ICASEPS WORKING PAPER No. 72
PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA
Tjetjep Nurasa
Pebruari 2005
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA Tjetjep Nurasa Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70, Bogor 16161
ABSTRAK Penelitian di lima pasar tradisonal DKI Jakarta dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 1996. Tujuan utama penelitian adalah : (1) mengetahui jalur pemasaran ikan laut segar, (2) karakteristik pedagang ikan laut segar di pasar tradisional, (3) Konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui marjin pemasaran pedagang pengecer ikan laut segar, (5) Tenaga kerja. Penelitian menggunakan metode survei dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data primer dikumpulkan dari 32 orang pedagang ikan laut segar di pasar tradisional dari lima wilayah DKI Jakarta. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan DKI Jakarta, Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara, P.D. Pasar Jaya Pusat dan Cabang P.D Pasar Jaya di Wilayah yang dikunjungi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa 30 persen ikan laut segar yang masuk wilayah DKI Jakarta berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut 18 persen merupakan pasokan dari daerah Pekalongan, Juwana dan Tegal yang merupakan daerah penting dari sentra produksi perikanan jawa tengah. Jalur pemasaran ikan laut segar hingga sampai pada konsumen terlihat cukup panjang yang pada akhirnya harga ikan laut segar yang harus dibayar konsumen cukup tinggi. Kekuatan permintaan konsumen akan ikan laut segar pada pasar tradisional wilayah DKI Jakarta adalah sebesar 5.582 kg setiap harinya. Ditemukan ada lima jenis ikan laut segar dari jenis yang sama dijual dipasar tradisional. Harga tertinggi ikan laut segar yang dijual di pasar tradisional adalah jenis cumi yaitu Rp 6.319/kg dan harga terendah adalah ikan tongkol yaitu Rp 4.175/kg. marjin per hari yang diperoleh pedagang pengecer besar ikan laut segar yaitu sebesar Rp 827 per kg dan pengecer kecil berkisar Rp 601–Rp 849 per kg. Dari setiap pedagang pengecer ikan laut segar di pasar tradisional dapat menyerap 1-2 orang tenaga kerja dengan upah yang diberikan sudah berada diatas upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah. Kata kunci : Ikan laut segar, jalur pemasaran, harga, marjin, DKI Jakarta
PENDAHULUAN Sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan manusia, hasil produksi perikanan mengalami proses alih kepemilikan sejak dari nelayan/produsen sampai pada masyarakat konsumen melalui wadah lembaga pasar. Pengecer merupakan rantai terakhir dari pasar tradisional yang umum berlaku pada produk ikan segar sebelum sampai pada konsumen. Distribusi ikan laut segar di DKI Jakarta saat ini dominan terserap pada pasar tradisional, dimana sistem pemasaran yang dimiliki masih sederhana. Distribusi perikanan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun terakhir berkembang
pesat
sejalan
dengan
perkembangan
jumlah
penduduk
yang
mengkonsumsi ikan. Tahun 1995 sebesar 60.235 ton ikan segar dipasarkan di wilayah
1
DKI Jakarta, meliputi 87 persen dari jenis ikan laut dan 13 persen jenis ikan air tawar. Dari jumlah jenis ikan laut tersebut 58 persen adalah merupakan produk lokal wilayah DKI Jakarta, sedangkan sisanya 42 persen adalah pasokan dari luar DKI, antara lain dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera (Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1995). Secara umum jalur pemasaran ikan di DKI berturut-turut melalui produsen, TPI, pedagang pengumpul, pedagang besar/grosir, pedagang pengecer sampai pada konsumen. Komersialisasi hasil-hasil perikanan menjadi salah satu pokok perhatian Java sea pelfish project. Aktifitas penelitian telah berjalan terutama di daerah sentra-sentra produsen. Untuk mendukung kegiatan penelitian tersebut telah diadakan cross program di sentra konsumen DKI Jakarta, dengan pertimbangan bahwa DKI Jakarta diduga telah menjadi sentra konsumen dan transit terbesar dari produk perikanan pelagis laut Jawa. Pemasaran merupakan mata rantai penting dalam usaha pemasaran ikan laut segar. Pemasaran memiliki fungsi distribusi, dari daerah produsen ke daerah konsumen. Berjalannya fungsi ini karena kelebihan produksi (excess supply) di daerah produsen dan kelebihan permintaan (excess demand) di daerah konsumen dapat diatasi. Peranannya cukup strategis ini meletakan pemasaran sebagai salah satu faktor kunci penentu keberlanjutan usaha penjualan secara umum, khususnya pendapatan pedagang pengecer. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jalur pemasaran ikan laut segar di pasar tingkat akhir (pasar tradisional), (2) mengetahui karakteristik pedagang pengecer, (3) Jenis konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui biaya dan marjin dari pemasaran ikan laut segar dan kebutuhan tenaga kerja per pedagang. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan dalam upaya perbaikan sistem pemasaran ikan laut segar di DKI dan aspek-aspek pemasaran lain yang terkait. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tahun 1996 dan mengambil lokasi pasar tradisional di lima wilayah DKI Jakarta. Tujuan utama penelitian adalah : (1) mengetahui jalur pemasaran ikan laut segar, (2) mengetahui karakteristik pedagang pengecer, (3) mengetahui jenis konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui biaya dan margin pemasaran pedagang pengecer, dan kebutuhan tenaga kerja per pedagang ikan laut segar. Penelitian ini menggunakan metode survei berstuktur menggunakan daftar
2
pertanyaan, data primer dikumpulkan dari 32 orang pedagang pengecer. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan DKI Jakarta, Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara, P.D. Pasar Jaya Pusat dan Cabang P.D. Pasar Jaya di lima wilayah DKI yang dikunjungi. Data dianalisa secara diskriptif dengan tabulasi silang, sedangkan untuk menganalisa marjin pemasaran digunakan rumus : m
M = ? C I+? ?j I=1
M C ? m
dimana
I=1
= Marjin = Biaya pemasaran (I=1,2………m) = Keuntungan yang diperoleh lembaga j = Jumlah jenis pembiayaan HASIL DAN PEMBAHASAN
Jalur Pemasaran Ikan Laut Segar Dalam sistem pemasaran ikan laut segar di DKI Jakarta yang dipasarkan berasal dari produksi nelayan/petani ikan lokal dan luar daerah. Ikan produksi lokal adalah ikan hasil tangkapan nelayan, baik nelayan tetap maupun nelayan pendatang yang menangkap ikan di perairan Teluk Jakarta, yang didaratkan dan dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) DKI Jakarta. Sedangkan ikan luar daerah adalah ikan yang didatangkan oleh para pedagang dari daerah produsen ikan melalui jalan darat untuk dijual di TPI di Jakarta. TPI di DKI Jakarta ada ada tiga buah yaitu, TPI Muara Baru, TPI Muara Angke dan TPI Pasar Ikan. Jalur distribusi ikan laut segar produksi lokal dan luar daerah yang masuk DKI Jakarta dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Nelayan
TPI / PPI
Grosir
Pengumpul
Pengecer
Perusahaan
Leveransir
Konsumen Organisasi
Konsumen Gambar 1. Jalur Distribusi Ikan Laut Segar Produksi Lokal DKI Jakarta
3
PPI
Pedagang Antar Daerah
Grosir
Pengecer
Pengumpul
Konsumen
Perusahaan
Leveransir
Konsumen Organisasi
Gambar 2. Jalur Distribusi Ikan Laut Segar Dari Luar Jakarta Keterangan istilah pada gambar 1 dan 2 TPI PPI Nelayan/produsen Pedagang Pengumpul
: : : :
Pedagang Grosir
:
Pedagang Pengecer
:
Pedagang Reveransir
:
Perusahaan
:
Pedagang antar daerah : Konsumen Organisasi :
Tempat Pelelangan Ikan Pusat Pemasaran Ikan Nelayan penangkap ikan yang sekaligus sebagai produsen/penjual Pedagang yang membeli ikan di lokasi TPI untuk dijual kembali kepada pedagang lainnya atau konsumen langsung. Pedagang yang membeli ikan di PPI dalam jumlah besar melalui pedagang pengumpul, pedagang antar daerah untuk dijual kembali pada pedagang pengumpul, reveransir, pengecer dan pedagang antar daerah. Pedagang yang membeli ikan di PPI melalu pedagang grosir, pengumpul dalam jumlah tertentu untuk dijual kembali pada konsumen secara eceran. Pedagang yang membeli ikan di PPI melalui pedagang pengumpul, pedagang grosir untuk dijual dalam jumlah sesuai dengan permintaan dengan cara diantar sampai tempat tujuan. Badan usaha yang membeli ikan di TPI melalui pedagang pengumpul, untuk dijual pada konsumen lokal dan luar. Pedagang dari luar/dalam daerah tertentu yang menjual ikan di TPI/PPI pada pedagang besar/grosir. Konsumen kelompok seperti; hotel, restoran, catering yang membeli I kan pada pedagang leveransir.
