnya pada 2014 jumlah kasus menurun menjadi 15 kasus dengan kematian 30 ribu unggas. Lalu pada 2015 turun menjadi 10 kasus dengan kematian 10 ribu unggas.
LKIP DISPERTAPA 2015
78
Untuk kasus flu burung (AI) di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 terjadi 39 kasus dengan jumlah kematian unggas sebanyak 5.881 ekor. Jenis ternak unggas yang terkena dampak kasus AI ini yaitu ayam kampung, itik, entog, dan puyuh. Berikut tabel jumlah kematian unggas ternak akibat AI di Provinsi Jawa Barat tahun 2015. Tabel 3.9. JUMLAH KEMATIAN TERNAK UNGGAS AKIBAT AI DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupaten/Kota
Jenis Ternak
Kab. Sukabumi Kab. Subang
1 6
Jumlah Kematian Unggas (ekor) 415 1.328
5 4 11 1
279 395 2.932 8
3 2 2 2 1 1 39
123 89 175 76 60 1 5.881
Jumlah Kasus
Puyuh Ayam kampung, entog, itik Kab. Majalengka Ayam kampung, itik Kab. Kuningan Ayam kampung Kab. Indramayu Ayam kampung, itik Kab. Bandung Ayam kampung Barat Kota Cimahi Ayam kampung, itik Kab. Bandung Itik Kab. Purwakarta Ayam kampung Kota Sukabumi Entog, ayam kampung Kota Tasik Ayam kampung Kota Banjar Itik JUMLAH
Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Indramayu paling banyak terjadi kasus yaitu sebanyak 11 kasus dengan jumlah kematian
unggas
sebanyak
2.932
ekor
unggas.
Kemudian
di
Kabupaten Subang terjadi 6 kasus dengan jumlah kematian unggas sebanyak 1.328 ekor. Kabupaten Majalengka terjadi 5 kasus dengan jumlah kematian unggas sebanyak 279 ekor. Dan Kabupaten Kuningan terjadi 4 kasus dengan kematian 395 ekor unggas. Sedangkan di Kabupaten Sukabumi hanya terjadi satu kasus namun jumlah kematiannya mencapai 415 ekor. Perbandingan jumlah kasus
LKIP DISPERTAPA 2015
79
flu burung (AI) di beberapa kabupaten/kota Jawa Barat tahun 2015 dapat pula dilihat pada gambar di bawah ini.
Jumlah Kasus Kematian Akibat AI Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 12 10 8 6 4 2 0
Kasus Kematian
Gambar 4. Kasus Kematian Akibat AI Provinsi Jawa Barat tahun 2015
Indikator jumlah kasus penyakit zoonosa termasuk dalam Program
Pencegahan
Penanggulangan
dan
Penyakit
Ternak.
Outcome kegiatan yaitu terlaksananya pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan penyakit menular ternak di Kota Bandung. Dan Outputnya adalah bagi
terlaksananya unggas,
vaksinasi
vaksinasi
ND
AI bagi
unggas, vaksinasi rabies, pemeriksaan specimen ke lab rujukan; Terlaksananya pelatihan kader vaksinator dan komunikator AI dan rabies,
pelayanan
pengawasan
lalu
kesehatan lintas
hewan, pengawasan
hewan,
pengadaan
obat
hewan,
obat-obatan
dan
pengawasan hama penyakit ikan dan obat ikan.
LKIP DISPERTAPA 2015
80
Anggaran pada program ini sebesar Rp. 1.700.000.000,dengan realisasi sebesar Rp. 1.649.222.550,- atau 97,01%. Serapan anggaran sebesar 97,01% cukup tinggi yang berarti kinerja Dinas pada program ini dinilai baik. Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah tersedianya sarana dan prasarana penunjang untuk
kegiatan
Pemeliharaan
Kesehatan
dan
Penanggulangan
Penyakit Menular Ternak, diantaranya kendaraan roda 4 untuk operasional di lapangan, pakaian kerja lapangan, obat-obatan serta vaksin. Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah masih kurangnya sumberdaya manusia yang kompeten untuk melaksanakan
kegiatan
Pemeliharaan
Kesehatan
dan
Penanggulangan Penyakit Menular Ternak. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian kinerja antara lain adalah lebih mengintensifkan
pemeriksaan
lalulintas ternak yang masuk ke Kota
Bandung,
melaksanakan
secara rutin vaksinasi, desinfeksi, depopulasi kejadian, wilayah
bila dan
ada
surveillance
Kota
meningkatkan
kasus di
Bandung, pelayanan
kesehatan hewan di Klinik Hewan. Perlu juga ditingkatkannya sosialisasi tentang pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak pada masyarakat, agar di tahun yang akan datang tidak terjadi kasus penyakit ternak/zoonosa.
LKIP DISPERTAPA 2015
81
4. Analisis Pencapaian Sasaran 4 Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
No
Indikator Kinerja
Tahun 2014 Tahun 2015 % Reali Reali % Target Target sasi sasi kasus 50 0 200 50 20 160
Satuan
1 Jumlah pangan segar yang tercemar
Catatan : Perhitungan indikator ini semakin persentasenya mendekati 0 itu menunjukan capaian yang baik.
Salah satu tugas pokok dan fungsi pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah mengawasi dan memeriksa komoditi pangan segar yang terdiri dari komoditi peternakan (daging, susu, telur), perikanan dan komoditi tanaman pangan dan hortikultura (sayuran, buah-buahan, beras dan palawija). Untuk itu sangat diperlukan adanya beberapa cara/metode untuk pengawasan dan pemeriksaannya, agar dihasilkan pangan segar yang aman dan layak untuk di konsumsi. Pangan segar yang aman dan layak untuk dikonsumsi adalah pangan yang bebas dari bebagai cemaran, baik itu cemaran secara fisik, zat kimia berbahaya, cemaran mikroba dan cemaran residu antibiotic, residu hormone, residu pestisida dan juga logam berbahaya (logam berat). Untuk Mengetahui adanya cemaran pada produk pangan segar maka perlu dilakukan pemeriksaan, baik
secara
Organoleptik
(untuk
pemeriksaan
fisik Ph, suhu, dan
adanya
pembusukan/kualitas
produk), pemeriksaan cepat dengan menggunakan screening tes antara lain untuk pemeriksaan zat pengawet (formalin borak dll), pemutih (khlorin, hydrogen
peroksida/H2O2)
dan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa cemaran mikroba, residu LKIP DISPERTAPA 2015
82
antibiotic,
residu
hormone,
residu
pestisida
dan
logam
berat.
Keamanan pangan menjadi isu penting dalam perdagangan bebas. Jaminan keamanan pangan merupakan syarat dalam memenangkan persaingan di pasar bebas. Indikator ini penting karena indikator ini mendukung Penyelenggaraan SPM Ketahanan Pangan. Pemeriksaan terhadap sampel pangan segar dilaksanakan di pasar-pasar tradisional, pasar modern/ supermarket, dan tempat produksi pangan segar. Sampel yang diperiksa diantaranya beras, sayuran, buah-buahan lokal dan impor, daging, ayam, ikan segar beserta produk olahannya. Dari
hasil
pengawasan
dan
pemeriksaan
selama
tahun
2015 ditemukan adanya pangan segar yang tercemar sebanyak 20 kasus dari target 50 kasus. Perhitungan indikator ini berbeda dengan indikator yang lain, semakin sedikit terjadinya kasus pencemaran pangan segar maka kinerjanya semakin baik. Seperti halnya indikator kasus penyakit zoonosa, maka perhitungan untuk indikator ini juga menggunakan persentase menurun. Beberapa kegiatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap sampel pangan segar yang dilaksanakan di pasar-pasar tradisional dan pasar modern/supermarket pihak dinas mengundang beberapa media massa untuk mempublikasikan kegiatan tersebut, seperti pada foto diatas. Berdasarkan pemeriksaan
dari
hasil pengambilan
sampel secara acak di beberapa pasar tradisional dan supermarket ditemukan 20 kasus penggunaan bahan
kimia
berbahaya
pada
komoditi pangan segar. Adapun rincian
mengenai
hasil
pengawasan dan pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. LKIP DISPERTAPA 2015
83
Tabel 3.10. HASIL PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KOMODITI PANGAN SEGAR TAHUN 2015 No. 1 2 3 4 5 6 7
Bulan
Jenis Kasus
Januari Januari Januari Januari Juni Juli September
Kikil mengandung H2O2 (Peroksida) Ikan Asin Cucut mengandung formalin Ikan Asin Teri Nasi mengandung formalin Ikan Asin Cumi mengandung formalin Beras mengandung Chlorine (pemutih) Daging sapi busuk Udang mengandung rhodamine Jumlah
Jumlah Kasus 1 1 1 1 14 1 1 20
Pada tahun 2013 terjadi beberapa kasus tercemar yaitu 34 kasus (7 kasus beras berklorin, 3 kasus Ikan/Ikan Teri berformalin, pencemaran arsenik diatas ambang batas 9 kasus,15 kasus formalin pada komoditi pertanian (jeruk, kacang hijau, apel dan pear), sedangkan tahun 2014 tidak ditemukan kasus. Dan pada tahun 2015 ditemukan 20 kasus cemaran, namun demikian masih bisa menekan target
kejadian
maksimal
50
kasus
berarti
kinerjanya
masih
dikatakan baik. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 hanya 50%. Yaitu dari target 40 kasus di akhir tahun renstra, terjadi 20 kasus pada capaian tahun 2015. Diharapkan pada tahun-tahun mendatang pengawasan dan pemeriksaan terhadap komoditi pangan terus dilakukan intensif sehingga dapat meminimalisasi temuan kasus pangan segar yang tercemar, sehingga pada akhir tahun renstra yaitu tahun 2018 tidak ditemukan kasus pangan segar yang tercemar. Indikator jumlah pangan segar yang tercemar termasuk dalam
Program
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
(Pertanian/Perkebunan) kegiatan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan. Outcome kegiatan yaitu meingkatnya cakupan pengawasan mutu dan keamanan pangan komoditi pertanian serta meningkatnya pengetahuan
dan
keterampilan
para
pelaku
usaha
tentang
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya bagi komoditi pertanian. LKIP DISPERTAPA 2015
84
