I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam peerkonomian daerah dan nasional, antar lain : penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan. Dalam pembangunan pertanian 2010-2014, Kementerian Pertanian menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta Kesejahteraan Petani”, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah ; (1) mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, (2) meningkatkan
dan
memantapkan
swasembada
berkelanjutan,
(3)
menumbuh-
kembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan, (4) meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, dan (5) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi dan tujuan tersebut, Kementerian Pertanian mencanangkan empat target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Sejalan dengan hal tersebut, strategi yang dikembangkan adalah melaksanakan 7 Gema Revitalisasi, yaitu : (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana, (4) revitalisasi SDM, (5) revitalisasi pembiayaan petani, (6) revitalisasi kelembagaan petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industry hilir.
Dalam hal swasembada dan
swasembada berkelanjutan, pemerintah mentargetkan produksi padi tahun 2012 sebesar 74,13 juta ton GKG dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015. Selanjutnya target produksi jagung dan kedelai pada tahun 2014 adalah 31,3 juta ton dan 2,7 juta ton. Khusus di Provinsi banten, target produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2012 adalah 2,16 juta to; 0,61 juta ton dan 0,41 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian telah mencanangkan beberapa program strategis diantaranya adalah SL-PTT yang diluncurkan sejak tahun 2007.
1
BPTP Banten sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang di daerah merupakan ujung tombak dalam program pendampingan SL-PTT padi, jagung dan kedelai minimal 60% dari total unit SL-PTT. Program SL-PTT padi, jagung dan kedelai di Provinsi Banten tahun 2009 masing-masing sebanyak 3.200, 1.030 dan 100 kelompok yang tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak dan Tanggerang. Selanjutnya tahun 2010 mengalami penurunan, dimana SL-PTT padi dan jagung masing-masing hanya 2.946 dan 70 kelompok, sedangkan SL-PTT kedelai meningkat sebanyak 460 kelompok. Pelaksanaan SL-PTT padi jagung dan kedelai tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tanggerang dan Kota Serang. Pada tahun 2011, SL-PTT padi, jagung dan kedelai tersebar di 8 wilayah yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Serang, Cilegon, Tangerang dan Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing sebanyak 3.993; 70 dan 515 unit/kelompok. Keberhasilan peningkatan produksi dan implementasi PTT di tingkat petani bukan hanya menjadi beban BPTP atau Dinas Pertanian semata, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan pemahaman yang sama tentang konsep dan aktualisasi SL-PTT. Dalam tatanan operasional, BPTP bertindak sebagai pendamping teknologi sekaligus melakukan koordinasi dan pelaksanaan display, demplot, dan demfarm serta pelatihan bagi Petugas Pemandu Lapang SLPTT.
1.2. Dasar Pertimbangan Pendampingan program SL-PTT memiliki target untuk mendorong peningkatan produktivitas, produksi dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai. Sasaran peningkatan produktivitas padi non hibrida adalah 0,5-1,0 ton/ha; padi hibrida 1,5 – 2,5 ton/ha; padi gogo 0,5-1,0 ton/ha; jagung hibrida 2,0 – 3,0 ton/ha dan kedelai 0,5 ton/ha. Melalui SL-PTT diharapkan produksi padi, jagung dan kedelai di Provinsi Banten meningkat, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 34 %. Harapan tersebut optimis dapat dicapai, karena tersedianya sumberdaya lahan berupa sawah seluas 202.907 hektar dan lahan kering 435.114 hektar (BPS Provinsi Banten, 2009). Berdasarkan ARAM III tahun 2010, rataan produktifitas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Banten berturut-turut adalah 5,1; 3,3; dan 1,4 t/ha (BPS, 2010).
2
Produktivitas tersebut masih rendah dibandingkan potensinya, dimana produktivitas Ciherang/Inpari-1 adalah 8,5 - 10 ton/ha, jagung 10 ton/ha dan kedelai 2,2 – 2,6 ton/ha. Kesenjangan hasil dapat dikurangi dengan penerapan teknologi melalui pendekatan PTT. Penerapan PTT padi di Provinsi Banten memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan. Pengkajian PTT padi pada lahan sawah irigasi di Desa Panancangan, Kec. Cibadak-Kabupaten Lebak menghasilkan GKP 6,1-7,2 ton/ha (varietas Memberamo) dengan biaya produksi Rp. 4.617.500 dan tingkat keuntungan adalah Rp. 1.841.500,-. Selanjutnya produktivitas yang diperoleh petani non-kooperator hanya 3,1-3,9 ton/ha (biaya produksi Rp. 2.510.750,- dan tingkat keuntungan
Rp. 699.250,-). Hasil lain
menunjukkan bahwa rataan luas garapan sawah di lokasi kajian adalah 0,62 ha/petani (Rachman et al., 2003), sedangkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga adalah Rp. 5.052.850,- dan Rp. 5.229.500,-.
Mayunar et al. (2005) melaporkan bahwa
penerapan PTT di Desa Pegadingan, Kec. Kramatwatu dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 15,7-36,3 % atau 915-2.115 kg/ha dibanding teknologi petani, sedangkan tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan perontokan gabah berkisar antara 10-15 %. Selanjutnya di Desa Pamengkang – Kec. Kramatwatu, produktivitas padi sawah dengan sistem tanam legowo 7,12-9,12 ton/ha (rataan 7,75 ton/ha), sedangkan pada sistem tanam tegel 5,36-8,16 ton/ha (rataan 6,58 ton/ha). 1.3. Hasil Yang Telah Dicapai Peranan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten pada pelaksanaan program SL-PTT adalah sebagai pendamping teknologi dengan target 60 % dari unit total unit SL-PTT atau sekitar 2.086 unit (tahun 2010) dan 2.693 (tahun 2011). Hasil kegiatan SL-PTT tahun 2010 antara lain adalah: 1) Sosialisasi dan koordinasi program, 2) Pelatihan petugas pendamping sebanyak 660 orang terdiri dari petugas lapang (PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Organise Pengganggu Tanaman (POPT),dan stake
holders lainnya yang mendukung pelaksanaan SLPTT di tingkat lapangan, 3) Pelatihan petani sebanyak 600 orang dengan tersebar pada 5 kabupaten / kota, 4) Demplot PTT padi, jagung dan kedelai sebanyak 21 di 5 Kabupaten / kota dengan produktivitas demplot PTT Padi non hibrida 5,0 –7,9 ton/ha; padi hibrida 4,6 – 8,6 ton/ha; padi gogo 3,5 – 4,7
3
ton/ha; jagung 4,1 – 5,2 ton/ha; kedelai 1,3 – 1,7 ton/ha, 5) Display VUB padi (8.197 kg), jagung (80 kg) dan kedelai (76 kg) di 5 Kabupaten/Kota, dengan produktivitas pada padi yaitu Varietas Inpari 1 (6,325 ton/ha), Inpari 6 (5,895 ton/ha), Inpari 8 (6,500 ton/ha), Inpari 10 (6,939 ton/ha), Inpari 13 (5,33 ton /ha) dan Silugonggo (5,273 ton/ha). Produktivtas display VUB kedelai yaitu Varietas Grobogan (2,05 ton/ha), Anjasmoro (1,62 ton/ha), Argomulyo (1,44 ton/ha), Kaba (1,36 ton/ha), Wilis (0,89 ton/ha) dan Burangrang (1,28 ton/ha). Sedangkan produktivitas display VUB jagung Varietas Bima 2 adalah 4,73 ton/ha dan Bima 4 adalah 5,08 ton/ha, 6) Narasumber pada pelatihan PL II (Tingkat Provinsi) dan PL III (Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali, 7) pelayanan teknologi secara on-line melalui SMS/Telp dan internet dengan alamat email sebagai berikut:
[email protected] dan komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat
[email protected]. 8) penyebar luasan buku, leeflet dan CD materi juknis SLPTT, teknologi PTT dan lainnya sejumlah 4.432 buah, 9) Pendampingan teknologi menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui penyebarluasan buku, CD dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap hama (Light Trap) sebanyak 9 unit. 10) Produktivitas tanaman padi, jagung dan kedelai mengalami peningkatan dilihat dari perbandingan produktivitas tanaman pada lokasi Laboratorium Lapang (LL), Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Non SL-PTT. Peningkatan produktivitas untuk padi non hibrida sebesar 23,58% terhadap LL dan 16,81 terhadap SL-PTT; Padi hibrida 31,61 % terhadap LL dan 28,66% terhadap SL-PTT; Padi gogo 34,09 % terhadap LL dan 18,18% terhadap SL-PTT; Jagung hibrida 15,69% terhadap LL dan 4,55% terhadap SL-PTT dan Kedelai 32,31% terhadap LL dan 19,73% terhadap SL-PTT. Sedangkan hasil Kegiatan pendampingan SL-PTT tahun 2011 diantaranya adalah 1) Pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi program, 2) Pelatihan petugas pendamping sebanyak 440 orang, 3) Demfarm PTT padi sebanyak 4 unit di Kabupaten Serang 2 unit (KP Singamerta 2,5 ha dan Kecamatan Kramatwatu 6 Ha), Kabupaten Lebak 1 unit (Kecamatan Cibadak 3 Ha) dan Tangerang 1 unit (Kecamatan Mauk 2 Ha), Varietas yang dikembangkan adalah Inpari 10 dan 13 dengan produktivitas demfarm berkisar antara 6,57–7,3 ton/ha dengan varietas pembanding yaitu Ciherang produktivitasnya sebesar
4
4,8 – 5,4 ton/ha. Dari hasil demfarm ini telah dihasilkan benih kelas ES sebanyak 7.436 kg dan telah terdistribusi di Provinsi Banten dan Pekalongan Jawa Tengah, 4) Display VUB dilaksanakan di 8 Kab/Kota dengan jumlah benih yg disebarluaskan adalah padi non hibrida 2.550 kg (Inpari 1, 7, 10 dan 13, Inpara 2 dan 5), Padi Gogo 736 kg (Inpago 5 dan 6), jagung 55 kg (Bima 3) dan kedelai 20 kg (Burangrang, Kaba dan Anjasmoro). Produktivitas tanaman display VUB padi Varietas Inpari 1 (5,71 ton/ha), Inpari 7 (5,41 ton/ha), Inpari 10 (6,939 ton/ha), dan Inpari 13 (5,55 ton /ha), VUB jagung Varietas Bima 3 adalah 4,8 ton/ha. 5) Narasumber pada pelatihan PL II (Tingkat Provinsi) dan PL III (Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali 6) Pelayanan teknologi secara on-line melalui SMS/Telp dan internet, 7) Penyebar luasan buku Juknis SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai 1500 eksemplar, Buku saku VUB Padi, Jagung dan Kedelai serta Rekomendasi Pemupukan 1.750 eksemplar, Buku OPT Padi 1000 eksemplar, Buku OPT Jagung 100 eksemplar dan Buku OPT kedelai 150 eksemplar, poster VUB Padi 1000 eksemplar, 8) Pendampingan teknologi menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui sosialisasi WBC di 8 Kabupaten/Kota,penyebarluasan buku OPT Padi dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC, Kunjungan lapang oleh Prof. Baehaki (ahli WBC) dan pertemuan gerakan pengendalian WBC, 9) Peningkatan produktivitas pada areal SL-PTT untuk padi non hibrida sebesar 31,61% terhadap LL dan 18,35 terhadap SL-PTT; Padi hibrida 39,52% terhadap LL dan 10,76% terhadap SL-PTT; Padi gogo belum ada yang panen; Jagung hibrida 45,83% terhadap LL dan 32,69% terhadap SL-PTT dan Kedelai 28,13% terhadap LL dan 10,42% terhadap SL-PTT. Berdasarkan Permentan No. 45 tahun 2011, peranan BPTP adalah melakukan pendampingan
teknologi
serta
merekomendasikan
teknologi
spesifik
lokasi.
Operasionalisasi dari pendampingan tersebut salah satunya adalah melalui diseminasi VUB dan uji adaptasi untuk mengetahui adaptasi serta preferensi dari petani/konsumen. Selain itu agar proses percepatan adopsi teknologi PTT dari Laboratorium Lapang (LL) ke Lokasi SL-PTT dan berdifusi ke lokasi non SL-PTT di sekitarnya, diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari Petugas Pemandu Lapang SL-PTT. Jumlah Pemandu Lapang di Provinsi Banten sangat terbatas. Untuk satu orang Pemandu mendapatkan tugas 3-7 Kelompok SL-PTT sehingga diperlukan dukungan pihak lain. Contohnya adalah
5
dengan memperkuat
lembaga informal yang berada di Kabupaten/Kota/tingkat
kecamatan seperti KTNA, Gapoktan dan Penyuluh Swadaya melalui pelatihan. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT dapat berdampak positif terhadap peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
1.4. Tujuan Kegiatan
Tujuan umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Mempercepat penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan penguatan ketahanan pangan”, sedangkan tujuan khusus tahun 2012 adalah: a. Pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung, dan kedelai dalam rangka percepatan adopsi inovasi teknologi dan peningkatan produksi b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/penyuluh c. Mendiseminasikan VUB (Varietas Unggul Baru) padi, jagung dan kedelai d. Memperoleh informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan preferensi petani
1.5. Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Percepatan penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan penguatan ketahanan pangan”, sedangkan keluaran khusus tahun 2012 adalah : a. Terlaksananya pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung dan kedelai di 5 Kabupaten/Kota. b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Petani/Penyuluh sebanyak 200 orang. c. Terdiseminasinya VUB Padi di 5 Kabupaten/Kota, Jagung di 3 Kabupaten dan kedelai di 3 Kabupaten d. Diperolehnya informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan preferensi petani
6
1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak a. Percepatan adopsi varietas unggul padi (3 varietas), jagung (1 varietas) dan kedelai (3 varietas). b. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sebesar 0,5 – 1 ton GKG/ha, padi hibrida 2 ton GKG/ha, padi gogo 0,5 – 1 ton GKG/ha, jagung hibrida 2,5 ton PK/ha, dan kedelai 0,5 ton/ha sebagai dampak dari penyebaran dan pengembangan PTT c. Terbinanya petugas lapang dan petani SL-PTT padi, jagung dan kedelai di 5 (lima) Kab./Kota. d. Dapat dipahami dan diterapkannya konsep PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani di 5 Kabupaten/Kota.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penciri SL-PTT Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan program Kementerian Pertanian yang dirancang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan daya saing produk pertanian dan mewujudkan pertanian industrial pedesaan yang berkelanjutan (Kementrian Pertanian, 2010). SL-PTT dapat diartikan sebagai wadah pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan, dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan, sehingga usahataninya
menjadi
efisien,
Penyuluhan Pertanian, 2008).
berproduktivitas
tingi
da
berkelanjutan
(Pusbang
Sedangkan PTT merupakan suatu model pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu yang meliputi pengelolaan tanah, air, hara, hama, dan gulma serta partisipasi masyarakat/petani (Zaini et al, 2002; Endrizal dan Zumakir, 2007). Dalam Pedoman Pelaksanaan, SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah atau lahan darat milik petani peserta program disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan tempat praktek sekolah lapang disebut Laboratorium Lapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani peserta sebagai murid dan pemandu (PPL, POPT, dan THL) sebagai fasilitator. Adapun penciri SL-PTT (Dirjen Tanaman Pangan, 2009), adalah : (1) Peserta dan pemandu saling memberi dan menghargai, (2) Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, (3) Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil PRA yang dilakukan oleh peserta, (4) Pemandu tidak mengajari petani, tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri dan pemandu sebagai fasilitator melakukan bimbingan, (5) Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan, dan (6) Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam periode tersebut.
8
2.2. Pendekatan PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani melalui penerepan komponen teknologi yang bersinergi antara yang satu dengan lainnya, diterapkan secara partisipatif oleh petani, sehingga menjadi paket teknologi spesifik lokasi (Badan Litbang, 2007). Prinsip utama PTT padi, jagung dan kedelai adalah : (1) Terpadu, artinya sumber daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu; (2) Sinergis, artinya Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar-komponen teknologi yang saling mendukung; (3) Spesifik Lokasi, artinya memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat; dan (4) Partisipatif, artinya petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan (Dirjen Tanaman Pangan, 2009)
2.3. Komponen Teknologi PTT Dalam SL-PTT padi sawah, komponen teknologi yang diterapkan dikelompokkan dalam teknologi dasar dan pilihan (Badan Litbang 2007; 2008; 2009). Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi,
sedangkan
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat (Deptan, 2009). Komponen dasar pada PTT padi sawah adalah : (1) Varietas unggul baru, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang minimal 2 ton/ha, (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimal, (5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, dan (6) Pengendalian hama penyakit dengan pendekatan PHT. Selanjutnya komponen teknologi pilihan meliputi : (1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, (2) Penanaman bibit muda <21 hari, (3) Tanam bibit 1-3 batang/rumpun, (4) Sistem tanam jajar legowo, (5) Pengairan secara efektif dan efisien, (6) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan (7) Panen tepat waktu, gabah segera dirontok.
