II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perkoperasian Koperasi singkatan dari kata ko/co dan operasi/operation. Kata koperasi berasal dari Bahasa Latin yaitu cooperere, sedangkan dalam Bahasa Inggris adalah cooperative yang berarti ’bekerjasama’ dan operation berarti ’bekerja’ atau to operate yang berarti ’berusaha’. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Dengan demikian,
koperasi merupakan kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal.
Namun
demikian, banyak pihak mengatakan bahwa koperasi menurut undang-undang tersebut telah salah konsep dan kehilangan jati dirinya. Para founding father Bangsa Indonesia bercita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
Kondisi yang terjadi, bahwa koperasi terbentuk
berdasarkan kesamaan yang mengakibatkan terjadinya perpecahan. Untuk itu, saat ini telah dan sedang berlangsung proses amandemen dari Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tersebut.
Proses amandemen undang-undang tersebut untuk
mengembalikan konsep koperasi ke jati dirinya sebagai soko guru perekonomian. Konsep koperasi yang saat ini banyak dianut oleh beberapa negara adalah koperasi menurut Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperation Alliance/ ICA). Pengertian koperasi menurut ICA adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi aspirasi ekonomi, sosial, budaya melalui perusahaan yang mereka kendalikan secara demokratis. ICA bertindak sebagai lembaga yang menyatukan gerakangerakan koperasi di tiap-tiap negera di dunia agar terjadi keseragaman tertutama dalam hal cara memandang jati diri koperasi yang sejati agar dapat berjalan selaras dan sepadan antar negara. Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA adalah:
1) Keanggotaan sukarela dan terbuka (voluntery and open membership). Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya, dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar belakang sosial, ras, politik, atau agama. 2) Pengawasan oleh anggota secara demokratis (democratic member control). Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusaan laki-laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Dalam Koperasi primer, anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dikelola secara demokratis. 3) Partisipasi
anggota
dalam
kegiatan
ekonomi
(member
economic
participation). Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara demoktaris. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal, diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan SHU untuk beberapa atau semua dari tujuan seperti di bawah ini: a) Mengembangkan Koperasi. Caranya dengan membentuk dana cadangan yang sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan. b) Dibagikan kepada anggota. Caranya seimbang berdasarkan transaksi mereka dengan koperasi. c) Mendukung keanggotaan lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota. 4) Otonomi dan kemandirian (autonomy and independence). Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah, atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu haarus berdasarkan persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan yang demokratis dari anggotanya. b) Mempertahankan otonomi koperasi.
10
5) Pendidikan, pelatihan dan informasi (education, training and information). Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas, manager, dan karyawan. Tujuannya, agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi kepada maasyarakat umum, khususnya orang-orang muda dan tokoh-tokoh masyaralat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6) Kerjasamaa antar koperasi (co-operation among co-operatives). Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional dan internasional, maka: a) Gerakan Koperasi dapat melayani anggotanya dengan efektif. b) Dapat memperkuat gerakan koperasi. 7) Kepedulian terhadap masyarakat (concern for community). Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh Rapat Anggota. Sementara itu Prinsip Koperasi menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian adalah: 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5) Kemandirian. 6) Pendidikan perkoperasian. 7) Kerja sama antar koperasi. Asosiasi berbeda dengan kelompok. Asosiasi terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah kepentingan ekonominya. Kelompok terdiri dari orang-orang yang belum tentu memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah unsur sosialnya. ICA adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih, berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Pasifik berkantor di New Dehli, India. Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah yang dicetuskan pada kongres ICA
11
(International Cooperative Alliance) di Manchester, Inggris pada tanggal 23 September 1995.
2.2. Konsep Koperasi Perikanan Koperasi perikanan didirikan untuk menyatukan dan menggabungkan usaha-usaha nelayan yang umumnya masih miskin dan belum begitu maju tingkat pengetahuannya.
Dengan bersatu dan bekerja sama dalam sebuah koperasi
perikanan, para nelayan dapat mengumpulkan modal dan berusaha untuk memperbaiki usahanya dengan tidak menggantungkan nasibnya pada tengkulak atau kaum pemodal (sagimun dalam Trisya dalam Muyasaroh, 2004). Koperasi perikanan atau koperasi mina berfungsi sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan perekonomian nelayan di desa-desa pantai.