Output kegiatan diantaranya terlaksananya pemeriksaan sampel komoditi pangan sebanyak 5.500 sampe, terlaksananya sosialisasi penyalahgunaan bahan kimia berbahaya, pelatihan pengawasan mutu komoditi tanaman pangan dan hortikultura, dan terlaksananya sidak komoditi pertanian. Anggaran pada program ini sebesar Rp. 900.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 887.255.311,- atau 98,58%. Serapan anggaran sebesar 98,58% cukup tinggi yang berarti kinerja Dinas pada program ini dinilai baik. Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah tersedianya sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan Peningkatan mutu dan keamanan pangan, diantaranya tersedianya laboratorium dinas dan kendaraan laboratorium keliling. Dari hasil study banding ke daerah lain diantaranya, Kota Menado, Provinsi Kep. Bangka Belitung, dan DKI Jakarta mengenai pengawasan mutu komoditi hasil pertanian diperoleh kesimpulan diantaranya : bahwa masih perlu ditingkatkan pengawasan dan pemeriksaan mutu komoditi hasil pertanian khususnya Bahan Asal Hewan/ Hasil Bahan Asal Hewan (BAH/HBAH); merencanakan kegiatan Sosialiasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada pengusaha skala kecil sektor peternakan dan perikanan; dan penyempurnaan penyusunan Laporan Realisasi Pemasukan/Pengeluaran BAH/HBAH per bulan dan tahunan. Faktor yang masih menjadi hambatan antara lain : 1. Kota Bandung bukan sebagai daerah produksi sehingga pangan segar yang dijual dan dikonsumsi masyarakatnya sebagian besar (95 %) berasal dari luar wilayah Kota Bandung. Sehingga masih ditemukan produk pangan segar yang masuk ke kota bandung sudah tercemari. 2. Alat
transportasi,
penyimpanan,
pada
umumnya
tempat
penjualan yang semestinya diperlukan untuk menyimpan produk pangan segar pada umumnya tidak dimiliki oleh para pedagang terutama yang berada di pasar tradisional . LKIP DISPERTAPA 2015
85
3. Pelaku usaha dan konsumen masih kurang memahami tata cara penanganan dan penyimpanan produk pangan segar serta pengetahuan tentang bahayanya penggunaan bahan-bahan pengawet yang tidak semestinya (penyalahgunaan bahan kimia berbahaya). 4. Terbatasnya
SDM
pengawas
mutu
terutama
petugas
laboratorium yang memiliki pendidikan khusus (analis kimia). 5. Luasnya cakupan pemeriksaan dan banyaknya lokasi yang harus di awasi dan diperiksa. Saran/Solusi untuk capaian berikutnya antara lain adalah : 1. Hasil evaluasi dan tindak lanjut dari Kegiatan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan tahun 2015 merupakan upaya untuk
meningkatkan
kualitas
dan kuantitas
pengawasan
komoditi hasil pertanian dengan harapan komoditi yang beredar di Kota Bandung aman untuk dikonsumsi dan tidak ditemukan lagi kasus yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat Kota Bandung. 2. Memberi peringatan dan pembinaan kepada para pelaku usaha pangan segar yang produknya mengandung bahan kimia berbahaya. 3. Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan komoditi pangan segar secara intensif serta melakukan pembinaan kepada para pelaku usaha hasil pertanian yang beredar di Kota Bandung. 4. Dalam upaya meningkatkan pengawasan mutu pangan segar yang beredar di wilayah Kota Bandung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melakukan koordinasi dengan pihak terkait antara lain : Dinas UKM dan Industri Perdagangan, BPOM, Dinas Kesehatan, PD. Pasar Bermartabat, dan Kepolisian. 5. Menambah sarana dan peralatan laboratorium Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung serta pegawai untuk dilibatkan
dalam
pengawasan
dan
pemeriksaan
komoditi
pangan segar. LKIP DISPERTAPA 2015
86
5. Analisis Pencapaian Sasaran 5 Bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan
No
Indikator Kinerja
Satuan
1 Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan : a. Budidaya b. Olahan
pelaku usaha pelaku usaha
Tahun 2014 Reali Target sasi
%
Tahun 2015 Reali % Target sasi
690
695 100.72 750
755 100
195
240 123.08 370
600 162
Sasaran bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan dengan indikator jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan merupakan sasaran strategis, yang merupakan salah satu janji politik Walikota, dan mulai dijadikan indikator kinerja sejak tahun 2014. Selama tahun 2015, jumlah pelaku usaha budidaya bidang pertanian dan perikanan sudah mencapai 755 pelaku usaha dari target 750 pelaku usaha atau 100,66%.
Pada tahun 2014 jumlah
pelaku usaha budidaya sebanyak 695, berarti pada tahun 2015 telah bertambah sebanyak 60 pelaku usaha.
Jika
dibandingkan
dengan target akhir renstra, capaian kinerja
pada tahun
2015 sudah mencapai 81,18 %. Yaitu dari target 930 pelaku usaha budidaya sudah tercapai sebanyak 755 pelaku usaha budidaya.
Diharapkan
pada
akhir tahun renstra yaitu tahun 2018, jumlah pelaku usaha budidaya dapat melebihi target. LKIP DISPERTAPA 2015
87
Penambahan jumlah pelaku usaha ini diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya padi, tanaman palawija, peternak sapi, peternak domba maupun budidaya ikan hias dan ikan konsumsi. Penambahan jumlah pelaku usaha ini diperoleh dari hasil pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Untuk budidaya pertanian diperoleh dari hasil pelatihan budidaya padi, tanaman palawija dan pelatihan kampung berkebun yang dilaksanakan di 151 kelurahan. Sedangkan untuk pelaku usaha budidaya sapi, domba maupun ikan diperoleh dari pelatihan di beberapa kecamatan sebagaimana tabel berikut : Tabel 3.11. DAFTAR PELATIHAN BUDIDAYA PERTANIAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015
No. 1.
Lokasi Pelatihan Kecamatan Ujungberung
Materi Pelatihan - Budidaya Ikan Nila dan Mas - Budidaya Sapi dan Domba
2.
Kecamatan Cibiru
- Budidaya Ikan Gurame - Budidaya Kambing perah dan Domba
3.
Kecamatan Mandalajati
- Budidaya Ikan Gurame - Budidaya Domba
4.
Kecamatan Cicendo
- Budidaya Ikan hias (frontosa) - Budidaya Lele
5.
Kecamatan Gedebage
- Budidaya Ikan Nila
6.
Kecamatan Bandung Kidul
- Budidaya Lele - Budidaya Domba
7.
Kecamatan Sukasari
- Budidaya Domba
8.
Kecamatan Cinambo
- Budidaya Ikan Nila
Adapun pelaku usaha olahan bidang pertanian dan perikanan sudah mencapai
600 orang dari target 370 orang atau 162,16%.
Pada tahun 2014 jumlah pelaku usaha olahan sebanyak 240, berarti pada tahun 2015 telah bertambah sebanyak 360 pelaku usaha. Jika LKIP DISPERTAPA 2015
88
dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 48,19 %. Yaitu dari target 1.245 pelaku usaha
olahan
sebanyak
600
baru
tercapai
pelaku
usaha
olahan. Diharapkan pada akhir tahun renstra yaitu tahun 2018, jumlah pelaku usaha olahan dapat mencapai target. Penambahan
jumlah
pelaku usaha ini diantaranya terdiri dari pelaku usaha olahan bidang peternakan dan perikanan, diantaranya olahan bandeng presto dan bandeng isi, olahan baso, nugget sapi dan ayam, olahan telor asin, dan olahan abon ayam. Untuk pelaku usaha bidang pertanian diantaranya, pelaku usaha olahan stick keju dan daging, keripik singkong, dan olahan rangginang. Para pelaku usaha ini ada yang tergabung dalam satu kelompok usaha ada juga kelompok usaha perorangan. Lokasi pelaku usaha tersebar di beberapa kecamatan diantaranya
Kecamatan
Cinambo,
Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Ujung Berung,
Kecamatan
Antapani,
Kecamatan
Kecamatan
Batununggal,
Buahbatu,
Kecamatan
Sukajadi,
dan
Kecamatan Bandung Kulon. Penambahan jumlah pelaku usaha ini dari hasil pelatihan olahan hasil pertanian, peternakan dan perikanan, yang dilaksanakan di selama tahun 2015 di beberapa kecamatan, sebagaimana tabel 3.12 berikut.
LKIP DISPERTAPA 2015
89
Tabel 3.12. DAFTAR PELATIHAN OLAHAN HASIL PERTANIAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015
No.
Lokasi Pelatihan
1.
Kecamatan Babakan Ciparay
2.
Kecamatan Bojongloa Kaler
3.
Kecamatan Batununggal
4.
Kecamatan Bojongloa Kidul
5.
Kecamatan Ujungberung Kecamatan Antapani Kecamatan Sukajadi
6. 7.
8.
Kecamatan Bandung Kulon
9.
Kecamatan Cinambo
10.
Kecamatan Buahbatu
11.
Pasar Higienis Kecamatan Gedebage
Setiap
Ikan (PIH)
Tanggal Pelatihan 26 April 2015 29 April 2015 28 Mei 2015 9 Juni 2015 30 Juli 2015 31 Agustus 2015 23 September 2015 29 Oktober 2015 12 November 2015 25 November 2015 26 Februari 2015
daerah
Materi Pelatihan Abon ayam Keripik Singkong Bandeng Presto Abon ayam Keripik Singkong Bandeng Presto Abon ayam Keripik Singkong Bandeng Presto Krispi Udang Stick Ikan Telor Asin Keripik Singkong Bandeng Presto Nugget Ayam Sirup Buah Jus mangga Baso Ikan Bandeng Isi Nugget sapi & ayam Aneka minuman buah Bandeng Presto Nugget Ikan Aneka sirup buah Baso Sapi & Ayam Stick Keju & Daging Aneka Keripik Bandeng Isi Kemasan Olahan
(kabupaten/kota)
mempunyai
kelebihan/kekurangan dalam pencapaian kinerjanya. Studi banding dilakukan untuk koordinasi, konsultasi dan pertukaran informasi tentang pengembangan usaha pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Hasil studi banding ke Kabupaten Tasikmalaya para pelaku usaha sudah cukup banyak karena merupakan daerah dengan areal
pertanian/perikanan
penghasil/produsen LKIP DISPERTAPA 2015
yang
produk pertanian
masih dan
luas
dan
perikanan,
juga
sehingga 90
banyak pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan baik budidaya maupun olahannya. Namun dari segi pembinaan masih kurang jika
dibandingkan dengan Kota Bandung yang sudah
melaksanakan
pembinaan
kepada
para
pelaku
usaha
yang
dilaksanakan oleh petugas dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung. Indikator
jumlah
pelaku
usaha
bidang
pertanian
dan
perikanan masuk dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil
Pertanian.