9
Selanjutnya PTT jagung, komponen teknologi dasar adalah : (1) Varietas unggul baru hibrida atau komposit, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3)
Populasi 66.000-75.000
tanaman/ha, dan (4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1) Penyiapan lahan, (2) Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi, (3) Pemberian Bahan Organik, (4) Pembumbunan, (5) Pengendalian gulma, dan (6) Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Berbeda dengan padi dan jagung, komponen teknologi dasar pada PTT kedelai adalah : (1) Varietas unggul, (2) Bibit bermutu, berlabel dan perlakuan benih, (3) Pembuatan saluran drainase, (4) Pemupukan dan Inokulasi Rhizobium, dan (5) Pengendalin gulma dan PHT sesuai OPT sasaran, sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1)
Pengelolaan
tanaman,
populasi dan sistem tanam, (2) Pemberian bahan organik/pupuk kandang , (3) Pupuk cair (PPC, ppk organik, ppk bio-hayati)/ZPT, pupuk mikrom, (4) Pengairan, (5) Amelioran pada lahan masam, dan (6) Penanganan panen dan pasca panen.
2.4. Laboratorium Lapangan (LL) Laboratorium Lapang adalah kawasan yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani / petani. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL- PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat (Deptan, 2009). Letak petak LL sebaiknya berada dibagian pinggir areal SL-PTT dan berbatasan langsung dengan areal non SL-PTT, sehingga penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani lainnya. Dalam petak LL dilakukan demonstrasi berbagai komponen teknologi yang dianggap penting oleh kelompok tani, seperti : varietas unggul baru, sistem tanam, umur bibit muda, jumlah bibit per lubang, alat perontok, alat penyiang dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan kelompok tani. Laboratorium Lapang juga sebagai wahana
bagi
petani
untuk
mengukur,
mengamati,
menginterpretasikan
serta
membandingkan komponen teknologi budidaya yang didemonstrasikan di LL dengan
10
budidaya yang dilakukan di lahannya masing-masing. Dengan demikian petani dapat memilih komponen teknologi yang terbaik (Deptan, 2009).
Gambar 1. Kerangka pelaksanaan SL-PTT padi non hibrida
2.5. Pencapaian SL-PTT Upaya peningkatan padi yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2008 pada areal 1.900.000 ha telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,46 % (ARAM III 2008). Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2008, pada tahun 2009 fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 2.241.000 herktar. (Dirjen Tanaman Pangan, 2009). Di Provinsi Banten penerapan teknologi PTT memberikan hasil yang memuaskan jika dibandingkan dengan teknologi petani. Hasil penelitian (Susilawati dan Saryoko, 2009) menunjukkan bahwa sistem tanam Legowo 2:1 menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tegel di dua lokasi pengkajian yaitu 9,28 t/ha (Gunung Cupu) dan 6,99 t/ha (Panosogan). Demikian juga jumlah bibit 1 yang menunjukkan produktivitas paling tinggi dibandingkan jumlah bibit 3 dan 5 per lubang tanam di kedua lokasi.
11
Penerapan PTT yang meliputi varetas unggul baru (Ciherang, Cibogo, Cigeulis), benih bermutu, bibit muda umur 12-21 HSS, sistem tanam legowo 4:1 dan tegel, pemupukan N berdasarkan BWD, pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan perontokan gabah yang dilaksanakan di Desa Pamengkan, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang me,berikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan non PTT. Penerapan PTT diyakini mampu meningkatkan hasil padi sawah sampai 46,5% (rataan 17,2%) dibandingkan tanpa PTT (musim sebelumnya dengan keuntungan usahatani mencapai Rp.8.119.00011.459.800/ha dan R/C 2,15-2,81% (Mayunar, 2011)
12
III. PROSEDUR DISEMINASI 3.1. Pendekatan Pelaksanaan pendampingan program SL-PTT dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut : (a) Pendampingan teknologi dilakukan dengan cara menjadi narasumber pada pertemuan teknis/rutin, penyediaan materi diseminasi, pelayanan secara on-line melalui telepon, sms maupun internet, (b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani/penyuluh swadaya dan PPL melalui pelatihan. Pada kegiatan pelatihan ini diharapkan terjadi “Spektrum Disemination Multy Chanel “ sehingga informasi dapat disebarluaskan ke petugas dan petani yang lainnya, (c) Diseminasi VUB padi, jagung dan kedelai melalui pelaksanaan display VUB padi, jagung dan kedelai sehingga VUB yang telah dihasilkan dapat dikenal dan diterima oleh petani dan terjadi pergiliran varietas, (d) Penyediaan informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan preferensi petani sebagai salah satu dasar untuk menyusun rekomendasi teknologi spesifik lokasi, validasi rekomendasi pemupukan dan pemilihan varietas secara partisipatif “Participatory
Varietal Selection “, dan (e) Untuk operasionalisi lapangan pada setiap wilayah dibentuk Liasion Officer (LO).
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang Lingkup kegiatan pendampingan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai di 5 Kabupaten/Kota (Kab. Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Kota Serang) meliputi: Sosialisasi dan koordinasi program, Pelatihan petani/penyuluh swadaya, Display VUB, Uji adaptasi VUB, Participatory varietal selection ,
Pengkajian teknologi pemupukan, Temu
Lapang, Supervisi penerapan teknologi, Pendampingan teknologi melalui pertemuan rutin bulanan di Dinas/Badan Penyuluhan, Penyediaan materi diseminasi SLPTT, layanan konsultasi SL-PTT, secara langsung maupun layanan on line melalui SMS/Telpon dan face book, serta Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
13
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan
3.3.1. Bahan Bahan pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT meliputi : benih padi, benih jagung, benih kedelai, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida dan bahan penunjang yang lain termasuk petunjuk teknis pelaksanaan SL-PTT. Bahan lainnya untuk materi pelatihan: ATK, kertas koran, seperangkat perlengkapan “ballot box” dan lain-lain.
3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan a. Sosialisasi dan Koordinasi Program Dilaksanakan pada bulan Januari yang dilanjutkan dengan pertemuan rutin bulanan di Dinas Kabupaten/Kota atau di Badan Penyuluhan/BP4K untuk membahas kemajuan
kegiatan
pendampingan
SL-PTT,
bersama
mencari
solusi
terhadap
permasalahan yang timbul serta dukungan teknologi yang diperlukan.
b. Pelatihan Petani/Penyuluh Pelatihan akan dilaksanakan pada bulan April di 4 lokasi yaitu di Kabupaten Lebak sebanyak 45 orang, di Kabupaten Pandeglang 45 orang, di Kabupaten Serang sebanyak 65 orang (termasuk petani/peyuluh swadaya di Kota Serang) dan di Kabupaten Tangerang sebanyak 45 orang, sehingga jumlah seluruhnya adalah 200 orang. Materi pelatihan SL-PTT padi, jagung dan kedelai meliputi pengertian PTT dan SL-PTT, Komponen teknologi PTT padi, jagung dan Kedelai, serta pendalaman beberapa komponen PTT seperti pengenalan dan pengendalian OPT.
c. Pelaksanaan Display VUB Display VUB padi akan dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota, jagung di 3 Kabupaten dan kedelai di 3 Kabupaten. Display VUB padi terdiri dari padi inbrida untuk padi sawah terdiri dari varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13. Padi toleran rendaman yaitu: Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6. Padi gogo terdiri dari Inpago 4, Inpago 5 dan Inpago 6. Sedangkan padi toleran salinitas adalah varietas banyuasin. Sedangkan pengenalan VUB untuk jagung hibrida terdiri dari varietas Bima 3 dan Bima 4 dan kedelai
14
terdiri dari varietas Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang. Semua benih di atas bersifat tentatif sesuai dengan ketersediaan benih (Tabel 1). Operasionalisasi pelaksanaan display adalah: (1) benih yang diperoleh dari Balit komoditas dikemas 5 kg, (2) benih didistribusikan pada setiap kecamatan sebanyak 20 kg, yang terdiri dari 4 varietas dan disesuaikan dengan agroekosistem (sawah irigasi/tadah hujan, sawah rawan banjir, sawah bersifat salin dan lahan kering). Sedangkan display VUB jagung dan kedelai dilaksanakan pada sentra produksi yaitu Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang masing-masing 2 lokasi (2-3 varietas sebanyak 2 kg/varietas). Tabel 1. Kebutuhan benih display VUB untuk mendukung pendampingan SL-PTT
Varietas
Kebutuhan Benih (kg)
Pelaksanaan
725 725 725 725 185 185 185 120 195 195 195 195 4355
April-Mei
Padi Inpari -1 Inpari – 6 Inpari – 10 Inpari- 13 Inpara-4 Inpara-5 Inpara-6 Banyuasin Inpago- 4 Inpago-5 Inpago-6 Situ Bagendit Total Padi
Jagung Hibrida Bima 3 Bima 4 Total Jagung Kedelai Grobogan Anjasmoro Argomulyo Total Kedelai
April-Mei
Oktober-November
20 20 40
April-Mei
20 20 20 60
April-Mei
15
d. Teknis Display VUB Padi : pengolahan tanah secara sempurna untuk padi sawah, penggunaan bibit muda 1521 HST, cara tanam jajar legowo 2 :1 atau 4:1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi yang tersedia (Permentan, PUTS/PUTK, PHSL), pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis. Jagung : pengolahan tanah atau tanpa olah tanah sesuai dengan kondisi lahan, penggunaan jarak tanam 75 cm x 40 cm, atau satu biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Dapat juga dengan jarak tanam 70 cm x 40 cm, dua biji per lubang atau 70 cm x 20 cm, satu biji per lubang, pemupukan sesuai dengan analisis tanah PUTS/PUTK dan BWD atau jika tidak tersedia informasi analisis tanah maka pupuk dapat diberikan dengan dosis 300 – 350 kh/ha urea; 100 – 200 kg/ha SP-36 dan 50 – 100 kg/ha KCl, pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis. Kedelai : pengolahan tanah atau tanpa pengolahan tanah sesuai dengan kondisi lahan, Tanam dilakukan dengan cara tugal sedalam 2-3 cm, setiap lubang tanam diisi 2-3 biji. Jarak tanam yang digunakan bervariasi tergantung tingkat kesuburan tanah yaitu 30 x 15 cm, 40 x 10 cm atau 40 x 20 cm sehingga populasi berkisar 400.000 – 500.000 tanaman/ha. Pemupukan sesuai dengan hasil analisis tanah atau sesuai dengan agroekosistem setempat, atau jika tidak tersedia informasi mengenai hasil analisis tanah dapat diberikan pupuk pada lahan kering Alfisol adalah 50 – 100 kg urea, 75 – 150 kg SP36 dan 50 – 75 KCl/ha. Sedangkan untuk lahan Ultisol pupuk yang digunakan Urea 50 kg/ha, SP36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pada lahan yang baru pertama kali ditanam kedelai, benih perlu diinokulasi dengan inokulum multiguna Rhizoplus dengan dosis 150 g/ 50 kg benih. Pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis.
16
e. Uji Adaptasi VUB Uji adaptasi VUB dilaksanakan pada beberapa lokasi display VUB dengan tujuan memperoleh informasi/data terkait rekomendasi teknologi spesifik lokasi pada lahan sawah irigasi, lahan sawah lahan banjir, lahan sawah salinitas, lahan kering, uji adaptasi VUB kedelai dan jagung di lahan sawah/kering. Uji VUB yang akan dilaksanakan terdiri dari 14 lokasi masing-masing dengan luasan 5.000 m2. Pada uji adaptasi padi lahan sawah
dilakukan pengkajian berbagai rekomendasi pemupukan seperti PUTS/PUTK;
Permentan, PHSL, dibandingkan dengan kondisi eksisting di petani. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk yang banyak digunakan petani seperti urea dan NPK Phonska serta pupuk organik yang tersedia di lokasi pengujian (kompos, kotoran ternak atau pupuk organik granul).
Pelaksanaan PRA Pelaksanaan PRA dilakukan sebagai pembelajaran pelaksanaan PRA/RRA/KKP di kelompok tani pelaksana SLPTT. Pelaksanaan PRA dilakukan di 5 Kab/kota terdiri dari 8 kegiatan. Jadwal pelaksanaan PRA dilakukan pada bulan Maret-Mei. Lokasi yang dipilih adalah pada lokasi pelaksanaan uji adaptasi VUB. Operasional pelaksanaan PRA diawali dengan identifikasi lokasi, koordinasi dengan UPT/BPP, pelaksanaan transek, dan pertemuan PRA.
Participatory Varietal Selection/PVS Pelaksanaan PVS dilakukan pada lokasi uji adaptasi VUB untuk mengetahui varietas yang disukai oleh petani atau konsumen. PVS dilaksanakan dua kali pada saat kondisi tanaman memasuki fase pemasakan. Responden terdiri dari 20-30 orang perwakilan kelompok tani pria dan wanita, selain itu ada perwakilan dari Penyuluh dan POPT. Pelaksanaan PVS yang kedua adalah uji rasa untuk mengetahui preferensi petani dari varietas yang diujikan.
17
Temu Lapang Display VUB Temu lapang dilaksanakan bersamaan dengan panen raya dengan mengundang Dinas, Badan Penyuluhan, Penyuluh, POPT, Gapoktan, Poktan, Swasta, Perguruan Tinggi. Rencana temu lapang akan dilaksanakan bulan Juli 2012. f. Penyediaan dan Distribusian Materi Diseminasi Penyediaan materi diseminasi terkait dengan SL-PTT sebanyak 1000 eksemplar dan didistribusikan pada saat Pelatihan atau Pertemuan dengan Dinas, Badan Penyuluhan, atau Petani dan Temu lapang. g. Pendampingan Teknologi Dilakukan melalui pertemuan rutin bulanan di 5 Dinas Kab/Kota atau Badan Penyuluhan. Pendampingan teknologi dilaksanakan pada saat pertemuan bulanan di Dinas/Badan Penyuluhan. Pada saat pertemuan ini disampaikan materi-materi/teknologi yang dibutuhkan. Selain itu juga dijadikan sebagai sarana untuk menjalin sinergisme program dan dalam pemecahan masalah secara bersama-sama. Selanjutnya pelaksanaan pendampingan
teknologi
melalui
media
elektronik
(sms/telepon/internet).
Bentuk
pendampingan lainnya adalah pendampingan dengan memanfaatkan media elektronik yaitu menggunakan SMS Center, Telepon, Internet (Web/facebook). h. Supervisi Penerapan Teknologi Dilakukan dengan melihat kondisi pelaksanaan SL-PTT secara langsung di tingkat petani. Supervisi ini dilakukan secara sampling yaitu 3 kelompok tani per kecamatan dan 3 Kecamatan tiap Kabupten/kota sehingga diperoleh 45 titik sampling. i. Penyusunan Data Base Data base terdiri dari data CPCL SL-PTT, Penyuluh Pendamping, Produksi dan Produktivitas, data Display VUB, data uji adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data penunjang lainnya.
18
j. Pembuatan Laporan Pembuatan laporan tekait dengan monitoring dan evaluasi sebagai bahan kebijakan maupun perbaikan kegiatan yang dilaksanakan. Laporan kegiatan terdiri dari laporan bulanan, laporan tengah tahun dan laporan akhir.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Potensi Lahan Pertanian Berdasarkan survei pertanian tahun 2007, luas lahan sawah di Provinsi Banten adalah 197.914 ha dan bukan sawah (lahan kering) 424.158 ha. Lahan pertanian sawah terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 48.401 ha, irigasi setengah teknis 17.275 ha, irigasi sederhana 18.597 ha, irigasi pedesaan 23.767 ha, tadah hujan 88.688 ha dan pasang surut 1.026 ha (BPS, 2007). Selanjutnya dilaporkan bahwa lahan sawah yang ditanami padi dua kali setahun seluas 158.794 ha; satu kali 37.576 ha; tidak ditanami 439 ha dan tidak diusahakan 1.105 ha. Berdasarkan data BPS tahun 2009, luas lahan sawah di Provinsi Banten adalah 197.530 ha, yang terdiri dari : sawah irigasi teknis seluas 49.018 ha, irigasi setengah teknis 17.553 ha, irigasi sederhana 17.201 ha, irigasi pedesaan 27.415 ha dan tadah hujan 86.343 ha (Tabel 1). Tabel 1. Luas baku lahan sawah berdasarkan jenis irigasi di Provinsi Banten Kabupaten/ Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6.
Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Tangerang Kab. Serang Kota Serang Kota Cilegon Kota Tangerang Kota Tangsel Total
Jumlah Kec. Desa 35 28 29 28 6 8 13 7 154
335 345 274 314 66 43 104 54 1.535
IT 2.853 4.124 22.861 14.801 3.730 115 534 49.018
Luas Lahan Sawah (ha) IST IS IP 5.289 2.365 3.021 6.177 579 122 17.553
7.575 4.708 937 3.578 284 107 12 17.201
8.964 11.083 6.823 325 167 53 27.415
TH
Jumlah (ha)
30.058 22.559 13.809 14.324 3.403 1.744 417 47 86.343
54.739 44.839 40.628 45.685 8.321 2.133 1.073 112 197.530
Djaenudin dan Sambas (2006) melaporkan, lahan sawah di Provinsi Banten sebagian besar tergolong tanah Entisol dan Inceptisol dengan luas 191.659 ha, yang tersebar di Kab. Lebak seluas 19.896 ha; Kab. Pandeglang 40.982 ha; Kab. Serang 73.314 ha; Kab. Tangerang 55.772 ha, Kota Tangerang 717 ha dan Cilegon 978 ha. Pada kawasan ini dengan pengaturan tata air (drainase) berpotensi diusahakan bawang merah, cabe, kacang panjang, talas dan tanaman palawija lainnya dengan sistem rotasi.
20
Selain sawah, Provinsi Banten juga memiliki lahan kering pertanian seluas 424.158 ha. Dari luas tersebut, yang digunakan untuk tegal/kebun campuran mencapai 181.786 ha (42,86 %); ladang/huma 85.000 ha (24,14 %); perkebunan 43.808 ha (10,33 %); hutan rakyat 61.259 ha (14,44 %); tambak 10.039 ha (2,37 %); kolam/ empang 2.520 ha (0,59 %); padang pengembalaan 4.896 ha (1,15 %); tidak diusahakan 30.656 ha (7,23 %) dan lainnya seluas 4.194 ha (0,99 %). Lahan kering pertanian terluas terdapat di Kabupaten Lebak yaitu 182.441 ha (43,01 %), Kab. Pandeglang 117.860 ha (27,79 %), Kab. Serang 82.314 ha (19,41 %), Kab. Tangerang 31.863 ha (7.51 %), Kota Tangerang 1.595 ha (0,38 %) dan Kota Cilegon 8.085 ha (1,91 %). Pada kawasan tanaman semusim lahan kering dataran rendah beriklim basah, jenis tanah tergolong Inceptisol, Ultisol, Alfisol, Oxisol dan Entisol, yang penyebarannya terdapat di Kab. Serang seluas 2.068 ha dan Kab. Lebak 1.880 ha. Kawasan ini diarahkan untuk pengembangan padi gogo, jagung dan kacang tanah sebagai komoditas utama, sedangkan komoditas alternatifnya adalah cabe, melon, jahe dan kapulaga. Selanjutnya kawasan tanaman tahunan pada lahan-lahan yang tanah utamanya adalah Ultisol, Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Entisol, yang tersebar di Kab. Lebak 141.308 ha, Kab. Pandeglang 105.945 ha, Kab. Serang 32.104 ha, Kab. Tangerang 51.748 ha dan Kota Tangerang 17.943 ha. Komoditas utama pada lahan ini adalah kelapa, melinjo dan cengkeh, sedangkan komoditas alternatif adalah kelapa sawit, karet dan hortikultura, buah-buahan (rambutan, durian, duku, salak dan mangis). Selain itu, kawasan tanaman perkebunan pada dataran rendah beriklim kering diusahakan untuk komoditas mangga, kedelai dan jarak sebagai komoditas utama, sedangkan komoditas alternatif adalah jeruk, sukun dan kemiri. Kawasan ini terdapat di Kab. Serang seluas 33.353 ha dan Kota Cilegon 14.663 ha (Djaenudin dan Sambas, 2006).
4.2. Program SL-PTT Pembangunan adalah proses memperoleh nilai tambah yang dibutuhkan masyarakat untuk memperbaiki status hidupnya. Untuk memperoleh nilai tambah, maka pembangunan harus dilakukan dengan efisien yang tinggi, yaitu penggunaan input
21
tertentu guna menghasilkan output yang sebesar-besarnya. Semakin efisien proses pembangunan, maka semakin besar nilai tambah yang dihasilkan. Efisiensi pembangunan dapat tercapai melalui penerapan teknologi pada berbagai sektor produksi. Di sektor pertanian, ketersediaan teknologi masih merupakan faktor penentu produksi. Karena teknologi menduduki tempat khusus dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, maka penguasaan dan aplikasinya perlu dimiliki oleh masyarakat tani. Dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, pemerintah terus mengupayakan program peningkatan produksi padi melalui berbagai kebijakan. Berbagai paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi telah dilaksanakan melalui berbagai program nasional, diantaranya Bimas tahun 1965, Insus tahun 1979 dan Supra Insus tahun 1987. Dengan adanya program tersebut, produksi padi nasional terus meningkat, sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil berswasembada. Walaupun berbagai program peningkatan produksi beras telah diimplementasikan, namun produksi padi nasional belum mencukupi, sehingga impor beras tidak dapat dihindari. Produksi dan produktivitas padi masih harus ditingkatkan karena peranan beras sebagai sumber kalori di Indonesia sangat penting, dimana pengeluaran untuk beras berkisar 25-30 % terhadap total pengeluaran rumah tangga (Wahyuni dan Indraningsih, 2004). Program-program selanjutnya merupakan penyempurnaan program SUTPA yang berorientasi holistik dan jangka panjang, namun belum memberikan hasil yang optimal. PTT yang diimplementasikan dalam program SL-PTT merupakan program peningkatan produksi padi yang mutakhir, dan telah dirancang sedemikian sempurna berdasarkan pengalaman, kelemahan dan kekuatan program sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan PTT mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 38 % dengan hasil 7,89,0 ton/ha, sedangkan pada tingkat pengkajian di lahan petani berkisar 6,5-8,0 ton/ha atau meningkat rata-rata 27 %; sedangkan peningkatan pendapatan Rp. 900.0001.200.000,- (Balitpa, 2004). Senjang produktivitas antara penelitian dan pengembangan di tingkat petani mengindikasikan bahwa potensi peningkatan produktivitas untuk mencapai swasembada beras masih cukup besar.
22
Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi non hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai sebanyak 7.545 unit yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Selain SL-PTT reguler, juga terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik lokasi sebanyak 40 unit dan peningkatan IP 40 unit serta SL-PTT dari dana kontingensi seluas 10.000 ha (Tabel 2). Dalam pelaksanaan SL-PTT, koordinasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan pendampingan. Kerjasama antara BPTP dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Badan Penyuluhan (BP4K) yang serasi dan harmonis akan mempermudah dalam pelaksanaan. Secara formal, Leading Sektor kegiatan SL-PTT berada di Dinas Pertanian Kabupaten, namun secara teknis operasional ditingkat lapangan adalah KCD/UPTD/Pelnis, Korluh, PPL, THL, dan POPT. Dengan demikian, peran BP4K sangat penting dan strategis dalam menggerakkan tenaga penyuluh dalam pendampingan di tingkat lapangan. Tabel 2. Alokasi SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Banten Tahun 2012 Prrogram SL-PTT
Padi Non Hibrida a. Spesifik Lokasi
Sartuan Luas
Lebak
Pandeglang
Lokasi SL-PTT Serang Tangerang
Kt. Serang
Jumlah (unit/ha)
Unit Ha
20 500
-
-
20 500
-
40 1.000
b. Peningkatan IP
Unit Ha
-
20 500
20 500
-
-
40 1.000
c. Reguler
Unit Ha
1.580 39.500
1.780 44.500
1.660 41.500
780 19.500
120 3.000
5.920 148.000
Padi Ladang/Gogo
Unit Ha
400 10.000
440 11.000
104 2.600
44 1.100
12 300
1.000 25.000
Jagung
Unit Ha
10 150
10 150
10 150
-
-
30 450
Kedelai
Unit Ha
150 1.500
350 3.500
15 150
-
-
515 5.150
Pelaksanaan koordinasi dilakukan secara formal dan non formal dengan Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan (petugas lapang). Beberapa hal yang menjadi bahasan dalam koordinasi adalah : (1) perencanaan pelaksanaan SL-PTT seperti CPCL (SL-PTT, LL, demfarm, display), pembinaan serta pelatihan petugas dan petani,
23
(2) pelaksanaan dan monitoring kegiatan (kunjungan ke lapangan, sosialiasi inovasi). Beberapa kegiatan koordinasi secara formal
yang telah dilakukan BPTP dengan Dinas
Pertanian dan Badan Penyuluhan, diantaranya : (1) sosialisasi rencana kegiatan pendampingan, (2) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan, (3) koordinasi perkembangan pelaksanaan kegiatan, (4) menjadi narasumber pada pelatihan dan pertemuan, dan (5) evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Pihak lain yang terlibat dalam
pertemuan meliputi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi, Dinas Pertanian Kab./Kota, BPTPH, BPSB, Balitbangda, Bapeda, Badan Penyuluhan dan Perguruan Tinggi. Selanjutnya kegiatan koordinasi non formal dilakukan melalui telepon dan sms, antara LO dengan petugas dinas Kabupaten, Kecamatan dan petugas lainnya.
4.3. Pendampingan Program SL-PTT Pada saat ini dan dimasa datang, intervensi pemerintah lebih banyak dalam bentuk pengaturan, pelayanan publik, pembinaan dan pengawasan. Intervensi pemerintah yang perlu diberikan kepada petani adalah percepatan transfer informasi, perbaikan teknologi produksi, peningkatan manajemen usahatani, serta pemberdayaan dalam hal pascapanen dan pemasaran produk. Dengan demikian, pembinaan kepada petani dalam bentuk pendampingan perlu dilakukan oleh pemerintah. Program pendampingan dapat sebagai rule atau descretion, sehingga perlu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas (Sumodiningrat, 2004). Menurut Andness (1980) dalam Sumodiningrat (2004), seorang pendamping harus memiliki 3 syarat, yaitu (1) memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta pengetahuan yang luas dibidangnya, (2) memiliki komitmen professional, motivasi dan kematangan dalam pekerjaan, dan (3) memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggapnya bak bagi semua orang. Selain syarat tersebut, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat berfungsi sebagai : (a) pemrakarsa, (b) penunjuk jalan, (c) pendorong, (d) pendamai, (e) pengumpul dan pemberi fakta. Agar fungsi sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik, maka kemampuan berikut perlu dimiliki, yaitu : mengumpulkan data, identifikasi dan analisis masalah, melakukan
24
interaksi, kemampuan berorganisasi, kemampuan menata proyek, dan kemampuan memberikan pelatihan. Berdasarkan hal diatas sekaligus mendukung peningkatan produksi beras, jagung dan kedelai nasional melalui program SL-PTT, pelaksanaan kegiatan pendampingan yang dilakukan
meliputi
penyediaan
rekomendasi
teknologi
spesifik
lokasi,
pelatihan
petani/penyuluh, display VUB, uji adaptasi VUB pada berbagai agroekosistem, uji pemupukan serta monitoring dan supervisi penerapan teknologi. Hasil kegiatan pendampingan program SL-PTT yang dilaksanakan pada tahun 2012, secara rinci disajikan sebagai berikut.
4.3.1. Pelatihan Petugas/Penyuluh Swadaya Pelatihan
petugas
pendamping
dilakukan
dalam
rangka
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para petugas pendamping SL-PTT sekaligus menyamakan persepsi dan pemahaman oleh pelaksana lapangan. Pelatihan bagi pendamping SL-PTT diarahkan pada petugas lapang seperti PPL, THL, POPT, ataupun stakeholders lainnya yang mendukung pelaksanaan. Pelatihan pendamping ditujukan untuk meningkatkan pemahaman serta penyamaan persepsi konsep dan implementasi PTT padi, jagung dan kedelai. Selain pelatihan terhadap petugas pendamping, pelatihan juga dilakukan kepada para penyuluh swadaya, yang sebagian besar merupakan anggota Poktan atau Gapoktan yang secara aktif terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Peserta pelatihan terdiri dari Penyuluh Swadaya perwakilan semua kecamatan yang mendapatkan program SL-PTT, Penyuluh Lapangan (PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Hama/Penyakit (POPT), dan stakeholder lainnya yang terkait langsung dengan pelaksanaan di tingkat lapangan. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 6 kali yang dihadiri oleh 300 orang peserta (Tabel 3).
25
Tabel 3. Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang
No.
Lokasi
1
Lebak
2
Pandeglang
3
Serang
4
Tangerang
Wilayah Pendampingan
Waktu Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Lebak
16 April 2012
48
Pandeglang
19 April 2012
58
Serang , Kota Serang
23 April 2012
57
Kab. Tangerang
25 April 2012
45
Tujuan melibatkan penyuluh swadaya dalam pelatihan SL-PTT ini adalah untuk lebih menyebarluaskan informasi teknologi PTT padi, jagung dan kedelai. Diharapkan para penyuluh swadaya ini dapat menjadi agen atau kader di lingkungan Kecamatan/ Gapoktan masing-masing. Hal ini akan sangat membantu para petugas pendamping di lapangan. Peran BPTP Banten dalam pelaksanaan Pelatihan Petugas Pendamping SL-PTT tahun 2012 ini adalah sebagai narasumber pada kegiatan yang terkait dengan pertemuan koordinasi maupun
pertemuan
pembekalan
bagi
para
petugas
pendamping
SL-PTT
dan
penyelanggara pelatihan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Badan Penyuluhan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini tidak ada penyelenggaraan pelatihan Pemandu Lapang (PL II dan PL III) yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi maupun Kabupaten dan Kota. Namun ada pertemuan-pertemuan koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten dengan petugas lapang yang dimanfaatkan sebagai wahana pembekalan bagi petugas pendamping. Selain itu terdapat juga pertemuan koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan Kabupaten terkait dengan program pendampingan SL-PTT dari Badan SDM. Dalam hal ini BPTP diminta sebagai narasumber pada acara tersebut. Adapun materi yang disampaikan terdiri dari teknologi PTT padi, jagung dan kedelai, pengenalan VUB, kalender tanam dan teknologi pemupukan spesifik lokasi. Berikut ini adalah keterlibatan BPTP sebagai narasumber pada acara
26
pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi/Kabupaten dan Badan Penyuluhan (Tabel 4). Materi yang diberikan pada pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, yaitu : (a). Kepemanduan 10%, (b) Teknis SL-PTT padi, jagung dan kedelai 80% yang disampaikan langsung oleh narasumber dari BB Padi dan Tim SL-PTT BPTP; dan (c) Masalah kebijakan 10%. Tabel 4. Pelaksanaan Pelatihan SL-PTT sebagai Narasumber No.
Penyelenggara
Materi yang disampaikan
Jumlah Peserta
Maret, April dan Juli
80
Maret
35
1
Distanak Provinsi Banten
2
Dinas Pertanian Kab.Lebak
3
BP4K Kab Lebak Distanbun Kab. Pandeglang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program Pengenalan VUB, kalender Tanam dan PHSL
April
20
Mei
60
5.
BP4K Kab. Pandeglang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program
Mei
25
6.
Dinas Kab. Serang
Pengenalan VUB, kalender Tanam dan PHSL, teknologi penghematan air
Mei
30
7.
BPKP Kab. Serang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program
Mei
20
8.
BP4K Kab. Tangerang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program
Mei
25
4
PTT Padi, jagung, kedelai, pengenalan VUB, kalender tanam, PHSL, penyusunan teknologi spesifik lokasi PTT padi, Kalender tanam dan PHSL
Waktu Pelaksanaan
a. Kepemanduan dan Dinamika Kelompok Materi kepanduan dan dinamika kelompok diberikan sebagai pre-test untuk menyegarkan suasana, mempererat hubungan antar petugas pendamping, meningkatkan keterampilan petugas pendamping dan sebagai cara untuk mengetahui tingkat pemahaman petugas mengenai PTT dan SL-PTT. Kegiatan pelatihan diawali dengan kontrak belajar yang merupakan tahapan awal dari pelaksanaan pelatihan, yaitu pembuatan kesepakatan bersama mengenai pengaturan waktu dan pemilihan materi pelatihan yang ditawarkan oleh narasumber. Dengan adanya kesepakatan bersama
27
mengenai pengaturan waktu dan materi pelatihan ini diharapkan setiap tahapan pelatihan akan diikuti oleh semua peserta dengan baik. Setelah itu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui materi apa yang sudah dan belum dipahami peserta.
b. Teknis SL-PTT Materi teknis yang diberikan pada pelatihan SL-PTT disesuaikan dengan kebutuhan dan pengetahuan peserta terkait dengan kondisi alam dan serangan OPT yang terjadi saat ini. Materi yang disampaikan merupakan hasil diskusi dari tim SL-PTT BPTP Banten dengan Dinas Pertanian setempat mengenai perkembangan dan permasalahan SL-PTT, sehingga dapat diketahui materi teknis apa yang dibutuhkan oleh petugas pendamping pada setiap wilayah. Materi teknis disampaikan Dr. Usyati dan Indra Gunawan. SP selaku peneliti pendamping SL-PTT Provinsi Banten dan Tim SL-PTT BPTP Banten. Selain materi pilihan, terdapat materi wajib yaitu filosofi PTT dan SL-PTT untuk menyegarkan kembali mengenai makna dan tujuan dari PTT serta pelaksanaan SL-PTT dan komponen teknologinya yang merupakan dasar dari rakitan teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan dari hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) yang dilakukan secara partisipatif. Adapun materi teknis pilihan yang diberikan adalah sebagai berikut :
Identifikasi OPT dan PHT Pemberian materi ini berdasarkan identifikasi kebutuhan petani akan pengetahuan mengenai OPT dan PHT. Peningkatan serangan berbagai OPT khususnya tanaman padi yang salah satunya disebabkan perubahan iklim juga merupakan alasan pemilihan materi ini. Selama ini pengetahuan petani dalam mengidentifikasi masih rendah sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan aktif pestisida. Konsep PHT belum banyak dilaksanakan petani, pada umumnya petani belum menggunakan berbagai teknik pengendalian OPT yang kompatible, petani lebih suka langsung menggunakan pestisida kimia tanpa mempertimbangkan tingkat serangan OPT. Materi ini disampaikan oleh narasumber dari BB Padi dan Tim SLPTT BPTP Banten. Pemberian materi ini dimulai dari studi kasus yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan mengamati contoh rumpun padi yang terserang OPT, dilanjutkan dengan diskusi dan penjelasan dari narasumber.
