I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat berperan sebagai penular yang sangat potensial untuk menyebarkan kuman penyakit tersebut kepada orang-orang yang belum terinfeksi. Wanita tuna susila yang sadar akan bahaya HIV/AIDS hendaknya melakukan beberapa tindakan untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Pertama, menjaga dirinya agar tidak tertular kuman HIV/AIDS. Tindakan seperti ini dapat dilakukan antara lain dengan hanya melayani pelanggan yang menggunakan kondom pada saat mengadakan hubungan seksual. Melayani pelanggan yang menggunakan kondom selama hubungan seksual, akan meminimalkan kemungkinan wanita tuna susila tertular HIV/AIDS. Penggunaan kondom juga dilakukan agar pelanggan yang belum terinfeksi kuman-kuman HIV tidak tertular oleh kuman-kuman tersebut dan kuman penyakit menular seksual lainnya yang mungkin telah ada pada diri wanita tuna susila itu. Kedua, tindakan preventif lain yang perlu dilakukan wanita tuna susila, baik yang merasa atau diduga telah terinfeksi virus ini adalah memeriksakan dirinya kepada dokter atau petugas kesehatan secara berkala dengan melakukan tes darah, urine atau sel pipi untuk mengecek adanya antibodi HIV/AIDS dan menentukan gejala, apakah dirinya telah tertular kuman tersebut atau tidak. Jika ternyata hasil tes tersebut menunjukan HIV positif, artinya telah terinfeksi. Upaya tindak lanjut yang penting dilakukan oleh wanita tuna susila yang sudah terinfeksi virus, adalah memberitahukannya kepada orang lain terutama orang-orang yang dekat dengannya. Upaya ini dilakukan guna mencegah penularan HIV/AIDS lebih luas. Demikian pula seandainya mereka telah terjangkit penyakit kelamin lain seperti genital warts atau chlamidia, seharusnya untuk sementara tidak melakukan hubungan seksual dengan siapapun, sampai penyakitnya dinyatakan sembuh oleh dokter atau petugas kesehatan. Hal ini perlu dilakukan karena penyakit kelamin lain yang diderita oleh wanita tuna susila itu
2 akan memperbesar kemungkinan tertular kuman-kuman HIV/AIDS jika melakukan hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS. Kesadaran ini sangat penting dimiliki oleh para wanita tuna susila, baik yang sudah terinfeksi HIV maupun belum. Mereka perlu berkonsultasi secara berkala dengan petugas kesehatan, melaporkan gejala-gejala penyakit tersebut dan mendapatkan nasihat (conselling) dari dokter atau petugas kesehatan itu. Dengan demikian mereka dapat menjaga kesehatan dirinya, dan mencegah penularan HIV/AIDS lebih lanjut. Tindakan paling baik dilakukan oleh wanita tuna susila yang tahu tentang kesehatan alat reproduksi (kespro), penyakit menular seksual (PMS), dan bahaya penyakit HIV/AIDS adalah berhenti melakukan praktek hubungan seksual diluar pernikahan (ekstramarital) dan meninggalkan pekerjaan sebagai wanita tuna susila. Namun maukah mereka melakukan hal tersebut, dan mampukah mereka melakukannya dengan mengisolasi diri terhadap penularan HIV/AIDS ? Maukah para wanita Tuna Susila itu melaksanakan tanggung jawab sosial pada tindakan mereka yang berdampak buruk pada masyarakat luas ? Pertanyaan-pertanyaan dan pertimbangan-pertimbangan semacam inilah yang memiliki dampak yang luas pada kesehatan masyarakat, yang mendorong dilakukannya penelitian ini.