Outcome
kegiatan
ini
yaitu
meningkatnya jumlah pelaku usaha di bidang pengolahan hasil pertanian peternakan dan perikanan, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan cara pengolahan hasil pertanian dan manajemen usaha. Output kegiatan yaitu terselenggaranya pelatihan olahan hasil pertanian dan pelatihan kemasan. Anggaran pada kegiatan ini sebesar Rp. 650.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 390.219.500,- atau 60,03%. Serapan anggaran sebesar 60,03% disebabkan tidak bisa diserapnya alokasi anggaran untuk pengadaan alat/barang untuk kelompok pengolah karena terbentur UU No.23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Dimana dalam undang-undang tersebut diatur bahwa kelompok penerima bantuan harus berbadan hukum Indonesia. Sama halnya seperti kegiatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap sampel pangan segar, kegiatan pelatihan budidaya dan olahan hasil pertanian peternakan dan perikanan dalam rangka mewujudkan wirausaha baru juga selalu dipublikasikan di media terutama media sosial yaitu twitter dan website dinas.
LKIP DISPERTAPA 2015
91
6. Analisis Pencapaian Sasaran 6 Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan.
No
Indikator Kinerja
1 Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan : a. Budidaya b. Olahan
Tahun 2014 Tahun 2015 Satuan Reali % Reali % Target Target sasi sasi
pelaku usaha pelaku usaha
600
603 100.5 630
640 101
100
120 120
162 101
160
Sasaran strategis meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan ini mempunyai komponen indikator kinerja, yaitu jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan yang meliputi pelaku usaha budidaya dan pelaku usaha olahan. Tingginya persaingan usaha memacu para pelaku usaha untuk melakukan inovasi terhadap hasil usahanya. Salah satunya dengan penerapan teknologi. Dalam usaha
bidang pertanian, penggunaan
sarana teknologi pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan
mempermudah
para
pelaku
usaha
barangnya.
dalam
Jumlah
memproduksi
pelaku
usaha
budidaya dan olahan hasil petanian diharapkan akan terus tumbuh dengan diadakannya program-program pelatihan dan
bantuan
olahan
sarana
pertanian
prasarana dan
alat
budidaya
pertanian. Selama pelaku
usaha
budidaya
yang
tahun
menggunakan
2015, sarana
jumlah teknologi
pertanian dan perikanan sudah mencapai 640 pelaku usaha dari LKIP DISPERTAPA 2015
92
target 630 pelaku usaha atau terealisasi 101,59%. Pada tahun 2014 jumlah pelaku usaha budidaya yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan sebanyak 603, berarti pada tahun 2015 telah
bertambah
sebanyak
37
pelaku
usaha.
Namun
jika
dibandingkan dengan target akhir tahun renstra, capaian kinerja tahun 2015 baru mencapai 88,89%. Jumlah pelaku usaha budidaya yang menggunakan teknologi ini diharapkan akan terus meningkat seiring dengan upaya pelatihan dan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung sehingga pada akhir tahun renstra 2018 target 720 pelaku usaha budidaya yang menggunakan teknologi pertanian dan perikanan dapat tercapai. Penambahan jumlah pelaku usaha budidaya yang menggunakan teknologi diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya tanaman hias dan sayuran dengan menggunakan teknologi hidroponik, kultur jaringan, juga pelaku usaha budidaya ternak sapi dengan inseminasi buatan. Mayoritas pelaku usaha ini berada di Kecamatan Cibiru, Ujungberung, dan Gedebage. Adapun pelaku usaha olahan yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan sudah mencapai 162 orang dari target 160 orang atau sebesar 101,25%.
Pada tahun 2014 jumlah
pelaku usaha olahan yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan sebanyak 120, berarti pada tahun 2015 telah bertambah sebanyak 42 pelaku usaha. Namun jika dibandingkan dengan target akhir tahun renstra, capaian kinerja tahun 2015 baru mencapai 32,53%. Jumlah pelaku usaha olahan yang menggunakan teknologi
ini
diharapkan
akan
terus meningkat seiring dengan upaya pelatihan dan pembinaan yang
dilakukan
oleh
Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung sehingga pada akhir LKIP DISPERTAPA 2015
93
tahun
renstra
2018
target
498
pelaku
usaha
olahan
yang
menggunakan teknologi pertanian dan perikanan dapat tercapai. Penambahan
jumlah
pelaku
usaha
yang
menggunakan
teknologi ini diantaranya pelaku usaha olahan pindang presto menggunakan panci presto, olahan bakso menggunakan mesin pencetak bakso, dan olahan abon menggunakan mesin pengering abon (spinner). Para pelaku usaha ini ada yang tergabung dalam satu kelompok usaha ada juga kelompok usaha perorangan. Lokasi pelaku usaha tersebar di beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Andir, Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Ujung
Berung,
Kecamatan
Antapani,
Kecamatan
Buahbatu,
Kecamatan Arcamanik, dan Kecamatan Regol. Studi banding dilakukan ke beberapa daerah dalam rangka koordinasi dan pertukaran informasi mengenai pelaku usaha olahan bidang pertanian dan perikanan. Studi banding dengan Kabupaten Bekasi diperoleh hasil bahwa di daerah tersebut belum adanya pembinaan dari pemerintah kepada para pelaku usaha olahan serta usaha pemerintah untuk penciptaan wirausaha baru masih kurang. Namun kelebihannya bahwa di Kabupaten Bekasi para pelaku usaha skala
kecil
rata-rata
sudah
menerapkan
teknologi
dengan
menggunakan alat-alat seperti spinner, mesin pencetak bakso, vacuum sealer dan lain-lain. Selain itu juga sudah menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam hal proses produksinya dan sudah memiliki ijin halal serta P-IRT. Sementara hasil studi banding ke Kota Palembang para pelaku usaha sudah cukup banyak karena merupakan daerah dengan hasil tangkapan ikan yang banyak, sehingga banyak pelaku usaha bidang perikanan khususnya olahan pempek yang sudah menggunakan teknologi misalnya mesin pemisah daging dan duri ikan. Kemudian teknologi juga sudah diterapkan dalam kemasan produk yang cukup menarik. Selain itu pemerintah juga melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha yang belum menggunakan teknologi serta mendukung LKIP DISPERTAPA 2015
94
terhadap pemasaran produk hasil olahan dengan terus menerus mengadakan wisata kuliner dua minggu sekali di lokasi yang telah ditentukan.
Hal
ini
dilakukan
untuk
menumbuhkan
minat
masyarakat untuk menjadi wirausaha baru. Indikator jumlah pelaku usaha yang menggunakan teknologi pertanian
dan
perikanan
masuk
dalam
Program
Peningkatan
Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Outcome kegiatan ini yaitu meningkatnya jumlah pelaku usaha di bidang pengolahan hasil pertanian,
peternakan
dan
perikanan
serta
meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan cara pengolahan hasil pertanian dan manajemen usaha. Output kegiatan yaitu terlaksananya pelatihan pengolahan hasil pertanian serta pelatihan kemasan. Anggaran pada kegiatan ini sebesar Rp. 650.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 390.219.500,- atau 60,03%. Serapan anggaran sebesar 60,03% disebabkan tidak bisa diserapnya alokasi anggaran untuk pengadaan alat/barang untuk kelompok pengolah karena terbentur UU No.23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Dimana dalam undang-undang tersebut diatur bahwa kelompok penerima bantuan harus berbadan hukum Indonesia.
LKIP DISPERTAPA 2015
95
7.
Analisis Pencapaian Sasaran 7 Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja.
No
Indikator Kinerja
Tahun 2014 Tahun 2015 Satuan Reali % Reali % Target Target sasi sasi indeks 75 79 105.33 80 81,07 101
1 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 2 Prosentase keluhan/pengaduan % layanan yang ditindaklanjuti 3 Nilai Evaluasi AKIP Angka 4 Prosentase Temuan BPK / % Inspektorat yang ditindaklanjuti
100
100
100
100
100 100
63 74,57 118.37 75 76,87 102 100 100 100 100 100 100
Sasaran
terwujudnya
peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja sebenarnya
bukan
merupakan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota
Bandung,
tetapi
indikator ini penting juga untuk dilakukan pengukuran sehingga masuk
kedalam perjanjian kinerja Dispertapa, adapun hasilnya
adalah sebagai berikut : 1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang sesuai dengan SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) No. 16 Tahun 2014 Tentang
Survey Kepuasan Masyarakat.
2. Prosentase Keluhan/Pengaduan layanan yang ditindaklanjuti 3. Nilai Evaluasi AKIP 4. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
LKIP DISPERTAPA 2015
96
Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran
secara
masyarakat
dalam
penyelenggara dengan
kuantitatif
memperoleh
pelayanan
publik
membandingkan
antara
harapan
dan
dan
kualitatif pelayanan
atas
pendapat
dari
aparatur
kebutuhannya.
Pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur pemerintah perlu terus ditingkatkan
sehingga
mencapai
kualitas yang diharapkan. Untuk mengetahui aparatur
kinerja
pelayanan
pemerintah
kepada
masyarakat perlu dilakukan penilaian atas pendapat masyarakat terhadap
pelayanan
melalui
penyusunan
Indeks
Kepuasan
Masyarakat. Sesuai dengan azas akuntabilitas, maka perlu reorientasi penyelenggaraan pelayanan publik. Artinya, penyelenggara pelayanan publik harus berorientasi pada pelanggan/masyarakat. Karena itu survey
berkala
untuk
pelanggan/masyarakat
mendengar
terhadap
aspirasi
pelayanan
dan
publik
keluhan
perlu
terus
dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan yang dilakukan. Pengukuran kepuasan pelanggan/masyarakat terhadap layanan yang diberikan
di
satu
mendorong
dapat
peningkatan
akuntabilitas sekaligus
sisi
pelayanan
dapat
publik,
meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dalam pelaksanaan ISO 9001 : 2008 masih harus meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga perlu dilakukan
pengukuran
LKIP DISPERTAPA 2015
mengenai
tingkat
kepuasan 97
pelanggan/masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Setelah dilakukan survey ke pelanggan yang merupakan pelanggan dari Dinas Pertanian dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung, didapatkan responden sebanyak 25 responden dan yang mengembalikan
kuesioner
sebanyak 20 responden, kuesioner yang
masuk
dari
pelanggan
setelah dianalisis didapatkan hasil penilaian sebesar 81,07 % untuk jawaban poin “Puas” artinya adalah “Personal dapat dipertahankan, sistem kerja berpeluang ditingkatkan”.