28
Pemberian materi yang diawali dengan pengamatan langsung terhadap tanaman yang terserang OPT tersebut
dengan harapan materi yang diberikan akan diterima oleh
peserta dengan baik Hama penyakit tanaman padi dikelompokan menjadi hama mayor dan hama minor. Hama mayor adalah tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang padi, sedangkan hama minor meliputi anjing tanah, hama putih, pelipat daun, keong mas, kepinding tanah, walang sangit dan burung. Virus yang menyerang tanaman padi adalah virus kerdil rumput, kerdil hampa dan tungro. Cendawan yang menyerang tanaman padi adalah blast, hawar pelepah daun, busuk batang, busuk pelepah daun bendera dan bercak daun sempit, sedangkan bakteri adalah HDB dan HDJ. Setelah pemberian materi ini diharapkan pengetahuan peserta dalam identifikasi OPT dan pelaksanaan PHT dapat meningkat. Selain itu juga disampaikan bahan tayang berupa video pengendalian tikus menggunakan LTBS (Linear Trap Barrier System) dan CTBS (Community Trap Barrier System).
Kalibrasi Pupuk Kimia dan Pestisida Materi yang kedua adalah teknis aplikasi pestisida dan
pupuk kimia oleh tim
SL-PTT BPTP Banten. Materi teknis aplikasi pupuk kimia dan pestisida ini bertujuan agar peserta dapat mengetahui teknik aplikasi pupuk kimia dan pestisida secara tepat, sehingga pestisida dan pupuk kimia dapat bermanfaat sebagaimana fungsinya. Aplikasi pestisida dan pupuk yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, pemborosan tenaga dan biaya serta juga dapat mengakibatkan resistensi hama dan penyakit.
Aplikasi pestisida dan pupuk oleh petani dilakukan tanpa memperhitungkan
jumlah dan dosis yang digunakan dalam setiap luasan lahan. Hal tesebut menyebabkan penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak tepat dosis, sehingga pestisida dan pupuk kimia yang diberikan. Sebelum peemberian materi dilakukan pre-test terkait dengan materi yang akan diberikan yaitu : Soal 1 (aplikasi pestisida), seorang petani menyemprot tanaman padi yang terserang hama penggerek batang menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil. Umur tanaman saat aplikasi adalah 40 HST. Tiga hari setelah aplikasi dilakukan
29
pengamatan dan ternyata populasi penggerek batang padi hanya berkurang 20 %, apa penyebabnya ?. Fakta-fakta yang diperoleh : luas petakan yang disemprot adalah 3000 m², pestisida yang terpakai 50 ml, konsentrasi cairan semprot
1 ml/l air, pada label
kemasan tertulis rekomendasi penyemprotan volume tinggi yaitu 0,25 – 0,5 l/ha, dan pada saat itu di lokasi tersebut belum banyak petani yang menggunakan Regent.
Catatan : Penyemprotan volume tinggi untuk tanaman padi umur 40 HST sebanyak 500 liter/ha. Soal 2 (aplikasi pemupukan) : Pada satu hamparan lahan di lokasi transmigrasi Kubangujo-Jambi dilaksanakan demfarm padi gogo. Petani yang terlibat lima orang dengan luas lahan masing-masing satu ha. Pemupukan pertama dilakukan pada 10 HST, diberikan pada larikan dengan dosis sesuai yang ditentukan. Dua orang telah melaksanakan pemupukan kemudian, namun pupuknya kurang. Ada lahan yang belum dipupuk, masing-masing seluas 2.000 m² dan 3.000 m². Mengapa sampai terjadi hal tersebut ? carilah solusi agar kejadian yang sama tidak terjadi pada petani yang lain. Fakta-fakta yang terkumpul : jarak tanam padi gogo 40 x 10 cm, dosis pupuk pertama setiap hektar adalah Urea 75 kg, TSP/SP-36 150 kg, dan KCL 100 kg.
Teknik Ubinan Padi Materi ini diberikan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi mengenai cara mengubin, sehingga hasil ubinan yang menentukan produktivitas padi akan tepat. Luas minimal tanaman yang diubin adalah 10 m² dengan memperhatikan cara tanam seperti legowo 2:1; 4:1 atau cara tanam lainnya. Hal ini seringkali menjadi rancu pada pengambilan sampel ubinan yang biasanya 2,5 x 2,5 m2. Teknis pengambilan sampel tersebut memungkinkan dilakukan jika cara tanam adalah tegel dengan jarak tanam 25 x 25 cm.
Sedangkan pada cara tanam legowo terdapat barisan tanaman yang
dirapatkan dan barisan yang dikosongkan, sehingga memerlukan teknis tersendiri dalam pengambilan sampel ubinan. Paparan materi teknis ubinan ini bertujuan agar peserta dapat mengubin dengan benar dan sama, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
30
Teknik Pengambilan Sampel Tanah untuk Pengujian Selama ini pengetahuan petani mengenai cara pengambilan sampel tanah masih kurang. Petani biasanya mengambil tanah begitu saja pada satu titik dan menggunakan tanah tersebut untuk dianalisis. Hal tersebut menjadi alasan dipilihnya materi ini, karena analisis tanah sangatlah penting untuk menentukan dosis pemupukan yang tepat. Saat ini alat untuk analisis tanah (PUTS/PUTK) sudah banyak dimiliki oleh instansi terkait, sehingga untuk memaksimalkan penggunaan alat tersebut petani harus mengetahui cara pengambilan sampel tanah untuk dianalisis dengan benar. Pengambilan sampel tanah untuk uji tanah dilakukan sebanyak 10 titik pada 1 lokasi yang mewakili lima ha lahan secara acak atau diagonal pada areal perakaran (kedalaman sekitar 20 cm). Sampel tanah yang diperoleh dari 10 titik tersebut kemudian diaduk sampai homogen baru kemudian diambil secukupnya untuk dijuji menggunakan PUTS/PUTK.
Penggunaan Feromon Sex Penggerek Batang Padi Penggunaan feromon sex untuk hama Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) dan Penggerek Tongkol Jagung telah dihasilkan oleh BB Biogen. Pengendalian ini merupakan salah satu teknis pengendalian ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia yang diaplikasikan langsung pada tanaman. Prinsip kerja pengendalian menggunakan feromon sex ini adalah sebagai atraktan atau penarik terhadap serangga jantan berdasarkan bau yang dihasilkan oleh serangga betina ketika siap untuk kawin. Feromon sex yang dihasilkan serangga betina dibuatkan tiruannya berupa senyawa kimia sintetis yang disesapkan pada alat berupa karet (pentil karet) dan dilengkapi toples sederhana yang diberikan air sabun di dalamnya sebagai alat perangkap. Hal ini menyebabkan serangga betina tidak dapat kawin dan menghasilkan telur. Pemberian materi pada sesi ini dilengkapi dengan alat peraga, sehingga peserta pelatihan dapat lebih memahami cara kerja dan teknis penggunaannya di lapangan.
Teknologi Pengairan Basah dan Kering (PBK) Teknologi ini dihasilkan berdasarkan realita semakin berkurangnya sumberdaya air untuk pertanian. Pada lahan sawah dengan irigasi berupa pompanisasi, penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan tidak berlebihan karena akan menambah biaya
31
pengeluaran dan pertumbuhan tanamn kurang optimal namun juga tidak kekurangan yang dapat mengurangi hasil. Aplikasi di lapangan berupa penggunaan alat sederhana terbuat dari pipa paralon atau bambu yang dilubangi. Alat ini dapat digunakan sebagai alat pengukur kebutuhan air di lahan sawah dimana satu buah pipa memberikan gambaran kondisi air dalam areal perakaran untuk satuan luasan 0,5 – 1 ha. Penggunaan pipa ini dapat menghemat penggunaan air sampai dengan 25% tanpa mengurangi hasil.
Kalender Tanam Kalender tanam saat ini sangat dibutuhkan karena kondisi iklim yang mengalami perubahan sehingga banyak sekali mempengaruhi waktu dan pola tanam. Kalender tanam diterbitkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Tujuan diterbitkannya Kalender Tanam (Katam) ini adalah untuk memberikan informasi kondisi iklim/cuaca yang berkaitan dengan informasi waktu tanam sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen karena faktor iklim seperti kekeringan. Informasi katam ini dapat diperoleh dengan cara mengakses internet dengan mengetik ”katam.info” di Google Search. Pada sesi materi ini dilakukan peragaan untuk mengakses katam.
Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usahatani adalah pemupukan. Informasi pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi hara sangat dibutuhkan. Saat ini telah tersedia perangkat lunak Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) untuk menentukan dosis pemupukan padi pada lahan sawah irigasi yang spesifik pada petakan lahan petani. Perangkat lunak ini dihasilkan oleh IRRI yang bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian. Untuk mengakses PHSL ini dapat menggunakan internet, android dan Hp. Namun saat ini yang telah siap digunakan adalah melalui internet dengan alamat website : http://webapps.irri.org/nm/id/index.php. Keunggulan penggunaan PHSL ini selain spesifik terhadap lokasi langsung pada petakan petani, juga disesuaikan dengan waktu musim tanam (musim kemarau atau hujan), varietas, jenis pupuk yang akan digunakan, umur bibit dan target hasil rasional yang
32
diinginkan, juga diberikan informasi waktu aplikasi beserta dosisnya. Pada sesi ini dilakukan simulasi dengan praktek langsung menggunakan internet.
Sistem Tanam Legowo Pengertian dan keunggulan cara tanam legowo telah banyak diketahui, namun aplikasi di lapangan belum sesuai. Penerapan cara tanam legowo di petani banyak yang hanya mengosongkan barisan tanaman tanpa melakukan sisipan. Hal ini mengakibatkan berkurangnya populasi tanaman, sehingga salah satu tujuan dari legowo yaitu penambahan populasi tanaman tidak tercapai.
Pada sesi ini dilakukan simulasi
penghitungan jumlah rumpun tanaman dengan menggunakan tegel, legowo 2:1 dan 4:1 versi tanpa sisipan dan menggunkan sisipan menggunakan alat peraga. c. Masalah Kebijakan Materi kebijakan salah satunya adalah mensosialisasikan dukungan BPTP terhadap pendampingan SLPTT di masing-masing Kabupaten/Kota. Pertemuan dengan LO/Korwil per Kabupaten, tujuannya untuk lebih mengenal lebih jauh LO (Tim SL PTT BPTP Banten dengan petugas pendamping SL PTT yang mengikuti pelatihan).
Pada pertemuan ini
dibahas beberapa hal seperti : a) calon lokasi dan pendamping untuk pelaksanaan uji adaptasi VUB dan pemupukan, b) calon lokasi untuk display varietas c) kesepakatan pelaporan. Di akhir pelaksanaan Pelatihan dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan dari Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang yang mengikuti pelatihan dan sebagai bahan masukan bagi penyelenggara pelatihan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan pelatihan. Adapun hasil atau nilai yang diperoleh dari pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 5 Tabel 5. Hasil Penilaian Pre-Test dan Post-Test Peserta Pelatihan No. 1 2 3 4
Lokasi Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Lebak Pandeglang Serang dan Kota Serang Tangerang Rata-rata
Nilai/Score Pre-Test Post-Test 63.5 75.6 65.4 77.6 60.1 70.4 62 74.5 62.75 74.53
Peningkatan (%) 19.01 18.65 17.14 20.16 18.75
33
Dari hasil post-test peserta pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan terhadap materi yang diberikan yaitu 18,75%. Pada umumnya peserta pelatihan mendapatkan pemahaman terhadap konsep PTT, varietas dan benih unggul serta konsep PHT dan pengendalian OPT cukup signifikan, namun demikian masih diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep pemupukan PHSL serta konsep PHT dan pengendalian OPT.
Hal ini dapat dilakukan pada saat pertemuan-pertemuan rutin PPL. Selain itu,
konsultasi langsung ke Peneliti/Teknisi BPTP melalui SMS/Telp/Internet (Web) ataupun pertemuan informal lainnya secara langsung.
4.3.2. Display dan Adaptasi VUB Pengembangan usahatani padi sawah tidak hanya pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan, melainkan juga pada lahan kering, lahan rawa dan lahan pasang surut. Di Provinsi Banten, beberapa lokasi terdapat lahan sawah potensi banjir/genangan dan salin. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian adaftasi beberapa VUB padi yang toleran terhadap kondisi tersebut.
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan, dilakukan PRA
(Participatory Rural Appraisal) dengan tujuan untuk memahami permasalahan dan peluang serta kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk mengatasi masalah tersebut. PRA dilakukan melalui KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) dengan metode FGD (Focus Group
Discussion) yang pesertanya terdiri dari petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, pemilik penggilingan padi, pedagang saprodi serta petugas lapang dan tokoh masyarakat. Fokus diskusi terkait dengan usahatani dan teknologi yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan yang ada di lokasi tersebut. Pelaksanaan PRA dilakukan di 8 lokasi uji adaptasi VUB padi, jagung dan kedelai (Tabel 6).
34
Tabel 6. Pelaksanaan PRA di Provinsi Banten Tahun 2012
Waktu Pelaksanaan
Jumlah Peserta
29 Maret 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
4 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Banjir
Desa Padasuka Kec. Warunggunung-Lebak
24 April 2012
20 orang
Kedelai Lahan Sawah
Desa Pabuaran Kec. Kronjo-Tangerang
5 April 2012
25 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Salin
5.
Desa Sukasari Kec. Kaduhejo-Pandeglang
16 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
6.
Desa Sukajaya Kec. Pontang-Serang
26 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
7.
Desa Sukmenak Kec. Cikeusal-Serang
31 Mei 2012
20 orang
Jagung Lahan Kering
8.
Desa Margaluyu Kec. Kasemen-Kota Serang
12 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Salin
No.
Lokasi
1.
2.
3.
4.
Desa Kalanganyar Kec. Kalanganyar-Lebak Desa Bojongcae Kec. Cibadak-Lebak
Komoditas/ Agroekosistem
Wujud lain dukungan Badan Litbang Pertanian terhadap pendampingan SL-PTT adalah pelaksanaan display varietas. Hal ini merupakan salah satu komitmen yang telah dibuat antara Dirjen Tanaman Pangan dengan Badan Litbang Pertanian. Penyediaan benih untuk display varietas dilakukan secara sinergi antara Balit komoditas (BB Padi, Balitkabi dan Balitsereal) dengan BPTP Banten. Distribusi VUB padi sawah untuk display sebanyak 4.420 kg (12 varietas : Inpari-3, Inpari-4, Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10, Inpari-11, Inpari13, Inpara-4, Inpara-5, Inpara-6, Banyuasin dan Situ Bagendit)), jagung 45 kg (Bima-2, Bima-3 dan Bima-4) dan kedelai 60 kg (Argomulyo, Burangrang dan Tanggamus). Display varietas diharapkan mampu membawa perubahan dalam penggunaan dan penyebaran benih unggul baru yang sesuai dengan kondisi agroekosistem. Selain itu, diharapkan
35
petani dapat memilih varietas yang paling adaptif dan sesuai preferensi untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Realisasi penyediaan dan distribusi benih padi sawah irigasi Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11 dan 13 sebanyak 3.590 kg; padi sawah potensi banjir (Inpara-4 dan Inpara-5) sebanyak 380 kg, padi sawah potensi salin (Banyuasin) sebanyak 120 kg, padi gogo (Inpago-6 dan Situbagendit) sebanyak 330 kg, jagung hibrida (Bima 2, 3 dan 4) sebanyak 45 kg dan kedelai (Burangrang, Argomulyo dan Tanggamus) sebanyak 60 Kg (Tabel 7). Tabel 7. Distribusi Benih Display VUB Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2012 No.