Dari Gambar 1. terlihat bahwa pedagang pengumpul mempunyai peran yang dominan dalam pembelian ikan hasil tangkapan nelayan di TPI. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya ikatan antara nelayan dan pedagang pengumpul. Ikatan yang terjadi antara nelayan dan pedagang pengumpul ini adalah dalam bentuk usaha bersama,
dimana
pedagang
pengumpul
memberikan
bantuan
dalam
kegiatan
penangkapan nelayan, bantuan yang diberikan dapat berupa modal kerja ataupun modal tetap. Sedangkan timbal balik dari bantuan yang diterima pedagang pengumpul adalah nelayan harus menjual hasil tangkapannya pada pedagang pengumpul yang telah
4
memberi bantuan. Jika kita amati hubungan yang terdapat diantara nelayan dengan pedagang pengumpul di TPI DKI Jakarta ini sama dengan pengamatan yang dilakukan oleh Nikijuluw, et al, 1987 yang mengatakan bahwa, nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada pedagang tertentu karena sudah ada ikatan diantara mereka, ikatan yang terjadi karena terpaksa. Hubungan yang terjadi ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan hubungan itu akan menjamin pemasaran dalam arti bahwa komoditas akan selalu diserap pasar. Sedangkan bagi nelayan penyediaan modal dari pedagang akan memberikan kesempatan kerja dan kontinuitas produksi perikanan. Dari Gambar 2. terlihat bahwa pedagang grosir di TPI mempunyai peran yang besar dalam pembelian ikan yang dibawa oleh pedagang luar daerah. Hal ini terjadi karena sudah adanya ikatan ekonomi antara pedagang luar daerah dengan pedagang grosir, dimana ikatan yang diberikan oleh pedagang grosir pada pedagang luar daerah yaitu dalam bentuk modal usaha, yang selanjutnya pedagang luar daerah harus menjual ikannya pada pedagang grosir yang telah memberikan bantuan tersebut. Ikan laut segar yang masuk DKI Jakarta tahun 1995 berjumlah 52.691 ton dimana hasil dari produksi lokal sebesar 30.364 ton dan sisanya dari luar daerah berjumlah 22.327 ton. Produksi ikan laut segar luar daerah tersebut berasal dari 26 daerah dari provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera. Pasokan beberapa jenis ikan laut segar ekonomis penting dari luar daerah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pasokan Ikan Laut Segar Ekonomis Penting Dari Beberapa Daerah Untuk Wilayah DKI Jakarta, Tahun 1995. (ton)
Jenis ikan Daerah Pemasok
Bawal
Kakap Merah
TOTAL Kembung Layang Tenggiri Tongkol
Tembang
Kwee
1. JATENG
122.8
161.8
670.2
609.4
66.5
452.3
2. JABAR
160.6
244.4
924.8
786.0
33.4
644.1
7.1
31.2
202.8
110.1
1.6
94.7
128.4
126.9
2.4
705.2
29.8
47.8
180.2
176.1
8.7
108.7
259.1
311.9
0.0
1122.2
320.3
485.3
1978.1 1681.6
110.2
1299.8
3118.2 3726.6
18.9
12739.0
3. JATIM 4. SUMATERA TOTAL
889.3
Selar 908.7
11.5
3892.6
1841.4 2379.2
5.0
7019.0
Sumber : Dinas Perikanan DKI Jakarta, Tahun 1996
Dari Tabel 1. Daerah yang terbesar dalam mendistribusikan ikan laut segar ke wilayah DKI Jakarta adalah provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 7.019 ton atau sebesar 50 persen dari total, kemudian diikuti provinsi Jawa Tengah sebesar 3.892,6 ton (30 %), daerah Sumatera 1.122,2 ton (8,8 %), dan terendah yaitu provinsi Jatim 705,2 ton (5,5 %). Daerah yang mewakili provinsi yang memberikan kontribusi terbesar adalah sebagai
5