JAWABAN KUISIONER No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 SP SP P P SP P SP SP SP SP P SP KP P SP P SP KP P P
2 P P P P P P P P P P KP P KP P P KP P KP SP P
3 P SP P P P P P P P P P P P P SP P SP P SP P
4 P P P P P P P P P P P SP P P P P P P SP P
5 P P P P P P P P P P P P P P SP P P P P P
6 P SP P P P P P P P SP P SP P P P P SP P SP P
TP KP P SP
0 2 8 10
0 4 15 1
0 0 16 4
0 0 18 2
0 0 19 1
0 0 15 5
TP
: Tidak Puas
P
: Puas
KP
: Kurang Puas
SP
: Sangat Puas
LKIP DISPERTAPA 2015
7 P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
8 SP P P P P P P P P P P P P P P P P P SP P
9 SP P P P P P P P P P P SP P P P P P P SP P
REKAPITULASI JAWABAN 0 0 0 0 0 0 20 18 17 0 2 3
10 P P P P P P P SP P SP P SP P P SP P SP P P P
11 P P P P P P P P P SP P SP P P SP P SP P P P
12 P P P P P P P SP SP P P P P P P P SP P P P
13 P P P P P P P P SP SP P SP P P P P SP P P P
14 SP P P P P P P P P SP P P P P P P P P SP P
0 0 15 5
0 0 16 4
0 0 17 3
0 0 16 4
0 0 17 3
TOTAL 0 6 227 47
PERSENTASE
0,00 2,14 81,07 16,79
98
Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti, untuk sampai saat ini belum ada keluhan atau pengaduan mengenai pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung.
menjadikan masyarakat mengenai
Adapun pengaduan
ke Raskin
yang dari
Dinas
adalah
yaitu
kualitas
Raskin yang kurang baik walaupun itu merupakan kewenangan BULOG dalam
penyediaan
Raskin
yang
berkualitas baik tetapi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung ikut bertanggung jawab dan memonitor ke BULOG supaya apa yang diharapkan oleh masyarakat untuk menerima Raskin yang berkualitas baik dapat terlaksana. Akuntabilitas Instansi adalah
Kinerja
Pemerintah perwujudan
(AKIP) kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau
pelaksanaan
visi
organisasi
kegagalan dan
dalam
misi
mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui
pertanggungjawaban periodik.
Penjabaran
alat secara target
kinerja yang ditetapkan dalam rencana rencana
strategis tahunan
LKIP DISPERTAPA 2015
kedalam yang
99
dituangkan dalam rencana kerja dievaluasi melalui penyampaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) SKPD yang dilakukan setiap tahun. Pemerintahan yang bersih dan
bebas
KKN
hanya
dapat
terwujud apabila aparatur negara termasuk aparatur pemerintah di dalamnya
dapat
melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik, professional, akuntabel,
transparan, taat
pada
aturan
hukum, responsive dan proaktif, serta selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Untuk LKIP tahun 2014 dievaluasi oleh Inspektorat pada tahun
2015,
nilai evaluasi
AKIP sudah
melebihi target
yang
ditetapkan, yaitu memperoleh Nilai Kategori B dari target nilai kategori CC, hal ini berarti telah terealisasi >100%.
Nilai
Evaluasi
AKIP tahun 2014 dibandingkan dengan nilai evaluasi AKIP tahun 2013 mengalami peningkatan walaupun masih dalam kategori sama, dimana LKIP tahun 2013 memperoleh nilai 74,57 dan LKIP tahun 2014 memperoleh nilai 76,87 dan sama-sama masuk dalam Kategori B. Nilai ini telah melampaui target yang hanya kategori CC. Jadi untuk sasaran strategis ini kinerja nyatanya
lebih
baik
dari
tahun
sebelumnya. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra 2018, capaian
AKIP
sudah
mencapai
97,30% dan diharapkan dapat terus meningkat sehingga dapat tercapai target pada akhir tahun renstra. Capaian kinerja dinas ini selalu diupload dalam SILAKIP online, sehingga publik dapat langsung melihat capaian kinerja yang LKIP DISPERTAPA 2015
100
dicapai oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Capaian kinerja ini dapat dilihat mulai dari Renstra, Perjanjian Kinerja, Target kinerja dan Capaian kinerja setiap triwulan dan akhir tahun. Mengenai temuan pengelolaan anggaran dari BPK/Inspektorat, selama tahun 2015 semua temuan pengelolaan anggaran dari BPK/inspektorat sudah ditindaklanjuti, jadi teralisasi sesuai target yaitu 100%. Pada Tahun 2015 hanya ada 1 (satu) temuan BPK yaitu mengenai duplikasi penggunaan tenaga konsultan ahli dengan SKPD lain sehingga harus ada pengembalian honorarium tenaga ahli dan hal tersebut sudah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi dari BPK RI. Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah adanya komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga capaian kinerja dapat tercapai
sesuai
target
dan
komitmen
semua
pihak
untuk
menindaklanjuti temuan. Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah masih kurangnya pengetahuan aparatur tentang pelayanan publik, masih belum memadainya sarana dan prasarana pelayanan publik, kelengkapan data yang dibutuhkan kurang memadai, dan masih kurangnya pengetahuan SDM terhadap pengelolaan anggaran. Hal-hal yang masih terus harus diperbaiki untuk mencapai target kinerja antara lain adalah meningkatkan pengetahuan aparatur tentang pelayanan publik, meningkatkan sarana pelayanan publik yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, penambahan jumlah SDM, meningkatkan pengetahuan SDM tentang bagaimana cara menyusun AKIP yang baik agar nilai evaluasi AKIP menjadi lebih baik sesuai dengan target. meningkatkan pengetahuan SDM dengan mewajibkan PNS mengikuti diklat tentang pengelolaan anggaran. Bila kita bandingkan pencapaian realisasi
kinerja tahun ini
dengan beberapa tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3.13. sebagai berikut : LKIP DISPERTAPA 2015
101
Tabel 3.13.
PENGUKURAN KINERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2009-2013 N O
SASARAN INDIKATO STRATEGIS R KINERJA
(1)
(2)
1. Terselenggaranya kegiatan promosi produk unggulan Kota Bandung
Peningkatan volume pemasaran produk hasil tanaman pangan Peningkatan volume pemasaran produk hasil peternakan Peningkatan volume pemasaran produk hasil perikanan
2.
Meningkatny a hasil produksi pertanian tanaman
Target Kinerja SKPD Tahun ke-
Realisasi Kinerja Tahun ke-
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
105,2
105,7
109,9
1.955 kg
2.066 kg
2.184 kg
2.308 kg
2.439 kg
2.056 kg
2.184 kg
2.402 kg
%
%
%
16.458 17.363 18.318 19.325 20.388 17.280 18.318 20,145 kg kg kg kg kg kg kg kg
2,538 kg 2.683 kg
21.257
61 kw/ha
61 kw/ha
61,05 kw/ha
61,07 kw/ha
Produktivitas tanaman palawija
60,7 kw/ha
60,9 kw/ha
61,15 kw/ha
70,94 kw/ha
60,7 60,7 kw/ha kw/ha
60,7 kw/ha
60,7 kw/ha
22.428 kg
104,1 105,1 %
%
110 %
109,9 % 110 %
109,9 % 110 %
kg
135.48 143.341 110.03 116.41 123.16 130.31 137.86 113.74 128.06 kg 0 2 kg 4 kg 6 kg 0 kg 8 kg 3 kg 0 kg kg
Produktivitas 61 61 61 tanaman padi 61 Kw/Ha Kw/Ha Kw/Ha kw/ha
LKIP DISPERTAPA 2015
Rasio Capaian pada Tahun ke-
62,83
157.655 103,4 kg
62,95 kw/ha
%
100 %
110%
109,9 %
100,08 100,11 %
71,00
72,20
100,33 100,74
kw/ha-
kw/ha
%
%
%
117 %
109,16
114,4
%
%
100,3 %
116,9 %
103,2 %
118,9 %
102
N O
SASARAN INDIKATO STRATEGIS R KINERJA
(1)
(2)
pangan
Produktivitas tanaman hortikultura Produktivitas tanaman hias
3.
4.
Terkendaliny a penyakit hewan/terna k di Kota Bandung
Jumlah kasus penyakit zoonosa Tidak akan melebihi 10 kasus
Meningkatny a jumlah ternak
Populasi ternak sapi
Populasi ternak domba
5.
Meningkatny a produksi ikan
Produksi ikan konsumsi
Produksi ikan hias
LKIP DISPERTAPA 2015
Target Kinerja SKPD Tahun ke-
Realisasi Kinerja Tahun ke-
Rasio Capaian pada Tahun ke-
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
114,46
116,40
107,9
107,9
94,18 kw/ha
98,88 kw/ha
103,82 109,01 114,46 96,2 kw/ha kw/ha kw/ha kw/ha
106,7 kw/ha
kw/ha
kw/ha
%
%
112,07 kw/ha
102 %
185.000 131.00 137.00 143.00 149.00 155.00 131.10 139.00 145.00 184.500 pot/tahu 100 % 101,5 0 0 0 0 0 0 0 0 pot/thn % n pot/thn pot/thn pot/thn pot/thn pot/thn pot/thn pot/thn pot/thn
-
-
-
371 ekor
386 ekor
401 ekor
10 kasus
416 ekor
10 kasus
431 ekor
-
-
-
1 kasus
395 ekor
407 ekor
422 ekor
447 ekor
20.419 20.519 20.619 22.726 23.507 21.102 21.102 23.493 ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor
2.095 ton
2.200 ton
2.310 ton
2.425 ton
2.500 ton
2.310 ton
2.518 ton
321.70 421.70 521.70 621.70 721.10 406.55 463.50 531.22 0 ekor 0 ekor 0 ekor 0 ekor 0 ekor 1 ekor 0 ekor 9 ekor
%
-
-
106,5
105,4
105,2
%
%
%
103,3
102,8
%
%
ekor
ekor
2.575 ton
105,8 %
633.882 734.838 126,4 ekor
123,82
%
ekor
26.901
n
-
101,4
1.307
26.635
2.520to 2.217,5 ton
1 kasus
ekor
%
105%
104,9 %
114%
100,7 %
109,9
101,8
%
%
101,7 %
119,3 5%
10 %
107,4%
117,2%
10 %
303,2 %
114,4 %
103 % 103,9%
101,96 101,9 %
%
103
N O
SASARAN INDIKATO STRATEGIS R KINERJA
Realisasi Kinerja Tahun ke-
Rasio Capaian pada Tahun ke-
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
Jumlah regulasi ketahanan pangan
-
-
-
2
2
-
-
-
3
4
-
-
-
150
200
Penguatan Cadangan Pangan
-
-
-
24%
24%
-
-
-
24%
24%
-
-
-
100%
100%
(1) 6. Tercukupinya kebutuhan pangan (beras) bagi rumah tangga miskin
Target Kinerja SKPD Tahun ke-
(2)
LKIP DISPERTAPA 2015
104
3.4.