Komoditas/Varietas
Lokasi
Jumlah (kg)
1
Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin
Kab. Lebak
2.
Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin
Kab. Pandeglang
3.
Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin
Kab. Serang
830
4.
Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin
Kab. Tangerang
710
5.
Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin
Kota Serang
Jumlah Benih Padi
840 1.095
95 3.570
1.
Bima 2, 3 dan 4
Kab. Lebak
15
2.
Bima 2, 3 dan 4
Kab. Pandeglang
15
3.
Bima 2, 3, dan 4
Kab. Serang
15
Jumlah Benih Jagung
45
1.
Argomulyo, Burangrang, Tanggamus
Kab. Lebak
24
2.
Argomulyo, Burangrang, Tanggamus
Kab. Pandeglang
18
3.
Argomulyo, Burangrang, Tanggamus
Kab. Serang
Jumlah Benih Kedelai
0 42
Display VUB padi sawah dilaksanakan pada semua kecamatan yang mendapat program SL-PTT yaitu Kota Serang, Kab. Serang, Kab. Lebak, Kab. Pandeglang dan Kab. Tangerang, dimana setiap kecamatan mendapat benih sebanyak 20 -60 kg yang terdiri dari 4-12 varietas. Khusus jagung dan kedelai, display VUB dilaksanakan di Kab. Lebak, Kab. Pandeglang dan Kab. Serang dengan jumlah benih 2 kg/varietas (kedelai) dan 2,5 kg/varietas (jagung).
Selain untuk mengenalkan benih unggul baru, kegiatan display
juga dapat berfungsi sebagai produksi benih, karena benih yang didistribusikan berlabel
36
ungu (kelas SS), sehingg hasilnya benih kelas ES. Keragaan hasil display VUB padi sawah pada beberapa lokasi di Provinsi Banten secara rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Produktivitas display beberapa VUB padi sawah di Provinsi Banten Kab. Pandeglang Varietas
Kab. Lebak
Kab. Serang
Kab. Tangerang
Kisaran
Rataan
Kisaran
Rataan
Kisaran
Rataan
Kisaran
Rataan
Inpari-1
-
-
-
-
4,2-5,3
4,8
-
-
Inpari-3
4,9-7,0
6,1
4,2-8,0
6,5
4,2-7,2
6,3
4,2-8,3
6,9
Inpari-4
4,2-7,2
5,6
4,2-9,6
5,9
4,2-8,2
6,6
5,3-9,2
7,1
Inpari-6
6,5-7,2
6,8
-
-
4,5-6,4
5,4
-
-
Inpari-7
4,0-7,5
5,9
4,9-8,1
6,8
5,2-5,8
5,5
7,3-8,2
7,6
Inpari-8
5,1-6,8
5,8
-
-
-
-
-
-
Inpari-9
-
-
4,3-9,6
7,4
3,5-8,0
6,3
5,7-6,5
6,1
Inpari-10
5,6-7,4
6,1
4,3-9,9
6,4
4,2-8,8
6,8
5,4-9,5
7,5
Inpari-11
-
-
5,0-7,4
6,5
4,5-8,0
6,7
7,4-8,7
7,8
Inpari-13
5,8-8,0
6,6
4,7-9,8
6,6
4,0-7,8
6,6
6,2-9,1
7,2
Inpara-4
-
-
5,2-6,0
5,6
5,1-6,5
5,6
6,5-7,4
7,1
Inpara-5
4,4-6,8
5,6
3,5-6,2
5,2
5,1-6,8
6,1
6,5-7,0
6,7
Mekongga
-
-
-
-
5,6-7,1
6,2
-
-
Banyuasin
-
-
-
-
6,0-6,8
6,5
5,2-6,5
5,7
Hasil display VUB padi sawah pada beberapa lokasi di Kab. Pandeglang berkisar antara 4,0-8,0 ton/ha (rataan 5,4-6,8 ton/ha); Kab. Lebak 3,5-9,9 ton/ha (rataan 5,2-7,4 ton/ha); Kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha (rataan 4,8-6,8 ton/ha) dan Kab. Tangerang 4,2-9,5 ton/ha (rataan 5,7-7,3 ton/ha). Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi di Kab. Pandeglang diperoleh pada varietas Inpari-6 yaitu 6,8 ton/ha dan terendah Inpari-4 yaitu 5,6 ton/ha; sedangkan hasil tertinggi dan terendah di Kab. Lebak adalah varietas Inpari-9 (7,4 ton/ha) dan Inpari-4 (5,9 ton/ha). Di Kab. Serang, rataan produktivitas tertinggi dan
37
terendah diperoleh pada varietas Inpari-10 (6,8 ton/ha) dan Ipanri-1 (4,8 ton/ha). Selanjutnya di Kab. Tangerang, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas Inpari-11 yaitu 7,8 ton/ha, dan terendah pada Inpari-9 yaitu 6,1 ton/ha.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa rataan produktivitas VUB padi sawah di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,6-6,8 ton/ha; Kab. Lebak 5,2-7,4 ton/ha; Kab. Serang 4,8-6,8 ton/ha dan Kab. Tangerang 6,1-7,8 ton/ha. Apabila dilihat dari rataan setiap wilayah, produktivitas tertinggi diperoleh di Kab. Tangerang yaitu 6,97 ton/ha, selanjutnya Kab. Lebak 6,32 ton/ha; Kab. Serang 6,11 ton/ha dan Kab. Pandeglang 6,06 ton/ha. Selanjutnya apabila dilihat dari jenis VUB, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas Inpari-11 yaitu 7,0 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-13 (6,75 ton/ha); Inpari-10 (6,70 ton/ha) dan Inpari-9 (6,60 ton/ha); sedangkan produktivitas terendah pada varietas Inpari-1 yaitu 4,80 ton/ha dan Inpari-8 (5,80 ton/ha). Sebagai komponen teknologi, varietas telah memberikan sumbangan sebesar 56,1 % dalam peningkatan produksi. Selain itu, varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan daya hasil tanaman maupun ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Balitpa, 2007). Lebih lanjut dilaporkan, Badan Litbang Pertanian pada periode 2000-2006 telah melepas 59 varietas unggul padi, 45 varietas untuk lahan sawah irigasi, 5 varietas padi gogo dan 9 varietas padi pasang surut. Varietas unggul tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu varietas yang diperuntukkan bagi peningkatan produktivitas yang melebihi ambang potensi hasil yang sudah melandai, dan varietas unggul spesifik yang diperuntukkan bagi pencapaian stabilitas hasil dan peningkatan kualitas produk. Selain display VUB, kegiatan lainnya yang dilakukan dalam pendampingan SL-PTT adalah uji adaptasi VUB padi sawah pada agroekosistem lahan sawah irigasi, lahan sawah potensi banjir/genangan dan lahan sawah potensi salin, yang pelaksanaan kegiatannya dikawal secara intensif. Pada lahan sawah irigasi dilakukan uji adaptasi terhadap 9 VUB dengan hasil 3,29-8,90 ton/ha; lahan sawah potensi banjir 5 VUB 3,73-6,74 ton/ha;
38
sedangkan pada lahan sawah potensi salin sebanyak 3 VUB dengan hasil 2,72-8,53 ton/ha. Pada adaptasi VUB di lahan sawah potensi banjir (Desa Bojongcae, Kec. CibadakLebak) diperoleh hasil sangat rendah yaitu 3,73-5,22 ton/ha; sedangkan hasil terendah pada lahan sawah potensi salin terdapat di Desa Pagedangan, Kec. Kronjo-Kab. Tangerang yaitu 2,72-3,56 ton/ha. Rendahnya hasil yang diperoleh pada ke-2 lokasi tersebut akibat terkena kekeringan, mulai dari stadia keluar malai sampai pengisian biji dan panen. Tabel 9. Keragaan hasil VUB padi sawah pada beberapa agroekosistem No. 1.
2.
Agroekosistem dan Lokasi Lahan Sawah Irigasi a. Ds. Sukasari Kec. Kaduhejo Kab. Pandeglang
Jenis VUB Inpari-3 Inpari-4 Inpari-7 Inpari-10 Inpari-13
Cara Tanam Lgw 4:1 Lgw 4:1 Lgw 4:1 Lgw 4:1 Lgw 4:1
T. Tanaman (cm) 103,0 104,0 105,0 103,0 99,0
Anakan Produktif 19 18 21 19 19
Protas (ton/ha) 6,20 5,30 6,20 7,10 6,20
b. Ds. Gunung Cupu Kec. Cimanuk Kab. Pandeglang
Inpari-10 Ciherang Mekongga
Lgw 4:1 Lgw 4:1 Lgw 4:1
90,3 115,4 107,4
22 13 15
8,16 7,50 7,20
c. Ds. Kalanganyar Kec. Kalanganyar Kab. Lebak
Inpari-3 Inpari-4 Inpari-9 Inpari-10 Inpari-11 Inpari-13
Lgw Lgw Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1 4:1 4:1
105,2 104,7 112,3 103,4 102,8 99,4
24 25 31 24 19 15
7,90 6,54 7,35 7,01 7,20 6,53
d. Ds. Sukajaya Kec. Pontang Kab. Serang
Inpari-3 Inpari-4 Inpari-10 Inpari-13 Ciherang
Lgw Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1 4:1
106,2 104,5 103,6 100,3 102,5
15 19 17 13 13
8,75 7,40 7,50 7,31 8,65
g. Ds. Pabuaran Udik Kec. Jayanti Kab. Tangerang
Inpari-3 Inpari-4 Inpari-10 Inpari-13
Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1
112,4 100,2 106,9 109,1
24 29 24 27
7,24 8,81 7,59 6,29
h. Ds. Pasuluhan Kec. Walantaka Kota Serang
Inpari-3 Inpari-4 Inpari-10 Inpari-13
Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1
102,0 106,6 96,4 105,8
17 21 22 24
7,51 8,90 7,51 8,16
Lahan Sawah Potensi Salin (LSPS)
39
3.
a. Ds. Pagedangan Ilir Kec. Kronjo Kab. Tangerang
Banyuasin Inpari-9 Inpari-11
Lgw 5:1 Lgw 5:1 Lgw 5:1
79,0 78,1 80,2
15 16 14
3,56 2,65 2,72
b. Desa Margaluyu Kec. Kasemen Kota Serang
Banyuasin Inpari-9 Inpari-11
Lgw 6:1 Lgw 6:1 Lgw 6:1
106,2 111,7 102,2
24 27 20
7,95 8,53 8.00
Inapri-4 Inpari-7 Inpari-13 Inpara-4
Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1
74,0 76,0 72,7 67,3
24 25 26 37
6,57 6,43 6,74 5,22
Inapri-3 Inpari-4 Inapri-7 Inpari-13 Inpara-4
Lgw Lgw Lgw Lgw Lgw
4:1 4:1 4:1 4:1 4:1
97,0 96,3 97,1 94,9 97,1
24 22 22 22 23
3,73 4,80 3,90 4,83 5,22
Lahan Sawah Potensi Banjir (LSPB) a. Desa Bojongcae Kec. Cibadak Kab. Lebak b. Desa Sobang Kec. Sobang Kab. Pandeglang
Pada uji adaptasi lahan sawah irigasi, rataan produktivitas tertinggi diperoleh di Desa Pasuluhan, Kec. Walantaka – Kab. Serang yaitu 8,02 ton/ha; kemudian diikuti Desa Sukajaya, Kec. Pontang sebesar 7,92 ton/ha dan Desa Gunung Cupu, Kec. Cimanuk – Kab. Pandeglang 7,62 ton/ha; sedangkan hasil terendah di Desa Sukasari, Kec. Kaduhejo –Kab. Pandeglang yaitu 6,20 ton/ha. Apabila dilihat dari varietas, produktivitas Inpari-3 berkisar antara 6,20-8,75 ton/ha ; Inpari-4 5,30-8,90 ton/ha ; Inpari-7 6,20 ton/ha; Inpari-10 7,01-8,16 ton/ha; Inpari-13 6,29-8,16 ton/ha; Ciherang 7,50-8,65 ton/ha dan Mekongga 7,20 ton/ha. Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi diperoleh pada varietas Ciherang yaitu 8,07 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-3 (7,52 ton/ha); Mekongga (7,50 ton/ha); Inpari-10 (7,48 ton/ha); Inpari-4 (7,39 ton/ha); Inpari-13 (6,90 ton/ha) dan Inpari-7 (6,20 ton/ha). Khusus Inpari-13, walaupun pada beberapa lokasi menghasilkan produktivitas cukup tinggi, namun banyak dikeluhkan petani dan konsumen karena susah digebot, rendemen kurang dan adanya butiran kapur. Hasil uji adaftasi beberapa VUB padi sawah pada berbagai agroekosistem di Provinsi Banten disajikan pada Tabel 9.
40
4.3.3. Uji Preferensi VUB Padi Sawah Participatory Varietas Selection (PVS) adalah pemilihan varietas berdasarkan partisipasi petani dan penyuluh.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan
informasi varietas yang disukai oleh petani, sehingga dapat dijadikan dasar atau acuan untuk pengembangan varietas di wilayah tersebut. PVS tahap pertama dilakukan di lapangan, dimana petani menilai dan memilih berdasarkan performansi tanaman seperti umur, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai dan jumlah gabah per malai. Tahap selanjutnya dilakukan setelah panen yaitu menilai berdasarkan performansi bentuk dan warna gabah, bentuk dan warna beras serta uji rasa nasi dengan menilai warna, aroma, tekstur dan rasa dari varietas tersebut. Berikut ini adalah PVS yang telah dilakukan dan varietas yang terpilih pada beberapa lokasi (Tabel 10). Tabel 10. Pelaksanaan dan hasil uji referensi VUB padi sawah No.
1. 2. 3. 4.
Lokasi
Desa Pasuluhan Kecamatan Walantaka Desa Teluklada Kecamatan Sobang Desa Pabuaran Udik Kecamatan Jayanti Desa Kalanganyar Kecamatan Kalanganyar
Waktu Pelaksanaan
Varietas Yang Terpilih Ranking 1 Ranking 2
9 Juli 2012
Inpari-13
Inpari-10
12 Juli 2012
Inpari-7
Inpari-4
16 Juli 2012
Inpari-10
Inpari-13
16 Juli 2012
Inpari-9
Inpari-3
4.3.4. Temu Lapang Kegiatan Temu Lapang merupakan salah satu bentuk dukungan
BPTP Banten
dalam mendukung kegiatan SLPTT. Temu Lapang dilakukan di lokasi uji adaptasi VUB kelompoktani Sri Rejeki, Desa Kalang Anyar, Kecamatan Kalang Anyar, Kabupaten Lebak. Tema temu lapang ini adalah peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui implementasi teknologi spesifik lokasi (PTT). Jumlah peserta yang hadir 125 orang terdiri dari : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Badan penyuluhan Kabupaten Lebak, Ka. UPT/Ka. BPP/PPL/THL), Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Kelompok tani.
41
Tujuan dilaksanakan temu lapang ini adalah untuk mendiseminasikan komponen teknologi PTT, diantaranya penggunaan varietas unggul baru seperti: inpari 3, Inpari 4, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11 dan Inpari 13. Selain itu juga untuk mendiseminasikan teknologi pemupukan berdasarkan rekomendasi berdasarkan Permentan No. 40 tahun 2007, PUTS dan PHSL yang dibandingkan dengan pemupukan berdasarkan kebiasaan petani. Pada pelaksanaan temu lapang ini peserta diberikan kesempatan untuk memilih VUB yang paling disukai berdasarkan performansi tanaman dan selain itu juga dilakukan uji rasa 10 VUB yaitu Inpari 1, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, Inpago 6, Ciherang, Mekongga, Aek Sibundong, dan Banyuasin. VUB yang paling banyak disukai berdasarkan performansi tanaman adalah Inpari 9, Inpari 13 dan Inpari 3. Sedangkan rasa nasi yang paling disukai adalah adalah Inpari 10, Inpari 1 dan Inpari 3.