Usaha yang
dilakukan didasarkan kepada sarana-sarana, jasa-jasa dan kemudahan yang diperlukan untuk usaha perikanan para nelayan anggotanya (Departemen Koperasi dalam Muyasaroh, 2004). Tujuan koperasi mina sebagaimana tujuan koperasi pada umumnya, yaitu: 1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3) Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
2.3. Konsep Pengembangan Koperasi Perikanan Perkembangan koperasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi.
Faktor lingkungan eksternal koperasi
adalah faktor-faktor luar organisasi koperasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan koperasi. Faktor lingkungan internal koperasi adalah sarana dan sumber daya yang ada dalam koperasi yang secara langsung memengaruhi perkembangan dan kemajuan koperasi. Menurut Pariaman dkk (2008), bahwa stereotip terhadap keberadaan lembaga koperasi masih berkumandang di berbagai kalangan, dimana koperasi dinilai sebagai lembaga ekonomi yang hampir gagal, tidak efisien, dan tidak bersaing.
Selain itu, juga dipandang sebagai sarang kolusi, korupsi, dan
12
nepotisme (KKN).
Hal ini bisa dimaklumi karena sejarah perkoperasian di
Indonesia sarat dengan perjalanan traumatik dari sebuah impian tentang kesejahteraan ekonomi rakyat. Koperasi di masa jaman pendudukan Jepang berperan sebagai alat kekuasaan yang menekan rakyat.
Koperasi dimanfaatkan oleh Jepang untuk
membantu pendistribusian logistik, tetapi juga untuk memungut pajak dengan cara paksa yang kadang perlakuannya tidak manusiawi sehingga menimbulkan antipati masyarakat terhadap koperasi.
Suasana traumatik terhadap koperasi masih
melekat hingga zaman kemerdekaan sehingga saat itu kampanye terhadap pembangunan ekonomi rakyat melalui koperasi terasa sangat berat. Namun pada era kemerdekaan, semangat pemerintah membangun ekonomi rakyat melalui koperasi tidak pernah pudar. Berlanjut pada era orde baru, pembangunan koperasi sangat signifikan.
Diwarnai oleh gerakan para petani di pedaesaan yang
tergabung dalam koperasi unit desa (KUD). Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain sebagai penyaluran sarana produksi, pengolah hasil pertanian hingga pemasaran ke Badan Urusan Logistik (Bulog). Selain itu, koperasi juga telah mulai aktif dalam bidang usaha peternakan, perikanan, simpan pinjam, dan jasa ditribusi/konsumen. Ketika krisis moneter yang berlanjut pada krisis ekonomi pada pertengahan 1997, hampir semua pelaku ekonomi terkena imbasnya. Pukulan telak dialami oleh kalangan pengusaha besar (konglomerat) yang tidak sedikitnya diantaranya gulung tikar. Kendati tidak telak, lembaga koperasi pun mengalami nasib yang sama. Hanya saja koperasi mampu bertahan bahkan diantaranya, terutama yang bergerak dalam komoditas ekspor justru menuai keuntungan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat. Sejalan dengan itu, Indonesia yang sudah menganut sistem ekonomi terbuka, juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi koperasi. Semangat otonomi daerah diharapkan membawa angin segar demi terciptanya iklim yang kondusif dalam pemerintahan Indonesia, termasuk pelaksanaan pengembangan koperasi perikanan di daerah-daerah. Hal ini dikarenakan, era otonomi daerah diharapkan menjadi penyelamat sektor-sektor yang berbasiskan sumber daya alam, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan
13
lain sebagainya, sehingga hambatan struktural bagi perkembangan koperasi perikanan menjadi berkurang. Namun demikian, di era otonomi daerah pun, hambatan-hambatan yang bersifat struktural kemungkinan dapat muncul kembali menjadi batu sandungan bagi perkembangan koperasi perikanan. Hal ini dapat terjadi pada daerah yang tidak mempunyai visi yang jelas tentang pembangunan ekonomi masyarakat lokal, karena pemerintah daerah terlalu memfokuskan diri pada usaha industri skala besar. Sementara itu, maraknya era pasar bebas menuntut profesionalitas koperasi-koperasi yang ada di Indonesia, termasuk koperasi perikanan. Mengingat visi bisnis perkoperasian masih sangat lemah, hal ini tercermin dengan tidak ditemukannya diversifikasi usaha perikanan pada beberapa koperasi perikanan yang ada di wilayah pesisir, seperti peningkatan mutu produk, pengolahan hasil tangkapan ikan, serta pemasaran. Umumnya koperasi-koperasi tersebut hanya berkutat dalam kegiatan sistem produksi yang terejawantahkan melalui penyediaan sarana produksi perikanan1.
2.4. Konsep Manajemen Strategi Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan untuk menentukan bisnis perusahaan seharusnya masuk dan ke luar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan sumber daya di antara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang. Strategi juga dapat diartikan bahwa perusahaan dan koperasi dapat mengenali secara keseluruhan faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal. Sementara itu, David (2004) menyatakan bahwa manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dari perumusan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Fokus manajemen strategi pada dasarnya adalah manajemen terpadu (integrated management) yang memadukan kegiatan manajemen, pemasaran, finansial, produksi dan operasi serta penelitian dan pengembangan. Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan
1
Dikutip dari http://beta.tnial.mil.id, Pebruari 2009.