ANALISIS PERBANDINGAN ANTAR CAPAIAN SASARAN Berdasarkan analisis terhadap pencapaian kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015, beberapa capaian yang mengindikasikan keberhasilan kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dapat dirumuskan sebagai berikut : Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7 sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2015, tingkat pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 % (Sangat baik). Uraiannya adalah sebagai berikut : 1. Sasaran Strategis terjaganya ketersediaan pangan, diukur melalui 5 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik
(rata-rata
capaian
106,02%).
Indikator
Kinerjanya
berupa; 1). Score Pola Pangan Harapan (PPH) dari target 91,25 dapat terealisasi 91.26 atau terealisasi mencapai (100,01%). 2). Penguatan
cadangan
pangan
dari
target
60
ton
dapat
terealisasi sebanyak 72.26 ton atau terealisasi mencapai (120.43%),
3). Tingkat Konsumsi Pangan; a. Beras :
dari
target 91,40 kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 91,31 kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,10%). Tingkat konsumsi
beras
perhitungan
yang
ini
perhitungannya
lain
dimana
berbeda
semakin
rendah
dengan tingkat
konsumsinya maka semakin baik, karena capaian target kinerja tingkat konsumsi pangan beras adalah menurunnya konsumsi pangan beras sehingga bila capaiannya lebih kecil dari target itu menunjukan targetnya
adalah
kinerja yang baik karena
mengurangi
konsumsi
tahunnya.; b. Tingkat Konsumsi Daging : dari kg/kapita/tahun
dapat
terealisasi
beras
setiap
target 16,12
sebesar
17,62
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (109.31%); dan c. LKIP DISPERTAPA 2015
105
Tingkat Konsumsi Ikan : dari dapat
terealisasi
sebesar
target 34,20 kg/kapita/tahun 34,28
kg/kapita/tahun
atau
terealisasi mencapai (100,23%); 2. Sasaran Strategis meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan diukur melalui 6 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik capaian
100,55%),
Indikator
Kinerjanya
(rata-rata
berupa
:
1).
Produktivitas tanaman padi dari target 65,05 kwintal/ha dapat terealisasi sebanyak 65,05 kw/ha atau terealisasi mencapai (100,00 %), sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi
65,03 kwintal/ha. 2). Produksi tanaman hias dari target 188.500
pot/tahun
dapat
terealisasi
sebanyak
189.002
pot/tahun atau terealisasi mencapai (100,27 %), sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi 186.920 pot/tahun. 3).
Populasi ternak : a. Sapi : dari target 1.604 ekor dapat terealisasi sebanyak 1.625 ekor atau terealisasi mencapai (101,31 %) sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi
1.554 ekor, b. Domba : dari target
30.833 ekor dapat
terealisasi sebanyak 30.991 ekor atau
terealisasi mencapai
(100,51 %), sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi
29.955 ekor; 4). Produksi Ikan : a. Ikan Konsumsi, dari target 2.846 ton dapat terealisasi sebanyak 2.877 ton mencapai (101,09 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 2.764,09 ton b. Ikan Hias dari target 921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor atau terealisasi mencapai (100,13 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 907.670 ekor. 3. Sasaran Strategis
terkendalinya
diukur melalui 1 indikator
kasus
penyakit
zoonosa
kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik ( capaian 200% ) indikator kinerjanya berupa jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung, dari target
maksimal kejadian 8 kasus ternyata kejadian 0
kasus tahun sebelumnya terjadi 1 kasus, hal ini menunjukan
LKIP DISPERTAPA 2015
106
kinerja baik karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya. 4. Sasaran Strategis menurunnya produk pangan segar yang tercemar diukur melalui 1 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik ( capaian
160,00 % ) indikator
kinerjanya berupa jumlah pangan segar yang tercemar, dari target kejadian kasus maksimal 50 kasus realisasinya 20 kasus ini menunjukkan kinerja yang baik karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya. 5. Sasaran Strategis bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan diukur melalui 2 indikator
Kinerja
dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 131,41 %) indikator kinerjanya berupa Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari target 750 pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 755 pelaku usaha atau teralisasi sebesar (100,67 %); dan b. Olahan : dari target 370 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 600 orang pelaku usaha atau sebesar (162,16 %). 6. Sasaran Strategis meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan diukur melalui 2 indikator
kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 101,42 %) indikator kinerjanya berupa jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari target 630 pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 640 pelaku usaha atau teralisasi
sebesar
(101,59 %); dan b.
Olahan : dari target 160 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 162 orang pelaku usaha atau sebesar (101,25 %). 7. Sasaran
Strategis
terwujudnya
peningkatan
kualitas
pelayanan publik dan akuntabilita kinerja diukur melalui 4 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (ratarata capaian diatas 100,96 %) indikator kinerjanya berupa : 1). Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dari target 80 dapat
terealisasi 81,07 atau mencapai 101,34 %; 2). Prosentase LKIP DISPERTAPA 2015
107
keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %; 3). Nilai evaluasi AKIP dari target angka 75
dapat terealisasi 76,87 (A) atau terealisasi
mencapai 102,49 %; 4). Prosentase temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %. Selain beberapa capaian kinerja tersebut, masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan dalam peningkatan kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung antara lain : – Terlambatnya pengesahan APBD murni dan
pengesahan APBD
Perubahan – Menumpuknya beban pekerjaan dan pencairan anggaran pada akhir Triwulan ke -4 setiap tahunnya. Untuk
mengatasi
permasalahan
tersebut,
beberapa
hal yang
perlu dilakukan, diantaranya adalah : – Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah – Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia sesuai dengan tupoksi dan kemampuannya. – Pelaksanaan kegiatan berdasarkan time schedule yang disepakati pada awal pelaksanaan kegiatan.
Realisasi capaian kinerja serta permasalahan dan solusinya pada tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut:
A. URUSAN WAJIB 1. URUSAN KETAHANAN PANGAN Urusan Ketahanan Pangan pada tahun anggaran 2015 mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp. 1.700.000.000,00 dan dapat
direalisasikan sebesar Rp. 1.673.760.950,00 (98.46%). Program dan kegiatan pada Urusan Ketahanan Pangan tahun 2015 dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Kota Bandung. LKIP DISPERTAPA 2015
108
Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. PROGRAM DAN KEGIATAN 1) Program Ketahanan Pangan Program Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp.
1.700.000.000,00
dengan
realisasi
sebesar
Rp. 1.673.760.950,00 (98.46%), yang dilaksanakan melalui: a) Kegiatan Promosi Keamanan Pangan. b) Kegiatan Operasional Dewan Ketahanan Pangan Kota Bandung. c) Kegiatan Penyuluhan Sumber Pangan Alternatif. d) Kegiatan Koordinasi Kebijakan Perberasan.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: a) Terlaksananya Sosialisasi promosi Keamanan Pangan di 9 Kelurahan,
12
Sekolah
Dasar,
dan
5
Kelompok
Masyarakat b) Terlaksananya Walikota
rapat
Bandung
pembahasan tentang
Draft
Keputusan
Kepengurusan
Dewan
Ketahanan Pangan (DKP) Kota Bandung Periode Tahun 2015-2018 2 kali, Penyusunan Keputusan Walikota Bandung 1 Kepwal, Rakor Dewan Ketahanan Pangan Kota Bandung 1 kali, Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan 1 kali, Pameran Peringatan Hari Pangan Sedunia ke XXXV Tingkat Provinsi Jawa Barat 1 kali, Peringatan Hari Pangan Sedunia ke XXXV Tingkat Nasional di Palembang Sumatera Selatan 1 kali, Rapat Pembahasan Laporan Penyusunan dan Analisis NBM Kota Bandung Tahun 2015 6 kali, Penyusunan Buku Neraca Bahan Makanan
Kota
Bandung
Tahun
2015
(5
laporan
pendahuluan, 5 laporan draft akhir, 5 laporan akhir, 1 softcopy), LKIP DISPERTAPA 2015
Kampaye/Inisasi
Program
Percepatan 109
Penganekaragaman Konsumsi Pangan melalui Sosialisasi Program One Day No Rice bagi pengusaha Jasa Boga 1 kali/75 pengusaha. c) Terlaksananya gerakam makan sayur dan buah 1 kali, Sosialisasi
percepatan
penganekaragaman
konsumsi
pangan (Launching One Day No Rice) 2 kali, Gebyar percepatan penganekaragaman konsumsi pangan bagi siswa SLTP/SLTA sederajat (Grand Launching One Day No Rice) 1 kali, Sosialisasi sumber pangan alternatif 4 kali/4 KWT KRPL, Pembinaan kawasan rumah pangan lestari 12 kali/12 KWT KRPL. d) Terlaksananya Penyusunan Kepwal Pagu dan Alokasi Raskin 1 kepwal, Penyusunan Kepwal Tim Koordinasi Raskin Kota Bandung 1 kepwal, Penyusunan Perwal Subsidi Raskin 1 perwal, Penyusunan Perwal Perubahan Subsidi Raskin 1 perwal, Penyusunan Petunjuk Teknis Penyaluran Raskin 1 juknis, Sosialiasai Program Raskin tahun 2015 1 kali, Launching Program Raskin tahun 2015 1 kali, Distribusi Raskin Gratis ke 62.255 KK, Monitoring Tim Unit Reaksi Cepat ke Gudang Bulog, titik distribusi dan titik bagi.
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah: a) Meningkatnya
kesadaran
tentang
keamanan
pangan
melalui sosialisasi bagi kelompok sasaran yang meliputi aparat kewilayahan di Kelurahan dan Sekolah Dasar b) Terwujudnya Sinergitas Program Ketahanan Pangan di Tingkat Kota c) Meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang sumber pangan alternatif dan Menu B2SA
(Beragam,
Bergizi,
Seimbang,
dan
Aman)
implementasinya melalui program One Day No Rice d) Terpenuhinya kebutuhan pangan pokok bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) secara merata. LKIP DISPERTAPA 2015
110
b. CAPAIAN KINERJA Indikator Penguatan Cadangan Pangan Daerah dari target pada tahun 2015 sebesar 60 ton, dapat terealisasi sebesar 72,26 ton atau tercapai sebesar 120,43 %. Indikator Pencapaian Pola Pangan Harapan dari target sebesar 91,25, dapat terealisasi pada tahun 2015 sebesar 91,26 atau dapat terealisasi sebesar 100,01 %.
