5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat, serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan, pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan dana (Kasmir, 2008). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak (Bank Indonesia, 1998). Hasibuan (2007) berpendapat bahwa bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa, karena bank adalah : 1. Pengumpul dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan penyalur kredit ke masyarakat yang kekurangan dana 2. Tempat menabung efektif dan produktif bagi masyarakat 3. Pelaksana dan mempelancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis dan ekonomis. 4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan Letter of Credit (L/C) 5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi 2.2. Jenis-Jenis Bank Menurut Kasmir (2008), perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan, atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian
6
kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada dan akta pendiriannya. Dari menentukan harga, yaitu bank konvensional didasarkan bunga dan bank syariah didasarkan bagi hasil. Berdasarkan Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya a.
Bank Umum
b.
Bank Perkreditan Rakyat
2. Berdasarkan kepemilikannya a.
Bank milik Pemerintah
b.
Bank milik Pemerintah Daerah
c.
Bank milik Swasta Nasional
d.
Bank milik Koperasi
e.
Bank Asing/Campuran
3. Berdasarkan bentuk hukumnya a.
Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah
b.
Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO)
c.
Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT)
d.
Bank berbentuk hukum Koperasi
4. Berdasarkan kegiatan usahanya a.
Bank Devisa
b.
Bank Bukan Devisa
5. Berdasarkan sistem pembayaran jasa a.
Bank berdasarkan pembayaran bunga
b.
Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan (bank dengan prinsip syariah)
2.3. Laporan Keuangan Fahmi (2011) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Sebuah laporan keuangan umumnya terdiri
7
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik, maka manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaaan investasi dalam perusahaan dan hasilhasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts), kesepakatan-kesepakatan akuntansi (accounting conventions) dan pertimbangan-pertimbangan pribadi (personal judgement).
Pertimbangan,
atau
pendapat
pribadi
berkaitan
dengan
kompetensi dan integritas pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan, dengan kesepakatan akuntansi bersumber pada prinsip dan konsep akuntansi yang lazim diterima umum. Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts) menunjuk pada data yang berasal dari catatan akuntansi (Jumingan, 2008). Semakin baik mutu laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahan tersebut. Lebih jauh keyakinan bahwa perusahaan diprediksikan akan mampu tumbuh dan memperoleh profitabilitas secara suistanable (berkelanjutan) untuk memuaskan pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan (Fahmi, 2011) Menurut Prastowo dan Julianty (2005), pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, serta shareholders (para pemegang saham). Para pemakai laporan keuangan itu menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbeda. 2.4. Kesehatan Bank Menilai kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam peraturannya, BI mengatur kualifikasi sektor manajemen dan usaha setiap bank dengan tujuan mengendalikan kompleksitas usaha bank dan risiko yang dimilikinya, sehingga diharapkan terciptanya perbankan yang dapat mengakomodir kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,
8
pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan BI sebagai otoritas pengawasan bank. Dalam perkembangannya, BI telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standar berlaku. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS. Dari sisi rasio keuangan, kesehatan bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio aset (asset quality), rasio laba (earning) dan rasio likuiditas (liquidity). Penilaian tingkat kesehatan bank sesuai rasio CAMELS dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Capital (Modal) Dalam menilai capital suatu bank dapat digunakan CAR dengan rumus:
CAR =
Modal
× 100%...............(1)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, yaitu semakin tinggi CAR, maka semakin baik kondisi sebuah bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. 2. Asset Penilaian mutu aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi asset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Aspek ini menunjukkan mutu aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat
9
pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai mutunya dengan menentukan tingkat kolektibilitas yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian terjadi (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Rasio perbankan aset dapat diwakili dengan Non Peforming Loan (NPL). NPL adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas tiga (3) sampai dengan lima (5) dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia, kredit bermasalah (NPL) dihitung dengan
menggunakan
NPL
Gross,
yaitu
NPL
yang
belum
memperhitungkan Perhitungan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rumus NPL adalah sebagai berikut :
NPL Gross =
Kolektibilitas 3 s/d 5
× 100%............................(2)
Total Kredit yang Diberikan
NPL Netto = Kolektibilitas 3s/d5 − PPAP Kolektibilitas 3s/d5 × 100%.....(3) Total Kredit yang Diberikan Kolektibilitas adalah penggolongan tingkat kelancaran pembayaran kewajiban nasabah yang diukur berdasarkan jumlah hari tunggakan. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BI No 30/267/KEP/DIR, tanggal 27 Februari 1998 mengenai Mutu Aktiva Produktif dan Pembentukan Cadangan, ditetapkan dimuat pada Tabel 3.