4.3.5. Uji Pemupukan Padi Sawah Pupuk merupakan sarana produksi yang penting peranannya dalam meningkatlan produksi padi. Disisi lain, penggunaan pupuk oleh petani belum efisien dan rasional, bahkan jumlahnya berlebihan dan tidak memadai, sehingga mempengaruhi produktivitas dan pendapatan petani. Dalam upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani serta pelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Mentan No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P dan K spesifik lokasi padi sawah. Dalam implementasinya di lapangan, rekomendasi pemupukan tersebut perlu didukung peta status hara fosfat (P) dan kalium (K) tanah sawah pada masing-masing daerah (Kasno dan Hidayat, 2006). Untuk tumbuh sempurna, tanaman padi memerlukan unsur hara makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S serta hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Bo dan Cl. Unsur hara diserap akar melalui larutan tanah, oksilasi dan difusi. Proses penyerapan hara oleh akar difasilitasi oleh ketersediaan air yang cukup. Kebutuhan hara tanaman harus dipenuhi secara seimbang agar pertumbuhan tanaman optimal (Makarim et al., 2004). Dalam penerapan PTT padi sawah irigasi, komponen teknologi peningkatan produktivitas lahan adalah pemberian pupuk organik, pengairan berselang, pemupukan N berdasarkan BWD serta pemupukan P dan K sesuai hasil analisis tanah dan kebutuhan
42
tanaman. Faktor lingkungan tumbuh tanaman padi yang bisa diintervensi adalah pH dengan pengapuran dan bahan organik dengan pemberian kompos. Kemampuan tanaman padi untuk berproduksi tinggi ditentukan oleh pH awal, bukan pH setelah tanah tergenang (pada sawah irigasi yang bersifat aquik, pH akan naik dari 5 menjadi 7 karena genangan). Selanjutnya penambahan pupuk organik sampai 2 % dapat meningkatkan hasil, tetapi penambahan untuk mencapai kandungan karbon organik tanah >2 % tidak lagi meningkatkan hasil (Makarim et al., 2004). Indigenous Organic Matter
(IOM)
menentukan daya pegang hara dan air oleh partikel tanah dan buffering capacity tanah. Dengan kata lain, IOM adalah indikator dari keberlanjutan kesuburan tanah. Dalam upaya rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi, telah dilakukan uji pemupukan pada beberapa lokasi di Provinsi Banten, diantaranya : Kota Serang (Kec. Kasemen dan Kec. Walantaka), Kabupaten Serang (Kec. Pontang dan Kec. Tanara), Kabupaten Pandeglang (Kec. Kaduhejo), Kabupaten Lebak (Kec. Kalanganyar) dan Kabupaten Tangerang (Kec. Kronjo dan Kec. Jayanti). Metode pemupukan yang diuji adalah Permentan, PUTS, PHSL dan cara petani, sedangkan VUB padi sawah yang digunakan meliputi Inpari-10, Inpari-13 dan Banyuasin dengan hasil GKP berkisar antara 4,19-9,17 ton/ha (Tabel 11). Secara keseluruhan terlihat bahwa produktivitas VUB Inpari-10 berkisar antara 5,88 – 7,67 ton/ha (rataan 6,52 t/ha), Inpari-13 berkisar 6,73 – 9,17 ton/ha (rataan 7,56 t/ha) dan Banyuasin 4,19 – 8,11 ton/ha (rataan 6,22 ton/ha) Pada uji pemupukan ini, produktivitas terendah diperoleh di Kecamatan Kronjo-Kab. Tangerang yaitu 4,19-4,76 ton/ha (rataan 4,42 ton/ha). Rendahnya produktivitas yang diperoleh disebabkan terjadinya kekeringan, mulai pada saat keluar malai sampai pengisian biji dan panen. Namun demikian, pada beberapa lokasi lainnya cukup tinggi sehingga dapat dikembangkan pada lahan-lahan sawah yang wilayahnya berpotensi salin terutama di pantai utara Banten (Kota Serang, Kab. Serang dan Kab. Tangerang).
43
Tabel 11. Keragaan hasil uji pemupukan padi sawah di Provinsi Banten Lokasi Pengujian 1. Kota Serang a. Kec. Walantaka
b. Kec. Kasemen
2. Kab. Serang a. Kec. Pontang
b. Kec. Tanara
3. Kab. Pandeglang Kec. Kaduhejo
4. Kab. Lebak Kec. Kalanganyar
Jenis Pupuk dan Hasil
Metode Pemupukan PUTS PHSL
Permentan
Urea NPK Phonska SP-36 KCl Varietas Hasil GKP
185 kg 200 kg 17 kg Inpari-10 7,35 t/ha
160 kg 120 kg 20 kg Inpari-10 6,94 t/ha
225 kg 225 kg Inpari-10 7,67 t/ha
100 kg 100 kg Inpari-10 5,88 t/ha
Urea NPK Phonska SP-36 P.Organik Varietas Hasil GKP
185 kg 200 kg 17 kg Banyuasin 8,05 t/ha
135 kg 200 kg 10 kg Banyuasin 8,00 t/ha
250 kg 200 kg Banyuasin 8,11 t/ha
250 kg 200 kg 500 kg Banyuasin 7,95 t/ha
Urea NPK Phonska SP-36 Varietas Hasil GKP
135 kg 200 kg Inpari-10 7,79 t/ha
180 kg 190 kg 17 kg Inpari-10 7,79 t/ha
225 kg 150 kg Inpari-10 7,50 t/ha
200 kg 300 kg Inpari-10 7,60 t/ha
Urea NPK Phonska KCl P. Organik Varietas Hasil GKP
191 kg 120 kg Inpari-10 4,86 t/ha
242 kg 180 kg 55 kg Inpari-10 5,21 t/ha
200 kg 150 kg Inpari-10 5,14 t/ha
150 kg 150 kg 500 kg Inpari-10 4,43 t/ha
Urea NPK Phonska KCl Varietas Hasil GKP
185 kg 120 kg Inpari-10 4,60 t/ha
172 kg 240 kg 40 kg Inpari-10 6,10 t/ha
200 kg 200 kg Inpari-10 5,70 t/ha
150 kg 150 kg Inpari-10 6,40 t/ha
Urea NPK Phonska SP-36 P- Organik Varietas Hasil GKP
135 kg 200 kg 17 kg 400 kg Inpari-10 6,89 t/ha
185 kg 200 kg 17 kg 400 kg Inpari-10 6,95 t/ha
200 kg 175 kg 400 kg Inpari-10 7,04 t/ha
100 kg 300 kg 17 kg 500 kg Inpari-10 6,78 t/ha
Petani
44
5. Kab. Tangerang a. Kec. Kronjo
b. Kec. Jayanti
Urea NPK Phonska KCl P. Organik Varietas Hasil GKP
191 kg 180 kg Banyuasin 4,43 t/ha
200 kg 150 kg 5 kg Banyuasin 4,76 t/ha
200 kg 150 kg Banyuasin 4,31 t/ha
150 kg 150 kg 500 kg Banyuasin 4,19 t/ha
Urea NPK Phonska P. Organik Varietas Hasil GKP
200 kg 250 kg Inpari-13 7,07 t/ha
200 kg 150 kg Inpari-13 7,30 t/ha
150 kg 175 kg Inpari-13 9,17 t/ha
150 kg 200 kg 500 kg Inpari-13 6,73 t/ha
Hasil analisis lain menunjukkan bahwa dosis pupuk pada semua lokasi pengujian sangat beragam pada setiap metode. Dosis pupuk kimia (Urea, Phonska, SP-36 dan/atau KCl) pada metode Permentan berkisar antara 335 – 450 kg/ha; PUTS
300 – 452 kg/ha;
PHSL 325 – 450 kg/ha dan cara petani 200 – 500 kg/ha; sedangkan penggunaan pupuk organik atau kompos masih sedikit dan sangat rendah yaitu 400-500 kg/ha. Produktivitas VUB padi sawah yang diperoleh pada pengujian pupuk dengan acuan Permentan berkisar antara 4,43 – 8,05 ton/ha (rataan 6,59 ton/ha), metode PUTS 4,76 – 8,00 ton/ha (rataan 6,83 ton/ha), metode PHSL 4,31 – 9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani adalah 4,19 – 7,95 ton/ha (rataan 6,50 ton/ha). Berdasarkan rataan produkltivitas yang diperoleh, metode PHSL lebih baik dibandingkan PUTS, Permentan dan cara petani. Berdasarkan status hara P tanah sawah di Banten dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tanah sawah berstatus P-rendah seluas 121.650 ha (61,32 %); P-sedang 26.584 (13-40%) dan P-tinggi 50.151 ha (25,28%). Tanah sawah P-rendah terdapat di Kab. Lebak, Serang dan Tangerang, sedangkan di Kab. Pandeglang 70 % tanah sawahnya berstatus P-tinggi. Selanjutnya tanah sawah berstatus hara K rendah seluas 56.823 ha (28,64 %); K-sedang 102.596 ha (51,72 %) dan K-rendah 38.966 ha (19,64 %). Tanah sawah di Prov. Banten pada umumnya berstatus K sedang dan rendah. Tanah sawah berstatus K-rendah terluas terdapat di Kab. Serang, disusul Kab. Lebak dan Kab. Tangerang (Kasno dan Hidayat, 2006). Rekomendasi pemupukan P Spesifik Lokasi adalah : (1) P-rendah (< 20 mg P2O5/100g) dipupuk dengan 100 kg SP-36/ha; (2) P-sedang (20-40 mg P2O5/100 g) dipupuk dengan 75 kg SP-36/ha); dan
45
(3) P-tinggi (> 40 mg P2O5/100g) dipupuk 50 kg SP-36/ha. Sedangkan tanah sawah yang berstatus K-rendah (<10 mg K2O/100 g) dipupuk dengan 100 kg KCl/ha atau tidak perlu dipupuk bila mengembalikan jerami 5 ton/ha ke tanah sawah. Sebagian besar lahan sawah intensifikasi di Pulau Jawa dan Bali telah terakumulasi oleh unsur hara P, sehingga akan merusak lingkungan dan bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Penurunan efisiensi pemupukan berkaitan erat dengan faktor tanah, baik secara kimia maupun fisika dan biologi tanah. Oleh karena itu perlu pemberian pupuk organik melalui pengembalian sisa panen (brangkasan), mengingat dalam sistem usahatani tanaman pangan berkelanjutan akan terjadi pengangkutan unsur hara dari dalam tanah, baik melalui hasil panen maupun brangkasan. Pada sistem usahatani padi dengan hasil 8,0 t/ha, akan mengangkut hara dari dalam tanah berupa N 269 kg/ha; 44 kg P2O5; 207 kg K2O ; 28 kg Mg dan 24 kg S (Kartaatmadja et.al, 2000). Dengan demikian, utnuk menjamin stabilitas hasil dan berkelanjutan sistem produksi, maka pengembalian hara dalam bentuk bahan/pupuk organik mutlak diperlukan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menyuburkan tanah dan menambah unsur hara, menambah humus, mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah, disamping dapat meningkatkan mengikat air. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi, unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman sehingga pemupukan lebih efisien (Tisdale et al., 1990; Havin et al., 1999). Hasil penelitian Karama (1990) menunjukkan bahwa pengunaan pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah serta mengurangi penggunaan pupuk N, P dan K. Selanjutnya Adiningsih (2000) dan Dwiyanto (2000) mengemukakan bahwa pemberian pupuk organik 1,5-2,0 t/ha pada lahan sawah dapat memberikan dampak positif terhadap hasil panen. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana – Bali, produktivitas padi sawah varietas Ciherang pada takaran pupuk organik 5 t/ha, 10 t/ha dan 15 t/ha secara berurutan adalah 5,12 t/ha; 6,10 t/ha dan 6,48 t/ha, sedangkan sebagai kontrol dengan cara petani (Urea 350 t/ha, SP-36 100kg/ha dan KCl 50 kg/ha)
46
adalah 6,66 t/ha (Karama et al., 2008). Kondisi lahan sawah di lokasi penelitian mempunyai pH, C-organik, N-total dan P-tersedia yang rendah, sedangkan K-tersedia sedang.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pemberian
pupuk
organik
dapat
meningkatkan pH tanah dan P-tersedia serta penurunan K-tersedia. Selanjutnya Hartati dan Setyorini (2008) melaporkan, penggunaan pupuk organik takaran 10-15 t/ha yang dikombinasikan dengan jerami dan arang sekam mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman padi dalam sistem pertanian organik (jerami padi 5 t/ha dan arang sekam 300 kg/ha).
4.3.6. Monitoring dan Supervisi Penerapan Teknologi Usahatani padi masih tetap memiliki daya saing, namun dengan tingkat kelayakan yang semakin marjinal. Tingkat daya saing usahatani padi sangat sensitif terhadap penurunan produktivitas, tingkat harga dan perubahan nilai tukar rupiah. Ketiga faktor tersebut merupakan kendala yang sulit ditangani dalam mempertahankan keunggulan komparatif usahatani padi (Rachman et al., 2004). Selanjutnya dilaporkan bahwa keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani padi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor teknis, ekonomis dan sosial-kelembagaan. Beberapa faktor teknis yang mempengaruhi adalah iklim, infrastruktur irigasi, aksesibilitas lokasi dan tingkat adopsi teknologi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan benih yang akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas hasil. Beberapa faktor ekonomi yang sangat berpengaruh adalah harga input dan output, nilai tukar rupiah, tingkat upah dan suku bunga, dimana faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan mekanisme pasar input, tenaga kerja dan pasar modal di pedesaan. Berdasarkan data BPS Provinsi Banten tahun 2009, luas baku lahan sawah di Provinsi Banten adalah 197.530 ha. Selanjutnya dilaporkan bahwa pada periode 20072011, luas panen padi di Provinsi Banten berkisar antara 325.953-374.717 ha dengan produksi 1.710.894 – 1.915.996 ton (produktivitas 50,29-52,98 kw/ha). Berdasarkan kesepakatan sementara dengan Kabupaten/Kota, sesaran produksi padi di Provinsi Banten tahun 2012 adalah 2.130.142 ton; sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 secara
47
berurutan adalah 2.225.998 ton dan 2.326.168 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi padi, Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi non-hibrida seluas 168.000 ha dan padi ladang/gogo 25.000 ha. Tabel 12. Keragaan hasil SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten tahun 2012 Wilayah Pendampingan 1. Kab. Pandeglang - Kec. Panimbang - Kec. Sobang - Kec. Cimanuk - Kec. Saketi - Kec. Kaduhejo - Kec. Mandalalangi - Kec. Sukaresmi - Kec. Cipeucang - Kec.Pandeglang - Kec. Sumur 2. Kab. Tangerang - Kec. Mauk - Kec. Gunung Kaler - Kec. Kemiri - Kec. Legok - Kec. Mekarbaru - Kec. Kronjo - Kec. Sukamulya 3. Kab. Lebak - Desa Pasirhaur - Desa Cipanas - Desa Luhurjaya - Desa Sipayung - Desa Bintangsari 4. Kab. Serang - Desa Penggalang - Desa Pulo - Desa Pamong - Desa Pegadingan - Desa Pamengkang 5. Kota Serang - Kel. Warung Jaud - Kel. Kilasah - Kel.Terumbu - Kel. Sawah Luhur - Kel. Bendung
Jml. Lokasi Desa Poktan
Luas (ha)
Produktivitas (ton/ha) LL SL Non-SL
Penggunaan VUB
6 7 11 13 9 15 4 9 4 4
88 80 62 36 32 32 28 19 18 14
2.200 2.000 1.550 900 800 800 700 475 450 350
6.65 5.73 7.79 9.92 7,50 6.69 6.26 5.75 7.82 6.05
5.82 5.21 6.91 6.82 7,35 6.03 5.84 5.45 5.61 5.39
5.75 5.06 6.25 6.63 6,87 5.80 5.25 5.32 5.36 5.20
Inpari-13 Ciherang Ciherang Mekongga Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Inpari-13
12 9 7 11 8 10 8
68 42 40 38 29 27 22
1.700 1.050 1.000 950 725 675 550
5.17 4.65 3.72 6.91 4.70 6.16 7.01
4.84 3.81 3.47 6.36 4.55 5.51 6.56
4.60 3.55 3.14 5.67 3.58 4.94 6.10
Ciherang Chr, Inp-13 Ciherang Ciherang Chrg, Inp-13 Chrg, Inp-13 Ciherang
1 1 1 1 1
7 5 5 4 2
175 125 125 100 50
6,25 6,84 7,78 7,60 6,36
5,12 6,40 7,20 7,28 5,76
4,85 6,08 6,72 6,94 5,50
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
1 1 1 1 1
7 9 8 5 11
175 225 200 125 275
5,96 5,71 6,40 4,42 6,40
5,60 5,45 5,45 4,20 6,15
5,26 5,24 5,30 2,58 4,75
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
1 1 1 1 1
6 5 7 6 6
150 125 175 150 150
6,25 7,14 6,91 6,63 6,70
5,47 6,52 6,37 5,87 6,03
4,80 6,00 5,76 5,58 5,50
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
48
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data pada 10 kecamatan di Kabupaten Pandeglang, produktivitas padi sawah pada LL berkisar antara 5,73-9,92 ton/ha, hamparan SL 5,21-7,35 ton/ha dan non-SL 5,06-6,87 ton/ha. Di Kabupaten Tangerang, produktivitas padi sawah pada 7 kecamatan berkisar antara 3,72-7,01 ton/ha (LL); 3,47-6,56 ton/ha (hamparan SL) dan non-SL 3,14-6,10 ton/ha. Selanjutnya di Kota Serang, produktivitas padi sawah pada 5 kelurahan berkisar antara 6,25-7,14 ton/ha (LL) dan hamparan SL 5,47-6,52 ton/ha, sedangkan non-SL 4,80-6,0 ton/ha. Keragaan hasil SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 12. Penerapan teknologi di LL 100% menggunakan benih unggul berlabel (swadaya maupun dari CBN/BLBU), sistem tanam tegel dan legowo (2:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan >8:1), umur bibit 15 - 25 HST, jumlah bibit 2-3 bibit; dosis pupuk bervariasi mulai dari urea 100 – 200 kg/ha, phonska 150 – 300 kg/ha, penggunaan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, POG, POC dan katalis), pengendalian OPT secara reguler atau disesuaikan dengan serangan OPT, pengendalian gulma secara manual dan gasrok/landak. Keragaan penerapan teknologi dapat dilihat pada Tabel 13. Khusus di Kabupeten Lebak, penerapan komponen teknologi oleh petani belum optimal. Komponen dasar PTT berupa varietas unggul baru sudah dikenal di seluruh kecamatan melalui display. Namun demikian, belum banyak ditanam petani karena keterbatasan benin. Selain itu, penggunaan benih berlabel oleh petani sudah mencapai sekitar 85 % karena adanya bantuan dari program SL-PTT (benih BLBU atau CBN). Sistem atau cara tanam yang digunakan petani masih bervariasi, yaitu legowo 2:1, 4:1, 5:1, 6:1, 8:1 serta tanam tegel dan bintang. Sistem tanam yang dominan adalah legowo 4:1 dan selanjutnya tanam tegel. Masih banyaknya petani yang menggunakan cara tanam tegel disebabkan rendahnya pengetahuan buruh tani atau tenaga tandur terhadap manfaat jajar legowo. Rekomendasi pemupukan oleh PPL mengacu pada BWD dan Permentan 2007, sedangkan aplikasi PHSL baru dalam tahap sosialisasi oleh BPTP Banten, sehingga dampaknya baru terlihat pada tahun depan. Selanjutnya pengendalian hama terpadu sudah mencapai 85 %.