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI 1) Permasalahan a) Belum
optimalnya
implementasi
percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan lokal (P2KP) yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi beras, belum tersedianya bahan pangan pokok pengganti beras (umbiumbian) sebagai pengganti karbohidrat lainya. b) Program/kegiatan
Ketahanan
Pangan
menyangkut
berbagai kepentingan mulai dari ketersediaan, distribusi dan konsumsi yang dalam pelaksanaannya melibatkan bidang dan SKPD terkait, sehingga untuk mencapai target ketahanan pangan tidak bisa terlepas dari kontribusi data dari bidang dan SKPD terkait. c) Belum
optimalnya
masyarakat
menerima
sosialiasai
tentang keamanan pangan
2) Solusi a) Mengoptimalkan
implementasi
Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), melalui sosialisasi, bimbingan, dan pelatihan kawasan rumah pangan
lestari
(KRPL)
atau
Pemanfaatan
lahan
pekarangan dan koordinasi dengan kab/kota penghasil bahan umbi-umbian
LKIP DISPERTAPA 2015
111
b) Pentingnya pemahaman bidang/SKPD terkait untuk bisa memberikan
kontribusi
data
terhadap
indikator
ketahanan pangan c) Meningkatkan frekuensi sosialisasi keamanan pangan.
B. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Penyelenggaraan
pembangunan
urusan
kelautan
dan
perikanan diarahkan untuk meningkatkan aktifitas penyediaan komoditas hasil-hasil kelautan dan perikanan yang berkualitas serta pengembangan komoditas
usaha
yang
budidaya
memiliki
nilai
perikanan ekonomi
dengan tinggi
pemilihan dan
bisa
dikembangkan dilahan sempit. Urusan Kelautan dan Perikanan pada tahun anggaran 2015 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 2.350.000.000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 2.291.912.250,00 (97,53%). Program dan kegiatan
pada
Urusan
Kelautan
dan
Perikanan
tahun
2015
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. PROGRAM DAN KEGIATAN 1) Program Pengembangan Budidaya Perikanan Pelaksanaan program pengembangan budidaya perikanan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 2.350.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 2.291.912.250,00 (97,53%), yang dilaksanakan melalui: a) Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan. b) Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Perikanan.
LKIP DISPERTAPA 2015
112
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: a) Terlaksananya pengadaan: (1) Benih ikan konsumsi untuk restocking 2 paket (2) Bahan praktikum pelatihan 6 paket (3) Benih ikan konsumsi untuk Yon Zipur 1 paket (4) Benih dan paka ikan lele 55 paket (5) Induk sarana dan prasarana ikan hias 4 paket (6) Induk sarana dan prasarana ikan konsumsi 4 paket b) Terlaksananya pengadaan: (1) Pakan ikan 2 paket (2) Sarana dan prasarana Balai Benih Ikan 3 paket (3) Pupuk kandang 1 paket (4) Percontohan budidaya ikan lele di kolam terpal 1 paket (4) Induk lele 35 paket Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias.
b. CAPAIAN KINERJA 1) Indikator Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi, dari target sebanyak 2.846 ton dapat terealisasi sebanyak 2.877 ton. atau tercapai sebesar 101,09%. 2) Indikator Peningkatan Produksi Ikan Hias, dari target sebanyak 921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor. atau tercapai sebesar 100,13%.
Dalam upaya meningkatkan pemasaran produk hasil perikanan yang terjamin kualitasnya, Pemerintah Kota Bandung telah membangun Pasar Ikan Higienis (PIH) di Pasar Induk Gedebage, sehingga
tersedia
hasil
perikanan
yang
lebih
terjamin
kualitasnya, aman di konsumsi serta dapat meningkatkan konsumsi ikan per kapita masyarakat Kota Bandung, dari 33,50 kg/kapita/tahun
pada
tahun
2014
menjadi
34,28
kg/kapita/tahun pada tahun 2015 atau mengalami kenaikan sebesar 2,33 %.
LKIP DISPERTAPA 2015
113
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI 1) Permasalahan a) Semakin sempitnya lahan untuk budidaya perikanan sebagai akibat alih fungsi lahan di Kota Bandung. b) Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dan masyarakat tentang bahayanya penggunaan bahan kimia berbahaya dan produk perikanan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan mutu pangan.
2) Solusi a) Mengoptimalkan
pemanfaatan
lahan
pekarangan
melalui
pemilihan komoditas yang mempunyai produktivitas tinggi, nilai ekonomis tinggi dan bisa dikembangkan dilahan yang sempit (ikan hias dan ikan lele). b) (1) Meningkatkan frekuensi pemeriksaan dan pengawasan mutu ikan dan hasil olahannya yang beredar di Kota Bandung, (2) meningkatkan pembinaan kepada pedagang ikan yang ada di Kota Bandung, (3) meningkatkan koordinasi dengan Dinas Perikanan tempat asal ikan, agar ikan yang masuk ke Kota Bandung tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.
2. URUSAN PERTANIAN Penyelenggaraan pembangunan urusan pertanian diarahkan untuk meningkatkan aktifitas penyediaan komoditas hasil-hasil pertanian yang berkualitas serta pengembangan usaha pertanian dengan pemilihan komoditas pertanian yang memiliki produktivitas tinggi, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan mempunyai peluang pasar yang terbuka serta usaha pengolahan produk pertanian. Urusan Pertanian pada tahun anggaran 2015 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 14.920.991.000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 14.259.257.555,00 (95,56 %). Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
LKIP DISPERTAPA 2015
114
a. PROGRAM DAN KEGIATAN 1) Program
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
(Pertanian/Perkebunan) Pelaksanaan
program
peningkatan
ketahanan
pangan
(pertanian/perkebunan) mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 10.956.150.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 10.389.802.315,00 (94,83%), yang dilaksanakan melalui: a) Kegiatan Penyusunan Data Base Potensi Produksi Pangan. Output: Terlaksananya pendataan data base potensi produksi pangan di Kota Bandung pada 30 Kecamatan. Outcome: Tersedianya data potensi produksi pangan sebagai bahan pengambilan kebijakan dinas. b) Kegiatan
Pemanfaatan
Pekarangan
untuk
Pengembangan
Pangan. Output: Terlaksananya (1) Pengadaan pot dan polybag 1 paket (2) Pengadaan media tanam (3) Pengadaan benih sayuran 1 paket (4) Pengadaan bibit sayuran 1 paket (5) Pengadaan pohon produktif 1 paket (6) Pengadaan sarana dan prasarana vertikal garden 1 paket (7) Pengadaan
tanaman produktif
dalam pot 1 paket (8) Pengadaaan tanaman hias 4 paket (9) Pengadaan bahan pelatihan 180 orang. Outcome:
Meningkatnya
sayuran/hortikultura
di
produksi
masyarakat
untuk
tanaman memenuhi
kebutuhan pangan. c) Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Output: Terlaksananya Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian sebanyak 10 kali dengan total peserta pelatihan sebanyak 600 orang (60 orang per pelatihan), Pelatihan Kemasan sebanyak 1 kali dengan peserta sebanyak 60 orang, Outcome: (1) Meningkatnya jumlah pelaku usaha dibidang pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan, (2) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan cara pengolahan hasil pertanian dan manajemen usaha. LKIP DISPERTAPA 2015
115
d) Kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman. Output: Terlaksananya (1) Pengadaan bahan untuk pameran P2FN 1 paket (2) Pengadaan bahan untuk pameran Hari Lingkungan Hidup 1 paket (3)
Bahan untuk pameran Hari
Krida Pertanian 1 paket (4) Pengadaan sarana produksi untuk gardening school SD, SMP 10 paket (5) Pengadaan bahan pelatihan kampung berkebun 10 paket (6) Pengadaan tanaman hias penunjang green city 151 paket (7) Pengadaan anggrek dan sarana prasarana 1 paket (8) Pengadaan percontohan pertanian perkotaan di pendopo 1 paket (9) Pengadaan instalansi hidroponik untuk percontohan kampung berkebun 1 paket (10) Pengadaan sarana dan prasarana kampung berkebun 6 paket (11) Pengadaan tanaman produktif 6 paket (12) Pengadaan bibit tanaman buah-buahan untuk jalan tematik 1 paket (13) Pengadaan vertikal garden di balaikota 1 paket (14) Penataan kebun/taman PKK 1 paket (15) Pengadaan sarana dan prasarana budidaya padi 1 paket (16) Pengadaan hidroponik 1 paket Outcome: Meningkatnya produktivitas tanaman sayuran di lahan pekarangan rumah. e) Kegiatan Pengembangan Perbenihan/Perbibitan. Output: Terlaksananya (1) Pelatihan perbenihan/perbibitan 5 kali (2) Pelatihan hidroponik 10 kali (3) Pelatihan tanaman hias 8 kali (4) Pengadaan indukan tanaman hias 1 paket (5) Pengadaan media tanam 2 paket (6) Pengadaan sarana pertanian 2 paket (7) Pengadaan alat laboratorium 1 paket Outcome: Meningkatnya keterampilan masyarakat tentang budidaya pertanian dan tersedianya bibit tanaman. f) Kegiatan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan. Output: (1) Terlaksananya Pemeriksaan sampel daging, susu, telur, beras, palawija, sayuran, buah-buahan, rempah dan bumbu-bumbuan sebanyak 5.500 sampel dengan penambhan cakupan sasaran pengawasan sebanyak 200 lokasi yang LKIP DISPERTAPA 2015
116
sebelumnya 180 lokasi (126 swalayan, 33 pasar tradisional, 26 distributor/agen/loper susu, telur, daging dan beras serta 15 rumah potong ayam) (2) Pelatihan tatacara pemotongan hewan qurban sebanyak 100 orang (3) Pelatihan pemotongan ayam bagi juru potong ayam sebanyak 100 orang (4) Pelatihan pengawasan mutu komoditi tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 100 orang (5) Kegiatan sosialisasi penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebanyak 8 kali (6) Sidak komoditi pertanian sebanyak 4 kali (7) Pengadaan bahan kimia sebanyak 8 unit. Outcome: (1) Meningkatnya cakupan pengawasan mutu dan keamanan pangan komoditi pertanian, (2) Meningkatnya pengetahuan
dan
tentang
cara
tata
keterampilan pemotongan
pengurus hewan
mesjid
qurban,
(DKM) dan
(3)
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan juru potong ayam tentang tatacara pemotongan ayam (4) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader PKK tentang cara pemilihan komoditi pertanian yang bermutu (5) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para pelaku usaha tentang penyalahgunaan
bahan
kimia
berbahaya
bagi
komoditi
pertanian. g) Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Output: Terlaksananya laporan kegiatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan selama satu tahun (RKA, DPA, RENJA, RENSTRA, Laporan Tahunan dan laporan Triwulanan). Outcome: Tersedianya Laporan Kegiatan Dinas sebagai bahan pengambilan kebijakan dinas.
2) Program
Peningkatan
Pemasaran
Hasil
Produksi
Pertanian/Perkebunan Pelaksanaan
program
peningkatan
pemasaran
hasil
produksi
pertanian/perkebunan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 950.000.000,00
LKIP DISPERTAPA 2015
dengan
realisasi
sebesar
Rp.
932.474.900,00
117
(98,16%), yang dilaksanakan melalui Kegiatan Promosi Atas Hasil ProduksiPertanian/Perkebunan Unggulan Daerah.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah : (1) Pameran Bandung Agri Market (BAM) 4 kali (2) Pameran Bursa Tanaman Hias 1 kali (3) Pameran Ikan Hias 1 kali (4) Pameran di luar kota 2 kali yaitu Agro and Food Expo di JCC Senayan Jakarta dan AgroBusiness Matching and Expo 2015 di Suarbaya (5) Pameran di luar negeri Tanaman Hias di Korea Selatan (6) Monitoring info harga pasar komoditas pertanian, peternakan dan perikanan (Pasar Ujungberung, Pasar Sederhana, Pasar Kosambi dan Pasar Astana Anyar. Hasil (outcome) dari Pelaksanaan program tersebut adalah : Terpenuhinya promosi pemasaran hasil usaha pertanian, perikanan dan peternakan serta tersedianya data info harga pertanian, perikanan dan peternakan
3) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian/perkebunan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 318.641.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 309.102.100,00 (97,01%), yang dilaksanakan melalui
Kegiatan
Penyuluhan
Peningkatan
Produksi
Pertanian/Perkebunan. Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: (1) Terlaksananya pengadaan dan penyaluran bibit tembakau 1 paket (2) Pembuatan
demplot tembakau 1 paket (3) Terlaksananya
pelatihan budidaya tembakau 1 paket (4) Terlaksananya penanganan panen dan psca panen bahan baku 1 paket Hasil (outcome) adalah meningkatnya Mutu Tembakau
sesuai
dengan Kebutuhan Industri.
LKIP DISPERTAPA 2015
118
4) Program
Pemberdayaan
Penyuluh
Pertanian/Perkebunan
Lapangan Pelaksanaan
Program
Pertanian/Perkebunan sebesar
Rp.
Lapangan
19.200.000,00
11.520.000,00
Pemberdayaan
(60,00%),
mendapat
dengan
yang
Penyuluh
alokasi
realisasi
dilaksanakan
anggaran
sebesar melalui
Rp.
Kegiatan
Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Penyuluh Pertanian/Perkebunan (Banprov). Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah tersalurkannya honor petugas penyuluh. Hasil
(outcome)
dari
pelaksanaan
program
tersebut
adalah
tersalurkannya honor petugas penyuluh sampai bulan Desember.
5) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 1.700.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 1.649.222.550,00 (97,01%), yang dilaksanakan melalui: a) Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak. b) Kegiatan
Pemusnahan
Ternak
yang
Terjangkit
Penyakit
Endemik. c) Kegiatan Pengelolaan Sanitary Rumah Potong Hewan. d) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Hewan di Klinik Hewan. Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: a) (1) Terlaksananya pengadaan obat hewan 4 paket (2) vaksinasi hewan untuk penyakit flu burung sebanyak 63.943 ekor, serta untuk penyakit rabies sebanyak 1.898 ekor (3) Pelayanan kesehatan hewan sebanyak 642
ekor
(4) Pengawasan
peredaran obat hewan kepada 11 distributor dan 42 poultry shop/pet shop (5) Pmeriksaan sampel unggas suspect flu burung ke laboratorium Kesehatan Hewan di Cikole Lembang sebanyak 15 sampel uji PCR (6) Pemeriksaan kesehatan hewan
LKIP DISPERTAPA 2015
119
qurban sebanyak 4.774 ekor sapi dan 22.563 ekor domba (7) Sosialisasi penyakit flu burung sebanyak 5 kali. b) (1) Terlaksananya pengadaan obat-obatan sebanyak 1 paket (2) Eliminasi Hewan Penular Rabies sebanyak 11 ekor (3) Surveilance sebanyak 83 kali. c) Terlaksananya pengadaan: (1) Peralatan kebersihan dan alat pembersih 2 paket (2) Kerekan tembok 2 unit (3) Karpet alas sapi 10 lembar (4) Keranjang plastik 25 buah (5) Box spesimen besar 4 buah (6) Box spesimen kecil 4 buah (7) Celemek/apron 10 buah (8) Sarung tangan IB 20 box (9) Tackel 4 buah (10) Tungku smawar+spuyer 50 buah (11) lori dorong 5 buah (12) Roda angkut lombah 2 buah (13) Pisau pemeriksa daging 4 buah (14) Helm kerja 6 buah (15) Stateskop 6 buah (16) Thermometer elektrik 6 buah (17) Pengangkutan limbah padat 2 paket. d) Tersedianya pengadaan (1) Alat dan bahan kesehatan hewan 3 paket (2) Pengadaan obat hewan 3 paket (3) Cetak brosur dan leaflet 1 paket. Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah: a) Terlaksananya
pencegahan
penyakit
hewan
menular,
terawasinya peredaran obat hewan, terdiagnosanya kasus penyakit flu burung (hasil positif atau negatif AI), dan terlaksananya pemeriksaan hewan qurban yang dipasarkan di wilayah Kota Bandung. b) Terlaksananya
pemberantasan
penyakit
hewan
menular
(rabies dan flu burung). c) Terlayaninya pemotongan dan pemeriksaan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH). d) Terlaksananya
pelayanan
(pemeriksaan
dan
pengobatan)
hewan di klinik hewan.
LKIP DISPERTAPA 2015
120
6) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Pelaksanaan
Program
Peningkatan
Produksi
Hasil
Peternakan
mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 977.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 967.135.690,00 (98,99%), yang dilaksanakan melalui Kegiatan Pengembangan Agribisnis Peternakan. Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: a) Pengadaan bibit ternak domba garut 5 paket b) Pengadaan sapi bakalan jantan 1 paket c) Pengadaan kambing perah 1 paket. Hasil
(outcome)
dari
pelaksanaan
program
tersebut
adalah
meningkatnya populasi ternak dan produksi hasil ternak.
b. CAPAIAN KINERJA 1) Indikator Produktivitas Komoditas Pertanian: a) Padi, dari target sebanyak 65,05 kw/ha dapat terealisasi sebanyak 65,05 kw/ha. Capaian produktivitas padi tahun 2015 sebesar 100,00 %. b) Tanaman Hias, dari target sebanyak 188.500 pot/tahun dapat terealisasi sebanyak 189.002 pot/tahun. Capaian produktivitas tanaman hias tahun 2015 sebesar 100,27%.
2) Indikator Populasi Ternak: a) Populasi Sapi, dari target sebanyak 1.604 ekor dapat terealisasi sebanyak 1.625 ekor. Capaian populasi sapi tahun 2015 sebesar 101,31%. b) Populasi Domba, dari target sebanyak 30.833 ekor dapat terealisasi sebanyak 30.991 ekor. Capaian populasi domba tahun 2015 sebesar 100,51%.
3) Indikator Jumlah Kasus Penyakit Zoonosa, pada tahun 2015 terjadi 0 kejadian penyakit zoonosa (flu burung/rabies), dari target kejadian penyakit zoonosa paling banyak 8 kasus.
LKIP DISPERTAPA 2015
121
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI 1) Permasalahan a) Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi lahan. b) Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di Jawa Barat, sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa (penyakit yang menular dari ternak ke manusia) dari daerah asal ternak ke Kota Bandung relatif tinggi. c) Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dibidang pertanian serta masyarakat tentang bahayanya penggunaan bahan kimia berbahaya dan produk pertanian yang tidak memenuhi persyaratan keamanan mutu pangan. d) Limbah padat RPH Babi berupa jerahan dan feces tidak bisa dibuang langsung ke luar RPH
2) Solusi a) Kebijakan yang diambil dalam rangka mengantisipasi alih fungsi
lahan
pertanian
adalah
mengembangkan
model
pertanian perkotaan melalui pemilihan komoditas pertanian yang memiliki produktivitas tinggi, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan mempunyai peluang pasar yang terbuka serta dapat dikembangkan pada lahan sempit, sehingga diharapkan keterbatasan lahan bukan menjadi kendala untuk usaha dibidang pertanian. Untuk meningkatkan nilai tambah, usaha pertanian lainnya yang dikembangkan adalah pengolahan hasil pertanian. b) Lebih mengintensifkan pemeriksaan lalulintas ternak yang masuk ke Kota Bandung. c) Meningkatkan frekuensi pemeriksaan dan pengawasan mutu hasil pertanian yang beredar, meningkatkan sosialisasi dan pelatihan tentang penggunaan zat kimia berbahaya, serta meningkatkan
pembinaan
kepada
pelaku
usaha
hasil
pertanian.
LKIP DISPERTAPA 2015
122
d) Membuat tempat pengolahan limbah padat RPH Babi dengan metode komposting karkas, dengan bekerja sama dengan staf ahli
komposting karkas dari UNPAD. Hasil sudah terlihat
dengan metode komposting karkas, limbah padat RPH babi sudah dapat ditangani dan hasilnya sudah dapat dibuang keluar RPH karena sudah terurai sempurna menjadi kompos.
3.5.
AKUNTABILITAS KEUANGAN Berdasarkan
kinerja
yang
pencapaian
target
sasaran kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota
dihubungkan
analisis
dengan
terhadap
pembiayaan
rincian
terhadap
Bandung Tahun 2015 ditampilkan pada Tabel 3.14. dibawah ini: Tabel 3.14. PEMBIAYAAN DALAM PENCAPAIAN SASARAN TAHUN 2015 No
Sasaran
1
Terjaganya ketersediaan pangan.