berikut; untuk provinsi Jawa Tengah yaitu daerah Pekalongan (15,75 %), Tegal (1,41%) dan Juana (0,59 %) atau dengan total dari ketiga daerah tersebut adalah 18 persen dari total pasokan ikan DKI Jakarta. Daerah lainnya yang mewakili provinsinya masingmasing yaitu Indramayu (Jabar), Tuban (Jatim), Lampung (Sumatera) adalah sebesar 26 persen dari total produksi ikan luar daerah. Karakteristik Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar Jumlah pedagang pengecer ikan segar dari lima wilayah DKI Jakarta ada 85 orang, dari jumlah tersebut diambil sebagai responden ada 32 orang (38%). Dari jumlah responden tersebut di pasar Senen Blok III diambil 12 orang, Grogol 10 orang, Melawai 5 orang, Kramat jati 3 orang dan pasar Anyar Bahari 2 orang. Keberadaan tempat berdagang perlu juga diketahui, hal ini selain untuk melihat kondisi fisik sebagai sarana tempat berjualan juga merupakan salah satu pos biaya yang dimasukkan dalam perhitungan pembiayaan pemasaran. Lokasi kios dan sarana yang tersedia sebagai tempat berjualan pedagang ikan segar di pasar Senen Blok III, Melawai, Grogol dan Kramatjati ada di lantai I dimana lokasi kios tidak berbaur dengan pedagang lainnya (khusus pedagang ikan segar)
dengan sarana cukup memadai. Lokasi kios
pedagang ikan segar di pasar Anyar Bahari berada di lantai dasar, tidak memiliki tempat khusus dengan sarana yang tersedia masih kurang baik. Kios-kios yang digunakan pedagang ikan ini, dilihat dari hak penggunaannya tidak semuanya adalah hak milik, tetapi masih ada pedagang yang menggunakan kios tersebut adalah sebagai penyewa. Dari hasil wawancara dengan responden, ternyata ada 15 orang atau 47 persen dari jumlah pedagang yang status kepemilikan kios adalah sebagai penyewa/kontrak dengan pemilik kios yang tidak menggunakannnya. Dari jumlah pedagang penyewa kios di pasar-pasar tersebut, maka terlihat bahwa di pasar Melawai ada 4 orang, Senen Blok III ada 7 orang, Grogol 3 orang dan pasar Anyar Bahari ada 1 orang. Pedagang pengecer ikan segar di pasar-pasar tradisonal DKI Jakarta didalam kegiatan menjual atau memenuhi stok ikan yang akan dijualnya kembali biasanya mereka membeli pada pedagang besar yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan kegiatan ini dilakukan setiap hari. Dari jumlah responden pedagang ikan segar, ternyata ada 20 orang (61%) pedagang yang membeli di TPI Muara Baru, 11 orang (35%) membeli di TPI Muara Angke dan 1 orang (4%) membeli di Kamal. Bagi pedagang ikan, Pasar Ikan dan Kamal hanyalah sebagai tempat pembelian sewaktu-waktu, ini dilakukan jika disalah satu tempat pembelian (TPI) tetap tidak ada atau kurang dari jenis ikan yang
6
dicarinya. Untuk mengetahui besarnya jumlah pembelian para pedagang pengecer ikan segar di lima wilayah DKI Jakarta, disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Volume Pembelian Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar di TPI DKI Jakarta, Tahun 1996 Pasar Pengecer Kecil 0 - 50 kg 50 -100 kg 100 - 200 kg Jumlah Pengcer besar >400 kg Sumber : Data primer
2 2 1 5
8 0 2 10
2 2 4 8
3 0 0 3
Anyar Bahari 1 0 1 2
0
0
4
0
0
Melawai
Grogol
Senen
Kramatjati
Total 16 4 8 28 4
Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa dari jumlah responden (32 orang), di lima wilayah pasar tradisional DKI ternyata sebesar 87 persennya merupakan kelompok pedagang pengecer kecil dengan jumlah volume pembelian sebesar 2.662 kg per hari. Sedangkan 13 persen sisanya merupakan pedagang pengecer besar dengan volume pembelian sebesar 2.920 kg per hari, pedagang ini berada di Pasar Senen Blok III. Dari lima pasar di DKI Jakarta yang memiliki daya beli terbesar ikan laut segar di TPI yaitu pasar Senen dengan total pembelian sebesar 3.950 kg per hari, diikuti pasar Grogol 680 kg, Melawai 330 kg, Anyar Bahari 135 kg dan pasar Kramatjati 87 kg per harinya. Hal yang menyebabkan rendahnya daya beli (kurang dari 1 ton) dari pedagang pengecer di empat pasar tersebut, mungkin karena keberadaan atau lokasi tempat berdagang yang kurang strategis, adanya pasar lain atau pasar swalayan yang dekat dengan lokasi pasar tersebut. Sedangkan melihat rata-rata daya beli ikan laut segar di TPI dari setiap pedagang, ternyata pedagang pengecer kecil pada pasar Senen memiliki volume pembelian tertinggi yaitu dengan jumlah 129 kg per harinya dan terkecil ada pada pedagang pengecer kecil di pasar Kramatjati dengan volume pembelian 29 kg per hari. Pedagang pengecer besar di pasar Senen memiliki daya beli ikan laut segar di TPI sebesar 730 kg per hari. Dalam transaksi penjualan ikan di lokasi/pasar yang dilakukan pedagang diperoleh informasi bahwa ikan laut segar yang mereka jual untuk setiap harinya kadang kala tidak semuanya laku terjual. Ikan-ikan yang tidak terjual ini biasanya diberi es dan disimpan dalam peti kayu untuk dijual kembali esok harinya. Volume ikan yang tidak terjual atau di es oleh pedagang pengecer kecil untuk setiap harinya berkisar antara 10 - 40 persen dan untuk pengecer besar berkisar 20 – 35 persen dari jumlah ikan yang dijual.
7
Jenis Konsumen dan Harga Ikan Laut Segar Jenis pembeli atau konsumen ikan laut segar pada pedagang pengecer kecil di pasar-pasar tersebut didominasi oleh pembeli/konsumen untuk di konsumsi sendiri, penjual sayur, warung nasi dan catering. Sedangkan konsumen yang membeli pada pedagang pengecer besar selain seperti pembeli pada pedagang pengecer kecil, juga ada pembeli organisasi, seperti restoran, hotel. Pemasaran ikan laut segar pada pasar tradisional DKI Jakarta ini juga dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan. Naiknya permintaan ikan laut segar umumnya terjadi pada bulan puasa dan pada bulan lainnya kenaikan permintaan biasa terjadi pada hari saptu dan minggu dan pada awal bulan (tanggal 1–10). Sedangkan permintaan akan ikan laut segar mengalami penurunan yaitu terjadi pada bulan Juni Agustus. Hal ini terjadi karena pada bulan tersebut bertepatan dengan awal masuk sekolah, ulang tahun Kota Jakarta dan hari kemerdekaan, dimana konsumen banyak mengeluarkan biaya pada waktu-waktu tersebut. Harga ikan laut segar dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan, akan tetapi harga ikan laut segar di pasar tradisional relatif stabil jika dibandingkan dengan yang terjadi di TPI dimana harga ikan selalu berfluktuasi. Sebagai contoh yang terjadi di TPI Muara Angke pada Tahun 1995 mengenai fluktuasi harga ikan laut, dimana kenaikan harga dari semua jenis ikan terjadi pada bulan Februari dengan kenaikan harga rata-rata Rp 500,- dan pada bulan Maret mengalami penurunan harga kembali sebesar Rp 500,dan harga terendah dari setiap jenis ikan terjadi pada bulan September, mungkin ini disebabkan melimpahnya ikan di TPI. Harga tertinggi dari setiap jenis ikan terjadi pada bulan November dan Desember, hal ini disebabkan karena pasokan ikan di TPI menurun yang disebabkan hasil tangkapan nelayan sedikit karena adanya faktor keadaan musim (angin barat). Untuk mengetahui harga beli dan harga jual ikan laut segar di pasar tradisional DKI Jakarta disajikan pada Tabel 3.