1.2. Masalah Penelitian
Terdapat beberapa faktor kerawanan dalam penularan HIV/AIDS di kalangan wanita tuna susila, antara lain pengetahuan dan sikap mereka tentang HIV/AIDS dan bahayanya pada kesehatan manusia. Perlu adanya upaya untuk mengubah perilaku mereka dari perilaku yang buruk menuju kepada perilaku yang semestinya dilakukan wanita. Hubungan karakteristik individu yang dimiliki akan berkaitan dengan pengetahuan para wanita tuna susila dalam upaya melakukan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Dengan demikian peranan pendidikan dan latihan sangat menentukan dalam menghentikan penyebaran HIV/AIDS di kalangan wanita tuna susila,
3 sebelum jumlah wabah penyakit ini semakin membesar yang pada akhirnya semakin sulit ditangani. Oleh karena itulah penelitian diarahkan untuk membuktikan secara empirik tentang hubungan karakteristik wanita tuna susila di panti rehabilitasi sosial wanita di Jawa Barat dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS Adapun masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa karakteristik individu para wanita tuna susila yang sedang direhabilitasi di Panti Rehabilitasi Sosial Wanita Jawa Barat ? 2. Seberapa jauh para wanita tuna susila itu mengetahui HIV/AIDS dan bahayanya pada kesehatan manusia ? 3. Seberapa jauh tingkat keeratan hubungan antara karakteristik para wanita tuna susila itu dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS dan bahayanya pada kesehatan manusia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakteristik wanita tuna susila di panti rehabilitasi sosial “Bina Sosial Wanita” (BSW) Jawa Barat dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS, maka dirumuskan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi karakteristik individu para wanita tuna susila yang sedang direhabilitasi di Panti Rehabilitasi Sosial Wanita Jawa Barat. 2. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan para wanita tuna susila itu tentang HIV/AIDS dan bahayanya pada kesehatan manusia. 3. Untuk menghitung tingkat keeratan hubungan antara karakteristik para wanita tuna susila itu dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS dan bahayanya pada kesehatan manusia.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil temuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat dan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
4 (1) Bahan masukan untuk penelitian selanjutnya di bidang yang sama atau yang ada kaitannya. (2) Memberikan kontribusi informasi bagi ilmuwan penyuluhan mengenai hubungan karakteristik wanita tuna susila dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS. (3) Sebagai bahan masukan bagi para pengelola diklat dan penyuluh dalam memberikan penyuluhan kepada para pesertanya, khususnya yang terkait dengan program penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS, serta untuk dapat melihat beberapa karakteristik yang berhubungan dengan pelaksanaan pemberian informasi dan kompetensi kognitif kepada para peserta diklat tentang HIV/AIDS melalui pendidikan dan latihan tersebut.
1.5. Definisi Istilah Untuk memberikan batasan yang jelas dan memudahkan pengukuran, terlebih dulu dibuat definisi istilah yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Definisi dan istilah yang dipergunakan tersebut, adalah sebagai berikut : I. Responden, adalah wanita tuna susila yang terpilih untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. II. Wanita Tuna Susila, adalah wanita yang tercatat sebagai kelayan pada pendidikan dan latihan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi dan Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila (BPSWTS) Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. III. Karakteristik Wanita Tuna Susila, adalah ciri-ciri yang melekat pada diri wanita tuna susila yang diduga berhubungan dengan pengetahuan tentang Human Immunodeficiency Virus dan Aquaired Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS) yaitu: Umur, status perkawinan, pendidikan formal, tingkat pendapatan, motivasi menjadi WTS, persepsi untuk hidup yang ideal, lamanya menjadi WTS, mendapat perlakuan kekerasan, keadaan ekonomi keluarga, kepatuhan terhadap norma susila, pengaruh lingkungan sosial daerah asal, jarak tempat menjadi WTS, intensitas hubungan dengan WTS lain, yang
5 melatih/mengajari seks, intensitas hubungan dengan pelanggan, dan persepsi hedonisme. (1) Umur, yaitu usia wanita tuna susila yang dihitung sejak lahir sampai saat menjadi responden dalam penelitian, diukur dalam tahun. Muda, sedang, dan tua. (2) Status perkawinan, adalah status marital yang disandang oleh responden yaitu: belum menikah, menikah, dan pernah menikah (janda cerai atau janda ditinggal mati). (3) Pendidikan Formal, yaitu lamanya responden duduk di bangku sekolah formal yang telah diselesaikan sebelum menjadi responden, pendidikan formal itu berupa: (1) SD, (2) SMP, (3) SMA, dan (4) Perguruan Tinggi. (4) Tingkat Pendapatan, Adalah ukuran besarnya pendapatan yang diperoleh responden dari usaha yang dilakukan, dan anggota keluarga lainnya dari berbagai sumber penghasilan dalam waktu satu bulan, yang dihitung dengan rupiah. (5) Motivasi instrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri responden sehingga menjadi wanita tuna susila. (6) Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari luar diri responden sehingga menjadi wanita tuna susila. (7) Persepsi untuk hidup yang ideal, yaitu persepsi hidup ideal wanita umumnya, bahwa wanita harus bisa mengatur lima hal 1) mengatur suami, 2) mengatur anak, 3) mengatur rumah, memasak, membersihkan rumah, 4) mengatur kekayaan atau ekonomi rumah tangga, 5) mengatur hubungan dengan tetangga. (8) Lamanya menjadi WTS, yaitu lamanya hari, bulan dan tahun responden menyandang atau terjun sebagai Wanita Tuna Susila sampai penelitian ini dilakukan. (9) Mendapatkan perlakuan kekerasan, responden mendapatkan perlakuan kekerasan, berupa kekerasan seksual maupun kekerasan lainnya, yang berasal dari pelanggan. (10) Keadaan Ekonomi Keluarga, yaitu keadaan ekonomi keluarga responden dalam hal sandang, pangan, papan dan faktor pendidikan