2
Meningkatny a produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
Indikator Kinerja 1. Score Pola Pangan Harapan (PPH) 2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah 3. Tingkat konsumsi pangan : a. Beras b. Daging c. Ikan 4. Produktivitas tanaman padi 5. Produksi tanaman hias 6. Populasi ternak d. Sapi e. Domba 7. Populasi ikan c. Ikan Konsumsi
d. hias
LKIP DISPERTAPA 2015
Anggaran
Realisasi
Keterangan
1. Program Ketahanan Pangan
Program
1.700.000.000
1.673.760.950
98,46
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebuanan) 3. Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan 4. Program Pengemban gan Budidaya Perikanan
8.681.150.000
8.394.161.154
96,69
977.000.000
967.135.690
98,99
2.350.000.000
2.291.912.250
97,53
123
3
Terkendaliya kasus penyakit zoonosa
9. Jumlah Kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
4
Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
10. Jumlah pangan segar yang tercemar
5
Bertambah11. Jumlah pelaku usaha nya pelaku di bidang pertanian usaha di dan perikanan : bidang a. Budidaya pertanian dan perikanan
6
7
c. Olahan Meningkat12. Jumlah pelaku usaha nya yang menggunakan keterampilan sarana teknologi pelaku usaha pertanian dan yang perikanan : menggunakan c. Budidaya sarana d. Olahan teknologi pertanian dan perikanan Terwujudnya 13. Indeks Kepuasan peningkatan masyarakat (IKM) kualitas pelayanan 14. Prosentase publik dan keluhan/pengaduan akuntabilitas layanan yang kinerja ditindaklanjuti
5. Program Pencegahan dan Penanggula ngan Penyakit Ternak 6. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan)
7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan)
8. Program Peningkatan Pengemban gan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
1.700.000.000
1.649.222.550
97,01
900.000.000
887.255.311
98,58
390.219.500
60,03
247.464.300
98,99
650.000.000
250.000.000
15. Nilai Evaluasi AKIP 16. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
Realisasi penyerapan anggaran untuk pencapaian target sasaran kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 rata-rata mencapai diatas 93%. Prosentase penyerapan terkecil terdapat pada Program Peningkatan Ketahanan
Pangan
(Pertanian/Perkebuanan)
pada
kegiatan
Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, hal ini dikarenakan berlakunya UU 23 tahun 2014 tentang pemerintahan LKIP DISPERTAPA 2015
124
daerah, yang didalamnya mengatur mengenai hibah dan bansos. Sehingga pengadaan alat/barang yang akan diberikan kepada kelompok pengolah tidak dapat diserap.
3.6.
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN ANGGARAN Pada tahun anggaran 2015 Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Rp.
Kota
Bandung
mendapatkan
42.829.216.614,71
sedangkan
total
anggaran
realisasinya
sebesar sebesar
Rp. 37.447.713.999,00 atau terealisasi sebesar 87,43 %. Walaupun penyerapan dibawah 100% tetapi target indikator sasaran dapat tercapai sesuai target bahkan banyak yang melebihi target. Sisa anggaran yang tidak terserap ini merupakan hasil efisiensi dari penggunaan anggaran terutama dari sisa hasil lelang dan pengadaan alat/barang untuk kelompok pengolah yang tidak diserap karena terbentur
UU
No.23 tahun 2014. Selain itu
penggunaan anggaran dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang sudah ditentukan dari awal, bila sasaran target sudah tercapai tidak perlu lagi dipergunakan anggaran yang tersisa. Bila ada sasaran target yang belum tercapai, pada perubahan APBD dilakukan pengalihan
anggaran dari sisa anggaran yang
belum terserap kepada sasaran target yang belum tercapai. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung mendapatkan alokasi anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun, tabel dibawah ini memperlihatkan jumlah alokasi anggaran 2012-2015 beserta serapannya sebagai berikut :
LKIP DISPERTAPA 2015
125
Tabel 3.15. ALOKASI ANGGARAN DISPERTAPA 2012 -2015 No
Tahun
Jumlah Anggaran
Realisasi (Rp)
Persentase
Anggaran
(Rp)
1
2012
19.107.189.550,58,-
18.803.714.277,00-
98,41
2
2013
21.407.292.085,58,-
20.291.958.481,00-
94,79
3
2014
37.900.484.500,00,-
35.184.264.247,00
92,83
4
2015
42.829.216.614,71
37.447.713.999
87,43
(%)
Peningkatan alokasi anggaran
berbanding lurus dengan
serapan anggarannya, penyerapan anggaran rata-rata diatas 80 % dalam penyerapannya. Adapun permasalahan yang ada seringkali disebabkan karena beberapa kegiatan dilaksanakan pada APBD perubahan di Bulan Oktober sehingga ada keterbatasan waktu dalam melaksanakan kegiatan dan penyerapan anggarannnya. Kecermatan dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang menjadi pedoman pelaksanaan program/kegiatan baik dari sisi anggaran maupun dari indikator kinerja turut menentukan serapan dan alokasi anggaran yang dibutuhkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya adalah : –
Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
–
Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia sesuai dengan tupoksi dan kemampuannya.
–
Pelaksanaan
kegiatan
berdasarkan
time
schedule
yang
disepakati pada awal pelaksanaan kegiatan.
LKIP DISPERTAPA 2015
126
3.7.
PEMANFAATAN
Perubahan anggaran dapat terjadi antara lain karena: 1. Perubahan
sumber
pendanaan
Penghematan
dari
pelaksanaan program. Penghematan dari pelaksanaan program dihasilkan dari pencapaian Output yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Penghematan tersebut digunakan pada anggaran periode berikutnya; Pemanfaatan anggaran Penggunaan
perubahan
penerimaan/ketersediaan
anggaran disesuaikan dengan target kinerja. Peningkatan penerimaan anggaran. Peningkatan penerimaan anggaran yang lebih besar dapa digunakan untuk menambah ketercapaian sasaran lebih cepat; 2. Pemanfaatan Dana Perubahan
keluaran
yang
bukan
karena
perubahan
kebijakan. Pemanfaatan untuk kegiatan baru (new initiative). Perubahan perencanaan juga dapat mendanai mencukupi.
kegiatan Jika
pelaksanaanya
baru
salah pada
sepanjang satu
tahun
digunakan untuk pagu
kegiatan
anggaran
telah
selesai
sebelumnya,
maka
dimungkinkan mengusulkan kegiatan baru. Pemanfaatan ini tidak selalu diperuntukkan bagi kegiatan baru, Tetapi dapat berupa penguatan pendanaan terhadap kegiatan yang telah ada sebelumnya dan terus berlanjut.
LKIP DISPERTAPA 2015
127
3.8.
PRESTASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2015 Beberapa penghargaan yang diraih oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.16. sebagai berikut : Tabel 3.16. PRESTASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 NAMA TINGKAT PRESTASI SKPD NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ TAHUN 2015 KEGIATAN KEGIATAN 1. Peluncuran Provinsi Jawa Penghargaan Program Barat Kinerja Raskin/Rastra Penyaluran Raskin Tingkat Tahun 2015 Provinsi Jawa Kategori Kota Barat Dengan Penyaluran dan Pembayaran Harga tebus Raskin terbaik
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
128
NAMA TINGKAT PRESTASI SKPD NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ TAHUN 2015 KEGIATAN KEGIATAN 2. Peluncuran Provinsi Jawa Penghargaan Program Barat Kinerja Raskin/Rastra Penyaluran Raskin Tingkat Tahun 2015 Provinsi Jawa Kategori Barat Dukungan APBD terhadap Kelancaran Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2015
3.
Kontes Ternak Komoditas Ternak Domba Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa 1. Juara 1 Barat kategori Raja Pejantan (an. H. Opi) 2. Juara 2 kategori pejantan (an. H. Opi) 3. Juara 3 Ratu Bibit (an. H. OO Sutisna)
LKIP DISPERTAPA 2015
KETERANGAN
Kerjasama Dispertapa dengan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kota Bandung
129
NAMA TINGKAT NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ KEGIATAN KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
4. Juara 3 Raja Petet (an. H. Opi)
4.
Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Juara 2 Lomba Barat Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015
Kerjasama Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kota Bandung dengan Pokja 3 PKK Kota Bandung
130
NAMA TINGKAT NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ KEGIATAN KEGIATAN 5.
Lomba Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat
6.
Lomba Usaha Provinsi Jawa Mikro Kecil Barat Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
Provinsi Jawa Juara 2 Lomba Barat Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat (an. Kelompok Usaha Sizi Atjep)
LKIP DISPERTAPA 2015
Juara 2 Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
131
NAMA TINGKAT NO KEJUARAAN/ KEJUARAAN/ KEGIATAN KEGIATAN
7.
Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
Provinsi Jawa Juara 2 Lomba Barat Merangkai Buahbuahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015
132
BAB IV PENUTUP
4.1.
TINJAUAN UMUM 1) Laporan
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(LKIP)
Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015
merupakan
pertanggungjawaban
tertulis
atas
penyelenggaraan pemerintah yang baik (Good Governance). Secara umum pelaksanaan kegiatan di Dinas Pertanian dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung
merupakan
penjabaran dari Sasaran dan Program Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2013-2018, baik Pencapaian Kinerja Sasaran, telah terlaksana cukup baik dan lancar. 2) LKIP
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Kota
Bandung Tahun 2015 ini dapat menggambarkan kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dan Evaluasi terhadap kinerja yang telah dicapai baik berupa kinerja kegiatan, maupun kinerja sasaran, juga dilaporkan analisis kinerja yang mencerminkan keberhasilan dalam pencapaian kinerja tersebut. 3) Penyusunan LKIP masih menemui kendala terutama yang berkaitan dengan pengukuran indikator outcome sehingga capaian kinerja dapat sedikit bias karena sulit untuk memperoleh data dan mengukur indikator diatas.Namun diharapkan LKIP dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan
dan
hambatan
dalam
pelaksanaan
Perencanaan Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung sehingga Visi : “Terwujudnya Pertanian dan Ketahanan Pangan yang Tangguh dan Unggul “ dapat terwujud.
LKIP DISPERTAPA 2015
133
4) Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7 sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015, tingkat pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 %
4.2.
SARAN TINDAK LANJUT Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan upaya-upaya
mengatasi permasalahan yang dilaksanakan, untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada tahun - tahun berikutnya diharapkan : 1) Agar visi dan misi serta program - program yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal, maka Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung akan lebih meningkatkan
ketelitian
dalam
perencanaan
sehingga
kegiatan yang dilaksanakan merupakan kesatuan yang terintegrasi, bersinergi dan berkesinambungan. 2) Agar Kinerja personil pengelola kegiatan dapat ditingkatkan maka
disarankan
bimbingan
teknis
baik
dibidang
keuangan maupun administrasi kegiatan dari Pemerintah Kota Bandung secara rutin. 3) Agar Indikator kinerja dapat ditetapkan secara tepat maka dukungan data yang akurat akan sangat menunjang. Untuk itu diperlukan personil yang cukup baik kualitas maupun kwantitasnya. Keperluan personil yang sesuai dengan tugas dan fungsinya tersebut agar didukung oleh penempatan pegawai yang sesuai dengan kemampuannya.
LKIP DISPERTAPA 2015
134
4) Agar pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan rencana dan
target
yang
diharapkan
maka
pengawasan dari Pemerintah Kota
pembinaan
dan
perlu ditingkatkan,
selain itu diperlukan koordinasi yang lebih baik dengan instansi terkait.
Bandung,
Pebruari 2016
KEPALA DINAS PERTANIAN DAMN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG,
Ir. Hj. ELLY WASLIAH NIP. 19631229 198603 005
LKIP DISPERTAPA 2015
135