8
Tabel 3, Harga Beli dan Harga Jual Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun 1996 Jenis Ikan Pelagic Kecil Kembung Terisi Selar Pelagic Besar Tongkol Kuwe Tenggiri Damersal Bawal Putih Bawal Hitam Kakap Merah
3571 4500 3000
4000 0 0
4000 0 0
Anyar Grogol Senen Bahari 3750 3250 4357 5000 2500 0 5000 0 3000 0 4000 0
3000 6500 6300
4250 4667 7437
3500 0 0
3625 4875 5750
2900 2500 0
3500 7250 7300
0 0 5375
7803 5667 5417
0 6000 4667
11250 6000 5000
0 0 4300
Layur Cumi Udang Pacet Api
2250 6575
5000 6750
0 6500
2000 6000
8000 7000
25250 0
8000 0
8000
9317
0
Peci Sumber : Data primer
Grogol
Senen
Pembelian Pasar Kramatjati Melawai
Penjualan Pasar Kramatjati Melawai 4500 0 0
Anyar Bahari 4875 3833 3500 0 4500 0
5000 5333 8000
4250 0 0
4750 5875 7500
3375 3250 0
0 0 6375
8000 6333 6250
0 6500 5500
13750 7500 6250
0 0 5000
0 2000
3000 7250
6000 7677
0 7000
3000 7167
0 2500
16000 10000
0 2500
9500 10000
27000 0
10667 0
19000 11000
0 0
9000
0
8333
10500
0
9333
0
9
Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa di pasar tradisional ada 14 jenis ikan laut segar yang dijual, dari jumlah tersebut ada 4 jenis ikan laut segar yang sama dijual oleh pedagang pengecer. Jenis ikan yang sama dijual tersebut yaitu ikan kembung, tongkol, kakap merah dan cumi. Dari 4 jenis ikan laut segar yang sama tersebut di lihat dari harga rata-rata jual dengan nilai tertinggi adalah cumi yaitu sebesar Rp 6.319 kg, kemudian di ikuti harga kakap merah Rp 5.875/kg, kembung Rp 4.513/kg dan ikan tongkol Rp 4.175/kg. Sedangkan untuk melihat harga rata-rata ikan segar menurut spesies ikan harga tertinggi yaitu spesies udang Rp 11.061/kg dan terendah adalah harga spesies ikan pelagic kecil yaitu sebesar Rp 4.415/kg. Pasar yang menjual ikan laut segar dengan rata-rata harga tertinggi adalah, pasar Senen yaitu sebesar Rp 5.982/kg dan harga terendah ada pasar Anyar Bahari Rp 3.677/kg. Tinggi atau rendahnya harga ikan laut segar yang ditawarkan berdasarkan atas kualitas/mutu dan besar kecilnya ukuran dari ikan yang dijual. Biaya Dan Marjin Pemasaran Gambaran mengenai biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer ikan laut segar dari masing-masing pasar disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.
Biaya Penjualan Rata-rata Per Hari Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun 1996 (Rp) Pasar
Jenis Biaya Tempat (sewa) K 3*) Es Air Transpot Tenaga Kerja Total
Melawai 10000 3000 3500 1000 15000 25000 57500
Grogol 2500 1500 2660 1260 20000 20000 47920
Senen #) 20000 2000 9000 2000 40000 45000 118000
Senen 12500 2000 4500 1000 35000 20000 75000
Kramatjati 0 1000 2800 0 10000 0 13800
Anyar Bahari 2166 700 1250 0 5000 0 9116
Sumber : Data primer Keterangan : #) Pedagang Pengecer besar. *) Kebersihan, keamanan, karcis retribusi
Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa biaya pemasaran yang terbesar yang dikeluarkan oleh masing-masing pedagang pengecer kecil ikan laut segar adalah biaya untuk tenaga kerja, transportasi/angkutan, sewa tempat, es, biaya pengadaan air dan keamanan. Biaya tenaga kerja dan angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer
10
kecil dari masing-masing wilayah pasar dengan
berdasarkan persentase, tertinggi
dikeluarkan oleh pedagang pengecer di pasar Grogol yaitu sebesar 84 persen, kemudian di ikuti pedagang di pasar Senen (74%), Kramatjati (72%), Melawai (69%), Anyar Bahari (55%) dan pedagang pengecer besar di Senen (72%). Bain (1968) dalam Nikijuluw dan Basuki (1991), mendefinisikan Keragaan pasar adalah sebagai kulminasi akhir yang dicapai oleh perusahaan atau pengusaha yang terlibat. Dalam pemasaran ikan laut segar, konsep yang relevan untuk menganalisis keragaan pasar adalah melalui analisis penyebaran harga dengan menghitung marjin pemasaran. Pada suatu perusahaan istilah marjin merupakan sejumlah uang yang ditentukan secara internal accounting yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba yang merupakan perbedaan antara harga pembelian dan harga penjualan (Hanafiah dan Saefudin, 1983), begitu juga menurut Saptana dan Noekman (1994), mengatakan bahwa marjin pemasaran menggambarkan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima produsen. Di dalam marjin pemasaran terdapat komponen biaya pemasaran (marketing cost) yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan keuntungan (marketing Profit) yang diterima lembaga Untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran ikan laut segar yang diterima para pedagang pengecer pada pasar tradisional DKI Jakarta seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 5.
