I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan perhatian terhadap pemasaran dan pemungutan hasil hutan non kayu sebagai suatu perangkat dalam mengembangkan konsep kelestarian. Hasil hutan non kayu memiliki kontribusi dengan adanya keterkaitan input dan output antar industri, konsumsi, dan investasi. Sehingga hasil hutan non kayu layak dijadikan andalan bagi kehidupan ekonomi di masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah yang baik untuk menaikkan atau mengembangkan nilai guna atau manfaat lebih dari hasil hutan non kayu. Bila melihat potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia, maka memungkinkan untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas hasil hutan non kayu contohnya berupa tumbuh-tumbuhan. Usaha hasil hutan non kayu dalam ruang lingkup ekonomi masa kini mencakup berbagai macam usaha komersial dengan menggunakan kombinasi dari tenaga kerja, bahan, modal, dan teknologi. Kehutanan menghasilkan berbagai barang dan jasa bagi para produsen melakukan proses produksi serta mendistribusikan produk kepada pengguna atau konsumen. Hasil hutan non kayu merupakan bidang usaha yang cukup potensial bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, karena usaha ini bisa menyerap tenaga kerja dan memiliki keterkaitan dengan kegiatan usaha lainnya seperti usaha pemasok input produksi (bahan-bahan) dan usaha distribusi barang. Hasil hutan non kayu ada berbagai macam, dimana masing-masing memiliki nilai manfaat yang berbeda-beda. Salah satu hasil hutan non kayu adalah jamur kayu. Tumbuhan jamur pada awalnya kurang begitu diminati masyarakat, bahkan cenderung dipandang sebelah mata. Karena selain hanya tumbuh di hutan tepatnya pada batang kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang tak memiliki gizi maupun nilai ekonomi. Salah satu jamur pangan yang berasal dari hutan adalah jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang menjadi salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Serat kayu mempunyai kandungan selulosa, hemi-selulosa dan
1
lignin, yang juga senyawa karbohidrat majemuk yang sulit terurai. Namun oleh berbagai jenis jamur kayu sebagai tanaman tingkat rendah yang bersifat saprofit maka senyawa itu dapat terurai dan termakan oleh miselium jamur. Berbagai jenis jamur kayu bermanfaat sebagai sayuran bernilai gizi tinggi dengan kolesterol rendah. Jamur tiram termasuk salah satu jenis jamur yang tidak mengandung kolesterol, menurut Suriawiria 2001, keunggulan jamur tiram ini adalah : a) Berkhasiat untuk kesehatan dimana kandungan protein nabatinya yang tidak mengandung kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, penyakit jantung, mengurangi berat badan, obat diabetes, obat anemia dan sebagai obat anti tumor (Suriawiria, 2001). Protein nabati yang terdapat dalam jamur hampir sebanding atau relatif lebih tinggi dibandingkan protein sayuran, dan memiliki kandungan lemak yang rendah dibandingkan daging sapi demikian juga kalorinya. b) Jamur tiram dapat diproduksi sepanjang tahun. c) Budidaya jamur tiram tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk anorganik sehingga tidak merusak lingkungan. d) Dilihat dari segi teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangan jamur tiram tersebut. Pengembangan jamur tiram oleh masyarakat dapat dilakukan dengan pengambilan bibit di hutan yang kemudian dilakukan penangkaran untuk selanjutnya dibudidayakan pada media buatan yang mempunyai kandungan hara menyerupai media tumbuh asalnya yaitu kayu. Selain melalui penangkaran, bibit jamur juga bisa didapat melalui pembelian bibit jamur secara langsung oleh masyarakat. Jamur tiram bentuknya seperti tiram dengan beberapa jenis warna, tetapi yang paling disukai konsumen jamur tiram putih. Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi hanya mampu memasok 0,9% saja dari pasar jamur dunia, angka tersebut sangat kecil jika dibanding dengan China yang memasok 33,2% pasar jamur dunia dikutip dari situs kapalagi.com. Bila melihat dari minimnya pasokan jamur tiram dibandingkan dengan jumlah permintaannya, maka usaha budidaya jamur tiram merupakan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan. Jamur tiram memiliki peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan ekspor maupun domestik. Prospek pengembangan budidaya jamur tiram di Indonesia cukup
2
