I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri peternakan Indonesia saat ini berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatnya konsumsi protein hewani perkapita masyarakat Indonesia (Oberman et all, 2012). Industri pakan ternak merupakan industri yang berfungsi sebagai penyedia input terbesar dalam usaha ternak selain bibit, yang mana proporsi penggunaan pakan telah mencapai lebih dari 70 persen dari total biaya produksi terutama untuk produk ternak unggas. Komposisi pakan ternak unggas di Indonesia yang paling besar adalah ternak ayam broiler yaitu 45%, selanjutnya pakan ayam layer 44%, breeder 9% dan lainnya 2% (GPMT, 2012). Sektor industri peternakan dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari produksi pakan ternak nasional yang tumbuh positif rata-rata 11.31% per tahun (GPMT, 2012). Keberlanjutan dan keberhasilan industri pakan sangat tergantung dari kombinasi beberapa faktor seperti kualitas dan efisiensi produk yang dihasilkan, serta harga dan jaminan keamanan untuk ternak, manusia dan lingkungan. Industri pakan ternak di Indonesia saat ini sangat tergantung pada pasokan bahan baku impor, yaitu 70% dari total bahan baku pakan ternak berasal dari impor, yang jumlah terbesarnya didominasi oleh jagung dan Soya Bean Meal (SBM). Komposisi bahan baku impor dalam sistem formulasi pakan antara lain sebagai berikut : Gambar 1.1 Prosentase pengunanan bahan baku pakan ternak Jagung Import*) 25% Soya Bean Meal 30% Meat Bone Meal Corn Gluten Meal Fish Meal Rapeseed Meal Distillers Dried Grains with Solubles Poultry Meat Meal
2% 2% 2% 2%
3%
4%
5%
25%
Feather Meal Bahan baku lainnya
Sumber : Data Primer PT CJ Superfeed diolah, 2012 Pasar komoditi bahan baku Jagung dan Soya Bean Meal (SBM) di Indonesia bergantung pada harga di pasar internasional yang merujuk pada Chicago Board On Trade (CBOT). Hal ini biasa nya tergantung pada pasokan dari negara exportir terbesar yaitu Amerika, Brazil dan Argentina, sehingga perubahan harga ditingkat produsen akan ditransmisikan kedalam perubahan harga ditingkat importir, yaitu dalam pasar komoditi di Indonesia.
Menurut Timmer dalam Yusrachman (2001) integrasi pasar adalah sampai sejauh mana pembentukan harga komoditi pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Dua tingkatan pasar dikatakan terintegrasi jika perubahan harga pada salah satu tingkat pasar ditransfer ke pasar lain. Dua aspek penting yang perlu ditelaah untuk mendeteksi keterpaduan harga antar pasar yaitu : a. Perubahan harga ditingkat produsen akan mengikuti perkembangan harga yang terjadi ditingkat selanjutnya, hal ini disebut keterpaduan jangka panjang. b. Perubahan harga yang terjadi ditingkat produsen juga dipengaruhi oleh perbedaan harga ditingkat produsen dengan harga ditingkat pasar selanjutnya, karena perubahan ini terjadi dalam waktu yang relatif cepat maka disebut keterpaduan jangka pendek. Studi terdahulu tentang integrasi pasar komoditi bahan baku pakan ternak yang pernah dilakukan adalah pada komoditi jagung, kedelai, minyak sawit, ubi kayu dan beras. Sedangkan yang spesifik membahas mengenai komoditi bahan baku untuk pakan ternak sepert jagung dan soya bean meal (SBM) belum pernah dilakukan. Penelitian Kustiarti dan Nuryanti (2008) menyatakan bahwa perubahan harga di pasar dunia ternyata tidak selalu diikuti secara langsung oleh harga ditingkat domestik. Hal ini karena pemerintah mengintervensi pasar domestik dengan membuat kebijakan harga dasar atau harga pembelian pemerintah (HPP) untuk komoditi padi, sedangkan untuk kedelai dan jagung perubahan harga di pasar dunia tidak ditransmisikan secara sempurna ke pasar domestik karena terdapat perbedaan kualitas produk. Integrasi pasar Jagung dan SBM impor ini menarik untuk diteliti karena sejauh ini sering terjadi fluktuasi harga ditingkat produsen yang terjadi karena masalah kegagalan panen yang berakibat pasokan terbatas dan tingginya permintaan di negara importir serta masalah kebijakan pemerintah di negara importir terkait dengan berjangkitnya suatu penyakit endemik. Ketidakstabilan pasokan kedua bahan baku impor terbesar tersebut akan berpengaruh terhadap harga pakan ayam jadi yaitu pakan ayam broiler (broiler feed) dan pakan ayam petelur (layer feed), hal ini dikarenakan bahan baku pakan tersebut mempunyai nilai nutrisi (nutrient value) yang paling dibutuhkan oleh ayam. Sehingga keberadaannya sangat penting bagi industri pakan ternak di Indonesia, mengingat based sistem formulasi pakan di Indonesia adalah berdasarkan diet corn-soya. Menurut Kariyasa dan Sinaga (2003 ) bahwa harga pakan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang lebih banyak ditentukan dari sisi penawaran dibanding sisi permintaan. Fenomena ini secara implisit menunjukkan bahwa struktur pasar pabrik pakan cenderung mendekati oligopoli. Implikasinya adalah menciptakan lingkungan kondusif bagi berkembangnya industri pakan skala kecil hal ini merupakan salah satu strategi yang dapat mengurangi struktur pasar oligopoli. Kajian tentang integrasi pasar bahan baku pakan impor dengan pasar pakan ternak di Indonesia penting dilakukan untuk melihat sejauh mana kelancaran informasi dan effisiensi pemasaran pada pasar. Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lambaga pemasaran, sehingga pembentukan harga di pasar yang lebih rendah yaitu pasar pakan ternak Indonesia akan dipengaruhi oleh pasar komoditi internasional. Hal ini terjadi apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, sehingga pasar pakan ternak di Indonesia sebagai pasar domestik dapat merespon
perkembangan pasar internasional dan menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga. Faktor ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor menjadikan fluktusi harga pakan, hal lain yang penting adalah struktur pasar pakan ternak di Indonesia terjadi praktek pasar oligopoli dengan kekuatan pasar (market power) yang dikendalikan oleh perusahaan besar. Kekuatan pasar yang dimiliki oleh tiga perusahaan utama yaitu Charoend Pokphand Indonesia, Japfa Comfeed dan Cheil Jedang Feed Indonesia (CJ) dengan menerapkan praktik oligopsoni karena pangsa pasarnya yang besar. Dalam industri pakan ternak di Indonesia ketiga perusahaan multinasional ini menguasai dengan kekuatan pasar (market power) yang dimiliki berusaha menekan dan mendikte harga. Kekuatan pasar menyebabkan integrasi pasar yang menunjukkan transmisi yang asimetri dan tetap menekan harga ditingkat penyedia hasil produksi berupa pakan ternak. Penelitian terdahulu sudah banyak studi yang mengambil obyek data dari Charoend Phokpand dan Japfa Comfeed, karena keduanya merupakan perusahaan terbuka sehingga akses datanya lebih mudah. Obyek data penelitian dari CJ masih belum ada, sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek data dari CJ merupakan privat company dengan kepemilikan asing yang berasal dari Korea Selatan. CJ Feed sampai saat ini merupakan feedmill ketiga terbesar kapasitas produksinya di Indonesia. Salah satu faktor penghambat berkembangnya industri peternakan di Indonesia adalah kesulitan mendapatkan bahan baku pakan impor yang tersedia secara terus menerus dan murah di dalam negeri, sehingga harus impor yaitu bahan baku jagung dan SBM, hal ini tentunya berdampak pada kinerja industri pakan ternak. Selain adanya indikasi struktur industri pakan saat ini yang dikuasai oleh perusahaan besar dan membentuk oligopoli. Keterkaitan antara pengaruh beberapa perusahaan besar dalam industri peternakan di Indonesia dengan harga pembelian material impor jagung dan SBM tersebut akan berpengaruh besar dalam pertumbuhan bisnis masing-masing perusahaan, sehingga perlu dilakukan kajian secara komprehensif. Fenomena yang terjadi pada sub industri pakan ternak selama ini adalah laju kenaikan harga pakan jauh melebihi laju kenaikan harga bahan baku pakan seperti jagung dan SBM. Hal ini diindikasikan oleh semakin melebarnya rasio harga jagung sebagai komponen bahan baku terbesar dalam pakan terhadap harga pakan ternak yaitu dari 0.7 pada tahun 1980 menjadi 0.3 pada tahun 1991 (Rusastra et all dalam Purba, 1999). Hal ini dikarenakan belum kuatnya basis pabrik pakan di Indonesia, yang dicirikan oleh tingginya ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor. Meningkatnya harga bahan baku pakan ternak impor seperti jagung dan SBM biasanya diikuti dengan kenaikan bahan baku harga pakan ternak domestik, yang dikonversi oleh produsen pakan ternak di Indonesia dengan kenaikan harga pakan. Keadaan ini menunjukkan adanya keterkaitan pasar bahan baku pakan impor dengan harga pakan ternak di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasi permasalahan yang akan dibahas pada tesis ini, antara lain: a. Terjadi persaingan yang ketat antara CJ dengan perusahaan pakan ternak yang lain dalam memperebutkan pangsa pasar industri pakan ternak b. Ketergantungan industri pakan di Indonesia terhadap bahan baku pakan impor seperti jagung dan Soya Bean Meal (SBM) mengakibatkan
fluktuasi harga pakan ternak, sehingga para pelaku industri masingmasing mempunyai respon pasar yang berbeda . c. Perubahan harga jagung dan SBM sebagai komponen bahan baku terbesar untuk pakan mempengaruhi harga pakan Indonesia, dimana pada harga pembelian posisi bisnis suatu perusahaan juga menentukan. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana integrasi harga komoditi bahan baku pakan jagung dan SBM impor dengan harga di CJ ? 2. Bagaimana pengaruh integrasi pasar jagung dan SBM impor terhadap harga pakan ternak ayam pedaging (broiler feed) dan ayam petelur (layer feed) di CJ ? 3. Bagaimanakah pertumbuhan bisnis CJ Feed diantara industri pakan ternak di Indonesia ?