Marjin Keuntungan Per Kg Ikan Segar yang diperoleh Pedagang Pengecer di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun 1996. (Rp) Pasar Keterangan Anyar Grogol Senen Senen #) Kramatjati Melawai Bahari Harga Penjualan 6322 8645 8645 6403 7714 3576 Harga Pembelian
5339
7778
7778
5445
6339
2908
Selisih harga
983
867
867
958
1375
668
Biaya Pemasaran
133
73
40
159
174
67
Keuntungan
850
794
827
799
1201
601
Sumber : Data primer Keterangan : #) Pengecer Besar
Dari Tabel 5. bahwa, rata-rata keuntungan bersih dari hasil penjualan ikan laut segar per kilo gram yang diterima pedagang pengecer kecil berkisar Rp 601 – Rp 1.201, sedangkan keuntungan bersih yang diterima pengecer besar adalah sebesar Rp 827/kg.
11
KEBUTUHAN TENAGA KERJA MENURUT PEDAGANG Dalam aktifitasnya para pedagang ikan segar tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh pekerja harian, kecuali pada pedagang yang berada di pasar Kramatjati dan Anyar Bahari. Pada Tabel 6. dapat di lihat hubungan antara tenaga kerja harian dengan volume ikan laut segar yang di jual. Tabel 6.
Hubungan Tenaga Kerja Dengan Volume Penjualan Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta. Pasar KelompokTe Melawai Grogol Senen Total naga Kerja Pedagang Vol. Pedagang Vol. Pedagang Vol. Pedagang Vol. Ikan (orang) (orang) Ikan (orang) Ikan (orang) Ikan (orang) (kg) (kg) (kg) (kg) 1-2 3 120 2 360 5 751 10 1231 2-3 2 210 0 0 3 1413 5 1623 >4 0 0 0 0 2 1700 2 1700 Jumlah 5 330 2 360 10 3864 17 4554 Sumber : Data primer.
Dari Tabel 6. diketahui bahwa pedagang pengecer kecil di pasar Grogol lebih efesien, dimana dengan tenaga kerja harian yang berjumlah 1 – 2 orang dapat melakukan transaksi penjualan sebesar 180 kg/hari ikan laut segar. Sedangkan dengan jumlah tenaga kerja yang sama , tenaga kerja yang dimiliki pedagang pengecer di pasar Senen hanya mampu melakukan transaksi penjualan sebesar 150 kg/hari dan untuk pasar melawai sebesar 40 kg/hari. Dengan penggunaan tenaga kerja sebanyak 2 – 3 orang, pedagang di pasar Senen mampu menjual ikan laut segar sebesar 471 kg/hari dan pedagang di pasar Melawai sebesar 105 kg/hari. Dan dalam penggunaan tenaga kerja harian yang dimiliki pedagang lebih dari 4 orang mampu melakukan penjualan sebesar 850 kg/hari, dimana 4 orang tenaga harian ini dimiliki oleh pedagang ikan laut segar yang berada di pasar Senen. Untuk pedagang pengecer di pasar Kramatjati dan pasar Anyar Bahari dalam melakukan transaksi penjualan ikan bekerja sendiri, artinya tidak ada tenaga harian yang dilibatkan dalam proses penjualan ikan. Hal ini dengan alasan volume ikan yang ditawarkan pada konsumen dalam jumlah yang masih sedikit. Dalam pemberian insentif atau upah yang diberikan para pedagang pengecer kepada para tenaga kerja yang membantunya didalam usaha penjualan ini tidak sama. Besar kecilnya upah yang diberikan pedagang kepada para tenaga kerjanya tergantung dari aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sendiri. Seperti pedagang di pasar Senen memberikan upah terkecil sebesar Rp 10.000, ini diberikan kepada pekerja
12
dengan aktifitas kesehariannya membantu didalam menata, menyirami, menimbang, membungkus ikan yang dijual, dan melakukan perlakuan pembekuan pada ikan yang tidak laku hari ini untuk dijual esok harinya. Sedangkan pedagang pengecer ini juga biasa memberi upah sebesar Rp 20.000/hari, ini diberikan kepada tenaga kerja yang sepenuhnya sudah dipercaya dalam transaksi penjualan ikan, walaupun dengan tidak harus di awasi. Dan besarnya upah yang diterima oleh para pekerja harian ini berdasarkan lokasi pasar yaitu , di pasar Grogol sebesar Rp 5.000 – Rp 10.000,- , pasar Melawai Rp 5.000 – Rp 17.500. Besarnya upah yang diterima para tenaga harian ini adalah upah bersih, dimana uang makan, minum, dan rokok sudah tersedia. Apabila mengacu pada (Kep-15/MEN/1996) UMR yang ditetapkan Pemda DKI pada tahun 1996/1997 adalah Rp 156.000 per bulan, maka upah yang diterima oleh para tenaga kerja harian ikan laut segar pada pasar tradisional sudah sesuai dengan aturan. KESIMPULAN DAN SARAN DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan yang sekaligus juga sebagai tempat perputaran roda perekonomian dengan jumlah penduduknya yang cukup padat, sangat potensial bagi perdagangan produk perikanan khususnya perikanan laut. Untuk memenuhi kebutuhan produk perikanan ikan laut segar bagi DKI Jakarta, selain dari produksi lokal juga berasal dari luar DKI. Jalur pemasaran ikan laut segar dari nelayan hingga sampai kepada konsumen melalui berbagai jalur cukup panjang.