49
Tabel 13. Penerapan Komponen Teknologi PTT pada LL di Prov. Banten Wilayah Pendampingan
Penggunaan VUB
Jenis dan Dosis Pupuk
Komponen PTT Lainnya
Ciherang, Inpari-13, IR-64, Mekongga, Mira, Sidenuk
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha; POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, 6:1 dan 10:1 (90 %) dan tegel 15 %.
- Kec. Warunggunung
Ciherang, Inpari-1, Inpari-13, Sidenuk, Mekongga.
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha; POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1 dan 10:1 (80 %) dan tegel.
- Kec. Cibadak
Ciherang, Inpari-1, 6, 9,10, 13, Mira dan Sidenuk
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha; POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1, 8:1 dan tegel
- Kec. Rangkasbitung
Ciherang, Cigeulis, Sarinah, Sidenuk dan Mira-1.
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha; POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Umur bibit <21 HSS, legowo 2:1, 4:1, 8:1 (30 %) dan tegel.
Ciherang
Urea 150 kg/ha, NPK Phonska 180 kg/ha dan PO 500 kg/ha.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT dan panen.
- Kec. Majasari
Ciherang, Inpari-13
Urea 200 kg/ha dan NPK Phonska 180 kg/ha.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT dan panen.
- Kec. Menes
Ciherang, Inpari-13
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 180 kg/ha.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT.
Ciherang
Urea 100 kg/ha, NPk Phonska 150 kg/ha dan PO 500 kg/ha
Umur bibit 20-25 HSS, legowo 4:1, 5:1 (25 %), tegel (75%), gasrok, PHT.
Ciherang dan Inpari-13
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha, Bokashi 600 kg/ha.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, tegel, gasrok dan PHT.
Ciherang, Inpari-13
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha, Bokashi 600 kg
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, tegel, gasrok dan PHT.
1. Kab. Lebak - Kec. Kalanganayar
2. Kab. Pandeglang - Kec. Kaduhejo
3. Kab. Tangerang - Kec. Tangerang
4. Kab. Serang - Kec. Cikeusal
- Kec. Kramatwatu
50
- Kec. Ciruas
5. Kota Serang - Kec. Kasemen
- Kec. Walantaka
Ciherang, Inpari-13
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha, PBokashi 300 kg
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, tegel, gasrok dan PHT.
Ciherang, Inpari-13
Urea 150 kg/ha, NPK Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok dan PHT.
Ciherang, Inpari-13
Urea 150 kg/ha, NPK Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok dan PHT.
Komponen lainnya adalah penggunaan pupuk organik baru sekitar 70 %, namun dosisnya belum sesuai rekomendasi karena rendahnya daya beli dan pengetahuan petani mengenai manfaat pupuk organik. Bahan organik yang digunakan berupa kotoran ternak (kambing, domba, sapi, kerbau, ayam) dan kompos yang dibuat dari jerami. Komponen teknologi pilihan berupa bibit muda sebagian besar berumur 15-21 HSS, jumlah bibit 1-3 batang/lubang sudah mencapai 75 %, sedangkan pengairan belum menggunakan intermitten, karena sebagian besar lahan sawah adalah tadah hujan. Selanjutnya cara penyiangan yang dominan dilakukan petani adalah dengan tangan dan landak/gasrok, sedangkan waktu panen, perontokan gabah dan penggunaan alat sudah cukup baik yaitu 90-95 %.
4.3.7. Pencetakan dan Distribusi Media Diseminasi Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT di Provinsi Banten, kegiatan lain yang dilakukan adalah pencetakan dan penyebarluasan materi diseminasi teknologi dalam bentuk buku Kalender Tanam (500 eksp.), Petunjuk Penggunaan PHSL (500 eksp.), buku OPT padi/jagung/kedelai dan CD teknologi PTT padi serta perangkat lunak melalui internet, Hp dan Android guna mengakses rekomendasi pemupukan spesifik lokasi. Buku – buku tersebut telah didistribusikan kepada Penyuluh Pendamping Lapang (PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Penyuluh Swadaya dan Petani serta Dinas Pertanian dan BPP lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota (Tabel 14).
51
Tabel 14. Distribusi Materi Diseminasi Pendampingan SLPTT Kabupaten/Kota
Buku Katam
Buku PHSL
100 80 70 70 20 10 50 100 500
100 80 70 70 20 10 50 100 500
Lebak Pandeglang Serang Tangerang Kota Serang KSPP SL Iklim Temu Lapang Jumlah
Buku Saku OPT Padi Jagung Kedelai 30 5 5 35 5 5 30 5 5 30 5 10
140
15
15
CD 28 35 28 29 6
126
4.3.8. Pelayanan Teknologi Pelayanan teknologi dalam rangka mendukung program SL-PTT dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pelayanan teknologi secara langsung dilakukan menjadi narasumber pada pertemuan sosialisasi dan koordinasi serta peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota dan Badan Penyuluhan. Selain pertemuan tingkat Provinsi atau Kabupaten, BPTP juga menghadiri undangan sebagai narasumber pada sejumlah pertemuan SL-PTT tingkat Kecamatan (Tabel 15). Sedangkan pelayanan teknologi secara on-line melalui SMS/Telp dan internet dengan alamat email sebagai berikut:
[email protected] dan komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat
[email protected]. Tabel 15. Narasumber Pertemuan SL-PTT Tingkat Kecamatan/Poktan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
Lokasi Kalang Anyar Cibadak Warung Gunung Kadu Hejo Kronjo Pontang Bojonegara Bandung Tanara Kramatwatu Walantaka Cipocok
Waktu Maret April April April April April Juni Juni Juni Juni Mei Juli
PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT PTT
Materi Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL Padi, Legowo, PBK, Pengenalan VUB,PHSL Kedelai, Pemupukan Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL Padi, Legowo, PBK, PHSL, feromon sex Padi, Legowo, PBK, PHSL Padi, Legowo, PBK, PHSL Padi, Legowo, PBK, PHSL Padi, Legowo, PBK, PHSL Padi, Legowo, PBK, PHSL
52
Contoh Layanan Via Telepon/SMS No 1
3/22/2012
2 3
3/26/2012 4/21/2012
4
5/28/2012
5
6/25/2012
6
6/25/2012
7
6/26/2012
Nama Ka. UPT Pertanian Lomri (Ka. UPT Banjarsari) Gatot Agung Lili Saputra Agung Lili Saputra Agung Lili Saputra Lomri (Ka. UPT Banjarsari)
8
7/5/2012
Agung Lili Saputra
9
7/12/2012
10
7/24/2012
11
Tanggal
7/28/2012
Alamat Kecamatan Muncang,kabupaten Lebak Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak
No. HP
Bentuk Koneksi
085883587515
SMS
081311535730
SMS SMS
081585161931
SMS
081585161931
SMS
081585161931
SMS
087772838298
SMS
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang
081585161931
SMS
POPT Angsana
Kecamatan Angsana, Kabupaten Lebak
08176524632
SMS
Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang
081585161931
SMS
Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak
081585161931
SMS
Isi Informasi hasil ubinan display Varietas Inpari 7 6.72 ton/ha, Inpari 10 6.88 Ton/ha, Inpari 13 8.64 to./ha GKP Informasi hasil ubinan Varietas Ibpari 13 5.2 kg dan Inpari 10 4.5 Kg Permohonan informasi dimana membeli BWD Informasi penanaman benih display dengan umur bibit 18 hari, dan pengaturaan jarak tanam jajar legowo 4 : 1 Informasi adanya serangan hama WBC dan keong mas pada lokasi display VUB Informasi luas serangan WBC yaitu 30 % dan sudah dikendalikan dan sudah membaik Informasi lokasi display VUB, Kelompok tani Mekarsari, nama petani Saripudin, Varietas Inpari 13, 10 dan 7 Kelompok Tani Harapan Makmur Desa Cibatur Cikeusik, nama petani Nurjaya, Varietas Inpari 5 dan 4, tanggal sebar jum'at 23 Maret 2012 informasi kekeringan pada lokasi display sehingga harus dilakukan pemompaan Informasi tanaman padi yang puso akibat kekeringan Desa Angsana 15 ha, umur 84 HST. Desa Sumur Laban 10 ha, umur 77 HST, Desa Padaherang 10 ha umur 84 HST. Desa Padamulya 10 ha, umur 80 HST, Desa Cikayas 15 ha, umur 70 HST, Desa Cipinang 15 ha, umur 84 HST. Desa Kramatmanik 15 ha, umur 77 HsT. Desa Kadubadak 5 ha umur 77 hst. Jumlah satu Kecamatan 105 ha Permohonan informasi peneliti bidang sayuran di BPTP Bantean untu menjadi narasumber untuk komoditas kol bunga Informasi produksi display Inpari 10 240 kg, luas lahan 400 m Informasi display inpari 13 seluas 100 m terancam gagal padakelompok tani Matahari desa Mekarsari Anyer
53
Contoh Komunikasi dan Layanan Via Facebook Sosialisi dan koordinasi kegiatan SLPTT 2012 dengan Dinas Pertanian Kabupaten tangerang dan Badan Penyuluhan Kab. Tangerang
LikeUnlike · · Share · 15 February at 17:17 via Mobile · Fk Thl Kab Tangerang and 3 others like this.
View all 7 comments
Slptt Banten Agus Leo's sosialisasi apa? klo ke dinas rencananya hari senin kita akan ke Dinas Pertanian Kabupaten Lebak
Agung Lili Saputra selalu bu tenang aja, petani anyer lagi semngat2nya neh kegiatan, hanya beberapa oknum yang ngak jelas bikin bingung 16 February at 14:02 · Like Mohon dengan sangat bagi yang sudah panen Display VUB dari BPTP Banten segera melaporkan hasilnya...terimakasih LikeUnlike · · Share · 13 March at 14:53 ·
Wahyu SP likes this.
Maulana Ghofirudin untuk invago yg di tanam di kelompok mekar mukti ds jagaraksa kec muncang tidak tumbuh, kaqena ketika stlh tanam datang musim kemarau, yg satu lagi belum panen, terimakasih. 13 March at 15:44 · Like kami berupaya mensukseskan produksi beras 10 juta ton 2014 6 July at 09:23 · Jawara Tani BantenDEMFARM ANYER 2012
54
Contoh Laporan yang Dikirim Secara On Line melalui e-mail No
Tanggal
Nama
Alamat e-mail
Isi Berita
. 1.
28 Feb 2012
Gunawan Ahmad
[email protected]
Realisasai SL-PTT Banten per November 2012
2.
30 April 2012
Gunawan Ahmad
[email protected]
CPCL SL-PTT Banten 2012
3.
4 April 2012
Gunawan Ahmad
[email protected]
Undangan acara Peningkatan Kapasitas Pemandu Lapang SL-PTT di Hotel Nuansa Bali dengan penyelenggara Distanak Provinsi Banten
4.
15 Juni 2012
Irfan Afandi
[email protected]
Laporan bencana banjir di lokasi display padi Kec. Cisoka Poktan Janur Sejahtera Desa Bojong Loa
5.
3 Juli 2012
Arief Arianto
[email protected]
Laporan Display Varietas di BPP Kronjo Kab. Tangerang
6.
4 Juli 2012
Gunawan Ahmad
[email protected]
Data realisasai SL-PTT 2011 dan 2012 Provinsi Banten
7.
11 Juli 2012
Zaldi Dhuhana
[email protected]
Realisasi tanam dan panen SL-PTT 2011, realisasi tanam SL-PTT 2012 Kab. Serang
8.
21 Mei 2012
Agung Lili saputra
[email protected]
Laporan SL-PTT padi dan Demfarm BP3K Kec. Anyer
9.
18 Juni 2012
Denny Iskandar
[email protected]
Draft matrik bahan penyusunan teknologi spesifik lokasi
10.
9 Juli 2012
Johan
[email protected]
Laporan realisasi SL-PTT Kabupaten Lebak
Marsuditama
55
4.3.9. Pembuatan Data Base Pembuatan data base dilakukan untuk mempermudah arus data dan informasi dari tingkat kelompok sampai ke tingkat pusat. Selama ini kelemahan dalam suatu kegiatan salah satunya adalah tidak adanya sistem data yang baik. Dengan adanya data base yang memenuhi kualifikasi akan mempermudah monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan SL-PTT. Data base yang dibuat oleh BPTP Banten dirancang sesuai dengan arahan dari pusat. Data base meliputi : a) kelompok tani, b) komoditas, c) petugas pendamping tingkat kecamatan, d) UPTD, e) pendamping tingkat Kecamatan/Desa, dan beberapa data base yang menyangkut data produksi yang dicapai serta data Display VUB, data uji adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data penunjang lainnya. Salah satu contoh database yang disusun disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Data base penyuluh pendamping SL-PTT di Provinsi Banten tahun 2012. Wilayah Pendampingan Kab. Pandeglang - D. Mehendra, Kec. Cibaliung - D. Ciseureuheum, Kec. Cigeulis - D. Tangkilsari, Kec. Cimanggu - D. Kiarapayun, Kec. Cibitung - D. Cibarani, Kec. Cisata - D. Gerendoong, Kec. Koroncong
Nama Poktan
Kontak Person Nama PPL No. HP
Jaya Mukti 2 Setia Karya Banyu Asin Simpati Saluyu Jaya Harapan Jaya 1
Abas Sudiana, SP Gaos, SP Eman Suherman, SP Tapip Mulyanto, SP Nendi, STp -
081219995071 081314307724 081385376644 081380612218 081318861428 -
Kab. Lebak - D. Jatake, Kec. Panggarangan - D. Lbk. Peundeuy, Kec. Cihara - D. Pamubulan, Kec. Bayah - D. Cibareno, Kec. Cilograng - D. Cikadu, Kec. Cibeber - D. Kapunduhan, Kec. Cijaku - D. Cigemblong, Kec. Cigemblong - D. Kerta, Kec. Banjarsari
Bina Tani I Cigaber Raksa Alam Batu Jaya Anugrah Tani II Karya Mukti Bangun Jaya Saluyu
Eri Ahmad Fatoni Karnali Iyan Sopiyan Dedi Suparman Eman S Salim Aman Subarman Lomri
081388556464 08176059651 081380074247 081911735675 08179046023 081380804077 085921373688 08170155980
Kab. Tangerang - D. Kayuagung, Kec. Sepatan - D. Kedaungarat, Sepatan Timur - D. Pondokelor, Sepatan Timur - D. Sukawali, Kec. Pakuhaji - D. Pagedangan Ilir, Kec. Kronjo - D. Pabuaran, Kec. Jayanti
Sukatani Mayor Rawa Bambu Sukadiri Makmur Beringin Abadi
N. Nurhayati Subandi Ibrohim Melani Susilawati Suharna
021 59371814 085285478537 081314740100 081310204810 085282787559 085284983340
56
4.3.10. Penyusunan Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Salah satu tugas utama BPTP dalam pendampingan program strategis Kementerian
Pertanian
berdasarkan
Permentan
No.