6 (11) Kepatuhan Terhadap Norma, yaitu kesungguhan responden untuk menjalankan atau mematuhi kebiasaan-kebiasaan (norma-norma) yang telah diakui dan dijalankan dalam kehidupan di masyarakat. (12) Pengaruh Lingkungan Sosial Daerah Asal, yaitu pengaruh lingkungan sosial asal tempat lahir, dibesarkan dan bergaul, yang mempengaruhi perilaku sehingga menjadi WTS. (13) Jarak tempat menjadi WTS, yaitu jauhnya jarak tempuh dari tempat tinggal ke lokasi responden menjadi WTS. (14) Intensitas Hubungan dengan WTS lain, frekuensi responden berhubungan dengan WTS yang lain dalam kurun waktu satu minggu. (15) Yang melatih / mengajari tentang seks, yaitu informasi dan pengetahuan tentang seks yang dimiliki responden dari orang yang mengajari/melatih tentang seks tersebut. (16) Intensitas hubungan dengan Pelanggan, yaitu frekuensi hubungan responden dengan pria pelanggan (tamu) dalam kurun waktu satu minggu. (17) Persepsi hedonisme, yaitu tanggapan responden bahwa melakukan seks hanya untuk pemuasan kesenangan, atau melakukan hubungan seks hanya untuk mendapatkan kepuasan seksual. IV Pengetahuan Wanita Tuna Susila Tentang HIV/AIDS, yaitu tingkat kemampuan kognitif responden tentang penyakit HIV/AIDS yang terdiri atas pengertian, penyebab AIDS dan infeksi sekunder sebagai akibat AIDS, cara penularan, cara pencegahan, pengetahuan kesehatan reproduksi seksual yang sehat (kespro), bahaya HIV/AIDS bagi kesehatan manusia, akibat HIV/AIDS, hubungan sosial dengan penderita AIDS, dampak sosial ekonomi AIDS, dan hubungan narkoba dengan HIV/AIDS, dengan uraian sebagai berikut: (1) Pengertian HIV/AIDS, Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penyebab sindroma AIDS, Acquired Immuno Deficiency Syndrome (sekumpulan gejala penyakit, yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh) (2) Penyebab AIDS dan Infeksi Sekunder sebagai Akibat AIDS, Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penyebab terjangkitnya HIV, yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita dan dapat
7 menyebabkan penyakit AIDS. AIDS merupakan suatu kumpulan gejala berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus yang mempengaruhi sistem kekebalan. Sistem kekebalan menjadi tidak mampu memerangi infeksi. (3) Cara penularan, HIV bisa menular lewat 3 cara, (1) melalui hubungan seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV tanpa memakai kondom, (2) melalui transfusi darah, transplantasi organ tubuh, pemakaian alat-alat yang telah tercemar HIV, (3) melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau kepada bayi yang disusuinya. (4) Cara Pencegahan, Tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV adalah : (1) tidak melakukan hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS atau orang yang termasuk kelompok perilaku resiko tinggi, (2) tidak melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, (3) menggunakan kondom dari awal sampai selesai, apabila melakukan hubungan seksual dengan pasangan baru atau anggota kelompok beresiko tinggi, (4) mengobati penyakit kelamin secara tuntas. (5) Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi
(Kespro),
yaitu
pengetahuan
kesehatan seksual, organ reproduksi dan fungsinya, penyakit menular seksual (PMS), perilaku seksual yang menyebabkan kehamilan, aborsi, dan penyakit kelamin. (6) Bahaya HIV/AIDS bagi Kesehatan manusia, adalah bahaya yang mengancam
pada
kesehatan
jasmani
penderita
HIV/AIDS
dan
menimbulkan masalah-masalah psikologis (kecemasan, depresi, rasa bersalah, dan timbulnya dorongan untuk bunuh diri) sehingga dapat menyebabkan kematian. (7) Akibat HIV/AIDS, Akibat sekunder dari penderita HIV/AIDS adalah dikucilkan oleh rekan-rekan/masyarakat, diskriminasi, dirumah diusir dan dikantor diberhentikan dari pekerjaan (8) Hubungan Sosial dengan Penderita AIDS yaitu Kontak sosial dengan penderita HIV/AIDS, misalnya berbagi (memakai) baju, handuk dan toilet, penggunaan peralatan yang sama (misalnya telepon), makan dari perkakas yang sama, kolam renang bersama-sama pengidap HIV dalam satu tempat,
8 merawat orang yang terinfeksi HIV, mencuci kloset, sprei dan lainnya yang digunakan pengidap HIV. (9) Dampak Sosial Ekonomi AIDS yaitu, Dampak Sosial Ekonomi HIV/AIDS adalah kemiskinan. Karena mahalnya biaya perawatan, berkurangnya usia produktif, kehilangan sumber daya manusia yang pada akhirnya dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan (10) Hubungan Narkoba dengan AIDS, yaitu Bahaya penggunaan narkoba dalam menyebarkan penyakit HIV/AIDS, bila narkobais tidak peduli terhadap penggunaan jarum suntik yang berisiko menyebarluaskan virus HIV/AIDS.