Hal Ini bagi pihak terkait perlu mencari jalan
keluarnya untuk memutus jalur pemasaran agar konsumen tidak menanggung beban harga yang terlalu tinggi. Karakteristik pedagang Ikan laut segar pada pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh pedagang pengecer kecil (87%), dengan volume transaksi sebesar 57 kg – 85 kg/hari dan dari jumlah tersebut juga masih tersisa untuk dijual keesokan harinya sekitar 10 – 40 persen. Keberadaan kios sebagai tempat berdagang pada pasar tradisional dirasakan para pedagang kurang strategis dan dalam status kepemilikan sebanyak 47 persen pedagang masih menempati kios dengan sistem sewa. Dari kondisi yang ada pada pedagang pengecer tersebut diharapkan adanya pihak terkait dapat membantu dengan cara bagaimana agar keberadaan kios diatur kembali, menyediakan sarana untuk pengawetan ikan, dan memberikan bantuan permodalan.
13
Konsumen ikan laut segar pada pasar tradisional umumnya dibeli oleh konsumen untuk dikonsumsi sendiri, penjual sayur dan usaha katering dengan volume pembelian tidak besar. Harga ikan laut pada pasar tradisional dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan. Harga ikan relatif naik umumnya terjadi pada bulan puasa dan hari libur kerja dan harga dirasa turun pada bulan Juni – Agustus dimana bertepatan awal masuk sekolah. Dari hasil analisa diperoleh gambaran mengenai keuntungan bersih dari hasil penjualan ikan laut segar per kilo gram yang diterima pedagang pengecer kecil berkisar Rp 601 – Rp 1.201/kg, sedangkan keuntungan bersih yang diterima pengecer besar adalah sebesar Rp 827/kg. Untuk dapat lebih meningkatkan daya serap pasar tradisional terhadap produk perikanan, khususnya ikan laut segar, diperlukan usaha-usaha serta kemauan politik dari pihak terkait untuk memperbaiki sistem pemasaran. Pengadaan prasarana dan sarana penanganan ikan yang memadai untuk meningkatkan mutu ikan. DAFTAR PUSTAKA Bain, J.S., 1968. Industrial Orgganization. John Wiley and Son. Inc. New York. Hanafiah, A. M. Saefudin., 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Tanggal 19 Januari No. Kep- 15/MEN/1996 Nikijuluw, V. P. H, Manadiyanto dan T. Susilowati., 1987. Lembaga-lembaga Pemasaran Yang Membeli hasil Tangkapan Nelayan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 43 : 43 : 1 – 6 Nikijuluw, V. P. H., dan Riyanto Basuki, 1991. Struktur prilaku dan Keragaman Pasar Ikan Segar di Kalimantan Selatan. Proseding Puslitbangkan No. 19/191 Buku II. Hal 632 – 639 Saptana dan Noekman, K. M., 1994. Kajian Aspek Produksi dan Pemasaran Jeruk Lahan Pasang Surut dan Lahan Kering di Sulawesi Selatan (Studi Kasus di Kabupaten Luwu dan Selayar). Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 12 No. 1 Juli. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Bogor : 14 - 29 Statistik Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1995.
14