45
tahun
2011
adalah
menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi. Berdasarkan hal tersebut, BPTP Banten melalui kegiatan SLPTT telah melakukan upaya-upaya dalam penyusunan rekomendasi teknologi spesifik lokasi tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan bahan atau data-data terkait dengan kondisi wilayah, sumberdaya lahan, iklim, topografi, keberadaan atau status OPT, informasi keunggulan VUB, hasil penelitian dan data-data lainnya yang diperoleh dari berbagai institusi seperti Dinas Pertanian, BPTPH, BBSDLP, Badan Meteorologi, BB Padi dan sebagainya.
Selain
informasi yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder juga dilakukan wawancara serta penyebarluasan kuisioner ke seluruh kecamatan mengenai kondisi eksisting berdasarkan fakta di lapangan. Untuk memperkaya informasi yang dikumpulkan, kegiatan pengkajian pada kegiatan pendampingan SL-PTT juga telah dilakukan dan masih berjalan di lapangan. Kajian tersebut adalah melalui display VUB padi yang disebar di seluruh kecamatan, uji adaptasi varietas dan pengujian validasi pemupukan serta dilengkapi dengan uji preferensi VUB melalui Participatory Varietal Selection (pemilihan varietas berdasarkan kesukaan petani secara partisipatif). Berikut ini adalah data daerah endemis OPT yang telah dihimpun terkait dengan salah satu unsur dalam menentukan rekomendasi VUB dan teknologi lainnya disajikan pada Tabel 17, 18, 19 dan 20.
57
Tabel 17. Status OPT di Kabupaten Lebak pada Musim Kemarau Kategori Daerah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Locals Banjarsari Bayah Bojong Manik Cibadak Cibeber Cigemblong Cihara Cijaku Cikulur Cileles Cilograng Cimarga Cipanas Cirinten Curug Bitung Gunung Kencana Kalang Anyar Lebak Gedong Leuwidamar Maja Malingping Muncang Panggarangan Rangkasbitung Sajira Sobang Wanasalam Warung Gunung
BLB Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Aman Aman Aman Potensial Potensial Aman Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial
Tungro Potensial Aman Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Potensial Aman Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Potensial Aman Potensial Potensial Aman Potensial Aman Potensial Potensial Aman Aman Sporadis
Tikus
WBC
Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Endemis Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Aman Aman Potensial Potensial Endemis Aman Sporadis Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
Penggerek Batang Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
Sumber : BPTPH 2012
58
Tabel 18. Status OPT di Kabupaten Pandeglang pada Musim Kemarau Kategori Daerah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Lokasi Angsana Banjar Bojong Cadasari Carita Cibaliung Cibitung CiGeulis Cikedal Cikeusik Cimanggu Cimanuk Cipeucang Cisata Jiput Kadu Hejo Karang Tanjung Keroncong Labuan Majasari Mandalawangi Mekar Jaya Menes Munjul Pagelaran Pandeglang Panimbang Patia Picung Pulo Sari Saketi Sindang Resmi Sobang Sukaresmi Sumur
BLB Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
Tungro
Tikus
Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Aman Aman Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Sporadis Aman Aman Potensial Aman Aman Potensial Sporadis Potensial Potensial Aman Aman Potensial
Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Aman Aman Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Sporadis Aman Potensial Sporadis Potensial Sporadis Potensial Sporadis Aman Potensial Potensial Aman Potensial Aman
WBC Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Sporadis Potensial Potensial Potensial Endemis Sporadis Potensial Endemis Potensial Sporadis Potensial
Penggere k Batang Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial
Sumber : BPTPH 2012
59
Tabel 19. Status OPT di Kabupaten dan Kota Serang pada Musim Kemarau Kategori Daerah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Locals Anyer Bandung Baros Binuang Bojonegara Carenang Cikande Cikeusal Cinangka Ciomas Ciruas Gunung sari Jawilan Kibin Kopo Kragilan Kramat Watu Mancak Pabuaran Padarincang Pamarayan Petir Pontang Pulo Ampel Tanara Tirtayasa Tunjung Teja Waringin Kurung Kota Serang Cipocok Curug Kasemen Serang Taktakan Walantaka
Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Aman Potensial Aman Aman Aman Potensial Aman Potensial Aman Aman Potensial Aman Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Aman
Aman Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Potensial Potensial Potensial Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Potensial Aman
Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Endemis Potensial Potensial Aman
Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Sporadis Sporadis Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Sporadis Sporadis Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
Penggerek Batang Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
Aman Aman Potensial Aman Aman Aman
Potensial Aman Aman Aman Aman Aman
Aman Aman Potensial Potensial Aman Potensial
Potensial Potensial Endemis Potensial Aman Potensial
Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
BLB
Tungro
Tikus
WBC
Sumber : BPTPH 2012
60
Tabel 20. Status OPT di Kabupaten Tangerang pada Musim Kemarau Kategori Daerah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Locals Balaraja Cikupa Cisauk Cisoka Curug Gunung Kaler Jambe Jayanti Kameri Kampung Melayu Kelapa Dua Kosambi Kresek Kronjo Legok Mauk Mekar Baru Pagedangan Pakuhaji Panongan Pasar Kemis Rajeg Sepatan Sepatan Timur Sindang Jaya Solear Suka Mulya Sukadiri Teluk Naga Tigaraksa
BLB Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Potensial Potensial Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Potensial Potensial Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Potensial Sporadis Potensial
Tungro Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman Aman
Tikus Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
WBC Sporadis Aman Potensial Aman Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Aman Potensial Aman Aman Potensial Aman Aman Aman Aman Aman Potensial Potensial Aman Aman Aman
Penggerek Batang Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial Sporadis Potensial
Sumber : BPTPH 2012
61
4.3.11. Identifikasi Wilayah Rawan Bencana Antisipasi terhadap tingkat produksi padi yang disebabkan adanya daerah rawan bencana perlu dipertimbangkan secara seksama. Hingga bulan maret 2011, luas lahan pertanaman padi yang terkena dampak dari bencana banjir dan kekeringan di Provinsi Banten mencapai lebih dari 6.000 ha. Sebanyak 5.963 ha lahan pertanaman padi terkena dampak banjir/longsor pada fase pertanaman dengan pusat terjadinya bencana berada di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 4.411 ha (Tabel 22)
Tabel 22. Bencana Alam Komoditas Padi di Prov. Banten 2010-2011 Banjir / Longsor No
Kabupaten/Kota
1
Serang
2
Pandeglang
3
Lebak
4
Tangerang
5
Tanaman
Kekeringan
Persemaian
Tanaman
Persemaian
744
273
55
0
4411
42
0
0
808
65
0
0
0
0
0
0
Kota Serang
0
0
0
0
6
Kota Cilegon
0
0
0
0
7
Kota Tangerang
0
0
0
0
8
Kota Tangerang Selatan
0
0
0
0
5963
380
55
0
Jumlah
Sementara itu, BMKG bersama dengan Bakorsustanal dan inas PU juga telah mengeluarkan peta prakiraan daerah potensi banjir untuk bulan Mei 2011 di Provinsi Banten. Beberapa wilayah yang berpotensi banjir dengan tingkat rendah
sampai
sedang merupakan daerah sentra produksi padi di Provinsi Banten, antara lain kecamatan Pontang, Walantaka, Cileles dan Rangkasbitung.
62
Gambar 2. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Mei 2011 Provinsi Banten
4.4. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya Permasalahan teknis dan non teknis dalam pelaksanaan SL-PTT di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Penyediaan
benih
BLBU
untuk
SLPTT
sebagian
terlambat,
sehingga
pelaksanaan SLPTT menjadi tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan. 2. Pelaksanaan pertemuan SLPTT di petani kurang optimal baik dari jumlah pertemuan, jumlah peserta SLPTT yang hadir, tempat pertemuan yang tidak dekat dengan lahan SLPTT dll. 3. Tidak semua kelompok SLPTT melaksanakan KKP terlebih dahulu. 4. Tidak semua lokasi SLPTT tersedia sarana yang cukup terutama pengairan, karena tidak semua lokasi SLPTT merupakan lahan yang memiliki irigasi yang baik sehingga mempengaruhi terhadap hasil/produksi. 5. Laboratorium
Lapang
(LL)
belum
difungsikan
dengan
baik
sebagai
demplot/wahana belajar bagi peserta SLPTT.
63
6. Pelaksanaan SLPTT terutama untuk jagung dan kedelai dalam satu unit beberapa tidak dapat dilaksanakan secara serentak dan kondisi lahan terpencar-pencar. 7. Pada lokasi SLPTT yang bukan merupakan daerah produksi jagung dan kedelai seringkali tidak dapat dilkukan panen tua karena petani beranggapan panen muda untuk jagung dan kedelai lebih menguntungkan. 8. Terjadi Kekeringan dan serangan hama dan penyakit. Adapun permasalahan non teknis diantaranya adalah: 1. SK penetapan CPCL SLPTT terlambat karena usulan CPCL dan hasil perifikasi berubah-ubah.
Hal ini disebabkan karena ketua atau anggota ada yang
meninggal, domisili pindah, berubah status lahan (dijual), doubel program dll. 2. Dana pendampingan SLPTT sebagian terlambat sehingga tidak singkron antara pelaksanaan penanaman dengan pertemuan yang dilaksanakan oleh kelompok peserta SLPTT. 3. Jumlah SDM Petugas Pemandu lapang dengan jumlah binaannya belum berimbang, sebagai contoh di Lebak satu orang binaan bisa mendampingi sampai 4. Teknis pelaporan dari tingkat kelompok/desa ke Kecamatan kemudian ke Kabupaten dan Provinsi belum efektif sehingga seringkali terlambat informasi yang diterima. Upaya Pemecahan Masalah
Keterlambatan benih BLBU SLPTT untuk musim tanam April-Mei diberikan benih CBN, sedangkan untuk yang tanam bulan Maret menggunakan benih swadaya yang berlabel.
Sebagian unit pendampingan SLPTT penanaman benih untuk display varietas dilaksanakan tidak bersamaan dengan pelaksanaan SLPTT, yaitu di musim berikutnya.
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Alokasi program SLPTT padi non hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai di provinsi Banten Tahun 2012 sebanyak 7.545 unit tersebar di 5 wilayah, yaitu : Kab. Lebak, Kab. Pandeglang, Kab. Tangerang, Kab. Serang dan Kota Serang. Selain itu juga terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik lokasi sebanyak 40 unit, peningkatan IP 40 unit dan SL-PTT dari dana kontingensi seluas 10.000 ha.
2.
Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya/Petani dan Petugas Pendamping SL-PTT telah dilaksanakan sebanyak 4 kali di Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan tangerang yang diikuti oleh 208 orang peserta pada bulan April 2012 dan berhasil meningkatkan pengetahuan para peserta sebesar 18,75%.
3.
Distribusi benih padi untuk display sebanyak 4.420 kg (12 varietas), jagung hibrida 30 kg (3 varietas) dan kedelai 45 kg (3 varietas). Produktivits padi hasil display di Kab. Pandeglang berkisar antara 4,0-8,0 ton/ha; Kab. Kebak 3,5-9,9 ton/ha; Kab. Tangerang 4,2-9,5 ton/ha dan kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha. Selanjutnya produktivitas kedelai di Kec. Warung Gunung, kab. Lebak adalah 1,44-1,92 ton/ha.
4.
Pada pengujian pupuk, metode PHSL lebih baik dibandingkan yang lainnya. Produktivitas padi sawah berdasarkan acuan pemetaan adalah 4,43-8,05 ton/ha (rataan 6,59 ton/ha); metode PUTS 4,76-8,0 ton/ha (rataan 6,83 ton/ha); metode PHSL 4,31-9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani 4,19-7,95 ton/ha (rataan 6,50 ton/ha).
5.
Produkstivitas padi sawah pada LL di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,73-9,92 ton/ha (rataan 7,02 ton/ha), Kab. Tangerang 3,72-7,01 ton/ha (rataan 5,78 ton/ha) dan di kota Serang 6,25-7,14 ton/ha (rataan 6,73 ton/ha).
6.
Produktivitas padi sawah pada hamparan SL di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,21-7,35 ton/ha (rataan 6,04 ton/ha), Kab. Tangerang 3,47-6,56 ton/ha (rataan, 5,01 ton/ha), Kab. Lebak 5,12-7,28 ton/ha (rataan 6,35 ton/ha), Kab. Serang 4,206,15 ton/ha (rataan 5,37 ton/ha) dan di Kota Serang 5,47-6.52 ton/ha (rataan 6,05 ton/ha).
7.
Produktivitas padi sawah pada non SL-PTT di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,206,87 ton/ha (rataan 5,75 ton/ha), Kab. Tangerang 3,14-6,10 ton/ha (rataan 4,51 ton/ha), Kab. Lebak 4,85-6,94 ton/ha (rataan 6,02 ton/ha), Kab. Serang 2,58-5,26 ton/ha (rataan 4,63 ton/ha) dan di Kota Serang 4,80-6,0 ton/ha (rataan 5,53 ton/ha).
65
8.
Varietas padi sawah yang banyak disukai pertani berdasarkan uji preferensi (Participatory Vartial Selection “PVS”) di Kec. Walantaka, Sobang, Jayanti dan Kalanganyar adalah Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10 dan Inpari-13 (pilihan pertama), sedangkan pilihan ke-2 adalah Inpari-3 dan Inpari-4.
9.
Penyediaan materi diseminasi pada 5 Kabupaten/Kota terdiri dari Kalender Tanam sebanyak 500 eksemplar dan Buku PHSL 500 eksemplar.
10. Data base yang disusun untuk mendukung program meliputi : data poktan, komoditas, petugas pendamping tingkat kecamatan dan UPTD serta data sasaran dan capaian produksi. 11. Komponen teknologi dasar SL-PTT padi sawah yang cukup tinggi diterapkan adalah penggunaan VUB, benih bersertifikat, bibit muda serta pengendalian hama dan OPT (80-90 %), sedangkan jumlah bibit dan pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman 40-50 %. Komponen yang cukup rendah adalah pengairan berselang, penggunaan pupuk organik dan sistem tanam legowo (10-20 %). 12. Adanya kekeringan dan serangan hama dan penyakit mengakibatkan sasaran luas panen dan produksi padi tidak tercapai.
66
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2008. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2009. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Balitpa. 2007. Penelitian Padi Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Beras Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 22 hal. Balitpa. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 23 hal. Banten Dalam Angka. 2009. Badan Pusat Statistik. Departemen Pertanian (Deptan). 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. 123 hal. Dirjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009. 110 hal. Endrizal dan Jumakir. 2007. Keragaan beberapa varietas padi unggul baru dan kelayakan usahatani padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Jambi. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 10 nomor 3 November 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Kasryno, F., M. Badrun dan E. Pasandara. Land Grbabbing : Perampasan Hak Konstitusional Masyarakat. Penerbit Yayasan Pertanian Mandiri (YAPARI)). Jakarta. 125 hal. Las. I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane dan S. Abdurachman. 2002. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi sawah Irigasi. Departemen Pertanian. 37 hal. Mayunar. 2011. Kajian produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah melalui pengelolaan tanaman terpadu di Kramatwatu kabupaten Serang. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementrian Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Buku 3. Hal 1256-1263. Makarim, A.K., D. Pasaribu, Z. Zaini, dan I. Las. 2005. Analisis dan Sinstesis Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Penelitian Tanaman Padi, Puslitbangtan. 18 hal.
67
Makrim, A.K., I. Las, A.M. Fagi, I.N. Widiarta, dan D. Pasaribu. 2004. Padi Tipe Baru : Budi Daya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Padi. Puslitbang Tanaman Pangan. 50 hal. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 2008. Pedoman Umum Sekolah Lapang PTT Padi. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan Pengembangan SDM, Departemen Pertanian. 33 hal. Rachman, B., P. Simatupang, dan T. Sudaryanto. 2004. Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Padi. Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan. 11-27. Rachmat, R. dan Suismono. 2007. Teknologi Pengolahan Padi Terpadu dengan Pendekatan Sistem Manajemen Mutu. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 41 hal. Sumodiningrat, G. 2004. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. PT. Bina Rena Pariwara (Cetakan Pertama) : 150 hal. Wahyuni, S. dan K.S. Indaraningsih. 2004. Dinamika Program dan Kebijakan Peningkatan Produksi Padi. Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), Vol. 21 (2) : 143 – 156. Zaini Z. Irsal las, Suwarno, Budi H, Eko A. 2002. Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2002. Departemen Pertanian. Jakarta
68