prospektif. Hal ini didukung oleh adanya lahan potensial dan agroklimat yang cocok, serta tersedianya sumberdaya manusia yang cukup. Pada saat ini seiring bertambahnya populasi penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terkait dengan industri kulinernya, hal ini memberikan potensi besar bagi masyarakat dalam berinovasi kuliner, salah satunya adalah membuat kuliner dari bahan jamur tiram. Walaupun masyarakat umum masih asing dengan jamur tiram seperti halnya jamur kuping (Auricularia spp.) atau jamur merang (Volvariella volvaceae), akan tetapi saat ini produk jamur tiram sudah mulai marak dijumpai baik dalam bentuk segar ataupun olahan di pasar-pasar tradisional dan pasar-pasar modern (swalayan dan supermarket). Produk ini salah satunya dipasok oleh petani-petani jamur tiram dari berbagai daerah di wilayah Bogor. Dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan, usaha budidaya jamur tiram memiliki peluang untuk dikembangkan oleh masyarakat sekitar hutan dengan bantuan dari pihak pengelola hutan. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan bahan baku untuk substrat media tumbuh yaitu serbuk kayu gergajian yang cukup melimpah di dalam atau di sekitar hutan serta di lokasi pabrik penggergajian. Kemajuan dalam usaha budidaya ini akan tercapai apabila teknik budidaya jamur dilakukan secara modern dan memperbesar skala usaha. Seiring
dengan
semakin
berkembangnya
usaha
jamur,
maka
pengembangan penelitian jamur juga perlu ditingkatkan terutama bagi negaranegara berkembang yang masih melakukan sistem budidaya secara konvensional, terkait dengan upaya peningkatan produksi di negara-negara tersebut. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan bahan baku untuk substrat media tumbuh yaitu serbuk kayu gergajian cukup melimpah khususnya wilayah Bogor dan sekitarnya. Kemajuan dalam usaha budidaya ini akan tercapai apabila teknik budidaya jamur dilakukan secara modern dan memperbesar skala usaha. Perumusan Masalah Setiap
usaha
yang
dijalankan
pada
umumnya
memiliki
tujuan
memaksimalkan keuntungan dengan biaya tertentu atau meminimalkan biaya dengan keuntungan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, petani jamur tiram
3
dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya adalah produktivitas yang rendah, terbatasnya kemampuan petani, modal yang sedikit, serta ilmu menghitung aspek keuangan yang kurang. Sebagian besar usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan petani mengalami keterbatasan dalam faktor-faktor produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani jamur tiram adalah bibit, serbuk kayu, bekatul, kapur, kapas, karet, plastik, cincin, minyak tanah, dan tenaga kerja. Studi kelayakan pada hakekatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan (Suad & Suwarsono, 2000). Maksud diadakannya studi kelayakan adalah untuk menganalisis terhadap suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Adapun kriteria dari kelayakan adalah apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan seperti : modal yang digunakan, daerah yang akan digunakan untuk melakukan usaha, komoditas yang digunakan, kualitas dari komoditas yang akan diusahakan serta teknologi yang digunakan. Modal ternyata bukanlah satu-satunya kunci sukses untuk melakukan kegiatan usaha. Kreativitas, kemampuan menangkap peluang usaha, dan keuletan adalah kunci yang lebih utama. Sebab kreativitas mampu melahirkan berbagai alternatif yang tidak terpikirkan oleh mereka yang tidak kreatif. Menghitung kelayakan usaha penting juga untuk pertimbangan pihak penyandang dana atau bank untuk menilai layak tidaknya diberikan pinjaman dana atas usaha yang akan didirikan. Materi dari suatu kelayakan usaha pada prinsipnya memuat empat aspek, yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek yuridis, dan aspek keuangan. Untuk meningkatkan produktivitas jamur tiram maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara jumlah produksi dengan biaya produksi dan harga jual, serta kelayakan usahatani jamur tiram yang dinilai dari aspek finansialnya. Analisis disini diperlukan untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan sekarang cukup layak, dalam arti secara finansial menguntungkan dan memiliki pasar.
4
Hasil studi kelayakan merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut. Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan usaha. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui pola dan proses produksi usaha jamur tiram. 2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram dari aspek finansialnya.
Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi petani yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk dapat meningkatkan produksi dan pendapatan. 2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan tentang budidaya jamur tiram dengan limbah kayu dalam hal pengusahaannya.
5