14
dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. David (2004), menyusun tahapan kegiatan perencanaan kegiatan strategis ke dalam model.
Model ini dikenal dengan ’Manajemen Strategis’.
Model
tersebut memberikan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Dengan sifatnya yang dinamis dan mudah berubah, setiap perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model manajemen strategis akan memaksa perubahan dalam satu atau bahkan keseluruhan komponen model. Dalam model tersebut, proses manajemen strategi terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahapan perumusan strategi, termasuk mengembangkan pernyataan misi, audit eksternal dan internal menetapkan sasaran jangka panjang. Tahap kedua adalah tahapan implementasi strategi yaitu menuntut koperasi untuk menetapkan kebijakan dan sasaran tahunan dan alokasi sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Tahapan ketiga adalah tahapan evaluasi strategi, yaitu tahap akhir dalam proses manajemen strategi. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk mengetahui informasi ini.
Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan
karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah.
2.5. Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Fadhli (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Sumodiwirjo’.
Institut Pertanian
Bogor ‘Teko
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan bisnis
koperasi, menganalisis kesenjangan (gap) kinerja aktual pengurus koperasi serta harapan dari pengurus dan anggota, menganalisis faktor internal dan eksternal, dan membuat rancangan strategi pengembangan dengan pendekatan arsitektur strategi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis lingkungan bisnis koperasi, analisis kesenjangan (gap), analisis SWOT dan arsitektur strategi. Ramadhan (2009), melakukan penelitian menganai analisis strategi pengembangan KUD (Koperasi Unit Desa) Giri Tani (Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan 15
keragaan koperasi, menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal koperasi, dan merekomendasikan strategi yang dilakukan oleh KUD untuk menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal organisasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif mengenai kondisi KUD, analisis matriks IFEEFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan arsitektur strategi. Junarto (2008), melakukan penelitian mengenai manajemen strategi pengembangan Koperasi Petani Organik Serikat Petani Indonesisa di Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal dan eksternal koperasi dan menganalisis, memformulasikan serta menentukan strategi terbaik dalam pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan analisis QSPM. Muyasaroh (2004) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan KUD Mandiri Mina Karya Bhukti Desa Blanakan, Kabupaten Subang.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat perkembangan
koperasi, mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan koperasi, dan merumuskan alternatif-alternatif dan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE – EFE, matriks I-E, SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perumusan strategi KUD Mandiri Mina Karya Bhukti, Desa Blanakan, Kabupaten Subang, diawali dengan tahap input yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Lismawati (2009), melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan dan pelayanan pengembangan KUD Sumber Alam (Studi Kasus: KUD Sumber Alam Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan usaha KUD Sumber Alam, menganalisis perkembangan kinerja keuangan KUD Sumber Alam sesuai dengan prinsip koperasi, menganalisis kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam, dan menganalisis kebijakan bagi pengembangan KUD Sumber Alam.
Metode penelitian/alat analisis yang dipakai untuk analisis kinerja
keuangan adalah analisis trend, analisis persentasi per komponen, analisis rasio yang meliputi liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha,
16
sedangkan untuk analisis kemampuan pelayanan KUD menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Penelitian terdahulu lain yang berkaitan tentang analisis kinerja keuangan antara lain adalah Ramadhani (2004) tentang Analisis Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Jaya Propinsi DKI Jakarta
dengan metode
penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis horisontal dan vertical; Novianti (2005) tentang analisis kinerja keuangan KUD Mina Sumitra Desa Karang Song, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis matriks IFE – EFE, matriks IE dan SWOT; Rachmawati (2003) melakukan penelitian mengenai Analisis Usaha Koperasi Unit Desa sebagai Organisasi Perekonomian Pedesaan KUD Sumber Alam dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, dan rentabilitas) dan kemitraan. Penelitian terdahulu di atas yang berkaitan dengan analisis/kajian strategi sebagian besar menggunakan metode penelitian/analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E dan SWOT. Selain itu, alat alat analisis tambahan lain yang dipakai dari masing-masing penelitian terdahulu tersebut adalah analisis kesenjangan, arsitektur strategi, dan ada juga yang menggunakan analisis QSPM. Sementara penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan, sebagian besar menggunakan alat analis rasio. Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junarto (2008) dan Muyasaroh (2004) mengenai pengembangan koperasi dari segi analisis strategi.
Kemiripan terletak pada metode yang
digunakan, yakni adanya penggunaan analisis SWOT. Sementara alat analisis yang dipakai untuk kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan tujuan secara detail dari penelitian.
17