lima (5) golongan kolektibilitas kredit seperti
10
Tabel 3. Penggolongan kolektibilitas No Jumlah Hari Tunggakan 1 0
Penggolongan Kolektibilitas Lancar
2
1 sampai dengan 90
Dalam Perhatian Khusus
3
91 sampai dengan 180
Kurang Lancar
4
181 sampai dengan 270
Diragukan
5
> 270
Macet
Sumber : Bank Indonesia, 1998 3. Management Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, penilaian terhadap faktor manajemen meliputi kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko dan kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan/atau pihak lainnya. Kuncoro dan Suhardjono (2002) mengungkapkan bahwa manajemen yang dimaksud adalah kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko– risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Indikator manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan manajemen perusahaan perbankan dalam mengendalikan operasinya ke dalam, maupun keluar, pengendalian operasi yang baik, memiliki sistem dan prosedur jelas yang didukung dengan adanya SDM yang handal, kepemimpinan manajemen profesional dan ketersediaan teknologi informasi (TI). 4. Earnings (Profitabilitas) Menurut Harmono (2011), profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Konsep profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan yang mewakili kinerja manajemen. Apabila kinerja manajemen perusahaan yang diukur menggunakan dimensi profitabilitas ini baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal. Rasio profitabilitas adalah :
11
a. ROA ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat (Mahrinasari, 2003). Rumus ROA adalah :
ROA =
Laba Sebelum Pajak
× 100%.....................................(4)
Total aktiva
b. BOPO BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan. Bank Indonesia menetapkan tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berikisar antara 94% sampai dengan 96%. Rumus BOPO adalah
BOPO =
× 100%...................................(5)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
c. NIM NIM
merupakan
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka dapat meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Rumus NIM adalah : NIM =
Pendapatan Bunga Bersih Total Aktiva Produktif
× 100%..............................(6)
12
5. Liquidity Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Rasio untuk mengukur likuiditas adalah LDR. LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR
akan
menunjukkan
tingkat
kemampuan
bank
dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh BI adalah 100 %.
LDR =
Total Kredit yang Diberikan
× 100%..............................(7)
Total DPK
6. Sensitivity Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) penilaian pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga; b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian Hastuti (2011), dengan judul Analisis Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional,
Non Performing Loan,
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio terhadap Net Interest Margin (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Hasil penelitian
13
menujukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,113, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada BOPO, sementara peubah lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,113. Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,014, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada NPL, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,014. Rasio CAR berpengaruh positif terhadap NIM dengan koefisien 0,021, hal ini berarti setiap perubahan sebesar satu satuan pada CAR, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan meningkat 0,021. LDR berpengaruh positif terhadap NIM dengan koefisien 0,044, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada LDR, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan meningkat 0,014. Model ini memiliki koefisien determinasi (R2) 51,6% yang artinya keragaman dari NIM 51,6% dipengaruhi oleh BOPO, NPL, CAR dan NIM dan sisanya (48,4%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Penelitian Puspitasari (2008), dengan judul Analisis Pengaruh Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset dengan Bantuan Model program Simulasi Komputer (Studi Kasus : PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat pengaruh NPL terhadap ROA (-) 0,504, yang berarti terdapat hubungan berlawanan arah diantara dua peubah dengan tingkat korelasi cukup kuat dengan pengaruh 25,4% dan 74,6% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Kemudian, terdapat pengaruh CAR terhadap ROA (+) 0,891 yang berarti terdapat hubungan searah antara kedua peubah dengan tingkat korelasi sangat kuat dengan pengaruh 79,4% dan 20,6% lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Dari analisis pengaruh yang dihasilkan oleh NPL dan CAR secara bersama-sama terhadap ROA adalah (+) 0,893. Hal ini menunujukkan adanya hubungan yang searah dengan pengaruh sebesar 79,7% dan sisanya (20,3%) dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan Statistical Package for Social Science (SPSS) 11.5, faktor NPL tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi ROA dan faktor yang mendominasi penentuan nilai ROA adalah CAR.