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis integrasi harga komoditi bahan baku pakan jagung dan SBM impor dengan harga di CJ 2. Menganalisis pengaruh integrasi harga jagung dan SBM impor terhadap harga pakan ternak ayam pedaging (broiler feed) dan ayam petelur (layer feed) di CJ Feed Indonesia 3. Menganalisis posisi pertumbuhan bisnis CJ di industri pakan ternak di Indonesia dan memberikan saran strategi.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pelaku industri peternakan di Indonesia pada umumnya dan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah Indonesia dalam menerapkan kebijakan dalam bidang peternakan. Bagi dunia pendidikan dan akademis, diharapkan dapat menjadi tambahan khasanah penelitian dalam bidang industri peternakan. Penulis sendiri berharap kajian ini menjadi sarana implementasi teori yang telah diperoleh, peningkatan wawasan dan tentu saja menjadi satu syarat untuk memperoleh pengakuan jenjang pendidikan di Program Pasca Sarjana MB IPB.
Ruang Lingkup Penelitian ini mengkaji perkembangan industri pakan ternak unggas di Indonesia khususnya posisi bisnis CJ melalui analisis Matrix Boston Consultan Group (BCG), terkait dengan pembelian bahan baku pakan ternak yaitu jagung dan SBM impor. Bahan baku yang lain baik impor maupun lokal tidak dibahas karena dianggap kedua bahan baku impor ini sudah mewakili komposisi terbesar
bahan baku untuk pakan ternak. Analisa Threat Opportunity Weakness Strength (TOWS) hanya dilakukan berdasarkan deskripsi peneliti, tanpa dilakukan pembobotan score. Penelitian tidak membahas tentang analisis permintaan terhadap produk akhir pakan ternak ayam pedaging (broiler) yang berupa daging ayam dan petelur (layer) yang berupa telur ayam. Analisis dibatasi tanpa membahas lebih lanjut tentang jenis pakan lain (konsentrat dan breeder feed), tidak menganalisis harga produk pakan ternak ayam maupun outputnya daging dan telur di luar negeri.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini ada dua yaitu hubungan antara harga bahan baku paku pakan impor dengan harga di CJ dan hubungan antara kenaikan harga bahan baku dengan harga pakan ternak. - Hipotesis komparatif bahan baku jagung dan SBM : H0 = Tidak ada hubungan antara kenaikan harga jagung dan SBM impor dengan harga jagung dan SBM di CJ H1 = Ada hubungan antara kenaikan harga jagung dan SBM impor dengan harga jagung dan SBM di CJ - Hipotesis komparatif bahan baku jagung dan SBM dengan harga pakan : H0 = Tidak ada hubungan antara kenaikan harga jagung dan SBM impor dengan kenaikan harga pakan ternak di CJ H1 = Ada hubungan antara kenaikan harga jagung dan SBM impor dengan kenaikan harga pakan ternak di CJ
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Integrasi Pasar Konsep Integrasi Pasar Integrasi pasar merupakan kondisi ekuilibrium spasial efisien yang dicerminkan oleh adanya kejutan (shock) pada pasar tertentu yang secara sempurna ditransmisikan ke pasar-pasar lainnya. menggambarkan integrasi pasar berkaitan dengan lokasi-lokasi spasial yang memiliki perubahan harga one-to-one (Goodwin dan Schroeder, 1991). Menurut Muwanga dan Snyder (1997) mengemukakan bahwa pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih pasar-pasar yang terpisah secara spasial, kemudian harga disuatu pasar berhubungan atau berkorelasi dengan harga di pasar-pasar lainnya. Perubahan harga di suatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke harga yang terjadi di pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pasar akan memeragakan fungsinya secara efisien jika memanfaatkan semua informasi yang tersedia. Dengan kata lain, jika pasar menggunakan harga yang lalu (past prices) secara tepat dalam penentuan harga pada saat ini (current price determination), maka sistem pemasaran yang berlaku dapat dikategorikan efisien. Dalam sistem tersebut, informasi harga dan kemungkinan substitusi produk antar pasar selalu berpengaruh terhadap perilaku penjual dan pembeli. Transmisi dan pemanfaatan informasi diantara berbagai pasar dapat
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB